Anda di halaman 1dari 32

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Percobaan Kelompok Nama 1. 2. 3. 4. 5.

: POTENSIAL SEL : VIII A

: Clarissa Amalia Daniatus Syarh Hajj Aprise Mujiartono Fano Alfian A. Khairul Anam

NRP. NRP. NRP. NRP. NRP.

2313 030 015 2313 030 023 2313 030 051 2313 030 079 2313 030 097

Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing

: 18 Desember 2013 : 25 Desember 2013 : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

ABSTRAK
Tujuan praktikum potensial sel ini adalah untuk mengetahui dan mengukur besar potensial sel pada sel elektrokimia. Metode percobaan potensial sel yang pertama adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dilanjutkan dengan membuat larutan ZnSO4 dan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,05 N; 0,10 N; 0,15 N; 0,20 N; 0,25 N; 0,30 N; 0,75 N; 0,85 N; 0,95 N; dan 1,5 N. Setelah itu menuangkan larutan yang telah dibuat ke dalam beaker glass, lalu lempeng Cu (Tembaga) dan Zn (Seng) yang telah disiapkan sebelumnya diikat dengan benang. Kemudian lempeng-lempeng tersebut diletakkan pada beaker glass yang sudah berisi larutan ZnSO4 dan larutan CuSO4 sebesar 250 ml. Menyiapkan jembatan garam dan meletakkan pada kedua larutan. Membasahi semua permukaan jembatan garam dengan larutan tersebut. Lalu kabel dari voltmeter ditempelkan pada lempeng Cu dan Zn tersebut. Setelah kabel voltmeter tersebut ditempelkan, maka akan muncul angka/skala voltage dari lempeng tersebut pada keadaan konstan. Setelah angkanya muncul lalu dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel percobaan. Lalu ulangi percobaan pada masing-masing larutan sebanyak dua kali. Setelah itu hitung rata-ratanya dan masukkan ke dalam tabel perhitungan. Dari percobaan potensial ini didapatkan hasil harga potensial sel dari masing-masing konsentrasi larutan. Harga potensial terkecil didapat pada konsentrasi 0,05 N; rata-rata harga potensial sel sebesar 12,67 V, dan harga potensial tertinggi didapat pada konsentrasi 1,5 N; ratarata harga potensial sel sebesar 138,1 V. Dari hasil percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi mempengaruhi besarnya harga potensial sel. Besarnya konsentrasi sebanding dengan harga potensial sel, artinya semakin besar konsentrasi harga potensial juga semakin besar. Karena konsentrasi mempengaruhi nilai potensial sel. Potensial sel hasil perhitungan dan percobaan disetiap konsentrasi diperoleh hasil yang berbeda.

DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL............................................................................................................... iv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ..................................................................................................... I-1 I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ I-1 I.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................. I-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori ......................................................................................................... II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan ............................................................................................ III-1 III.2 Bahan yang Digunakan...................................................................................... III-1 III.3 Alat yang Digunakan ......................................................................................... III-1 III.4 Prosedur Percobaan ........................................................................................... III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan .................................................................................... III-3 III.6 Gambar Alat Percobaan ..................................................................................... III-5 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan ................................................................................................. IV-1 IV.2 Pembahasan ....................................................................................................... IV-1 BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................... V-1 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... vi DAFTAR NOTASI ............................................................................................................. vii APPENDIKS....................................................................................................................... viii LAMPIRAN Laporan Sementara Fotokopi Literatur Lembar Revisi

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Susunan Sel Volta........................................................................................ II-2 Gambar III.1 Gambar Alat Percobaan ............................................................................... III-5

iii

DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Harga Potensial Sel ........................................................................................ II-4 Tabel II.2 Hubungan antara Go, K, Eosel ..................................................................... II-7 Tabel IV.1 Hasil Percobaan Potensial Sel ........................................................................ IV-1

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik IV.1 Hubungan antara Konsentrasi dengan Beda Potensial.................................... IV-2 Grafik IV.2 Deviasi Nilai Potensial Sel.............................................................................. IV-3

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang Pada pembelajaran mata kuliah kimia fisika diberikan dalam dua cara yaitu secara teoritis dan praktek. Pada pembelajaran teoritis, diberikan dasar-dasar umum teori. Sedangkan dalam praktikum, dilakukan beberapa prosedur untuk membuktikan kebenaran dari teori-teori yang sudah ada, sehingga diperoleh kesimpulan dari pembelajaran yang sesuai dengan teori dan fakta. Salah satunya yaitu praktikum kimia fisika. Praktikum kimia fisika sangat diperlukan, agar teori yang sudah ada dapat dikembangkan lebih jauh dengan praktikum. Praktikum potensial sel ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses yang terjadi pada sel volta baik proses dalam anoda maupun katoda. Selain untuk mengetahui harga sel volta, praktikum ini juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya Sel Bahan Bakar (Fuel Cell), aki mobil, baterai alkalin, dan proteksi besi oleh seng (Zn) terhadap korosi. Sel volta atau sel galvani adalah suatu elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks dan menghasilkan arus listrik. Sel volta terdiri atas elektroda, tempat berlangsungnya reaksi oksidasi disebut anoda (elektroda negatif), dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi disebut katoda (elektroda positif). Rangkaian sel volta terdiri atas elektroda Fe (Logam Fe) yang dicelupkan ke dalam larutan Fe2(SO4)3 dan elektroda Cu (Logam Cu) yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO4. Kedua larutan tersebut dihubungkan dengan jembatan garam yang berbentuk huruf U.

I.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini adalah: 1. Bagaimana cara mengukur potensial sel pada sel elektrokimia ?

I.3 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Untuk mengukur potensial sel pada sel elektrokimia.

I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori Metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks, yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda yang sama atau berbeda dalam suatu sistim elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi elektrokimia. Sel elektrokimia yang menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi spontan di dalamnya di sebut sel galvani. Sedangkan sel elektrokimia di mana reaksi tak-spontan terjadi di dalamnya disebut sel elektrolisis. Peralatan dasar dari sel elektrokimia adalah dua elektroda umumnya konduktor logam yang dicelupkan ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan maupun cairan) dan sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama yang berperan dalam metode ini adalah elektron yang di pasok dari suatu sumber listrik. Sesuai dengan reaksi yang berlangsung, elektroda dalam suatu sistem elektrokimia dapat dibedakan menjadi katoda, yakni elektroda di mana reaksi reduksi (reaksi katodik) berlangsung dan anoda di mana reaksi oksidasi (reaksi anodik) berlangsung (Putra, 2005). Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. Dalam sel volta, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron akan membentuk kutub negatif (-) dinamakan anoda, sedangkan elektroda yang menerima elektron akan membentuk kutub positif (+) dinamakan katoda. Jadi, sebuah sel volta terdiri dari dua bagian atau dua elektroda dimana setengah reaksi oksidasi berlangsung pada anoda dan setengah reaksi berlangsung pada katoda. Reaksi redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta (Deswanti, 2013). Prinsip-prinsip Sel Volta (Sel Galvani) : a. Didalam sel volta reaksi kimianya mengandung arus listrik dan terjadireaksi spontan. b. Terjadi perubahan dari energi kimia menjadi energi listrik. c. Pada anoda, terjadi reaksi oksidasi dan bermuatan negatif. d. Pada katoda, terjadi reaksi reduksi dan bermuatan positif.
(Ardiansyah, 2013)

II-1

II-2 Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1 Susunan Sel Volta Notasi sel : Zn/ Zn2+// Cu2+ / Cu Logam Cu mempunyai potensial reduksi yang lebih positif dibanding logam Zn, sehingga logam Zn bertindak sebagai anoda dan logam Cu bertindak sebagai katoda.
(Ahmadi, 2008)

Persamaan reaksi ionnya: Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) Persamaan reaksi setengah selnya: Pada elektroda Zn Pada elektroda Cu Reaksi redoks : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e : Cu2+(aq) + 2e Cu(s) : Cu2+ (aq) + Zn (s) Cu (s) + Zn2+ (aq) Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s) Pada proses pembentukan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam Zn akan teroksidasi membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2 elektron. Kedua elektron ini akan mengalir melewati voltmeter menuju elektroda Cu. Kelebihan elektron pada elektroda Cu akan diterima oleh ion Cu2+ yang disediakan oleh larutan Cu(NO3)2 sehingga terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu(s). Ketika reaksi berlangsung, dalam larutan Zn(NO3)2 akan kelebihan ion Zn2+ (hasil oksidasi). Demikian juga dalam larutan CuSO4 akan kelebihan ion NO3 sebab ion pasangannya (Cu2+) berubah menjadi logam Cu yang terendapkan pada elektroda Cu. Kelebihan ion Zn2+ akan dinetralkan oleh ion NO3 dari jembatan garam, demikian juga kelebihan ion NO3 akan dinetralkan oleh ion Na+ dari jembatan garam. Jadi, jembatan garam berfungsi menetralkan kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks (Budi, 2012). Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

Penulisan reaksi redoks tersebut dapat juga dinyatakan dengan diagram sel berikut:

II-3 Bab II Tinjauan Pustaka Dengan demikian, tanpa jembatan garam reaksi berlangsung hanya sesaat sebab kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks tidak ada yang menetralkan dan akhirnya reaksi berhenti seketika. Dalam sel elektrokimia, tempat terjadinya reaksi oksidasi (elektroda Zn) dinamakan anoda, sedangkan tempat terjadinya reaksi reduksi (elektroda Cu) dinamakan katoda. Alessandro Volta melakukan eksperimen dan berhasil menyusun deret keaktifan logam atau deret potensial logam yang dikenal dengan deret Volta (Budi, 2012).
LiKBaCaNaMgAlNuZnCrFeCdCoNiSnHCuAgHgPtAu

Semakin ke kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin kuat. Karena suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion unsur di sebelah kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion dari unsur di sebelah kirinya. Logam Na, Mg, dan Al terletak di sebelah kiri H sehingga logam tersebut dapat mereduksi ion H+ untuk menghasilkan gas H2, sedangkan logam Cu dan Ag terletak di sebelah kanan H sehingga tidak dapat mereduksi ion H+ (tidak bereaksi dengan asam). Deret Volta juga dapat menjelaskan reaksi logam dengan logam lain. Misalnya, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4. Reaksi yang terjadi adalah Zn mereduksi Cu2+ (berasal dari CuSO4) dan menghasilkan endapan logam Cu karena Zn terletak di sebelah kiri Cu. Zn(s)+CuSO4(aq)ZnSO4(aq)+Cu(s) atau 2+ Zn(s) + Cu (aq) Zn2+(aq) + Cu(s) Potensial sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit eksternal. Potensial sel dihasilkan dari sel Galvani atau sel volta. Besarnya potensial sel dari suatu reaksi redoks dalam sel volta merupakan total dari potensial elektroda unsurunsur sesuai dengan reaksinya. Hasil perhitungan potensial sel dapat bernilai positif atau negatif. Jika potensial sel bertanda positif berarti reaksi dapat berlangsung, sedangkan jika potensial sel bertanda negatif berarti reaksi tidak dapat berlangsung. Potensial sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial gas dalam sel. Potensial sel standar E0 sel : potensial pada 250C, konsentrasi ion 1 M dan tekanan parsial 1 atm. Potensial sel standar dihitung dengan menggunakan potensial-potensial standar zatzat yang mengalami redoks E0 sel = E0 red E0 oks Keterangan: E0oks = potensial standar zat yang mengalami oksidasi Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-4 Bab II Tinjauan Pustaka E0red = potensial standar zat yang mengalami reduksi
(Ratna dkk;, 2009)

Tabel II.1 Harga Potensial Sel

Dalam sel elektrokimia suatu elektroda dapat disebut sebagai anoda atau katoda. Anoda ini didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron datang dari sel elektrokimia dan oksidasi terjadi, dan katoda didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron memasuki sel elektrokimia dan reduksi terjadi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau katoda tergantung dari tegangan listrik yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut. Elektroda bipolar adalah elektroda yang berfungsi sebagai anoda dari sebuah sel elektrokimia dan katoda bagi sel elektrokimia lainnya (Wikipedia, 2013). Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron bebas dari suatu logam kepada komponen didalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia

sangat penting dalam sel galvani (sel yang menghasilkan arus listrik) dan sel elektrolisis ( sel yang menggunakan/memerlukan arus listrik). Dalam bidang elektrokimia antara sel galvani dan elktrolisis terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaannya yaitu

berhubungandengan reaksi spontan dan tidak spontan. Sel Galvani secara umum terjadi reaksispontan, sedangkan sel elektrolisis terjadi reaksi tidak spontan. Reaksi spontan Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-5 Bab II Tinjauan Pustaka artinyareaksi elektrokimia tidak menggunakan energi atau listrik dari luar, sedangkan reaksitidak spontan yaitu reaksi yang memerlukan energi atau listrik. Beberapa parameter untuk mengetahui reaksi spontan atau tidak spontan adalah parameter Go, K, dan Eosel.
(Dhio, 2013)

Tabel II.2 Hubungan antara Go, K, Eosel Go Negatif 0 K >1 =1 Eosel Positif 0 Keadaan Reaksi Spontan Kesetimbangan Aplkasi Sel Galvani, aki, baterai, fuel sel. Elektroplanting, elektrodeposisi, elektrodegradasi, elektroanalisis, elektrosimtesis.

Positif

<1

Negatif

Tidak Spontan

(Dhio, 2013)

Elektroda dibagi menjadi: 1. Logam-ion logam Elektroda ini terdiri atas logam yang setimbang dengan ion logamnya, seperti Zn, Cu, Cd, Na dan sebagainya. 2. Amalgama Hampir sama dengan elektroda logam-ion logam tetapi dipakai elektroda Pb(Hg) dalam larutan Pb2+. 3. Non metal-non gas Elektroda ini disusun dengan menempatkan zat yang bersangkutan dalam tabung, kemudian di atasnya diberi larutan ion yang bersangkutan. Hubungan dengan air dapat dilakukan dengan logam inert seperti Pt. 4. Gas Elektroda gas terdiri atas gas yang dimasukkan bergelembung ke dalam larutan yang berisi ion dan setimbang dengannya. Sebagai hubungan luar biasanya dipakai Pt dilapisi Pt hitam. 5. Logam-garam tidak larut Dalam hal ini termasuk: elektroda kalomel, elektroda perak-perak klorida, elektroda timbal-timbal sulfat, dan elektroda perak-perak bromida. Elektroda ini setimbang dengan ion-ion sisa asam dari garam yang bersangkutan. Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS amalgama. Sifatnya

lebih aktif dan aktivitas logamnya lebih rendah sebab diencerkan Hg. Contohnya

II-6 Bab II Tinjauan Pustaka 6. Logam-oksida tidak larut Elektroda ini setimbang dengan ion OH- dalam larutan. Seperti elektroda Sb/Sb2O3(s). 7. Oksidasi-oksidasi Elektroda ini terdiri atas logam Pt yang dimasukkan dalam larutan yang terbentuk oksidasi dan reduksinya. Misalnya elektoda Pt/Fe2+.
(Sukardjo, 2002)

Elektrokimia adalah salah satu dari cabang ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan bentuk energi listrik menjadi energi kimia dan sebaliknya. Proses elektrokimia melibatkan reaksi redoks. Proses transfer elektron akan menghasilkan sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat diterapkan dalam dua jenis sel, yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Ada dua metode untuk menyetarakan persamaan redoks. Salah satu metode disebut metode perubahan bilangan oksidasi (PBO), yang berdasarkan pada perubahan bilangan oksidasi yang terjadi selama reaksi. Metode lain, disebut metode setengah reaksi (metode ion-elektron). Metode ini melibatkan dua buah reaksi paruh, yang kemudian digabungkan menjadi reaksi redoks keseluruhan (Andy, 2009). Reaksi redoks merupakan reaksi yang melibatkan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pengertian reaksi oksidasi dan reaksi reduksi berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu kimia. Reaksi reduksi dan reaksi oksidasi banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya reaksi pembakaran, pembuatan cuka dari alkohol, peristiwa pemecahan glukosa di dalam tubuh, perkaratan besi, dan lain-lainnya (Anonim, 2013). Pada awalnya konsep reduksi dan oksidasi (redoks) terbatas pada reaksi yang melibatkan pelepasan dan pengikatan oksigen. Reaksi okseidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat. Contoh: C(s) + O2(g) CO2(g) H2(g) + O2(g) H2O(l) 2Cu(s) + O2(g) 2CuO(s) Reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat. Contoh: HgO(s) Hg(l) + O2(g) FeO(s) + CO(g) Fe(s) + CO2(g)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-7 Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan reaksi reduksi dan oksidasi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen ternyata kurang universal (luas) karena reaksi kimia tidak hanya melibatkan oksigen saja. Misalnya, reaksi kimia antara gas klorin dan logam natrium membentuk natrium klorida. Na(s) + Cl2(g) NaCl(s) Konsep reaksi reduksi dan oksidasi selanjutnya dijelaskan dengan menggunakan konsep perpindahan (transfer) elektron. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi pengikatan elektron. Dengan menggunakan konsep tersebut, maka dapat dijelaskan terjadinya reaksi oksidasi dan reaksi reduksi pada reaksi antara gas klorin dengan logam natrium sebagai berikut. Na(s) + Cl2(g) NaCl(s) Dalam reaksi itu terdapat 2 peristiwa, yaitu: Na(s) Na+(s) + e Cl2 + e- Cl(oksidasi) (reduksi)

Berdasarkan konsep tersebut dapat dinyatakan bahwa peristiwa reaksi oksidasi reduksi terjadi secara bersamaan. Reaksi transfer elektron terjadi pada senyawa-senyawa yang berikatan ion. Ion positif terbentuk karena suatu atom melepas elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena suatu atom mengikat elektron. Oleh karena itu, konsep reaksi redoks yang didasrkan pada perpindahan (transfer) elektron cukup memuaskan untuk menjelaskan reaksi-reaksi pembentukkan senyawa ion (Anonim, 2013). Reaksi oksidasi dan reduksi sering diistilahkan dengan reaksi redoks, hal ini dikarenakan kedua peristiwa tersebut berlangsung secara simultan. Oksidasi merupakan perubahan dari sebuah atom atau kelompok atom (gugus) melepaskan elektron, bersamaan itu pula atom atau kelompok atom akan mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Demikian pula sebaliknya reduksi adalah perubahan dari sebuah atom atau kelompok atom menerima atau menangkap elektron. Sel elektrokimia dibagi menjadi dua yaitu: 1. Sel kimia a. Tidak dengan pemindahan b. Dengan pemindahan 2. Sel konsentrasi a. Tidak dengan pemindahan b. Dengan pemindahan
(Maron Lando, 1974)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-8 Bab II Tinjauan Pustaka Elektrokimia adalah kajian reaksi redoks yang dilaksanakan sedemikian sehingga di dalam sistem itu dapat ditentukan potensial listrik yang dapat diukur. Di dalamsebuah sel volta sebuah reaksi redoks spontan membangkitkan arus listrik yang mengalir lewat rangkaian luar. Semua sel elektrokimia harus mempunyai rangkaian dalam, ion dapat mengalir dalam bentuk ionnya berdifusi. Beberapa tipe sel tertentu menggunakan jembatan garam unuk maksud tertentu. Dalam masing-masing sel oksidasi berlangsung pada anoda dan reduksi berlangsung pada katoda (Keenan,1992). Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit. Ketika tegangan diberikan terhadap elektroda itu. Elektroda yang bermuatan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan negatif disebut katoda. Elektroda seperti platina yang hanya mentransfer elektron dari larutan disebut elektron inert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki reaksi elektroda selama elektrolisis, terjadilah reduksi pada katoda dan oksidsi pada anoda. Gambaran umum tipe reaksi elektroda dapat diringkas sebagai berikut: a. Arus listrik yang membawa ion akan diubah pada elektroda b. Ion negatif yang sulit dibebaskan pada katoda menyebabkan pengurangan H2O dan pembentukan H2 dan OH- dan absorpsi elektron. c. Ion negatif yang sulit dibebaskan pada anoda menyebabkan pengurangan H2O dan elektron.
(Dogra, 1998)

Sel galvani menghasilkan arus listrik bila reaksi berlangsung spontan. Sel elektrolit menggunakan elektrolit untuk menghasilkan perubahan kimia. Proses elektrolisis meliputi pendorongan arus listrik melalui sel untuk menghasilkan perubahan kimia dimana potensi potensial sel adalah negatif (Strjer, 1994). Jika dalam sel volta energi kimia diubah menjadi energi listrik, maka dalam sel elektrolisis yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu energi listrik diubah menjadi energi kimia. Dengan mengalirkan arus listrik ke dalam suatu larutan atau leburan elektrolit, akan diperoleh reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis. Faktor yang menentukan reaksi kimia elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda ada yang bersifat inert dan elektoda tidak inert. Hasil elektrolisis dapat disimpulkan; reaksi pada katoda (katoda tidak berperan) ada K+, Ca2+, Na+, H+. Dari asam dan logam lain (Cu2+), reaksi pada anoda, untuk anoda inert ada OH-, Cl-, Br-, dan I- dan sisa asam lainnya serta anoda tidak inert (bukan Pt dan C) (Anshory, 1984). Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-9 Bab II Tinjauan Pustaka Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan untuk mendesak elektron agar mengalir dalam arah yang berlawanan dengan aliran spontan. Hubungan antara jumlah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis merupakan salah satu persoalan penting yang dicarikan jawabannya oleh Michael Faraday (1791-1867). Hukum faraday pertama tentang tentang elektrolisis menyatakan bahwa jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu elektrolisis. Hukum kedua tentang elektrolisis menyatakan bahwa : Sejumlah tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen yang sama dari benda apa saja dalam suatu elektrolisis (Petrucci, 1985). Untuk menginduksi arus agar mengalir melewati sel elektrokimia, dan menghasilkan reaksi sel non-spontan, selisih potensial yang diberikan harus melebihi potensial arus-nol sekurang-kurangnya sebesar potensial lebih sel, yaitu jumlah potensial ubin pada kedua elektroda dan penurunan ohm (I x R) yang disebabkan oleh arus yang melewati elektrolit. Potensial tambahan yang diperlukan untuk mencapai laju reaksi yang dapat terdeteksi, mungkin harus besar, jika rapatan arus pertukaran pada elektrodanya kecil. Dengan alasan yang sama, sel galvani menghasilkan potensial lebih kecil ketimbang pada kondisi arus nol
(Atkins, 1990

Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air (H2O), dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada proses Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-10 Bab II Tinjauan Pustaka elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda.
(Anonim, 2011)

Berikut ini adalah contoh reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl. Dikenal dengan istilah sel Downs : Katoda (-) Anoda (+) Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 e: 2 Cl-(l) > 2 Na(s) > Cl2(g) + 2 e-

: 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) > 2 Na(s) + Cl2(g)

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan gelembung gas Cl2 di anoda (Andy, 2009) Kebergantungan potensial elektroda pada konsentrasi telah dibahas. Untuk persamaan sel umum, aA +bB xX + yY

potensial sel diberikan oleh persamaan Nernst. E = E (RT/nF) ln([X]x[Y]y)/([A]a[B]b)

E adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi sel dalam keadaan standar), n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi, F adalah tetapan Faraday (Anonim, 2009). Potensial sel non standar dapat dihitung dengan persamaan Nernst sebagai berikut :

E 0 sel Esel

0,0592 massa(oksidasi) log n massa(reduksi)

Eo adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi sel dalam keadaan standar), n jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi, sedangkan oksidasi dan reduksi masing-masing menyatakan konsentrasi partikel hasil oksidasi dan konsentrasi partikel hasil reduksi (Anonim, 2009).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan 1.Variabel Bebas - Konsentrasi CuSO dan ZnSO4 : 0,05 N; 0,10 N; 0,15 N; 0,20 N; 0,25 N; 0,30 N; 0,75 N; 0,85 N; 0,95 N; 1,5 N. 2. Variabel Terikat - Besarnya voltase 3. Variabel Kontrol - Volume masing-masing larutan 250 ml III.2 Alat Percobaan 1. Erlenmeyer 2. Pipet tetes 3. Labu ukur 4. Gelas ukur 5. Timbangan elektrik 6. Kaca Arloji 7. Beaker glass 8. Voltmeter 9. Benang 10. Spatula 11. Selang III.3 BahanPercobaan 1. Aquades 2. Larutan CuSO4 3. Lempeng logam Cu 4. Larutan ZnSO4 5. Lempeng logam Zn III.4 Prosedur Percobaan 1. 2. 3. Menghitung berat CuSO4 dan ZnSO4 sesuai variabel yang telah ditentukan. Menimbang padatan CuSO4 dan ZnSO4. Melarutkan padatan CuSO4 dan ZnSO4 dengan aquades kedalam labu ukur 500 ml.

III-1

III-2 BAB III Metodologi Percobaan 4. Mengencerkan larutan CuSO4 dan ZnSO4 sesuai dengan variabel konsentrasi yang telah ditentukanya itu, 0,05 N; 0,10 N; 0,15 N; 0,20 N; 0,25 N; 0,30 N; 0,75 N; 0,85 N; 0,95 N; 1,5 N. 5. Mengisi beaker glass yang berisi lempengan logam CuSO4 dengan konsentrasi pertama 0,05 N . 6. Mengisi beaker glass lain yang berisi lempengan logam sampel dengan larutan garam sejenis ZnSO4 dengan konsentrasi pertama 0,05 N. 7. Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam. 8. Menghubungkan kutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga dan kutub positif pada elektroda sampel. 9. Mengamati voltase yang terjadi hingga keadaan konstan dan mencatatnya. 10. Mengulangi percobaan sebanyak 2x dengan konsentrasi larutan yang berikutnya hingga selesai. tembaga dengan larutan

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi DIII Teknik Kimia FTI-ITS

III-3 BAB III Metodologi Percobaan III.5 Diagram Alir Percobaan Mulai

Menghitung berat CuSO4 dan ZnSO4 sesuai variabel yang telah ditentukan.

Menimbang padatan CuSO4 dan ZnSO4.

Melarutkan padatan CuSO4 dan ZnSO4 dengan aquades kedalam labu ukur 500 ml.

Mengencerkan larutan CuSO4 dan ZnSO4 sesuai dengan variabel konsentrasi yang telah ditentukan yaitu; 0,05 N; 0,10 N; 0,15 N; 0,20 N; 0,25 N; 0,30 N; 0,75 N; 0,85 N; 0,95 N; 1,5 N.

Mengisi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga dengan larutan CuSO4 dengan konsentrasi pertama 0,05 N.

Mengisi beaker glass lain yang berisi lempengan logam sampel dengan larutan garam sejenis ZnSO4 dengan konsentrasi pertama 0,05 N.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi DIII Teknik Kimia FTI-ITS

III-4 BAB III Metodologi Percobaan

Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam.

Menghubungkan kutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga dan kutub positif pada elektroda sampel.

Mengamati voltase yang terjadi hingga keadaan konstan dan mencatatnya.

Mengulangi percobaan sebanyak 2x dengan konsentrasi larutan yang berikutnya hingga selesai.

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi DIII Teknik Kimia FTI-ITS

III-5 BAB III Metodologi Percobaan III.6 Gambar Alat Percobaan

Beaker Glass

Erlenmeyer

Labu Ukur

Gelas Ukur

Spatula

Kaca Arloji

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi DIII Teknik Kimia FTI-ITS

III-6 BAB III Metodologi Percobaan

Pipet Tetes

Selang

Batas ukur

Selektor Batas ukur Piringan (plate) Tombol Pengatur Test pin positif dan negative

Timbangan Elektrik

Voltmeter

Benang Laboratorium Kimia Fisika Program Studi DIII Teknik Kimia FTI-ITS

III-7 BAB III Metodologi Percobaan

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi DIII Teknik Kimia FTI-ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 Tabel Hasil Percobaan Berdasarkan prosedur percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel IV.1 Hasil Percobaan Potensial Sel KONSENTRASI CuSO4 dan ZnSO4 0,05 N 0,10 N 0,15 N 0,20 N 0,25 N 0,30 N 0,75 N 0,85 N 0,95 N 1,5 N I 14,8 V 12,5 V 16,6 V 38,5 V 33,1 V 56,5 V 115,4 V 140,1 V 133,7 V 138,2 V II 11,8 V 19,9 V 15,1 V 34,2 V 43,5 V 41,3 V 129,7 V 52,3 V 72,7 V 144,5 V TEGANGAN III 11,4 V 26 V 16,4 V 55 V 68,1 V 56,9 V 116,5 V 104,9 V 105,2 V 131,6 V Rata-rata 12,67 V 19,47 V 16,03 V 42,57 V 48,23 V 51,77 V 120,53 V 99,1 V 103,87 V 138,1 V

IV.2 Grafik dan Pembahasan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur potensial sel pada sel elektrokimia pada larutan CuSO4 dan ZnSO4 dengan kosentrasi larutan yang berbedabeda. Potensial sel adalah gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit eksternal. Potensial sel dihasilkan dari sel Galvani. Potensial sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial gas dalam sel. Potensial sel standar dihitung dengan menggunakan potensial-potensial standar zat-zat yang mengalami redoks. Besarnya potensial sel dari suatu reaksi redoks dalam sel volta merupakan total dari potensial elektroda unsur-unsur sesuai dengan reaksinya. Selainitu, percobaan ini didasari pada hukum Nernst, yaitu sebuah hukum yang menyatakan hubungan antara potensial sel dari sebuah elektron ion-ion metal dan konsentrasi dari ion dalam sebuah larutan.

IV-1

IV-2 BAB IV Hasil Percobaan Dan Pembahasan Grafik IV.1 Hubungan antara Konsentrasi dengan Beda Potensial Dari hasil pengamatan CuSO4 dan larutan ZnSO4 ini dihubungkan dengan
160 140

Beda Potensial ( V)

120
100 80 60

40
20 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,75 0,85 0,95 1,5 Konsentrasi ( N )

menggunakan jembatan garam. Logam yang dimasukkan pada kedua larutan itu disebut elektrode. Elektrode pada sel ini terbuat dari tembaga (Cu) dan Seng (Zn). Tembaga berfungsi sebagai katoda, sedangkan Seng berfungsi sebagai anoda. Reaksi oksidasi dan reduksi sering diistilahkan dengan reaksi redoks, hal ini dikarenakan kedua peristiwa tersebut berlangsung secara simultan. Pada katoda terjadi reaksi reduksi : Cu 2++ 2e-Cu sedangkan pada anoda terjadi reaksi oksidasi, ZnZn2++ 2eDari grafik IV.1 dapat diketahui bahwa konsentrasi sebanding dengan harga beda potensial. Artinya, semakin besar konsentrasi harga beda potensial juga semakin besar. Dikarenakan, reaksi yang mempunyai beda potensial positif adalah yang mengalami reaksi redoks secara spontan. Reaksi redoks spontan terjadi apabila sel anoda lebih mudah teroksidasi dan sel katoda lebih mudah tereduksi. Unsur yang lebih mudah teroksidasi terletak di sebelah kanan unsur yang tereduksi pada deret volta. Sehingga, reaksi yang mempunyai beda potensial positif adalah reaksi yang sel anodanya terletak di sebelah kanan unsur katoda pada deret volta. Rumus untuk mencari potensial sel dengan nilai kemolaran kurang dari 1 :

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-3 BAB IV Hasil Percobaan Dan Pembahasan

Reaksi redoks yang terjadi pada CuSO4 dan ZnSO4 adalah sebagai berikut : (katode) (anode) : Cu2+ + 2e- Cu : Zn Zn2+ + 2e Zn2+ + Cu E0 = + 0,34 V E0 = - 0,76 V Esel= +1,10 V

Reaksi sel : Cu2+ + Zn Dan dapat dirumuskan :

E0sel = E0katoda E0anoda atau 0 E sel = E0 red E0oks

180 160 140 120 100

Beda Potensial ( V)

80
60 40 20 0 0,05 0,1 0,15 0,25 0,3 0,75 0,85 0,95 1,5

Potensial sel dengan percobaan Potensial sel dengan reaksi

Konsentrasi ( N )

Grafik IV.2 Deviasi Nilai Potensial Sel Dari grafik IV.2 dapat diketahui gambaran mengenai perbandingan potensial sel hasil perhitungan dengan potensial sel hasil percobaan. Potensial sel hasil perhitungan disetiap konsentrasi hasilnya selalu berbeda. Sama halnya dengan potensial sel hasil percobaan yang besarnya berbeda-beda setiap konsentrasinya.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB V KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar juga harga potensial sel. Yang artinya, nilai konsentrasi berbanding lurus dengan nilai harga beda potensial. 2. Konsentrasi mempengaruhi nilai potensial sel. Potensial sel hasil perhitungan disetiap konsentrasi hasilnya sama. Sedangkan potensial sel hasil percobaan besarnya berbedabeda setiap konsentrasinya. 3. Voltase didapatkan dari larutan yang mengandung anion dan kation. Anion terdapat pada CuSO4 dan kation terdapat pada ZnSO4. 4. Voltase bisa didapatkan dengan menyambungkan kedua larutan dengan jembatan garam, salah satunya adalah NaCl. 5. Rata-rata harga potensial terkecil terjadi pada konsentrasi 0,05 N yaitu 12,67 V dan ratarata harga potensial tertinggi terjadi pada konsentrasi 1,5 N yaitu 138,1 V.

V-1

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, I. (2008, Desember 17). Sel Volta. Retrieved from wordpress.com:

www.imamahmadi.wordpress.com/sel-volta/ Andy. (2009, September 9). Reaksi Redoks. Retrieved from wordpress.com:

http://andykimia03.wordpress.com/2009/09/09/elektrokimia-i-penyetaraan-reaksiredoks-dan-sel-volta/ Anonim. (2009, Oktober 23). Potensial Sel. Retrieved from blogspot.com:

http://k15tiumb.blogspot.com/2009/10/potensial-sel.html Anonim. (2011, September 28). Sel elektrolisis. Retrieved from wordpress.com: http://esdikimia.wordpress.com/2011/09/28/sel-elektrolisis/ Anonim. (2013, April 23). Reaksi Redoks. Retrieved http://handoet.wordpress.com/kelas-x/reaksi-redoks/ from wordpress.com:

Ardiansyah, K. (2013, Maret 17). Laporan Resmi Praktikum Kimia Sel Volta. Retrieved from scribd.com: http://www.scribd.com/doc/185753657/Laporan-Resmi-Praktikum-KimiaSel-Volta Budi. (2012, desember 22). Sel elektrokimia. Retrieved from http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xii/sel-elektrokimia/) budisma.web.id:

Deswanti, R. (2013, Februari 23). Reaksi Redoks dan Elektrolisis. Retrieved from wordpress.com: (http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semesteri/2-reaksi-redoks-dan-elektrokimia/3-potensial-sel/) Dhio. (2013, November 11). Sel Elektrolisis. Retrieved from scribd.com: http://www.scribd.com/doc/190236848/BAB-VIII-dio-bismillah-ACC-pdf

Putra, S. E. (2005, September 20). Elektrosintesis. Retrieved from chem-is-try.org: http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_fisika/elektrosintesis_metode_elektrokimia_untuk_mempr oduksi_senyawa_kimia/ Ratna dkk;. (2009). Retrieved from http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiasmk/kelas_x/potensial-sel-reaksi-sel-dan-penentuan-potensial-reduksi/

Wikipedia. (2013). Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroda

DAFTAR NOTASI

NO. NOTASI 1. 2. 3. E0 sel E0 red E0 oks

KETERANGAN Potensial Sel Potensial Reduksi Potensial Oksidasi

SATUAN volt volt volt

APPENDIKS
Membuat larutan ZnSO4 1,5 N dengan 500 ml aquades: Diketahui : Larutan ZnSO4 dengan BM: 161,5 dan e: 2 M= M= 1,5 =
N e 1,5 2

= 0,75 M

m BM m

1000 v 1000 500

161,5

m = 60,56 gram Setelah didapatkan larutan ZnSO4 1,5 N 500 ml, kemudian diambil 250 ml untuk percobaan. Selanjutnya larutan ZnSO4 0,95 N diencerkan untuk variabel konsentrasi berikutnya menggunakan rumus pengenceran : N1 x V1 = N2 x V2 1,5 x V1 = 0,95 x 250 V1 =
0,95 x 250 1,5

V1 = 158,33 ml V1 = 158,33 ml ZnSO4 1,5 N + 91,67 ml H2O Untuk percobaan selanjutnya, pembuatan larutan ZnSO4 0,85 N; 0,75 N; 0,3 N; 0,25 N; 0,20 N; 0,15 N; 0,10 N; dan 0,05 N, tetap menggunakan rumus pengenceran seperti diatas. Cara membuat larutan: 1. Menimbang ZnSO4 sebanyak 60,56 gram. 2. Mengisi labu ukur dengan air sebanyak sepertiga bagian. 3. Memasukkan ZnSO4 sebanyak 60,56 gram ke dalam labu ukur. 4. Mengocok campuran yang ada di labu ukur. 5. Menambah air sedikit demi sedikit hingga mencapai 500 ml. 6. Mengocok campuran hingga larut.

viii

Membuat larutan CuSO4 1,5 N dengan 500 ml aquades: Diketahui : Larutan CuSO4 dengan BM: 159,5 dan e: 2 M= M= 1,5 =
N e 1,5 2

= 0,75 M

m BM m

1000 v 1000 500

159,5

m = 59,81 gram Setelah didapatkan larutan CuSO4 1,5 N 500 ml, kemudian diambil 250 ml untuk percobaan. Selanjutnya larutan CuSO4 0,95 N diencerkan untuk variabel konsentrasi berikutnya menggunakan rumus pengenceran : N1 x V1 = N2 x V2 1,5 x V1 = 0,95 x 250 V1 =
0,95 x 250 1,5

V1 = 158,33 ml V1 = 158,33 ml CuSO4 1,5 N + 91,67 ml H2O Untuk percobaan selanjutnya, pembuatan larutan CuSO4 0,85 N; 0,75 N; 0,3 N; 0,25 N; 0,20 N; 0,15 N; 0,10 N; dan 0,05 N tetap menggunakan rumus pengenceran seperti diatas. Cara membuat larutan: 1. Menimbang ZnSO4 sebanyak 60,56 gram. 2. Mengisi labu ukur dengan air sebanyak sepertiga bagian. 3. Memasukkan ZnSO4 sebanyak 60,56 gram ke dalam labu ukur. 4. Mengocok campuran yang ada di labu ukur. 5. Menambah air sedikit demi sedikit hingga mencapai 500 ml. 6. Mengocok campuran hingga larut.

viii

Anda mungkin juga menyukai