Anda di halaman 1dari 10

SUSILA

A. Pendahuluan
Agama Hindu memiliki kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umatnya sebagai landasan untuk memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Kerangka dasar tersebut terdiri atas tiga unsure, yaitu tattwa/filsafat, susila/etika, dan upacara/ritual .Ketiga unsure kerangka dasar itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Untuk dapat memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaran agama Hindu secara utuh dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, setiap umat Hindu memiliki kewajiban menjadi kerangka dasar sebagai pedoman. Dengan demikian, mereka dapat mewujudkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan bahagia. Susila dalam agama Hindu merupakan kerangka dasar yang kedua. Susila adalah istilah lain dari kata etika dan moral. Etika dan moral merupakan dua kata yang dipergunakan silih berganti untuk maksud yang sama. Berdasarkan uraian di atas, kita dapat pahami bahwa etika merupakan ajaran perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematik tentang perilaku (karma). Susila adalah perbuatan (karma) apa yang dianggap sebagai perbuatan baik (subhakarma/daivi sampad) dan perbuatan yang tidak baik (asubhakarma/ asuri sampad). Pengertian tentang susila dapa dijelaskan sebaga berikut : 1. Susila atau etika adalah uaya mencari kebenaran. Sebagai filsafat, ia mencari informasi yang sedalam-dalanya secara sistematik tentang kebenaran yang bersifat absolute ataupun relative. 2. Susila atau etika adalah upaya untuk mengadakan penyelidikan atau mengkaji kebaikan manusia. Sebagai manusia bagaimana seharusnya hidup dan bertindak di dunia ini agar hidup menjadi bermakna. 3. Susila atau etika merupakan upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan fisiknya dan kecerdasan rohani. Suksmasarira manusia terdiri atas pikiran, kecerdasan, dan kesadaran murni yang dapat berfungsi sebagai sarana untuk memecahkan berbagai masalah tentang bagaimana manusia hidup dan berbuat baik.

Demikianlah, manfaat hidup menjadi manusia sebagaimana disebutkan dalam kitab suci Veda. Manusia hendaknya selalu mengupayakan perilaku yang baik dengan sesamanya. Memperlakukan orang lain dengan baik sesungguhnya adalah sama dengan memperlakukan diri sendiri yang baik. Perilaku seperti itu selamanya patut diupayakan dan dilestarikan dalam setiap perbuatan kita sebagai manusia.

B. Pengertian dan Bagian-Bagian Catur Warna, Catur Asrama, dan Catur Purusartha

1. Catur Warna

a. Pengertian Catur Warna Catur warna berasal dari bahasa Sansekerta dari akar kata Vr yang berarti pilihan. Catur warna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadinya masing-masing. Selain itu, Catur warna juga berasal dari kata catur yang berarti empat dan warna yang berarti tutup, penutup, warna bagian luar, jenis, watak, bentuk, dan kasta. Jadi Catur warna berarti empat pengelompokan masyarakat dalam tata kemasyarakatan agama Hindu yang ditentukan

berdasarkan profesinya. Warna dalam Catur Warna memiliki manfaat yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan profesionalitas umat Hindu. Warna seseorang ditentukan oleh guna dan karma. Guna adalah sifat, bakat, dan pembawaan seseorang. Sedangkan karma berarti perbuatan atau pekerjaan.

b. Bagian-Bagian Catur Warna Bagian-bagian dari catur warna adalah sebagai berikut : 1. Brahmana Warna Brahmana warna adalah seseorang atau golongan masyarakat yang berkecimpung dalam bidang kerohanian. Seseorang disebut Brahmana apabila memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian. 2. Ksatria Warna Ksatria warna adalah individu atau golongan yang memiliki keahlian dalam memimpin bangsa dan negara. Seseorang disebut Ksatria Warna apabila ia memiliki kelebihan dalam bidang kepemimpinan

3. Waisya Warna Waisya warna adalah individu atau golongan yang memiliki keahlian di bidang pertanian dan perdagangan. Seseorang disebut sebagai Waisya Warna apabila ia memiliki kelebihan dalam bidang pertanian dan perdagangan. 4. Sudra Warna Sudra Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dalam pelayanan atau membantu. Seseorang dapat disebut Sudra Warna apabila ia memiliki kelebihan dalam bidang pelayanan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa Catur warna merupakan pengelompokkan masyarakat berdasarkan guna dan bakat. Pengelompokkan ini tidak bersifat turun-temurun karena sistem warna tidak sama dengan kasta. Sebab agama Hindu mengutamakan ajaran Tat Twam Asi dalam memupuk pergaulan dan kerja sama dalam masyarakat. Tinggi rendahnya kedudukan seseorang di dalam suatu masyarakat tidak ditentukan oleh keturunannya melainkan oleh kemampuannya untuk menjalankan suatu tugas.

c. Peranan dan Fungsi Tiap-Tiap Warna 1. Peranan dan fungsi Brahmana Kata brahmana berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata bhr artinya tumbuh. Dari kata ini dapat digambarkan bahwa fungsi brahmana adalah untuk menumbuhkan daya cipta rohani umat manusia untuk mencapai ketentraman hidup lahir batin. Brahmana juga berarti pendeta. Pendeta adalah gelar pemimpin agama yang menuntun umat Hindu mencapai ketenangan hidup dan memimpin umat dalam melakukan upacara agama. Karena tugas dan kewajiban pokok dari warna Brahmana adalah mempelajari Weda (Vedadhyayana) dan memelihara weda-weda itu (Vedarakshana), maka warna Brahmana tidak boleh melakukan pekerjaan diniawi. Untuk kehidupannya, dia harus dibantu oleh warna-warna lainnya. Karena tugas warna Brahmana yang sangat berat maka warna ini memiliki kedudukan yang suci, luhur, dan mulia. 2. Peranan dan Fungsi Ksatria Kata ksatria berasal dari bahasa Sansekerta. Artinya suatu susunan pemerintahan atau juga berarti pemerintah (ruler), prajurit, daerah, keunggulan, kekuasaan dan kekuatan. Fungsi ksatria dalam Catur Warna adalah memimpin pemerintahan. Seorang pemimpin harus mengetahui Tri Upaya Sandhi antara lain:

a. Rupa artinya pemimpin harus dapat melihat wajah rakyat yang baik b. Wangsa artinya pemimpin harus mengetahui tata susunan masyarakat yang utama c. Guna artinya pemimpin harus mampu mengetahui rakyatnya yang memiliki keahlian. Jadi warna yang paling berhak duduk dilapangan pemerintahan adalah Ksatria Warna. 3. Peranan dan Fungsi Waisya Kata waisya berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata vic yang berarti bermukim di atas tanah tertentu. Dari urat kata tersebut, berkembanglah menjadi kata waisya yang berarti golongan pekerja atau seseorang yang mengusahakan pertanian. Tugas dari warna Waisya adalah untuk kemakmuran negara. Tugas-tugas mereka terutama untuk mengusahakan pertanian, pertenakan, dan perdagangan. Jadi warna waisya adalah golongan fungsional yang setiap orang memiliki watak tekun, terampil, hemat, cermat, dan keahlian serta bakat kelahirannya untuk menyelenggarakan kemakmuran masyarakat negara dan kemanusiaan. 4. Peranan dan Fungsi Sudra Istilah sudra (cudra) berasal dari bahasa Sansekerta, Cuma akar katanya yang belum diketahui secara pasti. Kata cudra berarti golongan pelayan. Akan tetapi, ada juga yang menyebutkan kata sudra berasal dari kata su artinya utama dan dra yang artinya pengabdian. Jadi sudra artinya pengabdian yang utama. Kehidupan pokok dari sudra warna adalah kerja memburuh, pekerja yang menggantungkan hidupnya kepada orang lain, dan hasil daripada menjual tenaga. Namun sekarang ada kekaburan antara waisya warna dan sudra warna. Karena seorang sudra tidak hanya dapat bertugas sebagai pelayan saja, namun dapat juga berfungsi dalam ekonomi. Hal ini membuktikan adanya batas yang tipis diantara kedua warna tersebut.

2. Catur Asrama

a. Pengertian Catur Asrama Catur Asrama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Catur dan Asrama. Catur berarti empat dan Asrama berarti tempat atau lapangan kerohanian. Kata asrama sering disebut juga dengan jenjang kehidupan. Jadi Catur Asrama adalah empat jenjang kehidupan yang berlandaskan petunjuk kerohanian Hindu. Adanya empat jenjang kehidupan berarti hidup telah diprogramkan menjadi empat fase dalam kurun waktu tertentu. Masing-masing jenjang memiliki warna tersendiri dan harus dilewati . Setelah itu, atma diharapkan dapat bersatu dengan sumbernya yaitu Parama Atma.

b. Bagian-Bagian Catur Asrama Berdasarkan naskah kuno yang diberi nama Agastya Parwa, menguraikan bagianbagian dari Catur Asrama yaitu sebagai berikut : 1) Brahmacari Asrama Pada tahap Brahmacari tujuan hidup yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa mendapat perioritas kedua. Tujuan utama dari masa Brahmacari adalah untuk mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Dalam Agni Purana disebutkan ada dua jenis ilmu pengetahuan yaitu Parawidya yaitu ilmu pengetahuan tentang ciptaan Tuhan yaitu dunia dan seluruh isinya dan Aparawidya. 2) Grehastha Asrama Grehastha asrama adalah hidup berumah tangga. Pada tahap ini tujuan utamanya adalah Artha dan Kama. Seseorang yang telah hidup berumah tangga harus hidup dengan kemampuan sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. 3) Wanaprastha Asrama Pada tahap ini tujuan yang utama adalah Moksa. Aktivitas hidup pada masa Wanaprastha digambarkan dalam kitab Agastya Parwa yaitu pergi dari desa dan menetap, di tempat yang suci dan bersih terutama di gunung, mendirikan pertapaan sebagai tempat melakukan Panca Krama dan mengurangi nafsu keduniawian serta mengajarkan ajaran kerohanian. 4) Bhiksuka Sanyasin Asrama Pada tahap ini tujuan utama adalah Moksa. Masa ini digambarkan dengan pergi dari pertapaannya, tidak terikat, tidak membaku memiliki pertapaan, tidak merasa memiliki murid, tidak merasa berpengetahuan, semua hal itu ditinggalkan.

3. Catur Purusartha

a. Pengertian Catur Purusartha Catur Purusartha berasal dari kata catur yang berarti empat, purusa artinya jiwa atau manusia dan artha yang artinya tujuan hidup. Jadi Catur Purusartha adalah empat

kekuatan atau dasar kehidupan menuju kebahagiaan, yaitu : Dharma, Arta, Kama, dan Moksa. Catur Purusartha disebut juga dengan Catur Warga karena keempat tujuan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling menunjang satu sama lain. Tahapantahapan pada Catur Purusartha tidak boleh ditukar-balik karena mengandung keyakinan

bahwa tiada arta yang diperoleh tanpa melalui dharma; tiada kama diperoleh tanpa melalui arta, dan tiada moksa yang bisa dicapai tanpa melalui dharma, arta, dan kama.

b. Bagian-Bagian Catur Purusartha Bagian-bagian dari Catur Purusartha antara lain adalah : 1. Dharma Dharma dapat diartikan sebagai mematuhi semua ajaran-ajaran Agama terlihat dari pikiran, perkataan dan perbuatan sehari-hari. Dharma juga dapat diartikan sebagai memenuhi kewajiban sesuai dengan profesi atau pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing. Pelaksanaan Dharma dilakukan dengan empat pedoman yang disebut Catur Dharma. Yang terdiri dari: a. Dharma Kriya Manusia harus berbuat dan berusaha serta bekerja untuk kebahagiaan keluarga pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. b. Dharma Santosa Berusaha untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. c. Dharma Jati Kewajiban untuk menjamin kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta

mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi d. Dharma Pupus Melakukan kewajiban dengan penuh keikhlasan 2. Artha Arta adalah sesuatu yang bernilai materiil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara fisik. Arta dapat diperoleh secara langsung maupun secara tidak langsung. 3. Kama Kama artinya kebutuhan hidup berupa pangan, sandang, perumahan, sosial, spiritual, kesehatan, kasih sayang dan pendidikan. Makin banyak arta yang diperoleh maka manusia makin leluasa memenuhi kama. Sehubungan dengan cinta kasih, Kama dibedakan menjadi tiga yaitu Tri Parartha, antara lain: a. Asih; menyayangi dan mengasihi sesama makhluk hidup seperti menyayangi diri sendiri.

b. Punia; cinta kasih yang diwujudkan dengan pemberian sesuatu (harta benda) yang kita miliki dan berguna bagi yang membutuhkan. c. Bhakti; cinta kasih kepada Sang Hyang Widhi dalam wujud selalu bhakti kepadanya. 4. Moksa Moksa adalah tujuan terakhir dari Umat Hindu. Moksa artinya kebebasan. Seseorang yang mencapai moksa akan menyatu dengan Brahman dan memperoleh kebahagiaan abadi atau sat cit ananda.

C. Hubungan Catur Warna dengan Catur Asrama


Catur Warna dan Catur Asrama memiliki hubungan secara horizontal. Berawal dari fase Brahmana Warna dengan Brahmacari Asrama. Kedua fase ini sama-sama bergerak di bidang pendidikan dan pembelajaran. Seseorang hendaknya dengan tekun mempelajari dan mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan dengan pantangan-pantangannya (Brahmacari Asrama). Hingga yang bersangkutan ahli dan menguasai berbagai bidang

dan cabang ilmu pengetahuan. Setelah berbagai ilmu pengetahuan yang diperoleh telah sempurna barulah melanjutkan untuk membangun rumah tangga Grehastha Asrama. Di tengah-tengah membangun rumah tangga akan dihadapkan dengan berbagai kewajiban. Inilah tahap seseorang untuk belajar menjadi pemimpin (keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara) Ksatria. Kekurangan dan kelebihan dalam mewujudkan kesempurnaan dalam membangun rumah tangga, perlu mendapatkan pengalaman baru dengan belajar melalui pengasingan diri Wanaprastha Asrama guna mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Waisya Warna). Akhirnya untuk menjadikan sang diri pribadi yang Sadhu Gunawan, hendaknya bergerak menjadi pengabdi setia kepada masyarakat dan Dharma Bhiksuka, bergerak sebagai pembantu yang tulus terhadap tiga golongan (Brahmana, Ksatria, dan Waisya) serta masyarakat luas (Sudra Warna). Dengan demikian semua semua hubungan ini dapat berlangsung dengan tulus dan semangat pengabdian maka keterpurukan bangsa dan negara ini tidak akan pernah terjadi.

D. Hubungan Catur Asrama dengan Catur Purusartha


Catur Purusartha merupakan landasan moral bagi umat untuk mewujudkan ajaran Catur Asrama. Dalam satu fase kehidupan, umat Hindu memiliki kewajiban moral untuk mewujudkan tujuan beragama dan bernegara. Pada masa Brahmacari hendaknya Umat lebih mengutamakan melaksanakan Dharma daripada mencari Artha (kekayaan), dan mengisi segala keinginan (Kama) dalam mencari kebahagiaan (Moksa) sebagai tujuan hidup. Pada masa Grehastha, umat hendaknya lebih mengusahakan dan mengutamakan Artha dan Kama berlandaskan Dharma untuk mewujudkan rumah tangga yang harmonis. Tatkala berada pada masa Wanaprastha, hendaknya mengurangi Kama untuk melepaskan keduniawian. Dengan demikian kebahagiaan hidup abadi (Moksa) pada masa Bhiksuka dapat dengan mudah diwujudkan. Jadi Catur Asrama dan Catur Purusartha memiliki hubungan yang erat. Dimana Catur Purusartha merupakan landasan moral umat dalam melakanakan Catur Asrama.

E. Contoh-Contoh Kehidupan Catur Warna dan Catur Asrama dalam Masyarakat Hindu
Salah satu kisah yang mengisahkan tentang kehidupan Catur Asrama dapa kita ambil dari kitab Mahabharata. Sebagaimana tokoh Panca Pandawa menjalani fase demi fase kehidupan yang sejalan dengan hukum yang berlaku dan diikutinya. Panca Pandawa adalah sosok Brahmana Warna. Diantara mereka ada yang menjadi penasihat raja-raja kecil Purohita yang ada di negeri Bharat a. Pelajaran dari Maha Guru Panca Pandawa diikuti dengan tekun dan sungguh-sungguh. Pandawa saat itu berada pada masa Brahmacari Asrama. Pada saat negerinya diserang oleh musuh-musuhnya, Pandawa maju ke medan perang untuk melindungi negaranya (Ksatria Warna). Seiring berjalannya waktu Pandawa akhirnya membangun rumah tangga (Grehastha Asrama). Selama duabelas tahun terbuang di hutan, Pandawa memasuki masa Wanaprastha. Pada saat dibuang di hutan Pandawa membantu di sebuah kerajaan sehingga Pandawa berada pada Sudra Warna pada saat tersebut. Saat berupaya memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya, Pandawa tampil sebagai Waisya Warna. Dengan mengajar berbagai ilmu pengetahuan, agama dan seni, maka Pandawa berada pada fase Bhiksuka dalam

Catur Asrama. Itulah salah satu contoh kehidupan Catur Warna dan Catur Asrama dalam kisah Panca Pandawa.

TUGAS AGAMA HINDU

SUSILA

Oleh : Nama No. Kelas : I Wayan Andre Wira Prasetya : 12 : XII IA 4

SMA NEGERI 1 GIANYAR


2013/2014

Anda mungkin juga menyukai