Pendahuluan
1
Profil Usaha Pengolahan Ikan Pindang
Berdasarkan urutan jumlah produksi hasil olahan tradisional di Bogor, pindang
menduduki posisi tertinggi diantara produk-produk olahan olahan tradisional lainnya.
Produksi ikan pindang mencapai 26.155 ton atau setara dengan 29,33 % dari total
produksi ikan olahan skala mikro kecil dan menengah yaitu 89,169 ton. Skala usaha
pengolah ikan pindang bervariasi ditinjau dari produksi yang dihasilkannya.
Gambaran produksi ikan pindang di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi ikan pindang yang dihasilkan setiap pengolah di Kab. Bogor
Desa/Kecamatan Jumlah Kapasitas Produksi
Pengolah (kg/hari)
Waru/Parung 2 2000
Pondok Rajeg/Cibinong 1 2000
Desa Cigudeg/Cigudeg 3 200 – 4000
Ds. Jambu Wuluh, Cibedug/Ciawi, Kelompok Cue 500
Cisalada/Cijeruk
Ds. Jambu Luwuk/Ciawi 1 200
Ds. Cibedug/Ciawi 1 100
Cisalada/Cijeruk 1 150
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor
Pengolahan dilakukan menggunakan teknologi tradisional, hal ini ditunjukkan
dengan penggunaan peralatan maupun cara pengolahan yang sederhana misalnya alat
untuk merebus pindang digunakan drum –drum bekas perlu diganti dengan bahan
yang lebih memenuhi kriteria kesehatan dan keamanan pangan.
Rumah pengolahan dibangun di lahan bantaran sungai dengan dengan tujuan
agar dalam proses pencucian ikan dapat dilakukan dengan mudah menggunakan air
sungai. Disamping itu, adanya keterbatasan lahan menjadi alasan bagi pengolah
untuk mendirikan rumah pengolahan di bantaran sungai. Akan tetapi dilihat aspek
sanitasi dan kesehatan, usaha ini pengolahan ikan pindang belum memenuhi kriteria
kesehatan.
Cara pembuatan pindang secara garis besar adalah sebagai berikut yaitu ikan
yang telah dibersihkan disusun dalam besek yang terbuat dari anyaman bambu yang
oleh masyarakat lokal disebut badeng atau naya dan dimasukkan ke bak
perebusan/drum yang berisi air garam mendidih dan direbus kurang lebih 2 jam.
Setelah itu ikan diangkat dan ditiriskan (Gambar 1).
2
Gambar 1. Proses pembuatan ikan pindang
Pola Pembiayaan
Usaha pengolahan ikan pindang memerlukan biaya relatif sedikit. Untuk
memulai usaha dengan satu unit teknologi pengolahan dibutuhkan modal Rp.
198,480,000,-. Modal tersebut digunakan untuk biaya investasi seperti pembuatan
rumah pengolahan dan pembelian peralatan produksi, serta biaya operasional untuk
pengolahan ikan pindang. dilihat dari jumlah modal usaha, pengolahan ikan pindang
tergolong ke dalam kriteria usaha skala mikro dan kecil. Menurut Anonimous (2002),
modal investasi dan modal kerja untuk usaha kecil hingga Rp. 500 juta.
Permodalan yang digunakan pengolah sebagian besar merupakan modal
sendiri. Dalam rangka perbaikan sistem permodalan, Pemda Kabupaten Bogor telah
menyiapkan suatu skim. Skim tersebut dikemas dalam sebuah program yang
dinamakan Gerakan Masyarakat Mandiri (GMM). Dimana, pengolah perikanan
dimungkinkan untuk memperoleh modal dengan melakukan skim tersebut dengan
bunga hanya 1% perbulan. Adapun skim permodalan menurut Gerakan Masyarakat
Mandiri (GMM), dana ’penjaminan’ yang dititipkan oleh PEMDA Bogor di BRI
sehingga usaha kecil dan mikro bisa mendapatkan kredit dengan mendapatkan
rekomendasi dari Dinas perikanan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
ditunjuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Dana yang telah disalurkan
kepada usaha mikro dan kecil, sejauh ini pengembalian pinjaman berjalan dengan
lancar. Hal ini terlihat dari tingkat kemacetan dalam pengembalian kredit tidak lebih
dari 2 %.
Disamping dana pinjaman dari PEMDA, kerjasama juga telah dibangun antara
pengolah-pengolah dengan perusahaan BUMN (Telkom, PLN, Peruri). Kerjasama
BRI dengan Pemda Kabupaten merupakan tindak lanjut dari penunjukan pemerintah
kepada BRI untuk memperlancar penyaluran kredit kepada usaha kecil dan mikro.
3
Sosialisasi dari Pemerintah Daerah mengenai program bantuan permodalan ini masih
akan ditingkatkan.
Mekanisme peminjaman kredit relatif mudah yaitu dengan mengajukan
proposal peminjaman kepada Pemda Bogor dalam hal ini adalah Dinas perikanan,
yang kemudian di analisa kelayakan usahanya. Selanjutnya setelah melalui proses
analisa kelayakan, peminjam yang layak direkomendasikan untuk mendapatkan
pinjaman ke bank BRI. Besarnya angsuran ditetapkan sebesar 1-5 % dari keuntungan
atau dengan bunga 2%/bulan, sedangkan dana yang telah tersedia sekitar 50 juta.
Struktur biaya usaha pengolahan ikan pindang terdiri dari biaya investasi dan
biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha
pengolahan ikan pindang terdiri dari beberapa komponen diantaranya biaya rumah
pengolahan dan perlatan produksi (berupa tungku, badeng, ember/tong, baskom, dan
selang air). Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah biaya untuk rumah
tungku sebesar Rp. 20.000.000,- yang mencapai 62,75% dari total biaya investasi
pada awal usaha yaitu sebesar Rp. 31.875.000,- seperti yang terlihat pada gambar 2.
15,15 0,08
Tungku
1,10
15,69 Badeng
Ember/tong
62,75
Baskom
19,61
Selang air
4
Persentse Biaya Operasional Pengolahan Ikan Pindang
0,00
0,03 0,20
1,50 0,09 Bahan Baku Ikan
0,99 2,97
0,06 Besek
Garam
Kayu Bakar
Minyak Tanah
Telepon
Listrik
94,15 Trasport
Tenaga Kerja
5
Prospek Pengembangan Usaha
Jika dilihat dari sisi peluang pengembagan, usaha pengolahan ikan pindang di
kabupaten Bogor prospeknya cukup menjajikan. Hal ini dapat dilihat dari sisi
ketersediaan bahan baku dan pemasaran ikan pindang hasil olahan tidak
mengalami kendala yang berarti serta tingkat keuntungan yang cukup tinggi.
Pemasaran
Pemasaran pindang dari Bogor masih terbatas di pasar sekitar Bogor seperti
Pasar Anyar, Pasar Bogor, Warung Jambu dan Cibinong. Adanya ikatan yang terjalin
antara pengolah dengan pedagang telah memungkinkan lancarnya penjualan ikan
pindang di lokasi tersebut.
Demikian juga hubungan dengan pedagang di pasar-pasar (Pasar Anyar,
Warung Jambu, Cibinong, Bogor) juga telah terjalin dengan baik sehingga dalam hal
produksi jumlah dan jenis pindang yang diminta akan diproduksi pengolah setiap hari.
Setiap pengolah menjalin hubungan bisnis dengan beberapa orang pedagang pengecer
di Pasar Bogor dan Warung Jambu dengan harga telah disepakati sebelumnya.
Pengolah memproduksi pindang dengan jumlah sesuai dengan pesanan dari pedagang.
Pembayaran biasanya dilakukan sesuai dengan perjanjian antara pedagang dan
pengolah sebelumnya yaitu dengan cara tunai atau tempo (pembayaran yang
dilakukan dilain waktu sesuai perjanjian pengolah dan pedagang.
Saluran pemasaran yang terjadi untuk hasil pengolahan ikan pindang di Bogor
dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut.
Pedagang (sekaligus sebagai
Produsen/ pengecer) Konsumen
pengolah Psr: Anyar, Bogor, Warung
Jambu, Cibinong
6
Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku untuk pembuatan pindang diperoleh dari Jakarta (Muara Baru).
Jenis ikan yang dipindang yaitu ikan tongkol dan kembung. Pengolah membeli ikan
dari Muara Baru setiap hari dengan cara menyewa mobil namun ada juga yang
menggunakan mobil milik pribadi. Aktivitas pengolahan dimulai pada sore hari, dan
pada pagi harinya ikan pindang siap dikirim kepada para pedagang langganan yang
berlokasi di pasar-pasar tersebut di atas.
Hubungan antara pengolah dengan penjual ikan di Muara Baru dilakukan
dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya jalinan kepercayaan antara pengolah dan
penjual ikan di Muara baru dalam hal jual beli ikan. Apabila pengolah membutuhkan
jumlah dan jenis ikan yang dibutuhkan, pengolah tinggal memesan ikan melalui
telepon, kemudian penjual mengirimkan ikan sejumlah pesanan pengolah. Sistem
pembayaran disepakati dengan cara tempo dalam waktu 1 minggu.
Kesimpulan
7
Daftar Pustaka