Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN INDUSTRI PERIKANAN INDONESIA

STATUS PERIKANAN INDONESIA


Berdasarkan data DKP, potensi perikanan Indonesia cukup besar sebagai salah satu negara produsen ikan laut di dunia. Menurut data FAO (2002), Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia sebagai produser ikan, sementara sebagai eksportir, Indonesia menduduki peringkat ke-10 setelah Thailand, Norwegia, AS, China, Denmark, Kanada, Taiwan, Chile dan Rusia. Berdasarkan data DKP, dari tahun 2000 hingga 2006, sektor perikanan menunjukkan performa yang cukup baik : dari segi produksi yang terus meningkat, PDB yang bertambah, neraca perdagangan hasil perikanan yang masih surplus, peningkatan konsumsi ikan per kapita nasional.

Meskipun demikian, masih terdapat permasalahan yang kompleks dan klasik yaitu : 1. lemahnya data perikanan, khususnya data perikanan tangkap karena data yang ada didapat dari tempat pendaratan ikan sedangkan tidak semua tempat memiliki daerah pendaratan ikan. 2. Kemiskinan masyarakat nelayan 3. Lemahnya armada perikanan tangkap nasional baik dari segi teknologi, produktifitas dan manajemen serta ketentuan hukumnya 4. permasalahan ilegal fishing dan lemahnya penegakan hukum
Masalah yang terberat adalah meningkatnya harga BBM untuk kapal ikan sehingga membuat usaha penangkapan ikan berada di ujung tanduk.

Perkembangan Industri Perikanan Indonesia Tahun 1999 - 2005

VOLUME EKSPOR HASIL PERIKANAN INDONESIA (ton)


N o

Tujuan 2000 2001


120,703 54,160 54,590 77,423 306,876

Tahun 2002
136,033 57,194 59,963 70,386 317,576

2003
125,601 69,997 68,773 111,328 375,699

2004
116,211 109,565 99,207 577,374 902,357

2005
109,871 109,129 87,924 550,857 857,781

1. 2. 3. 4.

Japan USA UE Others Total

109,491 54,551 51,985 74,669 290,696

NILAI EKSPOR HASIL PERIKANAN INDONESIA (000 USD)


No Tujuan 2000 1. 2. 3. 4. Japan USA UE Others Total
808,059 323,648 179,941 160,938 1,472,586

Tahun 2001
772,616 318,962 185,406 153,883 1,430,867

2002
737,077 328,109 162,726 118,904 1,346,816

2003
666,534 365,665 209,783 162,913 1,404,895

2004
602,052 634,355 268,410 276,016 1,780,833

2005
588,841 591,627 281,015 451,442 1,912,925

Volume dan Nilai Eksport Komoditas Perikanan Menurut Komoditas Utama, 2003-2007
Rincian - Item 2003 Volume-Volume (Ton) Udang - Shrimp Tuna, Cakalang, Tongkol Tuna, Skipjack, Little Mutiara - Pearl Rumput Laut-Seaweed Lainnya-Others 857.783 138.588 117.092 12 40.162 561.929 2004 902.358 142.098 94.221 2 51.011 615.027 Tahun - Year 2005 857.782 515.616 90.589 13 69.264 546.299 2006 926.478 169.329 91.822 18 95.588 569.720 2007**) 480.281 92.647 62.571 11 50.637 274.415 Kenaikan Rata-rata (%) Increasing Average 2003-2007 -9.97 -6.09 -13.47 147.00 13.44 -12.32 2006-2007 -48.16 -45.29 -31.86 -40.36 -47.03 -51.83

Nilai-Value (US $ 1 000) Udang - Shrimp Tuna, Cakalang, Tongkol Tuna, Skipjack, Little Mutiara - Pearl Rumput Laut-Seaweed Lainnya-Others

1643542 852.113 213.179 17.128 20.511 540.612

1780834 892.452 243.938 5.866 25.296 613.282

1912926 948.121 245.375 10.735 35.555 673.140

2 103 471 1.115.963 250.557 13.793 49.586 673.572

1 289 717 603.034 162.728 7.050 32.589 484.316

-3.24 -4.32 -4.48 -0.79 17.27 -1.21

-38.69 -45.96 -35.05 -48.89 -34.28 -28.10

Sumber : BPS, diolah oleh Ditjen P2HP keterangan : **) Angka Sementara s/d Bulan Juli 2007 Prelimary Figures until July 2007

Volume Produksi Perikanan 2003 2007


Satuan : Ton
Rincian - Item Tahun - Year Kenaikan Ratarata (%) Increasing Average 2006*) 7 451 756 4 769 160 4 468 010 301 150 2007**) 8 031 230 4 942 430 4 636 780 305 650 20032007 7.99 1.32 1.43 -0.04 20062007 7.78 3.63 3.78 1.49

2003 Volume Produksi Production Volume Perikanan Tangkap Captured Fisheries Sub Jumlah Perikanan Laut Marine Fisheries Perairan Umum Inland Openwaters Fisheries 5 915 988 4 691 796 4 383 103 308 693

2004 6 119 731 4 651 121 4 320 241 330 880

2005 6 869 543 4 705 869 4 408 499 297 370

Perikanan Budidaya Aquaculture

Sub Jumlah
Budidaya Laut Mariculture Tambak Brackishwater Pond Kolam Freshwater Pond Karamba - Cage Jaring Apung Floating Cage Net Sawah Paddy Field

1 224 192
249 242 501 977 281 262 40 304 57 628 93 779

1 468 610
420 919 559 612 286 182 53 695 62 371 85 831

2 163 674
890 074 643 975 331 962 67 889 109 421 150 353

2 862 596
1 365 918 629 610 381 946 56 200 143 251 105 671

3 088 800
1 572 700 724 900 439 800 64 700 165 000 121 700

26.60
62.23 9.87 11.99 14.39 32.44 8.68

15.14
15.14 15.13 15.15 15.12 15.18 15.17

Sumber : BPS, diolah oleh Ditjen P2HP

Masalah Perikanan Tangkap Indonesia


Status Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Indonesia
Wilayah Selat Malaka Pelagis Kecil ++++ Demersal ++++ Penaeid ++++ Lobster +++

Laut Cina selatan

++++

Laut Jawa

++++

++++

Selat makasar dan Laut Flores

++

++++

++++

++++

Teluk Tomini dan Laut Ceram

++

++

++

Laut sulawesi dan samudra Pasifik

+++

+++

+++

Laut Banda

++

++

Laut Arafura

++

++++

Samudra Hindia

++

+++

+++

++

Keterangan : + = rendah ; ++ = sedang ; +++ = eksploitasi penuh

++++ = over eksploitasi

Isu Perikanan Internasional


Penurunan stok sumberdaya ikan Pembatasan penangkapan untuk beberapa jenis ikan di beberapa samudera terutama ikan tuna. Lemahnya strategi manajemen dan konservasi Meningkatnya IUU Fishing Perikanan Tuna Farming By catch Tuna long line (penyu dan burung)

ATURAN INTERNASIONAL
1982 UNCLOS-82 (United Nations Convention on The Law of The Sea-82) tentang : pembagian pengelolaan perikanan pada Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan laut
lepas

1993

UN-FAO Compliance Agreement tentang : mengkonsolidasikan dan mengembangkan sejumlah ketentuan UNCLOS 1982 secara lebih rinci yang berkaitan dengan konservasi perikanan Fishing Vessel on the High Seas

1995

UNIA-95 (United Nations Implementation Agreement-95). Juga disebut sebagai UNFSA-95 (UN Fish Stock Agreement-95) tentang: persetujuan multilateral yang
mengikat para pihak dalam masalah konservasi dan pengelolaan jenis-jenis ikan yang beruaya terbatas dan jenis-jenis ikan yang beruaya jauh, sebagai pelaksanaan dari Pasal 63 dan 64 UNCLOS 1982

1995

UN-FAO Code of Conduct For Responsible Fisheries tentang : konsep


pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab (pendekatan pengelolaan sumberdaya perikanan yang tepat berdasarkan bukti dan fakta ilmiah yang tersedia)

2001

UN-FAO IPOA (International Plan of Action) tentang : penanggulangan IUU Fishing


dan management of fishing capacity

Regional Fisheries Management Organization RFMO


Organisasi Regional yang diberi wewenang untuk mengelola dan Mengkonservasi sumberdaya ikan di wilayah konservasinya masing-masing
1. IOTC
Indian Ocean Tuna Commission Wilayah kewenangan dan konservasi : Samudera Hindia

2. CCSBT

Commission for the Conservation of Southern Blue fin Tuna

Khusus mengelola Tuna sirip biru selatan (SBT)di seluruh habitatnya. Sebagian besar di Samudra Hindia.

3. WCPFC

Western and Central Pacific Fishery Commission

Wilayah kewenangan dan konservasi : Samudera Pasifik bagian Barat dan Tengah dengan batas bujur 150o B ke barat
Wilayah kewenangan dan konservasi : Samudera Atlantik

4. ICCAT

International Commission for the Conservation of Atlantic Tunas Inter-American Tropical Tuna Commission

5. IATTC

Wilayah kewenangan dan konservasi : Samudera Pasifik bagian Timur sejak batas bujur 150o B ke timur

Sumber : Grainger (2005)

Perkembangan Industri Perikanan Indonesia Mendatang dan Tantangannya

P roy eksi K ebutuhan Ikan U ntuk K onsum si M asy arakat Indonesia


T a hun 2 005 2 01 0* * 2 01 5 * * 2 02 0* * 2 02 5 * * S um ber : S uhana, 2 007 J um la h P enduduk (J uta Or a ng) 2 1 9.9 2 3 4.1 4 2 46.1 8 2 61 .5 4 2 7 3 .65 K ebutuha n I k a n P er T a hun* (juta k g/ ta hun) 461 7 .9 63 2 1 .7 8 6646.86 7 061 .5 8 7 3 88.5 5

* = kebutuhan ikan setiap orang pada tahun 2 01 0-2 02 5 sek itar 2 7 kg /orang /tahun (T ahun 2 005 m asih sek itar 2 1 kg /orang /tahun) * * = D ata proy eksi penduduk Indonesia 2 000-2 02 5

Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap (19942004)


4,500,000
4,300,000 4,100,000

3,900,000
3,700,000 3,500,000 3,300,000 3,100,000 2,900,000 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap

Rata-rata pertumbuhan produksi perikanan periode 19942004 adalah 3,84 persen pertahun
Sumber : Suhana, 2007

Proyeksi Permintaan Ikan Dunia (FAO, 2006)


Global Projection for Fish Consumption (kg/caput) Kg 20 15 10 5 0 1961/1965 1981/1985 1991/1995 Finfish 2001 2010* Total 2015*

Others

Permasalahan Internasional
Keanggotaan Indonesia dalam RFMO (Regional Fishing Management Organization)
Berdasarkan ketentuan FAO (UNIA-95/Fish Stock Agreement-95) dinyatakan bahwa hanya negara-negara yang menjadi anggota RFMO saja yang memiliki hak akses untuk memanfaatkan SDI di laut lepas. Indonesia yang masih belum menjadi anggota dari CCSBT menyebabkan: pelarangan produk Southern Bluefin Tuna (SBT) dari Indonesia dalam perdagangan Internasional sejak Juli 2005 Keanggotaan Indonesia dalam RFMO merupakan keharusan karena kita mempunyai kepentingan di laut lepas.

Trade Barriers
Tariff Barrier ---------Kuota dan Tarif Bea Masuk oleh Negara pengimpor. Biasanya berbeda-beda setiap negara. Adanya diskriminasi dalam pengenaan tariff tersebut kepada produk dari Indonesia Non Tariff Barrier --- Konsep standard Internasional untuk food safety dirumuskan oleh Codex Alimentarius Comm., HACCP untuk mengaplikasi SPS (Sanitary and Phytosanitary Agreement). Selain itu, ada Technical Barrier untuk penetapan regulasi kesehatan yang biasanya berbeda-beda criteria dan ambang batasnya untuk tiap-tiap negara. Administrative Barrier ----- Health Certificate dan Ecolabelling (ramah lingkungan)

Semua ini berdampak pada ongkos produksi dan sangat membebani pengusaha.

Inti Permasalahan Industri Perikanan di Indonesia


Tidak efektifnya regulasi di sektor perikanan yang disebabkan antara lain : Pengelolaan perikanan bersifat antroposentris, yaitu memandang sumberdaya perikanan sebatas alat bagi pemenuhan kebutuhan material manusia Pengelolaan perikanan mengacu pada sasaran pertumbuhan ekonomi yang berakibat pada pengurasan sumberdaya perikanan. Lemahnya penegakan hukum dalam mengatur usaha perikanan Masyarakat lokal atau pelaku dalam usaha perikanan kurang dilibatkan dalam pembuatan peraturan perikanan. Masyarakat lokal atau pelaku usaha perikanan belum memiliki kesadaran akan pengelolaan yang lestari

Kenaikan Harga BBM Oktober 2005, 2013


Berdasarkan perhitungan operasional pemilik kapal (khususnya kapal tuna), dengan adanya kenaikan harga barang non BBM dan kondisi ikan yang ada, maka dengan harga BBM Rp. 6000 per liter dan bahkan dengan harga subsidi Rp. 4200 per liter pun, kapalkapal penangkap ikan masih kesulitan untuk beroperasi. Faktanya tahun 2013 naik kembali menjadi Rp 6500 per liter, pasti akan semakin membebani nelayan. Tetapi jika tidak beroperasi, tidak ada penghasilan (zero revenue) yang berakibat perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap karyawan, Pemerintah, Bank, pembeli dalam dan luar negeri maupun pengusaha pendukung. Ditambah adanya pengeluaran untuk uang tambat kapal, pemeliharaan kapal, uang ABK dan sebagainya.

Untuk menjaga sustainability industri perikanan tangkap, perlu kesungguhan dari berbagai pihak untuk mematuhi semua ketentuan yang terkait dengan Responsible Fisheries

Perlu segera dicari solusi yang tepat untuk mengurangi tekanan biaya operasi penangkapan ikan akibat kenaikan harga BBM yang sangat tinggi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai