Anda di halaman 1dari 13

Dasar dasar Logika

Ratna Deli Sari, S.Sos.,M.Si 0852 21959580 Ratna.deli@yahoo.com

Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Lanjutan
Aristoteles kemudian mengenalkan logika

sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu: Categoriae menguraikan pengertian-pengertian De interpretatione tentang keputusan-keputusan Analytica Posteriora tentang pembuktian. Analytica Priora tentang Silogisme. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Kegunaan logika
Membantu setiap orang yang mempelajari

logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

Lanjutan
Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir

sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa ) Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

Pengertian
Logika berasal dari kata Yunani kuno

(logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.

Lanjutan
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike

episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].

Konsep..
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika.

Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.

Kriteria logika..
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni

deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut logika deduktifadalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif.

Macam-macam logika
a.

Logika Kodratiah Akal budi (pikiran) bekerja menurut hukumhukum logika dengan cara spontan. Tetapi dalam hal-hal tertentu (biasanya dalam masalah yang sulit), akal budi manusia maupun seluruh diri manusia bisa dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.

Lanjutan..
b. Logika Ilmiah Logika ini membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus dan mempertajam akal budi, juga menolong agar akal budi bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Dengan demikian kesesatan dapat dihindarkan, atau minimal bisa dikurangi dengan kadar tertentu.

Referensi..

Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Oleh Jan Hendrik Rapar. Penerbit Kanisius. Logika Selayang Pandang. Oleh Alex Lanur OFM. Penerbit Kanisius 1983. RG Soekadijo, Logika Dasar: Tradisonal, Simbolik, dan Induktif, Gramedia, Jakarta, 2001 Mundiri,Logika, Rajawali Pers, Jakarta, 1994 Poedjowinoto, Logika: Filsafat Berpikir, Rineka Cipta, Jakarta, 2000 Poespoprodjo dan Gilarso, Logika: Ilmu Menalar, Remaja Karya, Bandung, 1985 E Sumaryono, Dasar-dasar Logika, Kanisius, Jogjakarta, 1999 Noor MS Bakry, Logika Praktis: Dasar Filsafat dan Sarana Ilmu (Jilid 1), Liberty, Jogjakarta, 2001 Muhammad Husni, Pengantar Logika, Sumbangsih Offset, Jogjakarta, 1988

Anda mungkin juga menyukai