KRITERIA CAlon KETUA UMUM & CALON FORMATUR MUKTAMAR XIX IPM
BAGIAN DUA
Kata Pengantar Tim Materi Rancangan Tata Tertib Konpiwil Paradigma Gerakan
Pemikiran itu, berlanjut sampai pada muktamar 2004 (Bandar Lampung) digagaslah Manifesto Gerakan Kritis-Transformatif (asal usul teori ini dapat dilihat dalam pemikiran Mansour Fakih, Muslim Abdurrahman dan Kuntowijoyo). Diharapkan, IPM memiliki kesadaran kritis tidak hanya di level individu pelajar, tetapi pimpinan IPM dan struktur IPM . Karena itu, manifesto ini mempunyai jargon tiga P Penyadaran, Pembelaan, dan Pemberdayaan. Dengan konsep ini, sempurnalah IPM sebagai gerakan sosial baru yang pro terhadap kepentingan pelajar. Konsep GKT semakin sempurna sebagai paradigma gerakan, ketika pada muktamar 2006 (Medan), digagaslah model GKT dengan adanya program-program konkrit sebagai agenda aksi dari GKT, misalnya Sekolah Kader (leading sector Bidang Kader), Gerakan Iqro (leading sector Bidang PIP), Pengajian Islam Rutin atau PIR (leading sector Bidang Dakwah), dan lain sebagainya. Masing-masing agenda aksi ada bidang yang mengawal, dan ditentukan juga basis masa IPM adalah pelajar dan remaja. Pada titik balik selanjutnya, muktamar 2008 (di Solo) merupakan momentum perubahan di tubuh organisasi dari IRM menjadi IPM. Dengan berubahnya nama ini tentu memiliki konsekuensi terhadap perubahan seluruh atribut IPM. Karena itu, dengan tema Gerakan Pelajar Baru untuk Indonesia Berkemajuan, dirumuskanlah perangkat organisasi mulai dari Muqaddimah Anggaran Dasar IPM, Kepribadian IPM, Janji Pelajar Muhammadiyah, serta agenda aksi untuk pelajar. Namun, perubahan nama IRM ke IPM belum berubah sampai pada tataran paradigma gerakan, sehingga masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Tetapi, spirit dari muktamar Solo adalah melakukan strukturasi gerakan. Percobaan ijtihad gerakan pun dilakukan, saat Muktamar 2010 merupakan momentum di mana IPM harus mencari formula dan jargon terbaik untuk basis massanya, yaitu pelajar. Berdasarkan hasil evaluasi, maka perlu dirumuskan gagasan besar yang lebih applicable untuk pelajar. Konsep GKT pada kenyataannya masih belum dimanifestasikan dalam tataran riil di kalangan pelajar sehingga harus mencari konsep baru yang menjadi kelanjutan Manifesto GKT. Dari sinilah pada akhirnya, ditemukan gagasan baru yaitu Gerakan
Pelajar Kreatif (GPK) sebagai model dan alternatif baru gerakan IPM. Karena itu, GPK adalah kelanjutan dari Manifesto GPK atau dapat disebut pula babak kedua dari GKT karena konsep GKT masih belum bisa dirasakan oleh pelajar di tingkat bawah. Dengan konsep GPK ini, pelajar dapat merasakan kegiatan-kegiatan IPM yang bersifat komunitas dan menampung minat dan bakat para pelajar di sekolah. Jadi, salah jika ada anggapan bahwa konsep Gerakan Pelajar Kreatif (GPK) adalah konsep baru dan Manifesto Gerakan Kritis Transformatif (GKT) gagal dan harus dihapus. Singkatnya, GPK merupakan kelanjutan dari GKT. Ini merupakan kesinambungan gagasan dari model baru gerakan IPM. Dan dipertegas lagi, saat Konpiwil 2011 di Ternate, GPK bukanlah paradigma baru, namun hanya Strategi Gerakan, supaya tidak terkesan ada gerakan lagi, maka diubahlah menjadi Strategi Kreatif . Sampai di sini, ternyata pekerjaan rumah pasca perubahan nama IPM saat muktamar 2008, paradihma gerakan pelajar baru belum menemukan jawaban. Akhirnya, ijtihad itu menuaikan titik temu saat dialektika muktamar 2012 (Palembang). Dalam tanfidz muktamar XVIII, IPM menemukan Islam yang berkemajuan (Trademark Muhammadiyah) sebagai paradigma. Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan diadopsi menjadi paradigma gerakan IPM dalam konteks pelajar. Kemudian, ditemukanlah tiga P yang baru, yaitu Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan. Konsep ini, merupakan ijtihad yang luar biasa, tinggal bagaimana paradigma ini dioperasionalkan dalam bentuk konsep utuh yang saling berkesinambungan. Karena itulah, materi-materi yang disajikan dalam Konpiwil kali ini cukup serius. Harapannya, gerak langkah ikatan ini tetap dinamis dan progresif (berkemajuan) di tengah arus yang semakin mengancam identitas kemanusian pelajar. Akhir kalam, semoga Draft Materi Konpiwil ini bisa menjadi semangat awal bagi para kader IPM untuk benar-benar mewujudkan Gerakan Pelajar Berkemajuan. Tentunya, kekurangan di sana-sini tak luput dari kerja tim materi. Kritik dan saran menjadi sebuah kebanggaan sendiri tanpa meninggalkan nilai-nilai konstruktif demi kemajuan ikatan ini. Selamat berkonpiwil dan tetap istiqomah dalam berjuang. Semoga nilai-nilai perjuangan
IPM dapat dirasakan oleh kita semua dan mendapat ridho dariNya. Insya Allah.
RANCANGAN TATA TERTIB KONFERESI PIMPINAN WILAYAH IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH Padang, 27-30 September 2013
Pasal 1 Nama, tempat, dan Waktu Kegiatan ini bernama Konferesi Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muammadiyah tahun 2013 disingkat dengan KONPIWIL IPM 2013. Diselenggarakan di Padang Provinsi Sumatra Barat pada tanggal 27-30 September 2013 Pasal 2 Tema Membumikan Gerakan Ilmu untuk Pelajar Berkemajuan Pasal 3 Landasan Ayat 1 Landasan Ideal Al Quran dan As-Sunnah Ayat 2 Landasan Konstitusional Pancasila UUD 1945 Ayat 3 Landasan Operasional 1. Anggaran Dasar IPM pasal 29 2. Anggaran Rumah Tangga IPM pasal 32 3. Hasil Rapat Pleno Pimpinan Pusat IPM di Jakarta pada tanggal 25-26 Juli 2013
Pasal 4 Hak dan Wewenang 1. Laporan kebijakan Pimpinan Pusat. 2. Evaluasi dan menyusun kembali gerakan IPM secara Nasional 3. Masalah penting yang tidak dapat ditangguhkan sampai Muktamar. 4. Masalah yang oleh Muktamar diserahkan kepada Konferensi Pimpinan Wilayah. 5. Mempersiapkan acara-acara Muktamar yang akan datang. Pasal 5 Anggota Anggota Konferensi Pimpinan Wilayah terdiri dari: 1. Peserta Penuh: 1) Ketua Umum Pimpinan Pusat dan anggota Pimpinan Pusat yang terpilih sebagai formatur pada Muktamar sebelumnya. 2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan utusan Pimpinan Wilayah masing-masing 4 orang. 2. Peserta Peninjau: 1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta Konpiwil. 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat secara sah. Pasal 6 Quorum Permusyawaratan dapat berlansung tanpa memandang jumlah yang hadir, asal yang bersangkutan diundang secara sah Pasal 7 Hak Bicara dan Hak Suara 1. Hak bicara ada pada semua anggota Konpiwil 2. Hak suara hanya ada pada peserta Konpiwil
Pasal 8 Persidangan Ayat 1 Pimpinan Sidang Setiap persidangan dalam Konpiwil dipimpin oleh seorang Ketua dan didampingi seorang sekretaris yang ditentukan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan memperhatikan usul dan saran dari anggota Konpiwil. Ayat 2 Persidangan Konpiwil Persidangan dalam Konpiwil dibagi menjadi dua: 1. Sidang Pleno, yaitu persidangan yang dihadiri oleh seluruh anggota Konpiwil 2. Sidang Komisi, yaitu persidangan yang dihadiri oleh anggota Konpiwil yang telah mendaftarkan diri dalam komisi tersebut Ayat 3 Sidang Komisi Persidangan dalam sidang komisi dibagi menjadi 4 komisi: 1. Komisi A : Paradigma Gerakan IPM 2. Komisi B : Tata tertib pemilihan Formatur, kriteria calon Ketua Umum dan Formatur Muktamar XIX IPM, Penetapan Panlihpus, Tim Verifikasi dan Tim Materi Muktamar XIX 3. Komisi C : Pengkajian AD/ART IPM dan Rekomendasi Pasal 9 Keputusan Keputusan Konpiwil diusahakan dengan musyawarah mufakat. Apabila keputusan dilakukan dengan pemungutan suara, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak. Pasal 10 Penanggung Jawab Penanggung jawab Konferesi Pimpinan Wilayah adalah Pimpinan Pusat IPM.
Pasal 11 Aturan Tambahan Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan oleh pimpinan Pusat IPM dengan mepertimbangkan usul dan sara dari anggota Konpiwil. Ditetapkan di ................................ Pada tanggal, ................................. 2013 M Pimpinan sidang
Ketua
Sekretaris
NBA: _______________
NBA: _______________
PARADIGMA GERAKAN
terkenalnya yaitu integrasi-interkoneksi ilmu, yang menjadikan alQuran sebagai paradigma didukung dengan pendekatan berbagai ilmu. Kemudian, konsep ini digunakan untuk mereaktualisasi Islam yang berkemajuan saat usia Muhammadiyah memasuki abad kedua. Kemunculan, GPB merupakan upaya cerdas dan adaptif yang dilakukan IPM. Karena, selain momen keharusan perubahan IRM ke IPM tidak sekedar nama saja, tetapi harus disertai perubahan paradigmatis. Juga saat Muhammadiyah memasuki abad kedua, perlu mereaktualisasikan Islam yang berkemajuan. Dalam hal ini, gagasan Gerakan Pelajar Berkemajuan dengan ciri tiga P (Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan) sebagai paradigma adalah sebuah ijtihad yang luar biasa. Hanya saja, dalam Tanfidz Muktamar XVIII IPM ini belum komprehensif ketika menjelaskan paradigma. Sehingga, perlu ijtihad sekalilagi untuk menyempurnakan GPB sebagai alat baca realitas sosial. Dalam menjelaskan paradigma, dapat merujuk pada Heddy Shri Ahimsa-Putra. Menurutnya, ketika ingin menjelaskan paradigma, paling tidak terdapat unsur-unsur (komponen-komponen) paradigma, sebagai berikut: a. Asumsi Dasar; b. Etos / Nilai-nilai; c. Model d. Masalah; e. Konsep-konsep Pokok f. Metode-metode Penelitian ; g. Metode-metode Analisis; h. Hasil Analisis; dan i. Representasi. Sembilan (9) unsur ini dapat digunakan dalam membentuk paradigma pelajar berkemajuan, sebagai manifestasi gerakan ilmu di kalangan pelajar. B. DASAR-DASAR PARADIGMA PELAJAR BERKEMAJUAN Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) ialah gerakan pelajar yang menjadikan Islam sebagai dasar untuk merancang kemajuan peradaban. Islam di sini dimaknai sebagai keseluruhan perangkat simbol yang berbasis pada Al Quran dan As-Sunnah. Adapun, dasardasar paradigma Pelajar Berkemajuan adalah unsur-unsur yang ada di bawah garis pemisah antara yang eksplisit dengan yang non-eksplisit, yaitu unsur (1) asumsi dasar; (2) etos/ nilai-nilai, dan (3) model. 1. Asumsi Dasar tentang Konsep Ilmu Asumsi Gerakan Pelajar-Berkemajuan adalah gerakan ilmu, maka
Asumsi di sini diawali dari bagaimana konsep ilmu IPM. 1. al-Quran dan - Experience (Pengalaman, Etika) Sumber Ilmu al-Sunnah 2. Ijma - Intuisi, dzauq
Asumsi Dasar Hadharah alNash Hadharalh alFalsafah
Hadharah alIlm
a. Hadharah al-Nash: Sumber ilmu untuk kemajuan peradaban yang berumber dari wahyu (agama), yakni al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbullah. Dalam memahami teks menggunakan pendekatan bayani (bahasa), maka peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atas teks yang dipahami. Bahasa merupakan perangkat yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan apa-apa yang dirasakan, dialami, kepada manusia yang lain. Ilmu merupakan hasil dari kumpulan pengalaman dan pengetahuan manusia di masa yang lampau. Ilmu yang tersimpan dalam bahasa dapat kita anggap sebagai salah satu basis dari pengetahuan. Wahyu dalam Islam diyakini sebagai petunjuk, pengetahuan yang berasal dari Dzat Tertinggi, sampai kepada manusia melalui sarana bahasa. b. Hadharah al-ilm: Sumber ilmu untuk kemajuan peradaban yang bersumber dari ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) dan ilmu-ilmu kemasyarakatan (social sciences). Kebudayaan ilmu (hadharah al-ilm) dibangun atas kerja nalar burhani (rasionalargumentatif). Burhani adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum-hukum logika. Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan. Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah) dan realitas budaya (tsaqafiyyah). Oleh karena itu, keempat pendekatan (sejarah, sosiologi, budaya dan antropologi) berada dalam posisi yang saling berhubungan secara
dialektik dan saling melengkapi membentuk jaringan keilmuan. c. Hadharah al-Falsafah: Sumber ilmu untuk kemajuan peradaban yang bersumber pada etika dan falsafah. Ilmu ini bersumber dari pengalaman spiritual yang sangat pribadi. Sehingga perlu Pendekatan irfani, yaitu pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalaman batin dan intuisi. Pendekatan ini untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Dapat dikatakan, meski pengetahuan irfani bersifat subyektif, namun semua orang dapat merasakan kebenarannya. Maka validitas kebenarannya bersifat intersubyektif dan peran akal bersifat partisipatif. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris, transkultural dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada orang lain secara elegan dan setara. Termasuk didalamnya kepekaan terhadap problem-problem kemanusiaan, pengembangan budaya dan peradaban yang disinari oleh pancaran fithrah ilahiyyah 2. Etos (Nilai-nilai) Pelajar Berkemajuan Etos Pelajar-Berkemajuan adalah perangkat nilai atau nilai-nilai yang mendasari perilaku komunitas pelajar IPM. Unsur yang sangat menjadi ciri khas paradigma pelajar berkemajuan adalah pada unsur transendensi (keimanan yang berkemajuan, dalam arti melampaui). Unsur transendensi ini dalam gerakan ilmu IPM diwujudkan dalam bentuk penghayatan. Penghayatan melibatkan pikiran dan perasaan pelajar terhadap sesuatu yang diyakininya atau disukainya, yaitu ILMU. Kalau dalam beragama penghayatan tersebut diwujudkan dalam peribadatan, untuk menyembah Pengetahuan Mutlak, dalam Gerakan Ilmu IPM, hal diwujudkan dalam kegiatan keilmuan seharihari. Gerakan ilmu merupakan perwujudan dari etos dasar dalam paradigma pelajar berkemajuan yakni pengabdian. Hal yang sangat penting bagi paradigma pelajar berkemajuan adalah perangkat nilai yang ada dalam gerakan ilmu. Nilai utama dari ilmu adalah beribadah, sebagai pengabdian, penghambaan. Penghambaan atau pengabdian ini dalam Islam berupa rukun Islam. Dalam gerakan ilmu, pengabdian ditransformasikan menjadi pengabdian pada lima hal, yakni pada (a) Allah; (b) Pengetahuan; (c) diri-sendiri;(d) sesama dan (e) alam.
a. Etos Pengabdian kepada Allah (Nilai KeTauhidan) Pengabdian kepada Allah dalam gerakan ilmu adalah meniatkan semua aktivitas keilmuan sehari-hari untuk Allah s.w.t semata, dalam rangka mewujudkan segala perintah-perintahnya dan mengikuti segala larangannya.1 b. Etos Pengabdian kepada Pengetahuan (Nilai Keilmuan). Pengabdian untuk ilmu dalam paradigma pelajar berkemajuan adalah meniatkan aktivitas keilmuan sehari-hari untuk mengembangkan menambah dan memperluas keilmuan. Akan tetapi pengembangan ilmu pengetahuan ini tetap harus ditempatkan sebagai bagian atau unsur dari aktivitas untuk mengabdi kepada Allah s.w.t. itu sendiri.2 Nilai keilmuan, yakni semangat untuk melakukan sesuatu yang akan bemanfaat bagi ilmu pengetahuan. c. Etos Pengabdian kepada Diri Sendiri (Nilai Kemandirian) Gerakan ilmu juga dilakukan dalam rangka untuk keberlangsungan hidup diri-sendiri. Di sini gerakan ilmu adalah juga merupakan satu bentuk atau wujud dari matapencaharian, yang penting untuk keberlangsungan hidup diri-sendiri. Gerakan ilmu merupakan aktivitas yang bisa dilakukan secara sendirian, sebagaimana halnya ketika seseorang merenungkan masalah-masalah keilmuan tertentu.3 d. Etos Pengabdian kepada Sesama (Nilai Kekaderan) Gerakan ilmu harus bersifat sosial, yang mempunyai dampak terhadap kehidupan sesama manusia.4 Dalam paradigma pelajar berkemajuan, seorang pelajar yang memberikan bimbingan, mengajar, ceramah, memberikan pelatihan, yang sifatnya cumacuma atau tidak menarik pembayaran dari orang yang diberi ilmu. e. Etos Pengabdian kepada Semesta Alam (Nilai Kemasyarakatan) Gerakan ilmu mempunyai dampak terhadap kehidupan yang lebih
1 2 3 4
Transformasi sholat. Shalat seperti sebuah proses perenungan dalam aktivitas keilmuan. Sholat adalah sebuah aktivitas ibadah yang penuh perenungan. Transformasi puasa. Puasa adalah sebuah ibadah yang paling tersembunyi, yang dapat ditafsirkan sebagai sebuah ibadah yang sangat pribadi. Transformasi zakat, yang juga berdampak pada kehidupan manusia lain. Zakat adalah kegiatan iba-dah yang bersifat menguntungkan orang lain secara material, sedang untuk diri sendiri bersifat spiritual. Transformasi zakat ini dalam kehidupan ilmiah adalah pengajaran atau pemberian ilmu, yang kemudian akan menguntungkan orang lain yang diberi ilmu.
luas lagi, yakni alam di sekeliling manusia. Gerakan ilmu merupakan aktivitas keilmuan dengan dampak yang paling luas.5 Gerakan ilmu pada dasarnya juga merupakan aktivitas kemanusiaan. Pelajar berkemajuan ialah pelajar yang peduli terhadap kemanusiaan. Dalam konteks pelajar, maka mereka yang paling dekat dengan seorang pelajar adalah sesama pelajar. Inilah lingkungan sosial yang utama, baik dalam keluarga, sekolah, masjid, dan masyarakat. 3. Model Gerakan Ilmu Unsur paradigma setelah asumsi-asumsi dasar dan etika adalah model. Model (analogi) IPM sebagai model gerakan dakwah pelajar, maka model gerakannya dapat diambil dari ranah keagamaan, agama Islam. Untuk melakukan gerakan ilmu, model gerakan IPM mengambil rukun iman dan rukun Islam, karena dua rukun inilah yang mendasari kehidupan keagamaan dalam agama Islam. Jika kita umpamakan dalam gerakan ilmu dengan paradigma pelajar berkemajuan adalah seperti kehidupan keagamaan Islam, maka di situ perlu ada dua dasar tersebut. Akan tetapi oleh karena ranahnya berbeda, maka model tersebut perlu ditransformasikan dalam konteks ilmu atau gerakan pelajar. a. Model Iman yang Berkemajuan Rukun iman dalam agama Islam terdiri dari iman kepada Allah, kepada malaikat, kepada kitab, kepada nabi, kepada hari kiamat dan kepada takdir. Iman yang pertama adalah iman kepada Allah s.w.t. Beriman di sini dapat dimaknai sebagai membangun relasi dengan yang diimani. Oleh sebab itu, relasi tersebut dapat dijadikan sebagai model seperti dibawah ini:
Rukun Iman Manusia
Transformasi naik haji, yang memang memiliki dampak sosial-budaya yang paling luas.
1) Beriman kepada Allah berarti membangun relasi dengan Allah, dan relasi yang paling tepat adalah pengabdian, kepadaMulah aku mengabdi. Di sini Allah ditransformasikan menjadi ilmu, karena Allah adalah Sumber Ilmu. Beriman kepada Allah adalah mengimani ilmu. Maka dalam konteks gerakan ilmu, pelajar harus mengabdikan dirinya untuk mencari ilmu. 2) Beriman kepada malaikat berarti membangun relasi dengan malaikat, dan relasi yang tepat adalah persahabat-an, karena malaikat adalah sahabat atau teman orang yang beriman. Dalam gerakan ilmu, pelajar harus berteman dekat dengan orang yang berilmu, yang mencintai ilmu. 3) Beriman kepada Kitab adalah membangun relasi dengan kitab, dan relasi yang tepat adalah pembacaan, karena kitab adalah sesuatu yang dibaca. Maka dalam gerakan ilmu, pelajar harus membaca segala buku ilmiah. 4) Beriman kepada Nabi adalah membangun relasi dengan Nabi, dan relasi yang tepat adalah perguruan . Nabi sebagai guru yang memberikan pengetahuan, sekaligus juga sahabat, sebagaimana hubungan yang terjadi antara Nabi Muhammad s.a.w. dengan para sahabatnya. Maka, dalam gerakan ilmu, harus selalu berguru, belajar, dan bersahabat dengan para tokoh, pemikir, ilmuan, guru, dan lain-lain. 5) Beriman kepada Hari Kiamat adalah membangun relasi dengan hari Kiamat, dan relasi yang tepat adalah pencegahannya, karena Kiamat dalam konteks ini dapat ditafsirkan sebagai kehancuran. Maka, gerakan ilmu IPM ialah bagaimana melakukan pencegahan terhadap segala sesuatu di muka bumi ini supaya tidak hancur. 6) Beriman kepada Takdir adalah membangun relasi dengan Takdir, dan relasi yang tepat adalah penerimaannya. Takdir sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, dan karena itu relasi yang tepat adalah menerimanya. Takdir dalam konteks keilmuan dapat ditafsirkan sebagai hukum alam. Maka, dalam gerakan ilmu, IPM menyadari betul bahwa ilmu itu terbatas, dan akal juga terbatas.
b. Model Rukun Islam (dalam Paradigma Pelajar Berkemajuan) Rukun Islam Pelajar Gerakan Ilmu Manusia Berkemajuan Syahadat Syahadat Keilmuan Ilmu Baru Shalat Perenungan Inspirasi Baru Puasa Penelitian Temuan Baru Zakat Pengajaran Penyebaran Haji Pertemuan Pertemuan Rukun Islam sebagai Model Gerakan Ilmu 1) Syahadat, seorang yang beriman menyatakan secara eksplisit pengakuannya atas Allah sebagai satu-satunya Dzat Yang Patut Disembah, dan Muhammad adalah utusanNya, syahadat ini ditransformasikan pada keyakinan tentang ilmu, tentang pengetahuan, dan manfaatnya, dan bahwa Allah adalah Sumber Pengetahuan, dan Allah telah menurunkan wahyu. Syahadat keilmuan di sini adalah pengakuan bahwa wahyu adalah juga sumber pengetahuan, yang lebih tinggi kualitasnya daripada pengetahuan yang manapun, karena wahyu datang langsung dari sumber pengetahuan itu sendiri, pemilik pengetahuan itu sendiri, yaitu Allah s.w.t. Dan setiap kali mendapatkan ilmu baru, pelajar menemukan kebenaran yang baru. 2) Sholat. dalam sholat seseorang merenung, mengingat Allah swt dalam konteks gerakan ilmu, transformasi rukun ini berupa kontemplasi (perenungan) keilmuan. Merenungkan tentang masalah-masalah yang sedang diteliti mencoba mencari jawabnya secara serius. Dari kegiatan ini seorang pelajar akan mendapat inspirasi. 3) Puasa. Puasa dikerjakan selama satu bulan dan selama puasa itu seorang Muslim juga dianjurkan untuk banyak merenung, banyak membaca kitab (tadarus), di samping melakukan kegiatan yang lain. Dalam gerakan ilmu adalah penelitian. Selama melakukan penelitian, seorang pelajar seolah-olah sedang bertapa, berpuasa, menahan diri dari melakukan hal-hal yang biasa dilakukan. Dari kegiatan penelitian ini seorang pelajar akan memperoleh temuantemuan berupa karya ilmiah dan melakukan pengembangan ilmu pengetahuan. 4) Zakat. Harta yang dimiliki oleh seorang pelajar adalah ilmu
pengetahuan. Zakat dalam konteks tersebut adalah memberikan pengetahuan kepada orang lain, yaitu mengajar, memberikan ceramah-ceramah, memberikan pelatihan, dan sebagainya. 5) Haji. Seorang Muslim melakukan perjalanan selama beberapa hari, melakukan ibadah haji selama beberapa hari, dan bertemu dengan ratusan, ribuan Muslim yang lain. Arena haji adalah sebuah arena pertemuan Muslim seluruh dunia, dan dari pertemuan ini bisa terjadi saling tukar pendapat, tukar pengalaman. Dalam konteks gerakan ilmu, adalah pertemuan-pertemuan internasional selama beberapa hari di mana terjadi tukar pendapat, tukar pandangan, yang semakin meningkatkan kualitas keilmuan seorang pelajar, sebagaimana halnya ibadah naik haji yang meningkatkan kualitas kualitas keilmuan. C. IMPLIKASI PARADIGMA PELAJAR BERKEMAJUAN Dasar-dasar paradigma pelajar berkemajuan di atas menjadi basis epistemologis mempunyai implikasi pembacaan realitas:
Skema: Implikasi Paradigma Pelajar Berkemajuan 1. Permasalahan: masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari diterimanya asumsi-asumsi dasar tertentu, nilai-nilai atau etos tertentu. Sebagai contoh, dengan asumsi bahwa wahyu merupakan sumber ilmu pengetahuan, maka kumpulan wahyu -yakni Al Quran- akan menjadi salah satu sumber untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan dimunculkan dari Al Quran dan sunnah, bisa dari permasalahan sehari-hari tetapi yang dianggap penting untuk dicarikan penyelesaiannya. 2. Konseptual: berbagai konsep yang muncul sebagai implikasi
3.
4.
5.
6.
dari penggunaan wahyu sebagai salah satu sumber pengetahuan, sumber inspirasi. Dalam hal ini berbagai istilah yang ada dalam Al Quran dan Sunnah kemudian dapat dan perlu didefinisikan, dijelaskan dan dioperasionalisasikan sehingga menjadi kerangka teori. Metode Penelitian: Pemilihan masalah-masalah tertentu, penggunaan konsep-konsep yang mempunyai implikasi terhadap metode penelitian yang akan digunakan. Sangat mungkin akan muncul metode-metode penelitian baru yang muncul sebagai akibat dari digunakannya konsep tertentu, atau dipilihnya asumsi-asumsi tertentu sebagai basis penelitian permasalahan. Metode Analisis: Implikasi metodologis dapat terjadi pada metode analisis ini, dan ini bisa dikarenakan oleh masalah yang diteliti, oleh konsep yang digunakan atau oleh jenis data yang berbeda. Dalam meneliti masalah harus memperhatikan implikasi ini baikbaik, agar analisis data dapat dilakukan dengan baik dan benar. Teoritis: Implikasi teoritis tentu akan ada, karena tidak mungkin perubahan atau pergantian masalah dan asumsi dasar tidak mempunyai implikasi teoritis. Munculnya teori-teori baru akan merupakan sumbangan yang sangat penting yang dapat diberikan oleh paradigma pelajar berkemajuan untuk solusi problem kemanusiaan. Representasional (Etnografis): Implikasi representasional merupakan implikasi yang terjadi pada ranah representasi atau penyajian teori. Di sini gerakan ilmu dengan paradigma pelajar berkemajuan memiliki potensi besar untuk menyajikan halhal yang baru, yang dapat membuka wawasan baru kehidupan manusia serta solusi untuk problem kemanusiaan.
D. TRANSFORMASI PARADIGMA PELAJAR BERKEMAJUAN Dalam Gerakan ilmu, tentunya akan mempunyai implikasi transformatif sosial untuk perubahan. Dalam paradigma pelajar berkemajuan, perubahan ke arah kemajuan akan ditujukan untuk individu maupun sosial. 1. Transformasi Individual Transformasi individual merupakan transformasi pada ranah kejiwaan, yang menyangkut pikiran dan perasaan. Sebagaimana basis etika paradigma pelajar berkemajuan adalah penghayatan. Penghayatan ini berlangsung pada tataran individual. Oleh karena itu, gerakan ilmu tentunya
punya effek pada tataran individual. 2. Transformasi Kolektif Transformasi kolektif diawali dari tataran ide, pandangan hidup, yang kemudian mewujud menjadi etika gerakan pelajar berkemajuan. Transformasi dari individu pelajar harus mampu mempengaruhi lingkungan yang lebih luas, yakni pada kalangan terpelajar. Kajian-kajian dengan paradigma pelajar berkemajuan akan dapat memberikan dampak transformatif kolektif yang lebih luas bilamana hasil-hasil kajian ini selalu dipublikasikan dan disosialisasikan ke tengah masyarakat dengan cara yang sistematis dan terencana dengan baik.
KRITERIA CALON KETUA UMUM PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH PERIODE MUKTAMAR XIX
PASAL I: IDEOLOGI-KEAGAMAAN 1. Kemurnian aqidah (keyakinan berbasis tauhid yang bersumber pada ajaran Al- Quran dan Sunnah al-Maqbullah) yang membentuk keshalehan dalam kehidupan. 2. Ketaatan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah mahdhah, baik yang wajib maupun yang sunnat tathawwu` sesuai tuntunan Rasulullah) yang tahsinah (kemanfaatan atau fungsi) dari ibadah itu terpantul dalam kehidupan sehari-hari. 3. Keikhlasan (melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT) dalam hidup dan berjuang menegakkan ajaran Islam melalui Muhammadiyah. 4. Shiddiq (jujur dan dapat dipercaya) dalam hati, kata, dan tindakan. 5. Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi) dalam mengemban tugas organisasi. 6. Istiqamah (konsisten) dalam lisan, pikiran, dan tindakan. 7. Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam IPM sebagai panggilan jihad di jalan Allah). PASAL II: AKADEMIS-INTELEKTUAL 1. Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab) dalam berpikir, berwawasan, dan menghasilkan karya pemikiran. 2. Tajdid (pembaruan, berpikiran maju) dalam mengembangkan kehidupan dan menggerakkan Persyarikatan sesuai jiwa ajaran Islam. 3. Etos belajar (semangat dan kemauan keras) untuk untuk selalu mengembangkan diri, mencari dan memperkaya ilmu, serta mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
4. Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah) dalam bersikap, berpikiran, dan bertindak. 5. Inovatif (menemukan hal-hal baru) dalam mengembangkan kemajuan organisasi IPM. 6. Berpikiran maju dan membawa IPM pada kemajuan di berbagai bidang yang menjadi misi dan usaha gerakan IPM.
PASAL III: SOSIAL-KEMANUSIAAN 1. Keshalehan (perilaku yang baik) dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat luas. 2. Kepeduliaan sosial (keterpanggilandalam meringankan beban hidup orang lain); 3. Suka beramal (gemar kemaslahatan hidup); melaksanakan amal saleh untuk
4. Keladanan (menjadi uswah hasanah [teladan yang baik] dalam seluruh sikap dan tindakan); 5. Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dan terampil membangun jaringan). 6. Siap berkhidmat menjalankan amanah dengan profesional, dedikasi dan penuh tanggung jawab di IPM.
PASAL IV: KEORGANISASIAN-KEPEMIMPINAN 1. Pengkhidmatan dan partisipasi aktif dalam peran keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. 2. Menempati posisi apapun dengan semangat ikhlas, berdedikasi, berprestasi, dan menghasilkan hal-hal terbaik. 3. Menjadi bagian yang menyatu dengan denyut nadi IPM,
Muhammadiyah, umat, dan bangsa sebagai wujud menjalankan misi ikatan 4. Berkomitmen dan menjunjung tinggi ideologi Muhammadiyah dan mampu bersikap tegas tetapi arif dalam membela serta menegakkan prinsip dan kepentingan IPM 5. Mengutamakan misi dan kepentingan IPM di atas lainnya dengan niat ikhlas dan berkhidmat. 6. Memiliki visi kepemimpinan di tingkat nasional dan berpengalaman dalam kepemimpinan di IPM minimal 8 tahun. 7. Mempunyai jaringan yang luas dan kemampuan melakukan relasi sosial (membangun jaringan). 8. Mempunyai kemampuan interpersonalitas, komunikasi keummatan, dan kebangsaan yang berwawasan multikultural. 9. Memiliki kemampuan membangun tim work dalam organisasi
PASAL V: ADMINISTRASI 1. Menunjukkan karya atau prestasi ilmiah dan atau non ilmiah 2. Membaca al-Quran dengan fasih (baik dan benar), disertai dengan surat keterangan dari lembaga yang bersangkutan. 3. Menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris aktiv secara verbal 4. Memiliki karya tulis yang telah dipublikasikan baik di media massa maupun penerbitan dibuktikan dengan foto copy tulisan minimal 2 judul. 5. Memiliki Kartu Tanda Anggota IPM 6. Telah menjadi anggota IPM/minimal 8 tahun yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pimpinan IPM di mana yang bersangkutan aktif.
7. Pernah menjabat sebagai Pimpinan Pusat, dibuktikan dengan SK atau surat keterangan 8. Minimal telah mengikuti perkaderan aruna Melati Utama, dibuktikan dengan Syahadah atau Surat Keterangan. 9. Pada saat berlangsung Muktamar berusia maksimal 24 tahun 10. Tidak merangkap kepengurusan di OKP yang bidang garapnya sama dengan IPM, ditunjukan dengan surat pernyataan bermaterai 6000. 11. Bersedia berdomisili di tempat kedudukan PP IPM (Yogyakarta/ Jakarta) dibuktikan dengan pernyataan di atas materai. 12. Tidak merangkap kepengurusan di partai politik baik pada saat dipilih maupun sesudah dipilih hingga akhir jabatan di IPM (dibuktikan dengan pernyataan bermaterai 6000) 13. Telah menjadi anggota Muhammadiyah ditunjukkan dengan kepemilikan KTAM (Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah).
KRITERIA CALON FORMATUR PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH PERIODE MUKTAMAR XIX
PASAL I: IDEOLOGI-KEAGAMAAN 1. Kemurnian aqidah (keyakinan berbasis tauhid yang bersumber pada ajaran Al- Quran dan Sunnah Nabi yang shahih/maqbullah) yang membentuk keshalehan dalam kehidupan. 2. Ketaatan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah mahdhah, baik yang wajib maupun yang sunnat tathawwu` sesuai tuntunan Rasulullah) yang tahsinah (kemanfaatan atau fungsi) dari ibadah itu terpantul dalam kehidupan sehari-hari. 3. Keikhlasan (melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT) dalam hidup dan berjuang menegakkan ajaran Islam melalui Muhammadiyah. 4. Shiddiq (jujur dan dapat dipercaya) dalam hati, kata, dan tindakan. 5. Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi) dalam mengemban tugas organisasi. 6. Istiqamah (konsisten) dalam lisan, pikiran, dan tindakan. 7. Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam IPM sebagai panggilan jihad di jalan Allah). PASAL II: AKADEMIS-INTELEKTUAL 1. Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab) dalam berpikir, berwawasan, dan menghasilkan karya pemikiran. 2. Tajdid (pembaruan, berpikiran maju) dalam mengembangkan kehidupan dan menggerakkan Persyarikatan sesuai jiwa ajaran Islam.
3. Etos belajar (semangat dan kemauan keras) untuk untuk selalu mengembangkan diri, mencari dan memperkaya ilmu, serta mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan. 4. Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah) dalam bersikap, berpikiran, dan bertindak. 5. Inovatif (menemukan hal-hal baru) dalam mengembangkan kemajuan organisasi IPM. 6. Berpikiran maju dan membawa IPM pada kemajuan di berbagai bidang yang menjadi misi dan usaha gerakan IPM. PASAL III: SOSIAL-KEMANUSIAAN 1. Keshalehan (perilaku yang baik) dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat luas. 2. Kepeduliaan sosial (keterpanggilandalam meringankan beban hidup orang lain); 3. Suka beramal (gemar kemaslahatan hidup); melaksanakan amal saleh untuk
4. Keteladanan (menjadi uswah hasanah [teladan yang baik] dalam seluruh sikap dan tindakan); 5. Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dan terampil membangun jaringan). 6. Siap berkhidmat menjalankan amanah dengan profesional, dedikasi dan penuh tanggung jawab di IPM.
PASAL IV: KEORGANISASIAN-KEPEMIMPINAN 1. Pengkhidmatan dan partisipasi aktif dalam peran keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. 2. Menempati posisi apapun dengan semangat ikhlas, berdedikasi, berprestasi, dan menghasilkan hal-hal terbaik.
3. Menjadi bagian yang menyatu dengan denyut nadi IPM, Muhammadiyah, umat, dan bangsa sebagai wujud menjalankan misi ikatan 4. Berkomitmen dan menjunjung tinggi ideologi Muhammadiyah dan mampu bersikap tegas tetapi arif dalam membela serta menegakkan prinsip dan kepentingan IPM 5. Mengutamakan misi dan kepentingan IPM di atas lainnya dengan niat ikhlas dan berkhidmat. 6. Memiliki visi kepemimpinan di tingkat nasional dan berpengalaman dalam kepemimpinan di IPM minimal 8 tahun. 7. Mempunyai jaringan yang luas dan kemampuan melakukan relasi sosial (membangun jaringan). 8. Mempunyai kemampuan interpersonalitas, komunikasi keummatan, dan kebangsaan yang berwawasan multikultural. 9. Memiliki kemampuan membangun tim work dalam organisasi 10. Memahami pola perkaderan IPM dan pernah mengikuti pelatihan dan atau pertemuan tingkat Nasional dan Wilayah PASAL V: ADMINISTRASI 1. Memiliki Kartu Tanda Anggota IPM 2. Telah menjadi anggota IPM minimal 6 tahun yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pimpinan IPM di mana yang bersangkutan aktif. 3. Pernah menjabat sebagai Pimpinan Wilayah dibuktikan dengan SK atau surat keterangan 4. Minimal telah mengikuti perkaderan Taruna Melati III, ditunjukkan dengan Syahadahah atau surat keterangan. 5. Pada saat berlangsung Muktamar yang bersangkutan berusia maksimal 24 tahun
6. Tidak merangkap kepengurusan di OKP yang bidang garapnya sama dengan IPM 7. Tidak merangkap kepengurusan di partai politik baik pada saat dipilih maupun sesudah dipilih hingga akhir jabatan di IPM (dibuktikan dengan pernyataan bermaterai) 8. Telah menjadi anggota Muhammadiyah ditunjukkan dengan kepemilikan KTAM (Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah)
TATA TERTIB PEMILIHAN KETUA UMUM DAN FORMATUR PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH PERIODE MUKTAMAR XIX BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 : Pengaturan Tata tertib Pemilihan Formatur adalah seperangkat ketentuan, sistem, dan tata cara pemilihan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Periode Muktamar XIX. Pasal 2 : Penyelenggara Ayat 1 Penyelenggaraan pemilihan Formatur dilakukan oleh Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus) Muktamar XIX. Ayat 2 Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus) adalah Panitia Pemilihan Formatur Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah periode Muktamar XIX sejumlah 5 orang, terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, dan 3 orang anggota. Mereka terdiri dari 2 orang dari PP IPM ditambah dengan 3 orang anggota dari Pimpinan Wilayah yang ditetapkan oleh Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) pada tanggal 27-30 September 2013 di Padang, Sumatera Barat. Ayat 3 Susunan Panlihpus adalah sebagai berikut : 1. Ketua 2. Sekretaris 3. Anggota : PP IPM : PP IPM : 1. PW IPM 2. PW IPM 3. PW IPM
Ayat 4 Hak dan wewenang Panlihpus Muktamar XIX antara lain: 1. Mendapat fasilitas dan anggaran dari Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah 2. Melakukan verifikasi dan menetapkan uji kelayakan dan keputusan kepada semua calon Formatur 3. Melakukan prosesi pemilihan Formatur PP IPM Periode Muktamar XIX 4. Memutuskan sanksi bagi para kandidat, pemilih dan saksi bila diketahui menyalahi ketentuan yang sudah diatur 5. Seluruh susunan Tim Panlihpus tidak masuk ke daftar calon tetap Formatur BAB II Pasal 3 : Calon Formatur Ayat 1 Bakal Calon Formatur adalah calon sementara Formatur PP IPM Periode Muktamar XIX yang direkomendasikan oleh PP IPM dan atau PW IPM dengan jumlah ketentuan jumlah sebagai berikut: a. PP IPM merekomendasikan maksimal 8 orang bakal calon formatur b. PW IPM merekemondasikan maksimal 7 orang bakal calon formatur Ayat 2 Calon Formatur adalah calon tetap Formatur PP IPM yang menyatakan kesediaannya dan telah memenuhi syarat/kriteria calon Formatur PP IPM Periode Muktamar XIX. Ayat 3 Hak dan kewajiban calon formatur: 1. Mendapat perlakuan yang sama oleh Panlihpus dan berhak mengikuti seluruh rangkaian acara Muktamar XIX sebagai
peninjau dimana hak dan kewajibannya diatur dalam tata tertib Muktamar XIX 2. Menjunjung tinggi tata tertib dan hasil pemilihan. Pasal 4 : Prosesi Pencalonan Formatur 1. Panlihpus mengirimkan surat kepada PP IPM dan seluruh PW IPM untuk mengirimkan rekomendasi Bakal Calon Formatur melalui surat tertulis yang pengirimannya melalui pos, e-mail atau faksimili. 2. Surat sebagaimana poin di atas dilengkapi dengan klausul batasan tanggal pengembalian berkas usulan yang penetapannya ditetapkan oleh Panlihpus. 3. Berdasarkan permintaan Panlihpus, PP IPM memiliki hak merekomendasikan Bakal Calon Formatur sebanyak 8 orang dan PW IPM sebanyak 7 orang dengan mengisi blangko Rekomendasi Bakal Calon Formatur yang disediakan oleh Panlihpus. 4. Setiap pimpinan wilayah dan pimpinan pusat berhak menggunakan haknya dan berkewajiban menyerahkan blangko Rekomendasi Bakal Calon Formatur kepada Panlihpus setelah diisi seperlunya dalam batas waktu yang ditetapkan oleh Panlihpus. 5. Setelah mendapat pemberitahuan oleh Panlihpus, setiap anggota IPM yang direkomendasikan dalam Blangko Rekomendasi Bakal Calon Formatur, berhak menerima dan menolak rekomendasi tersebut dan berkewajiban menyampaikan keputusannya kepada Panlihpus dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. 6. Setiap anggota IPM yang direkomendasikan dalam Blangko Rekomendasi Bakal Calon Formatur, berkewajiban melengkapi dan menyerahkan persyaratan administrasi dan persyaratan tambahan lainnya kepada Panlihpus sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan. 7. Pengembalian pernyataan kesediaan dan persyaratan administrasi apabila melebihi tenggat waktu yang telah ditentukan dinyatakan tidak diterima atau ditolak.
BAB III PEMILIH DAN SAKSI Pasal 5 : Pemilih Ayat 1 Pemilih adalah Peserta Muktamar XIX yang terdiri dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Daerah yang sah berdasarkan AD/ART IPM dan yang dimandatkan oleh institusinya menjadi peserta Muktamar XIX, dibuktikan dengan surat mandat dari masingmasing institusinya. Ayat 2 Keanggotaan calon pemilih tercatat dalam daftar pemilih dan tidak bisa diwakilkan kepada orang lain Ayat 3 Daftar Pemilih Tetap (DPT) ditetapkan Panlihpus 1 hari sebelum pemilihan Pasal 6: Saksi Ayat 1 Saksi adalah perwakilan yang diutus untuk menyaksikan dan memantau jalannya proses pemungutan suara Ayat 2 Saksi yang ditetapkan adalah 2 orang perwakilan dari tiap regional dan disampaikan kepada Panlihpus BAB IV TATA CARA DAN PROSES PEMILIHAN Pasal 6 : Tata Cara Pemilihan Ayat 1 1. Pemilih memilih 9 orang dari daftar calon formatur 2. Calon yang mendapat 9 suara terbanyak dari formatur berhak menjadi anggota Tim Formatur.
3. Calon formatur yang mendapatkan suara terbanyak menjadi ketua tim formatur. Pasal 7 : Proses Pemilihan Proses Pemilihan Formatur, sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pemilihan dilaksanakan secara LUBER dan JURDIL. 2. Tiap pemilih memiliki satu hak suara (one man one vote). 3. Tiap pemilih memilih 9 calon formatur pada kartu pemilihan yang telah diberi tanda tangan Ketua dan Sekretaris Panlihpus serta stempel Panlihpus kemudian dimasukkan ke dalam kotak suara yang telah disediakan. 4. Suara dinyatakan batal, jika tidak sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat 1 dan 2 sebagaimana tersebut di atas. 5. Penghitungan suara dilakukan oleh Panlihpus dengan disaksikan oleh saksi. 6. Apabila dalam proses pemungutan suara terdapat jumlah suara yang sama antara formatur urutan 9 dan 10, maka dilakukan pemungutan suara ulang. Pasal 8: Hak dan Wewenang Formatur Ayat 1 Formatur terpilih melakukan pemilihan Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan penyusunan struktur PP IPM Periode Muktamar XIX Ayat 2 Penyusunan Struktur Pimpinan Pusat IPM periode Muktamar XIX dilakukan dengan aturan sebagai berikut : a. Penyusunan struktur PPIPM periode Muktamar XIX dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat. b. Penyusunan struktur PPIPM periode Muktamar XIX berpedoman
pada kriteria pimpinan PPIPM c. Penyusunan dihadiri oleh seluruh anggota tim formatur dan dipimpin oleh ketua tim formatur. d. Ketua Tim Formatur adalah formatur yang memiliki jumlah suara terbanyak e. Ketua dan sekretaris tim formatur melaporkan hasil rapat formatur kepada Sidang Pleno Muktamar XIX, minimal sudah menentukan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PP IPM serta melengkapinya paling lambat satu bulan setelah berakhirnya Muktamar XIX IPM. BAB V SANKSI PANLIHPUS Pasal 9 : Sanksi Panlihpus Ayat 1 Jika terdapat anggota Panlih terbukti melakukan penyalahgunaan wewenang sehingga menghambat proses pemilihan atau merugikan salah satu calon Formatur makan kenaggotannya sebagai panlihpus dicabut oleh PP IPM. Ayat 2 Keanggotaan Panlihpus yang telah dicabut oleh PP IPM, maka hak dan wewenang yang melekat pada dirinya dinyatakan gugur. Ayat 3 Mengingat keanggotaan Panlihpus bersifat institusi (keterwakilan dari PP dan PW) maka PP IPM akan meminta kepada institusi yang bersangkutan untuk mengganti anggota Panlihpus dengan usulan nama yang baru. Pasal 10 : Sanksi Calon Formatur Ayat 1 Jika terdapat calon formatur terbukti melakukan kecurangan sehingga menghambat proses pemilihan atau merugikan salah satu calon
formatur maka haknya sebagai calon formatur dicabut oleh Panlihpus. Ayat 2 Calon Formatur yang telah dicabut haknya oleh Panlihpus maka PW IPM atau PP IPM yang mencalonkannya tidak dapat mengganti dengan nama baru. Pasal 11: Sanksi Pemilih Ayat 1 Jika terdapat calon pemilih yang terbukti melakukan kecurangan sehingga menghambat proses pemilihan atau merugikan salah satu calon formatur maka haknya sebagai pemilih dicabut oleh Panlihpus. Ayat 2 Calon Pemilih yang tellah dicabut haknya oleh Panlihpus maka PP, PW atau PD IPM yang memberi mandat sebagai peserta tidak dapat mengganti dengan nama baru. Pasal 12 : Sanksi Saksi Ayat 1 Jika terdapat saksi yang terbukti melakukan kecurangan sehingga menghambat proses pemilihan atau merugikan salah satu calon formatur maka haknya sebagai saksi dicabut oleh Panlihpus. Ayat 2 Saksi yang telah dicabut haknya oleh Panlihpus, maka hak dan wewenang yang melekat pada dirinya dinyatakan gugur. Ayat 3 Panlihpus meminta kepada regional yang bersangkutan untuk mengganti saksi dengan usukan nama yang baru sesuai dengan syarat sakssi
BAB IV ATURAN TAMBAHAN Pasal 8 : Aturan Tambahan Hal-hal teknis yang belum diatur dalam tata tertib proses pemilihan ini menjadi hak dan kewajiban bagi Panlihpus untuk mengaturnya.
Ditetapkan di ..................................................... Pada tanggal, ....................................... 2013 M Pimpinan sidang Ketua Sekretaris
( ) NBA: _______________
( ) NBA: _______________