MUSYAWARAH WILAYAH XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
JAWA TIMUR
MATERI MUSYAWARAH WILAYAH XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
JAWA TIMUR
Ponorogo, 03-05 Februari 2016
PENYUNTING
Irfan Shaifullah
(Pegiat Literasi Lamongan)
TIM MATERI
Dedi Kurniawan
(Alumni PFP 2 Jawa Timur)
Alfa Rezky Ramadhan
(Alumni PKTM 3 Banten)
PD IPM LAMONGAN
BEDAH TEMA
“Transformasi Gerakan untuk Pelajar Jawa Timur Berkemajuan”
Rumah aktualisasi dan apresiasi yang merupakan visi besar IPM Jawa Timur menjadi
gerakan bersama di periode 2014-2016. Hal yang yang mendasari semua tersebut
adalah pentingnya organisasi IPM untuk menjadi tempat pelajar menyalurkan bakat
serta minatnya. Secara psikis dan behavioritisnya usia remaja atau pelajar mempunyai
potensi untuk bisa dilejitkan dengan pembentukan dan pengembangan diri pada jiwa
remaja atau pelajar.
Komitmen IPM pada pembentukan karakter gerakan pelajar pelajar islam yang
dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan
identitas dan rujukan islam yang autentik. Jika meminjam istilah Ketua Umum PP
muhammadiyah Din Syamsuddin, IPM harus menjadi laskar zaman yang mampu
“menafsir makna zaman”. Sekali lagi, IPM dalam melakukan gerakan ilmu berikhtiar
melakuikan transformasi (perubahan dinamis social) dan kebudayaan bagi kemajuan
bangsa.
Menyadari hal itu, IPM wajib melakukan restorisasi gerakan untuk mengepakan sayap
lebih luas yaitu sebagai gerakan tranformasi untuk pelajar Jawa Timur Berkemajuan.
Jika pada konteks kelahirannya adalah dalam rangka penjagaan ideologi komunis
terhadap pelajar, kini gerakan pelajar IPM harus focus menjaga pelajar dari berbagai
serangan ideologi dengan pencerahan dari tranformasi gerakan dengan berlandaskan
Islam Berkemajuan.1
Tranformasi Gerakan
Jika pada Musywil IPM Jatim ke-19 di Kediri mengakangkat tema massifikasi gerakan
ilmu yang mengedepankan akan kekuatan ilmu dengan basis IPM yaitu pelajar.
Tantangan bagi kader IPM adalah betapa besar tanggung jawab dan konsekuensi
mengusung ideologi atau pandangan islam yang berkemajuan di tengah dinamika
peradaban modern, dan di antara pergumulan kehiduapan umat manusia yang
bercorak pasca-modern. Namun pada Musywil kali ini akan lebih mengangkat tentang
transformasi atau perubahan
1
Materi Muktamar XX IPM di Samarinda 2016.
1. Tranformasi Individual
Tranformasi individual merupakan transformasi pada ranah kejiawaan, yang
menyangkut pikiran dan perasaan. Sebagaimana basisi etika paradigma pelajar
berkemajuan adalah penghayatan . penghayatan ini berlangsung pada tataran
individu kreatif sebagai actor perubahan social.
2. Tranfomasi Kolektif
Tranformasi kolektif di awali dari tataran ide, pandangan hidup yang
kemudian terwujud menjadi etika pelajar berkemajuan. Transformasi dari
individu pelajar harus mampu mempengaruhi lingkungan yang lebih luas, yakni
pada kalangan terpelajar sebagai masyarakat ilmu.2
Jika sejak tahun 2000an IPM sudah membicarakan paradigm, maka tahun 2012 IPM
mendefinisikan paradigm sebagai “seperangkat konsep yang berhubungan satu sama
lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk
memahami, menafisrkan dan menjelaskan kenyataan atu masalahyang dihadapi”
2
Materi Muktamar XIX IPM di Jakarta 2014.
3
Azaki Khoirudin, Demi Pena, Jakarta: 2016.
ALUR LOGIKA MATERI
Idealitas Realitas
Lokus Gerakan
IPM Jatim
Penafsiran
Paradigma
Sirkulasi
Strategi
Gerakan
Tujuan IPM
Dream
Manifestasi IPM sebagai Rumah Aktualisasi dan Apresiasi
Tujuan Pelajar Jawa Timur
Idealitas dan realitas merupakan sebuah substansi yang berbeda. Idealitas berasal dari
kata ideal yang bermakna sangat sesuai dengan uang dicita-citakan atau diangan-
angankan atau dikehendaki.4 Sedangkan realitas merupakan merupakan sinonim dari
kata kenyataan.5 Dasar dari materi ini berusaha mengintegrasikan antara idealitas dan
realitas yang ada.
4
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
5
Ibid.
Idealitas IPM yang saat ini disepakati adalah Gerakan Pelajar Berkemajuan sebagai
sebuah paradigma gerakan IPM yaitu gerakan Ilmu. Gerakan pelajar berkemajuan
(GPB) adalah paradigma gerakan ilmu.6 Realitas IPM di dalam materi ini meninjau
dari dua hal yaitu realitas internal IPM dan realitas eksternal IPM. Realitas internal dan
eksternal ini dapat diuraikan dengan analisis pendekatan Apresiatif Inquiry dan
Analisis Sosial.
Dari hasil pendekatan tersebut diperoleh sebuah paradigma yang didefinisikan oleh
Pimpinan Pusat IPM dan perlu ditafsirkan oleh PW IPM dibawahnya dengan tujuan
untuk membuat strategi gerakan yang sesuai dengan wilyahnya masing-masing.
Penafsiran tersebut guna mencapai maksud dan tujuan IPM yaitu terbentuknya pelajar
muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.7
Tujuan tersebut perlu dimanifestasikan menjadi sebuah tujuan yang lebih aplikatif dan
sesuai dengan ruang lingkup wilayah IPM Jawa Timur yaitu IPM sebagai rumah
aktualisasi dan apresiasi pelajar Jawa Timur. Mimpi atau cita-cita tersebut berorientasi
terhadap “pembangunan kualitas pelaku gerakan pelajar sebagai agen pencerahan
untuk kemajuan bangsa dengan membawa nilai-nilai luhur yang terintegrasi dengan
peradaban unggul.”8
Analisis pendekatan AI dan Ansos tersebut juga menjadi pedoman dalam perumusan
Lokus gerakan IPM Jatim yang menjadi ciri khas dalam materi ini. Lokus gerakan ini
lah yang menjadi ruang lingkup atau batasan dalam sirkulasi strategi gerakan. Hal ini
bertujuan untuk mewujudkan mimpi IPM Jatim tersebut.
Keterkaitan Tematik
Tema adalah pokok pikiran9 atau pokok bahasan. Tentunya materi ini mengacu
kepada tema Musywil XX IPM Jawa Timur yaitu Transformasi Gerakan untuk Pelajar
Jawa Timur Berkemajuan. Tema Musywil XX meninjau tiga hal yaitu tanfidz Musywil
XIX, tanfidz Konpida dan analisis kinerja kepengurusan PW IPM Jawa Timur periode
sekarang. Selanjutnya, tema tersebut menjadi acuan dalam perumusan lokus gerakan
yang menjadi ruang lingkup sirkulasi strategi gerakan.
6
Tanfidz Muktamar XIX IPM di Jakarta 2014.
7
Anggaran Dasar IPM Pasal 6.
8
Tanfidz Musywil XIX IPM Jawa Timur di Kediri 2015. Rumusan tersebut merupakan tahapan kebijakan
jangka panjang hasil dari Muswil XIX IPM Jawa Timur yang menjadi amanah dalam arah kebijakan
pada Musywil XX IPM Jawa Timur.
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Tanfidz
Musywil XIX
Siklus strategi gerakan terdiri dari tiga komponen yaitu agenda aksi, kerangka
kebijakan program dan rekomendasi. Ketiga komponen tersebut merupakan strategi
gerakan yang saling berkaitan, berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
Agenda Aksi
Sirkulasi Kerangka
Strategi Kebijakan
Gerakan Program
ANALISIS
Apresiatif Inquiry
Menurut Diana Whitney dan Amanda Trosten, Appreciative Inquiry is the study of
what gives life to human system when they function at their best.10 An evaluation
process that inquires into, identifies, and further develops the best of what is in an
organization in order to create a batter future.11 Di dalam materi Muktamar XX IPM
menjelaskan bahwa AI adalah pendekatan yang digunakan untuk mempelajari,
menganalisis, dan membuat perencanaan pengembangan organisasi berdasarkan pada
kekuatan apa saja yang selama ini berfungsi dan bermakna bagi organisasi. AI
memanfaatkan best practice atau keberhasilan-keberhasilan yang selama ini dicapai
oleh organisasi, kemudian mengembangkannya sebagai kekuatan yang akan
mendorong perubahan labih baik di masa ini dan di masa yang akan datang.12
AI bekerja menggunakan lingkaran positif yang terdiri dari 4 dimensi siklus yaitu
Discovery, Dream, Design, dan Destiny. Berikut penjelasan dari masing-masing
dimensi.
10
Diana Whitney, Amanda Trosten, The Power of Appreciative Inquiry, 2010.
11
Coghlan, Preskill, Catsambas, 2003.
12
Materi Muktamar XX IPM di Samarinda 2016.
13
Ibid.
Discovery
"What gives life?"
(The best of what
is)
Aprpreciating
Destiny
"What will we do?" Dream
(Ongoing "What could be?"
empowerment, (Opportunities for
performance and the future)
learning) Imagining
Delivering
Design
"What should be?"
(Our ideal
organization)
Innovating
Materi Musywil XX IPM Jawa Timur menggunakan AI sebagai alat untuk menganalisis
realitas dan mengolahnya untuk mencapai strategi, arah gerakan dan tujuan IPM Jawa
Timur kedepannya. Berikut hasil analisis yang terurai dalam empat dimensi siklus AI:
Discovery (kekuatan yang ditemukan dalam IPM): kekuatan atau faktor yang
mendasari pergerakan IPM ialah DAYA KREATIF. Daya kreatif dapat di maknai
sebagai suatu kekuatan bagi IPM untuk menjadikan IPM sebagai tempat
pembelajaran dan juga sekaligus sebagai rumah untuk menyalurkan dan
mengembangkan kreatifitas. Daya kaetif disini yang dimaksud juga dapat
diaplikasikan dalam komunitas. Bagamaina caranya organisasi dapat tetap eksis?
Salah satunya adlah dengan berfikir Kretaif Inovatif.
Dream (mimpi apa yang dibangun) melihat kaca tahapan kebijakan pada tanfidz
sebelumnya, mimpi utama IPM pada Periode 2016-2018 ialah sebagai rumah
aktualisasi dan apresiasi pelajar Jawa Timur
Design (apa yang harus oleh IPM) untuk mewujudkan sebuah Dream(mimpi),
sangat perlu kiranya untuk dibuat yang namanya Design (program). Program
untuk mewujudkan Dream diatas ialah dengan membentuk beberapa program
yaitu 1. Program literasi 2. Program pengembangan minat bakat 3. Program
Optimalisasi Teknologi Informasi.
Destiny (strategi apa yang harus digunakan IPM) strategi atau gerakan agar
tercapainya IPM sebagai Daya Kretaif ialah dengan membuat beberapa gerakan
sebagai wadah untuk menyalurkan kreatifitas. Untuk mewujudkan itu semua
setidaknya ada tiga gerakan yaitu 1. Gerakan Komunitas Kreatif 2. Gerakan Jihad
Literasi 3. Gerakan Mandiri Pelajar
Hasil akhir kegiatan
resmi (TM, PDPM, PFP,
Konpida, Rakerwil,
Muktamar, dll.) Daya Kreatif
Discovery
IPM sebagai rumah
aktualisasi dan
apresiasi pelajar
Gerakan Komunitas Kreatif Jawa Timur
Analisa Sosial
Pada peta pemasalahan yang di analisis menggunakana analilis sosial, terdapay empt
poin permasalahan yang menjadi poin dasar dalam proses membumikan gerakan
pelajar berkemajuan serta mewujudkan mimpi IPM sebagai rumah apresiasi dan
aktualisasi pelajar Jawa Timur.
Jaringan
Mapping
Gerakan Ideologi
Problem
Kaderisasi
1. Jaringan
Jaringan merupakan relasi atau hubungan yang dibangun secara kelembagaan
Internal maupun eksternal.
IPM sebagai organisasi dalam konteks gerakan sangat perlu adanya jaringan
sebagai mitra dalam mengembangkan serta melabarkan sayap IPM. Adapun
permasalahan pada poin ini adalah
a. Belum dikenal instansi pemrintahan
b. Kurangnya pemanfaatan jaringan dikalangan pemerintah dengan reputasi IPM
sebagai OKP terbaik Nasional
c. Masih belum jelas batasan ortom sehingga terkadang ada kesalah fahaman
dengan Muhammadiyah.
2. Ideologi
Ideologi merupakan faktor penting dalam organisasi. Karena ideologi
merupakan pandangan hidup serta pedoman hidup dalam berorganisasi.
Namun, pemahaman kader IPM terhadap ideologi masih terdapat permasalahan
yang berakibat pada biasanya kader. Demikian beberapa permasalahan yang
dimaksud :
a. Masih adanya kader yang belum faham ideologi Muhammadiyah dan IPM
b. Kurannya pemantapan Ideoloigi pada jiwa kader.
3. Kaderisasi
Bagi IPM, kaderisasi merupakan kerjaan rumah yang tidak pernah kunjung selesai
(never ending job). Dibalik itu, keberhasilan kaderisasi dalam IPM akan
berdampak pada eksistensi IPM di masa yang akan datang.
Sehingga perlu yang namanya kaderisasi secara optimal dengan menggunakan
buku panduan bersama. Namun ada beberpa maslah didalam kaderisasi.
a. Rendahnya kualitas kader karena malasnya budaya literasi
b. Lemahnya kreatifitas kader karena kecendrungan bahwa gerakan IPM sebagai
gerakan aksi, administratif, serba kolektif kolegial, dan rutinitas ceremonial.
c. Belum adanya SOP yang sistematis
4. Gerakan
Salah satu faktor untuk menjadikan IPM sebagai Daya Kretaif ialah salah satunya
dengan sebuah gerakan. Nama IPM sering tenggelam karena gerakan IPM
sebagai gerakan dakwah kurang dapt menyentuh sampai ke element kader di
sturktural terbawah. Sehingga sebuah gerakan akan mampu membuat nama IPM
bisa di kenal di khalayak . dibawah ini aalah beberapa permasalahan dalam
gerakan.
a. Kurangnya respinsif terhadap isu-isu yang berkembang
b. Kurangnya massifikasi gerakan IPM
LOKUS GERAKAN IPM JATIM
Lokus gerakan merupakan penafsiran dari khittah perjuangan IPM dan Nilai-Nilai
Gerakan IPM14. Lokus gerakan adalah wilayah kehidupan yang menjadi medan
perjuangan bagi basis masa gerakan dengan segala macam problematika. Secara
umum lokus gerakan IPM yang disebutkan di atas berorientasi ke arah transformasi
sosial yang menggerakkan kader IPM dalam berinteraksi dengan realitas. Adapun
lokus gerakan PW IPM Banten ini diorientasikan kepada titik fokus program internal
dan eksternal dengan mempertimbangkan kebijakan PP IPM dan problematika yang
dihadapi saat ini. Seperti yang digambarkan pada diagram berikut:
Perkembangan IPM dewasa ini ditengah pemekaran yang cemerlang itu tumbuh
kecenderungan adanya pelonggaran nilai-nilai serta menipisnya semangat dan
keterkaitan ruhaniah tersebut di sebagian lingkungan IPM di berbagai tingkatan.
Selain itu dengan datangnya pengaruh luar yang membentuk trend atau
kecenderungan lain berupa nilai-nilai non-Muhammadiyah bahkan nilai-nilai non-
Islam juga telah melahirkan tujuan-tujuan serta pola perilaku baru dalam ber-IPM
sehingga menjadi masalah tersendiri. Jika kecenderungan baru itu meluas dalam
Muhammadiyah dan IPM maka bukan sekedar akan menjadi sumber konflik,
pergeseran motivasi dan perilaku ber-IPM, akan tetapi sekaligus merupakan referensi
baru yang akan menyentuh aspek ideologi Muhammadiyah dan IPM baik dalam
persepsi nilai-nilai Islam maupun dalam perilaku organisasi, sehingga menjadi
persoalan mendasar. Maka dengan adanya lokus gerakan IPM Banten dapat membagi
fokus dalam mengatasi masalah baik fokus internal maupun fokus eksternal.
14
Khittah Perjuangan IPM dan Nilai-Nilai Gerakan IPM tercantuh di Sistem Perkaderan IPM (SPI)
Kuning dan menjadi dasar falsafah pergerakan IPM.
Sehingga dapat di petakan dalam konsep gerakan yang mengarah kepada fokus
permasalahan tersebut dengan membagi fokus program bidang.
Secara keseluruhan program bidang yang dibagi berdasarkan titik focus tersebut
didasari oleh 8 sistem gerakan IPM yang 7 diantaranya termaktub di dalam materi
Muktamar XX IPM di Samarinda 2016 :
1. Keilmuan
Maksudnya program dan aktivitas IPM sebagai organisasi harus dilandasi oleh
prinsip keilmuan yang dicirikan sebagai berikut:
Rasional/logis
Berbasis kebutuhan pelajar
Berbasis riset
Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang sedang terjadi.
Keilmuan juga berarti segala program dan aktivitas IPM harus karena tujuan
keilmuan yakni sebagai sarana mempelajari ilmu dan pengetahuan.
2. Kekaderan
Maksudnya program dan aktivitas IPM selalu dilandasi oleh nilainilai kekaderan.
Semua yang dilakukan IPM dalam proses berorganisasi selalu bersifat
pemberdayaan anggota. Kekaderan meliputi:
IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek
pemahaman.
IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek
pemahaman paradigma.
IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek
pemahaman gerakan.
3. Keberpihakan
Keberpihakan maksudnya ialah segala program dan aktivitas IPM harus jelas
letakkeberpihakannya terhadap aspirasi pelajar. IPM memiliki tanggungjawab
untuk membawa aspirasi pelajar dan mengadvokasinya. Kata “keberpihakan”
menunjukkan bahwa posisi IPM tidak netral terhadap keadaan. IPM harus terlibat
aktif atas kepentingan pelajar. Keberpihakan adalah salah-satu kriteria capaian
umum yang sangat penting bagi IPM.
Dalam banyak kasus IPM harus mampu berpihak pada mengadvokasi kepentingan
kelompok pelajar-rentan (pelajar difabel, pelajar perempuan, pelajar putus
sekolah, pelajar dari kelas sosial menengah ke bawah). Dengan demikian capaian
umum keberhasilan IPM terletak pada kemampuannya menunjukkan
keberpihakan yang semakin dibutuhkan.
4. Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai kriteria capaian umum IPM berarti segala gerak IPM
senantiasa ditujukan bagi proses pengembangan kemampuan anggotanya.
Pemberdayaan berarti proses pengembangan kapasitas, kemampuan, kreatifitas,
dan kekuatan pelajar. Konsep pemberdayaan yang digunakan oleh IPM selalu
bersifat partisipatoris dan dua arah. Proses pemberdayaan dalam IPM bertujuan
sebagai cara membentuk integritas, kemandirian, kecakapan, dan keterampilan
yang dibutuhakn dalam kehidupan sehari-hari.
5. Keislaman
IPM merupakan organisasi berbasis pelajar dengan nilai-nilai keislaman; tauhid.
Keislaman sebagai salah-satu kriteria capaian umum berarti IPM dalam
menjalankan organisasi harus menyadari posisinya sebagai sayap dakwah Islam
Muhammadiyah. IPM bertanggungjawab memformulasikan model dakwah yang
ramah, menyenangkan, dan membawa manfaat bagi pelajar dan remaja pada
umumnya. IPM dituntut untuk selalu menawarkan inovasi dakwah bagi mada
mudi.
6. Kemanusiaan
Kemanusiaan berarti segala proses yang terjadi di dalam pengembangan organisasi
harus bersifat manusiawi. Mengakomodir segala kapasitas yang ada pada anggota
IPM. IPM bertanggungjawab untuk menjadi wadah bagi pelajar secara
keseluruhan tanpa terkecuali. IPM tidak hanya mewadahi aspirasi kelompok sosial
pelajar tertentu, tetapi secara menyeluruh.
7. Keorganisasian
Keorganisasi berarti berfungsinya IPM sebagai sebuah sistem. Landasan semua
program IPM adalah sistem, di mana IPM bergerak atas sistem yang berfungsi.
Pemimpin IPM harus mampu mengayomi dan mewadahi setiap anggota agar
dengan ikhlas berperan maksimal di IPM, dengan berbagai strategi manusiawi
yang dapat ditempuhnya. IPM adalah organisasi, maka sudah sewajarnya
dijalankan berdasarkan pada sifat keorganisasian. Semua program dan kebijakan
IPM harus didasarkan pada musyawarah mufakat. Organisasi IPM dijalankan
dengan melibatkan kesepakatan semua pihak.
8. Perubahan
Secara definitif, tiap zaman mengalami peralihan di berbagai aspek kehidupan.
Untuk menyiasati hal itu, pelajar sudah semestinya bergerak mengikuti alur
kekinian. Maka, etos perubahan bagi seorang pelajar visioner merupakan sesuatu
yang fardu senantiasa bergelora di setiap pergerakan. Inovasi-inovasi pelajar
jangan dibatasi, namun perlu didampingi. Karena inovasi mereka merupakan
ujung tombak kemajuan bangsa.
Spirit perubahan bagi IPM sendiri merupakan bagian dari ruh organisasi yang
tidak dapat dipisahkan. Sebab, perjalanan IPM dari masa ke masa pun selalu
mengalami perubahan mengikuti dinamika pelajar kekinian. Sebagaimana teori
Hegel yang menyatakan ada tesa (sebuah ilmu), kemudian dipatahkan dengan
anti tesa (sebuah kritik) sehingga melahirkan sintesa (ilmu baru) yang selaras
dengan kondisi saat ini.
AGENDA AKSI
Pendahuluan
Secara psikis dan behavioritisnya usia remaja atau pelajar mempunyai potensi
untuk bias dilejitkan dengan pembentukan dan pengembangan diri pada jiwa
remaja atau pelajar. Sebagai berikut:
1. Memiliki sensitifitas emosi tinggi
2. Memiliki kecendrungan memberontak untuk dapat berdiri sendiri dan kritis
3. Nge-group, berkumpul dengan teman sebaya
4. Memiliki kecendrungan menciptakan hal yang baru dan menantang (inovatif)
5. Menemukan jalan lain atau arus yang berbeda dari sebelumnya)
Riset / Iqra’
Pencerdasan
GPB
Pemberadayaan
Pembebasan
- Tujuan
1. menciptakan wadah untuk mengapresiasi potensi dan minat pelajar
2. mengembangkan dan meningkatkan berbagai minat ragam dan potensi
pelajar
3. pelajar dapat menyalurkan minat dan bakat
4. pelajar mempunyai keahlian (softskill) khusus
5. terbinanya pelajar yang dapat mengokohkan organisasi dalam bidang
bidang keilmuan, kesenian, kebudayaan, teknologi
- Target
1. timbulnya kesadaran pada Pimpinan Daerah IPM untuk membentuk
Komunitas
2. Terbentuknya komunitas berbasis Hobby sesuai dengan kebijakan dan
kebutuhan local di setiap level pimpinan Daerah Se-Jawa Timur mnimal
satu komunitas
3. Komunitas menjadi wadah proses pembinaan dan kaderisasi kader IPM.
Pendahuluan
Hasil studi PISA (Program For Interantional Student assessment), yaitu studi yang
memfokuskan pada literasi bacaan matematika dan IPA, menunjukan peringakat
Indonesia baru bias menduduki 10 besar dari 65 negara. Hasil study TIMSS
(Trend In International Mtahematics and science Study) menunjukan bahwa
pelajar Indonesi berada pada rangking amat rendah dalam kemapuan 1)
memahami informasi yang komplek 2) Teori, analisis dan pemecahan maslah 3)
pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalah dan 4) melakukan investigasi.
Hasil study ini menunjukan perlunya ada perubahan orientasi kurikulum dengan
tidask membebani pesrta didik dengan konten namun pada aspek kemapuan
esnsial yang diperlukan.
Menyikap hal itu semua, sudah sekiranya IPM sebagai Organisasi pelajar untuk
ikut andil mengentaskan Indonesiadari masalah mionat baca. Melalui gerakan
JihaT Literasi itulah IPM mampu membantu Indonesia keluar dari lingkaran
terendah literasi.
Tujuan
a. Mewujudkan tradisi gemar membaca dan mendiskusikan intisari dalam bacaan
tersebut
b. Membuat keompok-kelompok kecil untuk melakukan pengkajian ilmiah serta
membrikan solusi yang solutif untuk public
c. Membentuk pelajar yang berwawasan luas dan berkemajuan
Target
A. Terciptanya ruang komunitas-komunitas sebagai pengkaji terhadap wacana-
wacana pelajar masa kini
B. Terbentuknya basis-basis massa pelajar muhammadiyah yang mengrti dan
memahami agenda setting tentang isu public
C. Hadirnya seorang pelajar Muhammadiyah yang mampu menggerakkan opini-
opini public menjadi kajian ilmiah yang bias di pecahkan.
Bentuk Aksi
A. melakukan pembentukan komunitas baca sebagai wadah dari jihad literasi
B. Diskusi buku atau arisan buku
C. Pelatihan Jurnalistik atau kepenulisan
D. Mengadakan forum-forum kecil yang mamou merangsang pengetahuan kader
Sasaran
Seluruh anggota dari Pimpinan Ranting sampai Wilayah Se-Jawa Timur
Penyelenggara
PimpinanIPM setempat dari ranting hingga Wilayah Se-Jawa Timur
Menyikapi hal itu, kiranya kader IPM harus menyiapkan diri dengan melakukan
gerakan mandiri pelajar untuk bersaing dengan negara asing.
Tujuan
a. Mewujudkan tradisi kader mandiri
b. Membuat keompok-kelompok kecil koperasi atau wirausaha
c. Membentuk pelajar yang berwawasan wirausaha
Target
a. Terciptanya ruang komunitas-komunitas sebagai pengkaji terhadap wacana-
wacana dan isu terkini
b. Terbentuknya basis-basis massa pelajar muhammadiyah yang berjiwa wirausaha
c. Hadirnya seorang pelajar Muhammadiyah yang mampu menggerakkan roda-
roda ekonomi
Bentuk Aksi
a. melakukan pembentukan koperasi atau kantin
b. Pelatihan Wirausaha
c. Mengadakan forum-forum kecil yang mampu merangsang jiwa kewirausahaan
Sasaran
Seluruh anggota dari Pimpinan Ranting sampai Wilayah Se-Jawa Timur
Penyelenggara
PimpinanIPM setempat dari ranting hingga Wilayah Se-Jawa Timur
KERANGKA KEBIJAKAN PROGRAM
Fokus Gerakan
“Pembangunan kualitas pelaku gerakan pelajar sebagai agen pencerahan untuk
kemajuan bangsa dengan membawa nilai-nilai luhur yang terintegrasi dengan
peradaban unggul.”
Bidang Kepemimpinan
Visi Terciptanya kepemimpinan yang kuat dan preogsesif menuju
gerakan IPM yang transformatif. Hal tersebut meliputi
pengelolaan kepemimpinan dan manjemen serta penataan
mekanisme dan sistem
Sistem Gerakan Mengembangkan sistem organisasi IPM yang maju, efektif, dan
profesional.
Organisasi dan Meningkatkan kualitas dan fungsi-fungsi kepemimpinan organisasi
Kepemimpinan diberbagai tingkatan yang berbasis pada penerapan budaya kerja
organisasi yang manusiawi, apresiatif, amanah dan terukur.
Jaringan Memperkuat jaringan kelembagaan IPM di Indonesia melalui
komunikasi intensif dan pendampingan sehingga
Sumberdaya Meningkatkan kualitas kepemimpinan diberbagai tingkatan yang
mampu bersinergi membangun organisasi.
Aksi a. Optimalisasi kinerja da partisipasi pimpinan
b. Optimalisasi peran lembaga kepemimpinan
c. Peningkatan konsolidasi gerakan secara komprehensif ke akar
rumput melalui pembinaan dan pendampingan.
d. Pengembangan komunikasi eksternal
Bidang Administrasi Umum
Visi Terciptanya administrasi organisasi yang tertib, rapi dan
memudahkan proses organisasi.
Sistem Gerakan Mengembangkan sistem administrasi yang terintegrasi dengan
teknologi informasi.
Organisasi dan Meningkatkan kualitas dan fungsi-fungsi yang bersifat administratif
Kepemimpinan di berbagai tingkatan.
Jaringan Membangun basis data kader dan gerakan yang berorientasi pada
teknologi infomasi.
Sumberdaya Meningkatkan dan masifikasi keahlian administratif kader di
semua lini tingkatan.
Aksi a. Optimalisasi sosialisasi sistem administrasi IPM.
b. Optimalisasi pelayanan dan pemenuhan kebutuhan
admninistrasi organisasi.
Bidang Keuangan
Visi Membangun prinsip kemandirian organisasi yang secara finansial
tidak bergantung pada pihak-pihak lain yang mengikat. Serta
bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan.