Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

Appendiks disebut juga umbai cacing, istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat
awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ yang
tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan
akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya.
(2)
Appendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang dilaporkan. nsidensi tertinggi pada kelompok umur 2!"#! tahun, setelah
itu menurun. nsidens pada laki"laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali
pada umur 2!"#! tahun, insidens lelaki lebih tinggi.
(2)
I. Anatomi
Appendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch (analog dengan
$ursa %abricus) membentuk produk immunoglobulin.
(2)
Appendiks adalah suatu
struktur kecil, berbentuk seperti tabung yang berkait menempel pada bagian awal dari
sekum. Pangkalnya terletak pada posteromedial caecum. Pada leocaecal junction
terdapat Valvula Ileocecalis (Bauhini) dan pada pangkal appendiks terdapat valvula
appendicularis (Gerlachi). Panjang antara &"'! cm, diameter !,& cm. (umennya
sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
(')
Appendiks terletak di
kuadran kanan bawah abdomen. )epatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan
ketiga taenia coli (taenia libera, taenia colica, dan taenia omentum). *ari topografi
anatomi, letak pangkal appendiks berada pada titik +c $urney, yaitu titik pada garis
antara umbilicus dan ,A, kanan yang berjarak '-# dari ,A, kanan.
(#)
Appendiks .ermiformis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum) yang
bergabung dengan mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale.
+esenteriolum berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica). Orificiumnya terletak 2,/
cm dari katup ileocecal. +esoapendiknya merupakan jaringan lemak yang
mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil.
(0,&)
,truktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 0 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis eksterna-propria (otot longitudinal dan sirkuler) dan serosa. Appendiks
mungkin tidak terlihat karena adanya membran 1ackson yang merupakan lapisan
peritoneum yang menyebar dari bagian lateral abdomen ke ileum terminal, menutup
caecum dan appendiks. (apisan submukosa terdiri dari jaringan ikat dan jaringan
elastic membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan lymphe. Antara +ukosa dan
submukosa terdapat lymphonodes. +ukosa terdiri dari satu lapis collumnar
epithelium dan terdiri dari kantong yang disebut crypta lieberkuhn. *inding dalam
sama dan berhubungan dengan sekum (inner circular layer). *inding luar (outer
longitudinal muscle) dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia colli pada pertemuan
caecum dan apendiks. )aenia anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari
appendiks.
(0)
Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke"2 yaitu
bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan
dari sekum yang berlebih akan menjadi apendiks, yang akan berpindah dari medial
menuju katup ileosekal.
(/)
Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah
ujungnya. 3eadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada
usia itu. Pada 4/ 5 kasus, apendiks terletak intraperitoneal. 3edudukan itu
memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang
mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apediks terletak
retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau ditepi
lateral kolon asendens. 6ejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.
(2)
1enis posisi7
Promontorik 7 ujung appendiks menunjuk ke arah promontoriun sacri
8etrocolic 7 appendiks berada di belakang kolon ascenden dan biasanya
retroperitoneal.
Antecaecal 7 appendiks berada di depan caecum.
Paracaecal 7 appendiks terletak hori9ontal di belakang caecum.
Pel.ic descenden 7 appendiks menggantung ke arah pel.is minor
8etrocaecal 7 intraperitoneal atau retroperitoneal: appendiks berputar ke atas
ke belakang caecum.
(4)
Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal
dari cabang ner.us .agus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri
appendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari ner.us thorakalis ;. Oleh
karena itu, nyeri .iseral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus.
(2)
Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari a.leocecalis,
cabang dari a. +esenterica superior. A. Appendikularis merupakan arteri tanpa
kolateral. 1ika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, appendiks
akan mengalami gangren.
(2)
,ecara histologis, appendiks mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar.
6landula mukosanya terpisahkan dari .ascular submucosa oleh mucosa maskularis.
$agian luar dari submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus
oleh tunika serosa yang terdiri atas .askularisasi pembuluh darah besar dan bergabung
menjadi satu di mesoappendiks. 1ika apendik terletak retroperitoneal, maka appendiks
tidak terbungkus oleh tunika serosa.
<istologis7
" )unika mucosa 7 memiliki kriptus tapi tidak memiliki .illus.
" )unika submucosa 7 banyak folikel lymphoid.
" )unika muscularis 7 stratum sirculare sebelah dalam dan stratum longitudinale
( gabungan tiga tinea coli) sebelah luar.
" )unika serosa 7 bila letaknya intraperitoneal asalnya dari peritoneum
.iscerale.
(4)
II. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir '"2 ml perhari. (endir itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. <ambatan aliran lendir di muara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
(2)

*inding appendiks terdiri dari jaringan lymphe yang merupakan bagian dari sistem
imun dalam pembuatan antibodi. mmunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
6A() (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk appendiks, ialah gA. munoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi. =amun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi
system imun tubuh karena jumlah jaringan limfonodi di sini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.
(2)

1aringan lymphoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu setelah lahir.
1umlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat dewasa dan kemudian
berkurang mengikuti umur. ,etelah usia 4! tahun, tidak ada jaringan lymphoid lagi di
apendiks dan terjadi obliterasi lumen apendiks komplit.
(/)
III. Definisi
Apendisitis merupakan peradangan pada appendi> .ermiformis. Peradangan akut
apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya.
(2)
IV. Etiologi
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. %ekalit merupakan
penyebab tersering dari obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah hipertrofi
jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing
usus termasuk ascaris. )rauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat
mencetuskan inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis juga dapat menjadi
penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal.
(/,2)
%rekuensi obstruksi meningkat
dengan memberatnya proses inflamasi. %ekalit ditemukan pada 0!5 dari kasus
apendisitis akut, sekitar 4/5 merupakan apendisitis gangrenous tanpa rupture dan
sekitar ?!5 kasus apendisitis gangrenous dengan rupture.
(/)
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan
peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. 3onstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa. ,emuanya akan mempermudah terjadinya apendisits akut.
(2)
V. Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.
(?)
Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimalnya
dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi.
Obstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. +akin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen.
3apasitas lumen apendiks normal hanya sekitar !,' ml. 1ika sekresi sekitar !,/ dapat
meningkatkan tekanan intalumen sekitar 4! cm<2!. +anusia merupakan salah satu
dari sedikit makhluk hidup yang dapat mengkompensasi peningkatan sekresi yang
cukup tinggi sehingga menjadi gangrene atau terjadi perforasi.
(/)
)ekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan in.asi bakteri. nfeksi
menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik
karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. 6angren dan
perforasi khas dapat terjadi dalam 20"#4 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda"beda
setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.
(?,'!)
$ila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. <al tersebut akan
menyebabkan obstruksi .ena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri didaerah kanan bawah. 3eadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
(?)
$ila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangrene. ,tadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. $ila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
(?)
$ila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
(?)
Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa
dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 20"02 jam pertama, ini
merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa
periapendikular. *idalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. 1ika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara
lambat.
(2)
Pada anak"anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. 3eadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. ,edangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
(?)
3ecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada .irulensi mikroorganisme, daya
tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum
parietale dan juga organ lain seperti .esika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi
dan melokalisir proses peradangan ini. $ila proses melokalisir ini belum selesai dan
sudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. @alaupun proses melokalisir
sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam
ca.um abdominalis, oleh karena itu pendeita harus benar"benar istirahat (bedrest).
(0)
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan
bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi akut.
(2)
VI. Gejala Klinis
6ambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
'. =yeri abdominal
=yeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. +ula"mula nyeri
dirasakan samar"samar dan tumpul yang merupakan nyeri .iseral di
daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. ,etelah beberapa jam nyeri
berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (titik +c $urney).
=yeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa
nyeri somatik setempat. $ila terjadi perangsangan peritonium biasanya
penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
(2)
2. +ual"muntah biasanya pada fase awal.
#. =afsu makan menurun.
0. Obstipasi dan diare pada anak"anak.
/. *emam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi
biasanya tubuh belum panas. ,uhu biasanya berkisar #&,/A"#2,/A B
6ejala appendisitis akut pada anak"anak tidak spesifik. 6ejala awalnya sering
hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa
nyerinya. 3arena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis appendisitis
diketahui setelah terjadi perforasi.
(2)
3elainan patologi 3eluhan dan tanda
Peradangan awal 3urang enak ulu hati-daerah pusat,
mungkin kolik
Apenditis mukosa
8adang di seluruh
3etebalan dinding
Apendisitis komplet radang
Peritoneum parietale appendiks
8adang alat-jaringan yang
+enempel pada appendiks
Perforasi
Pendindingan (Infiltrat)
)idak berhasil
nyeri tekan kanan bawah
(rangsaganan automik)
nyeri sentral pindah ke kanan bawah,
mual dan muntah
rangsangan peritoneum lokal (somatik)
nyeri pada gerak aktif dan pasif,
defans muskuler lokal
genitalia interna, ureter, m.psoas,
kantung kemih, rektum
demam sedang, takikardia,
mulai toksik, leukositosis
demam tinggi, dehidrasi,
syok, toksik
$erhasil
Abses
massa perut kanan bawah, keadaan
umum berangsur membaik
demam remiten, keadaan umum toksik,
keluhan dan tanda setempat
Pada orang berusia lanjut gejalanya juga sering samar"samar saja, tidak jarang
terlambat diagnosis. Akibatnya lebih dari separo penderita baru dapat didiagnosis
setelah perforasi.
(2)
Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan
muntah. Cang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga
terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke
kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke
regio lumbal kanan.
(2)
VII. Pemerisaan Fisi
*emam biasanya ringan, dengan suhu sekitar #&,/"#2,/B. $ila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perforasi. $isa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal
sampai 'B.
'. nspeksi
3adang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut
tidak ditemukan gambaran spesifik. 3embung sering terlihat pada
penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah
bisa dilihat pada massa atau abses appendikuler.
2. Palpasi
*engan palpasi di daerah titik +c. $urney didapatkan tanda"tanda
peritonitis lokal yaitu7
=yeri tekan di +c. $urney
=yeri lepas
*efans muscular lokal. *efans muscular menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietal.
Pada appendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak
ada, yang ada nyeri pinggang.
=yeri rangsangan peritoneum tidak langsung
nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (8o.sing)
nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
($lumberg)
nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas
dalam, berjalan, batuk, mengedan.
Appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat dengan adanya
penonjolan di perut kanan bawah.
(2)
#. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus
paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
Pemeriksaan colok dubur akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam ?"'2.
Pada appendisitis pel.ika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok
dubur.
(2)
Pada apendisitis pel.ika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis adalah
nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Bolok dubur pada anak tidak
dianjurkan. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang
lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Dji psoas dilakukan dengan
rangsangan m. psoas lewat hiperekstensi atau fleksi aktif. $ila apendiks yang
meradang menempel di m.psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Dji
obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan
m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. *engan gerakan fleksi
dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, pada apendisitis pel.ika akan
menimbulkan nyeri.
(2)
Psoas sign. =yeri pada saat paha kanan pasien diekstensikan. Pasien dimiringkan
kekiri. Pemeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu ada hambatan pada
pinggul - pangkal paha kanan.
('')
*asar anatomi dari tes psoas. Apendiks yang mengalami peradangan kontak dengan
otot psoas yang meregang saat dilakukan manu.er (pemeriksaan).
('')
!es "#t$rator. =yeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan.
Pemeriksa menggerakkan tungkai bawah kelateral, pada saat itu ada tahanan pada sisi
samping dari lutut (tanda bintang), menghasilkan rotasi femur kedalam.
('')
*asar Anatomi dari tes obturator 7 Peradangan apendiks dipel.is yang kontak denhgan
otot obturator internus yang meregang saat dilakukan manu.er.
('')
VIII. Pemerisaan Pen$njang
'. Pemeriksaan (aboratorium
a. Pemeriksaan darah 7 akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan
kasus appendicitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi, B"
reaktif protein meningkat. Pada appendicular infiltrat, (E* akan
meningkat.
b. Pemeriksaan urin 7 untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan
bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam
menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih
atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan appendisitis.
2. Abdominal ;"8ay
*igunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis.
Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak"anak.
#. D,6
$ila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan D,6,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. *engan D,6 dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
0. $arium enema
,uatu pemeriksaan >"ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi"komplikasi dari appendisitis
pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Appendicogram memiliki sensiti.itas dan tingkat akurasi yang tinggi sebagai
metode diagnostik untuk menegakkan diagnosis appendisitis khronis. *imana
akan tampak pelebaran-penebalan dinding mukosa appendiks, disertai
penyempitan lumen hingga sumbatan usus oleh fekalit.
/. B)"scan
*apat menunjukkan tanda"tanda dari appendisitis. ,elain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendisitis seperti bila terjadi abses.
4. (aparoscopi
,uatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukan
dalam abdomen, appendiks dapat di.isualisasikan secara langsung. )ehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. $ila pada saat melakukan
tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks maka pada saat itu juga
dapat langsung dilakukan pengangkatan appendiks.
&. <istopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas (gold standard) untuk
diagnosis appendisitis akut. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai
gambaran histopatologi appendisitis akut. Perbedaan ini didasarkan pada
kenyataan bahwa belum adanya kriteria gambaran histopatologi appendisitis
akut secara uni.ersal dan tidak ada gambaran histopatologi apendisitis akut
pada orang yang tidak dilakukan operasi. 8iber et al, pernah meneliti .ariasi
diagnosis histopatologi appendisitis akut. <asilnya adlah perlu adanya
komunikasi antara ahli patologi dan antara ahli patologi dengan ahli
bedahnya.

*efinisi histopatologi apendisitis akut7
'
,el granulosit pada mukosa dengan ulserasi fokal atau difus di
lapisan epitel.
2 Abses pada kripte dengan sel granulosit dilapisan epitel.
#
,el granulosit dalam lumen appendiks dengan infiltrasi ke dalam
lapisan epitel.
0
,el granulosit diatas lapisan serosa appendiks dengan abses
apendikuler,
dengan atau tanpa terlibatnya lapisan mukusa.
/
,el granulosit pada lapisan serosa atau muskuler tanpa abses
mukosa dan

keterlibatan lapisan mukosa, bukan apendisitis akut tetapi
periapendisitis.
%istem sor Al&arado
*iagnosis appendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan
gambaran klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi antara anak, orang tua dan
dokter. Anak belum mampu untuk mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal
yang relatif lebih mudah pada umur dewasa. 3eadaan ini menghasilkan angka
appendiktomi negatif sebesar 2!5 dan angka perforasi sebesar 2!"#!5
(8amachandran, '??4). ,alah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan medis ialah membuat diagnosis yang tepat. )elah banyak dikemukakan
cara untuk menurunkan insidensi apendiktomi negatif, salah satunya adalah dengan
instrumen skor Al.arado. ,kor Al.arado adalah sistem skoring sederhana yang bisa
dilakukan dengan mudah, cepat dan kurang in.asif (,eleem: Amri dan $ermansyah,
'??&). Alfredo Al.arado tahun '?24 membuat sistem skor yang didasarkan pada tiga
gejala , tiga tanda dan dua temuan laboratorium. 3lasifikasi ini berdasarkan pada
temuan pra operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis. *alam sistem
skor Al.arado ini menggunakan faktor risiko meliputi migrasi nyeri, anoreksia,
nausea dan atau .omitus, nyeri tekan di abdomen kuadran kanan bawah, nyeri lepas
tekan , temperatur lebih dari #&,2
!
B, lekositosis dan netrofil lebih dari &/5. =yeri
tekan kuadran kanan bawah dan lekositosis mempunyai nilai 2 dan keenam sisanya
masing"masing mempunyai nilai ', sehingga kedelapan faktor ini memberikan jumlah
skor '! (Al.arado, '?24: 8ice, '???).
%or Al&arado untuk diagnosis appendisitis akut7
Gejala dan tanda' %or
=yeri berpindah '
Anoreksia '
+ual"muntah '
=yeri fossa iliaka kanan 2
=yeri lepas '
Peningkatan suhu F #&,#
!
B '
1umlah leukosit F '!>'!
#
-( 2
1umlah neutrofil F &/5 '
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
)otal skor7 '!
3eterangan Ala.arado score 7
*inyatakan appendicitis akut bila F & point
+odified Al.arado score (3alan et al) tanpa obser.asi of <ematogram7
' H 0 dipertimbangkan appendicitis akut
/ H 4 possible appendicitis tidak perlu operasi
& H ? appendicitis akut perlu pembedahan
Penanganan berdasarkan skor Al.arado 7
' H 0 7 obser.asi
/ H 4 7 antibiotic
& H '! 7 operasi dini
I(. Diagnosis )anding
'. 6astroenteritis
Pada gastroenteritis, mual"muntah dan diare mendahului rasa sakit. ,akit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas. <iperperistaltik sering ditemukan. Panas
dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan appendisitis.
2. (imfadenitis mesenterica
$iasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. *itandai dengan nyeri
perut yang samar"samar terutama disebelah kanan, dan disertai dengan
perasaan mual"muntah.
#. leitis akut
$erkaitan dengan diare dan sering kali riwayat kronis, tetapi tidak jarang
anore>ia, mual, muntah. 1ika ditemukan pada laparotomi, appendiktomi
insidental diindikasikan utntuk menghilangkan gejala yang membingungkan.
0. *<%
Pada penyakit ini pemeriksaan darah terdapat trombositopeni, leukopeni,
rumple leed (I), hematokrit meningkat.
/. Peradangan pel.is
)uba fallopi kanan dan o.arium terletak dekat appendiks. 8adang kedua organ
ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo"ooforitis atau adnecitis. Dntuk
menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat kontak se>ual. ,uhu
biasanya lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih
difus. $iasanya disertai dengan keputihan. Pada colok .aginal jika uterus
diayunkan maka akan terasa nyeri.
4. 3ehamilan ektopik
Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. 1ika
terjadi ruptur tuba atau abortus di luar rahim dengan perdarahan akan timbul
nyeri yang mendadak difus di daerah pel.is dan mungkin akan terjadi syok
hipo.olemik. Pada pemeriksaan colok .agina didapatkan nyeri dan penonjolan
di ca.um *ouglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah.
&. *i.erticulitis
+eskipun di.erculitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang"
kadang dapat juga terjadi di sebelah kanan. 1ika terjadi peradangan dan ruptur
pada di.erticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan gejala"gejala
appendisitis.
2. $atu ureter atau batu ginjal
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. <ematuria sering ditemukan. %oto polos
abdomen atau urografi intra.ena dapat memastikan penyakit tersebut.
;. Penatalasanaan
A**enditomi
J Bito 7 akut, abses K perforasi
J Elektif 7 kronik

$ila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendektomi dan
merupakan satu"satunya pilihan yang terbaik. Penundaan apendektomi sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. nsidensi appendiks
normal yang dilakukan pembedahan sekitar 2!5. Pada appendisitis akut tanpa
komplikasi tidak banyak masalah.
Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat apendiks menjadi dilindungi oleh
omentum dan gulungan usus halus didekatnya. +ula"mula, massa yang terbentuk
tersusun atas campuran membingungkan bangunan"bangunan ini dan jaringan
granulasi dan biasanya dapat segera dirasakan secara klinis. 1ika peradangan pada
apendiks tidak dapat mengatasi rintangan"rintangan sehingga penderita terus
mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi nanah, semula dalam jumlah
sedikit, tetapi segera menjadi abses yang jelas batasnya.
('2)
Drut"urutan patologis ini merupakan masalah bagi ahli bedah. +asalah ini adalah
bilamana penderita ditemui lewat sekitar 02 jam, ahli bedah akan mengoperasi untuk
membuang apendiks yang mungkin gangrene dari dalam massa perlekatan ringan
yang longgar dan sangat berbahaya, dan bilamana karena massa ini telah menjadi
lebih terfiksasi dan .ascular, sehingga membuat operasi berbahaya maka harus
menunggu pembentukan abses yang dapat mudah didrainase.
('2)
+assa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi
atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. Pada massa periapendikular
yang pendidingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus keseluruh rongga
peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu,
massa periapendikular yang masih bebas disarankan segera dioperasi untuk mencegah
penyulit tersebut. ,elain itu, operasi lebih mudah. Pada anak, dipersiapkan untuk
operasi dalam waktu 2"# hari saja. Pasien dewasa dengan massa periapendikular yang
terpancang dengan pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dirawat dahulu dan
diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya peritonitis.
$ila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal,
penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2"# bulan kemudian
agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. $ila terjadi
perforasi, akan terbentuk abses apendiks. <al ini ditandai dengan kenaikan suhu dan
frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta
bertambahnya angka leukosit.
(2)
+assa apendiks dengan proses radang yang masih aktif sebaiknya dilakukan tindakan
pembedahan segera setelah pasien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses
apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik"
baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tinggi daripada pembedahan pada
apendisitis sederhana tanpa perforasi.
('#)
Pada periapendikular infiltrat, dilarang keras membuka perut, tindakan bedah apabila
dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih"lebih bila massa
apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.
Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun
tanpa peritonitis umum.
('#)
)erapi sementara untuk 2"'2 minggu adalah konser.atif saja. Pada anak kecil, wanita
hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konser.atif tidak membaik atau
berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya.
(2)
$ila pada waktu membuka perut terdapat periapendikular infiltrat maka luka operasi
ditutup lagi, apendiks dibiarkan saja. )erapi konser.atif pada periapendikular
infiltrat 7
'. )otal bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di ca.um douglassi.
2. *iet lunak bubur saring
#. Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif
terhadap kuman aerob dan anaerob. $aru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar
4"2 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. 3alau sudah terjadi abses,
dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan setelah 4"2 minggu
kemudian. 1ika ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun, dan
pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau
abses, dapat dipertimbangkan membatalakan tindakan bedah.
(0,2)
Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Obser.asi suhu dan nadi. $iasanya 02
jam gejala akan mereda. $ila gejala menghebat, tandanya terjadi perforasi
maka harus dipertimbangkan appendiktomy. $atas dari massa hendaknya
diberi tanda (demografi) setiap hari. $iasanya pada hari ke/"& massa mulai
mengecil dan terlokalisir. $ila massa tidak juga mengecil, tandanya telah
terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan didrainase.
(0)
Baranya dengan membuat insisi pada dinding perut sebelah lateral dimana nyeri tekan
adalah maksimum (incisi grid iron). Abses dicapai secara ekstraperitoneal, bila
apendiks mudah diambil, lebih baik diambil karena apendik ini akan menjadi sumber
infeksi. $ila apendiks sukar dilepas, maka apendiks dapat dipertahankan karena jika
dipaksakan akan ruptur dan infeksi dapat menyebar. Abses didrainase dengan selang
yang berdiameter besar, dan dikeluarkan lewat samping perut. Pipa drainase
didiamkan selama &2 jam, bila pus sudah kurang dari '!! cc-hari, drai dapat diputar
dan ditarik sedikit demi sedikit sepanjang ' inci tiap hari. Antibiotik sistemik
dilanjutkan sampai minimal / hari post operasi. Dntuk mengecek pengecilan abses
tiap hari penderita di 8).
(0)
Penderita periapendikular infiltrat diobser.asi selama 4 minggu tentang 7
(E*
1umlah leukosit
+assa
Periapendikular infiltrat dianggap tenang apabila 7
'. Anamesa 7 penderita sudah tidak mengeluh sakit atau nyeri abdomen
2. Pemeriksaan fisik 7
o 3eadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh
(diukur rectal dan aksiler)
o )anda"tanda apendisitis sudah tidak terdapat
o +assa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada tetapi
lebih kecil dibanding semula.
o (aboratorium 7 (E* kurang dari 2!, (eukosit normal
3ebijakan untuk operasi periapendikular infiltrat 7
'. $ila (E* telah menurun kurang dari 0!
2. )idak didapatkan leukositosis
#. )idak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah tidak
mengecil lagi.
$ila (E* tetap tinggi ,maka perlu diperiksa
o Apakah penderita sudah bed rest total
o Pemakaian antibiotik penderita
o 3emungkinan adanya sebab lain.
d. $ila dalam 2"'2 minggu masih terdapat tanda"tanda infiltrat atau tidak ada
perbaikan, operasi tetap dilakukan.
e. $ila ada massa periapendikular yang fi>ed, ini berarti sudah terjadi abses dan
terapi adalah drainase.
(0)
Pembedahannya adalah dengan appendiktomi, yang dapat dicapai melalui insisi
+c $urney (8affensperger, '??!: Bloud, '??#). )indakan pembedahan pada
kasus apendisitis akut dengan penyulit peritonitis berupa apendektomi yang
dicapai melalui laparotomi (8affensperger,'??!: +antu, '??0: Ein, 2!!!).
(apisan kulit yang dibuka pada Appendektomi 7
'. Butis 4. +O
2. ,ub cutis &. +. )rans.ersus
#. %ascia ,carfa 2. %ascia trans.ersalis
0. %ascia Bamfer ?. Pre Peritoneum
/. Aponeurosis +OE '!. Peritoneum
(I. Kom*liasi
3omplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa
massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.
(2)
Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis
generalisata. )anda"tanda terjadinya suatu perforasi adalah 7
nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen
menyeluruh
,uhu tubuh naik tinggi sekali.
=adi semakin cepat.
*efance +uskular yang menyeluruh
$ising usus berkurang
Perut distended
Akibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya 7
'. Pel.ic Abscess
2. ,ubphrenic absess
#. ntra peritoneal abses lokal.
(0)
Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena bakteri masuk kerongga
abdomen, dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
('0)
(II. Prognosis
*engan diagnosis yang akurat serta pembedahan tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. 3eterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. ,erangan berulang dapat terjadi bila appendiks
tidak diangkat.
DAF!A+ PU%!AKA
'. http7--www.bedahugm.net-$edah"*igesti-Apendik-Epidemiologi.html
2. *e 1ong,.@., ,jamsuhidajat, 8., 2!!0. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. E6B.
1akarta.
#. http7--www.medicinenet.com-appendicitis-
0. Anonim, . Ilmu Bedah dan eknik !perasi. $ratajaya %akultas 3edokteran
D=A8. ,urabaya.
/. ,chwart9, ,pencer, ,., %isher, *.6., '???. "rinciples o# $ur%ery sevent
edition. +c"6raw <ill a *i.ision of )he +c6raw"<ill Bompanies. Enigma an
Enigma Electronic Publication.
4. 3artika, *ina, 2!!/. &hirur%ica. )osca Enterprise. Cogyakarta.
&. Anonim, 2!!/. Appendi'. PathologyOutlines.
http7--www.patholoyoutlines.com
2. 1ehan, E., 2!!#. "eran & (eakti# "rotein )alam *enentukan )ia%nosa
Appendisitis Akut. $agian lmu bedah %akultas 3edokteran Dni.ersitas
,umatra Dtara.
http7--library.usu.ac.id-download-fk-bedah"emir52!jehan.pdf .
?. +ansjoer,A., dkk. 2!!!. +apita $elekta +edokteran Edisi +eti%a ,ilid +edua.
Penerbit +edia Aesculapius %akultas 3edokteran Dni.ersitas ndonesia.
1akarta.
'!. tskowi9, +.,., 1ones, ,.+., 2!!0. Appendicitis. Emerg +ed #4 ('!)7 '!"'/.
www.emedmag.com
''. <ardin, +., '???. Acute Appendisitis -(evie. and /pdate. )he American
Academy of %amily Physicians. )e>as AK+ Dni.ersity <ealth ,cience
Benter, )emple, )e>as .http7--www.aafg.org
'2. <ugh, A.%.*udley. '??2. Ilmu Bedah Ga.at )arurat edisi kese0elas. 6adjah
+ada Dni.ersity Press. Cogyakarta.
'#. 8eksoprodjo, ,., dkk.'??/. +umpulan +uliah Ilmu Bedah. $agian $edah ,taf
Pengajar %akultas 3edokteran Dni.ersitas ndonesia. $ina 8upa Aksara.
1akarta.
'0. Anonim, 2!!0. Appendicitis. D.,. *epartment Of <ealth and <uman ,er.ices.
=ational nstitute of <ealth. =< Publication =o. !0H0/0&.1une 2!!0.
www.digesti.e.niddk.nih.go.
KA!A PENGAN!A+
Puji sukur saya panjatkan kepada A((A< ,@) atas berkat dan rahmat"=ya
saya dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul LAppendicitisM.
8eferat ini disusun sebagai salah satu tugas persyaratan kelulusan kepaniteraan klinik
$agian $edah 8,D* $udhi Asih 1akarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada *r. <arinto,
,p.$ sebagai pembimbing dalam pembuatan referat ini. )idak lupa terima kasih juga
penulis sampaikan kepada dokter"dokter pembimbing di 8,D* $udhi Asih atas
bimbingan yang kami dapat selama kepaniteraan klinik ini serta teman H teman
sekalian yang telah memberi semangat dan masukan dalam menyelesaikan referat ini.
3ami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu diharapkan bantuan dari
dokter pembimbing serta rekan"rekan mahasiswa untuk memberikan saran dan
masukan yang berguna bagi penulis.
(epas dari segala kekurangan yang ada, kami berharap semoga referat ini
membawa manfaat bagi kita semua.
1akarta, April 2!!?

Penulis
APPENDI,I!I%
Penyusun 7
<ersih ,rinowati (!#!.!0.!?#)
Pembimbing 7
*r. <arinto, ,p.$
3epaniteraan 3linik lmu $edah 8,D* $udhi Asih
%akultas 3edokteran Dni.ersitas )risakti

Anda mungkin juga menyukai