Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Defenisi Emas
Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian logam yang
bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Emas terbentuk dari
proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein)
dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu
endapan atau placer deposit , dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut
oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas terbentuk
karena adanya kegiatan vulkanisme, bergerak berdasarkan adanya thermal atau
panas di dalam bumi.
Dalam proses geokimia, emas biasanya dapat diangkut dalam bentuk larutan
komplek sulfida atau klorida. Pengendapan emas sangat tergantung kepada besarnya
perubahan pH, H
2
S, oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan adsorpsi oleh mineral
lain. Sebagai contoh, emas akan mengendap jika suasana menjadi sedikit basa dan
terjadi perubahan dari reduksi menjadi oksidasi. Atau emas akan mengendap jika
terikat mineral lain, seperti pirit. (Nelson, 1990).
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa. Tingkat
kekerasannya berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs). Berat jenisnya dipengaruhi oleh
jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Umumnya emas
didapatkan dalam bentuk bongkahan, tetapi di Indonesia hal tersebut sudah jarang
ditemukan. Batuan berkadar emas rendah merupakan batuan yang mengandung emas
lebih kecil dari 100 mg emas dalam 1 kg batuan. Emas ialah unsur kimia dalam
sistem periodik unsur dengan simbol Au (aurum) dan nomor atom 79. Emas
Universitas Sumatera Utara
merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, dan tidak banyak
bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia, walau dapat bereaksi dengan klorin,
fluorin dan akua regia. Logam ini selalu ada dalam bentuk bongkahan dan butiran
batuan maupun dalam pendaman alluvial. (Esna, 1988).
Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan
kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak
dan berat jenis tinggi. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak.
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit. Pertama sebagai urat/vein dalam
batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Endapan lain adalah
placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran
sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Selain itu, emas sering
ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga. (Addison, 1980).
2.1.1. Sifat-sifat Fisik dan Kimia Emas
Logam emas merupakan logam yang tahan akan korosi,mudah ditempa dan relatif
stabil di alam karena tidak banyak bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia. Oleh
karena itu, logam ini banyak dimanfaatkan di berbagai kehidupan manusia. Pada saat
ini, emas banyak digunakan sebagai perhiasan, cadangan kekayaan negara, medali,
elektroda, dan komponen di dalam komputer. Oleh karena itu, emas memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Pada tabel 2.1 berikut ini ditampilkan sifat-sifat fisik dan kimia
dari logam emas.






Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Data Sifat Fisik dan Kimia Emas
Sifat Nilai
Nomor atom 79
Massa atom relative 196,9665 gram.mol
-1

Konfigurasi electron [Xe] 4f14 5d10 6s1
Titik leleh 1337 K (1064C)
Titik didih 3081 K (2808C)
Jari-jari atom (Kisi Au) 0,1422 nm
Massa jenis (pada 273 K) 19,32 gram.cm-3
Struktur kristal Oktahedron dan Dodekahedron
Warna logam Kuning
Keelektronegatifan (skala Pauling) 2,54
Sifat magnetik Diamagnetik
Sumber : Chemistry of Precious Metals
2.1.2. Jenis-jenis Bijih Emas dan Distribusinya di Indonesia
Emas umumnya didapatkan dari batuan atau mineral. Mineral ikutan umumnya
adalahkuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, electrum, emas telurida, dan sejumlah
kecil mineral non logam. Namun, karena sifat kimia dari logam emas yang relatif
tidak reaktif maka emas dapat diemukan dalam bentuk nativ atau bentuk murninya.
Sejumlah paduan dan senyawa emas juga dapat ditemukan dengan unsur-unsur
belerang, antimon, dan selenium. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan
dan cadangan devisa. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau
Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. (Setiabudi, 2005).
2.2. Metalurgi
Metalurgi adalah proses pengolahan bahan-bahan alam menjadi logam unsur yang
selanjutnya menjadi logam dengan sifat-sifat yang diinginkan. Bahan anorganik alam
yang ditemukan di kerak bumi disebut mineral, contohnya bauksit dan
aluminosilikat, sedang mineral yang dapat dijadikan sumber untuk memproduksi
bahan secara komersial disebut bijih. Bijih logam yang paling umum adalah berupa
oksida, sulfida, karbonat, silikat, halida dan sulfat. (Rosenqvist, 1974).
Metalurgi melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Pemekatan Bijih
Di dalam bijih mengandung batuan tak berharga yang disebut batureja (ganggue).
Pemekatan bijih bertujuan untuk menyingkirkan sebanyak mungkin batureja. Biji
dihancurkan dan digiling sehingga butiran terlepas dari batureja. Pemisahan
selanjutnya dapat dilakukan dengan cara fisis seperti pengapungan (flotasi) atau
penarikan dengan magnet. Pada proses pengapungan, bijih yang telah dihancurkan
diberi minyak tertentu. Mineral akan melekat pada buih sehingga terlepas dari
batureja atau batureja akan melekat pada buih.
b. Peleburan
Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam unsur yang
dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen, logam aktif atau
dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat pereduksi ini tergantung dari 3 kereaktifan
masing-masing zat. Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga sehingga
diperlukan pereduksi yang lebih kuat.
Logam yang kurang aktif seperti tembaga dan emas dapat direduksi hanya
dengan pemanasan. Logam dengan kereaktifan sedang seperti besi, nikel dan timah
dapat direduksi dengan karbon, sedang logam aktif seperti magnesium dan
aluminium dapat direduksi dengan elektrolisis. Seringkali proses peleburan ditambah
Universitas Sumatera Utara
dengan fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat pengotor dan membentuk zat yang
mudah mencair, yang disebut terak.
c. Pemurnian
Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam logam kasar.
Beberapa cara pemurnian antara lain elektrolisis, destilasi, peleburan. (Jakson, 1986).
2.3. Sianida
Sianida adalah senyawa yang termasuk B-3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),
sehingga pada pemakaiannya sebagai pelarut proses pengambilan logam emas,
konsentrasinya dibatasi sampai 1500 ppm. Proses pemurnian ini didasarkan pada
proses yang terdiri dari bijih dengan suatu larutan natrium sianida atau suatu
ekivalen sianida lalu setelah memisahkan larutan dari pengotor, presipitasi emas,
biasanya dilakukan dengan zink atau aluminium dan kadang-kadang dengan logam
lain.
Senyawa asam sianida stabil pada pH <7 karenanya, senyawa NaCN mudah
berubah bentuk menjadi asam sianida yang sangat beracun pada suasana asam. Agar
senyawa sianida tetap sebagai NaCN maka, pH larutan harus dijaga agar tetap dalam
suasana basa. Pembentukan HCN dari NaCN dapat terjadi karena adanya absorpsi
CO
2
dari udara, menurut reaksi berikut:
CO
2
+ H
2
O H
2
CO
3

H
2
CO
3
+ CN
-
HCN + (HCO
3
)
-

Kebasaan larutan harus dijaga pada pH 10-11 biasanya dengan cara menambahkan
kapur, tetapi kebasaan yang terlalu tinggi (pH>11) akan menurunkan kelarutan emas
di dalam larutan sianida.
Oksigen dan sianida sangat diperlukan pada proses sianidasi bijih emas,
karena kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi kedua senyawa ini. Penelitian
menunjukkan bahwa kecepatan pelindian Au akan meningkat dengan naiknya
konsentrasi sianida. Pada konsentrasi sianida rendah, kecepatan pelindian hanya
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada konsentrasi sianida (konsentrasi oksigen tidak mempengaruhi),
tetapi pada konsentrasi tinggi, kecepatan pelindian hanya tergantung pada
konsentrasi oksigen.
Proses sianidasi dikontrol oleh konsentrasi oksigen dan konsentrasi sianida di
dalam larutan, agar dicapai persen ekstraksi yang tinggi maka keberadaan kedua
senyawa ini di dalam larutan harus diamati dengan baik, artinya tidak ada
manfaatnya meningkatkan konsentrasi sianida tetapi ternyata konsentrasi oksigen di
dalam larutan rendah.
Di dalam bijih emas biasanya terdapat berbagai mineral sulfida seperti pirit,
galena, arsenopirit, kalkopirit, kovelit, kalkosit. Mineral-mineral logam ini umumnya
akan ikut terlarut ke dalam larutan sianida, sedang mineral pengotor kuarsa tidak
larut ke dalam larutan sianida.
Cu
2
S + 6 CN
-
2[Cu(CN)
3
]
2-
+ S
2-

Zn
2
S +4 CN
-
2[Zn(CN)
4
]
2-
+ S
2-

FeS + 6 CN
-
+ 2O
2
[Fe(CN)
6
]
4-
+ [SO
4
]
2-

Ion sulfida yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk tiosianat yang
tidak mempengaruhi kelarutan emas:
S
2-
+ CN
-
+ 0,5 O
2
+ H
2
O CNS
-
+ 2 OH
-

Juga akan teroksidasi menjadi tiosulfat:
S
2-
+ 2 O
2
+ H
2
O [S
2
O
3
]
-
+ 2 OH
-
Reaksi-reaksi di atas menunjukkan bahwa adanya mineral pengotor dapat
memperlambat kecepatan pelarutan. Apabila terbentuk ion sulfida maka dapat
ditambahkan garam Pb seperti Pb oksida, Pb nitrat, atau Pb asetat sebelum proses
sianidasi yang akan mengendapkanion sulfida dalam bentuk Pb sulfida yang tidak
larut dalam air. Salah satu cara lain adalah dengan menambahkan kapur Ca(OH)
2

Universitas Sumatera Utara
juga sebelum proses sianidasi, sehingga mineral sulfida akan terdekomposisi dan
akhirnya mengendap seabagai CaSO
4
sesuai reaksi:
FeS + 2OH
-

Fe(OH)
2
+ S
2-

2Fe(OH)
2
+ 0,5 O
2
+ H
2
O 2Fe(OH)
3

S
2-
+ 2O
2
[SO
4
]
2-
[SO
4
]
2-
+ Ca
2+
CaSO
4
(Sudarsono, 2003).
2.4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Terdapat dua
metoda pilihan yang dapat diterapkan dalam ekstraksi emas yaitu sianidasi dan
amalgamasi. Dalam mengekstraksi logam dari bijihnya, tidak semua tahapan proses
harus dilakukan. Apabila suatu bijih secara teknologi dapat diolah langsung dengan
proses hidrometalurgi, maka faktor selanjutnya yang mempengaruhi pemilihan
proses adalah faktor ekonomis.
Dalam skala industri, pelindian sianidasi merupakan suatu proses
hidrometalurgi yang paling ekonomis dan hingga kini telah diterapkan pada berbagai
pabrik pengolahan emas di dunia. Istilah proses pelindian yang selektif dipakai
dengan tujuan agar dapat memilih pelarut tertentu yang dapat melarutkan logam
berharga tanpa melarutkan pengotornya. Logam emas sangat mudah larut dalam
KCN, NaCN, dan Hg, sehingga emas dapat diambil dari mineral pengikatnya
melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan larutan sianida (biasanya
NaCN). Selain itu emas dapat larut pada aquaregia, dengan persamaan reaksi :
Au(s) +4HCl(aq) +HNO
3
(aq) HAuCl
4
(aq) +NO (g) +2H
2
O(l)

Untuk keperluan ekstraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan senyawa
sianida dapat diterapkan pada ekstraksi logam emas. Emas membentuk berbagai
senyawa kompleks. Emas (I) oksida, Au
2
O adalah salah satu senyawa yang stabil
dengan tingkat oksidasi +1, seperti halnya tembaga, tingkat oksidasi +1 ini hanya
Universitas Sumatera Utara
stabil dalam senyawa padatan, karena semua larutan garam emas (I) mengalami
disproporsionasi menjadi logam emas dan ion emas (III) menurut persamaan reaksi :
3Au
+
(aq)
2Au
(s)
+ Au
3+
(aq)
(Bertrand, 1895).

Pada pelindian sianidasi para peneliti sepakat bahwa sebelum membentuk
senyawa kompleks dengan ion sianida, logam emas harus teroksidasi dahulu menjadi
ion emas. Prosesnya merupakan proses redoks (reduksi-oksidasi) dimana ion sianida
membentuk senyawa kompleks kuat dengan ion Au
+
dan diiringi dengan reduksi
oksigen di permukaan logam menjadi hidrogen peroksida atau menjadi hidroksil
seperti reaksi berikut ini :
Oksidasi : Au Au
+
+ e
Pembentukan kompleks : Au
+
+ 2CN
-
[Au(CN)
2
]
-

Reduksi : O
2
+ 2H
2
O + 2e H
2
O
2
+ 2OH
-

O
2
+ 2H
2
O + 4e 4OH
-
Persamaan reaksi yang umum digunakan untuk pemisahan emas dalam larutan alkali
sianida adalah :
2Au +4CN
-
+O
2
+2H
2
O 2(Au(CN)
2
-
+2OH
-

Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia. Hidrogen peroksida telah
dideteksi dalam larutan sianida dimana emas telah terpisah secara cepat, dan
observasi ini menunjukkan bahwa beberapa emas kemungkinan terpisah melalui
sepasang reaksi yang melibatkan pembentukan pertama hidrogen peroksida.
2Au +4CN
-
+O
2
+H
2
O 2(Au(CN)
2
-
+2OH
-
+H
2
O
2

Lalu hidrogen peroksida bereaksi dengan beberapa emas dan sianida.
2Au +4CN
-
+ H
2
O
2
2(Au(CN)
2
-
+2OH
-
(Chirstie, 1986).
Metode pelarutan emas dengan sianida, antara lain adalah :
Universitas Sumatera Utara
a) Metode heap leaching (pelindian tumpukan) yaitu pelindian emas dengan cara
menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas (diameter bijih <10 cm)
yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian yang mengalir di dasar
tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan untuk kemudian dilakukan proses
berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas berkisar 35 65 %.
b) VAT leaching : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas
(diameter bijih <5 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan
sianida pada bak kedap. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk
dilakukan proses berikutnya. Proses pelindian berlangsung antara 3 7 hari dan
setelah itu tangki dikosongkan untuk pengolahan bijih yang baru. Kemampuan
ekstraksi emas berkisar 40 70 %.
c) Agitated tank leached : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam
bijih emas (diameter <0.15 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan
larutan sianida pada suatu tangki dan selalu diaduk atau diaerasi dengan gelembung
udara. Lamanya pengadukan biasanya selama 24 jam untuk menghasilkan pelindian
yang optimal. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk kemudian
dilakukan proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas dapat mencapai lebih dari
90 %.
Pemisahan logam emas dari larutannya, dilakukan dengan cara:
a) Pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation/ Process Merill
Crowe). Penggunaan serbuk seng (Zn) merupakan salah satu cara yang efektif untuk
larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk seng yang ditambahkan ke
dalam larutan kaya, akan mengendapkan logam emas dan perak dalam bentuk ikatan
seng emas yang berwarna hitam. Proses selanjutnya dilakukan penambahan asam
sulfat pada endapan tersebut yang akan melarutkan Seng dan meninggalkan emas
sebagai residunya. Untuk meningkatkan perolehan emas dari proses merill crowe
dilakukan dengan cara melebur emas yang dicampur dengan borax dan siliceous
fluxing agent pada temperatur 1200 C.
Universitas Sumatera Utara
b) Penyerapan dengan menggunakan karbon aktif. Penyerapan dengan menggunakan
karbon aktif saat ini banyak digunakan dalam proses sianidasi pada skala industri
pertambangan besar maupun pertambangan rakyat di Indonesia. Karbon aktif yang
dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa,maupun arang kayu yang lain
dengan ukuran pallet yang dipergunakan umumnya berdiameter antara 1- 2 mm.
Kemampuan penyerapan emas dari arang batok kelapa ini mencapai 10 15 g emas
untuk setiap kg-nya, namun umumnya hanya berkisar 2 5 g emas untuk setiap kg-
nya. Karbon aktif dapat digunakan pada larutan kaya yang sudah jernih melalui
kolom maupun pada tangki pelindian, baik itu dengan cara menggantungkan karbon
yang terletak pada kantong permeable (carbon in leach-CIL) maupun dengan
mencampurkan karbon aktif langsung pada bubur campuran bijih (carbon in pulp-
CIP).
Proses selanjutnya dilakukan pemisahan emas dari karbon yang dapat dilakukan
dengan beberapa cara:
(1) Membakar karbon yang mengandung emas sehingga yang akan tertinggal berupa
abu dan logam emas. Cara ini paling sederhana namun sulit dikontrol apabila
dilakukan di tempat terbuka. J ika terdapat kandungan merkuri dalam karbon tersebut
akan menghasilkan asap merkuri yang beracun yang akan membayakan penambang
dan lingkungan.
(2) Merendam karbon (carbon stripping) tersebut pada larutan yang mengandung 2 g
sianida per liter larutan dan dipanaskan sampai mendekati temperatur didih air (80
90 C) pada tangki baja (stainless steel) selama paling tidak 2 hari. Larutan hasil
proses ini kemudian diolah dengan proses merill crowe di atas atau dengan cara
electro winning. (Permen-LH No.23 Tahun 2008).




Universitas Sumatera Utara
2.5. Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah
dengan menggunakan dua macam elektroda. Pada sel elektrolisis energi listrik
menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Dalam larutan elektrolit, zat terlarut
mengalami ionisasi. Kation (ion positif) akan bergerak ke katoda, dan anion (ion
negatif) akan bergerak ke anoda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif) dan anoda (elektroda yang dihubungkan dengan
kutub positif). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik
oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga bilangan oksidasinya
bertambah, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi.
Pada elektrolisis, potensial sel ditentukan untuk mengetahui elektroda mana
yang akan berperan sebagai elektroda positif dan negatif. Harga potensial oksidasi-
reduksi biasanya dinyatakan sebagai potensial reduksi standar, yaitu potensial
reduksi bila pereaksi dan hasil reaksi mempunyai aktivitas satu (a=1) dan reaksinya
reduksi. J ika potensial reduksi positif berarti mudah tereduksi, tetapi jika negatif
berarti sukar tereduksi (mudah teroksidasi).
Emas biasanya juga dimurnikan dari larutan sianida melalui elektrolisis.
Proses ini melibatkan penggunaan larutan alkali sianida sebagai elektrolit dalam
suatu sel dimana besi merupakan suatu katoda dengan harga potensial reduksi +0,77
volt dan aluminium sebagai anoda dengan potensial reduksi -1,66 volt. Reaksi sel
yang terjadi adalah sebagai berikut :
2(Au(CN)
2
)
-
+2OH
-
2Au + 4CN
-
+H
2
O +O
2

2.5.1. Sel Elektrokimia dengan Elektroda Aluminium
Reaksi Pada Katoda
Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation. Jadi yang diperhatikan hanya
kation saja.
1. J ika larutan mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkali tanah, ion
logam Al
3+
dan ion Mg
2+
, maka ion-ion logam ini tidak dapat direduksi dari
Universitas Sumatera Utara
larutan. Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas
Hidrogen ( H
2
) pada katoda.
2 H
2
O + 2 e 2 OH
-
+ H
2

2. J ika larutan mengandung asam, maka ion H
+
dari asam akan direduksi menjadi
gas hidrogen pada katoda
2H
+
+ 2 e H
2
3. J ika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi
menjadi masing-masing logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan
pada permukaan batang katoda.
Au
2+
+ 2 e Au
Reaksi Pada Anoda
Elektroda pada anoda, elektrodanya dioksidasi menjadi ionnya.
Contoh : Au Au
2+
+ 2 e
Al Al
3+
+ 3 e
Dalam sistem elektrokimia dengan anoda terbuat dari aluminium, beberapa
kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut :
Anoda : Au Au
2+
+ 2 e
Katoda : 2 H
2
O +2 e H
2
+ 2 OH
-

2 H
+
+2 e H
2

O
2
+4 H
+
+4e 2 H
2
O (Suaib, 1994 )


Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Hukum Faraday
Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan
kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya arus 1 F
mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda) dan
reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).
Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis
berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan, disimbolkan
dengan :
W =
F
t i e , .
atau W =
500 . 96
. . t i e

dimana W = massa zat yang dihasilkan
e = massa ekivalen
i = arus yang mengalir ( Ampere)
t = waktu (detik)
Hukum Faraday II : Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada
masing-masing elektroda oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan
sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.
Rumus:
m
1
: m
2
=e
1
: e
2

m =massa zat (gram)
e =beret ekivalen =Ar/Valensi =Mr/Valensi
(Keenan, 1986).





Universitas Sumatera Utara
2.6. Spektrometri Serapan Atom
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer ketika mengamati
garis-garis hitam pada spectrum sinar matahari. Sedangkan yang memanfaatkan
prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang warga Negara Australia
bernama alan walsh di tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada
cara-cara spektrofometri atau metoda analisis spektrografik. Beberapa cara ini sulit
dilakukan dan memakan waktu. Oleh karena itu, cara spektrografik tersebut segera
digantikan dengan spektrometri serapan atom. Pada Gambar diperlihatkan bentuk
instrument spektrometer serapan atom.

Gambar 2.1. Spektrometri Serapan Atom

J ika cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang sesuai mengenai atom yang
berada dalam keadaan dasar, maka atom dapat menyerap energi cahaya tersebut
untuk berpindah ke keadaan dasar tereksitasi seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.2. Proses ini disebut sebagai serapan atom dan menjadi dasar untuk
spektrofotometri serapan atom.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Proses saat Atom menyerap energi pada panjang gelombang
tertentu
Panjang gelombang sinar yang diserap bergantung pada konfigurasi elektron dari
atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam keadaan dasar.
Kedua fenomena ini menjadi dasar untuk analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Keberadaan unsur logam lain dalam cuplikan tidak akan mengganggu proses analisis
sehingga tidak perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu.
2.6.1. Teori Spektrometri Serapan Atom
Metode spektrometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tertentu mempunyai energi
yang cukup untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom tertentu. Transisi
elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, suatu atom pada
keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Panjang gelombang
yang dipilih harus menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas
maksimum. Inilah yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan
garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi
molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi
tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasi. Keberhasilan analisis ini tergantung
pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. (Hoang, 1998).



Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Cara Kerja Spektrometri Serapan Atom
Setiap alat spektrometri serapan atom terdiri atas tiga komponen berikut:
a) Unit atomisasi;
b) Sumber radiasi; dan
c) Sistem pengukur fotometrik.
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku.untuk
mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi yang
tinggi. Skema alat spektrometri serapan atom ditunjukkan pada gambar 2.3.

A B C D E F
Gambar 2.3. Sistematis ringkas dari alat SSA

A. Lampu katoda berongga
Lampu katoda berongga merupakan sumber sinar yang
memancarkan spektrum dari unsur logam yang akan dianalisa (setiap logam yang
memiliki lampu khusus untuk logam tersebut).

B. Chopper
Mengatur sinar yang dipancarkan.

C. Tungku
Tempat pembakaran (untuk memecahkan larutan sampel pada tetesan halus
dan meleburkannya ke dalam nyala untuk diatomkan).

D. Monokromator
Mendispersi sinar yang ditransmisikan oleh atom.

E. Detektor

Universitas Sumatera Utara
Mengukur sinar yang ditransmisikan dan memberikan signal sebagai respon
terhadap sinar yang diterima.

F. Rekorder
Untuk membaca nilai absorbansi. (Khopkar, S.M. 2002)

2.6.3. Pemakaian Analitis Spektrometri Serapan Atom
Teknik spektrometri serapan atom menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini
disebabkan di antaranya adalah kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat
renik, dan tidak memerlukan pemisahan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya
untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi renik. Ketiga, sebelum
pengukuran tidak selalu perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena penentuan
satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan jika katode berongga yang
diperlukan tersedia. Spektrometri serapan atom dapat digunakan hingga 61 logam.
Zat non-logam yang dapat dianalisis adalah fosfor dan boron. Logam alkali dan
alkali tanah paling baik ditentukan dengan metoda emisi secara spektrofotometri
nyala.
2.6.4. Interferensi pada Spektrometri Serapan Atom
Interferensi dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu interferensi spektral
dan interferensi kimia. Interferensi spektral disebabkan karena tumpang tindih
absorpsi antara spesi pengganggu dan spesi yang diukur, karena rendahnya resolusi
monokromator. Interferensi kimia disebabkan adanya reaksi kimia selama atomisasi,
sehingga mengubah sifat-sifat absorpsi. Karena sempitnya garis emisi pada sumber
lampu pijar maka interferensi garis spektral atom jarang terjadi.
Adanya hasil-hasil pembakaran pada nyala dapat menyebabkan interferensi
spektral. Interferensi spektral ini dapat diamati dengan menggunakan blanko yang
mengandung zat hasil pembakaran tersebut. Gangguan yang disebabkan
penghamburan oleh produk atomisasi yang mengandung oksida refraktori Ti, Zr, W
dapat dihindarkan dengan temperatur dan rasio bahan bakar oksidan dalam nyala.
Universitas Sumatera Utara
Koreksi sinar latar belakang biasanya juga dilakukan dengan dua metoda pilihan
yaitu metoda koreksi sumber sinar kontinu dan metoda koreksi efek Zeeman.
Untuk menghindari interferensi, baik standar maupun sampel harus
ditambahkan larutan buffer dengan unsur yang mudah terionisasi. Senyawa yang
dapat digunakan sebagai buffer ionisasi adalah unsur-unsur dengan potensial ionisasi
rendah seperti Na, K dan Cs. (Chakrapani, 2001).
2.6.5. Keuntungan Spektrofotometer Serapan Atom
1. Karena absorpsi bergantung pada populasi keadaan dasar, maka
kepekaan mungkin lebih tinggi khususnya untuk unsur-unsur yang sukar
dieksitasikan (misalnya seng yang dapat ditentukan kurang dari 0,5 ppm,
sedang batas terendah pada emisi mungkin sama dengan 500 ppm).
2. Populasi keadaan dasar jauh kurang peka terhadap suhu nyala daripada
populasi yang tereksitasi.
3. Interferensi dari garis-garis spektrum dari unsur-unsur lain dan emisi latar
belakang nyala dapat diperkecil. (Day, R.A, 1994)
2.6.6. Gangguan-gangguan pada Spektrofotometer Serapan Atom
Yang dimaksud dengan gangguan-gangguan (interferensi) pada SSA
adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang
dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sebenarnya. Gangguan-
gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:
1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi
banyaknya sampel yang mencapai nyala.
Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni matriks
terhadap laju aliran bahan bakar/gas pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut adalah :
viskositas, tegangan permukaan, berat jenis dan tekanan uap.
Universitas Sumatera Utara
Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis
sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi
yang seharusnya yang terdapat dalam sampel.
2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah / banyaknya atom yang
terjadi di dalam nyala.
Terbentuknya atom - atom netral yang masih dalam keadaan azas di
dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu: (a) disosiasi senyawa-
senyawa yang tidak sempurna yang terjadi jika terbentuk senyawa-senyawa yang
sukar diuraikan di dalam nyala api; (b) ionisasi atom-atom di dalam nyala yang
terjadi jika suhu yang digunakan untuk atomisasi terlalu tinggi.
3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang
dianalisis yaitu absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di
dalam nyala.
4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik.
Gangguan ini terjadi karena terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar
yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis, juga disebabkan adanya
penyerapan cahaya oleh partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala.
(Gandjar,G.I. 2007).
2.6.7. Penentuan Konsentrasi Emas dengan Spektrometri Serapan Atom
Penentuan konsentrasi emas dengan spektometri serapan atom dilakukan dengan cara
membuat beberapa seri larutan standar emas yang diketahui konsentrasinya. Lalu
mengukur serapannya pada panjang gelombang 242,8 nm dengan menggunakan
lampu pijar (Hollow Cathode Lamp) emas. Kurva kalibrasi dibuat dengan
mengalurkan absorbansi terhadap konsentrasi dan menentukan persamaan garisnya.
Absorbansi dari larutan sampel yang diukur kemudian dihitung konsentrasi emas
dengan persamaan garis yang dihasilkan dari kurva kalibrasi.


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai