Anda di halaman 1dari 12

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

VnIumc 1o, Nn.5


Scptcmbcv 2oo9
tSSN 1B29-9334
BADAN RI POM
nformasi terdepan dari suatu produk pangan yang dinilai oleh konsumen
adalah semua informasi yang tercantum dalam label yang terdapat pada
kemasan pangan. Konsumen akan menentukan apakah akan membeli
produk tersebut atau tidak setelah meneliti informasi yang termuat pada
label. Akan tetapi kesadaran untuk membaca label sebagaimana tertuang
dalam Pesan Dasar Gizi Seimbang khususnya di kalangan masyarakat
ndonesia masih perlu ditingkatkan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun1999 tentang Label dan lklan
Pangan ditetapkan bahwa sejumlah informasi tertentu merupakan
keterangan minimal yang wajib dicantumkan pada setiap label pangan
misalnya nama produk, berat bersih, nama dan alamat perusahaan dan lain-
lain. Namun terdapat informasi lain yang dapat dicantumkan secara sukarela
atau dapat menjadi wajib pada pangan tertentu, salah satunya adalah
informasi nilai gizi
Di ndonesia nformasi Nilai Gizi atau dikenal juga dengan Nutrition
nformation atau Nutrition Fact atau Nutrition labeling merupakan salah satu
informasi yang wajib dicantumkan apabila label pangan memuat sejumlah
keterangan tertentu. Secara definisi lnformasi Nilai Gizi dapat diartikan
sebagai daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai dengan
format yang telah ditetapkan. Di beberapa negara pencantuman nformasi
Nilai Gizi ada yang diberlakukan secara wajib dan ada juga yang sukarela. Di
tingkat internasional, Codex Alimentarius Commission (CAC) sebagai Badan
PBB(join antara FAO dan WHO) yang senantiasa menetapkan standardisasi
di bidang pangan, saat ini sedang mengkaji penerapan mandatory nutrition
labeling . Penerapan mandatory nutrition labeling sedang dikaji dalam salah
satu sidang komite CAC yaitu Codex Committee on Food Labelling.
Beberapa negara anggota terutama negara maju mendukung penerapan
mandatory nutrition labeling, akan tetapi sebagian negara anggota lainnya
termasuk ndonesia belum mendukung penerapan tersebut dengan
pertimbangan antara lain kesiapan pelaku usaha, terutama pengusaha kecil
dan menengah serta kesiapan laboratorium pengujian. Kesiapan dua hal ini
tnInPOM
tNFOHMASt
NtLAt GtZt
PHOtH PANGAN
Manfaat & cara pencantuman

Fd|tor|o|
Scptcmbcv 2oo9
perlu dipertimbangkan mengingat
bahwa pencantuman informasi nila
gizi harus dibuktikan dengan
analisis jumlah zat gizi dalam produk
pangan yang sudah t ent u
memer l ukan penguj i an ol eh
l a b o r a t o r i u m s e r t a a k a n
menimbulkan penambahan biaya.
Dari sisi kesehatan, informasi nilai
gi zi sangat bermanf aat dan
di per l ukan ol eh konsumen,
terutama bagi konsumen dengan
kondi si medi s tertentu yang
memerlukan pengendalian asupan
zat gizi. Misalnya penderita diabetes
dapat mengatur jumlah asupan
kalori dengan memperhatikan
jumlah energi suatu produk pangan,
begitu juga dengan penderita
hipertensi dapat mengatur jumlah
a s u p a n n a t r i u m d e n g a n
memperhat i kan j uml ah yang
tercantum dalam informasi nilai gizi.
Di ndonesi a pencant uman
nformasi Nilai Gizi diterapkan
secara sukarela, namun diwajibkan
apabila pada label pangan dimuat
keterangan tertentu, yaitu:
a. Adanya pernyataan bahwa
p a n g a n me n g a n d u n g
vitamin, mineral, dan atau zat
g i z i l a i n n y a y a n g
di t ambahkan mi sal nya
pangan yang memuat klaim,
pangan untuk diet khusus ;
atau
b. D i p e r s y a r a t k a n
ber dasar kan ket ent uan
per at ur an per undang-
undangan yang berl aku
dibidang mutu dan gizi
pangan, wajib ditambahkan
vitamin, mineral, dan atau zat
gizi lainnya (pangan wajib
fortifikasi).
Sal ah satu keterangan yang
dicantumkan dalam informasi nilai
gizi adalah jumlah zat gizi yang
terdapat dalam produk pangan.
Keterangan tentang kandungan gizi
tersebut harus dicantumkan dalam
persentase dari angka kecukupan
gi zi yang di anj urkan. Angka
Kecukupan Gi zi (AKG) yang
di gunakan untuk menghi tung
persentase Angka Kecukupan Gizi
(AKG) pada label adalah AKG
pelabelan sesuai dengan kelompok
umur sebagaimana ditetapkan
dalam Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan R,
nomor : HK.00.05.52.6291 tahun
2007 tentang Acuan Label Gizi
Produk Pangan. Acuan Label Gizi
dalam keputusan tersebut dibagi
dal am beber apa kel ompok
konsumen seperti berikut :
1. Acuan Label Gizi untuk makanan
yang dikonsumsi umum.
2. Acuan Label Gi zi unt uk
makanan bayi usia 0-6 bulan.
3. Acuan Label Gi zi unt uk
makanan bayi usia 7- 23 bulan
4. Acuan Label Gizi untuk makanan
anak usia 2-5 tahun.
5. Acuan Label Gizi untuk makanan
ibu hamil
6. Acuan Label Gizi untuk makanan
ibu menyusui.
Mengi ngat bahwa konsumen
berhak memperoleh informasi yang
benar dan tidak menyesatkan serta
bahwa perdagangan pangan
memerlukan kepastian hukum, jujur
dan bertanggung jawab, maka
penerapan pencantuman informasi
2
Pembaca yang terhormat,
Label pangan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Perundang-
Undangan di bidang pangan dapat
dikategorikan sebagai media
komuni kasi , i nf ormasi , dan
edukasi antaraprodusen dan
konsumen. Salah satu informasi
yang terdapat dalam label pangan
adalah informasi nilai gizi pada
produk pangan yang akan sangat
membantu konsumen untuk
memilih produk yang mereka
but uhkan dal am memenuhi
kebutuhan gizinya. Untuk itu pada
edisi ini dimuat artikel tentang
nformasi Nilai Gizi pada Label
Pangan yang diharapkan dapat
memberi kan manf aat pada
konsumen, t er ut ama bagi
konsumen dengan kondisi medis
t er t ent u yang memer l ukan
pengendalian asupan zat gizi.
Artikel mengenai diethyltoluamide
(DEET) pada insect repellent kami
sajikan sebagai artikel berikutnya.
Repellent dikenal sebagai salah
satu jenis pestisida rumah tangga
yang digunakan untuk melindungi
tubuh (kulit) dari gigitan nyamuk.
Artikel ini diharapkan dapat
membuat pembac a l ebi h
me ma h a mi z a t - z a t y a n g
terkandung dalam repellent,
sehingga dapat lebih bijak dalam
menggunakan produk ini.
Pada edisi ini kami juga memuat
pemberitahuan tentang terbitnya
buku ON (nformatorium Obat
Nasioanl ndonesia) 2008 yang
merupakan revisi dari buku ON
2000 beser t a car a unt uk
memesan buku ini.
Edisi kali ini ditutup dengan artikel
mengenai Profil Balai Besar POM
di Semarang.

S e mo g a n f o P OM e d i s i
September ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca semua.
Selamat membaca.
3 Scptcmbcv 2oo9
nilai gizi telah diatur dalam suatu
acuan yaitu Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik ndonesia nomor
HK.00.06.51.0475 tahun 2005
tentang Pedoman Pencantuman
nformasi Nilai Gizi.
Diharapkan dengan tersedianya
Pedoman ini pengertian tentang
nformasi Nilai Gizi semakin luas di
masyarakat . Di sampi ng j uga
diharapkan terdapat kesamaan
pengertian tentang nformasi Nilai
Gi zi sehi ngga pencant uman
nformasi Nilai Gizi pada label
pangan efekti f dan memberi
manfaat bagi konsumen, khususnya
terhadap kesehatan sebagaimana
seharusnya hakekat dari pelabelan
pangan.
nformasi nilai gizi diharapkan dapat
dimanfaatkan konsumen dalam
melakukan pemilihan yang bijak
terhadap produk pangan, terutama
yang berkenaan dengan kandungan
zat gizi di dalamnya sesuai dengan
kebutuhannya. Pada saat yang
s a m a p i h a k p r o d u s e n
b e r k e s e m p a t a n u n t u k
menyampaikan informasi zat gizi
yang terkandung dalam produknya
yang kemungkinan merupakan
keunggul an produk t ersebut
dibanding produk lainnya sesuai
dengan cara pencantuman yang
telah ditetapkan.
Untuk lebih jelasnya sedikit ditinjau
tentang Ketentuan Pencantuman
nformasi Nilai Gizi.
- Takaran saji
Takaran saji adalah jumlah
produk pangan yang biasa
dikonsumsi dalam satu kali
makan, dinyatakan dalam
ukuran rumah tangga yang
1 . n f o r m a s i y a n g w a j i b
dicantumkan:
sesuai untuk produk pangan
tersebut. Ukuran rumah
tangga meliputi antara lain
sendok teh, sendok makan,
sendok takar, gelas, botol,
k al eng, mangk uk / c up,
bungkus, sachet, keping,
buah, biji, potong, iris dan
harus diikuti dengan jumlah
dalam satuan metrik (mg, g,
ml). Penentuan takaran saji
harus disetujui oleh Badan
Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) pada
saat pendaftaran produk
pangan.
Contoh :
"Takaran saji 2 sendok takar
(14 g)
"Takaran saji 1 botol (120 ml)
- Jumlah sajian per kemasan
Jumlah sajian per kemasan
menunjukkan jumlah takaran
saji yang terdapat dalam satu
kemasan pangan.
Catatan kaki
Catatan kaki merupakan
informasi yang menerangkan
bahwa persentase AKG yang
ditunjukkan dalam nformasi
N i l a i G i z i d i h i t u n g
ber dasar kan kebut uhan
energi 2000 kkal. Catatan
kaki tidak perlu dicantumkan
untuk pangan yang ditujukan
bagi anak berusia 6 sampai
24 bulan dan pangan yang
ditujukan bagi anak berusia 2
sampai 5 tahun.
- Energi total , di nyatakan
dalam gram dan persentase
AKG
- Lemak total , di nyatakan
dalam gram dan persentase
AKG
- Protein, dinyatakan dalam
gram dan persentase AKG
2. Z a t g i z i y a n g w a j i b
dicantumkan:
- Karbohidrat total, dinyatakan
dalam gram dan persentase
AKG
- Natrium, dinyatakan dalam
mg dan persentase AKG
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
di gunakan untuk menghi tung
persentase Angka Kecukupan Gizi
(AKG) pada label adalah AKG
pelabelan sesuai dengan kelompok
umur sebagaimana ditetapkan
dalam Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan R,
nomor : HK.00.05.52.6291 tahun
2007 tentang Acuan Lebel Gizi Pada
Produk Pangan. Acuan Label Gizi
dalam keputusan tersebut dibagi
sesuai kel ompok konsumen,
sehingga persentase AKG dapat
dihitung sesuai dengan target /
peruntukan produk terhadap ALG
untuk kelompok umur seperti berikut
:
1. Acuan Label Gizi untuk makanan
yang dikonsumsi umum.
2. Acuan Label Gizi untuk makanan
bayi usia 06 bulan.
3. Acuan Label Gizi untuk makanan
bayi usia 723 bulan
4. Acuan Label Gizi untuk makanan
anak usia 25 tahun.
5. Acuan Label Gizi untuk makanan
ibu hamil
6. Acuan Label Gizi untuk makanan
ibu menyusui.
0ar| s|s| kesehatan,
|nformas| n||a| g|z|
sangat bermanfaat dan
d|per|ukan o|eh
konsumen, terutama
bag| konsumen dengan
kond|s| med|s tertentu
yang memer|ukan
pengenda||an asupan
zat g|z|.
4 Scptcmbcv 2oo9
3. Zat gizi yang wajib dicantumkan
dengan persyaratan tertentu
Sej uml ah z at gi z i waj i b
dicantumkan dalam nformasi Nilai
Gizi berkenaan dengan beberapa
kondisi berikut :
a. Produk pangan mengandung
zat gizi tersebut dalam jumlah
tertentu, atau
b. Z a t g i z i t e r s e b u t
d i p e r s y a r a t k a n u n t u k
ditambahkan atau difortifikasi
pada pangan, atau
c. Pangan yang bersangkutan
m e m u a t k l a i m y a n g
berkenaan dengan zat gizi
tersebut.
Beberapa zat gizi tersebut
antara lain : energi dari lemak,
lemak jenuh, lemak trans,
kolesterol, serat pangan, gula,
vitamin, A, vitamin C, kalsium,
zat besi.
4. Zat gi zi l ai n yang dapat
dicantumkan (sukarela)
Beberapa zat gizi tidak wajib
untuk di cantumkan dal am
nformasi Nilai Gizi, namun jika
akan dicantumkan, maka harus
memenuhi ketentuan. Antara
lain : Energi dari lemak jenuh,
MUFA, PUFA, kalium, serat
pangan larut, serat pangan tidak
larut, gula alkohol, karbohidrat
lain, vitamin, mineral dan zat gizi
lain.
5. Format nformasi Nilai Gizi
Format nformasi Nilai Gizi pada
label pangan meliputi antara lain
bentuk, susunan informasi dan
cara pencantumannya.
Berdasarkan luas permukaan
label pangan, format nformasi
Nilai Gizi dikelompokkan atas :
1. For mat Ver t i kal , unt uk
kemasan dengan l uas
permukaan label lebih dari
2
100 cm
2. Format Horizontal, untuk
kemasan dengan l uas
permukaan label kurang dari
2
atau sama dengan 100 cm
3. For mat unt uk kemasan
p a n g a n d e n g a n l u a s
permukaan label kurang dari
2
atau sama dengan 30 cm
adalah cukup mencantumkan
tulisa : Untuk nformasi Nilai
Gizi, silahkan hubungi :Telp.

INFORMASI NILAI GIZI

Takaran saji ..(Ukuran Rumah Tangga) ........ (g/ml)
Jumlah Sajian per Kemasan : ...


JUMLAH PER SAJIAN

Energi TotaI .kkaI Energi dari Lemak ... kkal
Energi dari Lemak jenuh ... kkal

% AKG *
Lemak TotaI .. g .... %
tatatan:
TidaL ditentnLan adan,a perIedaan
warna nntnL setiap informasi dalam
Jnformasi Nilai Cizi. PerIedaan warna
seIagaimana ditnnjnLLan dalam
contoh semata-mata dimaLsndLan
nntnL menggamIarLan sifat masing-
masinginformasi.
Keterangan
Biru : wajib dicantumkan (mandatory)
Merah : wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu
Hijau : dapat dicantumkan secara sukarela (voluntary)
5 Scptcmbcv 2oo9

anyak sekali jenis produk


pestisida rumah tangga
atau lebih dikenal sebagai
obat nyamuk, seperti produk pengusir
nyamuk dalam bentuk semprotan,
bakar, elektrik dll Seberapa sering
anda memakai pestisida rumah
tangga? Apa merknya dan ampuhkah
untuk mengusir nyamuk serta berapa
harganya? Pertanyaan tersebut
sering muncul jika kita menggunakan
pestisida rumah tangga. Tapi tidak
banyak yang bertanya apakah aman
untuk kesehatan. Prinsip utama yang
harus diingat jika menggunakandalam
menyikapi penggunaan pestisida
rumah tangga adalah semua pestisida
merupakan racun dan tidak ada racun
yang benar-benar aman.semua racun
pasti berbahaya.
DEET (Diethyltoluamide) merupakan
bahan aktif yang paling banyak dan
sering digunakan untuk repellent di
ndonesia. Selain DEET, umumnya
repellent mengandung bahan kimia
sintetis yang dapat menolak nyamuk
untuk mendekati kulit. Bahan kimia
lain yang juga digunakan diantaranya
adalah permetrin, picaridin. Selain itu
ada juga bahan yang berasal dari
tumbuhan seperti citronella, cedar,
verbena, pennyroyal, geranium,
lavender, bawang putih, pine (cemara)
dll.
Repellent dikenal sebagai salah satu
jenis pestisida rumah tangga yang
digunakan untuk melindungi tubuh
(kulit) dari gigitan nyamuk. Sekarang
ini, orang lebih mengenalnya sebagai
lotion anti nyamuk. Sebenarnya
pr oduk r epel l ent t i dak hanya
berbentuk lotion, ada juga yang
berbentuk spray (semprot). Sehingga
cara penggunaannya adalah dengan
mengoleskan atau menyemprotkan
bahan tersebut ke kulit.
Nyamuk memiliki kemampuan untuk
mencari mangsa dengan mencium
bau karbondioksida, asam laktat dan
bau lainnya yang berasal dari kulit
yang hangat dan lembab. Nyamuk
sangat sensitif dengan bahan kimia
tersebut, sehingga dapat mendeteksi
darah sebagai, yang merupakan
makanannya, dengan jarak 100
kaki2,5 meter. Umumnya Repellent
repellent termasuk DEET akan
memanipulasi bau dan rasa yang
berasal dari kulit dengan menghambat
reseptor asam laktat pada antena
nyamuk sehingga mencegah nyamuk
mendekati kulit.
DEET merupakan amida aromatik
yang efektif untuk digunakan pada
produk Repellentrepellent, juga
dikenal sebagai N,N-diethyl-meta-
toluamide atau m-DET. DEET sangat
larut dalam pelarut benzen, etil eter
d a n e t a n o l , p e r t a m a k a l i
dikembangkan oleh tentara Amerika
pada tahun 1946 dan resmi untuk
Bagaimana Cara kerja Repellent
menoIak nyamuk?
MengenaI Iebih jauh DEET itu?
HuLuyuLuL
T
pudu tnscct vcppcIIcnt?
konsumsimulai digunakan secara luas
publik oleh masyarakat pada tahun
1957.
Konsentrasi DEET pada sebuah
produk mengindikasikan seberapa
l ama wakt u ef ekt i f nya produk
tersebut. Konsentrasi yang lebih tinggi
tidak berarti produk tersebut akan
bek er j a l ebi h bai k. Hal i ni
berartimenunjukkan produk tersebut
efektif untuk periode waktu yang lebih
lama. Misalnya produk mengandung
= 1 0 % a k a n b e r t a h a n
efektifitasnyaefektif selama 2 jam,
s e d a n g k a n p r o d u k d e n g a n
persentase yang lebih tinggi akan
bertahan dua kali lebih lama.
Unt uk i t u, Ppr oduk dengan
konsentrasi DEET lebih rendah
memerlukan pengolesan berulang
karena lama kerjanya lebih pendek.
tetapiNamun, hal ini juga dipengaruhi
dari lamanya waktu seseorang berada
di luar rumah. Selain itu, Jjenis aktifitas
tertentu menuntut seseorang untuk
mengol eskan kembal i pr oduk
repellent, sebagai contoh DEET akan
tercuci setel ah berenang atau
me l a k u k a n a k t i f i t a s y a n g
mengeluarkan keringat berlebih.
DEET diabsorb diserap kedalam
t ubuh mel al ui kul i t . Absor bsi
dermalPenyerapannya melalui kulit
tergantung dari konsentrasi dan
pelarut dalam formulasi produk
Repellent repellent tersebut. Suatu
hasil penelitian menyebutkan bahwa,
Scptcmbcv 2oo9
dalam satu studi, konsentrasi 15%
DEET sebesar 15% dalam etanol
setelah diaplikasikan keakan diserap
kedalam tubuh kulit, rata-rata diabsorb
8 , 4 % . A b s o r b s i
sistemikPenyerapannya kedalam
tubuh akan dimulai dalam 2 jam
setelah aplikasi penggunaan secara
topikal. Abosrbsi dermalPenyerapan
DEET juga tergantung juga pada umur
dan massa tubuh. Bayi yang berumur
< 2 bulan memiliki rasio luas
permukaan area tubuh terhadap
massa tubuh yang lebih besar dan
sehingga lebih mudah terserap dan
mudah mencapai konsentrasi plasma
yang tinggi. Absorbsi Absorpsi juga
dapat meningkat ketika digunakan
pada kulit yang luka. Ketika DEET
diformulasikan dilarutkan dalam
dengan etanol, absorbsi juga dapat
meningkat karena etanol dapat
meningkatkan permeabilitas kulit.
Absorbsi dapat menurun dalam
keadaan berkeringat dan suhu tubuh
yang tinggi.
Ketika digunakan pada kulit, sebagian
DEET diabsorbsi, sebagian lagi
menguap atau hi l ang terhapus
pakaian. DEET yang diabsorbsi oleh
kulit masuk ke dalam jaringan lemak
tetapi tidak diakumulasi terakumulasi
dalam lapisan superfisial kulit. DEET
yang terabsorbsi, kemudian akan
masuk ke dalam lapisan kulit yang
lebih dalam, akan dimetabolisme
mengal ami met abol i sme dan
diekskresikan melalui urin.
Apa k a h e f e k Ba ha y a DEET
terhadap kesehatan?
Semua produk yang ditujukan untuk
mengendalikan nyamuk adalah racun,
tidak ada satupun racun yang benar-
benar aman. Begitupula pula dengan
Repel l entrepel l ent. Kandungan
repellent seperti Bahan aktif DEET
merupakan bahan korosif. Walaupun
telah ditambahkan dengan zat-zat lain
seperti aloe vera atauyang berfungsi
sebagai zat pelembab, lain tzat ini
tetap berbahaya. ,Penggu gunakan
repellent hanya jika dalam keadaan
benar-benar dibutuhkan dan jangan
digunakan pada kulit sensitif atau
luka. U.S. EPA (Environmental
P r o t e c t i o n A g e n c y )
mengklasisfikasikan DEET dengan
toksisitas akut yang rendah (kategori
) dan tidak bersifat karsinogen pada
manusia.
Toksisitas DEET tergantung dari rute
paparan dan dosis yang masuk ke
dalam tubuh. Rute paparan yang
u t a ma s e r i n g t e r j a d i p a d a
penggunaan dari DEET adalah
karena tertelan dan penggunaan
topikal yang berlebihan. Selain itu
juga dapat masuk melalui kontak
dengan mata dan inhalasi (terhirup).
Ter t el an DEET menyebabkan
gangguan pada saluran pencernaan
seperti mual dan muntah (tertelan
dalam jumlah kecil), biasanya bersifat
reversibel. Dosis yang lebih tinggi
menyebabkan hipertensi, takikardia,
kejang, depresi sistem saraf pusat,
l e t h a r g i , a t a k s i a , t r e mo r ,
opisthotonus, hyipertonia, hepatitis
toksik, depresi saluran pernafasan
dan koma. Tertelan DEET dengan
dosis besar dapat menyebabkan
akibat yang fatal, terutama jika
tertelan bersamaan dengan obat-obat
yang menekan sistem saraf pusat
seperti obat-obat sedatif.
Ketika digunakan secara langsung

pada kulit, masalah yang sering terlihat


muncul adalah iritasi kulit, termasuk
eritema (kemerahan pada kulit) dan
pruritis (gatal). Pada saat bertugas,
Bbeberapa orang dari termasuk
kalangan militer dan petugas hutan
sering menggunakan DEET dengan
konsentrasi yang tinggi setiap hari dan
akibatnya memperlihatkan mengalami
efek yang berkembang menjadi yang
parah karena akibat paparan dalam
jangka waktu yang lama (kronik),
seperti insomnia, kram otot, gangguan
p a d a s u a s a n a h a t i ( mo o d
disturbances) dan terbentuk ruam.
Setelah penggunaan yang berulang
dan dalam jangka waktu lama,
absosr bsi mel al ui kul i t dapat
menyebabkan keracunan sistemik. Hal
ini terutama terjadi pada anak-anak.
Kontak dengan mata menyebabkan
efek yang ringan sampai sedang tetapi
umumnya iritasi jangka pendek bersifat
tidak permanen.
Keracunan melalui inhalasi umumnya
karena produk repel l ent yang
b e r b e n t u k s p r a y s e h i n g g a
menyebabkan i r i t asi sal ur an
pernafasan atas.
Baca dan ikuti setiap petunjuk dan
larangan pada label kemasan.
Untuk Dalam memilih produk
Repellent repellent sebaiknya
diperhatikan jenis dan konsentrasi
bahan aktifnya. Jika memilih
produk dengan bahan aktif DEET
pilihlah dengan konsentrasi 10-
30%.
Jangan mengoleskan digunakan
pada kulit yang terluka dan teiritasi
serta pada jenis kulit yang sensitif.
Ba g a i ma n a me n g g u n a k a n
Rrepellent dengan yang aman?
Scptcmbcv 2oo9
7
Jangan mengoleskan di tangan
atau dekat mata dan mulut pada
anak-anak
Gunakan produk secukupnya
sesuai kebut uhan, j angan
mengoleskan secara berlebihan.
Hi ndar i pengol es an at au
penyemprot an produk yang
mengandung DEET > 50% ke ke
kulit secara berulang untuk
walaupun dalam waktu yang
singkat.
Sebaiknya hindari penggunaan
repellent unt uk anak usia < 2
tahun, jika terpaksa menggunakan
p e r h a t i k a n u s i a a n a k ,
sebagaimana disampaikan dalam
uraian berikut :
Anak usia <6 bulan:
J a n g a n me n g g u n a k a n
repellent dengan bahan aktif
DEET untuk bayi dibawah 6
bulan.
Penggunaan DEET (repellent)
pada i bu yang sedang
menyusui tidak disarankan
Walaupun karena bahaya
terhadap bayi yang sedang
di susui bel um di ket ahui
secara pasti bahaya terhadap
bayi yang menyusui. , ibu yang
sedang menyusui sebaiknya
mempertimbangkan alternatif
p e n g g u n a a n D E E T
(repellentUntuk )menghindari
gangguan gigitan nyamuk
dapat dilakukan dengan cara,
seperti penggunaan baju yang
tertutup dan menghindari
tempat-tempat yang banyak
nyamuk.
Anak usia 6 bulan 2 tahun
Jika penggunaan repellent
benar-benar dibutuhkan,
dapat digunakan produk
dengan kadar DEET
kurang dari <10% DEET
dan oleskan hanya satu kali
sehari
Oleskan repellent sedikit
saja. Jangan mengoleskan
pada wajah atau tangan.
Jangan biarkan repellent
menempel dikulit untuk
dalam jangka waktu yang
lama.
Anak usia 2 -12 tahun
Gunakan produk repellent
dengan kadar DEET kurang
dari <10%. DEET
Penggunaan Ol eskan
repellent <tidak boleh lebih
dari 3 kali sehari
Jangan mengol eskan
dioleskan pada wajah dan
tangan
Jangan biarkan repellent
menempel dikulit untuk
dalam jangka waktu yang
lama
Anak usia >12 tahun
Gunakan produk dengan
dengan kadar DEET kurang
dari <30%.
Ji ka di but uhkan unt uk
mengoleskannya kembali,
perti mbangkan l amanya
waktu bekerja dari repellent:
K a d a r D E E T 3 0 %
perlindungannya selama 6
jam
K a d a r D E E T 1 5 %
perlindungannya selama 5
jam
K a d a r D E E T 1 0 %
perlindungannya selama 3
jam
K a d a r D E E T 5 %
perlindungannya selama 2
jam
Penanggulangan keracunan DEET
Pada penggunaan losion:
Jika terjadi iritasi pada kulit saat
menggunakan, segera cuci bagian
kulit yang teriritasi dengan sabun
dan air bersih yang mengalir
Scptcmbcv 2oo9
B
Jika DEET tertelan :
Berikan arang aktif dengan dosis : dewasa : 25-100 gr; anak-
anak (1-12 tahun) : 25-50 gr, anak-anak ( < 1 th) : 10-25 gr, di
atas 13 th dosis : 25-100 gr .
Jangan dilakukan induksi muntah karena DEET merupakan
bahan yang dapat menyebabkan gejala kejang yang cepat.
Jika DEET mengalami kontak dengan mata :
Posisi korban duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terpapar.
Secara perlahan buka kelopak mata dan bilas dengan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit.
Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata
lainnya.
Jika masih belum yakin bersih, bilas kembali selama 10
menit.
Jangan biarkan korban menggosok matanya.
Tutuplah mata dengan kain kasa steril dan segera
konsultasikan ke dokter mata.
Jika DEET terhirup :
Pindahkan/jauhkan korban dari paparan inhalasi ke udara
segar. Jika terjadi gejala gangguan pernafasan seperti
nafas pendek, beri bantuan pernafasan.
Tidak tersedia antidotum untuk keracunan DEET, karena itu
korban yang dibawa ke rumah sakit akan ditangani secara
suportif dan simtomatik.
Judhi Saraswati, SP, Mepid
Sentra Informasi Keracunan NasionaI
Duftur Pustuku
1. Katz, M, Tracy, MD et al, Insect
repellents: Historical Persectives and
New Developments. J Am Acad
Dermatol: vol. 58 number 5. May Texas.
2008.
2. Waldvogel M et al. Insect Repellent
Products. Department of Entomology
North Carolina Cooperative Extension.
North Carolina. 2005.
3. _________, DEET Insect repellant
Toxicity, Utox Update vol. 7, salt lake
city, Utah Poison Control Center Utah,
2005.
4. __________DEET general FAQ Sheet.(
http; //npic. orst.edu/factsheets/
DEETgen.pdf). National Pesticide
nformation Center (NPC). 2008 dalam
New World Encyclopedia : DEET
(http://www. newworldencyclopedia.org/
entry/DEET).
5. ________. The Insect Repellent DEET.
Environmental Protection Agency (EPA).
UsA. 2007.
(http://www.epa.gov/pesticides/factsheet
s/chemicals/deet.htm)
6. ______________. Insect Repellents for
Children. Canadian Paediatric Society.
Ottawa. 2002.
7. ___________. DEET. Toxinz. National
Poison Centre. New Zaeland. 2009
(http://www.toxinz.com/)
8. ___________Pedoman Pertolongan
Keracunan Untuk Puskesmas :
Pestisida. Sentra nformasi Keracunan
POM Badan POM. 2005.
9. ______, DET (N,N-Diethyl-meta-
toluamide) Chemical Technical
Summary for Public Health and Public
Safety Professionals. Agency for Toxic
Substances and Disease Registry,
Atlanta, 2004.
10.http://npic.orst.edu/RMPP/rmpp_ch8.pdf
Scptcmbcv 2oo9
Buku nformatorium Obat Nasional ndonesia (ON) 2008 telah terbit. Buku ini berisi informasi obat yang akurat, obyektif, ringkas, dan
mudah untuk digunakan sebagai referensi oleh tenaga kesehatan, pendidik dan acuan pustaka untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran,
Fakultas Farmasi, dan sejenisnya.
Buku ON pertama kali diterbitkan pada tahun 2000. Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan, berbagai obat baru telah dihasilkan
dan didaftarkan serta dipasarkan di ndonesia. Oleh karenanya Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) telah melakukan revisi
Buku ON 2000 dan menerbitkan Buku ON 2008 ini.
Buku ON 2008 ini direvisi berdasarkan data ilmiah terkini (scientific-based data) dan informasi approved label dari produk obat yang
beredar di ndonesia yang telah disetujui oleh Badan POM melalui evaluasi keamanan, manfaat, dan mutu yang berbasiskan bukti
(evidence-based medicine). nformasi lainnya juga dirujuk dari berbagai acuan seperti Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of
Therapeutics, British National Formulary, Current Medical Diagnosis and Treatment, United States Pharmacopoiea Drug nformation for the
Health Care Professional, WHO a Guide to Good Prescribing: a Practical Manual, Farmakologi dan Terapi, dan informasi program
kesehatan bagi masyarakat seperti Program Penanggulangan Tuberkulosis, Program Pemberantasan Penyakit Malaria, Program
Penyelenggaraan munisasi, Program Waspada Flu Burung dan sebagainya.
Dibandingkan Buku ON 2000, Buku ON 2008 telah mengalami banyak perubahan diantaranya adalah pada bagian Pedoman Umum
ditambahkan informasi mengenai Penggolongan Obat, Obat untuk Penggunaan Khusus (Special Access Scheme/ SAS), Medication error,
Obat/tindakan yang dilarang dalam olahraga, dan sebagainya.
Di dalam Buku ON 2008 terdapat:
16 Bab/Kelas Terapi
94 Sub Kelas Terapi
1155 Monografi Obat (berisi informasi mengenai indikasi, peringatan, efek samping, interaksi obat, kontraindikasi, dosis dan nama
dagang obat yang beredar di ndonesia)
8103 Nama Dagang (beserta informasi nama produsen/pendaftar, bentuk sediaan, kekuatan dan penggolongan obat)
6 nformasi Lampiran terdiri dari nteraksi Obat, Gagal Hati, Gagal Ginjal, Kehamilan dan Menyusui dan Petunjuk Praktis Penggunaan
Obat yang Benar
Beberapa tambahan sub kelas terapi yang merupakan pengembangan dari Buku ON 2000 diantaranya :
Sub kelas terapi : Bifosfonat dan obat lain pada kelas terapi Otot Skelet dan Sendi
Sub sub kelas terapi : Disfungsi ereksi pada kelas terapi Obstetrik, ginekologi dan saluran kemih
Perubahan posisi/penempatan monografi Buku ON 2008 dari Buku ON 2000 diantaranya:
Buku ON disusun oleh Badan POM R dengan melibatkan tenaga ahli yang diakui kepakaran dan pengalamannya dalam hal informasi
obat dan farmakologi karena target utama buku ini adalah para tenaga kesehatan di ndonesia. Tenaga Ahli yang terlibat dalam penyusunan
Buku ON ini diantaranya adalah:
Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, SpFK(FKU Jakarta)
Prof. Dra. Arini Setiawati, Apt, PhD( FKU Jakarta)
Prof. dr. wan Dwi Prahasto, M.Med.Sc,PhD(FKUGM Yogyakarta)
Prof. Dr. dr. Purwantyastuti, MSc, SpFK(FKU Jakarta)
Dr. Dra. Sri Suryawati, Apt (FKUGM Yogyakarta)
Dr. Dra. Erna Kristin, Apt, MSi (FKUGM Yogyakarta)
Sementara ini, pembelian buku ON, dapat dilakukan di:
Koperasi Pegawai Badan POM R (KOPERPOM), Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat, Gedung C Lantai 1, Telp (021) 33149330,
4247153

Buku Informatorium Obat NasionaI Indonesia (IONI) Badan POM RI


8udoh 8eredor don Dopot 8egero D|monfootkon
Scptcmbcv 2oo9
1o
menggunakan mobi l , dan beberapa daerah bi sa
menggunakan kereta api, sedangkan untuk ke Pulau
Nusakambangan dan Karimun Jawa menggunakan kapal.
Rata-rata waktu perjalanan ke wilayah kerja ditempuh selama
3,5 jam dimana paling lama perjalanan ditempuh selama 5 jam
dan paling cepat 2 jam.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Balai Besar POM
Semarang adalah 32.380.279 jiwa dan sebagian besar
(67,42%) berusia 15-64 tahun. Jumlah penduduk miskin pada
tahun 2006 mencapai 7,14 juta jiwa (22,19%). Laju
pertumbuhan ekonomi jawa tengah pada tahun 2007 adalah
5,59% dengan sebaran paling rendah di Kota Salatiga adalah
Rp 1,37 juta perkapita/tahun dan sebaran paling tinggi di
Kabupaten Cilacap adalah Rp 25,38 juta perkapita/tahun.
Kenaikan pendapatan rata-rata per tahun (2006-2007)
0,26%.
Jumlah sarana yang termasuk dalam ruang lingkup
pengawasan Balai Besar POM Semarang meliputi 26 ndustri
Farmasi, 15 ndustri Obat Tradisional, 228 ndustri Kecil Obat
Tradisional, 55 ndustri Kosmetika, 34 ndustri PKRT, 14
ndustri Alkes, 7 ndustri Produk Komplemen, 206 ndustri
Pangan, 7848 ndustri Rumah Tangga Pangan, 5 ndustri
Miras, 224 Pedagang Besar Farmasi, 200 Rumah Sakit
Umum dan Khusus, 2492 Puskesmas dan Pustu, 1350
Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan, 1420 Apotek, 316
toko obat dan 35 Gudang Farmasi.
B. Lingkungan InternaI
Jumlah pegawai Balai Besar POM di Semarang
seluruhnya adalah 137 orang. Terdiri dari 41 pegawai laki-laki
dan 107 pegawai perempuan. Dari jumlah tersebut 93 orang
adalah tenaga teknis dan 55 orang adalah tenaga administrasi
non teknis, ditambah tenaga kontrak terdiri dari 9 orang
satpam, 1 pengemudi non PNSdan 5 tenaga cleaning service.
Pegawai golongan V berjumlah 12 orang, Golongan 103
orang dan 22 orang golongan . Pejabat struktural berjumlah
11 orang, pejabat fungsional PFM ahli berjumlah 17 orang dan
pejabat fungsional PFM terampil 27 orang. Jumlah total
pegawai di Sub. Bag. TU adalah 28 orang, Bidang
Pemeriksaan dan Penyidikan 45 orang, Bidang Pengujian
Pangan dan Bahan Berbahaya 15 orang, Bidang Pengujian
Mikrobiologi 9 orang, Bidang Pengujian Produk Terapetik, OT,
Kosmetik dan Produk Komplemen 36 orang dan Bidang
Sertifikasi dan Layanan nformasi Konsumen 13 orang.
Berikut adalah nama pejabat struktural di lingkungan Balai
Besar POM Semarang:
1. Kepala Balai Besar POM Semarang : D r s .
Supriyanto Utomo, M.Kes, Apt.
2. Kepala Bidang Pengujian Teranokoko : D r a . E .
Balai Besar POM Semarang merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM yang dibentuk
berdasarkan SK Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM
tanggal 17 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Sebagai UPT, tentunya Balai Besar POM Semarang
mempunyai peranan penting sebagai kepanjangan tangan dari
Badan POM dalam melaksanakan kebijakan di bidang
pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen,
keamanan pangan dan bahan berbahaya.
KEADAANUMUM DANLINGKUNGAN
A. Lingkungan EksternaI
Wilayah kerja (catchment area) Balai Besar POM di
Semarang adalah 29 kabupaten dan 6 kota di Jawa Tengah,
dimana mulai tahun 2008 Kabupaten Klaten, Kota dan
Kabupaten Magelang serta Kabupaten Purworejo menjadi
wilayah pengawasan Balai Besar POM di Semarang. Luas
2
wilayah kerja 32.548 km dan wilayah terjauh adalah
Kabupaten Cilacap. Terdapat dua Kabupaten yang memiliki
wilayah kepulauan yaitu Kabupaten Jepara memiliki Pulau
Karimun Jawa dan Kabupaten Cilacap memiliki Pulau
Nusakambangan. Untuk mencapai wilayah kerja Balai Besar
POM Semarang, bisa ditempuh dengan jalan darat
Scptcmbcv 2oo9
Rukmini, M.Si, Apt
3. Kepala Bidang Pengujian Pangan dan BB : D r s . A g u s
Subagyo, Apt.
4. Kepala Bidang Mikrobiologi : D r a . W o r o
Pujihastuti,M.Si
5. Kepala Bidang Sertifikasi dan Liayanan
informasi Konsumen : r. Diah Hetty S,
M.Kes
6. Kepala Bidang Pemeriksaan dan
Penyidikan : D r a .
Rustyawati,M.Kes, Apt.
7. Ka Sub Bag TU : Dra. Aryanti, M.Si,
Apt
8. Ka Sie Layanan nformasi Konsumen : Dra. A. Winarni R,
MKes, Apt.
9. Ka Sie Sertifikasi : Dra. Anna
Magdalena, Apt.
10. Ka Sie Pemeriksaan : D r s . A g u n g
Supriyanto, Apt.
11. Ka Sie Penyidikan : Dra. Zeta
Rina P, M.Kes, Apt
Balai Besar POM Semarang beralamat di Jalan
Madukoro BlokAA-BBNo. 8 Semarang. Terdapat 6 saluran telepon
untuk menghubungi Balai Besar POM Semarang yaitu (024)
7612324, 7613768, 7610391, 7612328, 7612325, 7612329.
Faximili terdapat 2 saluran yaitu (024) 7612325, 7613633.
Sedangkan alama e-mail yang dapat dihubungi adalah
serta .
HASIL KEGIATAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
TAHUN2008
Pada tahun 2008 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sarana
produksi dan distribusi obat, NAPZA, obat tradisional, kosmetika,
produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya serta dilakukan
pengambilan contoh komoditi produk-produk tersebut untuk diuji di
Laboratorium Balai Besar POM Semarang.
Pengawasan Produk Beredar
Contoh produk beredar yang diterima untuk diuji pada tahun 2008
sebanyak 4807 sampel terdiri dari Obat (1563 sampel), NAPZA(77
sampel), Rokok (40 sampel-dikirim ke PPOMN), Vaksin (2 sampel-
dikirim ke PPOMN), OPV (2 sampel-dikirim ke PPOMN), Pangan
likpomsm@yahoo.com obatmakanan@yahoo.co.id
11
dan BB (1592 sampel), Obat Tradisional (867 sampel), Kosmetika
(615 sampel), Suplemen (31 sampel), Alkes (4 sampel), PKRT (14
sampel). Hasil uji menunjukkan 1,09% sampel obat; 39,79% obat
tradisional; 3,08% kosmetika; 27,70% pangan tidak memenuhi
syarat. Jajanan anak perlu perhatian karena jumlah yang tidak
memenuhi syarat cukup tinggi yaitu 48,35% dari 182 sampel MAJS
yang diuji, utamanya karena mengandung pemanis buatan dan
cemaran mikrobiologi. Hasil uji Obat Tradisional mengindikasikan
penggunaan Bahan Kimia Obat masih cukup banyak=36,60% dari
sampel yang diuji. Kosmetika beredar masih juga ditemukan
mengandung bahan berbahaya merkuri (6 sampel) dan pewarna
yang dilarang (2 sampel), hidrokinon (3 sampel).
Pemeriksaan Sarana Produksi Dan Distribusi Farmasi dan AIat
Kesehatan (Farmakes)
Cakupan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi
farmakes masih kecil dibanding sarana yang ada.
Sarana ndustri Farmasi yang ada 23 diperiksa 13
(56,50%)
Produsen pangan jumlah 206 sarana, diperiksa 45 sarana
(22%) tidak memenuhi ketentuan 44 sarana (97,80%).
Scptcmbcv 2oo9
AIamat Redaksi : Pusat Informasi
Obat dan Makanan Badan
Pengawas Obat dan Makanan, JI.
Percetakan Negara No. 23, Jakarta
Pusat, TeIp. 021-4259945, Fax. 021-
4 2 8 8 9 1 1 7 , e - m a i I :
informasi@pom.go.id
Penasehat : Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan;
Penanggung jawab : Sekretaris
Utama Badan Pengawas Obat dan
Makanan; Pimpinan Redaksi :
Kepala Pusat nformasi Obat dan
Makanan; Sekretaris Redaksi:
Budi Djanu Purwanto, SH, MH;
Tim Editor : Dra. Hardaningsih,
MHSM, Dra. Sri Mulyani, Apt, Dra.
Dyah Nugraheni, Apt, Suyanto, SP,
MSi, Yustina Muliani, SSi, Apt,
Yusra Egayanti, SSi, Apt, Yuli
Hijrah Saputri, SSi, Apt, Ellen
Simanjuntak, SE, Dra. Tri Asti ,
Apt, Mpharm, Dra. Muti Hadiyani,
Rohyanih, SKom, Dewi Sofiah,
SSi, Apt; Redaksi PeIaksana :
Y u l i n a r , S K M , n d a h
Widiyaningrum, Ssi, Apt, Eriana
Kartika Asri, Ssi, Apt, Denik
Prasetiawati, SFarm, Apt, Arlinda
Wibiayu, Ssi, Apt; Sekretariat :
Sandhyani ED, Ssi, Apt, Tanti
Kuspriyanto, Ssi, Msi, Anis Siti
Annisa, SKom; SirkuIasi :
Surtiningsih, Netty Sirait.
Redaksi menerima naskah yang
berisi informasi yang terkait
dengan obat, kosmetika, obat
tradisionaI, produk kompIemen,
zat adiktif dan bahan berbahaya.
Kirimkan meIaIui aIamat redaksi
dengan format minimaI MS. Word
97, spasi ganda maksimaI 4
haIaman A4.
|nfoPOM
GEDUNG C
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL,
KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN

Anda mungkin juga menyukai