Anda di halaman 1dari 42

1

PENDAHULUAN

Banyak penyakit berasal dari kebiasaan makan yang tidak benar, mengkonsumsi makanan
kemasan secara serampangan turut menyumbang resiko kesehatan yang buruk, apalagi pada kondisi
tertentu dimana tidak semua zat gizi kita perlukan, harus kita kurangi bahkan harus kita hindari,
misalnya pada kelompok masyarakat yang beresiko mengidap diabetes, memiliki catatan mengidap
hipertensi atau alergi terhadap bahan makanan tertentu misalnya tepung mengandung gluten atau
semua bahan mengandung laktosa. Dengan cermat membaca label pada kemasan makanan berarti
kita telah membangun benteng kesehatan selain hanya mengandalkan antibodi kita. Sebagai pelajar
dan di masa usia produktif, kita harus jeli memilih makanan baik makanan utama atau kudapan.
Jangan jadikan makanan yang harusnya menjadi bahan bakar untuk terus aktif beraktifitas malah
hanya menjadi bom waktu yang akan membuat generasi produktif menjadi keropos sebelum
waktunya.
Jadikanlah kebiasan teliti sebelum membeli menjadi hal yang terus diterapkan. Perhatikan
informasi gizi dan bahan baku yang tertera di label makanan dan minuman kemasan sebelum
memutuskan untuk mengkonsumsinya. Umumnya, kemampuan dekode informasi gizi pada label
makanan dan minuman berkemas pada masyarakat luas masih sangat minim, karena tidak semua
masyarakat paham dengan istilah-istilah gizi, bahan pangan maupun maksud angka-angka yang ada
pada label. Itulah misteri Nutriton Fact yang akan kita kupas

(Sumber : www.infosum.net )

Label makanan adalah hal penting karena melalui label pada kemasan makanan dan
minuman, konsumen dapat memutuskan kesesuaian produk tersebut untuk kesehatannya. Dasawarsa
ini, penyakit tidak menular (non communicable diseases-NCD), termasuk jantung, hipertensi, dan
diabetes mellitus merupakan masalah global saat ini. Penyakit-penyakit tersebut berkaitan dengan
gaya hidup dan pola makan. Era modern yang serba praktis dan cepat membuat pola makan alami
bergeser pada pola makan instant , cepat saji dan olahan pabrik yang melibatkan banyak bahan-bahan
tambahan seperti pemanis buatan, minyak padat terhidrogenasi, MSG dan pengawet buatan.
Sidang Codex Committee on Food Labeling (CCFL) ke 40 di Ottawa, Kanada, 15 18 Mei
2012 membahas ketentuan mengenai standar label pangan dalam upaya perlindungan konsumen.
2

Kegiatan ini sejalan dengan program World Health Organization (WHO) mengenai Global strategy
on diet and physical activity.
Ketentuan pengaturan pencantuman sejumlah keterangan pada label pangan diperlukan agar
konsumen mendapatkan informasi dengan baik tentang kandungan zat gizi dan manfaat pangan.
Adapun tata cara yang diatur antara lain adalah persyaratan pencantuman klaim tanpa penambahan
garam, tanpa penambahan gula, dan klaim tentang asam lemak trans (trans fatty acid). Label
kandungan garam dalam produk pangan termasuk penggunaan sumber garam lain yang berasal dari
Bahan Tambahan Pangan (BTP) dan bahan baku pangan. sidang CCFL ini akan menjadi rujukan
penyusunan kebijakan dan tindakan terkait label pangan oleh Pemerintah Indonesia. Pihak swasta
terutama produsen pangan harus memperhatikan ketentuan tentang label pangan tersebut dalam
upaya perlindungan konsumen.
Buku ini disusun sebagai panduan bagi masyarakat secara umum dan khususnya remaja untuk
membaca label sehingga para remaja Indonesia sejak dini telah membangun benteng dari penyakit
tidak menular (non communicable diseases-NCD), karena dengan pemahaman label yang benar
para remaja dapat memutuskan produk-produk makanan dan minuman apa saja yang harus
dikonsumsi dan harus dihindari. Fenomena, remaja dan anak-anak yang telah terjangkiti penyakit-
penyakit tidak menular (non communicable diseases-NCD) seperti hipertensi dan Diabetes milletus
telah banyak melanda berbagai belahan bumi terutama kaum remaja di perkotaan dengan pola makan
instannya.
3


BAB 1
Membaca Label Kemasan Pangan
Label pangan adalah sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk makanan karena
konsumen tidak bisa bertemu langsung dengan produsennya. Tidak jarang label pangan yang
ditempel pada produk makanan hanyalah nama makanan dan tidak ada keterangan lain, seperti
tanggal kadaluwarsa, bahan pembuatannya, maupun komposisi gizi, bahkan nama produsen pun
sering kali tidak dicantumkan.
Perlindungan konsumen baru dapat dianggap berhasil bila tiap konsumen telah sanggup
melindungi diri sendiri dari segala macam hal yang merugikan. Ini baru dapat terjadi kalau konsumen
telah dapat mengerti dan dapat menggunakan hak-haknya sebagai konsumen. Tujuan pemberian label
pangan adalah agar masyarakat yang membeli dan mengkonsumsinya memperoleh informasi yang
benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan mutu,
kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan, sebelum memutuskan akan membeli atau
mengkonsumsi produk pangan tersebut (Moniharapon,1998).
Rukminita (2007) manambahkan bahwa label adalah tulisan yang tercetak pada kemasan yang
berisi informasi singkat tentang produk yang dikemas. Secara umum label terdiri dari nama produk,
komposisi ingredients (bahan penyusun) produk, nama dan alamat produsen atau importir, lot dan
tanggal produksi, batas kadaluarsa, dan berat bersih. Informasi nilai gizi, dan cara penyajian untuk
beberapa produk tertentu juga sering dicantumkan. Secara rinci isi dari label adalah sebagai berikut:
1. Ingredient (Komposisi Bahan baku)
Produk pangan dibentuk dari kumpulan satu atau lebih bahan penyusun. Penyebutan urutan
pada daftar ingredient menunjukkan jumlah kandungan bahan tersebut, yang terletak pada urutan
pertama adalah komponen yang jumlahnya paling besar.

Gambar 2. Ingredients List. (Sumber http://bangersandsausages.blogspot.com)
2. Standardized food
Beberapa produk, terutama produk-produk impor, seperti selai, jelly, kecap atau saus,
mayonaise dan beberapa lainnya sering disebut sebagai standarized food, khususnya produk yang
4

telah sesuai dengan standar Food and Drugs Association (FDA), yaitu sebuah lembaga pengawasan
obat-obatan dan pangan di USA yang mirip Badan POM di Indonesia.
3. Nutritional Claim
Beberapa produk seperti susu, minyak goreng biskuit dan beberapa lainnya sering
mencantumkan nutritional claim. Nutritional claim ini biasanya tertera di Tabel Nutrisi (Nutrition
Fact) maupun bagian depan kemasan. Bagian ini berfungsi sebagai pertimbangan bagi calon
konsumen untuk memilih produk dengan rasa aman bagi kesehatannya, misalnya non kolestrol, tidak
mengandung kuning telur atau mengandung gluten.

Gambar 3. Contoh Nutrition Claim(sumber www.fitsugar.com)
4. Code Dating
Merupakan informasi mengenai kapan dan dimana produk diproduksi. Biasanya code dating
ada pada kemasan produk-produk yang memiliki umur simpan cukup lama. Code dating
memudahkan produsen untuk menarik kembali produk dari pasaran.
5. Tanggal Kadaluwarsa (expired date)
Menurut UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan PP No 69 tentang Label
dan Iklan Pangan, pencantuman tanggal kadaluwarsa menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan
pada label pangan.

Gambar 4. Tanggal Kadaluwarsa www.novartisotc.com
6. Universal Product Code(UPC)
Merupakan sebuah blok kecil terdiri dari garis-garis pararel dengan ukuran luas yang
berbeda-beda disertai nomor dan huruf tertentu. UPC ditetapkan secara nasional dan ber-sifat khas
atau unik untuk tiap jenis produk. UPC bermanfaat untuk pengecekan dan penyimpanan dengan
komputerisasi.
5


Gambar 5. UPC
7. Simbol
Pada kemasan sering dijumpai gambar-gambar tertentu yang mengandung arti. Beberapa
simbol yang umum ada pada kemasan antara lain adalah :
a. Registered Trade Mark, simbol ini berupa huruf R dalam sebuah lingkaran yang menunjukkan
bahwa merek dagang tersebut terdaftar di kantor paten negara asal produk tersebut.

Gambar 6. Gambar Registerd Trade Mark www.landor.com
b. Copy Right, merupakan simbol yang berupa huruf C dalam lingkaran yang menunjukkan
bahwa huruf dan dekoratif yang terdapat pada label terdaftar di kantor paten dan dilindungi
dari pembajakan.
c. Label halal, di Indonesia label halal dikeluarkan oleh lembaga penjamin kehalalan yaitu
LPPOM MUI. Setiap Negara memiliki badan pengawas kehalal pangan. Contoh logo halal di
bawah ini adalah logo halal yang otoritasnya dipegang oleh LPPOM MUI, sedangkan untuk
badan penjamin halal luar negeri yang diakui LPPOM MUI dapat dlihat pada Lampiran 1

Gambar 7. Logo Halal MUI
www.expressions-aromatiques.com
d. Kosher, label ini perlu diperhatikan untuk produk produk yang berasal dari luar negeri atau
lebih dikenal dengan produk impor. Simbol kosher ini hampir mirip seperti label halal yang
6

menunjukkan apakah produk tersebut boleh dikonsumsi atau tidak oleh para pemeluk agama
Yahudi.

Gambar 8. Logo Halal Kosher http://w.ivenue.com
Menurut LP POM MUI, produk-produk impor yang menggunakan label kosher boleh
dikonsumsi jika telah mendapatkan sertifikat halal dari Lembaga Penjamin Halal Islam,
karena banyak produk seperti produk turunan anggur, turunan babi yang mendapat label
kosher tetapi tidak halal bagi konsumen muslim.

Menurut Dr. Ir. Tridjoko Wisnu Murti, D.E.A dalam Laksono (1998), setidaknya, ada delapan
jenis informasi yang bisa diketahui dari label kemasan produk pangan, yaitu :
1) Logo Halal
2) Nama produk
3) Kandungan isi (komposisi bahan)
4) Tanggal kedaluwarsa
5) Kuantitas isi, identifikasi asal produk
6) Informasi gizi (table nutrisi)
7) Tanda-tanda kualitas lainnya (nutrition claim, warning)

Gambar 9.Bagian Label Makanan Yang Penting Untuk Dicermati

7

Banyak konsumen yang tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang produk yang
dikonsumsi, kemungkinan lain adalah konsumen tidak terbiasa memeriksa keterangan pada kemasan
produk yang akan dibeli. Atas dasar hal tersebut, konsumen perlu tahu atas ketentuan pelabelan di
Indonesia. Pengetahuan konsumen tentang label akan memberikan sikap yang positif dalam memilih
suatu produk pangan yang akan dikonsumsi. Produk yang mencantumkan label lengkap, jelas dan
komunikatif membuat konsumen bisa mendapatkan informasi secara utuh sehingga diharapkan
konsumen akan menentukan pilihan konsumsi yang tepat, Tiga hal yang harus diwaspadai konsumen
dalam membeli produk makanan adalah :
1. Lokasi penjualan. Produk makanan yang dijual di pasar swalayan atau tempat-tempat yang
representatif biasanya lebih aman daripada yang dijual di jalan atau pasar dadakan. Lebih aman
di sini berarti konsumen mempunyai alamat atau tempat yang dituju jika ada masalah dengan
produk tersebut.
2. Menjelang hari raya biasanya kebutuhan masyarakat akan makanan kemasan melonjak,
kesempatan ini dipakai para produsen untuk cuci gudang. Produsen akan mengeluarkan semua
produknya yang pendek masa kadaluwarsanya.
3. Label dengan bahasa asing. Saat ini masih banyak makanan-makanan impor bahasa asing
4. Dalam kemasannya, jika hanya menggunakan bahasa Inggris masih lebih baik karena masih ada
bagian yang dapat dimengerti, akan tetapi bila menggunakan bahasa Cina atau jepang maka
konsumen hampir tidak bisa membacanya. Produk makanan seperti itu masih dianggap ilegal
karena label makanannya tidak bisa dipahami secara jelas oleh konsumen
8

BAB II
Label Masa Kadaluarsa
Menurut Dr. Ir. Tridjoko Wisnu Murti, D.E.A dalam Laksono (1998), informasi dalam label
yang penting diperhatikan adalah masa kedaluwarsa produk. Masa kedaluwarsa (expired date) wajib
dicantumkan dalam kemasan produk pangan, kecuali untuk buah-buahan atau sayuran segar, roti,
kue, panganan yang diperkirakan habis dalam 24 jam.
Menurut Permenkes No. 180/1985 dan Sk Ditjen POM No 2591 Tahun 19991 produk-produk
yang wajib mencantumkan batas kadaluawarsa adalah Susu yang dipasteurisasi, susu steril, susu
fermentasi dan susu bubuk, makanan dan minuman yang mengandung susu, makanan bayi dan
makanan kaleng steril komersial, roti, biskuit dan sejenisnya, makanan rendah kalori, makanan
penambah zat gizi, coklat dan produknya, kelapa dan hasil olahannya, minyak dan lemak, margarin,
mentega kacang, produk telur, saos, minuman ringan tidak berkarbonat dan sari buah.
Beberapa produk yang tidak mencantumkan batas kadaluawarsa adalah minuman beralkohol,
anggur, gula, cuka, MSG, buah dan sayur serta kue dan pangan yang habis dikonsumsi dalam 24 jam.
Dalam penjelasan pasal 21 UU 23/1992 tentang Kesehatan, dinyatakan bahwa tanggal, bulan dan
tahun kada-luawarsa tidak berlaku untuk makanan dan minuman yang tidak mempunyai batas waktu
penggunaan.
Masa kedaluwarsa dinyatakan dalam satu di antara tiga cara, yakni tanggal akhir konsumsi
(TAK), tanggal akhir penggunaan optimal (TAPO), dan tanggal pembuatan (TP).

3.1 TAK (Tanggal Akhir Konsumsi)
TAK dalam kemasan sering tertulis sebagai Dikonsumsi sampai tanggal . atau tertulis
dalam bahasa inggris Used by...., yang artinya tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya
bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal
yang tercantum terlewati.
TAK harus dicantumkan pada kemasan pangan mudah rusak, yakni pangan yang masa
penyimpanannya kurang dari 6 8 minggu. Contohnya, susu pasteurisasi, yoghurt, krim, keju dan
makanan cepat saji. Tanggal ini mesti tercantum jelas dan disertai cara penyimpanan yang diperlukan
untuk mencapai tanggal itu. Begitu TAK dicapai, pangan dalam kemasan itu tidak bersih atau sehat
lagi, dan harus ditarik dari peredaran sehari sebelum batas TAK.
9


Gambar 36. Label TAK dalam Bahasa Inggris
(Sumber : www.foonicky.blogspot.com )

3.2 Tanggal Akhir Penggunaan Optimal (TAPO)
TAPO dicantumkan pada label kemasan produk pangan yang daya simpannya lebih dari enam
minggu, yakni pangan yang tidak membahayakan kesehatan. Di antaranya bumbu dapur, susu,
produk beku, produk kalengan dan minuman. Penulisan TAPO dalam kemasannya adalah sebaiknya
digunakan , dikonsumsi sebelum , atau sebelum akhir . . Dalam Bahasa Inggris biasanya
tertulis Best Before...., yang artinya produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat
dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati

Gambar 37. Label TAPO dalam Bahasa Inggris
Jika lama TAPO kurang dari tiga bulan, yang dicantumkan berupa tanggal dan bulan. Bila
lama TAPO-nya 3 18 bulan, ditulis bulan dan tahun. Yang lebih dari 18 bulan, yang dicantumkan
tahunnya saja. Beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluarsa :
1. Sayur dan buah segar
2. Minuman beralkohol
3. Vinegar / cuka
4. Gula / sukrosa
5. Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18 bulan
Begitu TAPO tercapai, produk di dalam kemasan akan kehilangan kualitas rasa, bau, dan nutrisi
meskipun produk tersebut masih layak dikonsumsi.

3.3 Tanggal Pembuatan (TP)
10

Untuk produk pangan terkonversi lama, semi konversi, pangan beku, susu bubuk kering, dan
mentega, masa kedaluwarsa yang wajib dicantumkan dalam label kemasan adalah TP. biasanya kode
produksi ini berdampingan dengan expired date. Dari kode produksi ini, harusnya ada hubungan
yang erat dengan expired date. Misalnya jika di produksi pada tahun 2012 maka expired date akan
berkisar antara 2014 2016 (tergantung jenis bahan makanan yang dikemas, apakah jenis makanan
tahan lama seperti keripik, atau berumur simpan pendek seperti tahu sutra atau buah kering). Ini
berarti antara kode produksi dan expired date harus matching. Jika diproduksi tahun 2012 dan
expired date nya tahun 2022 maka anda bisa lebih memperhatikan akan product ini. dengan cara
misalnya anda bandingkan dengan product dengan merk sejenis, apakah memang jenis product ini
selama 10 tahun masa edarnya sebelum exired date.
Sayangnya, penulisan kode produksi in banyak menggunakan kode unik dan malah mengecoh
kita sehingga menyangka kode unik itu adalah tanggal kadaluwarsa. Berbeda dengan expired date
yang langsung menunjukkan tanggal berakhir. Misalnya: 140212. Ini berarti product tsb akan
berakhir pada tanggal 14 February 2012. Sedangkan kode produksi hanya tertulis misalnya:
1D0234. Sebenarnya kode unik ini bisa kita baca dengan beberapa penjelasan di bawah ini :
Angka 1 berarti : tahun 2011 [bisa juga tahun 2001, 2021] yang ujung tahunnya ada angka 1
Huruf D berarti : bulan diproduksi. Dimulai dari A untuk January dst. Berarti D = bulan
April
0234 berarti: jumlah produksi yang ke 234 pada saat product ini dibuat
Berarti 1D0234 = tahun 2011 bulan April produksi ke 234.
Expired date berkisar pada April 2014 sampai April 2016 [dengan asumsi bahwa masa edar
antara 3 5 tahun]




11

BAB III
KODEFIKASI KODE E PADA LABEL KOMPOSISI BAHAN
Pada Maret 2011 Indonesia dihebohkan isu es krim yang mengandung lemak babi. Isu yang
merebak luas dan memanas di berbagai milis, bahkan jejaring sosial seperti facebook, ini sempat
meresahkan masyarakat. Es krim tersebut diklaim mengandung lemak babi karena pada kemasannya
dicantumkan E 472 pada bagian daftar bahan baku (ingredients). Polemik semakin memuncak setelah
produsen es krim tersebut menyatakan bahwa produknya telah memiliki sertifikat halal yang
dikeluarkan LPPOM MUI.
Tak pelak, selain produsen es krim itu yang dikecam, kinerja LPPOM MUI dihujat di mana-
mana. Padahal, sebenarnya tidak semua kalangan masyarakat paham kodefikasi E pada label
kemasan makanan dan minuman. Parahnya, di dunia maya betebaran beberapa artikel yang sejatinya
hanya copy paste dari situs satu ke situs satunya. Comot sana comot sini yang intinya tetap saja hoax
atau berita bohong semata tanpa pembuktian ilmiah sama sekali mengenai benar tidaknya bahwa
apakah semua E 472 pasti terbuat dari babi
Jika kita amati, di beberapa kemasan makanan banyak sekali kode E yang tertera di bagian
ingredients. Meski banyak tertulis, sangat sedikit masyarakat tahu makna dan maksud kode tersebut.
Sebenarnya kode ini adalah kode bahan tambahan pangan (food additive) yang keamanannya telah
dikaji oleh Codex Alimentarius Commission, suatu badan yang dibentuk FAO dan WHO pada
1963 untuk mengembangkan harmonisasi standar makanan internasional, pedoman, dan kode
praktik untuk melindungi kesehatan konsumen serta memastikan praktik perdagangan yang
adil dalam perdagangan makanan. Komisi ini juga mempromosikan koordinasi semua standar
makanan pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi pemerintah dan non-pemerintah internasional.
Food additives yang sudah diteliti dan dijamin keamanannya oleh lembaga yang berwewenang akan
disetujui dan diberi nomor, disebut E number (E adalah singkatan European, bukan emulsifiers),
kemudian digit pertama menunjukkan kelompoknya, apakah pengawet, pengelmusi, antioksidan,
seperti di bawah ini.
1. E100E199 : pewarna makanan
2. E200E299 : pengawet makanan
3. E300E399 : anti oksidan dan pengatur keasaman
4. E400E499 : pengembang, penstabil dan pengemulsi
5. E500E599 : pengatur pH dan zat anti-caking
6. E600E699 : penguat rasa pada makanan
7. E700E799 : antibiotik
8. E900E999 : zat aditif lain-lain
9. E1100E1599 : bahan-bahan kimia baru yang tidak masuk skema klasifikasi standar
12

Jadi E number ini menunjukkan bahwa food additives tersebut telah dinyatakan AMAN dan
diterima oleh negara-negara Eropa karena telah melalui serangkaian safety tests. Selain itu, telah
dipertimbangkan penggunaannya di Amerika, Jepang, dan lain-lain. Jika kemudian ditemukan efek
yang membahayakan, E number-nya akan dicabut, bahkan mungkin dilarang seperti boraks (Sodium
tetraborate) dengan kode E-Number E285. Meskipun, di beberapa negara E 285 bisa digunakan
dalam industri makanan, misalnya industri kaviar di Prancis dan Iran.








Efek isu mengenai E 472 bahwa terbuat dari babi menyebabkan beberapa masyarakat menuding
haram semua makanan dan minuman yang mengandung E 472 maupun E 471. Padahal, penggunaan
emulsifier sangat luas dalam pengolahan pangan seperti cokelat, roti, es krim, biskuit, coffee cream,
marshmallo, dan jelly, bahkan produk minuman mampu mencampur minyak dengan air maupun
sebaliknya. Berbagai komentar di jejaring sosial dan milis tanpa bukti ilmiah menggembar-
gemborkan bahwa E 471 bahkan semua produk yang mengandung kode E pasti berhubungan dengan
babi dan derivatnya, meskipun beberapa produk yang dituding tersebut jelas-jelas memiliki sertifikat
halal dari LPPOM MUI.
Simpang siur status kehalalan produk mengandung E 472, namun telah memiliki sertifikat halal
dari LPPOM MUI, menyebabkan keragu-raguan masyarakat terhadap kredibilitas LPPOM MUI.
Beberapa opini dan hujatan terhadap LPPOM MUI banyak menghiasi beberapa milis maupun komen
artikel di beberapa situs. Padahal, selama proses sertifikasi kehalalan suatu produk, tim auditor
LPPOM MUI memeriksa dan mengaudit ke lokasi produsen yang bersangkutan. Mereka juga
meneliti dalam laboratorium yang hasilnya dievaluasi oleh rapat tenaga ahli LPPOM MUI yang
terdiri atas ahli gizi, biokimia, pangan, teknologi pangan, teknik pemprosesan, dan bidang lain yang
berkait. Bila memenuhi persyaratan, laporan akan diajukan kepada sidang Komisi Fatwa MUI untuk
memutuskan kehalalan produk tersebut.
13


Sumber: www.shibleysmiles.com
Jika kita perhatikan gambar sebuah label kemasan saus tomat diatas, akan kita dapati banyak
bahan baku dengan kode E seperti kode E320, E321 untuk antioksidan, dan kode E220 untuk bahan
pengawet. Dari kode tersebut, kita tidak bisa men-judge halal tidaknya produk tersebut karena kode E
ini tidak mengurusi status halal suatu food additives. Ada beberapa bahan berkode E yang
diragukan kehalalannya karena ada yang terbuat dari bahan maupun diproses dengan cara yang
diharamkan oleh Islam. Misalnya, pemakaian babi sebagai sumber bahan utama maupun bahan
pendukung dalam pembuatan beberapa zat aditif misalnya emulsifier dengan kode E 471,E 472 atau
emulsifier dengan kode E 322 yang lebih dikenal dengan nama lecithin.

Sumber :
Lecithin dibuat dari beberapa bahan baku. Salah satunya, ekstrak tulang babi. Namun, ada
pula yang terbuat dari kedelai. Penamaan emulsifier yang berasal dari nabati biasanya mencantumkan
nama sumber bahannya seperti lecithin de soja atau soy lecithin. Perusahaan yang menggunakan
lesitin berasal dari kedelai tidak akan mau mengambil risiko produknya tidak akan laku dijual karena
dihindari konsumen muslim dan para vegeterian. Untuk itu, apabila mereka menggunakan kedelai,
akan langsung mencantumkan identitas kedelai untuk mendampingi lesitin.
14

Nah untuk memperkaya pengetahuan kita lebih baik kita bedah satu persatu kode-kode E
yang banyak bertebaran di label-label jajanan kita.
3.1 Golongan Pewarna Sintetik
Negara maju suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum
dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang dijinkan penggunaannya dalam pangan
disebut sebagai permitted color dan certified color. Zat warna yang digunakan harus menjalani
pengujian dan prosedur penggunaannya yang disebut proses sertifikasi. Proses ini meliputi pengujian
kimia, biokimia, toksilogi, dan analisis media terhadap zat warna (Cahyadi, 2008)
Kode E Nama bahan Efek/Akibat
E 100 Curcumin Pewarna alami, tidak berbahaya
E 101 Lactoflavin atau Riboflavin
/Vit. B2
-
E 102 Tartrazin Pencetus alergi kuat; di kebanyakan
negara Eropa penggunaanya
dibatasi, di sebagian negara malah
melarangnya
E 104 Chinolin-yellow Kimiawi dekat dengan Solvent
Yellow 13 (dalam bom asap)
E 110 Yellow-orange 8 Kadang-kadang menimbulkan
allergi, relatif tidak berbahaya
E 120, Cochenille/ Carmin secara kimia dekat dengan suatu
obat Antikanker; juga mempunyai
khasiat antikanker lemah dan
efeksamping obat antikanker
E 122 Azorubin bagi hewan percobaan banyak efek
sampingya (perubahan komposisi
darah, gangguan fungsi paru-paru
dan pankreas)
E 124 Cochenillerot A Pencetus alergi yang relatif ringan
E 127 Erythrosin pada hewan percobaan
menyebabkan gangguan neuron.
Diduga megganggu fungsi kelenjar
gondok
E 131 Patentblue V Relative tidak berbahaya
E 132 Indigotin I relatif tidak berbahaya, dugaan
15

penyebab kanker belum dapat
dibuktikan
E 140 Chlorophylle a, b Pewarna alami, tidak berbahaya
E 141

Senyawa Kuprum dari
Chlorophylle
Berisiko pada pasien Wilson-
Sidrom
E 142 Brillant green relatif tidak berbahaya
E 150 (a-d) Zuckercouleur /Sugarcouleur Waktu dipanaskan bisa membentuk
Methylimidazol yang diragukan
E 151 Brillant black BN Menghambat aktifitas sistem
pencernaan
E 153

Carbo medicinalis vegetabilis/
Arang aktiv
Kalau proses produksinya benar,
tidak berbahaya
E 160 a-f Carotinoide pewarna alami, tidak diragukan
E 161 a-f Xanthophylle pewarna alami, tidak diragukan
E 161 g Canthaxanthin Menurut Departemen kesehatan
Jerman senyawa yang riskan", bisa
menimbulkan kerusakan mata
E 162 Betanin pewarna alami, tidak diragukan
E 163 Anthocyane pewarna alami, tidak diragukan
E 170 Calciumcarbonat tidak berbahaya
E 171 Titandioxid efek sampingannya belum banyak
dikenal
E 172 Ferrumoxide, -hydroxide efek sampingannya belum banyak
dikenal
E 579 Ferrumgluconat efek sampingannya belum banyak
dikenal
E 173 Aluminium Berkemungkinan ikut
menimbulkan penyakit Alzheimer
E 174 Perak dengan dosis yang digunakan tidak
berbahaya
E 175 Emas dengan dosis yang digunakan tidak
berbahaya
E 180 Rubin pigment BK efek sampingannya belum banyak
dikenal

16

Pada umumya untuk makanan kemasan dengan aneka warna menggunakan beberapa pewarna
sintetik misalnya permen, minuman ringan dan biskuit. Kode pewarna makanan sintetik di kemasan
biasanya mengunakan kode E yang diawali angka 100-180.


Sumber: www.shonaventer.hubpages.com

Dibeberapa kemasan makanan, bahan pewarna dicantumkan di label ingredients dalam bentuk
kode-kode dengan nomer tertentu. Sebagai konsumen yang cerdas tentunya harus paham kode-kode
tersebut, paling tidak kita tahu bahwa produk tersebut mengandung pewarna sintetik. Tidak sedikit
konsumen ternyata memiliki alergi pada zat tertentu yang terdapat pada campuran pewarna sitentik.
Tidak semua pewarna sintetik ditulis dengan kode E, tapi yang ditulis dengan nama merek dagang
mereka.

Sumber: www.theallergista.com
Di Indonesia peratutan mengenai penggunaan zat pewarna yang diijinkan dan dilarang untuk pangan
diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan
pangan.
17

3.2 Pengawet Sintetik
Zat ini merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Beberapa bahan pengawet sintetik
adalah natrium benzoat, BHT (butil hidroksi toluena), BHA (butil hidroksi anisol), kalium nitrat,
asam sitrat, kalium nitrit, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut sering dipakai oleh industri makanan
sebagai bahan pengawet dalam makanan kaleng.

Sumber: www.seriouseats.com

Pada kemasan makanan biasanya juga dicantumkan dalam kode E menggunakan kode E 200-321.
Tidak semua konsumen memahami kode-kode pengawet seperti kode-kode di bawah ini
Kode E Nama bahan Efek/Akibat
E 200-203

Asam sorbat, dan
Turunannya
tidak diragukan
E 210
E 211
E 212
E 213

Asam Benzoat
Sodium Benzoat
Potasium Benzoat
Kalsium Benzoat
Aman kecuali bagi yang alergi
E 214-219

Ethyl Parahydroxybenzoat
dan turunannya
Pencetus Allergi kuat; selain itu berakibat
vasodilatatorisch, pada hewan percobaan bersifat
membius, pencetus kram dan dalam dosis tinggi
menghambat pertumbuhan.
E 220-227 Schwefeldioxid, Sulfite Sakit kepala dan Mual sebagai akibat samping,
barangkali juga ikut pada timbulnya Pseudokrupp
; dapat mencetus Anfal Asthma bagi orang yang
peka.
E 230-233 Biphenyl, Phenole Pada percobaan hewan dapat memicu Kanker
kandung kemih, digunakan untuk pengawet luar
buah jeruk-jerukan .
18

E 234 Nisin Bersifat antibiotik, dapat merusak keseimbangan
bakteri pencernaan
E 236-238

Asam formiat
dan turunannya
dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 249 Potassium Nitrate dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 250 Sodium Nitrite dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 251 Sodium Nitrate dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 252 Potassium Nitrate (Saltpetre) dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 260 Acetic Acid dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 261 Potassium Acetate dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 262 Potassium Hydrogen Diacetate dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 263 Calcium Acetate dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 280-283

Asam propionate
dan derivate /turunannya
Dalam jumlah sedkit sebagai bahan alami dalam
bahan makanan;
pada hewan percobaan diamati juga sebagai
penyebab kanker;
Efek sampingan untuk manusia belum sepenuhnya
dipastikan.
Natamycin (-) Antibiotik, menimbulkan bahaya Resisten pada
yang mengkonsumsi
E 290 Carbon Dioxide dengan dosis yang sesuai tidak berbahaya
E 300
E 301
E 302
E 304

L-Ascorbic Acid (Vit C)
Sodium-L-Ascorbate
Calcium-L-Ascorbate
Ascorbyl Palmitate
Bahan alami Vitamin C, tidak berbahaya
E 306
E 307-309

Tocopherole dan turunannya

Bahan alami Vitamin E, , tidak berbahaya
Kelebihan dosis bisa menimbulkan Thrombosen
dan gangguan kesuburan,
E 310
E 311
E 312

Propylgallat
Octylgallat. Dodecylgallat

Bahan sintetis. Bahan pencetus allergi ;
mempengaruhi daya tahan tubuh; khusus E 310
dapat menyebabkan penyakit biru yang berbahaya
pada bayi
E 320 Butylhydroxyanisol (BHA) Bahan sintetis. Dapat mencetus Allergi; efektnya
terhadap kanker didiskusikan; pada hewan
19

percobaan mengganggu daya tahan tubuh.
E 321 Butylhydroxytoluol (BHT) Bahan sintetis. Dapat mencetus Allergi.

Pada beberapa kasus biasanya pada kemasan makanan tertera tidak mengandung bahan pengawet,
namun ternyata di label ingredients tertera pada kode E yang ternyata jika dilihat dari penomerannya
ternyata adalah kode untuk pengawet

www.sciencephoto.com
Contoh kemasan di atas adalah produk yang tidak menyebutkan bahan pengawet dalam nama ilmiah
maupun nama dagang namun hanya disebutkan kode E320 dan E321. Kode E 320 adalah kode untuk
Butylhydroxyanisol (BHA) dan E321 adalah kode Butylhydroxyanisol (BHA). Keduanya adalah
termasuk bahan pengawet sintetik yang bisa menimbulkan resiko bagi konsumen yang memiliki
kecederungan alergi

3.3 Bahan Pemadat/Pengental
Bahan-bahan ini adalah senyawa aditif yang dapat membantu pembentukan atau pemantapan
sistem dispersi yang homogen sehingga dapat memperbaiki tekstur produk.Contoh bahan pengental
adalah pati, agar-agar, gelatin, carrageenan, dan gom arab. Bahan-bahan ini banyak digunakan pada
produk pasta, saus, ice cream, aneka produk bubur bayi, dll.


Sumber. www.2blowhards.com
20

Pada beberapa kemasan makanan dan minuman tak sedikit yang mencantumkan beberapa bahan
pemadat atau pengental ini dalam bentuk E kode. Kode E untuk bahan ini adalah E 400-460.
Kode E Nama bahan Efek/Akibat
E 400
E 401-404
Alginsure dan
turunannya
Berefek negatif pada pencernaan protein
dan penyerapannya
E 406 Agar-Agar Efek sampingan belum ditemukan
E 407 Carragen (Carrageenan) Pada hewan percobaan diamati dapat
menimbulkan peradangan usus dan
gangguan pada daya tahan tubuh
E 410

tepung biji pohon
Ceratonia (carobtree)
Menurunkan Kolesterin: bahan laksatif
E 412. Guarkernmehl Diantaranya mengandung Asam Sianida,
Asam Fluoracetat, Globuline bersifat
racun, bahan-bahan penghambat Trypsin
E 413 Traganth Penggunaan jangka panjang dapat
berakibat negatif pada Hati
E 414. Gummi arabicum Kadang-kadang dapat mencetus allergi,
pada hewan percobaan merusak jantung
E 415 Xanthan Getah yang diproduksi dari Xanthomonas
(Bakteri-basil)
E 460 Cellulose tidak diragukan


Sumber. www.reddit.com

21

Beberapa bahan pengental di atas selain sebagai pengental atau pemadat juga berfungsi sebagai
penyetabil (stabilizer) misalnya adalah Xanthan. Pada produk saus kemasan Xanthan juga berfungsi
sebagai pengental dan penyetabil. Pada label ingredients di atas, Xanthan ditulis menggunakan
kode E 415
3.4 Bahan peng-emulsi
Makanan atau minuman olahan yang terdiri dari lemak atau minyak dan air secara bersamaan
maka di dalamnya pasti ada bahan pengemulsi. Sebab jika tidak ditambahkan bahan tersebut maka
akan terjadi pemisahan antara keduanya. Bahan pengemulsi inilah yang menyatukan air dengan
lemak atau minyak.
Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak
dan air. Secara umum bahan pengemulsi terdiri dari emulsifier alami dan emulsifier buatan (sintet is).
Pengemulsi alami dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam. Misalnya dari biji kedelai, kuning
telur dan sebagainya. Di dalam biji kedelai terdapat minyak yang cukup tinggi, di samping air.
Keduanya dihubungkan oleh suatu zat yang disebut lecithin. Bahan inilah yang kemudian diambil
atau diekstrak menjadi bahan pengemulsi yang bisa digunakan dalam produk-produk olahan.
Pada beberapa kemasan makanan dan minuman bahan pengemulsi ini biasanya juga ditulis
dalam bentuk kode E seperti di bawah ini
Kode E Nama bahan Efek/Akibat
E 322 Lecithine Bahan alami, tidak diragukan
E 470-475

turunan dari asam lemak Dapat menyebabkan allergi dan sebagian
penyakit-penyakit usus
Bahan pengemulsi ini secara luas banyak digunakan pada aneka produk makanan dan minuman
seperti ice cream, susu kemasan, produk coklat, pudding instan dan makanan instan lainnya. Tidak
sedikit produsen hanya mencantumkan kode E saja pada label ingredientsi produknya, padahal bahan
ini memiliki titik kritis kehalalan pada sumber bahan bakunya, terutama bagi kaum muslim dan
sebagian penganut Yahudi.
22


Sumber.www.lovenursi.blogspot.com
3.5 Bahan Pengasam

Bahan pengasam ditambahkan ke dalam suatu produk bertujuan agar dihasilkan cita rasa khas, warna
stabil dan lebih tahan lama. Bahan ini secara luas digunakan dalam proses pengolahan sayur, sari
buah, acar mentimun, jam, jeli dan ikan kalengan. Karena bisa menurunkan pH, zat pengatur asam
bisa mengurangi risiko tumbuhnya mikroba
Kode E Nama bahan Efek/Akibat
E 260
E 260-263
Asam acetat/cuka
Dan turunannya
tidak diragukan
E 270
E 325-327
Asam laktat dan turunannya Bentuk D-Formnya dapat
menimbulkan Acidose pada anak-anak
E 296
E 350-352
Asam malat
Dan turunannya
Bentuk D-Form sintetiknya dapat
menimbulkan efek sampingan
E 297 Asam fumarat Senyawa alami, tidak diragukan
E 330
E 331-333

Asam sitrat
Dan turunannya

Dalam dosis tinggi dapat merobah
sifat penyerapan logam berat dan
Radionuklide dari usus
E 334
E 335-337
E 353-354
Asam tartarat
Dan turunannya

Hanya dalam Bentuk L-Form
diizinkan, tidak berbahaya
E 338
E 339-341,
E 343, 450,
E 540, 543,
Asam phosphate
Dan turunannya

Senyawa yang diragukan, dapat
merobah sifat penyerapan dari usus,
mengganggu metabolisme Ca2+;
sering dikontaminasi oleh Arsen,
23

E 544 Cadmium dan Fluor.

Sumber http://brinkfoods.com
Bahan pengasam sering juga disebut dengan istilah Food Acidulent dan tertera dalam kode E296
atau E270 seperti label di atas.

3.6 Pemanis Sintetik (artificial sweetener)
Bahan pemanis adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis. Ada dua jenis bahan pemanis,
yaitu pemanis alam dan pemanis buatan. Pemanis alami, misalnya gula pasir (gula putih) dan gula
merah (gula kelapa atau gula aren), serta madu. Pada dasarnya pemanis buatan (artificial sweeteners)
merupakan senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar
antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis dibandingkan sukrosa.
Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan
hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung
kalori. Selain itu penggunaan pemanis buatan untuk memproduksi makanan jauh lebih murah
dibanding penggunaan sukrosa. Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada
produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada
berbagai produk pangan secara umum. Contohnya adalah penggunaan Sakarin pada minuman soda
rendah kalori atau aspartame pada gula rendah kalori dalam kemasan

24

Selain menggunakan nama ilmiah ataupun nama dagang, pemanis buatan ini banyak
dicantumkan dalam bentuk kode E seperti kode-kode di bawah ini
Kode E Nama bahan Efek/Akibat
E 950 Acesulfam K Belum dikenal
E 951 Aspartam Tidak cocok bagi anak-anak yang
terlahir penyakit PKU
(Phenylketonurine) karena mengganggu
perkembangan otak dan sistem syaraf,
ketidakstabilan dan susah tidur
E 952 Cyclamat Bisa berubah menjadi Cyclohexamin
(Insektizid) pada hewan percobaan
mengurangi fertilitas/kesuburan pada
laki-laki dan bisa jadi promotor tumor
kandung kemih
E 954. Saccharin Pada hewan percobaan dan dosis tinggi
jangka panjang memicu tumor terutama
tumor kandung kemih. Juga
berkemungkinan berakibat merusak
kromosom.Bersama obat-obat tertentu
atau racun lingkungan bisa memicu
kerusakan kantong kemih
E 967
E 420
E 421

Xylit,
Sorbit,
Mannit

Dalam dosis tingggi pada hewan
percobaan dapat meningkatkan
pembentukan tumor pada anak ginjal
dan mempertinggi pembentukan batu
saluran kemih. Pada dosis tinggi
menyebabkan mencret.

Sumber:
Binder, F & J. Wahler. Handbuch gesunden Ernhrung, DTV-Verlag, 1993.
Briffa. J. Gesund essen lnger leben, Mosaik-Verlag, 1998;
Fuelgraff, G. (Edt).Lebensmittel-toxikologie, UTB, Ulmer-Verlag, 1989;
Herder Lexikon der Biochemie und Molekularbiologie Band I & II, Spektrum Akademischer
Verlag Heidelberg 1995;

Bahan-bahan pemanis sintetik ini sering dicantumkan dalam bentuk kode E, yang tidak
25

banyak masyarakat luas memahaminya, padahal ada juga sebagian masyarakat yang sensitive
terhadap bahan pemanis buatan.

Sumber .http://www.healthmakers.co.za

Bahan pemanis pada makanan bisa termasuk atau dianggap sebagai bahan pada komposisi
makanan yang tercantum pada daftar isi makanan dan sering tidak menggunakan kode E. Bahan
pemanis yang sering digunakan pada makanan diantaranya gula-gula bahan alami yang tidak
berbahaya bagi kesehatan seperti sakharosa, fruktosa, dan maltose
Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun
skala industri Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut mengandung
senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang
berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat
karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) telah
menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per
hari, yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko.
Sejalan dengan itu di negara-negara Eropa, Amerika dan juga di Indonesia telah ditetapkan
standar penggunaan pemanis buatan pada produk makanan. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi
penerapan standar penggunaan jenis pemanis buatan dan batas maksimum penggunaannya pada
beberapa produk pangan seperti minuman (beverages), permen atau kembang gula, permen karet,
serta produk-produk suplemen kesehatan.
Penetapan jenis pemanis yang diijinkan dan batas ADI di Indonesia lebih mengacu peraturan
yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA) atau Codex Alimentarius
Commission (CAC). Pertimbangannya adalah bahwa kategori pangan sistem CAC telah dikenal dan
digunakan sebagai acuan oleh banyak negara dalam komunikasi perdagangannya. Banyak aspek yang
26

dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan yang diijinkan untuk digunakan
dalam produk makanan, antara lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya
terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau secara
berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang membahayakan kesehatan
manusia. Beberapa jenis pemanis buatan yang diijinkan penggunaannya di Indonesia, yaitu
a. Sakarin
Secara umum, garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik
lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis mempunyai rumus kimia C
7
H
5
NO
3
S. Intensitas
rasa manis garam natrium sakarin cuku tinggi yaitu 200-700 kali sukrosa 10% .Kombinasi
penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya bersifat sinergis. Disamping rasa
manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses
sintesis.

Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat diserap oleh usus, dan cepat dikeluarkan
melalui urin tanpa perubahan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa sakarin tidak bereaksi dengan
DNA, tidak bersifat karsinogenik, tidak menyebabkan karies gigi, dan cocok bagi penderita diabetes.
Sejak bulan Desember 2000, FDA telah menghilangkan kewajiban pelabelan pada produk pangan
yang mengandung sakarin, dan 100 negara telah mengijinkan penggunaannya.
b. Siklamat
Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari asam siklamat dengan rumus
kimia C
6
H
11
NHSO
3
Na. Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak
berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis
27


Tidak seperti skarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Bersifat
mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri
pangan, natrium siklamat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi untuk
pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang
diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng.
c. Aspartam
Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal merupakan salah satu bahan tambahan
pangan yang telah melalui berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh serta dinyatakan aman bagi
penderita diabetes mellitus. Rumus kimia aspartam adalah C
14
H
16
N
2
O
5
yang merupakan senyawa
yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis.
Keunggulan aspartam yaitu mempunyai energi yang sangat rendah, mempunyai cita rasa
manis mirip gula, tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi, menguatkan cita rasa buah-buahan pada
makanan dan minuman, dapat digunakan sebagai pemanis pada makanan atau minuman pada
penderita diabetes tapi tidak baik untuk penderita fenilketonuria.
Fenilketonuria adalah penyakit di mana penderita tidak dapat memetabolisme fenilalanina
secara baik karena tubuh tidak mempunyai enzim yang mengoksida fenilalanina menjadi tirosina dan
bisa terjadi kerusakan pada otak anak. Dan karena itu perlu untuk mengontrol asupan fenilalanina
yang didapatnya. Penyakit ini tidak pernah ditemukan di Indonesia, tetapi pada orang kulit putih,
itupun kejadiannya hanya satu per 15.000 orang. Bukan hanya aspartam, tapi juga segala macam
makanan yang mengandung fenilalanina termasuk nasi, daging dan produk susu. Karena itu, pada
setiap produk yang mengandung aspartam ada tanda peringatan untuk penderita fenilketonuria bahwa
produk yang dikonsumsi tersebut mengandung fenilalanina.
28


Akhir-akhir ini banyak isu beredar mengenai penggunaan aspartame ini dengan membawa
nama Badan POM. Untuk menyikapi hal ini Badan POM pada tanggal 12 Juli 2006 yang lalu melalui
Kepala Biro Hukum dan Humas sudah mengeluarkan surat bantahan mengenai hal tersebut, yang
kemudian disusul dengan Surat Edaran Nomor : KH.00.01.234.084 tanggal 11 Agustus 2006 dari
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Dr. Husniah R. Thamrin Akib, MS, MKes, Sp.FK,
Tentang Bantahan Pemberitaan Produk Makanan Yang Mengandung Pemanis Buatan. Sejauh ini
tidak ada pelarangan pengunaan aspartame dalam sediaan makanan, minuman, maupun supplemen
asal sesuai dengan anjuran yang berlaku seperti yang ditetapkan ole Food &Drugs Adminitration
(FDA) bahwa asupan harian yang diperbolehkan (Acceptable Daily Intake/ADI) adalah 40 mg/kg
berat badan.
Kombinasi penggunaan aspartam dengan pemanis buatan lain dianjurkan terutama untuk
produk-produk panggang dalam mempertegas cita-rasa buah. Cahyadi (2008) menyatakan bahwa
Aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui
pemanasan. Ditambahkan oleh Robert dalam Usmiati dan Yuliani (2004) aspartam dapat
menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif. Penggunaan aspartam sesuai dengan
petunjuk FDA dinilai aman bagi wanita hamil.
29


d. Neotam
Neotam termasuk pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilai kalori. Neotam dapat
berfungsi sebagai penegas cita rasa terutama cita rasa buah dan memiliki rumus kimia C
20
H
30
N
2
O
5
atau L-phenylalanine, N-[N-(3,3-dimethylbutyl)-L--aspartyl]-L-phenylalanine-1-methyl ester.
Neotam merupakan senyawa yang bersih, berbentuk tepung kristal berwarna putih, penegas
cita-rasa yang unik dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sama dengan aspartam.
Kajian digestive memperlihatkan bahwa neotam terurai secara cepat dan dibuang sempurna tanpa
akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme. normal. Hasil kajian komprehensif penggunaan neotam
pada binatang dan manusia termasuk anak-anak, wanita hamil, penderita diabetes memperlihatkan
bahwa neotam aman dikonsumsi manusia.

Kajian JECFA pada bulan Juni tahun 2003 di Roma, Italia menyatakan bahwa ADI untuk
Neotam adalah sebanyak 0 sampai dengan 2 mg/kg berat badan. FDA dan FSANZ telah menyetujui
penggunaan Neotam sebagai pemanis dan pencita rasa. Meskipun telah dinyatakan aman oleh CAC,
Neotam tidak diijinkan penggunaannya di Eropa.
e. Acesulfame-K
Rumus kimianya adalah C
4
H
4
KNO
4
S atau garam kalium dari 6-methyl-1,2,3-oxathiazin-
4(3H)-one-2,2-dioxide. Acesulfame-K merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung
kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif
30

sebesar 200 kali tingkat kemanisan sukrosa tetapi tidak berkalori. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa acesulfame-K berbahaya bagi penderita phenylketonuria karena dapat
menyebabkan resiko penurunan fungsi otak (Robert dalam Usmiati dan Yuliani, 2004).


f. Sorbitol
Bahan pemanis ini secara komersial dibuat dari glukosa dengan hidrogenasi dalam tekanan
tinggi maupun reduksi elektrolit. Kandungan kalorinya 3,994 K dan hampir sama dengan dengan
kalori gula tebu yaitu 3,940 K namun 70% dari jumlah sorbitol yang masuk ke dalam tubuh akan
diubah menjadi CO
2
tanpa menunjukkan adanya kenaikan glukosa dalam darah sehingga sangat baik
untuk penderita diabetes

31

Perlu diketahui sesuai dengan keputusan Badan POM tahun 2004 pasal 22, bahwa pemanis
buatan digunakan untuk makanan rendah kalori dan makanan tanpa penambahan gula, selain itu juga
pemanis buatan ini, sebenarnya hanya diperuntukan bagi penderita diabetes mellitus namun ternyata
penggunaan pemanis buatan tersebut digunakan pada industri makanan oleh pelaku usaha yang
bertujuan untuk mengefisiensikan biaya produksi (Dharma, 2007).
Secara umum jenis pemanis buatan, kadar yang diijinkan dan efek samping penggunaanya
disajikan pada tabel di bawah ini

32

Pemanis Buatan dan Batas Penggunaan yang Diijinkan Di Indonesia
Jenis Bahan
Pemanis
Jumlah Kalori
(kKal/g)
Tingkat
Kemanisan
ADI
(mg/Kg BB)
Sifat
Alitam 1,4 2000 0.34 Penggunaannya bersama
pemanis lain bersifat sinergis
Dapat dicerna oleh enzim
pencernaan dan diserap usus
Acesulfame-K 0 200 15 Relatif lebih stabil
dibandingkan jenis pemanis
lainnya
Tidak dapat dicerna, bersifat
non glikemik dan non
karsinogenik
Aspartam 0.4 180 50 Stabil pada kondisi kering,
namun tidak tahan panas
Berbahaya bagi penderita
fenilketonuria karena dapat
menyebabkan resiko
penurunan fungsi otak
Dapat menimbulkan
gangguan tidur dan migrain
bagi yang sensitive
Neotam 0 7000 0-2 Terurai secara cepat dan
dibuang sempurna tanpa
akumulasi oleh tubuh melalui
metabolisme normal
Sakarin 0 300 5 Timbul reaksi dermatologis
bagi anak-anak yang alergi
terhadap sulfat
Sumber : Cahyadi (2008)
Khusus mengenai Amaranth, pertengahan bulan Februari 1976, FDA menetapkan melarang
penggunaan Amaranth untuk makanan atau minuman. Beberapa negara maju lain yang tercatat
membolehkan penggunaan Amaranth dalam makanan/minuman adalah Austria, Norwegia, Swedia,
Swiss, Australia, Kanada, Finlandia, Jepang dan Afrika Selatan.Tetapi, di Finlandia zat warna ini
diusulkan untuk ditarik dari daftar zat warna yang diizinkan untuk makanan/ minuman, demikian
pula halnya di Swedia. Patut pula dikemukakan bahwa Health Protection Branch of Canada
33

mengkritik FDA karena tindakannya melarang penggunaan Amaranth. Walaupun demikian,
penggunaan Amaranth di Kanada dibatasi sampai 300 ppm (bagian per sejuta).
Di Indonesia, pemanis sintetis yang tidak diijinkan karena milik efek negatif pada kesehatan
manusia menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1168/Menkes/PER/X/1999, adalah Dulsin,
belum ada peninjauan ulang terhadap toksisitas Amaranth. Selanjutnya dosis pemakaian pada bahan
makan diatur oleh pemerintah dalam SNI 01-0222-1995. Di negara-negara yang telah maju, suatu
zat pewarna sintetik harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai zat
pewarna makanan. Zat pewarna yang diijinkan penggunaannya dalam makanan dikenal sebagai
permitted color atau certified color. Untuk penggunaannya zat warna tersebut harus menjalani tes
dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi.

3.7 Zat pewarna sintetik
Dibuat dari bahan-bahan kimia.Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik
memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan
lebih tahan lama. Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun
belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan
minuman.
Cahyadi (2008) menyatakan bahwa di Negara maju suatu zat pewarna buatan harus melalui
berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang
dijinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai permitted color dan certified color. Zat
warna yang digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya yang disebut proses
sertifikasi. Proses ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksilogi, dan analisis media terhadap zat
warna.
Di Indonesia peratutan mengenai penggunaan zat pewarna yang diijinkan dan dilarang untuk
pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan
tambahan pangan. Bahan bahan pewarna yang di Ijinkan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini
.Bahan Pewarna Sintetis Yang Diijinkan di Indonesia
Pewarna
Nomor Indeks
Warna (C.L.No)
Batas Maksimum
Penggunaan
Amaran Amaranth; Cl Food Red 9 16185 Secukupnya
Biru Berlian Brilliant blue FCF 42090 Secukupnya
Eritrosin Food Red 2
Erithrosin : Cl
45430 Secukupnya
Hijau FCF Food Red 14 Fast
green FCF: Cl
42053 Secukupnya
34

Hijau S Food Green 3
Green S : Cl.Food
44090 Secukupnya
Indigotin Green 4
Indigotin : Cl.Food
73015 Secukupnya
Ponceau 4R Blue I
Ponceau 4R:Cl
16255 Secukupnya
Kuning Food red 7 74005 Secukupnya
Kuinelin Quinelline Yellow
Cl.Food yellow 13
15980 Secukupnya
Kuning FCF Sunset yellow FCF
Cl.Food Yellow 3
- Secukupnya
Riboflavina Riboflavina 19140 Secukupnya
Tartrazine Tartrazine Secukupnya
Sumber : Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

Beberapa pedagang karena ketidaktahuan maupun kesengajaan karena alasan menekan biaya
produksi banyak menggunakan beberapa bahan pewarna yang dilarang digunakan untuk pangan
seperti rhodamin B, dan methanyl yellow yang sangat berbahaya bagi kesehatan misalnya iritasi pada
saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati
(Aida, 2010). Berbagai bahan pewarna sintetis yang dilarang digunakan di Indonesia disajikan pada
Tabeldi bawah ini
. Bahan Pewarna Sintetis Yang DiLarang di Indonesia
Bahan Pewarna Nomor Indeks
35

Warna (C.L. No)
Citrus red no2 12156
Ponceau 3 R (Red G) 16155
Ponceau SX (Food Red No.1) 14700
Rhodamine B (Food Red No.5) 45170
Guinea Green B (Food Red No.3) 42085
Magenta (Basic Violet no 14) 42510
Chrysoidine (Basic Orange no 2) 11270
Butter Yellow (Solvent yellow No.2) 11020
Sudan I (Food Yellow No.2) 12055
Methanil Yellow (Food Yellow No.14) 13065
Auramine (Ext.D&C Yellow No.1) 41000
Oil Oranges SS (Basic Yellow No.2) 12100
Oil Oranges XO (Solvent oranges No.7) 12140
Oil Yellow AB (Solvent Oranges No.5) 11380
Oil Yellow OB (Solvent Oranges N0.6) 11390
Sumber : Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Selain dari sisi kesehatan, pertimbangan menggunakan suatu jenis pewarna sintetik adalah
status kehalalannya Jenis pewarna yang harus diwaspadai potensi keharamannya adalah pewarna
annato yang larut air, sebab perwarna tersebut menggunakan emulsifier yang dapat berasal dari
turunan lemak baik nabati maupun hewani. Beberapa pewarna lain juga menggunakan bahan salut
untuk kestabilan penyimpanan. penyalut yang perlu diwaspadai adalah gelatin yang berasal dari kulit
dan tulang hewan. Contoh pewarna yang disetujui pengunaannya oleh badan POM adalah E120
(Carmine, Chocineal).

3.7 Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavour,flavour enchancer)
Dewasa ini hampir seluruh lapisan masyarakat mengenal penyedap makanan. Penyedap-
penyedap makanan ini selalu memenuhi rak-rak supermarket, dan tak jarang pula hadir di iklan-iklan
televisi. Salah satu bahan penyedap rasa yang kerap dikonsumsi masayarakat adalah monosodium
glutamate (MSG) atau biasa disebut micin atau vetsin. Pada label bahan baku biasanya ditulis dengan
kode E seperti di bawah ini
Kode E Nama bahan Efek/Akibat
E 620
E 621-625

Asam glutamat
Dan turunannya

Bisa menimbulkan China-Restaurant-
Syndrom (Sakit kepala, kaku
belakang leher), Pada hewan
36

percobaan mengganggu
Fertilitas/kesuburan dan kurang bisa
berkonsentrasi.
E 627-628,
E 631/632

Guanylate Pada hewan percobaan tidak
berbahaya, pada manusia memacu
pembentukan Asam urat (Gicht)

Menurut Ogiwara (2000) pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang professor Universitas
Tokyo, menemukan kunci kelezatan makanan pada kandungan asam glumat. Penemuan ini
melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya yaitu manis, asam, pahit, dan asin.Sejak itu, Jepang
memproduksi asam glumat melalui ekstraksi dari bahan alamiah. Tetapi karena permintaan pasar
terus melonjak, pada tahun 1956 ditemukan cara produksi L-glutamic acid melalui fermentasi. Dan
sekarang monosodium glutamate dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet atau
gula tebu. Monosodium glutamate sendiri sebenarnya tidak memiliki rasa. Tetapi bila ditambahkan
kedalam makanan, akan terbentuk asam glutamate bebas yang ditangkap reseptor khusus di otak
yang memberikan sinyal bahwa makanan tersebut menjadi lebih lezat dan gurih.

Pada dasarnya Monosodium glutamate adalah garam natrium (sodium) dari asam glutamat
(salah satu asam amino non-esensial penyusun protein) yang secara alami terdapat pada semua bahan
makanan yang mengandung protein. Misalnya saja keju, susu, daging, ikan dan sayuran. Sebenarnya
glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan
fungsi otak. Glutamat dibuat dalam badan manusia dan memainkan peran esensial dalam
metabolisme. Hampir dua kilogram glutamat terdapat secara alami dalam otak, ginjal, hati dan di
lain-lain bagian badan dan jaringan badan. Di samping itu glutamat terdapat dalam jumlah besar di
air susu ibu yaitu 21.6 (Mg/100 Gram), dalam tingkatan sekitar sepuluh kali yang terdapat dalam
susu sapi yang hanya 1.9 (Mg/100 Gram).
37

Setiap orang rata-rata memerlukan 11 gr glutamate setiap hari yang didapat dari sumber
protein alami. Akan tetapi MSG akan membahayakan kesehatan apalagi jika MSG digunakan secara
berlebihan. Mengkonsumsi 12 gram MSG per hari yang dapat menimbulkan gangguan lambung,
gangguan tidur dan mual-mual. Bahkan beberapa orang ada yang mengalami reaksi alergi berupa
gatal, mual dan panas. Tidak hanya itu saja MSG juga dapat memicu hipertensi, asma, kanker serta
diabetes, kelumpuhan serta penurunan kecerdasan
Selain itu MSG disinyalir bersifat mutagenic (penyebab kelainan genetic) dan karsinogenik
(penyebab kanker) jika MSG tersebut terpecah menjadi 2 zat yang berbeda dari induknya, yaitu
glutanic pyrlosied 2 (Amino-methyl dipyrido imidazol) dan Glutanic pyrlosied 2 (Amino dipyrido
imidazole). Dan MSG ini akan terpecah menjadi 2 zat yang berbeda jika mengalami pemanasan,
seperti digoreng dengan minyak, cara deep friend atau alat pressure cooker.
Akibat lajunya pertumbuhan perusahaan makanan dan minuman di Indonesia ternyata telah
mendorong pola makan masyarakat yang semakin marak. Pada mulanya, makan Cuma asal kenyang,
kini pandangan itu telah berubah menjadi makan harus bergizi dan mampu mengubah selera. Kondisi
ini tidak dilewatkan oleh produsen makanan dan minuman untuk meraup untung yang berlebihan,
tanpa mengabaikan etika bisnis. Tak heran jika dengan kecanggihan teknik pengolahan pangan,
pengemasan dan penyimpanan yang menarik dapat disajikan makanan dan minuman yang mampu
mengubah selera konsumen. Perubahan ini tidak terlepas dari peranan penggunaan bahan tambahan
makanan atau food additive yang telah digolongkan di atas. Karena adanya sebagian pemahaman
masyarakat tentang hal tersebut, maka tidak sedikit produsen memakai trik jitu menuliskan no MSG
pada label mereka, namun pada label ingredients tertera dengan Kode untuk penomeran bahan
penyedap makanan. Seperti gambar di bawah ini

38


BAB IV
KODEFIKASI SIMBOL ANGKA PADA KEMASAN PLASTIK

Selain label nutrisi dan komposisi bahan baku pengetahuan tentang kodefikasi symbol angka
pada plastic juga perlu kita pahami. Tak Sedikit makanan dan minuman kita yang dijual dalam
kemasan plastik. Selain praktis, ringan dan higenis, kemasan platik juga dapat dibentuk semenarik
mungkin sehingga tak sedikit para konsumen merasa sayang membuangnya. Tak sedikit diantara kita
menggunakan kemasan plastik sebagai wadah ulang pakai tanpa menyadari bahayanya. Sebenarnya
bagaimana kita seharusnya menggunakan wadah plastic baik peralatan makan plastik maupun bekas
kemasan dapat kita kenali melalui kode yang ada pada plastik tersebut.
Kode untuk kemasan plastik secara internasional telah diatur karena tanda tersebut berkaitan
dengan jenis bahan serta cara dan dampak pemanfaatannya bagi manusia. Kode ini dikeluarkan
oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1988 di Amerika Serikat dan diadopsi pula oleh
lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization for
Standardization). Secara umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam segitiga
akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga.
4.1 Simbol PETE (polyethylene terephthalate)


Jenis plastik ini biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih dan transparan seperti botol
air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan
dengan kode 1 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Tidak dipakai untuk air hangat
apalagi panas karena melunak pada suhu 80C

4.2 Simbol HDPE (high density polyethylene)

39


Jenis plastic ini biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, buram (opaque),
permukaan berlilin (waxy), mudah diwarnai, diproses dan dibentuk, melunak pada suhu 75C.
Sama seperti PETE, kemaan dari plastic jenis ini direkomendasikan hanya untuk sekali
pemakaian.Botol lama yang terbuat dari jenis plastic ini akan terlihat kusam atau terlihat baret-
baret.
4.3 Simbol V atau PVC (polyvinyl chloride)


Jenis plastic ini adalah plastik yang paling sulit di daur ulang biasa digunakan untuk pipa
dan kontruksi bangunan. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan
botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat
bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk
ginjal, hati dan organ lainnya.

4.4 Simbol LDPE (low density polyethylene)


Jenis plastic ini biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek seperti
madu dan mustard. Barang yang terbuat dari plastic ini dapat di daur ulang dan baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat dan baik untuk tempat makanan.

4.5 Simbol PP (polypropylene)
40


Barang yang terbuat dari plastic jenis ini adalah pilihan terbaik karena memiliki daya
tahan yang baik terhadap bahan kimia, kuat, dan meiliki titik leleh yang tinggi sehingga baik
untuk yang berhubungan langsung dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristiknya adalah bening
dan tidak berawan. Disarankan untuk mencari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik

4.6 Simbol PS (Expanded Polystyrene)

PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai,
tempat CD, karton tempat telor, dll. Pemakaian bahan ini sangat dihindari untuk mengemas
makanan karena bahan styrine dapat masuk ke dalam makanan ketika makanan tersebut
bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf manusia. Bahan ini dibanyak
negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam
termasuk negara RRC
4.7 Simbol Other


Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti
botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke
dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik
Polycarbonate.
41


Memperhatikan kode-kode plastik tersebut sangat perlu dilakukan karena menurut Hasibuan
(2009) tak semua plastik tercipta dan terbuat dalam keadaan aman untuk segala penggunaan. Ada
plastik yang aman dan ada yang berbahaya. Karena plastik terbuat dari bahan kimia yang berbahaya
untuk tubuh, perlu diperhatikan apakah plastik wadah makanan yang digunakan sudah terdaftar oleh
badan resmi yang menyatakan aman untuk kesehatan.
Apa yang menyebabkan plastik sebagai benda berbahaya? Plastik terbuat dari bahan yang
disebut monomer dan plasticizer. Kedua bahan ini tidak baik untuk tubuh. Kontak antara plastik
dengan makanan yang dikemas (khususnya makanan cair atau semi basah) dapat mengakibatkan
perpindahan bahan-bahan kimia tadi ke dalam makanan, yang disebut migrasi. Salah satu penyakit
yang disebabkan oleh menumpuknya zat-zat tadi di tubuh adalah kanker.
Terdapat beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya migrasi, antara lain;
1. Panas.
Makin tinggi suhu, prosen migrasi makin cepat dan makin banyak (misalkan, seporsi bakso
panas yang disimpan dalam plastik).
2. Minyak.
Minyak termasuk bahan yang cepat melarutkan komponen-komponen plastik.
3. Waktu.
Makin lama kontak makanan dengan plastik, makin banyak komponen yang bermigrasi.
Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari menggunakan tempat dari bahan plastik untuk menaruh
makanan panas, apalagi berminyak, dalam microwave. Tak jarang kita lihat pedagang makanan
menggunakan plastik untuk membungkus makanan tersebut dalam keadaan panas, cara ini sangat
beresiko karena kantong plastik yang digunakan tidak jelas asal usulnya. Migrasi bahan berbahaya
dapat saja terjadi jika plastik tersebut bukan plastik berlabel food grade. Demi menjaga kesehatan
kita sebaiknya membawa sendiri wadah yang aman dari rumah jika akan membeli makanan panas,
berminyak, atau berkuah,
42

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Cruces, Las NM. 2007. How to Read a Nutrition Facts Label.New Mexico State Universitys
Cooperative Extension Service and the Diabetes Prevention and Control Program
Dharma, B. 2007. Jenis makanan anak-anak mengandung pemanis buatan berbahaya
Doherty, Peter. 2012. The Cause of Obesity. www.haverhill-kettlebells.com Diakses 27 September
2012
Hasibuan, Yusuf. 2009. Plastik Berbahaya Bagi Kesehatan. http://www.voa-islam.com. Diakses 18
september 2012.
Hirsch, J., Salans, L.B., & Aronne, L.J. 1995. Obesity dalam Principles and Practice of
Endocrinology and Metabolism Second Edition. J.B. Philadelphia : Lippincott Company.
Laksono,M.1998. Cerita di Balik Label Makanan. www.indomedia.com/intisari/1998/September .
Diakses 12 Februari 2011
Moniharapon, E. 1998. Analisis klaim iklan dan label pada produk pangan. Thesis Pasca Sarjana.
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Origawa, Yoko. 2000. The Discovery of Umami. http://chemse.oxfordjournals.org . Diakses pada 17
Januri 2011.
Ricart, W. & Real, J.M. F. 2001. No Decrase in Free IGF-I with Increasing Insulin in Obesity-
Related Insulin Resistance. Obesity Research, 9, 631-636.
Rukminita, Santi. 2007. Cermati Label Kemasan Produk yang Anda Beli. Yayasan Halalan
Thoyyiban Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
Suardi, Muslim. 2011. Pemanis Makanan. http://ffarmasi.unand.ac.id. Diakases 5 Oktober 2012
YLK. 2004. Peranan Yayasan Lembaga Konsumen Dalam Memberikan Perlindungan Kepada
Konsumen . Pena Wiyata. Jurdik&Hum. No 9 Tahun V. Jakarta.
Usmiati, S., dan Yuliani, S., 2004. Pemanis Alami dan Buatan untuk Kesehatan. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri 10.

Anda mungkin juga menyukai