Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAWASAN MUTU PANGAN

LABELLING

Areista
20142320080

Kelompok 9

Dosen :
Ir. Jonni Syah R. Purba, M.Kes
Ayu Rafiony, S.Gz, MPH
Septiana M. Deba Ginting, S.Gz
Rizky Ariyani, S.Gz

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
PRODI DIV JURUSAN GIZI
TAHUN AJARAN 2016/2017
A. Judul Praktek : Labelling Pada pada makanan dan minuman
kemasan.
B. Tujuan Praktek : Mahasiswa mampu melakukan pengamatan label
pada makanan dan minuman kemasan.
C. Praktek ke : VI (enam)
D. Hari dan Tanggal : Kamis, 16Maret 2017
E. Kelompok : VI (enam)
F. Tinjauan Literatur :

1. Pengertian Label
Label makanan adalah informasi identitas/ jati diri dari produk
yang menjadi hak milik perusahaan sebagai alat komunikasi tertulis pihak
produsen dengan pihak konsumen dalam melakukan pelayanan jaminan
persyaratan mutu produk dan kesehatan.
Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang
berbentuk gambar,tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada pangan, dimasukkanke dalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan pangan (PP no. 69 tahun 1999) Label adalah
identitas suatu produk. Tanpa label kita tidak dapat membedakan antara
produk satu dengan yang lainnya. Label adalah bagian yang sangat
penting dari suatu produk agar konsumen dapat memperoleh produk
sesuai yang diharapkan dan sehat serta aman dikonsumsi. Beberapa
Industri besar yang membutuhkan label untuk produkproduk mereka
adalah : Industri Makanan & Minuman, Permen dan Cokelat, Pharmacy,
Perawatan diri, Kosmetik/kecantikan, Mainan, Elektronik, Mobil dan Motor
(Oli), Bahan kimia (Chemical), Rumah Tangga dan Retail.
Khusus untuk Industri Makanan & Minuman, Karena penggunaan
label terbesar ada di sektor ini, label tersebut harus sesuai dengan
ketentuan UU/No.23/1992 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan.
Makanan harus memenuhi standar persyaratan kesehatan dan label; dan
periklanan tidak boleh memberikan informasi menyesatkan dari produk
tersebut. Peraturan tersebut juga berpedoman kepada CAC (Codex
Alimentarius Commission) dan FLG (Food Labelling Guide) yang memuat
ketentuan mengenai persyaratan Mutu, label dan periklanan. Label harus
memberikan informasi yang jelas, detail dan mudah dimengerti oleh
masyarakat umumnya atau konsumen khususnya.
Infomasi terdepan dari suatu produk pangan yang dinilai oleh
konsumen adalah semua informasi yang tercantum dalam label yang
terdapat pada kemasan pangan. Konsumen akan menentukan apakah
akan membeli produk tersebut atau tidak setelah meneliti informasi yang
termuat pada label. Akan tetapi kesadaran untuk membaca label
sebagaimana tertuang dalam Pesan Dasar Gizi Seimbang khususnya di
kalangan masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa
informasi verbal tentang produk atau penjualnya. Menurut Tjiptono label
merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi
mengenai produk dan penjual. Sebuah label biasa merupakan bagian dari
kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang
dicantelkan pada produk. Sedangkan Kotler menyatakan bahwa label
adalah tampilan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang
dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengankemasan. Label bisa
hanya mencantumkan merek atau informasi.
Di samping itu ada beberapa macam label secara spesifik yang
mempunyai pengertian berbeda antara lain:
a. Label produk (product label) adalah bagian dari pengemasan sebuah
produk yang mengandung informasi mengenai produk atau penjualan
produk.
b. Label merek (brand label) adalah nama merek yang diletakkan pada
pengemasan produk.
c. Label tingkat (grade label) mengidentifikasi mutu produk, label ini bisa
terdiri dari huruf, angka atau metode lainya untuk menunjukkan tingkat
kualitas dari produk itu sendiri.
d. Label diskriptif (descriptive label) mendaftar isi, menggambarkan
pemakaian dan mendaftar ciri-ciri produk yang lainya. Pemberian label
(labeling) merupakan elemen produk yang sangat penting yang patut
memperoleh perhatian seksama dengan tujuan untuk menarik para
konsumen.

2. Fungsi Label
Menurut Kotler, fungsi label adalah:

a. Label mingidentifikasi produk atau merek


b. Label menentukan kelas produk
c. Label menggambarkan beberapa hal mengenai produk (siapa
pembuatnya, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana
menggunakannya, dan bagaimana menggunakan secara aman)
d. Label mempromosikan produk lewat aneka gambar yang menarik.
Pemberian label dipengaruhi oleh penetapan, yaitu:
1) Harga unit (unit princing); menyatakan harga per unit dari
ukuran standar.
2) Tanggal kadaluarsa (open dating); menyatakan berapa lama
produk layak dikonsumsi.
3) Label keterangan gizi (nutritional labeling); menyatakan nilai
gizi dalam produk.

3. Tipe-tipe Label
Secara umum label label dapat didefinisikan atas beberapa
bagian, yaitu :
a. Brand label adalah label yang semata-mata sebagai brand.
Misalnya padakain atau tekstil, kita dapat mencari tulisan berbunyi:
sanforized,berkolin,tetoron, dan sebagainya. Nama-nama tersebut
digunakan olehsemua perusahaan yang memproduksinya. Selain
brand label ini, masingmasing perusahaan juga mencantumkan
merk yang dimilikinya pada tekstil yang diproduksi.
b. Grade label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas
tertentu darisuatu barang. Label ini dinyatakan dengan suatu
tulisan atau kata-kata.
c. Label Descriptif (Descriptive Label) adalah merupakan informasi
obyektif tentang penggunaaan, kontruksi, pemeliharaan
penampilan dan cirri-ciri lain dari produk.

4. Tujuan Pelabelan
a. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus
membuka kemasan.
b. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen
tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk
tersebut, terutama hal-hal yang kasat mata atau tak diketahui
secara fisik.
c. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh
fungsi produk yang optimum.
d. Sarana periklanan bagi produsen.
e. Memberi rasa aman bagi konsumen.
Mengingat label adalah alat penyampai informasi, sudah
selayaknyainformasi yang termuat pada label adalah sebenar-
benarnya dan tidak menyesatkan. Hanya saja, mengingat label juga
berfungsi sebagai iklan, disamping sudah menjadi sifat manusia untuk
mudah jatuh dalam kekhilafan dengan berbuat kecurangan baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja, maka perlu dibuat rambu-
rambu yang mengatur. Dengan adanya rambu-rambu ini diharapkan
fungsi label dalam memberi rasa aman pada konsumen
dapattercapai.

5. Pengaturan Pelabelan di Indonesia


Label memiliki kegunaan untuk memberikan infomasi yang
benar, jelas dan lengkap baik mengenai kuantitas, isi, kualitas maupun
hal-hal lain yang diperlukan mengenai barang yang diperdagangkan.
Dengan adanya label konsumen akan memperoleh informasi yang
benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas mengenai
barang / jasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum membeli
atau mengkonsumsi barang dan jasa.
Label bisa berupa gantungan sederhana yang ditempelkan
pada produk atau gambar yang direncanakan secara rumit dan
menjadi bagian kemasan. Labelbisa membawa nama merek saja, atau
sejumlah besar informasi. Bahkan jikapenjual memilih label sederhana,
hukum mensyaratkan lebih banyak.
Bagi konsumen, label mempunyai peranan yang sangat penting,
setidaknya ada tiga hal pokok yang mendasarinya yaitu:
a. Informasi yang dibutuhkan sebagai pertimbangan untuk membeli
atau tidak produk tertentu;
b. Dengan pengetahuan tersebut, konsumen dapat menentukan,
memilih satu produk atas produk sejenis lainnya;
c. Dengan informasi yang benar dan lengkap, konsumen juga dapat
terhindar dari kemungkinan gangguan keamanan dan keselamatan
konsumsinya, bila produksi bersangkutan tidak cocok untuk dirinya
atau mengandungsuatu zat yang membahayakan.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK) menetapkan tujuan untuk melindungi kepentingan
konsumen dari dampak buruk pemakaian barang dan/atau jasa.
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan
barang dan atau jasa yang:
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket
barang tersebut;
c. Tidak sesuai dengan ukuran takaran, timbagan, dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan atau jasa tersebut;
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan komposisi, proses
pengolahan, gaya, model atau penggunaan tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan atau jasa
tersebut;
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan iklan atau promosi penjualan barang dan atau jasa
tersebut;
g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara,
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang
memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,
komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,
nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;
j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
Larangan-larangan tersebut dimaksudkan untuk mengupayakan
agar barang dan/atau jasa yang beredar di masyarakat merupakan
produk yang layak edar, antara lain asal usul, kualitas sesuai dengan
informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan, dan lain
sebagainya.
Terkait dengan kehalalan suatu produk, UU No. 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen telah memberikan perlindungan bagi
umat muslim. Dalam pasal 8 ayat (1) huruf h uupk diatur bahwa
pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi
secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan
dalam label.
Pengaturan label halal halal diindonesia, memiliki dua hal yang
saling terkait, yaitu sertifikasi dan labelisasi. Sertifikasi halal adalah
fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu prosduk sesuai
syariat islam melalui pemeriksaan yang terperinci oleh LP POM MUI.
Sertifikasi halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin
pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi
pemerintah yang berwewenang ( Badan POM ).
Karena keterangan halal untuk suatu produk pangan sangat
penting bagi masyarakat indonesia yang mayoritas memeluk agama
islam,pemerintah mengatur mengenai label produk halal melalui uu no.
7 tahun 1996 tentang pangan (uu 7/1996) dan pp no. 69 tahun 1999
tentang label dan iklan pangan (pp 69/1999). Pasal 30 uu 7/1996
menyebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi atau
memasukkan ke dalam wilayah indonesia pangan yang dikemas untuk
diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau
di kemasan pangan. Dan label tersebut setidaknya harus
mencantumkan keterangan halal. Selanjutnya, lebih spesifik diatur
dalam pasal 10 PP 69/1999 mengenai kewajiban produsen produk
pangan untuk mencantumkan label halal pada makanan yang
dikemas.
Pencantuman label pada barang baru saja pengaturannya
dikeluarkan oleh Menteri Perdagangan dengan Peraturan Menteri
Perdagangan No.62/M-DAG/PER/12/2009 tentang Kewajiban
Pencantuman Label Pada Barang (Permendag No. 62/M-
DAG/PER/12/2009). Sedangkan pengaturan mengenai label pangan
diatur dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan (UU
Pangan). Bagi setiap orang yang memproduksi atau memasukan ke
dalam wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan,
wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan
pangan, yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih;
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan
pangan ke dalam wilayah indonesia;
e. Keterangan tentang halal;
f. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.
Pengaturan pelaksana dari UU Pangan yang mengatur lebih
lanjut dan terperinci mengenai pelabelan termuat di dalam Peraturan
Pemerintah No. 69Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (PP
Label dan Iklan Pangan). Dalam PP tersebut diatur mengenai
persyaratan label yang harus berisikan keterangan sekurang-
kurangnya:
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan
pangan ke wilayah Indonesia;
d. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.
Dalam pencantuman keterangan pada label, pencantuman
keterangan tersebut harus berbahasa Indonesia, selain itu keterangan
harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar
atau bentuk apapun lainnya.
Pengaturan pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan
bagi kesehatan dalam label menurut Pasal 6 ayat (1) PP Label dan
Iklan Pangan hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh fakta ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan dan mewajibkan agar label ditulis
dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab dan atau huruf
latin. Ketentuan ini berlaku mengikat tidak hanya terhadap pangan
yang diproduksi di dalam negeri, namun berlaku juga terhadap pangan
yang dimasukkan kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan.
Atas dasar pengaturan dalam UU Pangan dan PP Label dan Iklan
Pangan inilah Pemerintah membuat ketentuan mengatur mengenai
label yang mulai diberlakukan sejak tanggal 21 Juli 1999.

G. Bahan :
1. Gery Salut Malkist Coklat
2. Biskuat Coklat

H. Prosedur Kerja :
Amati label pada makanan dan minuman kemasan.

I. Hasil Praktikum
1. Produk Makanan Kemasan :
a. Nama produk : Gery Salut Malkist Coklat
b. Perusahaan yang memproduksi : PT Garudafood Putra Putri Jaya
c. Komposisi zat gizi :
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran Saji 28 gr
Jumlah Sajian per Kemasan 4
Energi Total 140 kkal
Energi dari Lemak 50 kkal
Jumlah per Sajian %AKG
Lemak Total 6g 10%
Lemak Jenuh 5g 25%
Kolesterol 0 mg 0
Protein 2g 3%
Karbohidrat Total 19 g 6%
Serat pangan 1g 3%
Gula 7g
Natrium 120 mg 5%
Kalsium 0%
Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal. Kebutuhan
anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah.

d. Kadaluarsa : 19 Desember 2017


e. Komponen pada kemasan :
Tepung Terigu, Gula, Lemak Reroti (Mengandung Antioksidan
BHA), Minyak Nabati, Coklat Bubuk, Pati Jagung, Susu Bubuk,
Dekstrosa Monohidrat, Krimer Nabati, Massa Kakao, Pati
Termodifikasi, Garam, Ekstrak Malt, Ragi, Penstabil Natrium Asam
Piro Fosfat, Pengemulsi Nabati, Pengembang (Amonium
Bikarbonat, Natrium Bikarbonat), Kalsium Karbonat, Premiks
Vitamin, Perisa Identik Alami Coklat.
f. Dokumentasi :
2. Produk Minuman Kemasan :
a. Nama produk : Biskuat Coklat
b. Perusahaan yang memproduksi : PT. Mega Global Food Industry
c. Komposisi zat gizi :
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran Saji 10 g
Jumlah Sajian per Kemasan 7
Energi Total 45 kkal
Energi dari Lemak 15 kkall
Jumlah Per Sajian %AKG
Lemak Total 2g 3%
Lemak Jenuh 1g 5%
Protein 1%
Vitamin A 15%
Vitamin B1 8%
Vitamin B2 25%
Vitamin B3 (Niasin) 10%
Vitamin B6 6%
Vitamin B12 6%
Vitamin D 8%
Vitamin E 4%
Asam Folat 6%
Karbohidrat Total 7g 2%
Gula 2g
Natrium 45 mg 2%
Kalsium 6%
Selenium 6%
Zat Besi 4%
Iodium 8%
Seng 8%
Magnesium 2%
Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal. Kebutuhan anda
mungkin lebih tinggi atau lebih rendah.
d. Kadaluarsa : 15 Desember 2017
e. Komponen pada kemasan :
Tepung Terigu (53%), Gula, Minyak Nabati (Mengandung
Antioksidan TBHQ), Bubuk Coklat, Sirup Glukosa, Vitamin Dan
Mineral, Pengembang (Natrium Dan Amonium Bikarbonat), Garam,
Pati Jagung, Susu Bubuk (0,5%), Pati Tapioka, Pengemulsi
(Natrium Asam Pirofosfat), Persia Artifisial (Vanila).
f. Dokumentasi :

J. Pembahasan :
Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang
membahayakan kesehatan konsumen, pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan keamanan pangan. Salah satunya adalah peraturan mengenai
kewajiban pendaftaran produk pangan olahan seperti yang tercantum
dalam PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Institusi
pemerintah yang bertanggungjawab terhadap peredaran produk pangan
olahan di seluruh Indonesia adalah Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (Badan POM) RI. Semua produk makanan dan minuman yang
akan dijual di wilayah Indonesia, baik produksi lokal maupun impor, harus
didaftarkan dan mendapatkan nomor pendaftaran dari Badan POM,
sebelum boleh diedarkan ke pasar. Peraturan ini berlaku bagi semua
produk pangan yang dikemas dan menggunakan label sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi Badan POM, nomor
pendaftaran ini berguna untuk mengawasi produk-produk yang beredar di
pasar, sehingga apabila terjadi suatu kasus akan mudah ditelusuri siapa
produsennya.
Pada praktikum kali saya melakukan praktikum pengamatan label
pada makanan Gery Salut Malkist Coklat dan Biskuat Coklat. Pada
praktikum kali ini yang dicari adalah nama produk, perusahaan yang
memproduksi, komposisi zat gizi, kadaluarsa, dan semua komponen yang
ada pada kemasan.
Dari hasil pengamatan yang saya lakukan didapatkan bahwa pada
produk pertama yaitu produk Gery Salut Malkist Coklat dengan nomor
pendaftaran BPOM RI MD 235513036016 sudah memenuhi syarat-syarat
dalam pelabelan yaitu terdapat nama produk, perusahaan yang
memproduksi, komposisi zat gizi, kadaluarsa, dan komposisi produk.
Kemudian pada produk kedua yaitu produk Biskuat Coklat dengan nomor
pendaftaran BPOM RI MD 235610022016 juga sudah memenuhi syarat-
syarat dalam pelabelan karena telah terdapat nama produk, perusahaan
yang memproduksi, komposisi zat gizi, kadaluarsa, dan komposisi produk.

K. Kesimpulan :
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk makanan
dan minuman kemasan yaitu pada produk Gary Salut Malkist Coklat dan
Biskuat Coklat sudah memenuhi syarat dalam pelabelan.
L. Daftar Pustaka :
- Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu.
http://dinkesoku.com/panduan-mengurus-ijin-dinas-kesehatan-pangan-
industri-rumah-tangga.html (Diakses pada tanggal 25 September 2015)
- Sasjen. Label Makanan. https://sasjend.wordpress.com/tag/label-
makanan/ (Diakses padatanggal 25 September 2015)
- Angipora, Marinus, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 192
- Philip Kotler, Manajemen Pemasaran,( Jakarta: Prenhallindo, 2000)
Edisi 2, h. 477
- Philip Kotler, Manajemen Pemasaran,( Jakarta: Prenhallindo, 2000),
Jilid 2 h. 478
- Angipora, marinus, Loc cit.
- Philip Kotler manajemen pemasaran, ( Jakarta; Erlangga, 2008 ) h.29
- Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.cit, h. 112
- http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/cl3808/node/lt4a0a533e3
1979/bagaimana-pengaturan-sertifikasi-halal-bagi-produk-makanan

Anda mungkin juga menyukai