Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ananda Zahwa D

NIM : 2021340013
UTS BTP

Lengkapi Tabel Berikut

Istilah Kepanjangan Definisi


ADI Acceptable Daily Intake Ukuran maksimal untuk menambah
penggunaan BTP. Batasan berapa banyak
konsumsi BTP (Bahan Tambahan Pangan)
yang dapat diterima dan dicerna setiap hari
sepanjang hayat tanpa mengalami resiko
kesehatan.
CPPB Cara Produksi Pangan yang Sebuah pedoman atau standar praktik yang
Baik dirancang untuk memastikan bahwa
produksi makanan dilakukan dengan cara
yang aman, higienis, dan mematuhi standar
kualitas yang ditetapkan. Tujuan dari CPPB
adalah untuk melindungi kesehatan
konsumen dan memastikan bahwa makanan
yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.
GRAS Generally recognized as safe Status yang diberikan kepada bahan
tambahan makanan atau zat yang telah
diakui secara umum sebagai aman untuk
dikonsumsi oleh manusia. Status GRAS
berarti bahwa bahan tersebut dianggap aman
dan tidak memerlukan persetujuan khusus
dari badan pengatur makanan atau otoritas
kesehatan sebelum digunakan dalam
makanan.
INS International Numbering Sistem penomoran internasional yang
System digunakan untuk mengidentifikasi bahan
tambahan makanan. Sistem penomoran ini
memungkinkan produsen makanan, badan
pengatur makanan, dan konsumen untuk
mengidentifikasi bahan tambahan makanan
dengan nomor yang khas, sehingga
mempermudah pelabelan dan pemantauan
penggunaan bahan tambahan makanan
dalam produk makanan.
1. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, seperti mengawetkan pangan, memberikan
warna, meningkatkan kualitas pangan, dan lain-lain. BTP harus memenuhi persyaratan
sesuai peraturan yang berlaku, dan penggunaannya harus sesuai dengan jenis pangan
yang diproduksi. CPPB (Cara Produksi Pangan yang Baik) atau Good Manufacturing
Practice (GMP) adalah pedoman untuk memproduksi pangan yang aman dan
bermutu. CPPB juga mencakup persyaratan untuk penggunaan BTP, seperti batas
maksimal penggunaan dan jenis BTP yang diizinkan. Peran BTP dalam sistem pangan
adalah untuk meningkatkan kualitas dan keamanan pangan, serta memberikan nilai
tambah pada produk pangan. Namun, penggunaan BTP yang tidak sesuai atau berlebihan
dapat membahayakan kesehatan konsumen. Oleh karena itu, penggunaan BTP harus
dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2. Peraturan memainkan peran penting dalam memastikan keamanan pangan dan mencegah
penyakit bawaan makanan. Berikut hubungan antara peraturan dan masalah keamanan
pangan:
- Peraturan memberikan pedoman dan standar untuk produksi, pengolahan, dan distribusi
pangan. Pedoman ini memastikan bahwa produk makanan aman dan layak untuk
dikonsumsi. Misalnya, pemerintah Indonesia telah menetapkan peraturan untuk
keamanan pangan, seperti pedoman “Cara Produksi Pangan yang Baik” (CPPB) atau
Good Manufacturing Practice (GMP).

- Peraturan juga memberikan kerangka kerja untuk memantau dan menegakkan standar
keamanan pangan. Kerangka kerja ini mencakup proses inspeksi, pengujian, dan
sertifikasi untuk memastikan bahwa produk makanan memenuhi standar yang
disyaratkan. Misalnya, pemerintah Indonesia telah membentuk Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nasional (BPOM) untuk mengatur dan memantau keamanan pangan di
negara tersebut.

- Kegagalan untuk mematuhi peraturan dapat mengakibatkan masalah keamanan pangan


dan penyakit bawaan makanan. Misalnya saja di Indonesia, rendahnya kesadaran dan
kepatuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap peraturan keamanan
pangan telah mengakibatkan permasalahan keamanan pangan. Selain itu, kurangnya
penerapan dan penegakan peraturan keamanan pangan yang tepat juga dapat
menyebabkan masalah keamanan pangan.

- Regulasi juga berperan dalam melindungi hak dan kepentingan konsumen. Misalnya,
pemerintah Indonesia telah menetapkan peraturan untuk melindungi konsumen dari
produk makanan yang tidak aman dan terkontaminasi. Peraturan tersebut antara lain UU
Perlindungan Konsumen dan UU Pangan yang melarang peredaran produk pangan yang
terkontaminasi dan kadaluwarsa.
3. Pengaruh pH, suhu, kelarutan, dan legislasi terhadap pemberian suatu BTP pewarna ke
dalam produk dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. pH: Pewarna yang digunakan harus sesuai dengan pH produk pangan yang
dihasilkan. Beberapa pewarna hanya stabil pada pH tertentu, sehingga perlu dipilih
pewarna yang sesuai dengan pH produk pangan yang dihasilkan.

B. Suhu: Pewarna yang digunakan harus sesuai dengan suhu produk pangan yang
dihasilkan. Beberapa pewarna hanya stabil pada suhu tertentu, sehingga perlu dipilih
pewarna yang sesuai dengan suhu produk pangan yang dihasilkan.

C. Kelarutan: Kelarutan pewarna dalam produk pangan juga perlu diperhatikan. Pewarna
yang tidak larut dalam produk pangan dapat menghasilkan produk yang tidak merata
dan tidak menarik.

D. Legislasi: Penggunaan BTP pewarna dalam produk pangan diatur oleh peraturan yang
berlaku. Produsen harus memastikan bahwa pewarna yang digunakan sesuai dengan
jenis pangan yang diproduksi dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
peraturan tersebut. Beberapa pewarna dilarang digunakan karena berbahaya bagi
kesehatan manusia.

Dalam penggunaan BTP pewarna dalam produk pangan, produsen harus memperhatikan
faktor-faktor di atas agar produk yang dihasilkan aman dan bermutu serta memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai