Anda di halaman 1dari 7

Komplikasi Pasca Bedah Pre Prostetik, Ortodontik dan Konservatif

A. Pengertian Komplikasi Pre-Prostetik, Ortodontik dan Konservatif


1. Pengertian Bedah preprostetik
Bedah Preprostetik adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mengeliminasilesi atau
abnormalitas tertentu dari jaringan keras dan lunak dari rahang, sehingga peletakan piranti
prostetik dapat berhasil. (Bedrossian, 2007).
Preprosthetic operasi biasanya melibatkan mempersiapkan rongga mulut untuk
penempatan prosthetics dilepas (gigi tiruan penuh atau sebagian dilepas). Sering kali rencana
perawatan pasien melibatkan gigi tiruan lepasan sebagai restorasi sementara atau akhir.
Tergantung pada keadaan lisan pasien yang mendukung struktur, tulang dan jaringan gusi,
mungkin memerlukan prosedur bedah terlebih dahulu untuk memberikan fungsi, dan
kenyamanan yang dapat diterima gigi tiruan. (Oyama, 2009). Macam-macam bedah preprostetik
diantaranya:
a. Alveolektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang radikal untuk mengambil prosessus
alveolaris sehingga bisa dilakukan aposisi mukosa untuk mempersiapkan lingir sebelum
dilakukan terapi radiasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kontur yang tidak diinginkan,
pegunungan, maupun tajam untuk memberikan landasan yang lebih halus yang nyaman untuk
gigi tiruan sebuah. (Pedersen, 1997)
b. Gingivoplasty sama. Mereka dilakukan untuk menghapus atau membentuk kembali jaringan gusi
untuk memberikan permukaan yang lebih dapat diterima untuk gigi tiruan removable. Kadang-
kadang jaringan lunak kelebihan atau berlebihan memerlukan penghapusan (Fortin, 2000).
c. Torus removal adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
menghilangkan satu atau lebih tonjolan ekstra tulang baik pada rahang atas maupun rahang
bawah. Meskipun segmen seperti tulang tambahan tidak berbahaya, kehadiran tulang ini dapat
menjadikan masalah bagi pasien yang memerlukan beberapa jenis protesa gigi, seperti gigi tiruan
lengkap ataupun sebagian. (Neville, et all., 2002)
d. Frenektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan jaringan fibrosa
(frenulum). Pembedahan jaringan lunak ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan
kestabilan protesa. (Pedersen, 1997)
e. Vestibuloplasty suatu tindakan memperdalam sulkus vestibulum. Prosedur memperdalam sulkus
untuk rahang atas atau bawah biasanya dibutuhkan oleh sulkus yang sangat rendah sehinggga
protesa tidak stabil.
f. Implan merupakan prosedur tindakan bedah yang bertujuan untuk pemasangan akar gigi buatan
yang nantinya digunakan untuk menyagga gigi tiruan.

2. Pengertian Bedah Orthognatik
Bedah ortognatik adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk meluruskan atau
membentuk rahang sehingga diperoleh bentuk rahang yang selaras atau normal dengan
melakukan koreksi atau perbaikan pada kelainan kecil atau besar pada tulang skeletal rahang
yang menyebabkan terjadinya malaoklusi, dengan keuntungan akan memperbaiki fungsi kunyah,
fungsi bicara dan bernafas. (http://coenpramonoprof.com/pages/bedah-ortognatik-orthognathic-
surgery.html)
Macam-macam bedah orthognatik:
a. Prosedur maksila
Prosedur koreksi rahang atas meliputi mobilisasi dan reposisi seluruh rahang atas
(prosesus alveolaris beserta palatum) atau satu segmen dari prosesus alveolaris. (Pedersen,
1997), Prosedur yang paling sering dilakukan adalah:
- Osteotomi maksila total dan Osteotomi Le Fort 1
Tindakan pembedahan ini bertujuan untuk mengoreksi deformitas gigitan terbuka anterior.
Keberhasilan penutupan deformitas gigitan terbuka anterior yang stabil tergantung pada
persiapan yang baik dan perawatan ortodonti lanjutan. Prosedur ini dapat dilakukan pada kasus-
kasus: hiperplasi/hipoplasi maksila, dan protusi/retrusi maksila.
b. Prosedur Mandibula
Prosedur koreksi rahang bawah meliputi reposisi seluruh atau sebagian rahang bawah.
Prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah:
- Osteotomi ramus vertical adalah pemotongan dari seluruh ketebalan ramus pada bidang medio-
lateral (koronal) dari sigmoid notch sampai ke region angulus mandibula. Osteotomi
memungkinkan dilakukannya perbaikan posisi dari seluruh bagian anterior mandibula (distal)
dan kumpulan neurovascular
- Osteotomi ramus sagital mandibula adalah pemotongan dari ramus pada bidang antero-posterior
yang memisahkan korteks dan memungkinkan dilakukannya perbaikan posisi dari kumpulan
neurovascular alveolaris inferior, korteks medial ramus dan pars alveolaris mandibula bagian
distal sebagai satu kesatuan
- Osteotomi mandibula total adalah prosedur pembedahan dengan menggerakkan pars alveolaris
bagian anterior dan alveolaris mandibula sehingga dapat diperbaiki posisinya
3. Pengertian Bedah Konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara untuk
melakukan perbaikan terhadap bagian gigi yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan,
daripada melakukan amputasi.
B. Macam-Macam komplikasi Pasca Bedah Pre-Prostetik, Ortognati dan Konservatif
Pembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh karena dapat menimbulkan
efek samping/komplikasi yang tidak diinginkan, misalkan perdarahan, edema, trismus, dry soket
dan masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia
lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu ia
harus menyesuaikan tekniknya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang
mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap-tiap gigi (Cannizzaro, 2007).
Seperti operasi lainnya, ada beberapa komplikasi seperti perdarahan, pembengkakan,
infeksi mual dan muntah (Alessandro, 2006). Secara umum, komplikasi dari tindakan pembedahan
preprostetik, orthodonttik dan konservatif ini terjadi, namun tidak sering (Eckert, 2006).
Jika operasi yang melibatkan rahang atas, maka operasi bisa berpengaruh pada bentuk
hidung pasien. Hal ini dapat diminimalkan dengan perencanaan yang matang dan eksekusi akurat
dari rencana bedah. Kadang-kadang, ini dianggap bagian dari manfaat tersebut (Panula, 2001).
Seperti halnya prosedur operasi, efek samping tertentu dan komplikasi yang mungkin
terjadi sebagai berikut:
a. Perdarahan dapat terjadi selama atau setelah operasi. perdarahan reaksioner terjadi dalam 24
jam pertama setelah operasi, dan perdarahan sekunder terjadi 5 sampai 7 hari setelah operasi dan
biasanya merupakan akibat dari infeksi. Jika perdarahan yang berlebihan selama operasi, transfusi
mungkin diperlukan. Bisa mengalami reaksi terhadap obat yang diberikan dikenal sebagai
angioedema. Angioedema adalah cepat pembengkakan jaringan dan dapat menyebabkan reaksi
anafilaksis atau penyumbatan saluran napas yang mengancam jiwa jika pembengkakan telah
terjadi di tenggorokan (Hassan, 2002).
b. Hematom adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena
dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam
jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan
hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan yang
signifikan
c. Pembengkakan merupakan reaksi normal untuk setiap prosedur operasi, dan jumlahnya bervariasi
dengan individu dan prosedur. Pembengkakan kemungkinan akan meningkat kira-kira 24 sampai 72
jam setelah operasi.
d. Neuralgia.
Serangan Trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit.
Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain
merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik. Trigeminal
neuralgia biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga menyebar dengan pola yang
lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dlm waktu bersamaan.
Ada kemungkinan terjadi kompresi vaskuler sebagai dasar penyebab umum dari
sindroma saraf kranial ini. Kompresi pembuluh darah yang berdenyut, baik dari arteri maupun
vena, adalah penyebab utamanya. Letak kompresi berhubungan dengan gejala klinis yang timbul.
Misalnya, kompresi pada bagian rostral dari nervus trigeminus akan mengakibatkan neuralgia
pada cabang oftalmicus dari nervus trigeminus, dan seterusnya. Menurut Calvin, sekitar 90%
dari neuralgia Trigeminal penyebabnya adalah adanya arteri salah tempat yang melingkari
serabut saraf ini pada usia lanjut. Pembuluh darah yang menekan tidak harus berdiameter besar.
Walaupun hanya kecil, misalnya dengan diameter 50-100 um saja, sudah bisa menimbulkan
neuralgia, hemifacial spasm, tinnitus, ataupun vertigo.
e. Infeksi merupakan risiko potensial setiap prosedur operasi, dan jika infeksi terjadi, biasanya
diobati dengan antibiotik. Infeksi yang dihasilkan disebut sinusitis yang tidak merespon dengan
baik terhadap antibiotik dan mungkin memerlukan operasi tambahan untuk mengeringkan
sinus. Sinusitus berpotensi dapat mengakibatkan berbagai komplikasi, beberapa di antaranya
mematikan dan memerlukan operasi segera. sinusitus komplikasi termasuk abses otak, meningitis,
abses orbit, orbital selulitis, abses epidural, empiema subdural, trombosis sinus gua, dan
osteomyeltis semua yang diketahui telah terjadi setelah pencabutan gigi bungsu dan diuraikan
secara lebih rinci di bawah ini. Selain itu, sinusitus dapat menyebabkan polip hidung dan
mucoceles. (Barak, 2005)
f. Perubahan posisi rahang baru atau yang tidak diperkirakan pergeseran struktur rahang adalah
orthognathic operasi berikut biasa, namun dapat terjadi. Jika tidak, perawatan lebih lanjut
mungkin diperlukan. (Barak, 2005)
Persistent gerakan rahang atau fungsi mengunyah atau wicara bisa terjadi setelah pembedahan
orthognathic latihan rahang khusus biasanya dapat membantu untuk memperbaiki kondisi ini.
(Barak, 2005)
g. Nyeri TMJ atau abnormal fungsi yang terjadi dalam contoh yang jarang setelah operasi
orthognathic. Pembedahan dapat memperburuk yang sudah ada masalah sendi rahang. Jika kondisi
ini terus berlangsung, perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan. (Barak, 2005)
h. Fracture mandibula, Rahang bawah bisa patah selama atau setelah mencabut gigi kebijaksanaan
yang lebih rendah. Hal ini dikenal sebagai fraktur mandibula. Penting untuk dicatat bahwa fraktur
mandibula dapat terjadi selama operasi (fraktur mandibula langsung) atau kadang-kadang dapat
terjadi setelah pembedahan (fraktur mandibula alm) yang biasanya dalam 4 minggu
pertama (Barak, 2005) .Fraktur juga bisa mengenai akar gigi, gigi tetangga, atau gigi antagonis,
restorasi dan prosesus alveolaris. Semua fraktur yang dapat dihindarkan mempunyai etiologi yang
sama; yaitu tekanan yang berlebihan atau tidak terkontrol atau keduanya. Hematoma adalah
koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena dinding
pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-
jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu
titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan
(Pedersen, 1996).

C. Penanganan komplikasi pre-prostetik, ortodontik dan konservatif
a. Perdarahan
Komplikasi ini adalah yang paling sering terjadi dengan insidensi sebesar 1% sampai 2%.
Umumnya perdarahan berhenti secara spontan dalam beberapa hari. Dapat pula terjadi
perdarahan berat yang membutuhkan transfusi, dengan insidens sebesar kurang dari 1%.
Perdarahan ditangani dengan cara yang sama dengan penanganan epistaksis. Bila setelah
beberapa lama perdarahan belum berhenti, sumber perdarahan harus dicari. Tampon yang ada
harus dikeluarkan dari hidung dan klot darah diisap, lalu diberikan nasal dekongestan topikal
dengan menggunakan kapas.
b. Nyeri
Nyeri pasca bedah bersifat individual, tindakan yang sama pada seorang pasien akan
berbeda efeknya pada pasien lain.keluhannyeri akan dirasakan berbeda tergantung beberapa
faktor antara lain :
1. tempat pembedahan ( yang ternyeri adalah pembedahan torakotomi )
2. jenis kelamin
3. umur, ambang rangsang orang tua lebih tinggi
4. kepribadian, pasien neurotik merasa lebih nyeri dari pada pasien normal
5. pengalaman pembedahan sebelumnya
6. suku, ras
7. motivasi pasien
Beberapa metode/ cara menanggulangi nyeri pasca pembedahan antara lain :stimulasi (
dilakukan untuk mengalihkan perhatian pada area nyeri ), distraksi (melakukan penekanan syaraf
yang menuju ke area nyeri ), obat analgesia.
c. Hematoma
Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma. Pada hematoma
yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres. Pada hematoma yang besar
lebih-lebih disertai dengan anemia dan presyok, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma
tersebut. Dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang. Seluruh
bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan
dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian
dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat
dan meninggalkan ujung kasa tersebut diluar.
d. Infeksi
Menurut Iwan 2008, Pencegahan infeksi pasca bedah pada klien dengan operasi bersih
terkontaminasi, terkontaminasi, dan beberapa operasi bersih dengan penggunaan antimikroba
profilaksis diakui sebagai prinsip bedah. Pada pasien dengan operasi terkontaminasi dan operasi
kotor, profilaksis bukan satu-satunya pertimbangan. Penggunaan antimikroba di kamar operasi,
bertujuan mengontrol penyebaran infeksi pada saat pembedahan.Pada pasien dengan operasi
bersih terkontaminasi, tujuan profilaksis untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada pada
jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi.
Tujuan terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah perkembangan infeksi dengan
menghambat mikroorganisme. CDC merekomendasikan parenteral antibiotik profilaksis
seharusnya dimulai dalam 2 jam sebelum operasi untuk menghasilkan efek terapi selama operasi
dan tidak diberikan lebih dari 48 jam. Pada luka operasi bersih dan bersih terkontaminasi tidak
diberikan dosis tambahan post operasi karena dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap
antibiotik .Bernard dan Cole, Polk Lopez-Mayormembuktikan keefektifan antibiotik profilaksis
sebelum operasi dalam pencegahan infeksi post operasi elektif bersih terkontaminasi dan
antibiotik yang diberikan setelah operasi tidak mempunyai efek profilaksis (Bennet, J.V,
Brachman, P, 1992 : 688). Menurut Depkes (1993) dalam Iwan 2008 ,antibiotik profilaksis
diberikan secara sistemik harus memenuhi syarat :
Tepat dosis
Tepat indikasi (hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian implant dan protesis, atau
operasi dengan resiko tinggi seperti bedah vaskuler, atau bedah jantung).
Tepat cara pemberian harus diberikan secara I.V. 2 jam sebelum insisi dilakukan .
Tepat jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab Infeksi Luka
Operasi).
Kondisi Luka. Pada pre operasi ikut berperan dalam terjadinya infeksi. Luka terbuka karena
adanya kecelakaan maka lebih beresiko terjadinya infeksi luka operasi.
e. Fraktur
Cara terbaik unuk menghindari fraktur disamping tekanan terkontrol adalah dengan
menggunakan gambar sinar-X sebelum melakukan pembedahan. Akar yang mengalami delaserasi
atau getas atau yang dirawat endodontic sering mengharuskan dilakukannya perubahan pada
rencana pembedahan, biasanya dimulai dari prosedur pencabutan dengan tang (close prosedure)
sampai melakukan pembukaan flap. Apabila sesudah dilakukan pencabutan dengan tang
menggunakan tekanan terkontrol tidak terjadi luksasi dan dilatasi alveolus, ini menunjukkan
perlunya dilakukan pembedahan. Pengenalan adanya fraktur biasanya secara klinik dan mudah
terlihat, kecuali untuk fraktur mandibula (Pedersen, 1996)

f. Neuralgia, dapat ditangani dengan dilakukan microvascular decompression secara benar,
keluhan akan hilang. Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami perbaikan secara spontan
terutama saraf alveolaris inferior karena terletak dalam kanalis mandibula sehingga ujung-ujung
saraf yang rusak dapat dengan lebih baik mendekat secara spontan (Pogrel, 1990).

Anda mungkin juga menyukai