Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak
adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis J ACQ).
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yakni minyak yang berasal
dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. J enis minyak ini dikenal sebagai
minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua
berasal dari inti kelapa sawit atau palm kernel oil, (PKO).
Minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit yang digunakan sebagai
bahan pangan diperoleh melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi. Pada
umumnya CPO sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein (cair) dan
fraksi stearin (padat). Fraksi olein digunakan untuk bahan pangan, sedangkan fraksi
stearin untuk keperluan nonpangan. Pangan dengan bahan baku olein antara lain :
minyak goreng, mentega (margarine), lemak untuk masak (shortening), bahan pengisi
(adatif), dan industri makanan ringan (roti dan kue-kue) dan lain lain.
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu ester
antara senyawa gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit terdiri atas berbagai
trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah
antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
2

perbandingan dan kompoisi trigliserida tersebut. Karena kandungan asam lemak yang
terbanyak adalah asam lemak tak jenuh yang terdiri dari oleat dan linoleat, minyak
sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat.
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak
yang berkualitas baik. Ada beberapa faktor yang digunakan sebagai parameter untuk
menentukan standart mutu minyak sawit, antara lain adalah bilangan Iodin (Iodine
Value), titik kabut (Cloud Point), bilangan penyabunan, titik lebur, asam lemak
bebas, bilangan peroksida, kadar air, kadar kotoran, dan ukuran pemucatan.
Pengolahan CPO menjadi Olein dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap
degumming, bleaching, deodorizing, dan fraksinasi. Pada tahap fraksinasi dilakukan
pemisahan fraksi padat ( RBDP Stearin ) dengan fraksi cair ( RBDP Olein ) yang
terdapat pada RBDPO ( Refined Bleached Deodorized Palm Oil ). Dalam hal ini
RBDP Olein ( Refined Bleached Deodorized Palm Olein ) yang terbentuk akan
dianalisa iodine value dan cloud pointnya.
Iodine Value adalah jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram
lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi
dengan iod atau senyawa senyawa iod dan membentuk senyawa yang jenuh.
Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi, akan mengikat iod dalam
jumlah yang lebih besar. Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya
ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Cloud Point adalah suhu dimana minyak mulai menjadi jenuh sebagai hasil
dari kristalisasi menurut pengaturan pendinginan. Cloud berkaitan dengan tak
Universitas Sumatera Utara
3

jenuhnya suatu minyak. Secara umum, semakin tinggi ketidakjenuhan maka semakin
rendah cloud point.
Adanya pengaruh ketidakjenuhan suatu olein terhadap nilai bilangan iodin
dan titik keruh maka dalam karya ilmiah ini dilakukan penelitian dengan judul
Hubungan Harga Bilangan Iodin dan Titik Keruh terhadap Olein yang diperoleh dari
Hasil Fraksinasi RBDPO pada PT. SMART Tbk.

1.2. Permasalahan
- Bagaimana hubungan antara Iodine Value dan Cloud Point terhadap
RBDP Olein yang diperoleh dari hasil fraksinasi RBDPO pada proses
pengolahan CPO menjadi minyak goreng.

1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui hubungan antara Iodine Value dan Cloud Point
terhadap RBDP Olein yang diperoleh dari hasil fraksinasi RBDPO.

1.4. Manfaat
Dengan dilakukannya penentuan Iodine Value dan Cloud Point terhadap
RBDP Olein, disamping dapat mengetahui kualitas dari minyak tersebut juga
memberikan informasi terhadap pentingnya penentuan iodine value dan cloud
point terhadap penentuan mutu suatu minyak goreng.



Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai