oleh Eka Azrianti / Triman Jr. Mengapa Perlu Oksitosin ? Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat, seiring dengan itu kualitas pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga sangat membanggakan. ehidupan janin didalam rahim pun menjadi kajian yang berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai pasien/ klien tersendiri yang sangat menentukan apakah janin tetap dipertahankan dalam kehidupan dalam rahim ataukah harus hidup diluar rahim yang berarti harus dilahirkan. Apabila janin diputuskan harus dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada masalah induksi persalinan dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi persalinan sangat banyak digunakan. !erdarahan pas"a persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita #ndonesia. $erbagai kebijakan telah di"anangkan antara lain %erakan &ayang #bu maupun 'aking !regnan"y &a(er yang salah satu pesan kun"inya adalah penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu fo"us gerakannya adalah pen"egahan dan penanganan perdarahan pas"a persalianan. )ntuk pen"egahan perdarahan pas"a persalinan saat ini setiap petugas kesehatan dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan normal dengan salah satu terobosan adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana penggunaan oksitosin se"ara tepat guna harus diterapkan. $aik dalam hal induksi persalinan, maupun masalah pen"egahan dan penanganan perdaran pas"a persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin. &etiap petugas kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan memadai tentang oksitosin, baik tentang "ara kerjanya, "ara pemberianya maupun tentang efek yang tidak diinginkan. Tujuan penulisan dan pemaparan tetang oksitosin disini tidak lain adalah untuk memberi pengetahuan yang memadai kepada para petugas kesehatan khususnya para bidan terutama yang berkaitan dengan efek yang ditimbulkan yang berkaitan dengan rumus biokimia oksitosin dan "ara kerja yang berkaitan dengan reseptor terutama yang berkaitan dengan kepekaan sel*sel otot rahim terhadap oksitosin. Pengertian Oksitosin Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. +ormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni per"epatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. !eranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi A&# dari kelenjar mammae. agai!ana Oksitosin "ikeluarkan ? #mpuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi (agina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. &elain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan ,- minggu dan seterusnya. onsentrasi oksitosin dan juga akti(itas uterus akan meningkat pada malam hari. Pelepasan oksitosin en"ogenus "itingkatkan ole#: a. !ersalinan b. &timulasi ser(iks, (agina dan payudara ". Estrogen yang beredar dalam darah d. !eningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma e. .olume "airan yang rendah dalam sirkulasi darah f. &tress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi pengeluaran A&# Pelepasan oksitosin "isupresi ole#: a. Alkohol - b. /elaksin ". !enurunan osmolalitas/konsentrasi plasma d. .olume "airan yang tinggi dalam sirkulasi darah agai!ana Mekanis!e Ker$a Oksitosin ? Pa"a otot polos uterus% 'ekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. &ebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra (ena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan*akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua*duanya. ehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing*masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. !engaruh hormonal memang di"urigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan fa"tor yang di"urigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan. arena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlan"ar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan ke"uali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 011 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. $egitu proses persalinan dimulai ser(iks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. 2aktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting. , Pa"a kelen$ar !a!!ae % 2ungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan A&# kedalam duktus al(eolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi A&#. /eseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. enaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester3n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Deri(at progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia. Pa"a gin$al% AD+ dan oksitosin disekresikan se"ara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. edua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar -*4 menit. 5ksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan .asopresin/AD+, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini6 7ys*Tyr*!he*%ln*Asn* 7ys*!ro*Arg*%ly*8+- 6 Arginin .asopresin 7ys*Tyr*!he*%ln*Asn* 7ys*!ro*9ys *%ly*8+- 6 9isin .asopresin 7ys*Tyr*9ie*%ln*Asn* 7ys*!ro*Arg*%ly*8+- 6 5ksitosin
'asing*masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 0 dan 3 yang dihubungkan oleh jembatan &:&. &ebagian besar binatang menpunyai Arginin .asopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi ;. arena kemiripan stru"tural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan AD+ masing*masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih. 4 &alah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul arim dan Assali <0=30> menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai akti(itas anti diuresis. !ada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan -1 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. alau dosis ditingkatkan menjadi 41 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam "airan dekstorse tanpa elektrolit dalam (olume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. !ada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah "airan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intra(ena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. !emberian oksitosin im dengan dosis ?*01 unit tiap 0?*,1 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan kera"unan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian "airan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. 5ksitosin dan hormon AD+ memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. !eptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal AD+ menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah. %ugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin men"akup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal @amino6 gugus fenolik pada tirosin A gugus tiga "arboksiamida pada aspa*ragin, glutamin serta glisinamidaA dan ikatan disulfida <s****s>. Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. &ebagai "ontoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki akti(itas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada akti(itas anti diuretika hormon oksitosin. Pa"a pe!&ulu# "ara# % 5ksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik <AD+> untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena (asodilatasi. &e"her dan kawan*kawan <0=B;> selalu mendapatkan adanya penurunan ? tekanan darah arterial sesaat namun "ukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 01 unit bolus oksitosin se"ara intra(ena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang "epat. 'ereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipo(olemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan se"ara intra(ena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih en"er, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular. Oksitosin sintetik &ekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. 5ksitosin dapat diberikan intramuskular, intra(ena, sublingual maupun intranasal. !emakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intra(ena. 5ksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intra(ena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Caktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 0*-1 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itra(ena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan , menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 0? menit. 5ksitosin akan dieliminasi dalam waktu ,1*41 menit setelah pemberian E'ek sa!ping oksitosin $ila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi6 a. &timulasi berlebih pada uterus b. onstriksi pembuluh darah tali pusat ". erja anti diuretika d. erja pada pembuluh darah < dilatasi > e. 'ual f. /eaksi hipersensitif 3 Sti!ulasi uterus "engan oksitosin pa"a persalinan #ipotonik !erlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir "ukup luas untuk ukuran kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terke"il kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir < diameter biparietal dan subo""ipitobregmatika >. &uatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua "riteria dibawah ini kita jumpai6 a. onjugata diagonalis normal b. $ila dinding lateral panggul sejajar ". &pina is"hiadika tidak menonjol d. &akrum tidak mendatar e. Arkus pubis tidak sempit f. $agian terendah janin adalah oksiput g. $ila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas panggul Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. $ila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya dengan denyut jantung janin diamati se"ara ketat. $ila denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih. B Teknik Pe!&erian Oksitosin Intra(ena &epuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter "airan, biasanya diberikan glukosa ?D dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang. 9arutan yang lebih en"er dapat disiapkan dengan melipatkan jumlah "airan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. 'eskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih en"er juga efektif, tetapi larutan < 01 ) dalam 0 liter > adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 01 m)/ ml, maka aliran rata*rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang diberikan, terutama dalam dosis rendah. Jarum yang mempunyai penutup*aliran dimasukkan ke dalam (ena di lengan, atau lebih baik melaui infus intra(ena yang sudah terpasang dan berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 0 m) tiap menit. < &eit"hik dan 7astillo, 0=;- >. )ntuk meningkatkan persalinan akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap sewaktu*waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat sensiti(e terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan se"ara sangat bertahap, dengan waktu tidak lebih dari ,1 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari 01 m) tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh &eit"hik dan 7astillo<0=;0,0=;,a,0=;,b>. )ntuk pengobatan disfungsi uterus, rata*rata dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. )ntuk induksi persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata*rata ,1*41 m) tiap menit tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil. ; &elama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan sendirian. ontraksi uterus diawasi terus*menerus dan tetesan segera dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 0 menit atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. $ila salah satu hal tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi perbaikan gangguan tersebut, serta men"egah bahaya pada ibu dan janin. osentrasi oksitosin dalam plasma "epat menurun, karena waktu*paruh oksitosin rata*rata kurang dari , menit. +arus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh antidiuretik yang kuat. !ada pemberian oksitosin -1 m) atau lebih tiap menit, klirens air @bebas oleh ginjal <free water "learan"e> menurun se"ara nyata. Jika "airan mengandung air <aEueous fluids>, terutama deFtrose dalam air, diberikan dalam jumlah "ukup besar dan lama, bersamaan dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang merupakan penyebab terjadinya kejang, "oma, dan malahan kematian. Diparkland 'emorial +ospital, bila menggunakan oksitosin pada uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut 6 a. Canita harus sudah menunjukkan tanda*tanda bahwa proses persalinan benar* benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu atau persalinan prodromal. &atu* satunya tanda persalinan, adalah terjadinya pendataran ser(iks yang progresif dan pembukaan ser(iks. Calaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan ser(ik paling tidak sudah men"apai , "m. &alah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah men"oba melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut mengalami persalinan aktif. b. +arus tidak ada fa"tor*faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya persalinan aman. ". .!enggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus*kasus dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau kehamilan multiple. d. Canita dengan paritas tinggi <lebih dari ?>, pada umumnya tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri dibandingkan dengan wanita paritas = rendah. Demikian pula dengan wanita dengan "a"at uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan. e. eadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam "airan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra indikasi untuk memberikan oksitosin, ke"uali bila jelas terdapat disproporsi fetopel(ik atau letak lintang. f. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila terjadi tetania uteri. 'erupakan keharusan untuk menghindarkan suatu hiperstimulasi. 2rekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi, serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa yang terjadi pada persalinan spontan yang normal. g. !ola denyut jantung janin dan kontraksi uterus die(aluasi berulang*ulang. )ntuk itu dianjurkan melakukan pemantauan se"ara terus menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus. 5ksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh dan membuat "a"at ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan menyebabkan lebih banyak kematian dan "a"at janin akibat hipoksia yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi pemberian oksitosin intra(ena pada berbagai publikasi terbukti jelas memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya. egagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intra(ena, bila digunakan dengan "ara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi ke"elakaan yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya tidak diawasi dengan ketat. /uptura uteri pada segmen bawah uterus akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intra(ena hendaknya merupakan peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut. Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur ,; tahun. arena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap adanya otot uterus yang menua yang telah 01 mengalami regangan berkali*kali pada persalinan*persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin. &atu sifat oksitosin intra(ena adalah kenyataan bahwa bila berhasil, obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas dengan sedikit hambatan. !ada setiap ke"epatan tetesan infus kadar plasma men"apai plateau setelah ,1 menit karena ke"epatan tetesan dan ke"epatan penghan"urannya oleh oksitosinase men"apai keseimbangan. 5leh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. 5bat tersebut harus diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam <5GDris"oll dkk, 0=;4A &eit"hik dan 7astillo 0=;,a,0=;,b>A bila kemudian ser(iks tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi persalinan per(aginam se"ara mudah, maka harus dilakukan kelahiran seksio sesarea. &ebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan untuk memaksa pembukaan ser(iks dengan ke"epatan yang melebihi keadaaan normal <7ohen dan 2riedman,0=;,>. esiapan untuk melakukan seksio sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata. Harapan untuk se!ua pi#ak !ada tulisan ini telah dipaparkan tentang oksitosin, "ara kerjanya pada otot polos uterus, mioepitel kelenjar mammae, efek yang tupang tindih dengan hormon AD+, dan beberapa efek samping yang tidak diinginkan serta yang berkaitan dengan rumus kimia oksitosin dan juga "ara pemberian dan pemakaian yang dianjurkan agar tidak terjadi atau terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan yang merugikan klien. Diharapkan dengan paparan ini kepada para bidan dapat memahami atau meningkatkan pengetahuannya tentang oksitosin sehingga dapat menyahuti himbauan ataupun gerakan yang di"anangkan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat khususnya ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas. )A*TAR PUSTAKA %ranner, D.. +ormon +ipopisis dan +ipotalamus. -11,. Dalam <Edisi dua lima>6 Biokimia Harper <+lm 6 ?-,*?,;> Jakarta 6 !enerbit buku edokteran E%7. 00 'urray, /., D. %ranner, !.A.'ayes dan ..C. /odwell. -11,. Terjemahan Biokimia Harper 6 +ormon +ipofisis dan +ipotalamus. Jakarta 6 !enerbit $uku edokteran E%7. !rit"hard, J.A, !.7 'a"donald, 8.2. %ant. 0==0. Terjemahan 5bstetri Cilliams 6 Pimpinan Pada persalinan dan kelahiran normal. Airlangga )ni(ersity !ress. <+lm 6 ,==*410> !rit"hard, J.A, !.7 'a"donald, 8.2 %ant. 0==0. Terjemahan obstetri" Cilliams <Edisi tujuh belas> : Distosia akibat kelainan tenaga pendorong <+lm 6 B?0*B31> Jordan. &. Obat yang meningkatkan kontraksilitas uterus atau oksitosin. -114. Dalam Ester. '. <Ed> 2armakologi ebidanan <+lm 6 04,*0B4>. Jakarta 6 !enerbit $uku edokteran E%7. 0-
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis