Anda di halaman 1dari 134

KAMPUS

PANDUAN
SIAGA
BENCANA
KAMPUS SIAGA BENCANA
Edisi Pertama: ....... | ISBN: .......
Penyusunan materi panduan Kampus Siaga Bencana dapat terlaksana berkat kontribusi:
Penerbit:
Palang Merah Indonesia (PMI)
Didukung oleh:
Palang Merah Perancis
Ali Mahsyar (PMI Provinsi Jawa Tengah)
Astrid Firdianto (PMI Pusat)
Bevita D. Meidityawati (PMI Pusat)
Catur Meipriyanti (PMI Provinsi Sumatera Barat)
Deasy Sujatiningrani (PMI Pusat)
Denok Rahayu (PMI Pusat)
Exkuwin Suharyanto (PMI Pusat)
Febriana Ambarwati (PMI Cabang Jakarta Timur)
Ketut Sassu Budi Satwan (PMI Provinsi Bali)
Lilis Wijaya (PMI Pusat)
Muksinun (PMI Cabang Kota Yogyakarta)
Nuzlan Huda (PMI Provinsi Sumatera Barat)
Rano Sumarno (PMI Cabang Jakarta Barat)
Rachmad Arif Susilo (PMI Pusat)
Renita Syafmi (PMI Provinsi Aceh)
Wuri Widiayanti (PMI Provinsi Jawa Tengah)
Dwi Hariyadi (PMI Pusat)
Indra Yogasara (PMI Pusat)
Maria Aswi Reksaningtyas (PMI Pusat)
dr. Dewindra Widiamurti
Endra Setyawan
Mathilde Hutagaol
Rina Utami
Dheni Prasetyo
Florensia Malau
eLBe Creative
PALANG MERAH INDONESIA
JARING BENING
EDITOR
DESIGN SAMPUL & TATA LETAK
Panduan Kampus Siaga Bencana
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan berkah
kepada kita semua sehingga akhirnya buku ini dapat
diselesaikan dengan baik setelah melalui tahapan loka-
karya dan ujicoba dilapangan. Disamping itu masukan
dari banyak pihak baik akademisi, pemerintah, kampus,
mahasiswa/i, perwakilan masyarakat dosen dan pelak-
sana lapangan program pengurangan risiko bencana juga
telah berkontribusi dalam penyelesaian panduan ini.
Kampus Siaga Bencana atau di singkat dengan KSB adalah kegiatan yang
berfokus pada kampus. Akan tetapi bukan kampus sebagai sasaran program
saja melainkan pada saatnya diharapkan, kampus yang berisi agen-agen
perubahan atau bibit-bibit agen perubahan akan menjadi subyek untuk
menyebarkan informasi mengenai pengurangan risiko bencana. Sehingga
dengan keterlibatan kampus, setiap kampus nantinya akan mempunyai
kepedulian terhadap pengurangan risiko bencana secara masal. Kedepannya
diharapkan juga para mahasiswa/i yang telah berkiprah di masyarakat baik
pada saat masih menjadi mahasiswa seperti bakti sosial, desa binaan, mau-
pun Kuliah kerja Nyata (KKN) dan setelah lulus akan dapat terus berperan
dalam penyebaran pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana-siaga
bencana.
Mengapa Kampus..? pertanyaan yang keluar kemudian, karena: pertama
semua orang berhak selamat pada setiap kejadian bencana termasuk juga
insan yang ada di kampus, karena keselamatan dalam bencana adalah hak.
Kedua karena berdasarkan fakta lapangan masih jarang sekali kampus
mempunyai kesiapsiagaan dalam bencana. Ketiga kampus yang merupakan
kawah candradimuka tempat pendidikan bagi generasi penerus bangsa yang
akan mencetak ahli-ahli, agen-agen perubahan, diharapkan pada saatnya
nanti dapat berperan secara positif dalam pengurangan risiko bencana baik
sebagai pelaku maupun sebagai agen yang mempunyai kepedulian terhadap
isu pengurangan risiko bencana-siaga bencana dan akan menyebarkannya
dimanapun berada, baik di kampus maupun setelah berada ditengah-tengah
masyarakat nantinya.
Korps Sukarela (KSR) yang ada di Perguruan Tinggi akan mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan-kegiatan kampus siaga bencana, sebagai pintu
masuk dan juga sebagai pengerak, pendorong kegiatan pengurangan risiko
bencana di kampus. Walaupun demikian buku ini tidak hanya ditujukan pada
Panduan Kampus Siaga Bencana
ii
kampus yang sudah mempunyai unit kegiatan mahasiswa Korps Sukarela
Palang Merah Indonesia (KSR PMI) saja, tetapi kampus yang belum
mempunyai KSR PMI juga dapat menggunakan buku ini. Dalam kegiatannya
kampus siaga bencana melibatkan semua stakeholder kampus mulai dari
rektor sampai penjaga kampus dan kantin-kantin yang ada di kampus serta
masyarakat sekitar kampus.
Diharapkan dengan hadirnya buku ini akan dapat membantu semua pihak
yang mempunyai kepedulian pada pengurangan risiko bencana (PRB)
terutama yang akan bergerak pada perguruan tinggi. Selain itu buku ini
juga mengarapkan adanya keterlibatan masyarakat sekitar kampus.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya
dalam pengembangan dan penyusunan buku ini, terutama Kementrian
Pendidikan kebudayaan, Pusat Studi Bencana Universitas Gajah Mada,
Jogjakarta (PSB UGM), Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
(TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Aceh serta semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu per satu semoga ini menjadi amal baik dalam kemanusian.
Akhirnya buku ini tentu saja bukan buku yang sempurna kritik konstruktif dan
saran pengembangan sangat kami harapkan sehingga dapat menjadi koreksi
perbaikan pada masa yang akan datang, sehingga penyelenggaran kegiatan
pengurangan risiko bencana dari tahun ke tahun akan semakin baik.
Selamat ber-Siaga Bencana
Jakarta, Desember 2012
Pengurus Pusat
Palang Merah Indonesia
Ketua Bidang Relawan
H. Muhammad Muas, SH
Panduan Kampus Siaga Bencana
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................
Daftar Isi ...........................................................................
Daftar Gambar/Tabel/Lampiran ...............................................
Daftar Singkatan ..................................................................
Defnisi .............................................................................
BAB I PENGURANGAN RISIKO BENCANA
A. Indonesia Rawan Bencana ...................................................
B. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Untuk Meningkatkan
Kapasitas Menghadapi Bencana .............................................
BAB II KAMPUS SIAGA BENCANA
A. Kampus Siaga Bencana Sebagai Upaya Pengurangan
Risiko Bencana Terpadu Berbasis Kampus .................................
B. Tujuan Kampus Siaga Bencana ..............................................
C. Keluaran Kampus Siaga Bencana ............................................
D. Ruang Lingkup Kampus Siaga Bencana .....................................
E. Sasaran Penerima Manfaat Kampus Siaga Bencana.......................
F. Komponen Kampus Siaga Bencana .........................................
G. Peran PMI dan Para Mitra Dalam Pelaksanaan Siklus
Kampus Siaga Bencana .......................................................
H. Isu Lintas Sektoral Kampus Siaga Bencana ................................
BAB III PARAMETER KAMPUS SIAGA BENCANA
A. Parameter Kampus Siaga Bencana ..........................................
B. Indikator Pencapaian Parameter ............................................
i
iii
v
vii
ix
2
6
16
23
23
24
24
25
27
33
48
49
Panduan Kampus Siaga Bencana
iv
BAB IV SIKLUS KAMPUS SIAGA BENCANA
A. Tahapan Persiapan ............................................................
B. Siklus Kampus Siaga Bencana ...............................................
BAB V STRATEGI PELAKSANAAN DAN KEBERLANJUTAN
KAMPUS SIAGA BENCANA
A. Strategi Pelaksanaan Kampus Siaga Bencana .............................
B. Strategi Keberlanjutan Kampus Siaga Bencana ...........................
DAFTAR PUSTAKA
57
60
70
72
Panduan Kampus Siaga Bencana
v
DAFTAR GAMBAR, TABEL & LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Jumlah Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2010
Gambar 2. Peran Kampus dalam pengurangan risiko bencana
Gambar 3. Kampanye pengurangan risiko bencana yang dilakukan unit KSR
dan UKM lainnya di Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gambar 4. Aksi penanaman pohon yang dilakukan para mahasiswa yang
tergabung dalam unit KSR Universitas Negeri Jakarta
Gambar 5. Siklus KSB
Gambar 6. Penyuluhan pengurangan risiko bencana yang dilakukan
mahasiswa Universitas Syiah Kuala kepada murid-murid sekolah
dasar
Gambar 7. Latihan gabungan pertolongan pertama dan evakuasi korban
bencana oleh UKM KSR-UNNES yang diikuti oleh mahasiswa
umum (UKM dan BEM)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keterkaitan aspek lintas sektor pengurangan risiko
bencana di kampus dengan aspek MDGs yang akan saling
mendukung dan berintegrasi
Tabel 2. Peran PMI di Setiap Tingkatan
Tabel 3. Peran Pengurus, Staf dan Relawan PMI
Tabel 4. Kompetensi dan peran warga kampus di perguruan tinggi
Tabel 5. Indikator Pencapaian Parameter
LAMPIRAN
1. Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana ke dalam Mata Kuliah Lembaga
Kampus - Organisasi Ekstra dan Intra Kampus
2. Contoh Langkah Praktis KSB
3. Contoh Laporan KSR
Panduan Kampus Siaga Bencana
vi
4. Contoh Pedoman Wawancara
5. Contoh Prosedur Tanggap Darurat
6. Contoh Tabel Mempermudah Menyusun SOP Tanggap Darurat di Kampus
7. Formulir Asesmen Cepat KSB
8. Format Monitoring & Evaluasi KSB
9. Format Rencana Aksi KSB
10. Matriks Tahapan Kampus Siaga Bencana
11. Matriks Pendidikan dan Pelatihan Beserta Cakupan Materi
12. Alat (Tools) Identifkasi Kapasitas Kampus atau Sumber Daya Kampus
13. Alat (Tools) Peta Simulasi KSB
Panduan Kampus Siaga Bencana
vii
DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immune Defciency Syndrome (sekumpulan gejala dan infeksi
(atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV)
ASB : Arbeiter Samariter Bund Deutschland
API : Adaptasi Perubahan Iklim
BAPPENAS : Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
BEM : Badan Eksekutif Mahasiswa
BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
DIKTI : Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi
FK : Fakultas Kedokteran
FKM : Fakultas Kesehatan Masyarakat
HFA : Hyogo Framework for Action (Kerangka Aksi Hyogo)
HIV : Human Immunodefciency Virus (virus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia)
KAP : Knowledge, Attitude and Practice (Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan)
KBBM : Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat
KK : Kepala Keluarga
KKN : Kuliah Kerja Nyata
KOPERTIS : Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
KPPBM : Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat
KSB : Kampus Siaga Bencana
KSR : Korps Sukarela
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi Cuci Kakus
MDGs : Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium)
MoU : Memorandum of Understanding (Nota kesepahaman)
ODHA : Orang dengan HIV dan AIDS
PBB : Persatuan Bangsa-Bangsa
PERTAMA : Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat
PKL : Praktek Kerja Lapangan
PMI : Palang Merah Indonesia
PMR : Palang Merah Remaja
Panduan Kampus Siaga Bencana
viii
Pokja : Kelompok Kerja
PPGD : Pertolongan Pertama Gawat Darurat
PPL : Praktek Pengalaman Lapangan
PRA : Participatory Rural Appraisal (Pengkajian Keadaan Desa Secara Partisipatif)
PRB : Pengurangan Risiko Bencana
PSP : Psychosocial Support Program (Program Dukungan Psikososial)
RAN : Rencana Aksi Nasional
RI : Republik Indonesia
SDM : Sumber Daya Manusia
SOP : Standard Operating Procedure
SSB : Sekolah Siaga Bencana
SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan
dan Tantangan)
TDMRC : Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (Pusat Pengkajian Mitigasi
Bencana dan Tsunami)
UGM : Universitas Gadjah Mada
UN-ESCAP : United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacifc
(Komisi Ekonomi dan Sosial PBB Untuk Kawasan Asia dan Pasifk.)
UU : Undang-Undang
UKM : Unit Kegiatan Mahasiswa
UNDP : United Nations Development Program (Badan PBB urusan Program Pembangunan)
UNESCO : United Nations Educational, Scientifc and Cultural Organization
(Badan PBB urusan Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan)
UNIMUS : Universitas Muhammadiyah Semarang
UNISDR : United Nations International Strategy for Disaster Reduction (Badan PBB urusan
Strategi International untuk Pengurangan Risiko)
UNNES : Universitas Negeri Semarang
UNSYIAH : Universitas Syiah Kuala
VCA : Vulnerability and Capacity Assessment (Penilaian Kapasitas dan Kerentanan)
Panduan Kampus Siaga Bencana
ix
Ancaman Bencana
Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana (UU RI No. 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana)
Ancaman (Hazard)
a. Proses atau fenomena alam yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa,
cedera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda,
hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau
kerusakan lingkungan (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009,
diambil dari laman www.unisdr.org).
b. Fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam
kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan
(Laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana, www.bnpb.go.id).
c. Fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau
mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta benda, kehilangan
mata pencaharian, dan kerusakan lingkungan. Misal: tanah longsor,
banjir, gempa bumi, letusan gunung api, kebakaran (Buku PMI,
Pelatihan VCA dan PRA, 2008).
Bencana
a. Sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau
masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas
terhadap manusia, materi, ekonomi dan lingkungan, yang melampaui
kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak ter-
sebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber daya mereka
sendiri (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman
www.unisdr.org).
DEFINISI
Panduan Kampus Siaga Bencana
x
b. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU RI No. 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana).
c. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
(faktor alam) dan non alam (faktor manusia) yang mengakibatkan korban
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
dan prasarana serta fasilitas umum (Prosedur Tetap Tanggap Darurat
Bencana PMI, 2007).
Indikator
Sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan
(http://www.kbbi.web.id/).
Kapasitas
a. Gabungan antara semua kekuatan, ciri yang melekat dan sumber daya
yang tersedia dalam sebuah komunitas, masyarakat atau organisasi
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati
(Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman
www.unisdr.org).
b. Kemampuan potensial sesungguhnya yang ada di dalam masyarakat untuk
menghadapi bencana lewat berbagai sumber daya manusia atau materi
untuk membantu pencegahan dan tanggap bencana yang efektif (Buku
PMI, Pelatihan VCA dan PRA, 2008).
Kerentanan
a. Karakteristik dan kondisi sebuah komunitas, sistem atau aset yang mem-
Panduan Kampus Siaga Bencana
xi
buatnya cenderung terkena dampak merusak yang diakibatkan ancaman
bencana (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari
laman www.unisdr.org).
b. Tingkat dimana sebuah masyarakat, struktur, layanan, atau daerah
geografs yang berpotensi/mungkin rusak atau terganggu oleh dampak
bencana tertentu karena sifat-sifatnya, konstruksinya, dan dekat dengan
daerah berbahaya atau daerah yang rawan/rentan (Buku PMI, Pelatihan
VCA dan PRA, 2008).
Kesiapsiagaan
a. Pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah,
lembaga-lembaga profesional dalam bidang respon dan pemulihan,
serta masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi, merespon dan
pulih secara efektif dari dampak-dampak peristiwa atau kondisi ancaman
bencana yang mungkin ada, akan segera ada atau saat ini ada
(Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman
www.unisdr.org).
b. Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana).
c. Mencakup upaya-upaya yang memungkinkan pemerintah, masyarakat
dan individu merespon secara cepat situasi bencana secara efektif
dengan menggunakan kapasitas sendiri. Kesiapsiagaan mencakup
penyusunan rencana tanggap darurat, pengembangan sistem
peringatan dini, pemberdayaan personal melalui pendidikan dan pelatihan
penanganan bencana, pertolongan dan penyelamatan serta
pembentukan mekanisme tanggap darurat yang sistematis. Kesiapsiagaan
dilaksanakan sebelum kejadian bencana yang diarahkan pada
pengurangan jumlah korban dan kerusakan pada harta benda (Buku PMI,
Pelatihan VCA dan PRA, 2008).
Panduan Kampus Siaga Bencana
xii
Keterpaparan (Exposure)
Penduduk, harta benda, sistem-sistem atau elemen-elemen yang ada di
kawasan ancaman bencana yang oleh karenanya bisa berpotensi mengalami
kerugian/kehilangan (Terminologi Dasar Adaptasi dan Pengurangan Risiko
Bencana, fpbibencana.blogspot.com/2009/08/terminologi-dasar-adaptasi-
dan.html).
Mitigasi
a. Pengurangan atau pembatasan dampak-dampak merugikan yang
diakibatkan ancaman bencana dan bencana terkait (Terminologi
Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).
b. Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fsik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana).
`
Mitigasi dibedakan menjadi 2:
Mitigasi Struktural, mitigasi yang bertujuan mengurangi dampak dan
risiko bencana dengan jalan pembangunan/penguatan sarana fsik.
Misalnya: tanggul, pusat evakuasi, sarana MCK (Mandi Cuci Kakus).
Mi ti gasi Non-Struktural , mi ti gasi yang bertujuan merubah
perilaku masyarakat terhadap bencana, tindakan ini dilakukan melalui:
kegiatan-kegiatan partisipatif (PRA-Participatory Rural Appraisal, Base-
line and KAP Survey, pembuatan rencana aksi, dll), misalnya: pelati-
han, FGD (Focus Group Discussion), pendampingan, dll. (Buku PMI,
Pelatihan KBBM-Pertama untuk KSR, Panduan Pelatih).
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
Proses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko
bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam
Panduan Kampus Siaga Bencana
xiii
pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, fsik, politik, sosial-
budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal;
serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan tersebut (Buku Kerangka Kerja Sekolah
Siaga Bencana, Konsorsium Pendidikan Indonesia, 2011).
Pengurangan Risiko Bencana
a. Suatu konsep dan praktik mengurangi risiko-risiko bencana melalui
upaya-upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor
penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan
terhadap ancaman bencana, pengurangan kerentanan penduduk dan
harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak, dan
peningkatan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa yang merugikan
(Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.
unisdr.org).
b. Upaya terpadu yang dilaksanakan oleh masyarakat dan stakeholder
setempat untuk mengurangi kerentanan yang ada di masyarakat dan
meningkatkan kapasitas masyarakat untuk dapat menanggulangi dampak
dari bencana, wabah penyakit, masalah kesehatan, masalah lingkungan
dan sebagainya (Buku PMI, Pelatihan VCA dan PRA, 2008).
Peringatan Dini
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yang berwenang (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana).
Respon (Tanggap Darurat Bencana)
a. Rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
Panduan Kampus Siaga Bencana
xiv
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang me-
liputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, serta
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
pemulihan sarana dan prasarana. (Prosedur Tetap Tanggap Darurat
Bencana PMI, 2007).
b. Pemberian layanan tanggap darurat dan bantuan umum selama atau
segera setelah terjadinya sebuah bencana yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mengurangi dampak-dampak kesehatan,
memastikan keselamatan umum dan memenuhi kebutuhan dasar
subsistens penduduk yang terkena dampak (Terminologi Pengurangan
Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).
c. Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasarana dan sarana (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana).
Risiko
a. Gabungan antara kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dan dampak-
dampak negatif yang ditimbulkannya (Terminologi Pengurangan Risiko
Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).
b. Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah
dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat
(UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).
c. Suatu peluang dari timbulnya akibat buruk atau kemungkinan
kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan
Panduan Kampus Siaga Bencana
xv
harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman
bencana dan kerentanan (Buku PMI, Pelatihan VCA dan PRA, 2008).
Verifkasi
Pemeriksaan tentang kebenaran pelaporan, pernyataan, perhitungan dan
sebagainya (http://www.kbbi.web.id/).
Warga Kampus
Semua orang yang berada dan terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar:
mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan rektorat (Adaptasi dari
pengertian Warga Sekolah, sumber: Buku Kerangka Kerja Sekolah Siaga
Bencana, 2011, Konsorsium Pendidikan Indonesia).
1
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
2
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
BAB I
PENGURANGAN RISIKO BENCANA
A. Indonesia Rawan Bencana
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mencakup
17.508 pulau tersebar di lintas garis khatulistiwa, berada di antara dua
benua, Asia dan Australia, serta dua Samudra, Hindia dan Pasifk, dan ter-
letak pada pertemuan tiga lempeng kerak bumi (Eurasia, Indo-Australia dan
Lempeng Pasifk). Secara geografs, hal ini memungkinkan Indonesia mem-
punyai berbagai macam budaya, sumber daya alam yang beragam, dan
sebaran penduduk yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
terpadat di dunia. Di sisi lain, kondisi ini juga memunculkan risiko bencana
mulai dari bencana alam letusan gunung berapi, banjir, longsor, gempa bumi,
hingga masalah kesehatan.
Sumber: Laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) http://www.bnpb.go.id/
3
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Data dari Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan Indonesia
menunjukkan bahwa kecenderungan bencana di Indonesia terus mening-
kat yakni 691 kejadian bencana yang tercatat pada tahun 2005 dan 2.232
kejadian bencana yang terjadi pada tahun 2010.
Dalam kurun waktu 1980 - 2009, sedikitnya terdapat 18 juta warga di
Indonesia terkena dampak bencana
1
, yang diantaranya adalah anak,
remaja, pemuda, dan tenaga pendidik. Adapun data bencana tahun 2002-
2011 menyatakan bahwa bencana di Indonesia didominasi oleh bencana
hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor,
puting beliung, dan gelombang pasang, sedangkan bencana geologi seperti
gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi tetap menjadi ancaman di
beberapa wilayah.
Perubahan iklim global juga diperkirakan mempengaruhi secara nyata
peningkatan gelombang panas, kekeringan, frekuensi curah hujan tinggi yang
menyebabkan banjir, tanah longsor, angin topan, meningkatnya permukaan
air laut sampai akibat langsung maupun tidak langsung pada peningkatan
kasus penyakit menular. Adapun degradasi lingkungan, kemiskinan, dan ber-
tambahnya jumlah penduduk juga berpotensi memperbesar ancaman risiko
bencana.
Berbagai bencana yang terjadi, dalam jangka waktu panjang dapat memper-
lambat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development
Goals-MDGs) 2015. Pada setiap kejadian bencana, berbagai kemungkinan
risiko dapat muncul, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian
delapan indikator MDGs sebagai tolok ukur derajat kesejahteraan suatu
bangsa. Sebagai contoh:
1. Bencana akan meningkatkan kemiskinan dan kelaparan karena rusaknya
sumber mata pencaharian, sumber pangan, serta hilangnya mata penca-
harian;
1 Laporan The Asia Pacifc Disaster Report 2010 oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB
untuk Kawasan Asia dan Pasifk (ESCAP) dan Badan PBB Urusan Strategi Internasional untuk
Penanggulangan Bencana (UNISDR)
Panduan Kampus Siaga Bencana
4
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2. Kerusakan berbagai infrastruktur sekolah, sistem, dan sumber daya
manusia dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, disamping itu
hilangnya pendapatan kepala keluarga dan terceraiberainya keluarga
akan mempengaruhi upaya memperoleh pendidikan bagi anak;
3. Kaum perempuan baik ibu maupun anak, merupakan salah satu
golongan paling rentan saat terjadinya bencana akibat rusaknya
fasilitas pelayanan kesehatan, penambahan beban kerja sebagai ibu
sekaligus kepala keluarga, sampai tingkat pelecehan seksual yang tinggi
di barak pengungsian;
4. Anak merupakan korban jiwa paling tinggi saat terjadinya banjir,
longsor dan gempa bumi karena kurangnya pengetahuan yang berkaitan
dengan pertolongan dan keselamatan bencana, kehilangan orang tua,
kehilangan rumah maupun tempat berlindung, serta meningkatnya
kerentanan terhadap penyakit karena air dan sanitasi buruk;
5. Wanita hamil memiliki risiko paling tinggi terhadap kematian, luka
maupun penyakit saat maupun sesudah bencana yang disebabkan oleh
rusaknya fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas sehingga
mengakibatkan buruknya kondisi untuk melahirkan dengan sehat;

6. Penyebaran penyakit menular seperti malaria yang ditularkan
melalui vektor dapat meluas dengan cepat yang diperburuk dengan tidak
tersedianya sarana dan prasarana kesehatan. Disamping itu, hilangnya
mata pencaharian seringkali memaksa wanita untuk bekerja sebagai
pekerja seks komersial yang berakibat pada risiko peningkatan kasus
infeksi HIV; serta,
7. Kerusakan lingkungan dengan berbagai derajat yang berbeda, baik
karena bencana maupun pembangunan permukiman yang mengakibatkan
penebangan pohon secara luas.
8. Semua hal tersebut pada akhirnya akan menghambat strategi kemitraan,
pemulihan maupun masa pembangunan pasca bencana.
5
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
MDGs ini merupakan hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari
189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada
September 2000, berupa delapan butir tujuan sebagai satu paket tujuan
yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan yang dapat
dicapai pada tahun 2015. Para pemimpin dunia berkomitmen untuk:
1. Mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat
kelaparan,
2. Menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
3. Mengentaskan kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan,
4. Mengurangi kematian anak balita hingga 2/3,
5. Meningkatkan kesehatan ibu,
6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya,
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Panduan Kampus Siaga Bencana
6
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
B. Upaya Pengurangan Risiko Bencana untuk Meningkatkan Kapasitas
Menghadapi Bencana
1. Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Risiko bencana dapat menimpa masyarakat rentan, yang hanya
memiliki sedikit kapasitas untuk menghadapi dampak negatif bencana.
Pada dasarnya ada 5 (lima) komponen kerentanan yang mempengaruhi
kemampuan masyarakat untuk menghadapi risiko bencana, yaitu: rumah
tangga (livelihood), status dasar dan kesejahteraan, perlindungan diri, per-
lindungan sosial, dan tata kelola (governance). Sedangkan dalam menentu-
kan risiko, terdapat 3 komponen sebagai berikut:
a. Kemungkinan terjadinya ancaman
Kemungkinan terjadinya bencana alamiah, bencana teknologi dan
bencana penurunan kualitas lingkungan di suatu daerah atau lokasi, yang
ditinjau dari aspek kemungkinan terjadi dan tingkat kekuatan bencana.
Misal: gempa berskala 8,5 SR lebih jarang terjadi dibanding gempa yang
berskala 5,0 SR.
b. Elemen-elemen yang berisiko
Mengidentifkasi unsur-unsur yang terkena dampak bencana, termasuk
perkiraan nilai ekonomisnya. Kesemuanya ini mencakup segala hal yang
ada di dalam masyarakat, seperti data penduduk, kesehatan masyarakat,
kegiatan perekonomian, sarana, pemukiman, jalan, pelayanan, infrastruktur,
maupun hasil pertanian dan ternak.
c. Kerentanan elemen-elemen yang berisiko
Mengidentifkasi sejauh mana bangunan akan mengalami kerusakan, orang
akan terluka atau elemen-elemen lain akan mengalami kerusakan dan ke-
rugian saat mengalami beberapa tingkatan ancaman. Hal ini menunjukkan
hubungan antara tingkat keparahan atau kekuatan ancaman dengan tingkat
kerusakan yang ditimbulkan oleh ancaman tersebut. Masing-masing elemen
akan berbeda pengaruhnya karena perbedaan tingkat keparahan atau ke-
kuatan ancaman. Semakin parah atau kuat terjadinya suatu ancaman,
maka akan semakin parah kerusakan yang terjadi pada elemen-elemen
tersebut.
7
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Dengan demikian, konsep mengenai kerentanan, ancaman, dan risiko
berhubungan secara dinamis. Hubungan antar elemen tersebut juga
dapat diungkapkan dengan pendekatan sebagai berikut: besarnya
ancaman yang disebabkan suatu kejadian potensial disertai dengan
tingginya kerentanan suatu populasi akan meningkatkan besarnya risiko. Di
sisi lain, sifat kerentanan adalah hubungan secara terbalik dengan kapasitas
manusia untuk bertahan terhadap akibat-akibat bencana tersebut.
Secara matematis, kondisi ini digambarkan sebagai berikut:
Sebagai contoh :
Kampus Impian berada di dataran tinggi yang rawan tanah longsor dan
tanah bergerak. Jika musim penghujan datang, maka longsor akan menyertai.
Tanah longsor yang terakhir terjadi mengakibatkan 1 rumah di sekitar
kampus rusak berat, dan beberapa bangunan umum di desa sekitar
kampus mengalami kerusakan. Dinding kampus hanya mengalami retak
rambut. Pihak kampus telah mengambil langkah guna membekali
mahasiswa dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan dan tanggap darurat
bencana. Di lingkungan kampus, digalakkan program lahan hijau dan paru-paru
kampus dengan menata ulang lahan kosong di kampus dan penanaman
pohon. Jalur evakuasi di tiap gedung di wilayah kampus sudah terpasang,
sehingga masyarakat kampus sudah mengetahui ke arah mana harus
Panduan Kampus Siaga Bencana
8
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
berlindung ketika bencana datang. Sistem peringatan dini bencana telah
ditempatkan dengan memanfaatkan interkom di setiap ruangan kelas, serta
pengeras suara di masjid kampus. Tim Pertolongan Pertama telah terlatih
dan secara rutin melakukan penyegaran maupun latihan serta memeriksa
kesiapan peralatan.
Dengan kondisi di atas, walaupun Kampus Impian terletak di wilayah yang
rentan terhadap ancaman bencana, tetapi mereka mempunyai kapasitas yang
tinggi. Risiko yang akan mereka hadapi menjadi kecil/minimal.
9
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Berdasarkan persamaan matematis di atas, maka diperlukan upaya terpadu
yang dilaksanakan oleh sivitas akademika, masyarakat dan stakeholder
setempat untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas
sivitas dan masyarakat agar dapat menanggulangi dampak bencana, wabah
penyakit, masalah kesehatan, maupun masalah lingkungan, yang dirumus-
kan sebagai berikut:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan
paradigma Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang merupakan rencana
terpadu yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah serta meliputi aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam implementasinya, kegiatan PRB
nasional akan disesuaikan dengan rencana pengurangan risiko tingkat
regional dan internasional, dimana masyarakat merupakan subjek, objek
sekaligus sasaran utama upaya PRB dan berupaya mengadopsi dan mem-
perhatikan kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan tradisional
(traditional knowledge) yang ada dan berkembang dalam masyarakat.
Sebagai subjek, masyarakat diharapkan dapat aktif mengakses saluran
informasi formal dan nonformal, sehingga upaya PRB secara langsung
dapat melibatkan masyarakat. Pemerintah bertugas mempersiapkan sarana,
prasarana, dan sumber daya yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan PRB
(Laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana www.bnpb.go.id).
Panduan Kampus Siaga Bencana
10
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
PMI mendefnisikan Upaya Pengurangan Risiko Bencana
sebagai upaya terpadu yang dilaksanakan oleh masyarakat
dan stakeholder setempat untuk mengurangi kerentanan
yang ada di masyarakat dan meningkatkan
kapasitas masyarakat untuk dapat menanggulangi dampak
dari bencana, wabah penyakit, masalah kesehatan, masalah
lingkungan dan sebagainya.
(Buku PMI, Pelatihan VCA dan PRA, 2008)
2. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Pemerintah Indonesia
Konsep penanggulangan bencana telah mengalami perubahan cukup men-
dasar. Pemaknaan terhadap bencana yang secara konvensional dianggap
sebagai kejadian yang tidak dapat dicegah, kemudian mengalami
pergeseran menjadi dapat diprediksi sebelumnya sehingga dapat diupayakan
pencegahan dan pengurangan risiko bencana tersebut. Upaya PRB yang
telah menjadi salah satu kebutuhan prioritas baik di tingkat global maupun
masyarakat, semakin memperkuat komitmen pemerintah Indonesia untuk
mengubah paradigma dari kegiatan responsif (penanggulangan bencana)
ke arah kegiatan preventif (pengurangan risiko bencana), serta memposisi-
kan masyarakat dari objek pasif menjadi subjek aktif yang dengan kesadaran
diri bertanggung jawab untuk melakukan upaya PRB.
Gempa bumi dan tsunami di Aceh yang terjadi pada bulan Desember 2004
telah membuka mata dunia internasional akan kurangnya dan pentingnya
pengurangan risiko bencana.
11
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Menanggapi hal tersebut, diselenggarakanlah suatu konferensi tentang
Pengurangan Risiko Bencana di Kobe, Hyogo Jepang pada bulan Juni 2005.
Konferensi ini menghasilkan kesepakatan global, Hyogo Framework for
Action 2005-2015 - HFA (Kerangka Aksi Hyogo untuk Pengurangan Risiko
Bencana 2005-2015): membangun ketangguhan bangsa dan masyarakat ter-
hadap bencana. Kerangka aksi ini menekankan pada semua negara dunia
untuk menyusun mekanisme terpadu PRB yang didukung oleh kelembagaan
serta kapasitas sumber daya yang memadai.
Merujuk pada berbagai hasil evaluasi pelaksanaan upaya PRB, HFA telah
menghasilkan rekomendasi yang digunakan sebagai salah satu acuan setiap
institusi maupun lapisan masyarakat, sebagai berikut:
a. Meletakkan PRB sebagai prioritas nasional dan daerah yang pelaksanaan-
nya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat;
b. Mengidentifkasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerap-
kan sistem peringatan dini;
c. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua
tingkat masyarakat;
d. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana;
e. Memperkuat kesiapan dalam menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24
tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana yang
mengatur tahapan bencana meliputi pra-bencana, saat
tanggap darurat dan pasca bencana. Adanya undang-undang
ini juga menjadi landasan pendirian BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) dan BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) di seluruh kotamadya/
kabupaten di Indonesia. Selain itu, pemerintah Indonesia
menyusun Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko
Bencana (RAN PRB) yang dievaluasi secara berkala serta mengadopsi,
melaksanakan dan mengembangkan kesepakatan global ke dalam konteks
lokal.
Panduan Kampus Siaga Bencana
12
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat
dalam hal PRB telah menjadi perhatian pemerintah di setiap tingkatan,
yang dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan, penyuluhan,
simulasi, seminar, pengembangan program di masyarakat, serta memperkuat
kualitas institusi Pemerintah di bidang kebencanaan antara lain BNPB (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana). Dikarenakan upaya PRB juga berkaitan
dengan topik dan permasalahan lainnya, maka Pemerintah melakukan
pengarusutamaan PRB di berbagai sektor.
Pada sektor pendidikan formal, Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Surat Edaran nomor 70a/MPN/
SE/2010 tanggal 31 Maret 2010 tentang Pengarusutamaan Risiko Bencana
di Sekolah, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan pelatihan guru, sosialiasi,
pengintegrasian topik kebencanaan ke dalam intra dan ekstrakurikuler,
serta program Sekolah Siaga Bencana. Pada tingkatan pendidikan tinggi,
beberapa perguruan tinggi juga telah melakukan upaya PRB melalui
kebijakan rektorat secara menyeluruh, pengembangan program studi
kebencanaan, maupun kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Untuk mendukung sarana, prasarana, kebutuhan Sumber Daya Manusia
(SDM), dan pendanaan, Pemerintah melakukan jejaring dan kerjasama
dengan lintas sektor, baik swasta, maupun organisasi nonpemerintah di
tingkat internasional, nasional, dan lokal. Forum terkait PRB yang
diselenggarakan oleh Konsorsium Pendidikan Bencana maupun pihak
lain, menjadi media berbagi informasi, pembelajaran, dan berkegiatan
bersama. Selain itu, program Sekolah Siaga Bencana yang diselenggara-
kan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), PMI (Palang Merah
Indonesia), UNDP (United Nations Development Programme), UNESCO
(United Nations Educational, Scientifc and Cultural Organization), PLAN
International, Save the Children, Habitat International, Mercy Corps, Hope,
ASB (Arbeiter Samariter Bund Deutschland) menjadi salah satu bentuk
jejaring dan kerjasama lintas sektor dengan Pemerintah.
13
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
3. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Palang Merah Indonesia
Sebagai organisasi kemanusiaan, PMI memiliki mandat membantu dan
bekerjasama dengan pemerintah untuk memperkuat masyarakat rentan.
Dengan komitmen ini, PMI telah aktif terlibat dalam berbagai kegiatan
pengurangan risiko dan adaptasi perubahan iklim sejak konsep ini mulai
diperdengarkan di Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, PMI telah
menandatangi Nota Kesepahaman dengan BNPB pada tanggal 23 Maret 2009
yang menyatakan bahwa kedua belah pihak setuju untuk membangun
kerjasama dalam melakukan berbagai aktiftas penanggulangan bencana
sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi, sesuai dengan peran dan
tanggung jawab masing-masing. Melalui perjanjian ini PMI juga
berkomitmen untuk membantu BNPB dalam pelaksanaan dan pencapaian
kebijakan PRB di tingkat kota, kabupaten, provinsi, nasional, regional
maupun global. Selain itu, PMI sejak tahun 2004 terlibat secara aktif dalam
kelompok kerja pembentukan RAN PRB dalam upaya pencapaian prioritas
Kerangka Aksi Hyogo, yang dikoordinasi oleh BAPPENAS.
Selain kebijakan dan kerjasama, PMI juga mendukung upaya PRB dengan
melaksanakan kegiatan pemberdayaan di masyarakat melalui Program
Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA), Program
Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (KPPBM),
Program Sekolah Siaga Bencana (SSB) melalui ekstrakurikuler Palang
Merah Remaja (PMR), pelatihan dan simulasi untuk relawan di tingkat desa,
maupun Korps Sukarela (KSR) PMI di perguruan tinggi dan PMI kabupaten/
kota, serta kegiatan-kegiatan yang mengarah pada adaptasi perubahan iklim
seperti pembuatan biopori, dan kampanye green and clean.
Panduan Kampus Siaga Bencana
14
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Di dunia pendidikan yang sejalan dengan Keputusan Kementerian
Pendidikan Nasional tentang Pengarusutamaan Risiko Bencana di
Sekolah, maka PMI telah mengembangkan Program Sekolah Siaga Bencana
(SSB) di SMP dan SMA di berbagai provinsi di Indonesia sejak tahun 2004.
Strategi program dilaksanakan dengan cara mengintegrasikan SSB dengan
program Sekolah Sehat yang sudah ada, peningkatan kapasitas kesiapsiagaan
bencana melalui pelatihan bagi guru serta melalui ekstrakurikuler Palang
Merah Remaja (PMR), sosialisasi dan advokasi kepada orang tua serta mitra
lain, dan pengembangan program secara mandiri oleh pihak sekolah. Sampai
dengan tahun 2010, total 16 PMI Provinsi menginiasi SSB yang berintegrasi
dengan program PERTAMA, dan lebih dari 50.000 orang termasuk murid,
guru, orang tua murid serta masyarakat sekitar sekolah telah mendapatkan
pengetahuan mengenai kesiapsiagaan bencana.
Kebutuhan akan upaya PRB secara bertahap dan berkelanjutan juga men-
jangkau tingkat pendidikan tinggi. Merujuk pada daerah rawan bencana
yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, secara geografs
lingkungan kampus termasuk wilayah rentan terhadap dampak bencana
karena berisiko mengalami kerusakan sarana dan prasarana perkuliahan,
terhambatnya proses belajar mengajar, maupun korban jiwa.
Namun demikian, seperti halnya sekolah dasar dan menengah, maka
perguruan tinggi juga berpotensi menjadi tempat pertemuan, tempat
aman untuk penyelamatan, dan sekaligus tempat tinggal sementara bagi
pengungsi. Disamping itu, berbagai cabang disiplin ilmu seperti
kedokteran, psikologi, arsitektur dan teknik, memungkinkan institusi
pendidikan ini menjadi sumber informasi dan memberikan bantuan kepada
masyarakat selama masa tanggap darurat dan pemulihan. Hal ini kemudian
mendorong PMI untuk mengembangkan konsep Sekolah Siaga Bencana (SSB)
yang dapat diterapkan di lingkungan perguruan tinggi, yang disebut Kampus
Siaga Bencana (KSB).
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
16
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
BAB II
KAMPUS SIAGA BENCANA
A. Kampus Siaga Bencana sebagai Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Terpadu Berbasis Kampus
Kampus merupakan salah satu area pembentukan bagi para agen
perubahan yang berkarakter dan profesional. Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, serta
Pengabdian pada Masyarakat, merupakan dasar perilaku serta tanggung
jawab setiap mahasiswa dan komponen perguruan tinggi. Sebagai praktisi,
mereka tidak hanya memberikan sumbangsih sesuai dengan teori ilmu
pengetahuan yang mereka tekuni serta idealisme yang kuat, namun lebih dari
itu, mereka dapat memberikan kontribusi dan mendapatkan pengalaman di
berbagai aspek sosial agar nantinya dapat mengabdi kepada masyarakat.
Dalam konteks PRB, Tri Dharma Perguruan Tinggi dilaksanakan untuk
mendorong terciptanya kampus dan masyarakat yang aman dan tangguh
terhadap bencana. Mahasiswa dan warga kampus sebagai agen perubahan,
dapat berperan aktif di lingkungan internal kampus dan masyarakat untuk
melakukan upaya PRB secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan demikian,
kegiatan-kegiatan untuk tiap poin Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah
maupun yang akan dilaksanakan oleh kampus akan saling berkaitan dan
saling berkontribusi untuk pencapaian tujuan pengurangan risiko bencana.
17
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Contoh nyata keterkaitan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam mendukung
upaya PRB adalah:
1. Pendidikan dan Pengajaran
a. Integrasi PRB ke dalam kegiatan pendidikan
b. Pelatihan dan Simulasi
c. Sarana dan prasarana yang mendukung upaya PRB
2. Penelitian
a. Kampus sebagai pusat penelitian kebencanaan
3. Pengabdian pada masyarakat
a. KKN tematik PRB
b. Pelatihan dan simulasi untuk masyarakat
c. Pendampingan masyarakat untuk pengembangan upaya PRB
Gambar 2:
Peran Kampus dalam
Pengurangan
Risiko Bencana
Panduan Kampus Siaga Bencana
18
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Gambar 3 : Kampanye pengurangan risiko bencana yang dilakukan
unit KSR dan UKM lainnya di Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Peran kampus dalam pengurangan risiko bencana, juga sejalan dengan
peran kampus dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs).
Upaya mahasiswa yang tertuang dalam Deklarasi Youth Millennium Drive
pada tanggal 24 Oktober 2011, yang isinya antara lain memasyarakat-
kan pola hidup sehat sedini mungkin, menyeimbangkan peranan pria dan
wanita dalam masyarakat dan pemerintahan, membantu memaksimal-
kan fungsi puskesmas dan posyandu sebagai lini pertama dalam pelayanan
kesehatan terutama dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak. Serta
meningkatkan mutu pendidikan bagi generasi muda bangsa Indonesia, akan
memberikan kontribusi dan bersinergi dengan upaya PRB.
19
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Tabel 1. Keterkaitan aspek lintas sektor pengurangan risiko bencana di kampus
dengan aspek MDGs yang akan saling mendukung dan berintegrasi
Pelaksanaan Tri Dharma yang berkaitan dengan topik kesehatan, lingkungan,
gender, maupun pendidikan yang dikelola oleh berbagai disiplin ilmu, intra
maupun kegiatan kemahasiswaan (Unit Kegiatan Mahasiswa) juga akan mem-
berikan pengayaan pada kegiatan-kegiatan PRB, yang sekaligus mendukung
pencapaian MDGs.
Potensi Kampus dalam mencapai PRB dan MDGs
1. Mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat
kelaparan.
Kelaparan menjadi salah satu dampak bencana atau menjadi bencana
tersendiri. Hilangnya sumber pangan maupun mata pencaharian saat
bencana akan meningkatkan kerentanan para korban bencana.
Kampus dapat ikut berperan serta mengurangi kelaparan saat terjadi
bencana dengan memberikan bantuan berupa bahan pangan, memberi-
kan pengetahuan mengenai bahan makanan pengganti bila makanan
ISU LINTAS SEKTORAL KSB
- Pendekatan multi hazard
- Kesehatan
- Kesinambungan lingkungan
- Keragaman budaya & usia
- Perspektif gender
- Adaptasi perubahan Iklim
- Kelompok rentan
- Partisipasi masyarakat dan relawan
- Mobilisasi sumber daya
MGDs
- Memberantas kemiskinan dan
kelaparan ekstrem
- Mewujudkan pendidikan dasar
untuk semua
- Mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan
- Menurunkan angka kematian anak
- Meningkatkan kesehatan ibu
- Memerangi HIV dan AIDS, malaria
dan penyakit lainnya
- Memastikan pelestarian lingkungan
- Mengembangkan kemitraan global
Panduan Kampus Siaga Bencana
20
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
utama tidak tersedia. Sedangkan sebelum terjadinya bencana, kampus
dapat membantu dengan cara bakti sosial ke masyarakat, mengadakan
kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dalam hal bercocok tanam,
serta penyuluhan atau pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya gizi dan cara mengolah makanan dan
minuman yang sehat dan bergizi.
2. Menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya.
Akses mendapatkan pendidikan bahkan kesempatan menyelesaikan
pendidikan dasar, dapat tetap diupayakan meskipun dalam situasi
darurat bencana. Untuk itu kampus bisa dijadikan sebagai sekolah
sementara, sedangkan para mahasiswa menjadi pengajar bagi anak-anak
korban bencana yang tinggal di hunian sementara di kampus tersebut
maupun di hunian sementara lain.
3. Mengentaskan kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan.
Setiap orang, perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan kontribusi dalam mengurangi risiko
bencana; kontribusi ini dapat dilakukan sejak perencanaan,
pelaksanaan maupun proses monitoring dan evaluasi kegiatan.
Untuk mengurangi kesenjangan gender, maka pihak kampus melakukan
kegiatan sosialisasi, seminar, maupun pendidikan gender dalam PRB di
lingkungan kampus dan masyarakat.
4. Mengurangi kematian anak balita hingga 2/3.
Anak dan balita merupakan salah satu kelompok rentan ketika terjadi
bencana; berdasar data di lapangan sebagian besar korban terluka
dan meninggal saat bencana adalah anak dan balita. Angka ini dapat
meningkat dengan tidak adanya sarana, sistem dan petugas
kesehatan, kurang atau tidak adanya air bersih, kurangnya kebersihan
lingkungan hunian sementara dapat meningkatkan risiko kematian anak
dan balita. Angka ini dapat meningkat dengan tidak adanya sarana, sistem
21
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
dan petugas kesehatan, kurang atau tidak adanya air bersih, kurang-
nya kebersihan lingkungan hunian sementara dapat meningkatkan risiko
kematian anak dan balita. Melalui program yang ada di kampus,
mahasiswa dapat bekerjasama dengan Puskesmas atau Posyandu
untuk mengurangi kerentanan anak dan balita, melalui penyuluhan
hidup sehat sebelum, selama, dan setelah bencana, dan pelatihan
pertolongan pertama untuk ibu dan PKK, serta kegiatan PRB yang
ditujukan untuk anak dan balita antara lain bercerita, menggambar, dan
bernyanyi.
5. Meningkatkan kesehatan ibu hamil.
Melalui program yang ada di kampus, mahasiswa dapat memberi-
kan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan ibu hamil di masa darurat bencana. Mahasiswa juga dapat
berperan aktif bekerja sama dengan pusat kesehatan untuk memastikan
ibu hamil mendapat pelayanan kesehatan selama masa tanggap darurat
bencana sampai dengan tahap pemulihan.
6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
Kampus dapat menjadi motor penggerak di masyarakat dalam upaya
memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya melalui
pendidikan remaja sebaya di lingkungannya. Hal ini karena berbagai jenis
penyakit dapat muncul sebelum, selama, dan setelah bencana terjadi.
Contoh nyata juga dapat diberikan kepada masyarakat sekitarnya dengan
menjadikan kampus sehat dan bersih.
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa dapat mendorong pembentukan
Kampus Hijau, menggalakkan program penanaman pohon dan berperan
serta secara aktif bersama masyarakat untuk bisa menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
Panduan Kampus Siaga Bencana
22
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Dalam bidang Pengurangan Risiko Bencana, kampus tidak hanya
dapat bekerjasama dan menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi
dalam negeri, namun lebih jauh, dengan perguruan tinggi di luar negeri,
lembaga kemanusiaan internasional dan lembaga-lembaga
internasional yang bergerak di bidang kebencanaan. Pertukaran ilmu
pengetahuan melalui upaya kerjasama untuk penelitian, pertukaran
dosen/mahasiswa, jurnal, konferensi ilmiah, dan berbagi hasil-hasil
studi dalam bentuk kepustakaan. Selain itu, mahasiswa dapat melakukan
studi banding di bidang Pengurangan Risiko Bencana.
Perguruan Tinggi di Indonesia.
Berkaitan dengan integrasi PRB ke dalam kegiatan kemahasiswaan, PMI
telah melaksanakan pembinaan dan pengembangan Korps Suka Rela (KSR)
di sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia.
Pengembangan KSR ini mengarah kepada pelibatan anggota KSR dalam
kegiatan upaya PRB sebagai penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi maupun
peran KSR-PMI unit perguruan tinggi dalam menerapkan Prinsip-Prinsip Dasar
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Agar upaya PRB
dapat terlaksana secara terpadu dan berkesinambungan di lingkungan per-
guruan tinggi, PMI mengembangkan konsep Kampus Siaga Bencana (KSB)
yang dapat diterapkan oleh anggota KSR-PMI perguruan tinggi maupun
digunakan oleh pihak perguruan tinggi untuk pengembangan sasaran,
kebijakan, maupun program yang lebih luas.
Kampus Siaga Bencana (KSB) merupakan upaya pemberdayaan dan
peningkatan kapasitas perguruan tinggi dalam kesiapsiagaan dan PRB
dengan melibatkan seluruh komponen perguruan tinggi dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan KSB ini tentunya
23
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
melibatkan berbagai komponen dan aspek. Namun demikian, dalam
panduan ini dibatasi pada aspek peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Sedangkan aspek lainnya dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh institusi lain, yang pada akhirnya akan saling melengkapi.
Pentingnya KSB bagi upaya pengurangan risiko bencana:
Setiap orang mempunyai hak untuk selamat dari dampak bencana,
termasuk warga kampus
Kampus sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan agen perubahan
ikut bertanggung jawab dalam keselamatan masyarakat dalam arti luas
Sebagai wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang
pengurangan risiko bencana
Banyak kampus yang memiliki pusat studi bencana, namun masih sedikit
kampus yang memiliki rencana aksi pengurangan risiko bencana
B. Tujuan Kampus Siaga Bencana
Tujuan dari Kampus Siaga Bencana yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas perguruan tinggi terhadap upaya kesiapsiagaan
bencana, pengurangan risiko bencana dan tanggap darurat bencana.
2. Meningkatkan peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan dalam
upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam
kesiapsiagaan, pengurangan risiko dan tanggap darurat bencana.
C. Keluaran Kampus Siaga Bencana
Keluaran yang diharapkan dari Kampus Siaga Bencana, diantaranya adalah:
1. Adanya perubahan perilaku komponen SDM di perguruan tinggi terhadap
isu PRB.
2. Program PRB dapat terintegrasi dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
3. Perguruan tinggi dapat menjadi wadah bagi pelaku PRB dan mengembang-
kannya di lingkungan masyarakat.
Panduan Kampus Siaga Bencana
24
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
4. Perguruan tinggi memiliki kapasitas untuk berkontribusi dalam
perubahan perilaku masyarakat dalam kesiapsiagaan, PRB, dan tanggap
darurat bencana.
D. Ruang Lingkup Kampus Siaga Bencana
1. Soft Skill
Kampus Siaga Bencana ini akan meningkatkan kemampuan sasaran dalam
berhubungan dengan orang lain dan keterampilan dalam dirinya sendiri
yang mampu mengembangkan kerjanya secara maksimal. Misalnya, ke-
mampuan dalam melakukan diseminasi, advokasi dan sosialisasi tentang
upaya PRB.
2. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Melalui Kampus Siaga Bencana ini pengetahuan, sikap dan keterampilan
sasaran di bidang PRB akan ditingkatkan, baik melalui pelatihan maupun
kegiatan yang lainnya.
3. Mitigasi Non-struktural
Salah satu bentuk upaya PRB adalah mitigasi non-struktural, yaitu mitigasi
yang bersifat non-fsik misalnya meningkatkan pengetahuan, mengubah
sikap dan perilaku dan membuat kebijakan tentang upaya PRB.
E. Sasaran Penerima Manfaat Kampus Siaga Bencana
1. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah individu atau kelompok yang diharapkan berubah
perilakunya. Mahasiswa merupakan sasaran primer karena sebagai
agen perubahan pengurangan risiko bencana di dalam kampus maupun
lingkungan masyarakat.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok dan organisasi yang mem-
pengaruhi perubahan perilaku sasaran primer. Dalam konteks KSB, yang
termasuk dapat mempengaruhi perubahan perilaku mahasiswa adalah:
25
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
a. Dosen
b. Karyawan
c. Pengelola jasa
d. Masyarakat sekitar kampus
e. Orang tua dan keluarga mahasiswa
f. Media massa, media elektronik, dan sosial media
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah individu atau kelompok dan organisasi yang
memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dan keputusan PRB di
kampus. Dengan demikian para pemangku kebijakan di kampus, pihak
yayasan, KOPERTIS, Rektorat, Dekanat, Direktorat Perguruan Tinggi,
serta instansi yang menangani kegiatan PRB menjadi bagian dari sasaran
tersier.
F. Komponen Kampus Siaga Bencana
Komponen KSB, yang juga dapat disebut sebagai tim Kelompok Kerja
(Pokja) terdiri dari tim pengarah, tim pelaksana, dan dapat melibatkan
mitra.
1. Tim Pengarah KSB
Tim pengarah terdiri dari rektorat/dekanat dan dosen pendamping Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), yang
mempunyai tugas:
a. Memberi persetujuan atas rencana kegiatan yang disusun secara
bersama oleh Kelompok Kerja (Pokja) KSB.
b. Memberi petunjuk dalam mengorganisasi dan memobilisasi komponen
kampus untuk mendukung pelaksanaan KSB.
c. Memberi petunjuk dalam rangka pelatihan bagi warga kampus dan
anggota masyarakat dengan keterampilan PRB.
d. Membina koordinasi dengan dinas terkait setempat serta dengan
organisasi masyarakat pemerhati masalah bencana dan lingkungan
lainnya.
e. Mengupayakan dukungan kebijakan, struktural dan fnansial.
Panduan Kampus Siaga Bencana
26
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2. Tim Pelaksana KSB
Tim pelaksana KSB merupakan gabungan dari dosen dan mahasiswa, yang
bertugas:
a. Menyusun secara rinci rencana kegiatan berdasarkan masukan-
masukan dari pelaksana lapangan dan masyarakat, sebelum diajukan
kepada tim pengarah.
b. Mobilisasi komponen kampus dalam rangka pelaksanaan kegiatan
program penguatan kapasitas SDM dalam bidang PRB.
c. Mengorganisasi kegiatan PRB di tingkat perguruan tinggi dan
masyarakat.
d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan sehari-hari di tingkat
perguruan tinggi dan masyarakat.
e. Koordinasi dengan petugas lapangan dari instansi-instansi terkait.
f. Evaluasi laporan kemajuan program di tingkat perguruan tinggi dan
masyarakat.
3. Mitra KSB
Berikut ini beberapa mitra potensial yang dapat terlibat sebagai anggota
tim Kelompok Kerja (Pokja):
a. Yayasan
b. Kopertis
c. PMI
d. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
e. Media massa
f. Dinas terkait
g. LSM/NGO terkait
27
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Gambar 4 : Aksi penanaman pohon yang dilakukan para mahasiswa yang tergabung
dalam unit KSR Universitas Negeri Jakarta
G. Peran PMI dan Para Mitra Dalam Pelaksanaan Siklus Kampus Siaga Bencana
PMI, sebagai salah satu mitra perguruan tinggi dalam mendukung
terwujudnya upaya PRB di lingkungan kampus, akan melaksanakan peran
yang mengacu pada mandat PMI baik dalam hal PRB, pembinaan generasi
muda, maupun Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional. Berikut peran dan komitmen yang dapat dilakukan oleh
PMI:
1. Pembinaan KSR Perguruan Tinggi sebagai salah satu UKM yang berfokus
pada upaya pengurangan risiko bencana.
2. Berbagi informasi dan sumber daya dalam bentuk fasilitator, nara sumber,
maupun pelatih, dokumen terkait PRB, kurikulum pelatihan, alat peraga.
Panduan Kampus Siaga Bencana
28
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
3. Sosialisasi dan advokasi di tingkat nasional maupun global di lingkungan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
4. Mengintegrasikan upaya PRB di kampus dan PMI untuk pengembangan
program-program PRB berbasis masyarakat dan Sekolah Siaga Bencana
(SSB).
5. Menjadi anggota tim pemantauan dan evaluasi, maupun tim pengembangan
KSB.
Adapun peran PMI di setiap tingkatan, secara rinci dijelaskan dalam tabel
di bawah ini:
Tabel 2. Peran PMI di Setiap Tingkatan
Komponen Peran
PMI Pusat
- Memformulasikan kebijakan dan strategi pengembangan KSB
- Memastikan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dapat ber-
jalan sebagaimana yang dikehendaki
- Meninjau permohonan dari PMI Provinsi lain dalam rangka
pengembangan KSB di wilayah kerjanya
- Melaksanakan koordinasi di tingkat internal PMI dalam kaitannya
dengan pengembangan KSB
- Melaksanakan koordinasi dengan pihak eksternal di tingkat
nasional dalam kaitannya dengan pengembangan KSB.
PMI Provinsi
- Menjabarkan kebijakan dan strategi pengembangan KSB sesuai
dengan situasi, kondisi serta prioritas PMI Provinsi
- Memastikan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dapat ber-
jalan sebagaimana yang dikehendaki
- Membina koordinasi dengan BPBD, dinas-dinas dan pemangku
kebijakan terkait serta mengupayakan dukungan dari
pemerintah provinsi
- Mendukung mobilisasi sumber daya
- Mengupayakan dukungan monitoring dan supervisi pelaksanaan
pengembangan KSB.
29
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
PMI Kabupaten/Kota
- Mensosialisasikan KSB sebagai sebuah pendekatan pelaksanaan
PRB di Perguruan Tinggi
- Memberi rekomendasi dalam mengorganisasi dan memobilisasi
sumber daya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan PRB di
Perguruan Tinggi
- Memberi rekomendasi dalam rangka peningkatan kapasitas
sumber daya manusia di internal PMI dalam kaitannya dengan
pengembangan KSB
- Membantu mengidentifkasi kebutuhan kegiatan PRB di Kampus
bekerjasama dengan Perguruan Tinggi terkait
- Memberikan pendampingan teknis bagi Perguruan Tinggi dalam
mengembangkan dan melaksanakan kegiatan PRB
- Membina koordinasi dengan BPBD, pemangku kebijakan, dinas
dan organisasi terkait dalam hal pengembangan PRB
di Perguruan Tinggi
- Pembinaan KSR Unit Perguruan Tinggi sebagai salah satu sumber
daya yang dimiliki oleh PMI Kabupaten/Kota dalam mengem-
bangkan PRB di Perguruan Tinggi
- Berbagi informasi dan sumber daya dalam bentuk fasilitator,
narasumber, pelatih dan dokumen terkait pengurangan risiko
bencana, kurikulum pelatihan, serta alat peraga
- Sosialisasi dan advokasi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional
- Mengintegrasikan upaya pengurangan risiko di Perguruan Tinggi
untuk pengembangan program-program pengurangan risiko
berbasis masyarakat dan Sekolah Siaga Bencana
- Menjadi anggota tim pemantauan dan evaluasi, maupun tim
pengembangan KSB.
Panduan Kampus Siaga Bencana
30
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Sedangkan peran Pengurus, Staf, dan Relawan PMI dijabarkan sebagaimana
tabel berikut ini:
Tabel 3. Peran Pengurus, Staf dan Relawan PMI
Komponen Peran
Pengurus
- Memformulasikan kebijakan dan rencana strategi pengembangan KSB;
- Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan pengembangan KSB
- Bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam
mengembangkan KSB
- Membangun jejaring dengan pemangku kepentingan lainnya di
tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka
pengembangan KSB
Staf
- Menjabarkan kebijakan dan rencana strategi pengembangan
KSB sesuai dengan situasi, kondisi serta prioritas PMI Pusat/
Provinsi/Kabupaten/Kota
- Mensosialisasikan KSB sebagai sebuah pendekatan pelaksanaan
PRB di Perguruan Tinggi
- Memastikan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dapat ber-
jalan sebagaimana yang dikehendaki
- Membina koordinasi dengan BPBD, Perguruan Tinggi, dinas-dinas
dan pemangku kebijakan terkait serta mengupayakan dukungan
dari pemerintah provinsi
- Mendukung mobilisasi sumber daya
- Mengupayakan dukungan monitoring dan supervisi pelaksanaan
pengembangan KSB.
Relawan
- Mensosialisasikan KSB sebagai sebuah pendekatan pelaksanaan
PRB di Perguruan Tinggi
- Mempromosikan kegiatan KSB
- Memberikan pendampingan teknis dalam pelaksanaan kegiatan
PRB di Perguruan Tinggi.
31
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Kampus sebagai pengelola KSB tentunya memainkan peran utama untuk
mencapai keberhasilan PRB di lingkungan kampus. Tabel di bawah ini men-
deskripsikan kompetensi dan peran warga kampus, yang dapat bersinergi
dengan para mitra:
Tabel 4. Kompetensi dan Peran Warga Kampus di Perguruan Tinggi
Komponen Kompetensi Peran
Rektorat/Dekanat
- Mampu membuat
kebijakan (mengesahkan
dan menetapkan Standard
Operating Procedure (SOP),
Perjanjian Kerjasama dan
Kesepahaman, Rencana
Strategis, Rencana Aksi)
- Mendanai dan/atau
mendukung pendanaan
pelaksanaan.
- Pembuat kebijakan kampus
yang mendukung
pelaksanaan upaya KSB dan
integrasinya dalam
kegiatan perguruan tinggi
- Pelindung
- Penasehat
- Penyandang dana
Dosen
- Memahami konsep PRB
- Memberikan pemahaman
kepada masyarakat kampus
tentang KSB
- Mengintegrasikan isu dan
dampak PRB dan adaptasi
perubahan iklim ke dalam
mata kuliah yang diajarkan
- Berkonstribusi mengenai
penelitian dan
pengembangan keilmuan
terkait
- Sebagai Role Model,
memberikan contoh kepada
masyarakat lingkungan
kampus tentang perilaku
upaya PRB dan adaptasi
perubahan iklim.
- Narasumber
- Fasilitator
- Pelaksana
- Peneliti
- Promotor
Panduan Kampus Siaga Bencana
32
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Mahasiswa
- Memahami KSB
- Mampu mengelola dan
melaksanakan KSB dalam
upaya PRB
- Memiliki kemampuan
advokasi
- Terlibat dan berpartisipasi
dalam upaya pencapaian
tujuan KSB.
- Pelaksana
- Pengelola
- Promotor
- Narasumber
- Pendidik sebaya
Karyawan
- Mengetahui upaya PRB
- Melaksanakan KSB.
- Pelaksana
- Pendukung
- Promotor
- Fasilitator
Pengelola jasa layanan
(kantin, photo copy, parkir,
dll)
- Mengetahui tentang KSB
- Terlibat dalam KSB
- Partisipasi
Yayasan
- Mengetahui tentang KSB
- Memahami KSB
- Mendukung pengesahan dan
penetapan kebijakan
- Mendanai pelaksanaan
- Pembuat Kebijakan
- Promotor
KOPERTIS
- Mengetahui tentang KSB
- Mendukung upaya promotif
pengambilan kebijakan
- Mendukung upaya promotif
penyediaan dana
pelaksanaan
- Mendukung upaya
koordinasi dan kerjasama
KSB antar perguruan tinggi
- Promotor
33
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
H. Isu Lintas Sektor Kampus Siaga Bencana (KSB)
Semakin besarnya perhatian pada upaya pengarusutamaan risiko bencana
dipengaruhi oleh semakin meningkatnya kerugian yang ditimbulkan oleh
bencana terutama terhadap aset ekonomi, sosial serta kesejahteraan dan
penghidupan masyarakat. Oleh karena itu, salah satu upaya yang perlu
diperhatikan dalam penyelesaian PRB adalah dengan memperhatikan isi-isu
lintas sektor KSB. Memadukan strategi program PRB dengan isu-isu lintas
sektoral yang terkait dengan bencana tentunya akan menjadikan KSB mem-
punyai cakupan sasaran yang luas dan menyeluruh. Berikut isu lintas sektor
KSB sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
1. Pendekatan Multiancaman (multi-hazard)
Pendekatan multiancaman adalah salah satu metodologi dalam upaya
PRB yang berguna dalam mengidentifkasikan sekaligus membandingkan
strategi-strategi PRB, kesiapsiagaan, serta langkah-langkah mitigasi
untuk setiap jenis bencana yang berbeda. Pengurangan Risiko Bencana dalam
aplikasinya pada sebuah program kerja adalah sebuah permasalahan multi-
dimensi yang kompleks dimana membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
yang luas dari berbagai disiplin ilmu.
Mengadopsi pendekatan multibencana dalam rencana kerja KSB kedepan-
nya akan menjadi satu keuntungan. KSB menjadi wadah yang tepat untuk
hal ini karena pendekatan multibencana dapat digunakan untuk memantau
seluruh strategi PRB yang akan digunakan oleh sebuah perguruan tinggi. Selain
itu pendekatan ini memberikan kesempatan untuk kerja pembangunan yang
lebih terkoordinasi. Berikut adalah isu-isu terkait lainnya yang termasuk
dalam pendekatan multi-hazard:
Panduan Kampus Siaga Bencana
34
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala
Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) merupakan salah satu universitas di Indonesia
yang telah mengembangkan dan menerapkan berbagai program mitigasi bencana
di lingkungan kampus melalui pendirian Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana
(Tsunami and Disaster Mitigation Research Center) pada tahun 2006. Pendirian
TDMRC tersebut diilhami oleh bencana tsunami yang melanda Aceh pada 2004
silam, yang menelan ratusan korban jiwa.
Pengembangan program mitigasi yang dilakukan UNSYIAH, tidak hanya dilakukan
di Aceh, tetapi di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah rawan bencana.
Program kebencanaan yang sudah dan sedang dilakukan terus disosialisasi-
kan oleh TDMRC, papar Teuku Alvisyahrin, Kepala Divisi Professional Service
TDMRC UNSYIAH kepada Antara (Antara, 2010). TDMRC juga mendapat mandat
dari pemerintah Provinsi Aceh untuk menyediakan informasi, produk dan
layanan yang dapat dimanfaatkan untuk program pengurangan risiko bencana.
Dalam upaya mempercepat proses pengembangan kapasitas lembaga, dalam
melaksanakan aktivitasnya TDMRC bekerja sama dengan para peneliti dari lembaga
riset kebencanaan nasional dan internasional.
Program kolaborasi yang dirintis oleh TDMRC juga mencakup penerapan
dan pengembangan teknologi bencana dan pengurangan risiko bencana
berbasis masyarakat, dan mengintegrasikan program siaga bencana dalam
kurikulum sekolah dan universitas.
Upaya-upaya memperkuat kapasitas terus dilakukan sampai saat ini. Seperti
yang dijelaskan dalam web resmi UNSYIAH, saat ini pihak universitas juga sudah
mengirimkan beberapa akademisi handal keluar negeri, terutama Jepang guna
mempelajari bagaimana cara menanggulangi bencana. Peningkatan kapasitas
sumber daya manusia juga menjadi salah satu fokus utama dari pengembangan
TDMRC karena selama ini UNSYIAH masih kekurangan tenaga profesional yang
dapat menangani mitigasi bencana. Pihak universitas juga akan menjamin akan
adanya transfer ilmu dan teknologi dari program ini.
Dalam situs resminya, Darni, Rektor UNSYIAH juga menekankan bahwa UNSYIAH
akan mengembangkan program mitigasi melalui jenjang pendidikan. Semua
masyarakat kampus akan dilibatkan, baik staf, dosen maupun mahasiswa dalam
mensosialisasikan siaga bencana di wilayah masing-masing (www.tdmrc.org/id/).
35
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2. Kesehatan
Pendekatan yang dilakukan KSB dalam upaya PRB tentunya juga diharap-
kan menyertakan isu terkait kesehatan. Seperti diketahui bahwa bencana
dan perubahan iklim sudah dipastikan menyertakan dampak pada berbagai
masalah kesehatan di masyarakat. Epidemi, wabah, merupakan ancaman
yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di
suatu tempat tertentu, demikian juga dengan penyebaran HIV dan AIDS yang
terasosiasi dengan bertambahnya populasi, eksploitasi, kekerasan berbasis
gender maupun transaksi seksual sebagai strategi bertahan hidup. Kondisi
lingkungan yang buruk, perubahan iklim dan pola hidup masyarakat yang
salah, bisa meningkatkan skala sebaran penyakit yang semula berada di
posisi lokal. Dengan meningkatnya korban jiwa maka akan menjadi
bencana nasional. Maka pemahaman yang baik dan benar akan pentingnya
isu kesehatan dalam setiap upaya PRB menjadi penting untuk capaian hasil
sasaran.
Kampanye Donor Darah
Donor darah sebagai bagian dari gaya hidup merupakan kampanye yang didengung-
kan oleh PMI semenjak Mei 2010. Kampanye ini diperuntukkan kepada individu
secara khusus dan masyarakat luas pada umumnya, untuk mengajak partisipasi
mereka untuk donor darah. Gerakan ini muncul dari adanya kebutuhan darah
yang terus meningkat. Mengutip keterangan Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, kepada
Suara PMI, PMI membuka gerai donor darahnya di berbagai mal dan kampus
supaya masyarakat mudah mendonorkan darahnya. Saat ini gerai donor darah
yang telah beroperasi antara lain: di Mal Senayan City, Pasar Tanah Abang Jakarta,
Mal Metropolitan Bekasi, Jawa Barat Mal, Tunjungan Plaza 2 Surabaya dan Mal Ratu
Indah, Makassar. Sedangkan untuk area kampus, PMI juga membuka gerai donor
darah di Kampus Universitas Trisakti, Jakarta dan Kampus Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Untuk kelancaran dan kecepatan layanan donor darah, dengan menggandeng
mitranya, PMI menyediakan mobil layanan donor darah yang siap men-
jangkau masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, PMI juga bekerja
sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dalam
menyiapkan sistem informasi stok darah secara online. Layanan ini dapat dilihat
dalam direktori donor darah dalam website resmi FK UGM. (Setiawan, 2012)
Panduan Kampus Siaga Bencana
36
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Paguyuban Demi Setetes Darah Untuk Kehidupan
Tawang Rejo adalah salah satu desa di Kecamatan Jatipurno, Kabupaten
Wonogiri, yang menjalankan program Kesehatan dan Pertolongan Pertama
Berbasis Masyarakat (KPPBM) PMI bekerjasama dengan Palang Merah Amerika.
Selain merasakan manfaat positif atas program kesehatan tersebut, warga Desa
Tawangrejo menjadi akrab dengan kegiatan donor darah.
Berkat persuasi yang intensif dari relawan desa, PMI, dan tenaga kesehatan
desa, masyarakat Tawangrejo kini tidak lagi takut mendonorkan darahnya.
Bahkan sebuah paguyuban donor darah dengan nama Gumregah dibentuk sejak
Juni 2011. Saat ini paguyuban ini berfungsi untuk mengkoordinasi masyarakat dan
mendorong donor darah kolektif setiap tiga bulan sekali. Sekarang gerakan Desa
Tawangrejo tersebut telah diikuti oleh dua desa lain di Kecamatan Jatipurno. Desa
Jatipurno, misalnya telah membentuk paguyuban pendonor dan diberi nama
Paguyuban Bakti Ludiro Husada, sedangkan di Desa Slogoretno, diberi nama
Paguyuban Retno Ludiro.
PMI Kabupaten Wonogiri melihat potensi pedonor darah di pedesaan memang
sangat besar, namun belum dimaksimalkan. Terinspirasi oleh hal itu, sebuah
rencana besar pun disusun. Bekerjasama dengan masyarakat Wonogiri dan dinas
terkait, peluncuran Desa Donor Darah sedang dirintis. Targetnya tidak main-main,
25 desa di seluruh Kabupaten Wonogiri.
Sekretaris PMI Wonogiri, Annajib Thohari mentargetkan setiap kecamatan
minimal mempunyai satu desa donor darah. Beliau menambahkan, Kalau
paguyuban pendonor darah sudah teroganisasi, kerja Unit Transfusi Darah (UTD)
lebih mudah karena mereka tinggal mendatangi desa yang sudah terjadwal.
(Soemantri, 2012)
3. Kesinambungan Lingkungan
Kondisi lingkungan adalah salah satu faktor penting yang dapat
menentukan kerentanan terhadap suatu bencana. Kerusakan lingkungan
diakui secara luas berkontribusi besar terhadap kerugian hilangnya nyawa
manusia serta gangguan ekonomi. Dengan tidak mengindahkan isu
lingkungan dalam rancangan sebuah upaya PRB seperti KSB, dapat
menghambat keberlangsungan upaya tersebut di masa depan.
37
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Penilaian terhadap kondisi lingkungan internal maupun eksternal
kampus menjadi sangat penting dalam inisiasi pembentukan KSB.
Dalam penilaian awal, sangatlah penting bagi perguruan tinggi yang
bersangkutan untuk dapat mengumpulkan data-data terkait sejarah
perkembangan lingkungan, sejarah, dan risiko bencana yang berkontribusi
terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal kampus.
Konsistensi Relawan Melawan Kota Jakarta
Masyarakat Jakarta sebagai masyarakat metropolitan jelas memiliki karakter yang
berbeda dari masyarakat di daerah pedesaan. Sulitnya mendapati masyarakat
perkotaan yang dengan sukarela mau berpartisipasi dan memiliki kepedulian
terhadap lingkungan, merupakan satu problematika tersendiri di daerah urban
seperti Jakarta.
Kalau warga diundang kegiatan Jumat bersih, mereka beralasan, setiap hari
juga menyapu rumah kok. Kalau diminta gotong royong membersihkan selokan,
alasannya, Setiap saat juga dibersihkan kok, ujar Muhartini, ketua RT 05, Ke-
lurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Menurutnya warga selalu
memberikan berbagai macam alasan jika diajak berpartisipasi dalam kegiatan
Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (KPPBM) yang didukung
oleh PMI.
Kendati begitu sulit menarik partisipasi warganya, Muhartini tidak begitu saja
menyerah. Ia memulai program kesadaran lingkungan justru dari diri sendiri,
menjadikan dirinya sebagai contoh. Kelurahan Pejaten Timur seperti umumnya
pemukiman padat di ibu kota Jakarta, terhimpit oleh permasalahan sanitasi
buruk, Mandi Cuci Kakus (MCK) tidak mencukupi, tempat pembuangan sampah
tidak memadai, selokan tidak berfungsi dan sungai yang mendangkal.
Semua diperburuk dengan sulitnya menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
melakukan perubahan untuk lingkungan. Tetapi, masih ada secuil harapan yang
bisa didapat dari orang-orang yang konsisten seperti Muhartini beserta beberapa
relawan lain yang masih aktif. Merekalah yang bisa melawan karakter negatif
orang kota, dan membuktikan masyarakat metropolitan bisa menjadi peduli
lingkungan. (Soemantri, 2012)
Panduan Kampus Siaga Bencana
38
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
4. Keragaman Budaya dan Usia
Pendekatan multiancaman yang terintegrasi dalam setiap program PRB
juga selayaknya mempertimbangan isu-isu terkait dengan keragaman
budaya dan usia. Mengingat fakta bahwa Indonesia memiliki
keragaman budaya yang sangat tinggi, maka isu ini akan menjadi sangat
penting dalam pertimbangan desain upaya mitigasi di setiap program PRB.
Demikian pula dengan kelompok usia yang tak luput dari pertimbangan,
hal ini perlu disadari karena setiap kelompok usia memiliki ketahanan dan
kapasitas yang berbeda dalam menghadapi bencana. Memasukkan
pertimbangan isu keragaman budaya dan usia dalam rencana kerja KSB
tentunya menyempurnakan capaian hasil dari sasaran program KSB.
Pemberdayaan Mereka yang Lanjut Usia dalam Pengurangan Risiko Bencana
Sebagai sebuah organisasi dengan jaringan global, HelpAge International
(Hall, 2007) percaya bahwa mereka yang lanjut usia mempunyai potensi untuk
berdaya guna memimpin dan mengupayakan hidup sehat dan aman. Untuk itu
HelpAge International melalui program pemberdayaan orang tua berupaya
untuk memperjuangkan hak-hak orang tua terutama mereka yang kurang mampu
secara ekonomi dan fsik, serta memberikan dukungan kepada mereka selama
pengasuhan lintas generasi.
Tsunami memiliki dampak yang mendalam pada semua orang yang tinggal di Aceh.
Namun dampak tersebut pun dirasakan bervariasi berdasarkan kelompok usia.
Dari hasil temuan di lapangan, dinyatakan bahwa sifat bantuan yang diberikan
pada saat operasi bencana masih belum menganggap orang tua sebagai aktor
untuk rehabilitasi dan pembangunan. Melalui kerjasama dengan mitra jaringan-
nya di Banda Aceh, HAI melaksanakan program pemberdayaan orang tua melalui
peningkatan kapasitas untuk memberikan pelayanan kesehatan ramah usia dan
terhadap usia-usia tertentu sebagai bagian dari upaya program rekonstruksi
tsunami.
Kegiatan meliputi paket pelatihan dan pendidikan untuk relawan kesehatan
masyarakat untuk meningkatkan penjangkauan masyarakat untuk orang tua
rentan dengan mobilitas yang terbatas. Untuk mendukung program ini, HAI juga
mengembangkan toolkit yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
orang tua dalam keadaan darurat.
39
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Narwani (60) mengungkapkan kekayaan yang dimilikinya sebelum terjadi
tsunami; ia memiliki 11 ha lahan subur, 200 ekor sapi dan toko kelontong
dengan penghasilan rata-rata US $7 per hari. Setelah Tsunami terjadi, dia
kehilangan hampir semua ternak dan tokonya. Dengan dua putranya, dia telah
kembali ke pertanian keluarga dan memulai merintis toko kelontongnya dengan
dukungan dari kredit yang diberikan oleh sebuah organisasi lokal. Hal ini sangat
baik untuk saya, karena dapat membuat saya selalu sibuk dan menjadi salah
satu cara saya menjaga diri untuk sehat sekaligus mendapatkan uang untuk
menghidupi keluarga saya, ungkap Narwani bersemangat dan penuh percaya diri
(HelpAge International, 2006).
5. Perspektif Gender Dalam Rencana Desain Pembentukan KSB
Faktanya, perempuan dan laki-laki memiliki jenis kerentanan yang berbeda
dan hal ini didukung oleh kapasitas yang berbeda-beda dalam menanggapi
bencana serta akses terhadap sumber daya yang tersedia. Oleh karena
itu, risiko bencana dan perubahan iklim memberikan dampak yang nyata
dan berbeda pada setiap kelompok rentan masyarakat; kelompok laki-laki,
perempuan, serta anak perempuan dan laki-laki.
Pengarusutamaan gender di semua kebijakan lembaga dan program PRB
untuk mengatasi akar permasalahan terjadinya kerentanan berbasis
gender adalah penting untuk menjadi bahan pertimbangan. Saat ini gender
dipastikan selalu terintegrasi dalam setiap kebijakan terkait
penanggulangan bencana, perencanaan dan proses pengambilan
keputusan termasuk penilaian risiko, peringatan dini, manajemen informasi
dan pendidikan/pelatihan. Perhatian khusus pada peran dan prioritas
laki-laki dan perempuan yang berbeda dalam upaya mengurangi risiko
bencana akan memberikan hasil yang lebih berkelanjutan.
Dalam prosesnya, KSB diharapkan mampu menjamin penggunaan analisis
gender dan data terpilah berdasar jenis kelamin untuk menentukan sasaran
sumber daya dan memberikan bobot seimbang terhadap hak dan
kapasitas laki-laki dan perempuan. Akses terhadap informasi PRB dan
pengambilan keputusan terhadap upaya-upaya PRB dalam pembentukan KSB
dan rencana aksi kedepannya adalah salah satu contoh yang dapat
dipraktikkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.
Panduan Kampus Siaga Bencana
40
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Rintisan Kemandirian Perempuan Punge Jurong
Gampong Punge Jurong, Banda Aceh, merupakan salah satu area kerja program
dukungan psikososial (PSP) paskatsunami. Program ini merupakan kerjasama
PMI dan Palang Merah Amerika. Program yang melayani sekitar 130 ribu individu
di 122 desa dan 126 sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar sebenarnya telah
berakhir, tetapi di gampong yang ditinggali ibu-ibu aktif warga Punge Jurong ini
geliat aktivitas masih terasa.
Selain meninggalkan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan teknis,
antara lain membuat sulaman hiasan khas Aceh dan membuat kue, program PSP
telah membentuk rasa kebersamaan yang kuat di kalangan perempuan. Rasa
kebersamaan ini didasarkan pada rasa kehilangan yang sama, dan program PSP
memfasilitasi mereka untuk berbagi rasa secara berkelompok dalam berbagai
aktivitas. Terdorong oleh keinginan untuk saling mendukung, sebuah koperasi
simpan pinjam dengan nama Koperasi Wanita Mawaddah pun terbentuk.

Sampai pada bulan Juli 2011, koperasi ini telah beroperasi selama enam
bulan dengan beranggotakan 50 perempuan dan memiliki omzet Rp 9.000.000.
Keinginan perempuan Punge Jurong sebenarnya sederhana, yaitu koperasi ini
secara eksklusif dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan tambahan
keluarga. Tetapi ternyata keberadaannya menjadi sebuah bukti rasa
kebersamaan dan kepercayaan yang telah kuat terbangun di Gampong yang rusak
cukup parah karena tsunami ini. Para ibu kini tidak hanya sudah pulih, tetapi
sedang merintis sebuah kemandirian (Soemantri, 2012).
6. Adaptasi Perubahan Iklim (API)
Satu hal yang perlu dipahami adalah tanpa pemahaman dan adaptasi ter-
hadap perubahan iklim, kejadian bencana yang mengancam masyarakat
rentan seperti banjir, angin topan, akan berpotensi meningkatkan risiko
bencana dalam skala besar. Saat ini tindakan-tindakan API umumnya
sudah banyak diakui dan dilakukan oleh berbagai kelompok pemangku
kepentingan yang mewakili pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Umumnya strategi API mengupayakan optimalisasi hasil dari
peraturan dan struktur yang telah ada untuk diterapkan dalam program
PRB berbasis masyarakat untuk memperkuat ketahanan masyarakat yang
rentan akan dampak bencana dan perubahan iklim.
41
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Sama halnya dengan pengarusutamaan perspektif gender,
pengarusutamaan API diharapkan mampu diintegrasikan sejalan dengan
tujuan pembentukan dan rencana aksi KSB. Dengan demikian, masyarakat
kampus/perguruan tinggi yang bersangkutan dapat menjadi bagian sebagai
pelaku utama implementasi API yang terintegrasi dalam upaya penguatan
kapasitas ketahanan PRB di lingkungan kampus maupun masyarakat luar
kampus.
UNNES, Universitas Konservasi
Jika universitas lain berlomba-lomba menamakan dirinya sebagai Universitas Riset,
maka tidak demikian dengan Universitas Negeri Semarang (UNNES). UNNES ber-
siap diri untuk mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi, sebagai wujud
pengalaman Tri Dharma Perguruan Tinggi. Universitas Konservasi yang dimaksud
adalah UNNES tidak hanya bertujuan mencetak generasi muda yang berkualitas,
tetapi dalam tujuan tersebut lingkungan sekitar juga menjadi faktor penentu.
Salah satu bentuk nyata UNNES dalam memperhatikan kehidupan sekitar
kampus adalah melalui pembangunan dua embung (telaga) yang airnya berasal dari
limbah rumah tangga yang telah mengalami proses penjernihan dengan teknologi
sederhana. Pembangunan embung tersebut menjadi sumber air bagi kehidupan
masyarakat sekitar kampus pada saat musim kemarau.
Keterlibatan rektor sebagai pelopor gerakan konservasi, dinyatakan sebagai
bentuk semangat dari pelaksanaan program ini, demikian juga dengan keterlibatan
dosen, mahasiswa, dan keluarga kampus tidak terkecuali. Wujud lain
bentuk nyata program ini, UNNES juga telah memanfaatkan teknologi IT dalam
melaksanakan perkuliahan sebagai upaya penghematan penggunaan kertas. Upaya
ini dianggap efektif karena dalam satu bulan UNNES mampu menghemat 4 rim
kertas dari 5 rim kertas per bulannya. Kedepannya UNNES juga akan
memberlakukan area bebas kendaraan bermotor di beberapa bagian area
kampus. Program yang akan dikembangkan kedepannya diantaranya: Conservation
of Biodiversity, Environmental Management, Green Space Management, Green
Architecture, Green International Transportation, Waste Management, Paperless
Policy dan Green Policy.
Pengembangan Sumber Daya Manusia juga akan dilakukan melalui pembentu-
kan kader konservasi di setiap fakultas sebagai salah satu strategi keberlanjutan
(Gemari, 2010).
Panduan Kampus Siaga Bencana
42
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
7. Kelompok Rentan
Kampus Siaga Bencana senantiasa memastikan bahwa kelompok rentan
seperti kaum perempuan, anak-anak, ODHA (Orang dengan HIV dan
AIDS), dan masyarakat berkebutuhan khusus bukan hanya menjadi pihak
yang menerima manfaat langsung dari program atau kegiatan namun juga
memiliki kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam
pembuatan keputusan. Pemahaman dan kesepakatan peran dari setiap
jenis dan lapisan masyarakat akan menjadi fondasi kuat dalam setiap
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan KSB. Konsep ini akan menjadi
bagian yang menyatu dalam peningkatan kesadaran di setiap tingkatan
kegiatan.
Peraya, Ujung Tombak Pencegahan HIV dan AIDS Di Kalangan Remaja
Ternyata HIV dan AIDS masalah remaja, tetapi kok remajanya malah gak
sadar? demikian ungkapan keheranan Noviyanti tiga tahun silam setelah mengikuti
pelatihan Pendidik Remaja Sebaya (PERAYA) PMI Cabang Jakarta Timur. Fakta
bahwa penyebaran HIV dan AIDS cukup tinggi di kalangan remaja dan pengguna
narkoba dengan jarum suntik adalah salah satu kelompok berisiko tinggi mem-
buatnya terhenyak. Karena itu menjadi anggota Peraya menurut Noviyanti bukan-
lah sekedar untuk mengisi waktu, tetapi telah menjadi sebuah keharusan. Novi,
tidak hanya menyebarkan informasi HIV dan AIDS di seputar wilayah kerja yang
menjadi tanggungjawabnya yaitu daerah Rawa Bunga, Prumpung. Pada setiap
kesempatan yang memungkinkan, informasi dan pendidikan mengenai HIV dan
AIDS sering sengaja ia jadikan topik pembicaraan di kalangan teman sebayanya.
Pola komunikasi serupa juga dilakukan oleh Remon di wilayah kerja yang sekaligus
menjadi tempat tinggalnya, Pulo Gebang. Perilaku seks bebas di kalangan remaja
dan pemakaian narkoba jarum suntik adalah dua faktor yang membuat daerah
tersebut berisiko tinggi terhadap penyebaran HIV dan AIDS.
Pemahaman yang lebih baik mengenai HIV dan AIDS di antara teman sebayanya
memang tidak serta merta menghentikan perilaku berisiko. Menurut Remon
paling tidak mereka sudah mengenal penggunaan kondom sebagai pencegahan dan
menjadi lebih peduli pada masalah kesehatan reproduksi.
43
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Berkordinasi dengan pihak kelurahan yang dijadikan area target, PMI Cabang
Jakarta Timur telah merekrut 66 orang remaja dan melatih mereka menjadi
Peraya. Peraya diharapkan memiliki kapasitas untuk menjadi penyuluh dan
penyampai informasi mengenai HIV dan AIDS, kesehatan reproduksi bahkan isu
yang penting lain di kalangan remaja di wilayah dampingannya. Program yang
didukung oleh Palang Merah Belanda ini diimplementasikan sejak tahun 2006
di sepuluh kecamatan yang meliputi 60 kelurahan di Jakarta Timur dan berakhir
2010.
Para peraya menyadari bahwa pendekatan yang mereka lakukan dinilai efektif,
karena remaja sering hanya terbuka kepada teman sebayanya. Semangat itu men-
dasari upaya nyata pencegahan penyebaran HIV dan AIDS di kalangan remaja. Dan
Peraya adalah ujung tombaknya (Soemantri, 2012).
8. Partisipasi Masyarakat dan Relawan
Masyarakat yang kuat, berdayaguna dan berkesinambungan adalah sebuah
kunci penting pembangunan dalam tujuannya mencapai keberhasilan positif
dalam segala sektor; ekonomi, sosial dan budaya. Partisipasi masyarakat
aktif adalah kunci keberhasilan dari pembangunan masyarakat yang
bertahan dan berdayaguna.
Dalam kaitannya dengan upaya-upaya pengurangan risiko, partisipasi
mereka yang dilandaskan atas kesukarelaan dalam setiap upaya PRB
tersebut akan menciptakan nilai-nilai berharga baik bagi diri mereka
sendiri maupun anggota masyarakat dimana mereka bernaung. Selain
itu tentunya memberikan kesempatan untuk masyarakat rentan untuk
aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan akuntabilitas
upaya PRB.
Pembentukan KSB tentunya diharapkan tetap mengindahkan keterlibatan
masyarakat dan relawan (desa/kelurahan/kampus). Mengingat bahwa
masyarakat (rentan) adalah target penerima manfaat dari setiap upaya-
upaya PRB, maka KSB akan berdaya guna secara optimal bila terjalin
kemitraan dan partisipasi yang tinggi dari semua komponen masyarakat/
relawan.
Panduan Kampus Siaga Bencana
44
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Dukungan masyarakat terhadap KSB akan menjadi penting, mengingat
kedepannya masyarakat adalah salah satu target penerima manfaat dari
pembentukan KSB. Partisipasi masyarakat/relawan dapat pula ditingkatkan
dalam hal pelaksanaan maupun pemantauan dan evaluasi.
Bergotong-royong Membentengi Diri Terhadap Bencana
Desa Morba, Kecamatan Alor Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, telah
menyelesaikan pembangunan bronjong dengan panjang total 140 meter dan
tanggul sepanjang 120 meter di empat titik rawan banjir di sepanjang Sungai
Kikiray. Sungai yang membelah desa berpenduduk 1.303 kepala keluarga (KK) itu
setiap tahun membawa permasalahan bagi warga di sebagian wilayahnya. Pada
musim kemarau sungai ini cenderung kering, tetapi kondisinya sangat kontras
ketika musim hujan. Saat hujan di atas bukit selama kurang lebih satu hari saja,
serangan banjir tidak terelakkan lagi.
Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan oleh masyarakat desa. Salah
satunya dengan melakukan penanaman bambu di bantaran sungai, tetapi ternyata
belum berhasil menahan banjir. Desa Alila dan Kelurahan Adang, di Kecamatan
Alor Barat Laut juga mempunyai permasalahan serupa.
Coba kalau banjir datang berselang 5-6 tahun sekali mungkin bisa, tetapi banjir
datang setiap tahun, buluh bambu belum tumbuh besar sudah terbawa banjir,
tutur Levinus T. Han, anggota tim SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Desa
Adang.
Masyarakat, tim Sibat, pemerintah desa dan Korps Sukarela (KSR) melaku-
kan pemetaan ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas sesuai kondisi
desa masing-masing. Hasil dari musyawarah bersama tersebut disepakati
membangun bronjong dan tanggul sungai pencegah bencana banjir di titik-titik
rawan. Mitigasi ini adalah langkah utama dari serangkaian kegiatan program
PERTAMA kerjasama PMI dan Palang Merah Belanda, sejak bulan Maret 2008.
45
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Tidak sulit memobilisasi masyarakat yang secara sukarela bekerja bersama mem-
bangun tanggul dan bronjong di tiga desa tersebut. Masyarakat sadar
bahwa semua itu untuk membentengi mereka dari bencana banjir. Kini sebagian
besar pembangunan telah selesai. Tetapi upaya pengurangan risiko bencana di
Desa Morba, Alila dan Kelurahan Adang tentu tidak berhenti pada pembangunan
mitigasi saja. Program PERTAMA boleh jadi menginisiasi serangkaian upaya
tersebut. Tetapi swadaya masyarakat dan kegotongroyongan yang sangat kuat-
lah yang sebenarnya akan terus menjadi benteng yang kokoh terhadap bencana
(Soemantri, 2012).
9. Mobilisasi Sumber Daya
Faktor ketidakpuasan dan keinginan untuk mengubah kondisi
(kerentanan dan kemiskinan) menjadi salah satu indikator dalam gerakan
sosial yang tidak terlepas dari mobilisasi sumber daya. Tindakan kolektif
akan dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat dalam upayanya
melakukan sebuah perubahan sosial dan meningkatkan kondisi mereka.
Terkait dengan upaya PRB, pihak berwenang diharapkan dapat
memberdayakan dan mengelola seluruh sumber daya yang ada di tingkat
lokal untuk mendukung kapasitas masyarakat dalam upayanya keluar dari
kondisi kerentanan yang menjadi ancaman ketika bencana terjadi.
Dalam hal ini, adalah sangat penting bagi rencana kerja KSB memahami
aspek-aspek dalam pengerahan sumber daya maupun pemberian akses bagi
setiap individu terhadap sumber daya karena komponen kampus diharap-
kan menjadi pihak terdepan bersama-sama dengan aktor penanggulangan
bencana lainnya dalam memberikan respon ketika bencana terjadi maupun
pada upaya kesiapsiagaan.
Panduan Kampus Siaga Bencana
46
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Kampus Siaga Bencana di UNIMUS
Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) merupakan salah satu yang me-
masukkan materi kebencanaan dalam kegiatan kemahasiswaannya. Pada tanggal
16 Juni 2012 lalu, sebanyak 30 mahasiswa UNIMUS mengikuti pelatihan tanggap
darurat bencana. Kegiatan yang dipromotori oleh BEM FKM ini dilaksanakan di
gedung rektorat Jl. Kedungmundu Raya 18, Semarang.
Pengetahuan kebencanaan, PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) serta
penanganan musibah kebakaran adalah beberapa materi yang diberikan pada
pelatihan tersebut. BPBD Provinsi Jawa Tengah dan SARDA Jateng adalah pemateri
yang ditunjuk oleh pihak universitas untuk membawakan materi selama pelatihan
berlangsung.
Beberapa praktik pelatihan yang harus dilakukan peserta selama pelatihan
antara lain melakukan praktik transportasi dan evakuasi korban serta praktik
memadamkan api. Selain itu, peserta juga diminta untuk memasang tanda dan
petunjuk jalur-jalur evakuasi di dalam gedung rektorat.
Bapak Sahyono selaku wakil dekan FKM mengatakan, Pelatihan seperti ini sangat
berguna bagi mahasiswa dan bagi UNIMUS sendiri, supaya warga UNIMUS peduli
dan lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana.
Iva Khunul selaku ketua panitia mengatakan Dengan adanya pelatihan memacu
semangat civitas akademika untuk bisa lebih tanggap bencana sesuai tema dalam
kegiatan tersebut, yaitu Pelatihan dan simulasi penanganan darurat bencana pada
mahasiswa (http://sarda-jateng.blogspot.com).
PARAMATER
KAMPUS SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
48
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
BAB III
PARAMATER KAMPUS SIAGA BENCANA
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya maka upaya PRB
merupakan tanggung jawab bersama elemen bangsa. Perguruan tinggi
merupakan komponen bangsa tempat bernaung para pelopor perubahan
yang mampu berkontribusi lebih luas, diantaranya berfungsi dalam hal
pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat (Tri Dharma
Perguruan Tinggi).
Disisi lain, kampus juga merupakan bagian dari elemen masyarakat yang
melekat dengannya sebuah hak dan kewajiban yakni hak perlindungan dan
memperoleh rasa aman. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, tujuan
adanya kampus yang siaga bencana selaras dengan Undang-Undang Nomor
24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
1
, bahwa masyarakat ber-
hak memperoleh pendidikan, pelatihan, dan keterampilan serta informasi
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Oleh karenanya, guna
memastikan bahwa suatu kampus telah memenuhi unsur-unsur atau dapat
dikategorikan sebagai KSB, maka diperlukan suatu alat analisis pengukuran
berupa parameter.
A. Parameter Kampus Siaga Bencana (KSB)
1. Kebijakan terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Adanya kebijakan akan mendukung keseluruhan proses pelaksanaan dan
keberlanjutan KSB. Kebijakan juga memberikan akses untuk menjalin jejar-
ing dan kerjasama, serta advokasi kepada para pemangku kepentingan.
1 Undang-Undang Nomor 24, tahun 2007, tentang ; Penanggulangan Bencana, BAB V, Pasal 26 ; tentang
hak dan kewajiban masyarakat
49
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2. Peni ngkatan Pengetahuan, Si kap, dan Keterampi l an dal am
Pengurangan Risiko Bencana
Pengetahuan, sikap dan keterampilan komponen kampus akan
menentukan tingkat kapasitas dan risiko yang dihadapi. Semakin meningkat
kapasitas yang dimiliki, maka akan semakin minimal risiko yang
dihadapi. Apabila lingkungan kampus mempunyai kapasitas yang kuat,
maka komponen kampus dapat mempengaruhi perubahan perilaku
masyarakat sekitar untuk meningkatkan ketahanan menghadapi bencana
dan melakukan upaya pengurangan risiko.

3. Mobilisasi Sumber Daya
Penyiapan sumber daya baik berupa manusia, sistem, perlengkapan,
material, maupun dana diperlukan untuk mendukung pelaksanaan KSB.
Sumber daya tersebut tentunya dapat diupayakan secara mandiri maupun
melalui kerjasama dengan pihak terkait.
4. Kemitraan
Kemitraan dalam konteks KSB adalah untuk membangun partisipasi dan
kemitraan internal dan eksternal kampus. Kemitraan bertujuan untuk
menjalin dan meningkatkan kerja sama antara komponen kampus dengan
stakeholder terkait PRB yang strategis untuk keberlanjutan KSB.
B. Indikator Pencapaian Parameter
Pencapaian terhadap parameter menjadi sebuah kunci terpenting
untuk mengetahui pencapaian dan/atau keberhasilan dari KSB. Untuk itu
pencapaian terhadap parameter perlu diuraikan secara jelas agar semua
pihak lebih dapat memahaminya secara komprehensif. Tabel di bawah
ini merupakan penjelasan secara umum mengenai indikator untuk setiap
parameter, yang dapat dikembangkan secara terperinci.
Panduan Kampus Siaga Bencana
50
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Tabel 5 : Indikator Pencapaian Parameter
No Parameter Indikator Verifkasi
1. Kebijakan PRB
Dokumen kebijakan,
kesepakatan dan/atau
peraturan kampus yang
memuat dan/atau
mendukung upaya PRB
kampus
Surat edaran
Surat keputusan
Kegiatan PRB yang
diintegrasikan dalam
kegiatan kampus
Proposal
Rencana kerja
Laporan kegiatan
Sistem dan prosedur yang
mendukung upaya PRB
Tupoksi tim pengarah
dan pelaksana
Adanya SOP
tanggap darurat
bencana yang dikaji
ulang dan
dimutakhirkan secara
rutin dan partisipatif.
Adanya pedoman
evakuasi dan
penanganan
darurat bencana, ter-
masuk peta dan alur
evakuasi, serta titik
lokasi aman
Adanya dokumen
kebijakan kampus
yang memuat dan/
atau mengadopsi
persyaratan konstruksi
bangunan dan
panduan retroft yang
ada atau yang berlaku
51
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Sistem dan prosedur yang
mendukung upaya PRB
Adanya rencana
kontijensi tanggap
darurat bencana
yang dikaji ulang dan
dimutakhirkan secara
rutin dan partisipatif
Adanya sistem
peringatan dini yang
telah diuji
Daftar perlengkapan
keamanan dan
keselamatan
2.
Peningkatan Pengetahuan,
Sikap, dan Keterampilan
dalam PRB
Adanya anggota komponen
kampus yang terlatih
dalam PRB
Database anggota
komponen kampus
yang terlatih dalam
PRB
Evaluasi pelaksanaan
kegiatan
Pelaporan
Dokumentasi
Adanya perubahan
Pengetahuan, Sikap, dan
Keterampilan warga
kampus terhadap PRB
Survei awal
Survei akhir
Laporan
Kegiatan PRB yang
dilaksanakan berdasarkan
hasil analisis risiko
Rencana aksi PRB
Rencana kontijensi
Akses kegiatan dan
informasi untuk
kelompok rentan dan
berkebutuhan khusus
Laporan kegiatan
Panduan Kampus Siaga Bencana
52
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Kajian tentang Ancaman,
Kerentanan, Kapasitas,
Risiko bencana yang terjadi
di lingkungan kampus dan
daerah sekitarnya
Dokumen
penilaian risiko
bencana yang disusun
secara berkala sesuai
dengan kerentanan
kampus
Peta risiko
3. Mobilisasi sumber daya
Adanya motor penggerak
mekanisme
penyelenggaraan
penanggulangan bencana
Surat keputusan tim
pengarah dan
pelaksana terkait PRB
di kampus
Jumlah dan jenis
perlengkapan, suplai dan
kebutuhan dasar pada
saat bencana yang dimiliki
kampus.
Database
perlengkapan dasar
dan suplai kebutuhan
dasar yang diakses oleh
komponen kampus pada
saat bencana
seperti: alat
Pertolongan Pertama
dan evakuasi, terpal,
tenda dan sumber air
bersih, dll
Kampus memiliki
rencana untuk mengguna-
kan sumber daya kampus
dalam melaksanakan upaya
PRB di lingkungan kampus
dan masyarakat
Rencana tanggap
darurat
Rencana kesiapsiagaan
Simulasi
Program
pemberdayaan
masyarakat (KKN, PPL,
KPPBM, PERTAMA, dll)
Dokumentasi dan
daftar hadir
53
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Adanya bangunan
kampus yang aman
terhadap bencana.
Bangunan kampus yang
berkarakteristik sebagai
berikut:
Struktur bangunan
sesuai dengan standar
bangunan aman
bencana
Tata letak dan desain
ruangan yang aman
Tata letak dan desain
yang aman untuk
penempatan sarana
dan prasarana kampus
Adanya kajian tingkat
keamanan dan
kerentanan konstruksi
bangunan terhadap
bencana
4. Kemitraan
Mekanisme koordinasi dan
kerjasama antara pihak
kampus dengan pihak-pihak
lain terkait PRB
(Pemerintah, BNPB/BPBD/
BPBA, PMI dan perangkat
kampus di lingkungan
maupun di luar kampus)
Jumlah kegiatan
advokasi/sosialisasi
Nota kesepahaman
Laporan kegiatan
Notulensi pertemuan
Evaluasi kerja
SIKLUS
KAMPUS SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
56
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
BAB IV
SIKLUS KAMPUS SIAGA BENCANA
Pengelolaan dan pengembangan Kampus Siaga Bencana (KSB)
membutuhkan dukungan dan partisipasi intensif dari seluruh komponen
perguruan tinggi, mitra, dan institusi terkait. Bentuk-bentuk dukungan
dan partisipasi dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan
parameter keberhasilan KSB, melalui tahapan siklus sebagai berikut:
Gambar 5. Siklus KSB
57
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
A. Tahapan Persiapan
Kematangan persiapan dan kesiapan internal institusi menentukan
keberhasilan pengelolaan, pengembangan, dan keberlanjutan KSB. Secara
umum persiapan dapat dibagi dalam tiga tahapan strategis, yakni Penguatan
Sumber Daya Institusi, Membangun Kemitraan, serta Sosialisasi dan Advokasi.
1. Penguatan Sumber Daya Institusi
Sebagai tahap awal, insitusi baik perguruan tinggi maupun pihak-pihak yang
mempunyai komitmen untuk melakukan upaya PRB di kampus, perlu melaku-
kan penguatan sumber daya institusi dengan cara:
a. Analisis Kapasitas Institusi
Masing-masing institusi mengidentifkasi faktor kekuatan dan
kelemahan di dalam institusi yang akan berdampak pada pengelolaan dan
pengembangan KSB, serta peluang dan hambatan yang berasal dari
luar institusi yang mempengaruhi pencapaian tujuan KSB. Sumber daya
manusia, keuangan, fasilitas, daya saing, mitra potensial, dan sistem
merupakan beberapa komponen untuk membuat analisis kapasitas
institusi. Adapun salah satu cara yang dapat digunakan untuk melaku-
kan analisis kapasitas institusi adalah analisis SWOT (Strenght/
kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/Kesempatan, dan Threat/
Tantangan), yang telah diterapkan oleh beberapa institusi.
b. Penentuan Strategi
Berdasarkan hasil analisis kapasitas institusi, maka dapat ditentukan
strategi yang akan diterapkan untuk melakukan upaya PRB. Strategi
bersifat jangka panjang, berkesinambungan, berkelanjutan, dan mem-
perhatikan kebutuhan lintas sektoral. Strategi KSB akan dijelaskan lebih
terperinci pada Bab V.
c. Penyiapan Sumber Daya
Identifkasi kebutuhan sumber daya merupakan penjabaran dari strategi.
Panduan Kampus Siaga Bencana
58
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Hal ini mencakup kebutuhan-kebutuhan antara lain kebijakan, SDM, pen-
danaan, identifkasi sumber dana baik dari donor, dana mandiri, mau-
pun dana bersama dari kemitraan, sistem, jenis kegiatan, dokumen, tim
pelaksana, perlengkapan, dan menentukan durasi waktu pelaksanaan.
2. Membangun Kemitraan
Membangun hubungan antar institusi diperlukan untuk memastikan
ketersediaan sumber daya dan dukungan para pihak. Identifkasi mitra
potensial, identifkasi peran dan tanggung jawab setiap mitra, dan
identifkasi bentuk dukungan dari setiap mitra merupakan langkah-langkah
membangun kemitraan. Dalam membangun kemitraan, perlu memperhati-
kan beberapa prinsip umum sebagai berikut:
a. Mengedepankan kesetaraan, kebersamaan, dan saling menguntungkan
b. Menjunjung asas musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan
keputusan
c. Menghargai keberadaan lembaga masing-masing
Beberapa bentuk kerjasama kemitraan yang dapat dibangun antara lain:
a. Penyediaan tenaga ahli, materi pendidikan dan pengajaran
b. Penyelenggaraan kerjasama di bidang manajemen
c. Penyelenggaraan kerjasama dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat
d. Penyelenggaraan kerjasama pendanaan
e. Bentuk-bentuk kerjasama lain yang berkaitan dengan pelaksanaan KSB
sesuai dengan kegiatan yang tertuang dalam pedoman ini
PMI sebagai salah satu mitra dapat menyediakan dukungan teknis dalam hal
pelatihan, penyediaan SDM, penyusunan pedoman, maupun pelaksanaan
program terpadu, dengan pelibatan tim pelaksana perguruan tinggi dan PMI
kabupaten/kota dan/atau PMI provinsi.
59
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
3. Sosialiasi dan Advokasi
Untuk menyebarluaskan gagasan, komitmen, dan rancangan KSB, serta
mendapatkan dukungan yang lebih luas, maka proses sosialisasi dan advokasi
dilakukan antara lain dengan cara:
a. Pertemuan dengan para pemangku kepentingan untuk menentukan
diterimanya konsep KSB. Promosi dan pelibatan organisasi/lembaga/badan
terkait dan para pemangku kepentingan yang lebih tinggi, seperti yayasan
pemilik perguruan tinggi, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI)
dan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah dibutuhkan dan
perlu dilakukan. Hal ini dapat ditindaklanjuti dengan pembentukan tim
pelaksana yang mengawal pelaksanaan KSB dan tahapan selanjutnya.
Dengan demikian pemahaman bersama terhadap kebutuhan, tujuan dan
manfaat KSB sedapat mungkin dapat terbangun di tahapan ini.
b. Lokakarya atau seminar untuk mempromosikan konsep KSB, ber-
bagi informasi, membangun kesamaan pemahaman, dan memperkuat
partisipasi. Kegiatan ini ditujukan kepada seluruh warga kampus yang
dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
upaya pengurangan risiko, serta sasaran utama (sasaran primer) KSB.
Contoh Tahapan dari Rektorat
1. Kebijakan rektorat terkait Kampus Siaga Bencana (KSB)
Rektorat sebagai pemegang kebijakan tertinggi di kampus merupakan penentu
keberhasilan utama pelaksanaan KSB. Kebijakan rektorat berupa surat keputusan
yang menyatakan dukungan pengarusutamaan isu pengurangan risiko bencana dalam
kegiatan-kegiatan di kampus, baik dalam kegiatan kemahasiswaan, akademik maupun
menjadi bagian kegiatan pengabdian masyarakat oleh kampus, dibutuhkan sebagai
rujukan formal kegiatan-kegiatan KSB.
Panduan Kampus Siaga Bencana
60
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2. Pembentukan tim kerja oleh gabungan warga kampus
Untuk memastikan terlaksananya KSB, kampus membentuk tim kerja, yang
terdiri dari tim pengarah dan tim pelaksana. Tim pengarah beranggotakan para
pengambil kebijakan di kampus, sedangkan tim pelaksana beranggotakan perwakilan-
perwakilan warga kampus baik mahasiswa, dosen, karyawan, dan penyedia jasa
layanan di kampus.
3. Proses siklus
Bekerjasama dengan PMI dan lembaga swadaya masyarakat pelaku pengurangan risiko
bencana, kampus memulai melaksanakan kegiatan KSB dengan melakukan identifkasi
dan penilaian ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas di kampus. Penilaian ini
dapat mencakup sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti kondisi
lingkungan, struktur dan infrastruktur di kampus dan lingkungan sekitar kampus.
Penilaian ini perlu juga didukung oleh survei tingkat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan warga kampus dan masyarakat sekitar kampus berkait dengan isu
kebencanaan dan pengurangan risikonya.
B. Siklus Kampus Siaga Bencana (KSB)
Proses untuk membentuk KSB dapat dilaksanakan secara berurutan sesuai
dengan siklus Gambar 5. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
1. Penilaian dan analisis secara partisipatif
Penilaian dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko, dan Kapasitas
merupakan titik awal untuk merancang KSB yang sesuai dengan ke-
butuhan. Proses ini perlu mempertimbangkan keterlibatan warga
kampus serta lembaga yang terkait serta keterwakilan yang setara antara
peran perempuan dan laki-laki maupun yang berkebutuhan khusus. Hal ini
dilakukan untuk menganalisis bencana yang mengancam komunitas di
lingkungan perguruan tinggi, menganalisis kerentanan, risiko yang
kemungkinan timbul, dan kapasitas yang dimiliki komunitas perguruan tinggi
serta masyarakat sekitar kampus untuk mengurangi risiko bencana.
61
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Hasil penilaian, dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko dan Kapasitas
dapat digunakan antara lain untuk:
a. Mendapatkan gambaran tingkat ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas
yang ada di lingkungan kampus maupun masyarakat sekitar kampus;
b. Mempermudah proses pengambilan keputusan;
c. Mengidentifkasi kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
KSB;
d. Merancang intervensi untuk mencapai indikator perubahan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan;
e. Sebagai bahan penyusunan rencana aksi.
Metode dan alat/instrumen penilaian dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko
dan Kapasitas telah diterapkan dan dikembangkan oleh para ahli dan institusi
yang bergerak di bidang PRB. Metode dan alat tersebut, diantaranya:
a. Informasi sekunder
b. Baseline survey termasuk baseline Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan
(KAP)
c. Diskusi kelompok terfokus
d. Wawancara semi-terstruktur
e. Observasi langsung
f. Assessment
g. Pemetaan
h. Diagram venn hubungan internal dan eksternal
2. Perumusan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana
Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu hasil penilaian dan
analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko dan Kapasitas menjadi dasar dalam
menentukan rencana aksi pengurangan risiko di perguruan tinggi, yang
dapat diintegrasikan ke dalam setiap kegiatan yang sudah ada, maupun ber-
sinergi dengan kegiatan para mitra. Rencana aksi disiapkan dan disusun oleh
komunitas kampus dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki, yang
selanjutnya dimonitor langsung oleh para komunitas kampus, dan dilaksana-
kan secara transparan dan akuntabel.
Panduan Kampus Siaga Bencana
62
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Rencana aksi PRB tidak hanya terdiri dari kegiatan struktural, tetapi
juga non-struktural yang menjangkau dan berdampak pada komunitas
kampus dan masyarakat sekitarnya dalam bentuk peningkatan kapasitas,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang isinya mengarah pada:
a. Rumusan kebijakan dan aturan perguruan tinggi untuk
mendukung pelaksanaan, keberlanjutan dan kemandirian kampus
untuk mengelola dan mengembangkan KSB.
b. Rumusan kebijakan dapat berupa (a) Surat Keputusan (SK), (b)
Nota Kesepahaman (MoU) dengan pihak mitra berkaitan dengan
pelaksanaan KSB.
c. Rencana kegiatan PRB jangka pendek, menengah, dan panjang yang
mewadahi rencana aksi untuk upaya PRB baik di wilayah kampus
maupun di masyarakat.
d. Pembagian peran dan tugas tiap stakeholder.
e. Rencana penguatan kapasitas.
f. Rencana penguatan kapasitas dapat berupa rencana pelatihan
maupun workshop dan seminar untuk penguatan kapasitas warga
kampus dalam pelaksanaan dan keberlanjutan KSB.
g. Rencana mitigasi.
Merupakan suatu rencana yang disusun untuk mengurangi risiko
bencana yang sudah teridentifkasi baik berupa kegiatan non-
struktural maupun struktural. Pada umumnya, mitigasi struk-
tural berupa renovasi atau perbaikan bangunan fasilitas kampus
untuk memastikan terjaminnya keamanan dan keselamatan warga
kampus, maupun perangkat Sistem Peringatan Dini. Sedangkan
mitigasi non-struktural dapat berupa upaya peningkatan
pengetahuan, kesadaran, dan kapasitas agar memiliki sumber daya
lebih terampil, sehingga selalu siap siaga dan waspada terhadap
kejadian bencana, yang dilakukan dalam bentuk pelatihan maupun
pembuatan dokumen kebencanaan.
63
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
h. Rencana tanggap darurat.
Rencana kegiatan yang dilakukan untuk menghadapi kejadian-
kejadian bencana serta menangani dampak buruk yang dialaminya,
contohnya: penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) dan
rencana simulasi bencana.
i. Rencana kontijensi/kedaruratan perguruan tinggi.
Suatu proses identifkasi dari penyusunan rencana, yang didasar-
kan pada suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera
terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi.
j. Rencana pengarusutamaan PRB ke dalam kegiatan maupun program
kampus.
k. Rencana mobilisasi sumber daya internal dan eksternal.
Merupakan rencana kegiatan yang direncanakan untuk memobilisasi
sumber daya yang ada agar kegiatan upaya PRB di kampus dapat
terlaksana.
l. Rencana peningkatan kapasitas masyarakat.
Merupakan rencana kegiatan yang dilaksanakan untuk peningkatan
kapasitas masyarakat mengenai upaya PRB, contohnya: penyuluhan
kesehatan dan pertolongan pertama.
m. Rencana anggaran.
n. Rencana pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, termasuk mekanisme
pelaksanaannya.
o. Rencana-rencana aksi yang disesuaikan dengan kondisi kampus
masing-masing.
3. Aksi Pengurangan Risiko Bencana
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana aksi yang telah disepakati,
dan dapat mengalami pengembangan kegiatan. Beberapa kegiatan aksi
pengurangan risiko dan mitigasi yang dapat menjadi prioritas KSB adalah
sebagai berikut:
Panduan Kampus Siaga Bencana
64
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
a. Prabencana
1. Melakukan penelitian, assessment, maupun studi baseline
untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
sehingga dapat menentukan intervensi yang akan diterapkan
untuk mengurangi risiko bencana.
2. Melakukan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi komunitas
kampus dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mengurangi risiko bencana, tanggap darurat
bencana, maupun sebagai penyuluh di masyarakat. Untuk
mendukung hal ini, PMI telah mempunyai kurikulum, buku
panduan pelatihan, paket pelatihan, maupun SDM pelatih untuk
kebutuhan internal PMI, maupun eksternal. Adapun jenis diklat
dan cakupan materi yang diperlukan untuk setiap komponen
kampus, tercantum dalam lampiran.
3. Melakukan upaya penyadaran bagi komunitas kampus dan
masyarakat dalam bentuk kampanye pengurangan risiko,
seminar, lokakarya, atau simulasi. Jenis kegiatan yang diperlukan,
sebagaimana tercantum dalam lampiran.
4. Menyusun rencana evakuasi keselamatan dalam bentuk jalur
evakuasi dan menentukan titik aman untuk berkumpul, yang
mengakomodasi kelompok usia yang berbeda, gender, maupun
komunitas berkebutuhan khusus.
5. Merumuskan SOP sesuai jenis bencana.
6. Menyepakati mekanisme peringatan dini.
7. Memastikan ketersediaan perlengkapan pertolongan dan
keselamatan, diantaranya kit pertolongan pertama, dan alat
komunikasi.
8. Mempromosikan kampus sebagai pusat informasi dan kegiatan PRB.
9. Mengintegrasikan kegiatan pengurangan risiko ke dalam
kurikulum, penelitian, kegiatan UKM, maupun kegiatan
pengabdian masyarakat.
65
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
10. Menetapkan tim tanggap darurat yang terdiri dari perwakilan
setiap komponen kampus.
11. Jejaring dan kerjasama antar perguruan tinggi untuk saling men-
dorong terwujudnya upaya PRB.
b. Tanggap Darurat dan Pemulihan
Pada saat terjadi bencana, seringkali kegiatan perkuliahan terganggu
atau bahkan terhenti karena berbagai faktor, diantaranya, terputus-
nya akses komunikasi dan transportasi menuju kampus, bangunan dan
perlengkapan kampus yang rusak, kampus digunakan sebagai tempat
pengungsian sementara, maupun adanya korban jiwa dari unsur komunitas
kampus.
Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
bencana di lingkungan kampus:
1. Melakukan assessment cepat.
2. Merumuskan rencana tanggap darurat dan pemulihan.
3. Mengerahkan sumber daya baik manusia maupun perlengkapan yang
ada pada setiap program studi untuk mendukung operasi tanggap
darurat hinggap masa pemulihan.
4. Advokasi keamanan dan keselamatan kampus sebagai bagian dari
pembangunan dan pengembangan gedung yang aman dari risiko
bencana.
Panduan Kampus Siaga Bencana
66
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Gambar 6. Penyuluhan pengurangan risiko bencana yang dilakukan mahasiswa
Universitas Syiah Kuala kepada murid-murid sekolah dasar.
4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
Dalam perencanaan konsep KSB, rencana monitoring dan evaluasi
dilakukan sejak awal proses untuk memastikan bahwa tujuan dan
parameter KSB tercapai seperti harapan, yang kemudian tertuang dalam
laporan berkala. Proses ini sebagaimana halnya tahapan sebelumnya, akan
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pelaksana KSB maupun
pihak eksternal.
a. Pemantauan
Pemantauan merupakan rangkaian kegiatan pengamatan terhadap
berbagai kegiatan untuk memastikan bahwa strategi dan
langkah yang ditempuh telah sesuai dengan perencanaan. Pemantauan
dilakukan pada semua aspek kegiatan KSB dan bertujuan untuk
menemukan tantangan, mencari alternatif pemecahan masalah, dan
merekomendasikan langkah-langkah penyelesaian agar pelaksanaan
berjalan secara efsien dan efektif, dan tepat waktu.
67
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Pemantauan secara rutin dilakukan pada periode pelaksanaan kegiatan,
dengan menggunakan beberapa metode dan alat seperti tinjauan laporan,
kuesioner, kunjungan lapangan berkala, wawancara, pengamatan, dan
pertemuan koordinasi rutin yang dapat dilakukan oleh mahasiswa sendiri,
rektorat, serta pihak eksternal seperti PMI, BPBD, DIKTI, dan instansi atau
pihak terkait.
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk membandingkan hasil pelaksanaan dengan
rencana yang ditetapkan menurut parameter yang telah disepakati
bersama. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan,
keterlibatan, dan peranan pelaksana. Hasil evaluasi juga berarti
memberi kesempatan pada pihak lain untuk belajar dari pengalaman
upaya PRB melalui KSB sebagai laporan kepada mitra yang telah bekerja-
sama, dan untuk membuat rencana KSB selanjutnya. Pelaksanaan evaluasi
melibatkan tim, pihak yang bekerjasama, dan pihak yang mendapat-
kan manfaat (kelompok sasaran), yang dilakukan dengan cara diskusi,
survei, wawancara, maupun melihat kembali hasil pemantauan.
c. Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
karena menjadi alat komunikasi antarpihak dalam memberikan informasi
pencapaian keberhasilan, dan dapat menjadi referensi untuk
mengembangkan kegiatan yang sama, dan sebagai bahan pengambilan
keputusan. Laporan dibuat secara berkala dan berjenjang, dan
menggunakan format yang disesuaikan dengan sasaran pengguna, yang
mencakup hal-hal berikut ini:
1. Periode pelaporan.
2. Menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan, yang mencakup per-
bandingan antara kemajuan terhadap perencanaan, hambatan, analisa
ketidakberhasilan, serta rekomendasi.
3. Laporan narasi disajikan bersama dengan laporan keuangan.
4. Adanya keterkai tan dengan l aporan sebel umnya, sehi ngga
perkembangan dapat terpantau dan menjadi acuan pada saat
menentukan langkah selanjutnya.
STRATEGI
PELAKSANAAN DAN
KEBERLANJUTAN
KAMPUS SIAGA BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
70
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
BAB V
STRATEGI PELAKSANAAN DAN
KEBERLANJUTAN KAMPUS SIAGA
BENCANA
A. Strategi Pelaksanaan Kampus Siaga Bencana
Strategi KSB merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai
upaya-upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas dalam kesiap-
siagaan dan pengurangan risiko bencana yang akan dilaksanakan oleh
perguruan tinggi.
Untuk mewujudkan KSB, komponen perguruan tinggi diharapkan melakukan
upaya proaktif untuk meminimalisasi dampak dan risiko bencana melalui
strategi yang dapat dijelaskan berikut ini:
1. Pembinaan Sumber Daya Manusia
Tujuan utama dari KSB adalah untuk memperkuat kapasitas warga
kampus dalam kesiapsiagaan serta PRB. Perlu disadari bahwa setiap
komponen memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda dalam kesiap-
siagaan dan PRB. Pelaksanaan konsep ini membutuhkan keterlibatan aktif
dari semua komponen seperti rektorat, dosen, mahasiswa, unit kegiatan
mahasiswa, staf, dan semua pihak yang berada di lingkungan kampus.

Pembinaan SDM dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas kampus
yang terorganisasi dan komprehensif. Pemberdayaan komponen kampus
dilaksanakan secara menyeluruh dan partisipatif dengan cara
mendorong peran masing-masing komponen kampus untuk terlibat
aktif dalam upaya kesiapsiagaan dan PRB. Pembinaan SDM ini juga men-
cakup pembinaan untuk kelompok rentan maupun berkebutuhan khusus.
71
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Salah satu sumber daya yang dibina oleh PMI di perguruan tinggi adalah
Korps Sukarela (KSR). KSR adalah suatu unit kegiatan mahasiswa yang di-
jadikan wahana untuk keberlanjutan KSB dengan memaksimalkan fungsi
KSR sebagai organisasi kader dalam menerapkan upayaupaya kesiap-
siagaan dan PRB.
2. Kemitraan
Kemitraan serta kerja sama yang kuat antar semua pihak yang ber-
kepentingan sangat menentukan pelaksanaan serta keberlanjutan
KSB. Kemitraan tidak hanya ditekankan pada penyediaan dana,
material, dan tenaga, namun juga dalam hal keterlibatan aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, penyusunan kebijakan,
pemantauan, dan evaluasi, termasuk terhadap keberlangsungan program.
Memperkuat kemitraan berarti juga membina komunikasi, koordinasi,
dan kerjasama dengan berbagai disiplin dan profesi terkait baik
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun pihak swasta.
3. Sosialisasi dan Advokasi
Kesiapsiagaan dan PRB yang menjadi dasar penyelenggaraan KSB
merupakan proses yang berkesinambungan dalam jangka waktu yang
tidak terbatas. Penting bagi setiap pemangku kepentingan di lingkungan
kampus, Kementerian Pendidikan Nasional, PMI, dan pihak terkait untuk
memahami upaya PRB, fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Untuk
itu, advokasi dan sosialisasi berperan untuk menyamakan pemahaman,
mendapatkan dukungan, dan keterlibatan berbagai pihak.
4. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
KSB tentunya harus dapat memenuhi kebutuhan utama kampus
terlebih dahulu agar dapat memberikan solusi atas permasalahan yang
dihadapi kampus terkait dengan kegiatan PRB. KSB memadukan model,
instrumen, metode, pendekatan, dan strategi dengan pengetahuan, sikap
dan keterampilam yang dimiliki komponen kampus. KSB memanfaatkan
cara-cara kampus untuk mengintegrasikan isu-isu PRB ke dalam kegiatan
kampus, baik intra maupun ekstrakurikuler.
Panduan Kampus Siaga Bencana
72
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Gambar 7. Latihan gabungan pertolongan pertama dan evakuasi korban bencana
oleh UKM KSR-UNNES yang diikuti oleh mahasiswa umum (UKM dan BEM)

B. Strategi Keberlanjutan Kampus Siaga Bencana
Keberlanjutan suatu inisiatif seringkali menjadi masalah kunci dalam
perjalanan pengembangan inisiatif tersebut. Terkait dengan keberlanjutan
KSB, maka tujuan KSB tidak dirancang hanya terfokus pada kebutuhan jangka
pendek, namun harus berorientasi jangka panjang. Hasil-hasil yang dicapai,
semua elemen yang mendukung, serta strategi, pendekatan, model,
instrumen, dan metode yang digunakan harus dilembagakan dan bisa dipakai
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan demikian, mereka dapat menjaga, merawat, dan mengembang-
kan pelaksanaan KSB. Keberlanjutan juga berarti bahwa komponen kampus
dapat melaksanakan kegiatan secara mandiri maupun mengembangkan
kemitraan dengan pihak lainnya.
73
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Beberapa strategi dan kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap perguruan
tinggi untuk keberlanjutan KSB adalah:
1. Menetapkan regulasi terkait KSB yang dapat digunakan sebagai landasan
pelaksanaan inisiatif dan strategi KSB.
2. Meningkatkan citra perguruan tinggi serta mempublikasikan profl dan
kinerja KSB kepada pihak eksternal.
3. Melakukan pembinaan dan pengembangan KSB secara berkesinambungan
dan berkelanjutan melalui penetapan kerjasama dengan pemerintah
maupun regulator pendidikan dan pelaksanan kegiatan PRB. Hal ini di-
maksudkan agar setiap perguruan tinggi dapat mengerti, memahami,
dan menerapkan konsep KSB dengan tepat, seperti misalnya memasukkan
KSB dalam salah satu aplikasi kegiatan kurikuler (KKN, PKL, PPL) maupun
ekstrakurikuler dalam kebijakan perguruan tinggi.
4. Menghubungkan perguruan tinggi dengan sponsor terkait.
5. Menjaga hubungan dengan mitra dan jejaring.
6. Memaparkan manfaat mitra dan jejaring terhadap bantuan yang telah
diberikannya kepada perguruan tinggi bahwa kehidupan masyarakat
kampus menjadi lebih aman, tangguh dan siap siaga terhadap bencana.
LAMPIRAN
Panduan Kampus Siaga Bencana
76
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
LAMPIRAN
1. Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana ke dalam Mata Kuliah Lembaga
Kampus - Organisasi Ekstra dan Intra Kampus
NO
Fakultas/Program Studi/
Jurusan
Integrasi
Literatur
(buku utama
dan
pendukung)
Keterangan
(keter-
sediaan
buku/akses)
1
Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Peran serta kampus
dalam UU PB No. 24
tahun 2007 tentang
Penanggulangan
Bencana
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
Peran kebijakan
kampus terhadap
kesiapsiagaan di
kampus
2 Ilmu Sosial dan Politik
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
3 Sains dan Teknologi
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
77
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
4 Hukum
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
5 Agama
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
Ayat-ayat/surat-surat
dalam kitab suci yang
berhubungan dengan
kebencanaan
6 Budaya
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
7 Kedokteran
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
8 Farmasi
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
9 Kebidanan
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
Panduan Kampus Siaga Bencana
78
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
10 Keperawatan
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
11 Analis
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
12 Kesehatan Masyarakat
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025
13 Bahasa dan Sastra
Peran serta PT dalam
UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Nasional
2005-2025.
Penggunaan bahasa
yang mudah
dimengerti dalam
membuat ornamen
kampus.
14 Psikologi
15 Ilmu Komunikasi
79
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana pada Lembaga Kampus
NO Lembaga Kampus
Integrasi (lingkup
Keilmuan/
Keterampilan)
Literatur Akses
1
Lembaga Pengabdian
Masyarakat
Pengetahuan
kebencanaan dan
kepalangmerahan
Skill kebencanaan dan
kepalangmerahan
Buku-buku
tentang
PB (PMI &
umum)
SOP dan/atau
aturan yang
terkait
PMI Pusat
Toko-toko
Buku
dll
2
Lembaga Penelitian
Kampus
Ilmu kebencanaan
Ilmu kepalangmerahan
Buku-buku
kebencanaan
Buku-buku
kepalang-
merahan
Desa binaan/
wilayah
program/
kegiatan
Toko-toko
buku
PMI Pusat
dll
Panduan Kampus Siaga Bencana
80
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana pada Organisasi Ekstra dan
Intrakampus
NO Organisasi
Integrasi keilmuan/
pengetahuan
Keterampilan (skill)
Intrakampus:
1
Badan Eksekutif
Mahasiswa Universitas/
Fakultas (BEM
Universitas/Fakultas)
Pengetahuan
kebencanaan dan
adaptasi perubahan
iklim pada orientasi
studi pengenalan
kampus
Publikasi pengetahuan
kebencanaan pada
buku saku panduan
mahasiswa
Melakukan simulasi
kebencanaan
Membuat peta rawan
bencana dan jalur evakuasi
Melakukan adaptasi
perubahan iklim (kepedulian
lingkungan)
2
HMJ (Himpunan
Mahasiswa Jurusan)
Pengetahuan
kebencanaan pada
stadium general
Ekstrakampus:
1
UKM KSR/
Kepalangmerahan
Kepalangmerahan
Kebencanaan
Inisiator
Konseptor
Peer
2 UKM Pramuka
Korelasi pengetahuan
kebencanaan,
kesehatan dengan
wawasan kebangsaan
Inisiator
Konseptor
Peer
3 UKM Menwa
Korelasi pengetahuan
kebencanaan dengan
wawasan kebangsaan
dan bela negara
Inisiator
Konseptor
Peer
81
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2. Contoh langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan dan dipraktikkan
oleh seluruh komponen kampus:
NO Aktivitas
1
Kenali kejadian-kejadian alam yang dapat menimbulkan bencana di lingkungan
kampus seperti: gempa bumi, tsunami, kebakaran, banjir, longsor, kesehatan, dan
lain-lain.
2
Kenali lokasi-lokasi yang rawan terhadap bencana dan/atau penyakit di wilayah
kampus Anda.
3
Pelajari bagaimana proses bencana itu terjadi mulai dari penyebabnya sampai
tindakan penyelamatan diri terhadap bencana tersebut.
4
Bangun motivasi warga kampus Anda untuk menyiapkan diri dalam menghadapi
bencana.
5
Letakkan barang-barang yang berat di dekat lantai dan jangan meletakkan barang
berat, pecah belah di atas lemari/rak.
6
Pilih salah satu lokasi yang dapat dijadikan tempat evakuasi, pilih jalur evakuasi yang
terdekat dari kampus.
7 Sepakati tempat berkumpul seluruh warga kampus pada saat evakuasi.
8
Sepakati dan sosialisasikan tanda bencana (sesuai jenis bencana) kepada seluruh
warga kampus.
9 Siapkan tas siaga bencana.
10
Latihan evakuasi menuju lokasi aman untuk menyelamatkan diri pada saat terjadinya
bencana secara rutin (sesuai tipe dan/atau jenis bencana).
11
Buat rencana kegiatan/aksi dan rencana tindak lanjut tentang pengurangan risiko
bencana yang dapat dipahami seluruh warga kampus.
Panduan Kampus Siaga Bencana
82
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
3. Contoh Laporan KSR
Laporan Kegiatan KSB
Masyarakat: _______________________ Bulan: ________________________
Prioritas risiko bencana yang
diidentifkasi oleh KSB:
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
Total warga kampus terlibat
di masyarakat
________________________________________
Kegiatan yang diorganisasi di bulan sebelumnya
No Kegiatan
# Orang yang berpartisipasi
Pria Wanita Total
1
2
3
4
Sorotan bulan ini:
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
Rencana untuk bulan ini
No Kegiatan Tanggal Tempat
1
2
3
4
Kontak: Silakan kontak (Nama, alamat dan nomor telepon dari kontak di Palang Merah setempat untuk
umpan balik dan keluhan) untuk saran, umpan balik dan keluhan yang berhubungan dengan KSB.
83
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
4. Contoh Pedoman Wawancara (LIPI, Membangun Sekolah Siaga
Bencana: 2008)
Parameter/Variabel Informasi Lanjutan Contoh Pertanyaan
Kondisi fsik
Pemahaman terhadap
tingkat kerentanan (lokasi,
bangunan kampus)
Upaya untuk mengurangi
risiko bencana, misal:
renovasi kampus ber-
dasarkan pada konstruksi
bangunan tahan gempa
Apa yang Saudara ketahui
tentang kerentanan?
Bagaimana kerentanan
yang ada di kampus
Saudara?
Apakah ada upaya untuk
mengurangi kerentanan di
Kampus Saudara?
Pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
Informasi tentang
pengetahuan bencana
(jenis, waktu, lokasi,
skala/besaran, dampak)
Akses dosen,mahasiswa
dan karyawan terhadap
informasi tentang bencana
Apakah di kampus Saudara
ada akses yang
memudahkan dalam
mendapatkan informasi
tentang bencana?
Mobilisasi sumber daya
Peningkatan kapasitas
kampus
Pelatihan (jenis, siapa
yang terlibat, jumlah
yang terlibat, frekuensi
pelatihan, penyelenggara,
pendanaan, tindak lanjut
hasil penelitian, kendala)
Workshop/seminar/
sosialisasi (jumlah dosen,
mahasiswa, dan karyawan
yang terlibat, frekuensi
pelatihan, penyelenggara)
Bagaimana cara
meningkatkan kapasitas
kampus?
Apakah kampus pernah
mendapatkan pelatihan
mengenai kebencanaan?

Catatan: Tabel wawancara di atas digunakan untuk mengetahui dan/atau menguji kesiapsiagaan kampus
terhadap bencana melalui kuesioner.
Panduan Kampus Siaga Bencana
84
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
5. Contoh Prosedur Tanggap Darurat
1

Prosedur Tanggap Darurat adalah prosedur yang digunakan sebagai acuan
untuk melakukan tindakan darurat. Dalam menyusun prosedur darurat
tentunya mampu menjawab pertanyaan yang terkait dengan kesiapsiagaan
tanggap darurat yaitu:
1. Tindakan apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat?
2. Kapan tindakan itu harus dilaksanakan?
3. Dimanakah tindakan itu harus dilakukan?
4. Siapakah yang melaksanakan tindakan?
5. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Berdasarkan pertanyaan tersebut maka setiap potensi bencana yang ter-
kandung dalam keadaan darurat perlu dibuatkan prosedur tanggap darurat,
yaitu:
A. Prosedur Darurat Kebakaran
Tujuan
Tujuan dari prosedur ini adalah memberikan pelaksanaan operasional kepada
organisasi tanggap darurat mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil
jika terjadi kebakaran guna meminimalkan timbulnya kejadian kebakaran
dan dampak yang diakibatkannya.
Ruang Lingkup
Prosedur ini dilaksanakan mulai dari adanya teriakan kebakaran atau
terdengarnya bunyi alarm, adanya api, sampai api padam.
1 Direktorat Kesehatan Kerja KEMENKES, Pedoman Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Gedung Perkantoran,
Jakarta : 2010, hlm. 45
85
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
BAGAN ALUR DARURAT KEBAKARAN BERDASARKAN PERANNYA:
1. Semua karyawan melihat api atau mendengar alarm
Panduan Kampus Siaga Bencana
86
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
6. Contoh Tabel Mempermudah Menyusun Rencana Tanggap Darurat di
Kampus
Kelompok Sebelum Saat Setelah
Peringatan dini
Membuat Sistem
Peringatan Dini
(SPD)/tanda
bencana
Melakukan
sosialisasi
kepada seluruh
warga kampus
Melakukan uji coba
SPD yang telah
dibuat
Membunyikan
tanda bencana
Menginformasikan
kondisi dan situasi
aman
Pertolongan Pertama
Pelatihan
Pertolongan
Pertama bagi
warga kampus
Menyiapkan
peralatan
Pertolongan
Pertama
Memberikan
Pertolongan
Pertama secara
cepat dan tepat
Melakukan
pendataan dan
menginformasikan
jumlah korban baik
yang luka ringan,
luka berat, dan
meninggal
Penyelamatan dan
evakuasi
Menentukan jalur
evakuasi, titik
kumpul, dan titik
aman
Membuat peta dan
jalur evakuasi
Simulasi bencana
yang melibatkan
seluruh komponen
kampus
Membimbing dan
mengarahkan
seluruh komponen
kampus untuk
melakukan
evakuasi pada
jalur yang telah
ditentukan
Mengevakuasi
korban
87
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Logistik
Pelatihan logistik
Membuat dan
memfungsikan
Koperasi Kampus
(sebagai lumbung)
Mendirikan pusat
informasi, RS
darurat, dapur
umum, dan tempat
pengungsian
sementara pada
tempat yang telah
disepakati
Mendata dan
melaporkan
rekapitulasi
pendistribusian
logistik
Keamanan
Pengawasan
terhadap
keamanan jalur
evakuasi
Melakukan
pengawalan pada
saat evakuasi
Menjaga keamanan
tempat
pengungsian
Referensi:
Deni Hidayati dkk, Sekolah Siaga Bencana Pembelajaran dari Kota Bengkulu, Jakarta : LIPI Press, 2010,
hlm. 109-111.
Haryadi Permana dkk, Sekolah Siaga Bencana, Jakarta : LIPI Press, 2008, hlm. 41-42
Panduan Kampus Siaga Bencana
88
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
7. Formulir Asesmen Cepat KSB
Formulir Penilaian Cepat Sektor Perguruan Tinggi(72 jam - 1 minggu sejak bencana)
0. Informasi Umum
Tanggal pengambilan data: ____/____/____ (tanggal/bulan/tahun)
Nama Universitas/Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi - Tahun PT dibangun:
Provinsi :
Kabupaten :
Kecamatan :
Alamat Kampus :
No. Telepon: No. Fax Email:
Sumber informasi utama:
1.
2.
3.
NO Pertanyaan Kategori
1. INFORMASI FASILITAS PENDIDIKAN
Jenis Bangunan
1 Lantai 3 Lantai atau lebih
2 Lantai Bangunan Bata
Bangunan Kayu
Bangunan beton
bertulang
1. Wilayah dan Warga Kampus yang terkena dampak
1.1.
Seberapa besar warga kampus yang
terkena dampak?
# Laki-Laki # Perempuan # Total
A. Total warga kampus
B. Jumlah warga kampus
89
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
1.2.
Kira-kira, berapa persen mahasiswa
yang terkena dampak?
% Laki-Laki % Perempuan % Total
A. % total warga kampus yang terkena
dampak
B. % warga kampus usia sekolah yang
terkena dampak
1.3.
Kira-kira, berapa persen warga kampus
yang berkontribusi terhadap pelayanan
tanggap darurat di lingkungan kampus?
% Laki-Laki % Perempuan % Total
A. % total warga kampus
B. % Unit Kegiatan Mahasiswa
C. % dosen
1.4.
Berapa jumlah Unit Perguruan Tinggi di wilayah yang terkena dampak?
A. Sekolah Tinggi Unit
B. Universitas Unit
2. Pengetahuan Secara Umum
2.1.
Kapan kalender pendidikan dimulai dan
berakhir?
Awal Akhir
____/____/____ ____/____/____
(tanggal/bulan/tahun) (tanggal/bulan/tahun)
2.2.
Kapankah ujian berlangsung? Awal Akhir
____/____/____ ____/____/____
(tanggal/bulan/tahun) (tanggal/bulan/tahun)
Panduan Kampus Siaga Bencana
90
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2.3.
Apakah kampus mengetahui mengenai
Pengurangan Risiko Bencana?
1. Ya 2. Tidak
# Laki - Laki # Perempuan
A. % Rektor/Dekanat
B. % Dosen
C. % Mahasiswa
D. % Karyawan
E. % Pengelola Pelayanan Jasa
2.4.
Apakah Kampus memiliki Tim Tanggap
Darurat Bencana?
1. Ya 2. Tidak
2.5.
Berapa orang mahasiswa yang
mengetahui Pengurangan Risiko
Bencana?
# Laki-Laki # Perempuan # Total
A. Sekolah Tinggi
B. Universitas
2.6.
Apakah ada Unit Kegiatan Mahasiswa
KSR di wilayah yang terkena dampak?
1. Ya 2. Tidak
2.7.
Berapa kampus yang memiliki asuransi?
A. Sekolah Tinggi Unit
B. Universitas Unit
3. Keterampilan
3.1.
Sebelum bencana, bagaimanakah Angka
Partisipasi Murni (APM) untuk:
# Laki-Laki # Perempuan # Total
A. Sekolah Tinggi
B. Universitas
91
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
3.2.
Sebelum bencana, berapakah jumlah
dosen:
# Laki-Laki # Perempuan # Total
A. Sekolah Tinggi
B. Universitas
3.3.
Sebelum bencana, bagaimana perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa:
A. Sekolah Tinggi 1 dosen untuk Mahasiswa
B. Universitas 1 dosen untuk Mahasiswa
3.4.
Sebelum bencana, bagaimana perbandingan jumlah penelitan mengenai PRB:
A. Sekolah Tinggi Unit
B. Universitas Unit
4. Praktik-Praktik KSB
4.1.
Apakah rata-rata kampus mengintegrasikan kegiatan
pemberdayaan masyarakat mengenai PRB?
1. Ya 2. Tidak
A. KKN tematik
B. PKL
C. PPL
4.2.
Sejak bencana, kira-kira berapa jumlah
mahasiswa dalam situasi rentan?
# Laki-Laki # Perempuan # Total
A. Mahasiswa yang menjadi kepala
rumah tangga
B. Anak tanpa orangtua maupun wali
C. Anak difabel/berkebutuhan khusus
D. Anak dengan kondisi rentan lainnya
Panduan Kampus Siaga Bencana
92
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
4.3.
Apakah Kampus memiliki Dana Tanggap Darurat? 1. Ya 2. Tidak
A. Dikti
B. Bidang kemahasiswaan
C. Sponsorship
D. Lain-lain, mohon jelaskan
4.4
Sejak bencana, informasi kesehatan apa yang paling
diperlukan anak dan remaja?
1. Ya 2. Tidak
A. Pencegahan penyakit yang disebarkan melalui air
B. Pencegahan HIV
C. Informasi layanan kesehatan, termasuk dukungan
psikologis
D. Lain-lain, mohon jelaskan
4.5.
Apakah kampus/tempat belajar lainnya
digunakan sebagai tempat pengungsian?
Jika ya, berapa banyak kampus?
1. Hanya sedikit (0-25%)
2. Beberapa (26-50%)
3. Banyak (51-75%)
4. Hampir seluruhnya
(76-100%)
4.6.
Apakah rata-rata kampus di lokasi bencana ada akses
dengan:
1. Ya 2. Tidak
A. SOP Tanggap Darurat
B. Jalur Evakuasi
C. Sarana Prasarana Tanggap Darurat
93
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
DATA PENGISI FORMULIR
Nama
Jabatan/Fungsi Rektor/
Dekanat/Dosen
Pegawai Kampus Lainnya
sebutkan
Alamat
No. Telp/
No. Handphone
Referensi (tool SSB dan Dimkes)
Panduan Kampus Siaga Bencana
94
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
8. Format Rencana Monitoring & Evaluasi (M & E) KSB
Rencana M&E Kampus Siaga Bencana
Indikator
Defnisi
indikator
(& unit
pengukuran)
Metode/
sumber
pengumpulan
data
Frekuensi &
jadwal
Tanggung
jawab
Kegunaan/
pengguna
informasi
SASARAN:
Indikator/
parameter/
variable
Asumsi
HASIL (OUTCOME) 1:
Indikator 1.a
Indikator 1.b
Indikator 1.c
Asumsi 1.a
KELUARAN (OUTPUT) 1.1:
Indikator 1.1a
Asumsi 1.1a
KELUARAN (OUTPUT) 1.2:
Indikator 1.2a
Asumsi 1.2a
HASIL (OUTCOME) 2:
Indikator 2.a
Asumsi 2.a
KELUARAN (OUTPUT) 2.1:
Indikator 2.1a
Asumsi 2.1a
KELUARAN (OUTPUT) 2.2:
Indikator 2.2a
Asumsi 2.2a
*Tambahkan tujuan dan indikator sesuai dengan kerangka logis projek.
95
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
9. Format Rencana Aksi KSB
K
o
d
e
K
e
g
i
a
t
a
n
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
T
u
j
u
a
n
W
a
k
t
u

P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
L
o
k
a
s
i

P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
D
u
r
a
s
i
I
n
p
u
t

/

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a
B
i
a
y
a

&

s
u
m
b
e
r

d
a
n
a
S
a
s
a
r
a
n
/

t
a
r
g
e
t
K
e
m
a
j
u
a
n

p
e
r

Hasil (Outcome) 1 Adanya perubahan perilaku PRB warga kampus


Keluaran (Output) 1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
Keluaran (Output) 1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
Keluaran (Output) 1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
Hasil (Outcome) 2 Kampus sebagai wadah dan pelaku PRB di masyarakat
Keluaran (Output) 2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
Keluaran (Output) 2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
Panduan Kampus Siaga Bencana
96
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2.2.4
2.2.5
Keluaran (Output) 2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
97
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
10. Matrik Tahapan Kampus Siaga Bencana
TAHAPAN AWAL KSB
No Tahapan Sasaran Aktivitas
Contoh
Aktivitas
Instrumen
Sumber
Daya/
Komponen
Para-
meter
1
Penguatan
Sumber
Daya
Pengurus
Yayasan
Penilaian
dan Analisis
Pelatihan
Assessment
Pelatihan Rektorat
Kebijakan
Pengura-
ngan
Risiko
Bencana
Rektorat/
Dekanat
Start Up
Workshop
Pelatihan
Manajemen
Projek
Tools
Assessment
Dekanat
Peningka-
tan Penge-
tahuan,
Sikap dan
Kete-
rampilan
Mahasiswa
Pem-
bentukan
Tim
Pengarah
Start Up
Workshop
Rekrutmen Dosen Kemitraan
Tim
Pelaksana
Orientasi
Konsep PRB
Tools
Analisis
Karyawan
Diseminasi,
Sosialisasi,
Advokasi
Sosialisasi
Peran PMI
dalam PRB
Sekretariat UKM
Lokakarya
KSB
Anggaran/
Dana
Mahasiswa
Pedoman
Pem-
bentukan
Tim
pengarah
dan
Pelaksana
Mitra: PMI
dan mitra
lainnya
Panduan Kampus Siaga Bencana
98
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2
Mem-
bangun
Kemitraan
Rektorat/
Dekanat
Diseminasi,
Sosialisasi,
Adokasi
Lokakarya
PSD
MoU
Rektorat/
Dekanat
Kebijakan
Pengura-
ngan
Risiko
Bencana
UKM Kordinasi
Pelatihan
Advokasi
Pedoman
Kemitraan
Tim
Pengarah
Mobilisasi
Sumber
Daya
BEM Advokasi
Penanda-
tanganan
MoU PT
dengan PMI
Strategi
Tim
Pelaksana
Kemitraan
PMI Koordinasi Pelatihan
Pemerintah
Anggaran/
Dana
NGO/NGOs Proposal
Swasta KIE
3.
Sosial-
isasi dan
advokasi
Primer Diseminasi
Seminar
PRB
Media Rektorat
Peningka-
tan PSK
Sekunder Koordinasi
Lomba
Green &
Clean
Publikasi Dekanat
Mobilisasi
Sumber
Daya
Tersier Advokasi
Pemu-
taran Film
Perubahan
Iklim
Pelatihan Dosen Kemitraan
Koordinasi
Anggaran/
Dana
Karyawan
Sosialisasi UKM
Mahasiswa
Mitra: PMI
dan mitra
lainnya
99
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
PROSES PELAKSANAAN KSB
No Siklus Sasaran Aktivitas
Contoh
Aktivitas
Instrumen
Sumber
Daya/
Komponen
Para-
meter
1
Peni-
laian dan
Analisis
Ancaman,
Keren-
tanan,
Risiko dan
Kapasitas
Partisi-
patif
Primer Pelatihan
Pelatihan
VCA & PRA
Tim
Pelaksana
Tools
Assessment
Tim
Pengarah
Peningka-
tan PSK
Pemetaan
Kampus
Pemetaan
Ancaman,
Kerentanan,
Risiko dan
Kapasitas
Kampus
dengan GPS
Tools
Analisis
SWOT
Tim
Pelaksana
Mobilisasi
Sumber
Daya
Workshop
Workshop
Analisis
SWOT
Sekretariat Kemitraan
Penilaian
Ancaman,
Keren-
tanan,
Risiko dan
Kapasitas
Penilaian
VCA & PRA
Partisipatif
Anggaran/
Dana
Baseline
Survey
Peta
Tools PRA &
VCA
Panduan Kampus Siaga Bencana
100
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
2
Rencana
Aksi
Primer Seminar
Seminar
Rencana
Kontijensi
Format
Rencana
Kontijensi
Rektorat/
Dekanat
Kebijakan
Pengura-
ngan
Risiko
Bencana
Sekunder Lokakarya
Lokakarya
Penyusunan
SOP TDB
Hasil
analisis
asesmen
Tim
Pengarah
Peningka-
tan PSK
Lokakarya
Penyusunan
Rencana
Mitigasi
Tools
Perenca-
naan
Tim
Pelaksana
Mobilisasi
Sumber
Daya
Workshop
Penyusunan
anggaran
Anggaran/
Dana
Mahasiswa Kemitraan
Proposal UKM/BEM
Mitra
3
Aksi
Pengura-
ngan
Risiko
Primer Pelatihan
Pelatihan
Gabungan
TDB
BUKU/
Modul PRB
Rektorat/
Dekanat
Kebijakan
Pengura-
ngan
Risiko
Bencana
Sekunder Simulasi
Simulasi
Bencana
KIE
Tim
Pengarah
Peningka-
tan PSK
Tersier Mitigasi
Pusat Studi
Bencana
SOP
Tim
Pelaksana
Mobilisasi
Sumber
Daya
Promosi
Pembuatan
Sistem Per-
ingatan Dini
di Kampus
Kebijakan Mahasiswa Kemitraan
KKN
Tematik
PRB di
Masyarakat
Rencana
Kontijensi
UKM/BEM
101
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Pusat
Informasi
Bencana
Peta
Ancaman,
Kerentanan,
Risiko dan
Kapasitas
Kampus
Mitra
Kampanye
Kampus
Siaga
Bencana
Masyarakat
4
Monitoring
dan
Evaluasi
Primer Pelaporan
Pembuatan
Laporan
Kegiatan
Format
Pelaporan
Rektorat/
Dekanat
Kebijakan
Pengura-
ngan
Risiko
Bencana
Sekunder
Dokumen-
tasi
Membuat
Berita
Tools Monev
Tim
Pengarah
Peningka-
tan PSK
Tersier Lokakarya
Lokakarya
Monitoring
Evaluasi
Tim
Pelaksana
Kemitraan
Endline
Survey
Panduan Kampus Siaga Bencana
102
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
11. Matrik Pendidikan dan Pelatihan Beserta Cakupan Materi
103
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
104
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
105
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
106
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
107
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
108
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
109
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
110
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
111
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Panduan Kampus Siaga Bencana
112
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
12. Alat (Tools) Identifkasi Kapasitas atau Sumber Daya yang Dimiliki
Kampus
No Jenis Kapasitas Punya Tidak
1
Pengetahuan:
Apakah elemen kampus memiliki pengetahuan yang
cukup terhadap bencana
2
Kebijakan:
Apakah kampus memiliki kebijakan yang terkait
dengan kebencanaan
3
Sumber daya:
Apakah kampus memiliki dana untuk mengantisipasi
bencana, peralatan pertolongan pertama, evakuasi,
maupun sarana lainnya untuk mobilisasi jika terjadi
bencana
4
Keterampilan:
Apakah mahasiswa, karyawan, dan dosen memiliki
keterampilan yang dapat digunakan jika terjadi
bencana
Referensi: LIPI, Membangun Sekolah Siaga Bencana, LIPI : 2008, hlm. 18
113
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
13. Alat (Tools) Peta Simulasi KSB
Tahapan kerja pembuatan PETA
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data
3. Penyajian Data
Bagian-bagian dalam PETA
1. Judul
2. Panah penunjuk mata angin (utara, selatan, timur, barat)
3. Skala
4. Keterangan legenda, contoh:
LEGENDA
Panduan Kampus Siaga Bencana
114
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
5. Tanggal pembuatan
6. Siapa atau badan apa yang membuatnya
115
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Contoh-contoh PETA
PETA TOPOGRAFI PETA TOPOLOGI
PETA INDRAJA
PETA PARTISIPATIF
PETA PEMODELAN 3D
PETA DINDING
Panduan Kampus Siaga Bencana
116
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
ADRRN, 2010. Terminologi Pengurangan Risiko Bencana. Bangkok: Asian
Disaster Reduction Response Network.
Anon, 2007. Ahmedabad Action Agenda for School Safety-Outcome
Document of the International Conference on School Safety. Gujarat, s.n.
AusAID, 2009. Investing in A Safer Future: A Disaster Risk Reduction Policy
for the Australian Aid Program. Canberra: AusAID.
BNPB, BAPPENAS, 2010. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana
2010-2012. Jakarta: BAPPENAS.
BNPB, 2007. www.bnpb.go.id. [Online] Available at: http://www.bnpb.
go.id/website/fle/publikasi/41.pdf, [Accessed 7 September 2012].
BNPB, 2011. Peta Sebaran Kejadian Bencana 2010. [Online]. Available at:
http://geospasial.bnpb.go.id/2011/01/12/peta-jumlah-kejadian-bencana-
di-indonesia-tahun-2010/, [Accessed 6 September 2012].
Boli, Y. et al., 2004. Panduan Penanganan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat
(Community Based Disaster Risk Management). Kupang: FKPB.
Global Education Cluster, 2011. Disaster Risk Reduction in
Education in Emergencies: a Guidance Note for Education Clusters and
Sector Coordination Groups. s.l.:Global Education Cluster.
Djaelani, A. et al, 2008. Pelatihan KBBM-PERTAMA Untuk KSR, Panduan
Pelatih. Cetakan 1. Jakarta: Palang Merah Indonesia.
Gordon, M. & Potts, C., 2007. What Difference Are We Making? - a Toolkit
on Monitoring and Evaluation for Health Links. s.l.:The Tropical Health and
Education Trust.
College of Education Miller Hall, 2007. Emergency Evacuation and Operation
Plan; Facility Safety Offce Environmental Health and Safety. Washington
DC: University of Washington.
IFRC, 2011. Public Awareness and Public Education for Disaster Risk
Reduction: a Guide. Geneva: International Federation of Red Cross and Red
Crescent Societies.
DAFTAR PUSTAKA
117
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia, 2011. Kerangka Kerja Sekolah
Siaga Bencana. Jakarta: KPB.
HelpAge International, 2007. Analysis of Livelihood Cash Grant Programme
Implemented for Older People After Tsunami, Banda Aceh: HelpAge
International.
International, U. N., 2009. www.unisdr.org. [Online] Available at:
http://www.unisdr.org/files/7817_UNISDRTerminologyEnglish.pdf,
[Accessed 6 September 2012].
ndems, 2012. sarda-jateng.blogspot.com. [Online] Available at: http://
sarda-jateng.blogspot.com/2012/06/kampus-siaga-bencana-di-unimus.
html, [Accessed 5 September 2012].
Soemantri, A., 2012. Bersama Untuk Tangguh: Kumpulan Cerita Sukses
Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta: Palang Merah Indonesia.
Twigg, J., 2009. Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana, London: Plan
International Indonesia, OXFAM Indonesia.
UNSYIAH, T., n.d. www.tdmrc.org. [Online] Available at: http://www.
tdmrc.org/id/about, [Accessed 5 September 2012].
UR, R., 2010. http://konservasi.unnes.ac.id/. [Online] Available at: http://
konservasi.unnes.ac.id/, [Accessed 6 September 2012].
Zimmermann, M., 2007. Disaster Risk Reduction in the Project Cycle
Management: a Tool for Programme Offcers and Project Managers.
s.l.:SDC.
Panduan Kampus Siaga Bencana
118
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
7 PRINSIP GERAKAN
Dalam melakukan kegiatan dan pelayanan, PMI berpegang pada Prinsip-
Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,
yaitu:
1. KEMANUSIAAN

Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah (Gerakan) lahir dari
keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka
dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah
serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun.
Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin
penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling
pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
2. KESAMAAN

Gerakan memberikan bantuan kepada orang yang menderita tanpa mem-
beda bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial
atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata ialah mengurangi
penderitaan orang per orang sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
3. KENETRALAN

Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan
politik, ras, agama, atau ideologi.
119
Panduan Kampus Siaga Bencana
KAMPUS
SIAGA
BENCANA
4. KEMANDIRIAN

Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun
merupakan pendukung bagi pemerintah di bidang kemanusiaan dan
harus mentaati peraturan hukum yang berlaku di negara
masing-masing, namun Gerakan bersifat otonom dan harus menjaga
tindakannya agar sejalan dengan Prinsip Dasar Gerakan.
5. KESUKARELAAN

Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur
keinginan untuk mencari keuntungan apapun.
6. KESATUAN

Didalam satu negara hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional
dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang digunakan: Palang Merah
atau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas
kemanusiaan di seluruh wilayah negara yang bersangkutan.
7. KESEMESTAAN

Gerakan bersifat semesta. Artinya, Gerakan hadir di seluruh dunia.
Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta
memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu
satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai