Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN

ANALISIS SITUASI TUBERCULOSA (ANSIT TB)


KOTA JAYAPURA

KERJASAMA :

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM)


MUHAMMADIYAH JAYAPURA
2014
TIM PENELITI ANSIT TB KOTA JAYAPURA 2014

No Nama Jabatan Instansi


1 Drs. Taufan Pamungkas, M.Si Ketua STIKOM Muhammadiyah
Jayapura
2 Eko Priyo Utomo, M.I.Kom Anggota STIKOM Muhammadiyah
Jayapura

TIM KONTRIBUTOR
No Nama Jabatan Instansi
1 dr. Samuel Ahli Penyakit Dalam RSUD Dok II
Jayapura
2 Marthina Warobai Penanggungjawab TB Puskesmas
Elly Uyo
Polimak
3 Alce A. Makanuay,Amd.,Kep Penanggungjawab TB Puskesmas
Tanjung Ria
4 Yanti, SKM Kabid TB Dinkes Kota
Jayapura
5 Ifanny Elisabeth Korwa,SKM Kepala/penanggungjawab Puskesmas
TB Abepantai
6 Riawa Penanggungjawab TB RSUD
Abepura
7 Saumi Penanggungjawab TB Puskemas
Waena
8 Oktovina M. Maniani Penanggungjawab TB Puskemas
Yoka
9 Kader Muhammadiyah TB
Care Jayapura
10 SR Kota Jayapura

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya
penyusunan laporan Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura tahun 2014.
Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran tenatng sistem Analisis Situasi
Tuberculosa (TB) di Kota Jayapura dalam mencari akar permasalahan dan
memberikan solusi serta advokasi. Penelitian Analisis Situasi TB ini merupakan
kerjasama antara Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah
Jayapura dengan Community TB Care Aisiyah dan Majelis Perguruan Tinggi
Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Analisis Situasi TB merupakan kajian yang sangat diperlukan untuk
menghasilkan dokumen dasar yang akan digunakan untuk menganalisa profil TB
dan merancang solusai serta upaya advokasi di Kota Jayapura. Sebagai dokumen
dan analisa profil, Analisis Situasi TB setiap tahun harus dilakukan pemutakhiran
data dan informasi tentang situasi TB untuk digunakan dalam penyusunan rencana
kerja, solusi dan advokasi, dan pada akhirnya menjadi dokumen rekomendasi bagi
pengambil kebijakan kesehatan di Kota Jayapura.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat diharapkan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan laporan ini. Terimakasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses
penyusunan Analisis Situasi, diantaranya TB Care Muhammadiyah Kota
Jayapura, Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Para Kader TB di Kota Jayapura, dan
seluruh penanggungjawab TB di setiap Puskesmas Kota Jayapura, serta seluruh
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu akan tetapi turut berpartisipasi
dami selesainya penyusunan Lsporan ini.
Demikian laporan Analisis Situasi TB Kota Jayapura 2014 ini, mudah-
mudahan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah Yang Maha Kuasa meridhoi
segala usaha yang kita lakukan dalam penyusunan laporan ini.

Jayapura, 15 Oktober 2014


Tim Penyusun

ii
RINGKASAN (EXECUTIVE SUMMARY)
Analisa Situasi Tuberkulosis (TB) Kota Jayapura “Dalam Rangka
Meningkatkan Peran Seluruh Pemangku Kepentingan Daerah untuk
Penanggulangan TB"
Analisa situasi TB ini dilaksanakan oleh Community TB-Care 'Aisyiyah
bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, dan dikerjakan
oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura.
Pelaksanaan Analisa situasi TB kota Jayapura dilaksanakan selama 7 bulan, sejak
April hingga Oktober 2014.
Pelaksanaan Analisa Situasi TB melibatkan instansi terkait dalam
memenuhi keabsahan data, diantaranya adalah; (1) Dinas Kesehatan Kota
Jayapura, (2) Badan Perencana Daerah (BAPPEDA) Kota Jayapura, (4) Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Jayapura, (5) Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Jayapura, (6) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Jayapura, dan (7) Rumah
Sakit Umum Daerah Abepura, Kota Jayapura, (8) Lembaga Swadaya Masyarakat
yang bergerak di Bidang TB dan HIV.
Keterbatasan dalam analisa situasi TB ini terkait dengan ; ketersediaan
data skunder, yang bersumber dinas/instansi teknis terkait.

Tujuan Analisa Situasi(Objective)


Analisa Situasi TB ini bertujuan mendapatkan data dan melakukan
analisa mengenai kondisi penyakit TB, termasuk tentang prevalensi TB,
kebijakan terkait TB, penganggaran daerah untuk penanggulangan TB, kondisi
layanan termasuk akses terhadap layanan kesehatan terkait TB, dan para
pemangku kepentingan dalam penanggulangan TB, TB-HIV, TB-MDR.
Analisa situasi TB ini juga untuk mengidentifikasi isu-isu dan beberapa
kemungkinan dalam rangka menguatkan penanggulangan TB di Kota Jayapura.

Metodologi dan Pendekatan digunakan dalam Analisa Situasi

Kombinasi metodologi diterapkan dalam analisa situasi TB ini dengan


pendekatan partisipatif. Kombinasi metodologi terdiri dari Analisa Profil, Root

iii
Cause Analysis, DALY (Disability Adjusted Life Year) dan Analisa Peran. Untuk
melengkapi kebutuhan dan keabsahan data, juga melakukan survey lapangan
dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan Focus Group Discussion serta
seminar hasil analisa. partisipatif yang bersifat lintas sektor (multi stake-holder)
melalui seminar internal

Temuan Analisa Situasi

Prevalensi Kota Jayapura, Provinsi, Nasional

Prevalensi kota Jayapura tahun 2014 sebesar 527/100.000 penduduk.


Jika dibandingkan dengan angka prevalensi propinsi sebesar 1.441/100.000. dan
jika dibandingkan dengan prevalensi TB nasional sebesar pada tahun 2012
297/100.000. Angka prevalensi menunjukkan TB sangat menghawatirrkan, hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa angka 527 dari total penduduk 273.928
merupakan angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi di
tingkat Provinsi dengan jumlah penduduk 3.486.000 penduduk

Demografi dan TB

Berdasarkan data BPS tahun 2012 jumlah penduduk Kota Jayapura


237.928 jiwa, dengan luas wilayah 940 Km2 atau 940.000 Ha dan memiliki
kepadatan penduduk 291 Km2.

Tiga Distrik/kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, berada di


Distrik/Kecamatan (1) Abepura, (2) Jayapura Utara, dan (3) Jayapura Selatan.
Tiga Distrik/kecamatan tersebut juga merupakan Kecamatan dengan prevalensi
tinggi sejak tahun 2012. Dua Distrik/kecamatan tersebut yakni Distrik Abepura
dan Distrik Jayapura Selatan merupakan daerah tertinggi untuk kasus kematian
akibat TB, sedangkan satu distrik lainya adalah Distrik Heram. Terdapat
keterkaitan antara kepadatan dengan penularan dalam kasus Kota Jayapura

Kasus baru TB selama tahun 2011 sampai tahun 2013 juga menyasar
pada kelompok usia produktif (usia 15-54 tahun). Dari 621 kasus baru yang
tercatat selama Tahun 2013, 85% disandang oleh kelompok usia produktif.

iv
Performa Pelayanan TB

CDR/CNR : Berdasarkan data tahun 2013, capaian CNR/CDR Kota


Jayapura sebesar 424, yang berarti 72,23% dari target CNR 600/100.000, pada
tahun 2012 CNR Nasional mencapai 138/100.000. Success Rate : Mencapai 75
%, yang berarti kurang dari target nasional (90,2%). Sedangkan angka pasien
Kambuh, gagal, dan default yakni 63% pada tahun 2013

Infrastruktur Pelayanan Kesehatan

Hingga tahun 2013 Kota Jayapura terdiri dari 5 (lima) Distrik/kecamatan


dan 6 (enam) kelurahan, serta memiliki sarana kesehatan 12 unit Puskesmas, 24
unit puskesmas pembantu, dengan rasio 4, 59 puskesmas per 100.000 penduduk
yang tersebar di 5 Distrik/Kecamatan. Terdapat 6 Rumah Sakit, klinik bersalin 4
unit dan puskesmas keliling 12 unit, Balai Pengobatan/klinik 12 unit, Jumlah
praktek dokter perorangan : 192 dokter umum, 33 praktek dokter gigi dan praktek
dokter spesialis dan 116 praktek dokter bersama yang memiliki izin. Dalam upaya
meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk kelancaran pelaksanaan tupoksi
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dalam memberi pelayanan kepada
masyarakat, pada kurun waktu 2001-2013.

Policy Issues

Kebijakan terkait isu program Kesehatan

Kebijakan kesehatan Kota Jayapura tertuang dalam Renstra Kesehatan


2011 – 2016, surat himbauan Walikota Jayapura tentang Ditemukanya suspect
penyakit kaki gajah, Himbauan Walikota ayapura tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Artinya, belum adakebijakan spesifik terkait penanggulangan TB di
pemerintahan daerah kota Jayapura.

Kebijakan terkait isu kepadatan penduduk

Perlu mengkaji lebih lanjut pilihan kebijakan dalam hal kepadatan penduduk,
apakah menjadi isu kependudukan atau isu tata ruang.

v
Anggaran Pelayaan Kesehatan

Hingga Tahun 2014, anggaran kesehatan Kota Jayapura baru mencapai 5,73%
angka ini masih terlalu rendah jika disesuaikan dengan Amanat UU Kesehatan 39
Tahun 2009, yang memandatkan anggaran kesehatan mencapai 10 persen dari
APBD. Pada tahun 2013, anggaran kesehatan bersumber dari APBD Kota
Jayapura Rp. 53.256.624.550 Kemudian, pada tahun 2014, anggaran kesehatan
bersumber dari APBD menjadi Rp.54.834.442.515 Jika dilihat berdasarkan tren
anggaran kesehatan Kota Jayapura bersumber dari APBD sejak tahun 2011 hingga
2014. mengalami kenaikan rentang 5,00 % sampai 5,73 % dari total APBD.

Kesehatan Penduduk dan Daya Saing Daerah

Dengan menurunnya angka prevalensi TB, secara tidak langsung akan


meningkatkan produktivitas ekonomi. Jika dihitung menggunakan DALY, pada
tahun 2013 akibat sakit TB menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp
750.000.000, dengan asumsi 75 % dari penderita TB pada usia produktif. Beban
biaya berobat, jika dihitung menggunakan DALY dengan asumsi biaya berobat
untuk 50 % jumlah penderita saja mencapai Rp 325.000.000, artinya bisa ada
realokasi anggaran dari biaya pengobatan TB untuk sektor maupun program
lainnya.

vi
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

SINGKATAN KEPANJANGAN
AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome
AKMS Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
APBN/D Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara/Daerah
AP Akhir Pengobatan
ARTI Annual Risk of TB Infection
BAPELKES Balai Pelatihan Kesehatan
BCG Bacillus Calmette et Guerin
BLK Balai Laboratorium Kesehatan
BTA Basil Tahan Asam
BP4 Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
BUMN Badan Usaha Milik Negara
BUMIL Ibu Hamil
CDR Case Detection Rate\
CNR Case Notification Rate
Cs Cycloserine
Ditjen PP& PL Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit &
Penyehatan Lingkungan
DOTS Directly Observed Treatment, Shorcourse
Chemotherapy
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPS Dokter Prakter Swasta
DST Drug Sensitivity Testing
E Etambutol
EQAS External Quality Assurance System
Eto Ethionamide
FDC Fixed Dose Combination
FEFO Kota First Expired First Out
GFK Gudang Farmasi Kabupaten/
HH Isoniasid (INH = Iso Niacid Hydrazide)
IV Human Immunodeficiency Virus
IAKMI Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
IBI Ikatan Bidan Indonesia
IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI Ikatan Dokter Indonesia
IUATLD International Union Against TB and Lung Diseases
KBNP Kesalahan besar negatif palsu
KBPP Kesalahan besar positif palsu
KDT Kombinasi Dosis Tetap
KG Kesalahan Gradasi
KKNP Kesalahan kecil Negatif palsu
KKPP Kesalahan kecil positif palsu

vii
Km Kanamycin
KPP Kelompok Puskesmas Pelaksana
Lapas Lembaga Pemasyarakatan
Lfx Levofloxacin
LP Lapang Pandang
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
LPLPO Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
MDG Millenium Development Goals
MDR / XDR Multi Drugs Resistance / extensively Drugs Resistance
Mfx Moxifloxacin
MOTT Mycobactrium Other Than Tuberculosis
OAT Obat Anti Tuberkulosis
Ofl Ofloxacin
PAPDI Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
PCR Poly Chain Reaction
PDPI Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
PME Pemantapan Mutu Eksternal
PMI Pemantapan Mutu Internal
PMO Pengawasan Minum Obat
POA Plan of Action
POGI Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
POM Pengawasan Obat dan Makanan
PPM Puskesmas Pelaksana Mandiri
PPM Public Private Mix
PPNI Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia
PPTI Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
PRM Puskesmas Rujukan Mikroskopis
PS Puskesmas Satelit
PSDM Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pto Prothionamide
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu Puskesmas Pembantu
R Rifampisin
RSP Rumah Sakit Paru
RTL Rencana Tindak Lanjut
Rutan Rumah tahanan
S Streptomisin
SDM Sumber Daya Manusia
SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT Serum Pyruric Oxaloacetic Transaminase
SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga
SPS Sewaktu-Pagi-Sewaktu
TB Tuberkulosis
TNA Training Need Assessment

viii
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
WHO World Health Organization
Z Pirazinamid

ix
PETA KOTA JAYAPURA

x
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Tim Peneliti dan Kontributor ……………………………………………. i
Kata Pengantar……………………………………………………………. ii
Ringkasan (Executive Summary)…………………………………………. iii
Daftar Singkatan dan Istilah …………………………………………… vii
Peta Kota Jayapura ……………………………………………………… x
Daftar Isi ………………………………………………………………….. xi
Lembar Penegasan ……………………………………………………….. xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1
1.2 Tujuan …………………………………………………………. 5
1.3 Proses Penyusunan Analisis Situasi Tuberkulosa dan
Penganggaran Kesehatan di Daerah …………………………… 5
1.4 Manfaat ………………………………………………………… 6

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH


2.1 Wilayah………………………………………………………….. 7
2.2 Administrasi dan Kependudukan ……………………………… 7
2.2.1 Kondisi Fisik Wilayah …………………………………… 9
2.2.2 Demografi ……………………………………………….. 10
2.2.3 Sosial dan Budaya ……………………………………….. 19
2.3 Sumberdaya Daerah ……………………………………………. 20
2.4 Profil Kesehatan Kota Jayapura ………………………………. 30
2.4.1 Status Gizi ……………………………………………… 43
2.4.2 Situasi Upaya Kesehatan…………………………………. 44
2.4.3 Sumberdaya Kesehatan ………………………………….. 48
2.4.4 Kebijakan dan Peraturan (Kesehatan dan TB) …………… 54
2.5 Alokasi Anggaran Tuberculosa (TB)…………………………… 55
2.6 Prevalensi Penderita TB, TB-HIV, TB-MDR …………………. 57

xi
BAB III METODOLOGI PENYUSUNAN ANALISIS SITUASI
KEBIJAKAN UNTUK PREVELANSI TB HIV DAN
PENGANGGARAN KESEHATAN DI DAERAH
3.1 Tinjauan atau Penilaian Situasi ………………………………… 61
3.2 Analisa …………………………………………………………. 62
3.3 Rekomendasi Aksi Advokasi ………………………………….. 64

BAB IV ANALISIS SITUASI


4.1 Analisis Profil Tuberculosa (TB) ……………………………… 66
4.1.1 Prevalensi TB (Paru dan non paru) ……………………… 66
4.1.2 Angka kematian TB-HIV ………………………………… 69
4.1.3 Prevalensi Penderita TB-MDR…………………………… 70
4.1.4 Angka Kesembuhan TB …………………………………. 71
4.1.5 Tingkat Kematian TB ……………………………………. 72
4.1.6 Profil Daerah, Kondisi Kesehatan Masyarakat, dan
Kebijakan TB …………………………………………….. 73
4.1.7 Penduduk dan Perilaku Kesehatan Masyarakat
di Kota Jayapura ……………………………………….. 73
4.1.8 Kondisi Layanan Kesehatan di Kota Jayapura…………… 76
4.1.9 Anggaran Kesehatan
di Kota Jayapura …………………………………………. 77
4.1.10 Kebijakan Penanggulangan TB di Kota Jayapura.……… 78
4.2 Analisa Akar Masalah …………………………………………. 80
4.2.1 Pasien Kambuh, Gagal dan TB MDR …………………… 80
4.2.2 Tingginya Prevalensi TB HIV …………………………… 81
4.3 Analisis Kesenjangan Peran Dalam Mendorong Penangguangan
dan Penyembuhan TB HIV Hak Sehat Penderita TB ………… 81
4.5 Pemetaan Stakeholder dan Jaringan Yang Potensial
dalam Penanggulangan TB di kota Jayapura…………………… 87

BAB IV REKOMENDASI AKSI ADVOKASI


5.1 Rekomendasi Aksi Utama……………………………………… 91
5.2 Rekomendasi Potensi Mitra ……………………………………. 92
5.3 Rekomendasi Program …………………………………………. 93

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 95

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2. Nama, luas wilayah


per-Distrik dan jumlah kelurahan/Kampung ......................... 8
Tabel 2.2.2.a Luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan
penduduk menurut Distrik di Kota Jayapura 2012 ………… 11
Tabel 2.2.2.b Jumlah penduduk Kota Jayapura
menurut jenis kelamin Tahun 2012 ………………………… 11
Tabel 2.2.2.c Jumlah penduduk Kota Jayapura
menurut kelompok umur tahun 2012 ……………………… 11
Tabel 2.2.2.d Jumlah penduduk Distrik Muara Tami menurut
kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2012 ...................... 12
Tabel 2.2.2.e Jumlah penduduk Distrik Abepura menurut
kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2012 …………….. 12
Tabel 2.2.2.f Jumlah penduduk Distrik Heram menurut
kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2012 ……………. 13
Tabel 2.2.2.g Jumlah penduduk Distrik Jayapura Selatan
menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2012 …… 13
Tabel 2.2.2.h Jumlah penduduk Distrik Jayapura Utara
menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2012 …… 14
Tabel 2.2.2.i Jumlah penduduk Distrik Muara Tami dirinci menurut
Kelurahan/Kampung dan jenis kelamin tahun 2012 ………. 15
Tabel 2.2.2.j Jumlah penduduk Distrik Abepura dirinci Menurut
Kelurahan/Kampung dan Jenis kelamin tahun 2012 ………. 15
Tabel 2.2.2.k Jumlah penduduk Distrik Heram Dirinci menurut
Kelurahan/Kampung dan jenis kelamin tahun 2012 ……… 15
Tabel 2.2.2.l Jumlah penduduk Distrik Jayapura Selatan dirinci menurut
Kelurahan/Kampung dan jenis kelamin tahun 2012 ………. 16
Tabel 2.2.2.m Jumlah penduduk Distrik Jayapura Utara dirinci menurut
Kelurahan/Kampung dan jenis kelamin tahun 2012 ………. 16
Tabel 2.2.2.n Jumlah penduduk, rumah tangga, dan
rata-rata anggota rumah tangga
di Kota Jayapura tahun 2010, 2011, dan 2012 ……………. 17
Tabel 2.2.2.o Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata
anggota rumah tangga menurut Distrik di Kota Jayapura
tahun 2012 ………………………………………………… 17
Tabel 2.2.2.p Jumlah Penduduk Kota Jayapura Proyeksi 5 Tahun ……….. 17
Tabel 2.2.2.q Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kota Jayapura
Proyeksi 5 Tahun ………………………………………….. 17

xiii
Tabel 2.2.2.r Jumlah Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Jayapura
Proyeksi 5 Tahun ………………………………………….. 18
Tabel 2.2.3.a Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kota Jayapura ………. 19
Tabel 2.2.3.b Jumlah penduduk miskin per Distrik
di Kota Jayapura tahun 2012 ………………………………. 19
Tabel 2.2.3.c Jumlah rumah Per Distrik Tahun 2011 ……………………. 20
Tabel 2.3 Pemanfaatan Tata Ruang dan Wilayah ……………………. 21
Tabel 2.4. Persentase penyebab kematian semua umur
menurut jenis kelamin di Kota Jayapura tahun 2008 ……… 32
Tabel 2.4.3 Jumlah Izin Sarana Kesehatan yang diterbitkan
di Kota Jayapura s/d Tahun 2013 ………………………….. 51
Tabel 2.5 Alokasi Anggaran Kesehatan …………………………….. 55
Tabel 2.6.a Jumlah Kasus TB BTA Pos Baru dan BTA
Kambuh tahun 2013 ……………………………………….. 57
Tabel 2.6.b Jumlah Kasus TB BTA Neg RO+ tahun 2013 …………….. 58
Tabel 2.6.c Rekap Jumlah Kasus TB tahun 2013 ……………………… 58
Tabel 2.6.d Jumlah kasus TB-MDR 2013 ……………………………… 60
Tabel 4.1.1.a Jumlah Kasus TB tahun 2013 ……………………………… 66
Tabel 4.1.1.b Temuan TB Aisyiyah ………………………………………. 67
Tabel 4.1.1.c Jumlah Kasus TB BTA Pos Baru dan BTA Kambuh
tahun 2013 …………………………………………………. 68
Tabel 4.1.2.a Prevalensi Penderita TB – HIV Tahun 2013 ………………. 69
Tabel 4.1.2.b Penderita TB HIV/AIDS …………………………………… 70
Tabel 4.1.3. Jumlah kasus TB-MDR 2013 ……………………………… 70
Tabel 4.1.4 Angka Kesembuhan TB …………………………………… 71
Tabel 4.1.5 Jumlah Kasus TB tahun 2013 ……………………………… 72
Tabel 4.1.9 Alokasi Anggaran Kesehatan ……………………………… 78
Tabel 4.3.a Peran dan tanggungjawab PMO …………………………… 83
Tabel 4.3.b Peran dan tanggungjawab kader kesehatan………………… 84
Tabel 4.3.c Peran dan tanggungjawab Puskesmas/Pustu ……………….. 84
Tabel 4.3.d Peran dan tanggungjawab Petugas Kesehatan …………….. 84
Tabel 4.3.e Peran dan tanggungjawab Aparat Kampung
Kelurahan/Tokoh Masyarakat ……………………………… 85
Tabel 4.3.f Peran dan tanggungjawab Dinas Kesehatan Kota Jayapura .. 85
Tabel 4.3.g Peran dan tanggungjawab Bappeda Kota Jayapura ……….. 86
Tabel 4.3.h Peran dan tanggungjawab DPRD Kota Jayapura ………….. 86

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Peta Administrasi Kota Jayapura……………………………. 8


Gambar 2.3.a Proporsi luas lantai perkapita Kota Jayapura
Tahun 2012 ………………………………………………… 25
Gambar 2.3.b Proporsi jenis lantai, jenis dinding, dan jenis atap
di Kota Jayapura tahun 2012 ……………………………… 25
Gambar 2.3.c Proporsi perumahan berdasarkan atap tahun 2012 ………… 26
Gambar 2.3.d Perumahan di Kota Jayapura dan
Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat di Kota Jayapura …. 26
Gambar 2.3.e Fasilitas Layanan TB di Puskesmas ………………………. 27
Gambar 2.3.f Fasilitas Perumahan Kota Jayapura tahun 2012……………. 27
Gambar 2.4.a Persentase kasus kematian menurut kelompok umur
di Kota Jayapura tahun 2008 ………………………………. 33
Gambar 2.4.b Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota JayapuraTahun 2012.. 34
Gambar 2.4.c Jumlah Penderita Kusta (PB & MB) per Puskesmas
di Kota Jayapura tahun 2013 ………………………………. 37
Gambar 2.4.d Persebaran Deman Berdarah ………………………………. 38
Gambar 2.4.e Persebaran Malaria…………………………………………. 40
Gambar 2.4.f Himbauan Walikota Jayapura tentang suspect kaki gajah …. 42
Gambar 4.3 Skema kerjasama dalam penanganan TB …………………. 83

xv
LEMBAR PENEGASAN

Kajian ini merupakan analisa situasi atas data kondisi atau keadaan TB
dari aspek prevalensi, demografi, kebijakan dan anggaran penanggulangan TB,
termasuk diantaranya TB Anak, TB-HIV dan TB MDR serta kondisi pelayanan
kesehatan di lapangan di Kota Jayapura. Proses analisa situasi untuk advokasi
penanggulangan TB di Kota Jayapura dilakukan guna mendapatkan rekomendasi
untuk langkah-langkah advokasi yang akan dilakukan. Hasil Analisa Situasi akan
digunakan oleh Community TB Care 'Aisyiyah dalam Advokasi Penanggulangan
TB di Indonesia. selain itu Hasil Analisa Situasi akan digunakan sebagai bahan
advokasi, diantaranya : Bahan dasar Policy Paper untuk kebijakan dan
penganggaran di tingkat daerah ; materi audiensi dan lobby ; materi konferensi
pers ; materi bahan KIE (Komunikasi-Informasi-Edukasi).

Pemerintah Kota Jayapura,


Walikota
Dewan Kota
Bappeda
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak di
dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 1,9 miliar
manusia (sepertiga penduduk dunia) telah terinfeksi kuman TB. Setiap detik ada
satu orang yang terinfeksi TB di dunia ini. Dan dalam dekade mendatang tidak
kurang dari 300 juta orang akan terinfeksi olehnya. Setiap tahunnya dijumpai
sekitar 4 juta penderita TB paru menular di dunia, ditambah lagi dengan penderita
yang tidak menular. Artinya, setiap tahun akan ada sekitar 8 juta penderita TB
paru di dunia dan akan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat
penyakit ini.
Di Indonesia TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah penderita TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah
India dan Cina dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah penderita TB di
dunia. Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 539.000 kasus baru dengan kematian
sekitar 100.000 orang. Insiden kasus TB Basil Tahan Asam (BTA) positif sekitar
110 per 100.000 penduduk. Munculnya pandemi Human Immunodeficiency Virus
(HIV)/Acquired Immunedeficiency Syndrome (AIDS) di dunia menambah
permasalahan TB. Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian
TB secara signifikan.
Sejak tahun 1980, epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
mengakibatkan kenaikan jumlah kasus tuberkulosis (TB) dan kematian karena TB
di banyak negara. Individu yang hidup dengan HIV memiliki kemungkinan sekitar
21-34 kali lebih besar untuk terinfeksi TB dibandingkan dengan mereka yang
HIV-negatif. Secara global, sekitar 10% dari 9 juta orang yang terinfeksi TB
setiap tahun adalah HIV-positif, setara dengan 1,1 juta kasus TB baru di antara
orang yang hidup dengan HIV pada tahun 2010. Tidak seperti infeksi oportunistik
lain yang terjadi pada jumlah Cluster of Differentiation (CD4) di bawah 200/mm,

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 1


TB aktif terjadi sepanjang perjalanan penyakit HIV. Presentasi klinis, laboratoris,
dan radiologis TB pada individu dengan HIV tergantung pada tingkat
imunosupresi yang terjadi karena infeksi HIV1.
Laju penularan HIV/AIDS di dunia saat ini mencapai 16 ribu orang per
hari dan Indonesia merupakan yang tercepat di kawasan Asia3. Menurut Ditjen
Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) Depkes
RI jumlah kasus baru HIV di Indonesia (Januari sampai dengan Maret 2012)
sebanyak 5.991 kasus, sedangkan kasus baru AIDS sebanyak 551 kasus yang
tersebar di 300 kab/kota di 32 provinsi. Proporsi kasus HIV tertinggi tercatat pada
kelompok umur 25-49 tahun, diikuti kelompok umur 20-24 tahun, dan kelompok
umur ≥50 tahun. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur
30-39 tahun, disusul kelompok umur 20-29 tahun dan kelompok umur 40-49
tahun4.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang merupakan virus RNA dan
termasuk dalam famili Retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi
HIV2. Seseorang yang terinfeksi virus HIV atau menderita AIDS sering disebut
dengan odha singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS3. Seiring dengan
makin memburuknya kekebalan tubuh, odha mulai menampakkan gejala-gejala
akibat infeksi oportunistik yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak menyebabkan penyakit serius pada orang sehat. Berbagai
infeksi oportunistik dapat mengenai berbagai organ baik mengenai sistem
pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf pusat maupun perifer dan berbagai
organ lain. Penyebab infeksi oportunistikpun beragam mulai dari bakteri, virus,
jamur, parasit dan lainnya. Terdapat perbedaan jenis infeksi oportunistik di

1
Widyaningsih Retno, dkk, Ko-Infeksi Tuberkolosis Dan HIV Pada Anak, Jurnal, SMF Anak
RSAB Harapan Kita, Jakarta
2
Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam V ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD
FKUI; 2009. p. 2861-70.
3
Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun
1987-2006. Jakarta2007.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 2


berbagai tempat. Menurut laporan Ditjen Pengendalian Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) Depkes RI 2012 (Januari-Maret 2012)
infeksi oportunistik tuberkulosis mencapai angka 108 kasus4.
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling
sering dijumpai pada pasien HIV/AIDS5 Menurut laporan WHO dalam Global
Tuberculosis Control 2011, pada tahun 2010 terdapat 1.1 juta kasus baru TB pada
pasien HIV dan jumlah pasien meninggal akibat TB pada pasien HIV-positif
mencapai 350 ribu. 13% kasus baru TB ditemukan pada pasien HIV. Tuberkulosis
merupakan permasalahan kesehatan yang serius dan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada pasien HIV6
Di indonesia sendiri, Provinsi Papua menduduki urutan kedua terbanyak
dengan jumlah kasus sebanyak 58.731 setelah Provinsi Jawa Barat dengan 81.049
kasus7. Khusus di Provinsi Papua, penyebaran kasus HIV/AIDS lebih banyak di
daerah-daerah dengan tingkat keramaian dan kepadatan penduduk yang cukup
tinggi salah satu daerah tersebut adalah Kota Jayapura (2.292 kasus tahun 2012)
Kota Jayapura merupakan salah satu tujuan migrasi penduduk baik dari
luar Papua maupun dari Kabupaten-Kabupaten yang ada di Provinsi Papua dengan
berbagai tujuan dan alasan seperti lapangan kerja maupun dalam hal pendidikan
tinggi yang memang lebih terpusat di Kota Jayapura. Hal ini tentu saja menjadi
peluang tersendiri dalam penyebaran kasus HIV/AIDS. Pernyataan ini didukung
oleh upaya Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jayapura yang
mengindikasikan bahwa penyebaran virus HIV/AIDS lebih banyak di dominasi
oleh tiga kelompok atau kategori yakni Man, Money, dan Mobile (3M).
Salin dari kenyataan seperti yang diungkapkan pada paragraf
sebelumnya, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kota Jayapura,
juga menyebabkan meningkatnya jumlah pemukiman-pemukiman baik yang

4
DEPKES. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan
Maret 2012. 2012.
5
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PPK-LK
Dikdas). Infeksi HIV Sering Disertai Tuberkulosis. Jakarta. 2009.
6
WHO. Global Tuberculosis Control: WHO Report 2011. Geneva. 2011.
7
Tarmizi Siti Nadia, Kebijakan Pengendalian HIV-AIDS Dengan Penggunaan Strategis ARV,
Kasubdit AIDS & IMS, Kementerian Kesehatan Indonesia, 2012

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 3


berdiri secara legal maupun ilegal. Peningkatan jumlah pemukiman ini,
berdampak pada penurunan fungsi serta tidak teraturnya sistem sanitasi
lingkungan, pencemaran udara, meningkatnya permasalahan sampah, yang pada
akhirnya turut berkontribusi terhadap penyebaran TB di Kota Jayapura.
Berdasarkan pernyataan dari pengelola Yayasan Harapan Ibu yang
bergerak di bidang kampanye dan sosialisasi, dan pendapingan terhadap orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) bahwa saat ini, dari berbagai kasus pada penderita
HIV/AIDS hampir dipastikan menderita TB, sehingga muncul fenomena ketika
seseorang positif terjangkit TB, maka orang tersebut wajib melakukan
pemeriksaan HIV (VCT) karena muncul dugaan ketika seseorang terjangkit TB
besar kemungkinan dirinya juga terjangkit HIV.
hal tersebut tentu saja menjadi permasalahan baru, dimana tingginya
kasus HIV/AIDS yang terjadi di Kota Jayapura yang memang sudah menjadi
permasalahan pelik bagi pihak-pihak yang memiliki kepeduliaan terhadap hal itu,
maupun bagi pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Hal tersebut
diperparah dengan fenomena TB maupun TB-HIV yang terus meningkat, dengan
skema gunung es dimana masih sangat banyak para penderita HIV/AIDS yang
belum mendapatkan pendampingan karena kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap proses pendampingan.
Persoalan TB-HIV akan semakin pelik ketika melihat kenyataan bahwa
salah satu media penyebaran TB adalah melalui udara, sedangkan upaya
pendapingan terhadap ODHA belum berjalan optimal, dan terus berlakunya
skema gunung es. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin penyebarluasan TB di
Kota Jayapura akan terus meningkat.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 4


1.2 Tujuan
a. Tujuan Penulisan
1. Sebagai acuan bagi perencanaan program pembangunan kesehatan
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kesehatan agar dapat
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap TB, dan TB-HIV
2. Tersedianya profil TB dan TB-HIV yang dapat digunakan untuk
menyusun dokumen perencanaan tahunan oleh pihak-pihak yang
secara khusus memiliki kewajiban dalam upaya penanganan TB
dan TB-HIV
3. Tersedianya data dan informasi berdasarkan kondisi saat ini,
sehingga menjadi dasar pemantauan dan evaluasi dari program dan
kegiatan yang terkait dengan TB dan TB-HIV
b. Tujuan Proses
1. Tinjauan atau penilaian situasi yang bertujuan untuk merumuskan
permasalahan, besarnya permasalahan, dan mendapatkan indikator
untuk dianalisis
2. Menggambarkan dan menjelaskan kebijakan proporsi terkait
permasalhan penganggaran dan penggunaan anggaran kesehatan
khususnya TB-HIV
3. Telaah terhadap permasalahan TB dan TB-HIV berdasarkan pada
data pelayanan kesehatan dan data prevelensi dan hambatan akses
kesehatan.
4. Membuat rekomendasi advokasi untuk tingkat Kabupaten/Kota dan
Provinsi berdasarkan analisis situasi kesehatan khususnya TB-HIV,
anggaran, prevalensi, akses kesehatan, dan data organisasi
pelaksana/pendukung isu kesehatan TB-HIV.
1.3 Proses Penyusunan Analisis Situasi Tuberkulosa dan Penganggaran
Kesehatan di Daerah
Langkah-langkah penyusunan “Analisa Situasi Kebijakan Prevalensi TB
dan Penganggaran Kesehatan di Daerah” dikelompokkan dalam 3 bagian besar,
yaitu :

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 5


1. Assasment, yaitu proses pengumpulan data (sekunder dan primer) serta
melakukan tinjauan/penilaian Situasi awal. Data Sekunder didapatkan
dari pihak terkait, sedangkan data primer melalui wawancara dan
observasi langsung.
2. Analysis (penelitian lapangan) yaitu proses recheck dari data-data yang
didapat dari tahap sebelumnya, dengan tujuan untuk mendapatkan
kondisi layanan kesehatan, data prevalensi TB di lapangan, hambatan
lapangan, temuan-temuan baru, dan proses yang terjadi dalam
penanganan TB di daerah.
3. Action, Merupakan proses penentuan rekomendasi tindakan advokasi /
Aksi Kunci. Proses tahap Action dilakukan secara partisipatif dan
melibatkan multi stake-holder melalui seminar internal.
1.4 Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai masukan untuk penyusunan dokumen
perencanaan kesehatan khususnya TB-HIV di tingkat daerah
2. Dapat digunakan sebagai sarana penyamaan persepsi dalam pengambilan
keputusan dan menentukan prioritas program kesehatan khususnya TB-
HIV diantara pelaksana teknis tingkat pemerintah daerah maupun
lembaga non pemerintah.
3. Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan data yang akurat dalam
perencanaan kesehatan daerah
4. Dapat digunakan sebagai alat pengendalian perencanaan dan
pelaksanaan program-program dan kebijakan kesehatan terutama TB-
HIV di tingkat daerah.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 6


BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH

2.1 Wilayah
Kota Jayapura yang terletak di timur Indonesia merupakan pusat
permukiman terpadat di Provinsi Papua. Dengan luas wilayah hanya 940 km2,
kota ini harus menampung penduduk 237.928 jiwa dengan tingkat pertumbuhan
per tahun mencapai 4,10% per tahun. Sekitar 94,5% penduduk Kota Jayapura
terpusat di bagian barat kota yang hanya mencakup 33,33% dari luas wilayah.
Kota Jayapura terletak di bagian utara Provinsi Papua pada 1°28’17,26”-
3°58’0,82” Lintang Selatan dan 137°34’10,6“–141°0’8,22” Bujur Timur. Secara
Geografis, Kota Jayapura terdiri dari 5 (lima) distrik yaitu Distrik Jayapura Utara,
Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Muara Tami dan Distrik
Heram.
Secara geografis wilayah administrasi Kota Jayapura terletak di bagian
utara Provinsi Papua pada 1028’17,26” – 30 58’ 0.82 Lintang Selatan dan 1370
34’ 10.6” – 1410’8.22” Bujur Timur. Jarak terjauh adalah barat ke timur ± 32 km,
dan utara ke selatan ± 29 km. Kota Jayapura berdasarkan kedudukan lokasi
memiliki batasan administrasi sebagai berikut:
1. Bagian Utara : Samudera Pasifik
2. Bagian Barat : Kabupaten Jayapura
3. Bagian Selatan : Kabupaten Keerom
4. Bagian Timur : Negara Papua New Guinea (PNG).

2.2 Administratif dan Kependudukan


Gambaran administrasi pemerintahan di Kota Jayapura disajikan pada
Tabel dan Gambar berikut ini :

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 7


Tabel 2.2
Nama, luas wilayah per-Distrik dan jumlah kelurahan / Kampung

Jumlah Jumlah Luas Wilayah


No Distrik
Kelurahan Kampung Km2 %
1. Abepura 8 3 155,7 16,56
2. Jayapura Selatan 5 2 43,4 4,62
3. Jayapura Utara 7 1 51 5,43
4. Muara Tami 2 6 626,7 66,67
5. Heram 3 2 63,2 6,72
25 14 940,00 100,00
Sumber : BPS Kota Jayapura

Pemerintah Kota Jayapura terdiri dari 5 distrik dengan 39


Kelurahan/kampung terdiri dari 25 kelurahan dan 14 kampung. Distrik Abepura
merupakan distrik dengan jumlah Kelurahan dan Kampung terbanyak dengan
rincian 8 jumlah kelurahan dan 3 jumlah kampung. Sedangkan distrik dengan
jumlah kelurahan/kampung terkecil yaiu Distrik Heram dengan rincian 3
Kelurahan dan 2 kampung
Gambar 2.2
Peta Administrasi Kota Jayapura

Sumber: Bappeda Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 8


2.2.1 Kondisi Fisik Wilayah
a. Kondisi Topografi
Topografi daerah Kota Jayapura cukup bervariasi, mulai dari
daratan, yang landai sampai berbukit-bukit/gunung, dimana terdapat
±60% daerah tidak layak huni (non budidaya) karena terdiri dari daerah
perbukitan yang terjal dengan kemiringan diatas 40%, rawa-rawa
berstatus konservasi atau hutan lindung. Kota Jayapura berada pada
ketinggian 1 – 700 Meter di atas permukaan laut (dpl) dan hanya ± 40%
lahan yang layak huni (budidaya) dan hamparan itu sebagian besar di
Distrik Muara Tami yang merupakan wilayah perbatasan dengan Negara
PNG.
Curah hujan rata-rata 1.500 - 2.500 mm/tahun dan jumlah hari
hujan rata-rata bervariasi antara 148 – 175 hari hujan/tahun. Iklim Kota
Jayapura yang karena pengaruh letaknya, maka dapatlah di kategorikan
beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 21°C - 31°C, musim Hujan dan
Musim Kemarau tidak teratur sebagai akibat pengaruh gerakan angina
dari antar Benua Australia dan Asia serta lautan Pasifik dan lautan
Hindia. Kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 77% - 82%.
b. Kondisi Geohidrologi
Iklim di Kota Jayapura adalah tropis basah. Suhu udara rata-rata
berkisar 30°C dengan suhu udara minimum berkisar 29°C dan suhu
udara maksimum 31,8°C. Curah hujan bervariasi antara 45-255
mm/tahun dengan hari hujan rata-rata antara 148-175 hari
hujan/tahun.Kelembaban udara bervariasi antara 79% - 81%. Menurut
pencatatan Badan Meteorologi dan Geofisika wilayah V Jayapura Tahun
2005 suhu udara rata-rata 23,0 °C - 32,2°C. Kelembaban udara berkisar
antara 77% - 82%, sedang curah hujan tertinggi pada bulan Maret 2005
yaitu 500 mm dan terendah bulan Desember 2005 yaitu 100 mm.
Arah aliran sungai bermuara ke Laut Pasifik kecuali Sungai
Kampwolker dan Buper yang bermuara ke Danau Sentani. Sungai-
sungai yang terdapat di wilayah kota Jayapura secara umum mengalir ke

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 9


arah utara dan selatan yang dipisahkan oleh suatu pemisah morfologi
yang membentang dari barat ke timur, sehingga memisahkan aliran
permukaan (Surface run off) pada dua area tangkapan hujan secara
makro. Arah aliran sungai pada umumnya sejajar dengan sungai utama
yaitu Kali Kamp Wolker, Kali Acai, Kali Entrop, Kali Anafre, Kali
Kloofkamp, Kali APO, Kali Dok IX dan Kali Tami yang menyebar di
Kota Jayapura dan sebagian besar bermuara ke lautan Pasifik kecuali
Kali Kamp Wolker yang bermuara ke danau Sentani.
Sebagian besar alian sungai dapat dijadikan sebagai aliran air
bersih yang dikelola oleh pihak PDAM yang meliputi Kali Kujabu, Kali
Entrop II, Kali Kloofkamp, Kali APO, juga sebagian masyarakat
menggunakan air tanah berupa sumur (air tanah dangakal) yang
kedalamannya berkisar antara 1-3 meter namun dengan tingkat kadar
kapur yang sangat tinggi. Air tanah di daerah datar yang berada di tepi
pantai atau rawa mempunyai tinggi muka air sekitar 1 meter, terdapat di
kelurahan Gurabesi, sekitar pasar Hamadi di kelurahan Argapura.
2.2.2 Demografi
a. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Data Kota Jayapura Dalam Angka Tahun 2012
jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2011 adalah 271,012 jiwa
dengan laju pertumbuhan 4,10% per tahun yang tersebar pada 5 (lima)
distrik yaitu Distrik Abepura, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura
Utara, Distrik Muara Tami dan Distrik Heram.
Secara keseluruhan kepadatan penduduk jika dilihat dari
penyebaran perdistrik, pada tahun 2012 Distrik Abepura yang
penduduknya paling banyak di Kota Jayapura yaitu sebanyak 77.235
jiwa. Sedangkan posisi ke dua Distrik Jayapura Selatan 70.668 jiwa, dan
posisi ke tiga Distrik Jayapura Utara sebanyak sebanyak 68.663 jiwa.
Posisi ke empat adalah Distrik Heram dengan jumlah penduduk
42.689jiwa dan distrik yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah
Distrik Muara Tami dengan 11.757 jiwa.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 10


Tabel 2.2.2.a
Luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurut Distrik di
Kota Jayapura tahun 2012

Luas Penduduk (orang) Kepadatan


Distrik Penduduk
Kilometer % Jumlah Total %
(orang/km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Muara Tami 626,7 66,67 11.916 4,35 19
Abepura 155,7 16,56 77.995 28,47 501
Heram 63,2 6,72 43.076 15,73 682
Jayapura Utara 43,4 4,62 71.505 26,10 1648
Jayapura Selatan 51 5,43 69.436 25,35 1361
2012 940 100,00 273.928 100,00 291
Jumlah/Total 2011 940 100,00 271.012 100,00 288
2010 940 100,00 256.705 100,00 273
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.b
Jumlah penduduk Kota Jayapura menurut jenis kelamin tahun 2012

Penduduk (orang)
Distrik Rasio Jenis
Laki-Laki Perempuan Jumlah (2 + 3)
Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5)
Muara Tami 6.296 5.620 11.916 112
Abepura 41.440 36.555 77.995 113
Heram 22.957 20.119 43.076 114
Jayapura Utara 37.523 33.982 71.505 110
Jayapura Selatan 36.526 32.910 69.436 111
2012 144.742 129.186 273.928 112
Jumlah/Total 2011 144.200 126.812 271.012 114
2010 136.587 120.118 256.705 114
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.c
Jumlah penduduk Kota Jayapura menurut kelompok umur tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
0–4 14.213 13.359 27.572
5–9 14.016 12.915 26.931
10 – 14 13.439 11.948 25.387
15 – 19 12.595 11.265 23.860
20 – 24 15.587 13.987 29.574
25 – 29 16.237 14.782 31.019
30 – 34 14.559 13.224 27.783
35 – 39 12.202 11.256 23.458

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 11


40 – 44 10.146 9.108 19.254
45 – 49 8.119 6.709 14.828
50 – 54 5.554 4.423 9.977
55 – 59 3.504 2.798 6.302
60 – 64 2.271 1.681 3.952
65 + 2.300 1.731 4.031
2012 144.742 129.186 273.928
Jumlah/Total 2011 144.200 126.812 271.012
2010 136.587 120.118 256.705
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.d
Jumlah penduduk Distrik Muara Tami menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
0–4 699 663 1.362
5–9 585 650 1.235
10 – 14 615 516 1.131
15 – 19 482 411 893
20 – 24 444 417 861
25 – 29 668 592 1.260
30 – 34 582 552 1.134
35 – 39 538 426 964
40 – 44 409 360 769
45 – 49 369 347 716
50 – 54 296 272 568
55 – 59 251 171 422
60 – 64 151 111 262
65 + 207 132 339
2012 6.296 5.620 11.916
Jumlah/Total 2011 6.258 5.499 11.757
2010 5.928 5.209 11.137
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.e
Jumlah penduduk Distrik Abepura menurut kelompok umur dan jenis kelamin
tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
0–4 3.877 3.620 7.497
5–9 3.857 3.564 7.421
10 – 14 3.681 3.373 7.054
15 – 19 3.631 3.258 6.889
20 – 24 4.764 4.315 9.079

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 12


25 – 29 4.959 4.391 9.350
30 – 34 4.387 3.795 8.182
35 – 39 3.642 3.183 6.825
40 – 44 2.934 2.479 5.413
45 – 49 2.236 1.830 4.066
50 – 54 1.406 1.126 2.532
55 – 59 939 752 1.691
60 – 64 564 439 1.003
65 + 563 430 993
2012 41.440 36.555 77.995
Jumlah/Total 2011 41.317 35.918 77.235
2010 39.135 34.022 73.157
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.f
Jumlah penduduk Distrik Heram menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun
2012

Jenis Kelamin (orang)


Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
0–4 2.091 1.926 4.017
5–9 2.046 1.872 3.918
10 – 14 1.982 1.715 3.697
15 – 19 2.276 2.136 4.412
20 – 24 3.310 2.846 6.156
25 – 29 2.666 2.213 4.879
30 – 34 2.174 1.962 4.136
35 – 39 1.715 1.637 3.352
40 – 44 1.541 1.412 2.953
45 – 49 1.265 1.018 2.283
50 – 54 902 606 1.508
55 – 59 492 349 841
60 – 64 266 211 477
65 + 231 216 447
2012 22.957 20.119 43.076
Jumlah/Total 2011 22.901 19.788 42.689
2010 21.692 18.743 40.435
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.g
Jumlah penduduk Distrik Jayapura Selatan menurut kelompok umur dan jenis
kelamin tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
0–4 3.899 3.672 7.571
5–9 3.897 3.547 7.444

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 13


10 – 14 3.602 3.171 6.773
15 – 19 3.086 2.772 5.858
20 – 24 3.511 3.341 6.852
25 – 29 4.143 3.987 8.130
30 – 34 3.912 3.560 7.472
35 – 39 3.227 3.085 6.312
40 – 44 2.726 2.446 5.172
45 – 49 2.024 1.621 3.645
50 – 54 1.379 1.147 2.526
55 – 59 875 723 1.598
60 – 64 606 464 1.070
65 + 636 446 1.082
2012 37.523 33.982 71.505
Jumlah/Total 2011 37.347 33.321 70.668
2010 35.375 31.562 66.937
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.h
Jumlah penduduk Distrik Jayapura Utara menurut kelompok umur dan jenis
kelamin tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
0–4 3.647 3.478 7.125
5–9 3.631 3.282 6.913
10 – 14 3.559 3.173 6.732
15 – 19 3.120 2.688 5.808
20 – 24 3.558 3.068 6.626
25 – 29 3.801 3.599 7.400
30 – 34 3.504 3.355 6.859
35 – 39 3.080 2.925 6.005
40 – 44 2.536 2.411 4.947
45 – 49 2.225 1.893 4.118
50 – 54 1.571 1.272 2.843
55 – 59 947 803 1.750
60 – 64 684 456 1.140
65 + 663 507 1.170
2012 36.526 32.910 69.436
Jumlah/Total 2011 36.377 32.286 68.663
2010 34.457 30.582 65.039
Sumber : BPS Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 14


Tabel 2.2.2.i
Jumlah penduduk Distrik Muara Tami dirinci menurut Kelurahan/Kampung dan
jenis kelamin tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelurahan/Kampung
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
Koya Barat 2.468 2.227 4.695
Holtekam 535 509 1.044
Skow Yambe 296 308 604
Koya Timur 1.854 1.687 3.541
Skow Mabo 321 283 604
Skow Sae 313 276 589
Koya Tengah 226 162 388
Kampung Mosso 283 168 451
2012 6.296 5.620 11.916
Jumlah/Total
2011 6.258 5.499 11.757
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.j
Jumlah penduduk Distrik Abepura dirinci Menurut Kelurahan/Kampung dan Jenis
kelamin tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelurahan/Kampung
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
Asano 4.198 3.688 7.886
Nafri 755 675 1.430
Enggros 219 204 423
Awiyo 6.996 5.850 12.846
Koya Koso 1.605 1.288 2.893
Yobe 4.187 3.733 7.920
Abe Pantai 1.551 1.422 2.973
Kota Baru 4.383 4.248 8.631
Vim 7.497 6.889 14.386
Wai Mhorock 5.471 4.475 9.946
Wahno 4.578 4.083 8.661
2012 41.440 36.555 77.995
Jumlah/Total
2011 41.317 35.918 77.235
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.k
Jumlah penduduk Distrik Heram Dirinci menurut Kelurahan/Kampung dan jenis
kelamin tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelurahan/Kampung
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
Yoka 1.179 976 2.155

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 15


Kampung Waena 973 870 1.843
Hedam 6.141 5.453 11.594
Waena 8.980 7.785 16.765
Yabansai 5.684 5.035 10.719
2012 22.957 20.119 43.076
Jumlah/Total
2011 22.901 19.788 42.689
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.l
Jumlah penduduk Distrik Jayapura Selatan dirinci menurut Kelurahan/Kampung
dan jenis kelamin. 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelurahan/Kampung
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
Entrop 8.870 7.965 16.835
Tobati 107 83 190
Hamadi 10.419 9.656 20.075
Ardipura 9.110 8.137 17.247
Numbai 4.719 4.188 8.907
Argapura 3.979 3.698 7.677
Tahima Soroma 319 255 574
2012 37.523 33.982 71.505
Jumlah/Total
2011 37.347 33.321 70.668
Sumber : BPS Kota Jayapura
Tabel 2.2.2.m
Jumlah penduduk Distrik Jayapura Utara dirinci menurut Kelurahan/Kampung
dan jenis kelamin tahun 2012
Jenis Kelamin (orang)
Kelurahan/Kampung
Laki-Laki Perempuan Total (2 + 3)
(1) (2) (3) (4)
Gurabesi 8.761 7635 16.396
Bhayangkara 6.840 6341 13.181
Mandala 2.794 2376 5.170
Trikora 2.807 2616 5.423
Angkasapura 2.393 2157 4.550
Imbi 5.278 4824 10.102
Tanjung Ria 7.484 6816 14.300
Kampung Kayobatu 169 145 314
2012 36.526 32.910 69.436
Jumlah/Total
2011 36.377 32.286 68.663
Sumber : BPS Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 16


Tabel 2.2.2.n
Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata anggota rumah tangga di Kota
Jayapura tahun 2010, 2011, dan 2012
Jumlah Penduduk Jumlah rumah Rata-rata anggota
Tahun
(orang) Tangga rumah tangga
(1) (2) (3) (4)
2010 256.705 47.397 4,13
2011 271.012 63.918 4,24
2012 273.928 64.606 4,24
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.o
Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata anggota rumah tangga menurut
Distrik di Kota Jayapura tahun 2012
Penduduk Rata-rata anggota
Distrik Rumah Tangga
(orang) rumah tangga
(1) (2) (3) (4)
Muara Tami 11.916 2.810 4,24
Abepura 77.995 18.395 4,24
Heram 43.076 10.159 4,24
Jayapura Selatan 71.505 16.864 4,24
Jayapura Utara 69.436 16.376 4,24
2012 273.928 64.606 4,24
Jumlah/Total 2011 271.012 63.918 4,24
2010 256.705 47.397 4,13
Sumber : BPS Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.p
Jumlah Penduduk Kota Jayapura Proyeksi 5 Tahun
Jumlah Penduduk (2011 – 2016)
Distrik
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Abepura 77.235 80.448 83.795 87.280 90.911 94.693
Jayapura Selatan 70.668 71.516 72.374 73.243 74.122 75.011
Jayapura Utara 68.663 71.519 74.495 77.594 80.821 84.184
Muara Tami 11.757 12.357 12.987 13.649 14.345 15.077
Heram 42.689 43.201 43.720 44.244 44.775 45.313
Total 271.012 279.041 287.370 296.010 304.975 314.277
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.q
Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kota Jayapura Proyeksi 5 Tahun
Jumlah Kepala Keluarga 2012 – 2016
Distrik
2012 2013 2014 2015 2016
Abepura 20.112 20.949 21.820 22.728 23.673
Jayapura Selatan 17.879 18.094 18.311 18.530 18.753
Jayapura Utara 17.880 18.624 19.398 20.205 21.046
Muara Tami 3.089 3.247 3.412 3.586 3.769
Heram 10.800 10.930 11.061 11.194 11.328

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 17


Total 69.760 71.842 74.003 76.244 78.569
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Jayapura

Tabel 2.2.2.r
Jumlah Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Jayapura Proyeksi 5
Tahun
Peningkatan Penduduk 2012 – 2016 (%)
Distrik
2012 2013 2014 2015 2016
Abepura 4,16 4,16 4,16 4,16 4,16
Jayapura Selatan 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
Jayapura Utara 4,16 4,16 4,16 4,16 4,16
Muara Tami 5,10 5,10 5,10 5,10 5,10
Heram 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Jayapura

2.2.3 Sosial dan Budaya


Struktur penduduk menurut agama berdasarkan data dari Profil Kota
Jayapura 2012 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kota Jayapura
adalah pemeluk agama Kristen Protestan, yaitu berjumlah 120.170 orang.
Pemeluk agama Islam menempati urutan kedua terbanyak yaitu 96.460
orang.Selanjutnya pada tempat ketiga, pemeluk agama Katolik dengan
jumlah 45.561 orang. Di tempat keempat, pemeluk agama Budha dengan
jumlah 1.863 orang, pemeluk agama Hindu menempati urutan terakhir
dengan jumlah 1.586 orang.
Total Sarana ibadah yang ada di Kota Jayapura terdiri dari 270
bangunan gereja Protestan, 146 bangunan masjid, 44 bangunan mushola, 13
bangunan gereja Katolik, 45 bangunan kopel, 3 bangunan wihara dan 1 pura.
Berdasarkan data tahun 2012 pada Badan Pusat Statistik Kota
Jayapura, pencari kerja yang belum berpengalaman yang mendaftarkan diri
di disnaker Kota Jayapura berjumlah 7.408 orang, tidak tamat SD 526 orang,
tamat SD 434 orang, tamat SMP 952 orang, tamat STLA 2.834 orang, tamat
Sarjana Muda 1.763 orang, tamat Sarjana (S1) 874 orang dan tamat Pasca
Sarjana 25 orang. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah penduduk yang
berada di garis kemiskinan.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 18


Tabel 2.2.3.a
Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kota Jayapura
Distrik Jumlah Sarana Pendidikan
Umum Agama
SD SLTP SMA SMK MI MTs MA
Jayapura Utara 24 12 9 7 1 1 0
Jayapura Selatan 22 7 5 3 0 1 1
Abepura 24 9 4 5 4 2 1
Heram 16 5 2 0 0 0 2
Muara Tami 8 5 3 1 2 0 1
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Jayapura

Tabel 2.2.3.b
Jumlah penduduk miskin per Distrik di Kota Jayapura tahun 2012
No Distrik & Kelurahan Jumlah Keluarga Miskin

Distrik Abepura
1. Awiyo 1.645
2. Asano 1.990
3. Vim 2.082
4. Abepantai 515
5. Kota Baru 625
6. Yobe 315
7. Wahno 305
8. Wai Mhorock 1.273
9. Enggros 1.075
10. Nafri 1.060
11. Koya Koso 1.615
Distrik Jayapura Selatan
1. Ardipura 1.
2. Argapura 2.
3. Entrop 3.
4. Hamadi 4.
5. Numbai 5.
6. Tobati 6.
Distrik Jayapura Utara
1. Gurabesi 1.
2. Bayangkara 2.
3. Trikora 3.
4. Angkasa 4.
5. Mandala 5.
6. Imbi 6.
7. Tanjung Ria 7.
8. Kayu Batu 8.
Distrik Muara Tami

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 19


1. Koya Barat 1.
2. Koya Timur 2.
3. Koya Tengah 3.
4. Holtekamp 4.
5. Skouw Sae 5.
6. Skouw Mabo 6.
7. Skouw Yambe 7.
8. Mosso 8.
Distrik Heram
1 Waena 1.525
2 Hedam 1.600
3 Yabansai 1.715
4 Yoka 1.045
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Jayapura

Tabel 2.2.3.c
Jumlah rumah Per Distrik Tahun 2011
Nama Distrik Jumlah Rumah
Distrik Abepura 19.309
Distrik Jayapura Selatan 17.667
Distrik Jayapura Utara 17.166
Distrik Heram 10.672
Distrik Muara Tami 2.894
Sumber: Bappeda Kota Jayapura, 2012

2.3 Sumber Daya Daerah


1. Potensi Daerah
Kota Jayapura mempunyai keunikan dan spesifikasi yang meliputi Kota
Jayapura sebagai Pusat Pemerintahan di Provinsi Papua, Dalam wilayah
pemerintahannya masih terdapat Kampung, Berbatasan langsung dengan
negara tetangga PNG, Didalam wilayahnya masih terdapat kawasan
hutan lindung yang terdiri dari Cagar Alam Cyklop, Taman laut teluk
Youtefa dan hutan lindung Djaar, Wilayahnya terdapat lahan pertanian
dan pemukiman transmigrasi, Memiliki lembaga perguruan tinggi
terbanyak di Provinsi Papua, serta terdapat teluk didalam teluk (teluk
Yos Sudarso dan teluk Youtefa)
Keunikan-keunikan Kota Jayapura ini, membawa dinamika
pembangunan kota yang serba dilematis. Untuk menjawab tantangan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 20


keunikan ini, maka diperlukan suatu strategi pembangunan yang
bernuansa Holistik dan Komprehensif, namun tetap memperhatikan
aspek-aspek spasialnya.
2. Sumber Daya Alam
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 05 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Jayapura,
Pemanfaatanya terlihat pada table di bawah ini
Tabel 2.3
Pemanfaatan Tata Ruang dan Wilayah
Kawasan Peruntukan Luas (Ha)
Hutan lindung Pegunungan
765,6.25
Djar
Kawasan lindung/kawasan Hutan lindung Abepura 560,000
sekitar mata air Cagar Alam Pegunungan
22,500
Cyclop
Hutan Lindung Bougenville 35.931,75
Kawasan resapan air Taman Wisata Alam 10.884,15
Kawasan cagar alam dan cagar
1.675
budaya
Kawasan Rawan Banjir 4.166.14
Kawasan Rawan Longsor 1.262.47
Kawasan Rawan Bencana 27,58
Abrasi Hutan Produksi Terbatas 27.016,19
Pertanian
Kawasan pengembangan - Tanaman Pangan 10.983,47
budidaya - Perkembunan 4.292,39
- Tambak 1.641,21
Pasir Besi 5.049,87
Batu Damping/Karang & 26.800
Kawasan pertambangan Pasir Batu 32.000
Bentonik 1.000
Tanah Liat 28.000
Kawasan Kepariwisataan 252,9
Kawasan Pemukiman 4.095,15
Kawasan Perkantoran Kawasan 126,25
Perdagangan & Jasa 252,49
Kawasan Pemakaman 20

Di bidang pertanian tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat


tersedia potensi lahan yang dapat dikembangkan dan termasuk di dalam
daerah pengembangan Kota Jayapura. Pengembangan ini didukung oleh
bendungan irigasi yang dapat mengairi lahan sawah seluas 5.000 ha.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 21


Lahan sawah yang telah dicetak dan fungsional saat ini baru mencapai
1.100 Ha.
2 Sumber Daya Manusia
Jumlah Penduduk Kota Jayapura pada akhir tahun 2011 tercatat 271.012
jiwa. Laju pertumbuhan penduduk dalam 4 (empat) tahun terakhir
tercatat rata – rata sebesar 4,10% pertahun dan pada tahun 2011
pertumbuhan menjadi 2,61% .Jumlah penduduk yang besar ini
merupakan potensi tenaga kerja apabila mempunyai skill yang sesuai
dengan lapangan kerja yang tersedia.
3. Pariwisata Objek
objek wisata yang ada di Kota Jayapura belum tergarap dengan baik,
walaupun untuk sementara ini telah didatangi oleh wisatawan baik
domestik maupun mancanegara. Objek – objek parawisata yang
mempunyai potensi tersebut adalah :
1. Wisata marine atau perairan terdiri dari :
a. Pantai Base- G
b. Pantai Hamadi
c. Perairan Teluk Yotefa dengan keindahan alamnya
d. Pantai Holtekamp
e. Pantai Skou Yambe
f. Tanjung Kaswari Enggros
2. Wisata Agro diarahkan ke kawasan timur Kota Jayapura dengan
andalan lahan pertanian yang cukup luas yang didukung oleh
Bendungan Muara Tami yang siap untuk dieksploitasi guna
kepentingan pariwisata seperti wisata pertanian dan kolam
pemancingan.
3. Wisata Budaya yang ada di Kota Jayapura adalah museum benda-
benda purbakala di Museum Loka Budaya Uncen dan Museum
Nasional di Waena, Tugu Pendaratan Tentara Sekutu di Hamadi dan
Tugu Jepang di Abepantai.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 22


4. Peluang Investasi
Sebagai bagian dari upaya untuk dapat menjadikan Kota Jayapura maju,
mandiri dan sejahtera masyarakatnya adalah dengan melibatkan atau
mengikut sertakan pihak swasta di dalam pelaksanaan pembiayaan
pembangunan. Oleh karena itu salah satu upaya tersebut adalah dengan
menawarkan peluang investasi yang dapat ditanamkan di Kota Jayapura
sebagai berikut :
1. Sektor Pariwisata. Peluang investasi pada sektor pariwisata adalah :
a. Pengelolaan tempat2 wisata secara propesional
b. Penataan kawasan wisata khususnya wisata marine.
c. Pengadaan sarana dan prasarana wisata marine.
d. Pengembangan wisata bendungan serta pembangunan wisata
pancing baik perikanan darat maupun laut mempunyai peluang
untuk dikembangkan.
e. Penataan dan pengembangan wisata danau, sementara ini telah
terdapat sarana taman remaja, namun belum dioptimalkan
pengelolaannya.
f. Wisata budaya melalui pengembangan taman budaya Expo
Waena yang telah terbangun, sebagai upaya untuk
memperkenalkan budaya Papua.
2. Sektor Industri dan Perdagangan.
a. Sebagai Ibukota Provinsi yang berbatasan langsung dengan
Negara PNG, maka bisnis retail, garmen dan elektronika sangat
menjanjikan untuk dikembangkan.
b. Dengan pertambahan penduduk dan mobilisasi penduduk yang
cukup tinggi yang dibarengi dengan daya beli yang semakin
meningkat, maka Pembangunan ruko, mall dan pusat
perbelanjaan sangat menjanjikan.
c. Industri rumah tangga berupa kerajin ukiran, masih sangat
dibutuhkan di kota ini.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 23


d. Untuk memenuhi kebutuhan makanan ternak khususnya ayam,
maka dibutuhkan industri pengolahan bahan pakan ternak.
e. Kawasan Expo Waena dapat dipungsikan kembali sebagai ajang
promosi barang ataupun hasil industri dan peluang investasi di
Papua khususnya di Kota Jayapura.
f. Industri pengolahan ikan asar sangat potensial dikembangkan di
Kota Jayapura
g. Industri mebeleir dapat dikembangkan disini dengan
memanfaatkan SDA dari kayu dan rotan.
5. Kondisi Perumahan Di kota Jayapura
Rumah yang sehat dan nyaman adalah rumah yang relative luas.
Semakin tinggi tingkat kesejahteraan rumah tangga, maka semakin luas
rumah yang ditempati. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), salah
satu criteria rumahs ehat adalah rumah yang memiliki luas lantai
minimal 10 m2 perkapita. Hal ini ditunjukkan dalam hasil Susenas 2012
dimana sebanyak 54, 3% luas lantai perkapitas rumah-rumah di Kota
Jayapura telah memenuhi syarat rumah sehat. Semenatara itu sebanyak
45,7% luas lantai perkapita rumah-rumah di Kota Jayapura belum
memenuhi syarat rumah sehat yaitu di bawah 10 m2 perkapita.
Sempitnya rumah yang didiami sebagian besar penduduk Kota Jayapura
dapat menimbulkan ketidaknyamanan maupun menurut derajad
kesehatan penghuninya yang kemudian pada akhirnya dapat
menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 24


Gambar 2.3.a
Proporsi luas lantai perkapita Kota Jayapura
Tahun 2012

45,7%
54,3%

< 10 m2 ≥ 10 m2
Sumber : BPS Kota Jayapura
Kualitas rumah juga ditinjau dari segi lantai, atap dan dinding
terluas yang digunakan. Berdasarkan hasil Susenas Kota Jayapura,
lebih dari 80% rumah penduduk memiliki jenis lantai yang permanen
selain kayu dan tanah. Ditinjau dari bahan atap yang digunakan lebih
dari 90% rumah-rumah di Kota Jayapura telah menggunakan atap
yang permanen terutama dari jenis seng. Dinding-dinding rumah di
Kota Jayapura, lebih dari 73% telah menggunakan bahan yang
permanen yaitu tembok. Sehingga dapat dikatakan secara umum
rumahtangga di Kota Jayapura menempati bangunan yang permanen.
Gambar 2.3.b Proporsi jenis lantai, jenis dinding, dan jenis atap
di Kota Jayapura tahun 2012

18,1% 26,6%

81,9% 73,4%

Lantai permanen Lantai non permanen Dinding permanen non


permanen
Sumber : BPS Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 25


Gambar 2.3.c
Proporsi perumahan berdasarkan atap
Tahun 2012
Genteng Seng Sirap Beton Ijuk/Rumbia Asbes

2,8% 0,2% 4,3% 0,6%


0,8%

91,3%

Sumber : BPS Kota Jayapura


Gambar 2.3.d Perumahan di Kota Jayapura dan
Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat di Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 26


Gambar 2.3.e Fasilitas Layanan TB
di Puskesmas

Beberapa fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi


sehat dan nyaman untuk ditinggali adalah tersedianya listrik, air
bersih, serta tersedianya jamban serta penampungan tinja (septictank).
Hasil pengelolaan data Susenas 2012, mengenai fasilitas perumahan,
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.3.f
Fasilitas Perumahan Kota Jayapura tahun 2012
Persentase rumah menurut Persentase rumah menurut
Sumber air minum utama sumber air untuk cuci/minum

1,1% 2,9%
10,8% 1% Isi ulang dan
Air kemasan
ledeng
isi ulang dan 15%
ledeng
sumur/mata sumur/mata
21% 46% air
air terlindungi
terlindungi
sumur/mata 3% sumur/mata
84,2% air tidak 15% air
terlindungi terlindungi

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 27


Persentase rumah menurut Persentase rumah menurut
kloset Tempat pembungan akhir tinja
leher angsa cemplung/cubluk
jongkok tidak pakai terdapat tangki/SPAL

2,9% tanpa tangki/SPAL

29,5% 13,9%

61,5%

6,1%
86,1%

Persentase rumah menurut Persentase rumah menurut


Bahan bakar/energy utama Sumber penerangan
Untuk memasak

listrik gas/elpiji minyak tanah kayu


Listrik/PLN Listrik non PLN
0,5 0,4% 2,7%
Pelita/sentir/obor 0,4%
0,01%

99,59%

96,4%

Sumber : BPS Kota Jayapura

6. Angka Kemiskian Kota Jayapura


Indikator utama kemiskinan menurut BAPPENAS dapat dilihat dari; (1)
kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak; (2) terbatasnya
kepemilikan tanah dan alat-alat produktif; (3) kuranya kemampuan membaca dan
menulis; (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup; (5) kerentanan dan
keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; (6) ketakberdayaan atau daya

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 28


tawar yang rendah; (7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas. Menurut
Bank Dunia indikator kemiskinan yaitu:
a) kepemilikan tanah dan modal yang terbatas
b) terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang
biaskota
c) perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat
d) perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi
e) rendahnya produktivitas
f) budaya hidup yang jelek
g) tata pemerintahan yang buruk
h) dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan
BPS mengartikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun
non-makanan.Dari sisi makanan, BPS menggunakan indikator yang
direkomendasikan oleh Widyakara Pangan dan Gizi tahun 1998 yaitu kebutuhan
gizi 2.100 kalori per orang per hari, sedangkan dari sisi kebutuhan non-makanan
tidak hanya terbatas pada sandang dan papan melainkan termasuk pendidikan dan
kesehatan. Model ini pada intinya membandingkan tingkat konsumsi penduduk
dengan suatu garis kemiskinan (GK), yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi per
orang per bulan. Sedangkan data yang digunakan adalah data makro hasil Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas).
Dalam kehidupan masyarakat yang tergolong klarifikasi penduduk
miskin berdasarkan kemampuannya memenuhi kebutuhan hidupnya, menurut
Badan Pusat Statistik :
1. Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai 900/kalori/orang/hari ditambah
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000/orang/hari.
2. Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi
makanan hanya mencapai antara 1900/2100 kalori/orang/hari ditambah
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000-Rp. 150.000/orang/bulan.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 29


3. Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai 2100/23000 kalori/orang/hari dan
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 150.000-Rp. 175.000/orang/bulan.
Tingkat kemiskinan di Kota Jayapura, berdasarkan data yang tersaji di
buku publikasi dan Kota Jayapura Dalam Angka BPS Kota Jayapura pada tahun
2012 adalah 45.300 jiwa dengan persentase sebesar 15,77 %. Sedangkan pada
tahun 2013, jumlah penduduk miskin di Kota Jayapura mengalami penurunan,
sebesar 3,34 % atau menjadi 12,43 % (34.705).

2.4 Profil Kesehatan Kota Jayapura


a. Situasi Derajat Kesehatan
Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai
indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai
evaluasi keberhasilan pelaksanaan program.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga
dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor
lainnya.
Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu
keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun
masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan
hambatan tersebut perlu dilakukan analisis situasi dan kecenderungan di masa
mendatang.
b. Angka Kematian
1. Angka Kematian Bayi
Kematian Bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya
kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan kejadian kematian
bayi. Di Kota Jayapura kasus kematian bayi (0-12 bulan) pada tahun

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 30


2013 adalah 33 orang/5.492 kelahiran. Sementara balita (1-5 Tahun)
mati pada tahun 2013 berjumlah 16 orang. Jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya terjadi penurunan kasus kematian, dimana pada tahun
2012 terdapat 49 kematian bayi dari 5.468 kelahiran hidup, dan terdapat
21 orang kematian balita.
Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan kematian bayi,
diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini
disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan.
Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan
pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui
perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi
penyakit.
2. Kasus Kematian Ibu Kota Jayapura Tahun 2013
Kematian Ibu juga menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kematian menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait
dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan
lama kehamilan.
Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait
dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara
umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya
indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Kasus kematian maternaltahun 2013 di Kota Jayapura sebanyak 7/5.492
kelahiran hidup, sedikit meningkat dibanding tahun 2012 sebanyak 6
orang/5.468 kelahiran hidup dan sama dengan tahun 2011 kasus
Kematian Ibu terdapat 7 orang yang meninggal dari 5.439 kelahiran.
Namun secara persentase terjadi penurunan kasus kematian karena
jumlah kelahiran hidup yang lebih banyak pada tahun 2013.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 31


3. Kasus Kematian Perintal Tahun 2012
Kasus kematian Perinatal pada tahun 2013 sebanyak 12/5.492 kelahiran.
Kasus kematian Perinatal ini masih cukup tinggi, penyebabnya antara
lain terlambat dalam memberikan penanganan baik pada bayi maupun
ibu yang mengalami masalah kesehatan. Untuk menurunkan kasus ini
telah dilakukan intervensi yang tepat, guna meningkatkan pemantauan
dan penurunan kasus kematian tersebut. Diharapkan dengan lebih
terpantaunya kasus kematian, maka dapat di ketahui permasalahan
kesehatan ibu dan anak yang ada di masyarakat.
4. Penyebab Kematian
Berdasarkan laporan dari hasil survey penyebab kematian yang
dilaksanakan oleh WHO pada tahun 2008, dengan jumlah responden
sebanyak 1.294 diperoleh hasil bahwa penyebab kematian terbanyak di
Kota Jayapura adalah disebabkan oleh penyakit TB, kemudian disusul
oleh malaria, kecelakaan lalu lintas, stroke, HIV, Diare, Pneumonia,
Diabetes Melitus, gagal ginjal dan urutan terakhir penyakit Paru
menahun. Persentase 10 Penyebab kematian tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 2.4
Persentase Penyebab Kematian Semua Umur Menurut Jenis Kelamin di
Kota Jayapura tahun 2008

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 32


Gambar 2.4.a
Persentase kasus kematian menurut kelompok umur di Kota Jayapura
tahun 2008

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura

c. Angka Kesakitan
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun
prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan
dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan laporan puskesmas penyakit yang paling banyak di Kota
Jayapuratahun 2013 adalah ISPA, diikuti oleh Penyakit kulit infeksi dan
malaria. Pola 10 penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 33


Gambar 2.4.b
Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota JayapuraTahun 2012

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura


d. Cakupan Penyakit Menular
1. Cakupan penemuan dan penangan penderita Accut Flaccid
Paralysis
Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam
PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf
hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada
umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan
munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di
tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal
ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab
yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.
Pada tahun 2012 ditemukan 5 kasus AFP non Polio. Untuk penemuan
kasus inidilakukan tindakan sesuai Protap yaitu Pengambilan dan
pemeriksaan spesimen I dan II, serta pengobatan .
2. Persentase balita dengan Pnemonia ditangani
Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.
Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup
cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 34


adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65
tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi,
gangguan imunologi). Penemuan kasus Pneumonia pada semua
kelompok umur pada tahun 2013 sebanyak 61 pasien, dimana 18%
diantaranya adalah balita.
Penemuan kasus Pnemonia Balita di Puskesmas pada tahun 2013
sebanyak 17 pasien dan 100 % dapat ditangani. Sementara data dari
Rumah sakit tidak didapat. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 (65
kasus) terjadi peningkatan kasus sebesar 382%.
3. Persentase HIV/AIDS ditangani
HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immuno-deficiency
Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan
penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini
ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses
hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak
dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.
Dari data yang ada, kasus HIV dan AIDS mengalami trend
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 kasus HIV dilaporkan
sebanyak 807 penderita dan AIDS sebanyak 3022 penderita. Sebagian
besar kasus terjadi pada populasi umum. Sementara penderita Infeksi
Menular Seksual (IMS) berjumlah 1235 kasus dan 100 % ditangani.
4. Kasus diare
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau
bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang
berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam Penyakit Diare sampai
saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota
Jayapura. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 35


enteritis yang disebabkan oleh kuman. Penderita yang berobat ke
Puskesmas diobati sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan kasus
diare dengan pengobatan yang rasional. Pada tahun 2013 terjadi 5.532
kasus (4,07% dari total 10 besar penyakit). Angka ini menurun
dibanding tahun 2012 terjadi kasus diare sebanyak 5.427 kasus.
Untuk kelompok umur balita terdapat sebanyak 3.182 penderita (13%),
terjadi peningkatan dibanding tahun 2012 sebanyak 2.867 penderita.
5. Prefalensi kusta
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk
dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan
permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.
Penemuan penderita kusta baru tahun 2013 sebanyak 386 orang,
dibandingkan dengantahun 2012 sebanyak 353, hal ini berarti
mengalami peningkatan . Penderita kusta ini terdapat di 12wilayah
kerja Puskesmas dari 12 Puskesmas yang ada, yaitu di Puskesmas
Hamadi, Puskesmas Jayapura Utara, Puskesmas Imbi, Puskemas
Abepura, Puskesmas Elly Uyo, Puskesmas Waena, Puskesmas
Tanjung Ria, Puskesmas Abepantai, Puskesmas Koya, Puskesmas
Yoka dan Puskesmas Koya Barat. Penderita Kusta baik type PB
maupun MB mendapat pengobatan dari Puskesmas wilayah kerjanya.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 36


Gambar 2.4.c
Jumlah Penderita Kusta (PB & MB) per Puskesmas
di Kota Jayapura tahun 2013

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura


6. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
Penemuan kasus penyakit menular yang bisa dicegah dengan imunisasi
pada tahun 2013 adalah Difteri tidak ditemukan, Tetanus Neonatorum
tidak ada laporan, Campak 38 orang dibeberapa Puskesmas dengan
penderita terbanyak adalah perempuan 20 orang dan laki-laki 18 orang,
Lumpuh layu sebanyak 5 orang dan Hepatitis B sebanyak 0 penderita
di beberapa Puskesmas. Jumlah total penderita kasus Penyakit Menular
yang dapat dicegah dengan Imunisasi sebanyak 43 penderita.
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani,
yang masuk ketubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru
lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan
alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara
berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah.
Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh
virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak.
Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh
sekret orang yang telah terinfeksi.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 37


Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium
diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit
ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga
kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi
tonsil serta bagian saluran pernafasan.
7. Demam berdarah
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini
sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga
menyerang orang dewasa.
Penemuan DBD Pada tahun 2013 sebanyak 72 penderita, terjadi
penurunan kasus dibanding tahun 2012 kasus DBD terjadi sebanyak
137 kasus dengan kematian 2 orang. Kasus terbanyak terjadi pada
wilayah Puskesmas Waena sebanyak 20 kasus diikuti Puskesmas Japut
15 kasus dan Puskesmas Kotaraja sebanyak 12. Kasus yang paling
sedikit terjadi pada Puskesmas Tanjung Ria dan Elly Uyo masing-
masing sebanyak 1 kasus serta Puskesmas yang tidak ada kasus DBD
yaitu Puskesmas Skouw.
Gambar 2.4.d
Persebaran Deman Berdarah

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 38


Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan
fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan.
Disamping itu tetap di sarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan
PSN di rumah maupun kelurahan masing–masing. Dari jumlah kasus
diatas bisa diketahui CFR nya 1,38% dari jumlah kasus, dengan insidens
rate nya 27,5/100.000 penduduk.
Dalam pengamatan selama empat tahun terakhir dapat digambarkan
bahwa terdapat 3 (tiga) kategori daerah, yaitu Kelurahan/Kampung
Endemis DBD (23%), Kelurahan/Kampung Sporadis DBD (46%) dan
Kelurahan/Kampung Bebas DBD (31%).
Yang termasuk dalam kategori Endemis DBD sebanyak 9
Kelurahan/Kampung, yaitu : Kelurahan Tanjung Ria, Kelurahan
Bhayangkara, Kelurahan Trikora, Kelurahan Gurabesi, Kelurahan
Hamadi, Kelurahan Entrop, Kelurahan Waena, Kelurahan Yabansai dan
kelurahan Wahno.
Yang termasuk dalam kategori Sporadis DBD sebanyak 18
Kelurahan/Kampung, yaitu : Kampung Kayu batu, Kelurahan
Angkasapura, Kelurahan Imbi, Kelurahan Mandala, Kelurahan Numbai,
Kelurahan Ardipura, Kelurahan Argapura, Kelurahan Vim, Kampung
Waena, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Whai Mhorock, Kelurahan
Hedam, Kelurahan Yobe, Kelurahan Awiyo, Kelurahan Asano,
Kelurahan Abe Pantai, Kampung Koya Koso dan Kelurahan Koya Barat.
Yang termasuk dalam kategori Kampung Bebas DBD sebanyak 11
Kelurahan/Kampung, yaitu : Kampung Tahima Soroma, Kampung
Tobati, Kampung Nafri, Kampung Enggros, Kampung Yoka, Kelurahan
Koya Timur, Kampung Koya Tengah, KampungSkouw Mabo,
KampungSkouw Yambe, Kampung Holtekamp dan Kampung Skouw
Sae.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 39


8. Malaria
Kota Jayapura sampai saat ini masih menjadi daerah endemis malaria.
Jumlah kasus malaria vivax tahun 2013 sebanyak 8.535 (39%) kasus,
Malaria Palcifarum 12.256 (57%), Malaria Mix 612 (2,84%) dan
Plasmodium Malaria 73 (0,33%).
Gambar 2.4.e
Persebaran Malaria

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura

9. Filarisasi
Survei darah jari untuk mengetahui adanya penyakit filariasis
dilakukan pada tahun 2013. Hasil pelaksanaan Survey Filariasis yaitu
berupa pengambilan darah untuk pemeriksaan penyakit filariasis yang
dilaksanakan di kampung Koya Tengah pada tanggal 5 Nopember
2013, hasilnya sebagai berikut :
Jumlah sampel darah yang diambil dalam survey filariasis sebanyak
240 yaitu dari warga masyarakat yang tinggal di kampung Koya
Tengah. Dari hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan bahwa 17
sampel positif mikrofilaria, artinya dalam darah tersangka
mengandung mikrofilaria, sehingga dapat disimpulkan bahwa MF Rate
= 7,08%

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 40


Berdasarkan kriteria dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), apabila
MF Rate lebih besar dari 1% maka harus dilaksanakan Pengobatan
Massal, baik tingkat Kampung, tingkat Distrik ataupun Tingkat Kota.
Telah ditemukan kasus kronis di wilayah Puskesmas Jayapura Utara
sebanyak 1 orang berusia 48 tahun, 1 orang laki-laki berusia 12 tahun
dan seorang seorang lagi di wilayah Puskesmas Waena.
Filariasis atau yang sering kita sebut dengan Penyakit Kaki Gajah
adalah penyakit infeksi yang bersifat menahun yang disebabkan oleh
cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantung
buah zakar, payudara dan kelamin wanita. Semua orang baik laki-laki,
perempuan, anak-anak dan orang tua dapat terserang penyakit ini.
Kerugian ekonomi akibat penyakit ini berdampak nyata, terutama bagi
keluarga, penderita tidak dapat bekerja secara normal / tidak dapat
bekerja sama sekali, penderita merasa rendah diri atau malu terhadap
lingkungannya, serta mengganggu hubungan intim suami istri.
Pada tahun 2013 dilaksanakan pengobatan massal secara bertahap,
mulai dari kampung Koya Tengah, diikuti dengan kelurahan /kampung
yang lain, dengan tempat pengambilan obat dipusatkan di Puskesmas
dan Pustu. Penduduk dengan kategori tunda adalah berusia 2 tahun,
keadaan sakit berat, hamil, menyusui dan gizi buruk.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 41


Gambar 2.4.f
Himbauan Walikota Jayapura tentang suspect kaki gajah

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 42


2.4.1 Status Gizi
a. Berat Bayi Lahir Rendah
Jumlah bayi yang lahir tahun 2013 sebanyak 6.207 orang, jumlah bayi
lahir yang ditimbang sebanyak 3.694 (67,3%) sementara yang
mengalami berat bayi lahir rendah (BBLR) sebanyak 75 orang (2,0%).
Bayi yang mengalami BBLR jika tidak diikuti dengan penyakit lain
dirawat di Puskesmas tapi bila diikuti dengan penyakit bawaan lainnya
maka akan di rujuk ke Rumah sakit.
b. Balita Dengan Gizi Kurang
Pemantauan Status Gizi Balita dilakukan secara rutin di Posyandu dan 1
kali setiap tahun dilakukan Pemantauan Status Gizi (PSG). Penimbangan
rutin di Posyandu menemukan 944 Balita yang mengalami gizi kurang
dan 190 Balita gizi buruk. Balita yang mengalami gizi kurang diberikan
penyuluhan pada ibu Balita dan makanan tambahan berupa biskuit (MP-
ASI) serta Susu Formula bagi Balita dari keluarga miskin.
c. Balita Dengan Gizi Buruk
Penanggulangan kasus balita gizi buruk pada tahun 2013 dilakukan
dengan pemberian PMT yang pendanaanya melalui dana APBD Kota
Jayapura dan APBD Propinsi Papua. PMT yang diberikan berupa
pemberian Susu, Biskuit MP-ASI. Dari jumlah kasus yang dibantu
hampir semuanya mengalami kenaikan Berat Badan yang cukup
menggembirakan.
Penanggulangan Balita gizi buruk di Kota Jayapura yang memerlukan
rawatan dilakukan di puskesmas Koya Barat sebagai Puskesmas rawatan
gizi buruk. Balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2013
berjumlah 190 orang, sebagian Balita gizi buruk dirawat inap dan
sebagian lagi dilakukan rawat jalan.
Selama rawat inap Balita gizi buruk diberikan perlakuan sesuai dengan
penanganan kasus gizi buruk selama beberapa hari sampai kondisi balita
tersebut menjadi gizi kurang atau gizi baik dan selanjutnya dipulangkan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 43


untuk dilakukan rawat jalan dengan konsultasi tetap ke Puskesmas serta
tetap dipantau oleh tenaga gizi dan dokter Puskesmas masing-masing.
Balita gizi buruk yang rawat jalan adalah Balita dengan kondisi kurus
atau kurus sekali yang tidak mau dirawat inap. Dalam penanggulanan
kasus Balita gizi buruk ini, banyak kendala yang ditemui seperti Ibu
Balita yang tidak mau merujuk anaknya ke Puskesmas dengan alasan
ekonomi dan lainnya. Oleh sebab itu untuk masa yang akan datang
diharapkan partisipasi semua pihak untuk melakukan rujukan pasien gizi
buruk.

2.4.2 Situasi Upaya Kesehatan


Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan.
Situasi Upaya Kesehatan Masyarakat di Kota Jayapura pada tahun 2012
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pelayanan Dasar Kesehatan
1. Program Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan pelayanan
kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya serta
kesehatan anaknya.
Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan K1, K4, Deteksi Risti oleh
tenaga kesehatan/masyarakat, Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh
tenaga kesehatan, dan persalinan yang ditolong dukun. Pencapaian K1,
K4, Kunjungan Neonatus (KN), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 44


kesehatan (PN) belum mencapai target. Pada tahun 2013 capaian K1 sudah
mencapai target yaitu 90% sedang K4 belummencapai target yaitu
59,17%.
Tingginya capaian K1 pada tahun 2012 disebabkan antara lain keakuratan
dalam pencatatan. Semakin baiknya capaian K4 ini menggambarkan
adanya jalinan kerja sama yang baik dalam melaksanakan pemantauan
wilayah setempat antara Puskesmas dengan Bidan Praktek Swasta (BPS)
yang berpraktek di wilayah kerja Puskesmas, sehingga kunjungan K4
terpantau dan terlaporkan dengan lebih baik. Diharapkan kedepan
Puskesmas lebih meningkatkankualitasforum komunikasi BPS di
Puskesmas, sehingga kualitas dan kuantitas pemantauan dan pelaporan
dari BPS ke Puskesmas akan semakin lebih baik dan lebih maksimal.
Ibu hamil (Bumil) tahun 2013 berjumlah 3.541 (54,30%) dan sebanyak 20
% (1.158) diantaranya mengalami Risiko Tinggi (Risti). Puskesmas yang
paling banyak Bumil Ristinya adalah : Puskesmas Hamadi sebanyak 682
Bumil dan yang paling sedikit adalah Puskesmas Yoka yaitu sebanyak 5
Bumil. Diharapkan kedepan, Pembina wilayah lebih meningkatkan
kerjasama dengan kader dalam pendeteksian bumil Risti di masyarakat,
sehingga semua bumil Risti yang ada dapat terdeteksi dan mendapat
pelayanan yang cepat, tepat dan aman.
Bumil yang dapat Fe 1 sebanyak 4,67% dan Fe 3 sebanyak 2,36%. Pada
tahun 2013 terdapat 3.608 ibu bersalin dan 3.518(61%) diantaranya
melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan. Untuk ibu nifas yang
mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 5.931 (103%) ibu yang
persalinannya di tolong oleh tenaga kesehatan.
Cakupan Persalinan yang ditolong oleh Nakes menunjukan trend
Peningkatan setiap tahunnya, ini menunjukan adanya peningkatan
kerjasama antara Puskesmas dan BPS dalam pelaksanaan PWS KIA.
Meskipun demikian masih harus tetap dilakukan pembinaan kepada
Pengelola program KIA Puskesmas, Pembina Wilayah dan BPS yang ada
di Kota Jayapura.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 45


Pasangan usia subur (PUS) tahun 2013 berjumlah 19.361 PUS yang
merupakan peserta KB baru sebanyak 3.377 PUS sementara total peserta
KB aktif sebanyak 15.984 pasangan. Adapun alat kontrasepsi yang
digunakan oleh peserta KB aktif tersebut adalah suntik = 14.523, Pil =
3.619, IUD = 135, Implant = 574, MOP/MOW = 54 dan Kondom = 456.
Jumlah bayi pada tahun 2013 sebanyak 20.534orang dengan cakupan
kunjungan 5.508Kunjungan neonatus tahun 2013 berjumlah 6.207(107%),
sementara Target Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) yang hendak
dicapai adalah adalah 80%.
Bayi yang mendapat ASI Ekslusif berjumlah 6.327 bayi (30,8%).
Puskesmas dengan cakupan Asi Ekslusif tertinggi terdapat pada
Puskesmas Kotaraja dan Puskesmas yang paling rendah cakupan ASI
Ekslusifnya adalah Puskesmas Imbi. Cakupan Imunisasi bayi tahun 2012
terdiri dari, BCG = 96,0%, DPT1 + HB1 = 96,4%, DPT3 + HB3 = 89,4%,
Polio3 = 93,2% dan Campak = 91,3%. Dari 39 kelurahan/kampung di
Kota Jayapura36 diantaranya sudah UCI (Universal Child Immunization).
Dan untuk cakupan Vitamin A bayi pada bulan Februari 81,92% sedikit
dibawah target yaitu 82%, dan pada bulan agustus melebihi terget yaitu
82,89%.
Cakupan pemberian makanan Pendamping ASI pada anak Usia 6-12 bulan
dari Keluarga Miskin sebanyak 92,05%. Bayi BGM (Bawah Garis Merah)
yang berasal dari keluarga Miskin sebanyak 1.354 bayi dan semuanya
diberi Makanan Pendamping ASI. Balita yang mendapat Vitamin A 2 x
sebanyak 3.702 dari 26.627 Balita, sementara Balita Gizi Buruk yang
mendapat perawatan sebanyak 12 orang.
2. Penjaringan Kesehatan Siswa
Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kota Jayapuratahun 2013
diantaranya adalah melakukan skrening pada anak baru masuk sekolah dan
melakukan penyuluhan kesehatan. Adapun Cakupan pemeriksaan
kesehatan anak sekolah tahun 2013 ini pada siswa SD/MI = 62,5%. Jika

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 46


dibandingkan dengan tahun sebelumnya ada sedikit peningkatan, dimana
pada tahun 2012 cakupan skrening siswa SD/MI = 58,7%.
Untuk Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah kegiatannya lebih banyak
bersifat Promotif dan Preventif. Adapun siswa yang diperiksa tahun ini
sebanyak 19.915 siswa, yang memerlukan perawatan sebanyak 1.805
siswa dan yang mendapat perawatan sebanyak 412 siswa.
3. Program Usila
Jumlah Usila di Kota Jayapura pada tahun 2013 sebanyak 7.660 usila,
pelayanan terhadap Usila terbagi atas dua yaitu Pra Usila untuk yang
berumur 45-59 tahun dan Usila untuk yang berumur diatas 60 tahun. Pada
tahun 2012 cakupan pelayanan Pra usila adalah 48,9% dan Usila 65,3%.
Saat ini di Kota Jayapura sudah ada 5 Posyandu Lansia yang terdapat di
Koya Barat, Yoka, Abepura, Kotaraja dan Holtekamp, dimana para lansia
ini bisa memanfaatkan Posyandu Lansia untuk pemeriksaan kesehatan,
senam lansia secara berkala dan mendapat penyuluhan kesehatan. Untuk
meningkatkan cakupan pelayanan lansia ini perlu kerjasama yang baik
antara puskesmas, tokoh masyarakat, kader Posyandu dan lintas terkait.
Disamping itu beberapa puskesmas sudah melaksanakan program santun
lansia.
b. Program Kesehatan Gigi
Program Pelayanan kesehatan gigi dilaksanakan berupa pelayanan
klinik di Puskesmas, Upaya kesehatan gigi di Masyarakat dan Usaha
Kesehatan gigi Sekolah melalui kegiatan UKS. Untuk pelayanan Kesehatan
gigi di klinik Puskesmas sudah melebihi target Kota Jayapura (>4% jumlah
penduduk). Pada tahun 2013 ini jumlah pelayanan gigi sebanyak 18.847 kali
dimana Tumpatan Gigi tetap sebanyak 4.947 dan pencabutan gigi tetap
sebanyak 13.900, dengan demikian rasio tambal/cabut adalah 1:4. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya (1:6) terjadi penurunan pencabutan
gigi tetap, artinya sudah ada peningkatan pengetahuan masyarakat akan
perawatan kesehatan gigi.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 47


c. Puskesmas Kesehatan Dengan Kemampuan Gadar
Puskesmas di Kota Jayapura berjumlah 12 Puskesmas yang
tersebar disemua Distrik. Diantara 12 Puskesmas tersebut ada 2 Puskesmas
yang mempunyai fasilitas dan pelayanan rawat inap yaitu Puskesmas Koya
Barat dan Puskesmas Yoka, sedangkan sebagian lainnya hanya melayani
rawat jalan. Sejumlah 6 Puskesmas mempunyai kemampuan untuk
melakukan pelayanan gawat darurat (Gadar), yaitu Puskesmas Imbi,
Puskesmas Hamadi, Puskesmas Kotaraja, Puskesmas Koya Barat,
Puskesmas Yoka dan Puskesmas Waena.
d. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan dilakukan dengan dua cara ,yaitu
penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. Pada tahun 2013 ini
penyuluhan kelompok dilakukan sebanyak : 314 kali, dimana Puskesmas
terbanyak melakukannya terdapat pada Puskesmas Hamadi (48 kali) dan
yang paling sedikit Puskesmas Yoka, Puskesmas Skouw dan Puskesmas
Imbi (masing-masing 12 kali). Untuk Penyuluhan Massa dilakukan
sebanyak 92 kali, dimana Puskesmas terbanyak melaksakannya adalah
Puskesmas Hamadi dan Puskesmas Kotaraja (masing-masing sebanyak 12
kali) dan Puskesmas yang paling sedikit melaksanakannya adalah
Puskesmas Skouw (3 kali).

2.4.3 Sumberdaya Kesehatan


Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
a. Sarana Kesehatan
1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas
merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 48


melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya
kesehatan pilihan yang disesuikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan,
kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan
kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan
kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer.
Jumlah Puskesmas di Kota Jayapura sampai tahun 2013 sebanyak 12
buah. Puskesmas terbagi atas dua, yaitu Puskesmas Non rawatan 10 buah
dan Puskesmas perawatan 2 buah. Untuk mengukur keterjangkauan
Puskesmas dengan masyarakat adalah dengan melihat rasio antara
Puskesmas per 100.000 penduduk. Rasio Puskesmas per 100.000
penduduk pada tahun 2012 di Kota Jayapura adalah sebesar 4,95. Untuk
lebih meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap
masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana
pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (pustu) yang
berjumlah 24 buah.
2. Ketersediaan Obat Menurut Jenisnya
Obat yang tersedia di Puskesmas dan jaringannnya adalah obat obatan
untuk pelayanan kesehatan dasar. Secara umum kebutuhan obat di
Puskesmas sudah terpenuhi, hanya beberapa jenis yang tingkat
ketersediaanya dibawah 100%, yaitu Kloramfenikol kapsul 250 mg
tersedia 52%, Deksametason Inj. l.v.5 mg/ml tersedia 43% , Diazepam
Inj.5mg/ml tersedia 22%, Kotrimoksazol DOEN I (dewasa) tersedia
10%, Oksitetrasiklin HCL Salep mata 1% tersedia 33%, Paracetamol
tablet 500 mgtersedia 36%, Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tersedia
10% dan yang paling rendah adalah tetrasiklin kapsul 250 mg hanya
tersedia 9%. Persen Ketersediaan obat adalah Jumlah obat yang tersedia
dibanding dengan jumlah kebutuhan total 1 tahun dikali 100%. Jika %
ketersediaan sama dengan 100, maka jumlah yang tersedia sama dengan
jumlah kebutuhan. Jika % ketersediaan lebih dari 100, maka jumlah yang

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 49


tersedia lebih dari jumlah kebutuhan. Sebaliknya jika % ketersediaan
kurang dari 100 maka jumlah yang tersedia kurang dari jumlah
kebutuhan.
3. Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan
Kota Jayapura sebagai ibu kota Propinsi memiliki jenis sarana kesehatan
yang cukup beragam dan kepemilikannya juga beragam. Untuk rumah
sakit umum berjumlah 6 buah dengan kepemilikan terdiri dari 2 Rumah
Sakit Pemerintah Provinsi Papua, 1 Rumah Sakit TNI AL, 1 Rumah
Sakit TNI AD, 1 Rumah Sakit POLRI, dan 1Rumah Sakit swasta.
Rumah Sakit jiwa sebanyak 1 buah dengan kepemilikan Pemerintah
Provinsi Papua.
Sarana Kesehatan yang seluruhnya di kelola oleh swata adalah Rumah
sakit Umum sebanyak 1 buah, Balai Pengobatan/klinik sebanyak 12
buah, Apotik sebanyak 71 buah, Toko Obat sebanyak 30 buah, Praktek
dokter umum perorangan 192 buah, Praktek dokter spesialis 116 buah.
Sementara sarana kesehatan yang di kelola oleh pemerintah Kota
Jayapura adalah Puskesmas 12 buah, Puskesmas Pembantu 24 buah,
Puskesmas Keliling 12 buah, GFK 1 buah dan Poskeskel 10 buah.
4. Sarana kesehatan menurut kemampuan Labkes dan memiliki 4
spesialis dasar.
Sarana kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit
Jiwa Rumah Sakit Khusus dan Puskesmas 100% memiliki Laboratorium
Kesehatan. Dan untuk kepemilikan 4 spesialis dasar, dari 6 Rumah Sakit
Umum semuanya memiliki ke 4 spesialis dasar tersebut.
5. Posyandu menurut Strata
Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu yang ada di Kota Jayapura
berjumlah 177 buah. Strata Posyandu ini bervariasi, yaitu tingkat
Pratama berjumlah 138 buah (78%), tingkat madya 26 buah (15%),
tingkat Purnama 13 buah (7,3%) dan tingkat mandiri tidak ada. Dilihat
dari angka diatas posisi Posyandu terbanyak berada pada tingkat
Pratama.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 50


Tabel 2.4.3
Jumlah Izin Sarana Kesehatan yang diterbitkan
di Kota Jayapura s/d Tahun 2013

Sumber : Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura

6. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)


Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan
menerapkan berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan
melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep
pemberdayaan pengembangan masyarakat.
UKBM di antaranya terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) di Kampung Siaga dan Tanaman Obat
Keluarga (Toga).
Upaya kesehatan bersumber masyarakat tersebar di 39
kelurahan/kampung di Kota Jayapura. UKBM yang telah sejak lama

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 51


dikembangkan dan mengakar dimasyarakat adalah posyandu. Dalam
menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5
program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Jumlah Posyandu
sampai tahun 2013 berjumlah 178 buah.
Poskeskel merupakan upaya kesehatan bersumber-daya masyarakat yang
dibentuk di kelurahan dalam rangka mendekatkan penyediaan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat kelurahan, dengan kata lain salah satu
wujud upaya untuk mempermudah akses Masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan. Kegiatan utama poskeskel yaitu pengamatan dan
kewaspadaan dini (surveilans perilaku berisiko, lingkungan dan masalah
kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan
kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan
yang diberikan poskeskel juga mencakup tempat pertolongan persalinan
dan pelayanan KIA. Poskeskel merupakan salah satu indikator sebuah
kelurahan disebut kelurahan siaga. Sampai tahun 2013 Poskeskel di Kota
Jayapura berjumlah 10 buah. Sementara kelurahan/kampung siaga
berjumlah 10 buah.
b. Tenaga Kesehatan
1. Jumlah dan rasio tenaga medis di sarana kesehatan
Tenaga medis terdiri dari dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi,
sedangkan sarana kesehatan terdiri dari Puskesmas dan rumah Sakit.
Puskesmas di Kota Jayapura berjumlah 12 buah. Di Puskesmas tidak ada
dokter spesialis, untuk dokter umum berjumlah 31 orang dan dokter gigi
8 orang. Jumlah dokter dimasing-masing Puskesmas tidak sama,
tergantung
jumlah penduduk, kunjungan dan jenis Puskesmas (perawatan/non
perawatan). Secara umum masing masing Puskesmas mempunyai dokter
lebih dari 1 orang dan dokter gigi 1 orang.
Rumah Sakit yang aktif di Kota Jayapura berjumlah 6 buah. Dari Data
yang masuk Dokter spesialis berjumlah 33 orang, dokter umum 63 orang

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 52


dan dokter gigi 13 orang. Jumlah tenaga medis ini tidak bisa dibuatkan
rasionya dengan sarana kesehatan karena banyak rumah sakit yang tidak
ada datanya.
2. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan di sarana kesehatan
Tenaga Kesehatan yang ada di Kota Jayapura berjumlah 523 orang
terdiri dari medis, perawat & bidan,farmasi, gizi, teknis medis, sanitasi
dan kesehatan masyarakat tersebar di berbagai unit kerja, yaitu
Puskesmas (termasuk Pustu & Polindes) dan Dinas Kesehatan Kota.
Di Puskesmas se-Kota Jayapura mempunyai 29 orang dokter, 147 orang
perawat, 8 perawat gigi dan73 bidan, 30 orang Farmasi, 42 orang gizi, 56
orang analis kesehatan, 20 orang sanitasi, dan 25 orang kesehatan
masyarakat. Total tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas adalah 454
orang.
Dinas Kesehatan kota mempunyai 2 orang tenaga medis, 8 orang
perawat & bidan, 5 orang farmasi, 3 orang gizi, 1 orang sanitasi, dan 34
orang kesehatan masyarakat. Total tenaga kesehatan yang ada di Dinas
Kesehatan Kota adalah 69 orang.
3. Jumlah dan rasio tenaga kefarmasian di sarana kesehatan
Tenaga Farmasi terdiri dari Apoteker, S1 Farmasi, D-III Farmasi, dan
Asisten Apoteker. Dari 12 Puskesmas yang ada, seluruhnya memiliki
tenaga asisten apotekerdan sebanyak 8 Puskesmas memiliki tenaga
apoteker, untuk S1 Farmasi ada 9 orang dan Asisten Apoteker sebanyak
21 orang. Total tenaga farmasi yang ada di Puskesmas berjumlah 30
orang.
Tenaga Farmasi di Rumah Sakit tidak bisa dilakukan penjumlahannya
karena banyaknya data Rumah Sakit yang tidak masuk.
4. Jumlah dan rasio tenaga gizi disarana kesehatan
Tenaga gizi terdiri dari S1 Gizi, D-III Gizi dan D-1 Gizi. Tenaga Gizi di
12 Puskesmas di Kota Jayapura berjumlah 42orang, sedangkan Tenaga
Gizi di Dinas Kesehatan Kota Jayapura berjumlah 3 orang. Puskesmas
dengan tenaga Gizi terbanyak adalah Puskesmas waena (5 orang), dan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 53


Puskesmas dengan tenaga Gizi terendah adalah Puskesmas Tanjung Ria
dan Puskesmas Skouw (masing-masing 2 orang).
Sedangkan tenaga Gizi yang bekerja di Rumah Sakit di Kota Jayapura
tidak bisa dilakukan rekapitulasi karena banyaknya data Rumah Sakit
yang tidak masuk.
5. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan masyarakat di sarana kesehatan
Tenaga Kesehatan Masyarakat terdiri dari S2 Kesehatan Masyarakat,
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dan D-III Kesehatan Masyarakat.
Tenaga S2 Kesehatan Masyarakatyang bekerja di Dinas Kesehatan
berjumlah 9 orang, S1 Kesehatan Masyarakat (SKM) di Puskesmas
berjumlah 24orang dan di Dinas Kesehatan berjumlah 25 orang,
sedangkan D-III Sanitasi berjumlah 21 orang.
6. Jumlah dan rasio tenaga Analis Kesehatan
Tenaga Analis Kesehatan yang bekerja di 12 Puskesmas di Kota
Jayapura berjumlah 56 orang. Puskesmas dengan jumlah Analis
kesehatan terbanyak adalah Puskesmas Hamadi (7 orang), sedangkan
Puskesmas dengan tenaga Analis Kesehatan terendah adalah Puskesmas
Tanjung Ria (3 orang).
7. Pembiayaan Kesehatan
a. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kota.
Pembiayaan Kesehatan Kota Jayapuratahun 2012 bersumber dari
APBD Kota sebesar Rp.43.933.690.150,- APBN Rp. 5.634.112.000,-
Total Anggaran Kesehatan Kota Jayapura berjumlah Rp.
49.567.802.150,- sementara total APBD Kota Jayapura adalah Rp
864.654.481.579- Dari angka diatas terlihat persentase Anggaran
Kesehatan terhadap APBD Kota Jayapura hanya 5,73 %.

2.4.4 Kebijakan dan Peraturan (Kesehatan dan TB)


Kebijakan dan peraturan kesehatan kota jayapura secara umum tertuang
didalam Rencana Strategi Dinas Kesehatan Kota Jayapura Tahun 2012 – 2016,
yang tertuang di dalam Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Sasaran Dan Kebijakan.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 54


a. Strategi
Strategi dalam rangka mendukung pencapaian misi pertama yaitu
“Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat” antara lain: (1)
Meningkatkan kemitraan pada lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat,
Strategi dalam rangka mendukung pencapaian misi kedua yaitu
“Meningkatkan profesionalitas aparatur pemerintah” antara lain: (1)
Tersedianya SDM yang berkualitas dan bekerja sesuai dengan Standard
Operating Procedure (SOP) yang ditetapkan.
Strategi dalam rangka mendukung pencapaian misi ketiga yaitu
“Meningkatkan pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang bermutu prima
antara lain: (1) Tersedianya obat generik di sarana kesehatan (2)
Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan (3) Meningkatkan jumlah,
Puskesmas dengan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) (4) Meningkatkan
akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan; (5)
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang harus memenuhi persyaratan ilmiah
medis dan bermutu melalui puskesmas dan jaringannya terutama neonatus,
bayi, dan anak usia prasekolah; (6) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang
harus memenuhi persyaratan ilmiah medis dan bermutu melalui puskesmas
dan jaringannya terutama untuk ibu hamil (bumil), ibu nifas (bufas), dan
pasangan usia subur (PUS) yang diarahkan ke kelurahan siaga; (7)
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang harus memenuhi persyaratan ilmiah
medis dan bermutu melalui Puskesmas dan jaringannya terutama pada
kelompok usia lanjut.
Strategi dalam rangka mendukung pencapaian misi keempat yaitu
“Menurunkan risiko kesakitan dan kematian” antara lain: (1)
Terselenggaranya pencegahan dan pemberantasan penyakit; (2) Mewujudkan
mutu lingkungan hidup yang sehat melalui pengembangan sistem kesehatan
kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan; (3)
Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif; (4)
Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 55


menimbulkan perilaku hidup bersih dan sehat serta mengembangkan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
2. Kebijakan
Arah kebijakan pembangunan kesehatan adalah :
a. Menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan dasar
b. Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini dan Penyelidikan
Epidemiologi serta Penanggulangan Kejadian Luar Biasa / KLB
melalui Deteksi Dini KLB
c. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
d. Memberikan jam inan pelayanan kesehatan bagi seluruh
masyarakat
Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Kota Jayapura adalah :
a. Menurunkan angka mortalitas dari 24%/1000 kelahiran pada tahun
2010 menjadi 15%/1000 kelahiran pada tahun 2015;
b. Angka kematian ibu melahirkan 25/10.000 kelahiran;
c. Angka kematian bayi 21/10.000 kelahiran hidup atau 20,6%/1000
kelahiran hidup;
d. Meningkatkan usia harapan hidup dari 68,2 tahun pada tahun 2010
menjadi 76 tahun pada tahun 2015;
e. Menurunkan angka pesakitan dari semua jenis penyakit dominan di
Kota Jayapura;
f. Menambah jumlah puskesmas pelayanan 24 jam dari 3 unit di
tahun 2010, menjadi 10 unit pada tahun 2015;
g. Pembebasan biaya pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin;

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 56


2.5 Alokasi Anggaran Kesehatan (TB)
Tabel 2.5
Alokasi anggaran kesehatan
No Tahun Jumlah Anggaran (Rp) Alokasi Anggaran TB Persentase
1 2011 50.326.655.500 70.000.000 0,14%
2 2012 52.240.624.300 70.000.000 0,13%
3 2013 53.256.624.550 70.000.000 0,13%
4 2014 54.834.442.515 61.000.000 0,11%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura
Khusus bagi bagian atau unit kerja yang menangani TB dan HIV,
juga mendapat sumber dana lain, yang berasal dari mitra kerja Dinas
Kesehatan Provinsi Papua. Tetapi bantuan dana ini bersifat pelatihan
mengembangan sumber daya manusia di unit kerja tersebut.

2.6 Prevalensi Penderita TB, TB-HIV, TB-MDR


a. Prevalensi Penderita TB
Jumlah kasus TB dihitung berdasarkan unit pelayanan kesehatan (Pusat
Kesehatan Masyarakat/PKM, Puskesmas, dan Rumah Sakit Umum
Daerah maupun Swasta) pertriwulan (TW) 1, 2, 3, dan 4. Data yang
tersaji adalah data yang berasal dari Dinas Kesehata Kota Jayapura tahun
2013.
Tabel 2.6.a
Jumlah Kasus TB BTA Pos Baru dan BTA Kambuh tahun 2013
No Penemuan TW1 TW2 TW3 TW4 Total
1 PKM JAPUT 11 9 12 13 45
2 PKM IMBI 12 12 6 7 37
3 PKM T.RIA 9 7 6 4 26
4 PKM HAMADI 31 18 14 22 85
5 PKM ELLI UYO 21 10 10 7 48
6 PKM KOTARAJA 36 17 18 21 92
7 PKM ABEPURA 28 14 13 8 63
8 PKM WAENA 15 13 15 9 52
9 PKM KOYA BARAT 2 3 0 4 9
10 PKM ABEPANTAI 7 2 1 2 12
11 PKM SKOUW 4 0 0 0 4
12 PKM YOKA 6 4 2 2 14
13 RSUD ABE 8 5 5 4 22
14 RSDH 24 2 3 14 43

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 57


15 MHC 1 5 2 1 9
16 RSMI 5 3 11 3 22
17 RSAL 3 0 1 0 4
18 RSUD JAYAPURA 17 22 16 23 78
19 WALI HOLLE 0 0 10 0 10
Total 240 146 145 144 675
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura

Tabel 2.6.b
Jumlah Kasus TB BTA Neg RO+ tahun 2013
No Penemuan TW1 TW2 TW3 TW4 Total
1 PKM JAPUT 10 7 4 11 32
2 PKM IMBI 5 7 4 1 17
3 PKM T.RIA 2 0 2 1 5
4 PKM HAMADI 11 6 10 11 38
5 PKM ELLI UYO 4 5 3 5 17
6 PKM KOTARAJA 16 12 5 9 42
7 PKM ABEPURA 22 15 10 15 62
8 PKM WAENA 16 5 6 12 39
9 PKM KOYA 3 1 0 11 15
10 PKM ABEPANTAI 9 8 7 4 28
11 PKM SKOUW 0 0 0 0 0
12 PKM YOKA 2 1 4 6 13
13 RSUD ABE 15 20 8 9 52
14 RSDH 13 30 25 24 92
15 MHC 4 2 1 4 11
16 RSMI 16 18 11 19 64
17 RSAL 3 2 3 0 8
18 RSUD JAYAPURA 11 14 13 9 47
19 WALI HOLLE 0 0 0 13 13
Total 162 153 116 164 595
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura

Tabel 2.6.c
Rekap Jumlah Kasus TB tahun 2013
No KASUS TW1 TW2 TW3 TW4 Total
1 BTA POS BARU 221 135 129 136 621
2 BTA POS KAMBUH 19 11 6 8 44
3 BTA Neg RO + 166 153 126 164 609
4 EKSTRA PARU 47 53 51 51 202
5 GAGAL 4 1 1 2 8
6 DEFAULTER 10 3 12 4 29

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 58


7 LAIN-LAIN 0 0 1 2 3
TOTAL 467 356 326 367 1516
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura

Berdasarkan tabel data kasus TB di Kota Jayapura tahun 2013,


angka prevalensi berdasarkan perhitungan yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kota Jayapura dengan rumus 210/100.000 x jumlah
penduduk, dimana angka 210 adalah nilai ketetapan untuk Kota
Jayapura, maka 210/100.000 x 287.370 = 603.477. jadi angka prevalensi
untuk kasus TB Kota Jayapura tahun 2013 adalah 603,477.
Sedangkan jika di ukur berdasarkan Point prevalence rate
sebagai suatu cara dalam mengukur mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Dengan rumus :
Jumlah Penderita terdaftar (semua jenis TB)
x 100.000
Jumlah Penduduk

Maka :
1516
x 100.000 = 527/100.000
287.370

Mana nilai prevalensi TB di Kota Jayapura adalah 527/100.000


penduduk.
b. Prevalensi Penderita TB – HIV
Sama dengan data TB sebelumnya, data TB – HIV berdasarkan
pada temuan Dinas Kesehatan Kota Jayapura tahun 2013 yang dibagi
meenjadi 4 triwulan.
1. Tirwulan pertama (januari – maret) 2013, dari 469 pasien TB, jumlah
yang di tes HIV adalah 136, dari hasil tersebut 16 pasien dinyatakan
positif HIV (kolaborasi TB-HIV), dan 120 pasien negatif.
2. Triwulan kedua (April – Juni) 2013 97 dari 371 pasien TB dengan
berbagai jenis TB melakukan pemeriksaan HIV/AIDS, dan hasilnya
8 pasien dinyatakan positif dan 88 pasien negatif. Pada triwulan ini,
dari 371 pasien, hanya 96 yang mau melakukan tes HIV/AIDS.
3. Triwulan ketiga (Juli – September) pada triwulan ini, terdapat 336
pasien TB, sebanyak 127 pasien melakukan tes HIV dan 30 pasien
dinyatakan positif sedangkan 96 lainya dinyatakan negative.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 59


4. Triwulan keempat (Oktober – Desember) di triwulan terakhir ini,
jumlah pasien TB mengalami kenaikan dibandingkan triwulan
sebelumnya, yakni 372 pasien TB, kenaikan angka pasien TB
tersebut berbanding terbalik dengan pasien TB yang melakukan tes
HIV, yakni hanya berjumlah 94 pasien. Dari jumlah itu, 18 pasien
dinyatakan positif dan 76 pasien negative.
Berdasarkan data yang sudah disebutkan di paragraph
sebelumnya, dengan tujuan untuk mencari nilai prevalensi TB – HIV,
maka 16 + 8 + 30 + 18 dibagi jumlah penduduk dikali seratus ribu
penduduk, hasilnya :
82
x 100.000 = 28/100.000 penduduk
287.370

c. Prevalensi Penderita TB – MDR


TB-MDR atau Multi Drug Resistant Tuberculosis yang terjadi
di Kota Jayapura, lebih banyak ditemukan pada TB kambuh jika
dibandingkan dengan kasus TB baru, hal tersebut berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura seperti pada table berikut
ini
Tabel 2.6.d
Jumlah kasus TB-MDR 2013
No TB-MDR berdasarkan kasus TB-MDR berdasarkan kasus
kambuh baru
1 675 595
2 15 kasus TB-MDR 7 kasus TB-MDR
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura
Berdasarkan data yang sudah disebutkan pada tabel diatas,
maka untuk mendapatkan nilai prevalensi yaitu 15 + 7 dibagi jumlah
penduduk dikali seratus ribu penduduk, hasilnya :
22
x 100.000 = 7/100.000 penduduk
287.370

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 60


BAB III

METODOLOGI PENYUSUNAN ANALISIS SITUASI KEBIJAKAN


UNTUK PREVELANSI TB HIV DAN PENGANGGARAN KESEHATAN
DI DAERAH

Dalam konteks program advokasi penanggulangan TB, analisis situasi


adalah pintu masuk untuk advokasi berbasis data (research for action) untuk
mendapatkan komitmen politik, penerimaan sosial, dukungan kebijakan sistem
dalam konteks kesehatan. Dengan kata lain analisis situasi merupakan pra kondisi
pelaksanaan advokasi itu sendiri.
Sebagai salah satu pernagkt advokasi, maka hasil analisa situasi akan
berakhir dengan model suport mechanism dalam pengendalian TB-HIV, dan
memeberikan rekomendasi bagi pelaksanaan advokasi.

3.1 Tinjauan atau Penilaian Situasi


Melakukan penilaian situasi dengan baik dan akurat, digunakan metode
partisipatif yang bersifat lintas sektor (multi stake-holder) melalui seminar
internal. Metode yang digunakan dalam seminar internal adalah FGD (focus group
discussion) dengan peserta (perwakilan) dari NGO (non government
organitations), Pemerintah Kota Jayapura, Satuan Kerja Perangkat Daerah atau
SKPD (Dinas Kesehatan Kota Jayapura), Komisi Penanggulangan HIV/AIDS
(KPA) Kota Jayapura, Pemangku Kepentingan dinataranya : Kelompok ODHA
(orang dengan HIV/AIDS), Perwakilan (orang yang pernah menderita) TB, Tokoh
Masyarakat, dan kalangan Akademisi. Pada pertemuan ini, semua pihak
diharapkan dapat mengemukakan perspektif masing-masing dengan mengacu
pada situasi TB-HIV.
Penilaian situasi perlu dilakukan sebagai dasar analisis dan
pengembangan program selanjutnya, penilaian situasi mencakup tiga kegiatan
utama, yaitu :

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 61


1. Merumuskan permasalahan berdasarkan data yang dimiliki
Penilaian situasi dilakukan oleh Pemerintah Kota Jayapura, SKPD
terkait (Dinas Kesehatan Kota Jayapura), beserta tim lainya yang berasal
dari kalangan LSM, Akademisi, dan Pemangku Kepentingan yang
dikoordinir oleh Tim Pelaksana Analisis Situasi (STIKOM Muhammadiyah
Jayapura) melalui personal yang telah ditunjuk, merumuskan permasalhan
terkait Kebijakan Untuk Prevelansi TB HIV Dan Penganggaran Kesehatan
Di Daerah, dan terkait dengan data-data profil kesehatan khususnya TB-
HIV.
2. Menggambarkan besarnya permasalahan
Tim pelakasana Analisis Situasi menggambarkan besarnya
permasalahan terkait Kebijakan Untuk Prevelansi TB HIV Dan
Penganggaran Kesehatan Di Daerah, dan terkait dengan data-data profil
kesehatan khususnya TB-HIV dengan menggunakan metode Root Cause
Analysis (RCA)/ Analisa Akar Masalam (AAM), adalah metode analisa
terstruktur yang digunakan untuk menemukan dan mengkoreksi penyebab
akar masalah yang mendasar.
3. Memilih indikator yang akan digunakan untuk mewakili permasalahan dan
emantauan kedepan.
Penentuan indikator ini membantu mengidentifikasi isu-isu yang
digunakan dalam pencapaian upaya pemecahan masalah melalui proses
pemantauan dan evaluasi. Pada tahap ini, pemilihan indikator berdasarkan
data dan permasalahan yang ada sehingga ditetapkan beberapa indikator
terkait situasi permasalhan terkait Kebijakan Untuk Prevelansi TB HIV Dan
Penganggaran Kesehatan Di Daerah, dan terkait dengan data-data profil
kesehatan khususnya TB-HIV.

3.2 Analisa
a. Analisa Profil
Setelah pemilihan indikator dihasilkan, tim pelaksana melakukan
analisa profil yaitu model analisa multivariat, yang umumnya digunakan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 62


menganalisa data dengan lebih dari dua variabel secara bersama-sama,
penggunaan analisis profil bertujuan untuk mengetahui ciri sebuah
populasi. Dari analisa profil ini, hasil yang akan dicapai diantaranya :
Analisa-Situasi menggambarkan
1. Profil TB
a. Prevalensi TB (Paru dan non paru),
b. Angka kematian TB,
c. Angka kematian TB-HIV,
d. Angka TB-MDR,
e. Angka kesembuhan TB
2. Profil daerah
a. Data penduduk : kepadatan penduduk, : Profil daerah digunakan
sebagai perbandingan dari data prevalensi TB-HIV
b. Perilaku kesehatan masyarakat
c. Kondisi layanan kesehatan
d. APBD (anggaran kesehatan )
e. Kebijakan
f. NGO/ stakeholder yang terlibat dalam penanggulangan TB
b. Analisa Akar Masalah
Analisa akar masalah dilakukan setelah analisa profil dihasilkan.
Analisa akar masalah membantu untuk menemukan dan mengoreksi
peenyebab akar masalah yang mendasar. Hasil dari analisa akar masalah
ini meliputi Penyebab langsung (direct cause) ; Penyebab tidak
langsung (indirect cause); dan Akar penyebab/Penyebab mendasar
(Basic Cause).
c. Analisa Kesenjangan
Analisa kesenjangan dilakukan setelah analisa akar masalah telah
dihasilkan. Analisa kesenjangan ini secara alami mengalir dari
perbandingan atau penilaian yang berdasarkan pada analisa profil dan
analisa akar masalah. Setelah analisa profil dan analisa akar masalah
telah selesai dilakukan, analisa kesenjangan akan menjadi berbandingan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 63


antara kinerja dan berbagai sumberdaya pendukung dengan kenyataan
terkait permasalahan TB HIV, sehingga pada akhirnya dapat ditarik
sebuah perbandingan dengan tingkat kemampuan saat ini.

3.3 Rekomendasi Aksi Advokasi


Rekomendasi aksi advokasi, dengan didasarkan dari data yang
didapat serta analisa yang sudah dilakukan. Rekomendasi yang dihasilkan
menjawab hasil dari Analisa Akar masalah yaitu Penyebab langsung (direct
cause); Penyebab tidak langsung (indirect cause); dan Akar
penyebab/Penyebab mendasar (Basic Cause)
Dalam menyusun rekomendasi aksi/ tindakan memilih aksi kunci
bisa muncul dari hasil analisa akar masalah seperti yang sudah dituliskan
diatas, dalam konteks program penanggulangan TB, penting difokuskan
selama masa program 2 tahun, artinya capaian yang mungkin dicapai ialah
rencana jangka pendek dan rencana jangka menengah terkait proses
penyusunan rekomendasi penting memahami alur proses pembuatan
kebijakan pemerintah yaitu penyusunan Peraturan Daerah (Termasuk
penyusunan APBD); dan Penyusunan rencana pembangunan daerah.
Selain itu, Rekomendasi aksi advokasi bertujuan untuk mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi. Tindakan tersebut terdiri dari :
a. Identifikasi aksi-aksi utama
Identifikasi aksi-aksi utama dilakukan untuk merumuskan aksi kunci
yang realistis dan strategis, menetapkan pemahaman mengenai tujuan
kritis yang di definisikan berdasarkan pendekatan berlandaskan hak.
b. Identifikasi dan analisis potensi kemitraan
Identifikasi dan analisis potensi kemitraan dilakukan setelah analisis
aksi-aksi utama. Adapun langkah-langkah pengembangan kemitraan
terdiri dari :
1. Identifikasi pemangku kepentingan
2. Melakukan pemetaan pemangku kepentingan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 64


3. Mengidentifikasi strategi untuk mengembangkan kemitraan
c. Rancangan program
Langkah-langkah dan rancangan program yaitu menganalisis masalah
utama, akar masalah, membuat hirarki hasil dan model logis, membuat
kerangka kerja logis (logframe), membuat kerangka pemantauan dan
evaluasi, membuat rencana pemantauan dan evaluasi.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 65


BAB IV
ANALISIS SITUASI

Untuk mendapatkan gambaran atau kondisi situasi tentang bagaimana


profil TB di kota Jayapura ini maka dilakukan analisis situasi terhadap profil TB
yang meliputi prevalensi TB (paru dan non paru), angka kematian TB, prevalensi
TB/HIV, angka TB-MDR dan angka kesembuhan TB. Setelah menganalisis profil
TB dan analisis situasi tentang perilaku masyarakat termasuk pasien TB dan
anggaran penanggulangan TB dan kebijakan penanggulangan TB di kota
Jayapura. Dari data profil ini selanjutnya dilakukan analisis akar masalah sehingga
akan ditemukan penyebab baik penyebab langsung, tidak langsung maupun akar
masalahnya sebagai dasar penyusunan rekomendasi aksi penanggulangan TB di
kota Jayapura.

4.1 Analisis Profil TB


Secara nasional angka TB di Propinsi Papua dapat dikatakan tinggi bahkan
lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi rate nasional. Prevalensi rate TB di
Indonesia 189/100.000 penduduk; sementara di Papua mencapai angka 210/100.000
penduduk. Kondisi tentang profil TB di kota Jayapura dapat dianalisis dengan
mendasarkan pada data-data prevalensi TB (paru dan non paru), angka kematian TB,
prevalensi TB/HIV, angka TB-MDR dan angka kesembuhan TB.
4.1.1 Prevalensi TB (Paru dan non paru)
Prevalensi kasus TB di kota Jayapura menunjukkan angka yang
cukup tinggi pada tahun 2013 sebesar 1516, seperti yang tergambar dalam
tabel di bawah ini :
Tabel 4.1.1.a
Jumlah Kasus TB tahun 2013
No KASUS TW1 TW2 TW3 TW4 Total
1 BTA POS BARU 221 135 129 136 621
2 BTA POS KAMBUH 19 11 6 8 44
3 BTA Neg RO + 166 153 126 164 609
4 EKSTRA PARU 47 53 51 51 202
5 GAGAL 4 1 1 2 8

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 66


6 DEFAULTER 10 3 12 4 29
7 LAIN-LAIN 0 0 1 2 3
TOTAL 467 356 326 367 1516
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2013

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa angka prevalensi


BTA Pos Baru berjumlah 621 dalam kurun waktu satu tahun; dan angka
BTA pos kambuh mencapai angka 44 orang. Data prevalensi TB yang
tercatat di Dinas Kesehatan kota Jayapura ini sejalan dengan temuan yang
terdata di SR Aisyiyah dan angka BTA positif cenderung stagnan dari
suspect yang terdata.
Tabel 4.1.1.b
Temuan TB Aisyiyah
Suspek BTA+ Sembuh
No Tahun Triwulan Total Total Total Ket.
L P L P L P
1 2010 Q3 10 9 19 4 4 8 2 2 4
2 2010 Q4 33 35 68 6 2 8 4 2 6
3 2010 Q5 9 15 24 2 1 3 2 1 3
4 2010 Q6 41 44 85 4 2 6 4 2 6
5 2011 Q7 32 27 59 4 2 6 3 2 5 1 Pindah
6 2011 Q8 29 22 51 7 0 7 6 0 6 1 D.O
7 2011 Q9 38 36 74 2 1 3 1 0 1 2 D.O
8 2011 Q 10 13 5 18 1 0 1 1 0 1
9 2012 Q 11 25 12 37 2 1 3 2 1 3
10 2012 Q 12 10 16 26 3 2 5 3 1 4 1 Pindah
11 2012 Q 13 11 12 23 3 1 4 3 1 4
12 2012 Q 14 8 14 22 0 0 0 0 0 0
13 2013 Q 15 21 38 59 4 2 6 3 1 4 2 D.O
14 2013 Q 16 24 30 54 6 2 8 5 2 7 1 D.O
15 2013 Q 17 11 19 30 1 3 4 1 2 3 1 D.O.
16 2013 Q 18 37 32 69 1 5 6 * * * *
Sumber : SR TB Aisyiyah Kota Jayapura, 2014
Selanjutnya jika dilihat dari sebaran demografis berdasarkan pada
kunjungan atau temuan Puskesmas di kota Jayapura menunjukkan bahwa
temuan-temuan TB cukup tinggi. Urutan pertama Puskesmas Kotaraja, dan
disusul Puskesmas Hamadi, Puskesmas Abepura dan Puskesmas Waena.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 67


Tingginya angka prevelensi TB di masing-masing Puskesmas ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Puskesmas Kotaraja, profil penderita TB yang berkunjung ke Puskesmas
Kotaraja adalah penduduk yang tinggal di daerah lereng-lereng bukit
yang berada di district Jayapura Selatan.
2. Puskesmas Hamadi, profil penderita TB yang datang sebagian besar
adalah nelayan dan pedagang di mana kondisi rumah tinggalnya
berdempetan dan kumuh di daerah pinggiran pantai Hamadi.
3. Puskesmas Abepura dan Puskesmas Waena, profil penderita TB
sebagian besar adalah pelajar/mahasiswa yang tinggal di asrama atau
kost yang kondisinya kurang sehat.
Tabel 4.1.1.c
Jumlah Kasus TB BTA Pos Baru dan BTA Kambuh tahun 2013
No Penemuan TW1 TW2 TW3 TW4 Total
1 PKM JAPUT 11 9 12 13 45
2 PKM IMBI 12 12 6 7 37
3 PKM T.RIA 9 7 6 4 26
4 PKM HAMADI 31 18 14 22 85
5 PKM ELLI UYO 21 10 10 7 48
6 PKM KOTARAJA 36 17 18 21 92
7 PKM ABEPURA 28 14 13 8 63
8 PKM WAENA 15 13 15 9 52
9 PKM KOYA BARAT 2 3 0 4 9
10 PKM ABEPANTAI 7 2 1 2 12
11 PKM SKOUW 4 0 0 0 4
12 PKM YOKA 6 4 2 2 14
13 RSUD ABE 8 5 5 4 22
14 RSDH 24 2 3 14 43
15 MHC 1 5 2 1 9
16 RSMI 5 3 11 3 22
17 RSAL 3 0 1 0 4
18 RSUD JAYAPURA 17 22 16 23 78
19 WALI HOLLE 0 0 10 0 10
Total 240 146 145 144 675
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2013

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 68


Jika dilihat dari data di atas kasus TB BTA Pos Baru maupun BTA
Kambuh meskipun dari triwulan I ke triwulan II menunjukkan penurunan
yang cukup signifikan namun triwulan II, III dan IV angkanya stagnan.
4.1.2 Angka kematian TB-HIV
Propinsi Papua merupakan salah satu propinsi dengan jumlah
penderita HIV AIDS cukup tinggi dalam urutan di tingkat nasional;
demikian halnya dengan kota Jayapura di propinsi Papua. Untuk mencegah
meluasnya penderita HIV AIDS kota Jayapura melakukan screening test
HIV AIDS pada penderita TB dikarenakan penyakit TB memiliki korelasi
dengan HIV AIDS. Data dari Dinas Kesehatan kota Jayapura menunjukkan
bahwa temuan angka temuan positif HIV AIDS cukup tinggi dari bulan ke
bulan yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1.2.a
Prevalensi Penderita TB – HIV Tahun 2013
Test Positif
No Waktu Pasien TB Negatif
HIV/AIDS HIV/AIDS
1 Triwulan I
469 136 16 120
( Jan-Maret)
2 Triwulan II
371 97/96 8 88
(April – Juni)
3 Triwulan III
336 127 30 96
( Juli-Sept)
4 Triwulan IV
372 94 18 76
( Okt-Des)
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2013
Tabel di atas menggambarkan bahwa angka TB di kota Jayapura
cukup tinggi. Angka ini tentu saja belum termasuk orang yang menderita TB
namun datanya tidak terdaftar di Pusat Layanan Kesehatan baik Puskesmas
maupun Rumah Sakit. Berkaitan dengan screening HIV/AIDS bagi
penderita TB ini, data di atas menunjukkan bahwa rata-rata baru 1/3
penderita TB yang melakukan test atau screening HIV AIDS. Hal ini
dikarenakan beberapa alasan yaitu 1) test/screening HIV AIDS tidak wajib
bagi penderita TB. Petugas kesehatan menawari pasien TB apakah akan
melakukan screening HIV/AIDS atau tidak. Jika mereka bersedia maka akan
dilakukan test namun jika pasien tidak bersedia test tidak dilaksanakan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 69


sekalipun test tersebut dilaksanakan secara gratis. Semua Puskesmas di kota
Jayapura sudah memiliki fasilitas untuk melakukan VCT. 2) Sebagian besar
pasien TB memiliki informasi pentingnya melakukan test/screening HIV
AIDS.
Berdasarkan pada data di atas menunjukkan bahwa prosentase
penderita TB HIV AIDS hasil screening yang dilakukan cukup tinggi seperti
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.1.2.b
Penderita TB HIV/AIDS
Jumlah Prosentase
Test
No Waktu Positif Positif
HIV/AIDS
HIV/AIDS HIV/AIDS
1 Triwulan I 136 16 11,8%
( Jan-Maret)
2 Triwulan II 97/96 8 8,3%
(April – Juni)
3 Triwulan III 127 30 23,6%
( Juli-Sept)
4 Triwulan IV 94 18 19,1%
( Okt-Des)
Sumber : Diolah dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2014
4.1.3 Prevalensi Penderita TB-MDR
Kasus TB-MDR atau Multi Drug Resistant Tuberculosis yang
terjadi di Kota Jayapura, lebih banyak ditemukan pada TB kambuh jika
dibandingkan dengan kasus TB baru, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut
ini :
Tabel 4.1.3.
Jumlah kasus TB-MDR 2013
TB-MDR berdasarkan kasus TB-MDR berdasarkan
No
kambuh kasus baru
1 675 595
2 15 kasus TB-MDR 7 kasus TB-MDR
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2014
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kasus kambuh
tinggi. Tingginya kasus TB-MDR berdasarkan kasus kambuh menunjukkan
bahwa pasien penderita TB tidak teratur minum obat padahal salah satu
syarat untuk kesembuhan adalah keteraturan pasien dalam mengkonsumsi

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 70


obat. Beberapa factor yang menyebabkan ketidakteraturan pasien dalam
minum obat dikarenakan kurangnya motivasi pasien TB untuk sembuh; dan
sebagian tidak ada pendamping (PMO) baik dari tenaga kesehatan maupun
keluarganya.
4.1.4 Angka Kesembuhan TB
Tingkat kesembuhan TB memberikan gambaran bahwa ada upaya-
upaya yang serius dari pemerintah terhadap hak sehat bagi setiap warganya.
Di kota Jayapura angka kesembuhan TB baru mencapai 73%. Masih
rendahnya tingkat kesembuhan di pasien TB ini dikarenakan masih
rendahnya disiplin pasien dalam minum obat secara teratur baik karena rasa
malasnya, sulitnya transportasi menuju layanan kesehatan baik untuk periksa
maupun mengambil obat. Padahal berhentinya pasien minum obat dapat
berakibat pada DO dan MDR dan dampak paling fatalnya mengakibatkan
kematian jika tidak disembuhkan di samping penularan kepada keluarga dan
lingkungannya.
Tabel 4.1.4
Angka Kesembuhan TB
BTA+ Sembuh
No Tahun Triwulan Total Total Ket.
L P L P

1 2010 Q3 4 4 8 2 2 4

2 2010 Q4 6 2 8 4 2 6

3 2010 Q5 2 1 3 2 1 3

4 2010 Q6 4 2 6 4 2 6

5 2011 Q7 4 2 6 3 2 5 1 Pindah

6 2011 Q8 7 0 7 6 0 6 1 D.O

7 2011 Q9 2 1 3 1 0 1 2 D.O

8 2011 Q 10 1 0 1 1 0 1

9 2012 Q 11 2 1 3 2 1 3

10 2012 Q 12 3 2 5 3 1 4 1 Pindah

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 71


11 2012 Q 13 3 1 4 3 1 4

12 2012 Q 14 0 0 0 0 0 0

13 2013 Q 15 4 2 6 3 1 4 2 D.O

14 2013 Q 16 6 2 8 5 2 7 1 D.O

15 2013 Q 17 1 3 4 1 2 3 1 D.O.

16 2013 Q 18 1 5 6 * * * *
Sumber : Data Primer SR TB Aisyiyah Kota Jayapura, 2014
Data di atas menunjukkan bahwa dari suspect yang kemudian
terbukti menderita TB dari tahun ke tahun selalu tidak semua pasien sembuh
dikarenakan mereka DO atau pindah ke daerah lain yang akses obatnya tidak
selalu mudah.
4.1.5 Tingkat Kematian TB
Ketidakpedulian pasien TB dan abainya pemerintah terhadap proses
penyembuhan pasien TB dapat berakibat pada kematian pasien TB. Berdasarkan
data dari dinas Kesehatan kota Jayapura, tingkat kematian TB menunjukkan angka
yang cukup tinggi yaitu 3-4% pertahun; dan angka kematian TB HIV sebesar 1-
1,5% pertahun. Apabila diakumulasikan angka kematian TB dan TB HIV di kota
Jayapura sebesar 5,5% pertahun.
Tabel 4.1.5
Jumlah Kasus TB tahun 2013
No KASUS TW1 TW2 TW3 TW4 Total

1 BTA POS BARU 221 135 129 136 621

2 BTA POS KAMBUH 19 11 6 8 44

3 BTA Neg RO + 166 153 126 164 609

4 EKSTRA PARU 47 53 51 51 202

5 GAGAL 4 1 1 2 8

6 DEFAULTER 10 3 12 4 29

7 LAIN-LAIN 0 0 1 2 3

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 72


TOTAL 467 356 326 367 1516

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2013

Jika menggunakan asumsi jumlah kasus TB tahun 2013 di kota Jayapura


adalah 15168 maka angka kematian TB dengan angka 5,5 %, jumlah kematian TB
di kota Jayapura sebesar 83 orang. Angka tersebut menunjukkan angka yang
cukup tinggi; dan mengurangi hak sehat dan hak hidup warga negara.

4.1.6 Profil Daerah, Kondisi Kesehatan Masyarakat, dan Kebijakan TB


Untuk menyajikan data tentang profil daerah berkaitan dengan berbagai
probem TB di kota Jayapura akan disajikan data dan analisis beberapa hal yaitu
kondisi penduduk dan perilaku kesehatannya, kondisi layanan kesehatan alokasi
anggaran TB di kota Jayapura dan kebijakan penanggulangan TB di kota
Jayapura.

4.1.7 Penduduk dan Perilaku Kesehatan Masyarakat di Kota Jayapura


Penyakit TB ini berkaitan dengan kondisi lingkungan yang ditempati
oleh penderita TB dan status gizi kesehatannya. Profil penderita TB di kota
Jayapura menunjukkan bahwa lingkungan yang kurang sehat di mana sebagian
besar mereka menempati rumah-rumah dengan kondisi kurang ventilasi udara
sehingga menyebabkan sirkulasi udara terhambat. Kondisi rumah tersebut juga
berdampak pada proses penularan TB yang dapat ditularkan melalui udara. Di
daerah-daerah ini tingkat kepadatan penduduknya juga tinggi. Migrasi penduduk
ke kota Jayapura menyebabkan ketidakteraturan kondisi pemukiman penduduk
dan rendahnya perhatian mereka terhadap aspek kesehatan lingkungan. Tingkat
kepadatan penduduk di waena yang relative cukup tinggi di sebagian tempat,
sehingga mengakibatkan intensitas sinar matahari masih sangat kurang; apalagi
banyak rumah yang kemudian dijadikan sebagai tempat kost . Sebagian besar
masyarakat yang berada dalam status sosial ekonomi (SSE) yang rendah dan
berprofesi sebagai nelayan, petani, pedagang dan buruh lepas. Dengan kondisi

8
Angka ini belum memasukkan kasus TB HIV

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 73


SSE yang rendah ini mereka menyewa rumah atau rumah sendiri dengan kondisi
yang tidak sehat secara lingkungan. Rata-rata kondisi rumah mereka berdempet-
dempetan dan padat sehingga sirkulasi udara yang buruk maupun lingkungan
fisiknya yang tidak bersih. Kondisi tersebut banyak dijumpai di pantai Hamadi,
APO, Dok VIII, dan Waena. Kondisi lingkungan rumah tersebut tidak jauh
berbeda dengan kondisi asrama-asrama mahasiswa yang tersebar di wilayah
Abepura dan Waena yang padat (over capacity) sehingga mereka memiliki
peluang yang tinggi untuk terkena TB. Kelebihan jumlah penghuni di asrama
mahasiswa , lingkungan yang kotor, kurang ventilasi menyebabkan virus TB lebih
mudah menular.
Tingginya prevalensi TB yang cukup tinggi di kota Jayapura, salah satu
faktornya adalah keengganan masyarakat untuk mengikuti sosialisasi yang
dilakukan oleh Puskesmas maupun kader-kader di komunitas; meskipun
sosialisasi/penyuluhan dilakukan di kampung/komunitasnya terutama penduduk
asli9. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan di Yoka, di mana tingkat
partisipasi masyarakat kurang begitu tinggi. Meskipun masyarakat belum
memahami permasalahan TB, namun ketika penyuluhan dilakukan pada saat
posyandu, masyarakat hanya ikut kegiatan posyandu saja setelahnya ketika ada
sosialisasi TB sebagian besar dari mereka lebih memilih pulang. 10
Kekurangpedulian tokoh adat terhadap masalah TB ini juga berdampak
pada bagaimana sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit TB. Bagi
masyarakat yang belum terkena TB mereka kemudian enggan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan sosialisasi/penyuluhan TB yang dilakukan oleh petugas kesehatan
dari Puskesmas atau masyarakat. Demikian halnya di kalangan mashasiswa,
meskipun mereka menderita TB atau teman-temannya menderita TB namun
antusiasme mahasiswa untuk datang dalam kegiatan sosialisasi TB cukup rendah.
Permasalahan berikutnya yang berkaitan dengan kondisi pasien adalah
tingkat kesadaran dan kedisiplinan pasien dalam pengambilan obat. Dari sekian
kasus yang ada, masih cukup banyak pasien yang kurang sadar, ketika obat yang

9
Wawancara dengan Kepala Puskesmas Abe Pantai, Iffany Elisabeth, 2 Juli 2014
10
Wawancara dengan perawat Puskesmas Yoka (penanggungjawab TB), Oktrina, 2 Juli 2014

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 74


harus mereka konsumsi telah habis, mereka tidak langsung datang ke puskesmas
untuk mendapatkan obat kembali, terkadang rentang waktu sejak obat tersebut
habis, hingga 1 minggu, bahkan ada yang setelah 2 minggu. Hal ini menyebabkan
pasien TB harus mengulang minum obat dari awal dikarenakan kekurang
disiplinan mereka. Akibatnya adalah sangat memungkinkan seorang pasien yang
sebelumnya hanya menderita TB biasa, akan meningkat menjadi TB MDR.
Masih rendahnya kesadaran pasien dalam berperilaku juga menjadi satu
masalah penting. Meskipun ketika mereka berobat ke Puskesmas atau rumah sakit
sudah diinformasikan namun masih sangat banyak pasien yang enggan untuk
mencuci sendok dan piring setelah mereka gunakan dan kemudian menjemurnya
di panas matahari, membuang ludah sembarangan, dan tidak menggunakan
masker pada saat bepergian. Hal-hal tersebut tentu saja sangat berpengaruh
terhadap penularan virus TB dari seorang pasien ke orang lain, terutama orang-
orang terdekatnya seperti keluarga, dan tetangga.
Intensitas pasien yang memeriksakan diri di Puskesmas jumlahnya
sangat tinggi, namun sebagian besar para pasien ini adalah masyarakat yang
ketika memeriksakan diri sudah mengidap atau terserang virus TB. Kondisi pasien
ini, sudah bukan lagi TB pada tahap awal, akan tetapi TB yang sudah pada tahap
ketiga. Bahkan tidak sedikit dari mereka merupakan penderita TB MDR. Sebagai
contoh di Puskesmas Waena, jumlah pasien yang tercatat pada tahun 2013
mencapai 109 pasien, sedangkan untuk tahun 2014 semester pertama jumlah
pasien mencapai 54 orang.11
Problem yang lain berkaitan dengan perilaku kesehatan masyarakat
adalah anggapan masyarakat bahwa ketika mereka batuk. Mereka yakin bahwa hal
itu adalah hal yang biasa. Masyarakat beranggapan bahwa batuk akan sembuh
dengan sendirinya atau paling tidak cukup dengan mengkonsumsi obat batuk yang
dijual di tempat penjualan obat sudah cukup untuk menghilangkan batuk. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada dasarnya, masyarakat belum sepenuhnya paham
gejala-gejala TB, serta perbedaan antara batuk biasa dan batuk sebagai salah satu
gejala awal TB.
11
Wawancara dengan Riawa, perawat di Puskesmas Waena, 3 Juli 2014

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 75


4.1.8 Kondisi Layanan Kesehatan di Kota Jayapura
Kota Jayapura memiliki pusat layanan kesehatan yang cukup; dengan
rasio jumlah distrik 5 yaitu distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura,
distrik Heram dan distrik Muara Tami, dan memiliki 12 Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) 12. Dan ke 12 Puskesmas tersebut memiliki sarana
prasarana untuk melayani pasien TB. Adapun layanan standard yang diberikan
oleh Puskesmas dalam melayani dan upaya penyembuhan serta penanggulangan
TB dan TB HIV sebagai berikut :
1. Pelayanan TB diberikan secara gratis untuk semua pasien baik penerima
jamkesmas maupun bukan.
2. Adanya VCT gratis untuk penderita TB
3. Adanya ruang konsultasi khusus bagi penderita TB agar pasien TB
merasa lebih nyaman berkunjung ke Puskesmas
4. Pemberian masker secara gratis bagi penderita TB untuk mencegah
penularan TB karena batuknya
5. Pemberian obat secara gratis bagi penderita TB
6. Disediakannya layanan konseling bagi penderita TB yaitu tentang
PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), etika batuk serta memotivai
penderita TB untuk minum obat secara teratur
Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka
mencegah penularan TB dengan melakukan sosialisasi dengan mendatangi
komunitas baik dilakukan langsung oleh petugas Puskesmas maupun bekerjasama
dengan kader. Namun upaya ini juga tidak berjalan lancar dikarenakan kesulitan
untuk mengumpulkan masyarakat atau ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosialisasi.
Terbatasnya sumber daya di Puskesmas menjadi salah satu factor kurang
intensitasnya proses sosialisasi di masyarakat dalam rangka pencegahan TB ini.
Di setiap Puskesmas yang ada di kota Jayapura hanya terdapat satu orang yang
bertanggungjawab untuk pencegahan dan penyembuhan TB sementara wilayah
kerjanya cukup luas dengan kondisi geografis yang berat (naik bukit, jauh dari
akses jalan umum, minimnya transportasi). Dan pada satu sisi mereka kurang

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 76


difasilitasi kendaraan operasional oleh pemerintah dalam menjalankan tugas-
tugasnya untuk memotivasi pasien TB dalam minum obat dan terkadang
membawakan obat bagi pasien yang jauh rumahnya.
Permasalahan teknis yang ada terkait dengan pelayanan terhadap
penderita TB adalah kurangnya personil atau petugas yang khusus menangani TB.
Petugas yang ada saat ini, tidak secara fokus hanya menangani TB dan HIV, tetapi
juga merangkap penanganan terhadap penderita kusta. Hal ini dirasa cukup
merepotkan para petugas, sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien
kurang optimal.
Layanan kesehatan seharusnya menjangkau semua masyarakat baik dari
segi biaya maupun transportasi. Salah satunya adalah dengan mendekatkan
layanan kesehatan sedekat-dekatnya kepada masyarakat. Di kota Jayapura
meskipun terdapat 12 Puskesmas yang melayani pasien TB namun kondisi
geografis yang sulit dan luas menyebabkan sebagian masyarakat tidak bisa
menjangkau pusat layanan kesehatan tersebut. Oleh karena itu Pustu menjadi
sangat strategis perannya untuk mendekatkan layanan kepada masyarakat yang
jauh dari Puskesmas. Namun problemnya Pustu yang ada tidak setiap hari buka
untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat.
Problem lain yang berkaitan dengan pusat layanan kesehatan
(Puskesmas) adalah ketiadaan fasilitas (sarana prasarana) TB MDR sehingga
bagia pasien TB MDR harus dirujuk ke rumah sakit; seperti misalnya pasien TB
MDR di Puskesmas Waena harus dirujuk ke RS Dok II.

4.1.9 Anggaran Kesehatan di Kota Jayapura


Berbicara tentang politik anggaran menggambarkan bahwa besarnya
anggaran atau alokasi anggaran akan menunjukan bagaimana komitment
pemerintah terhadap upaya-upaya penyembuhan dan pencegahan TB dalam
kerangka memenuhi kebutuhan hak sehat bagi setiap warganya tanpa
diskriminasi. Alokasi anggaran TB di pemerintahan kota Jayapura kurang
signifikan dibandingkan dengan tingginya prevalensi TB di kota Jayapura terlebih

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 77


dengan banyaknya indikasi TB HIV/AIDS; serta kondisi geografis yang beberapa
daerah sulit terjangkau; seperti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1.9
Alokasi Anggaran Kesehatan
No Tahun Jumlah Anggaran Alokasi Anggaran Persentase
(Rp) TB
1 2011 50.326.655.500 70.000.000 0,14%
2 2012 52.240.624.300 70.000.000 0,13%
3 2013 53.256.624.550 70.000.000 0,13%
4 2014 54.834.442.515 61.000.000 0,11%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura,2014
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa anggaran untuk
penanganan TB di bawah 0,5% dari anggaran kesehatan di Dinas Kesehatan kota
Jayapura ; dan bahkan mengalami penurunan di tahun 2014 ini. Namun khusus
untuk penanganan TB HIV AIDS terdapat sumber-sumber dana lain di luar dana
APBD yaitu berasal dari mitra kerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua yang berupa
bantuan dana pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia.

4.1.10 Kebijakan Penanggulangan TB di Kota Jayapura


Untuk menganalis bagaimana kebijakan penanggulangan TB di kota
Jayapura, pertama perlu dilihat bagaimana arah kebijakan pembangunan kota
Jayapura. Arah kebijakan pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah kota Jayapura adalah :
a. Menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan dasar
b. Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini dan Penyelidikan Epidemiologi
serta Penanggulangan Kejadian Luar Biasa / KLB melalui Deteksi
Dini KLB
c. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
d. Memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat
Arah kebijakan pembangunan kesehatan tersebut, selanjutnya digunakan
sebagai panduan setiap lembaga yang terkait untuk menjalanka program di
instansinya. Dinas Kesehatan sebagai pihak yang memiliki tanggungjawab

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 78


memberikan hak kesehatan kesehatan kepada masyarakat menjabarkan arah
kebijakan kesehatan ini sebagai berikut :
1. Menurunkan angka mortalitas dari 24%/1000 kelahiran pada tahun
2010 menjadi 15%/1000 kelahiran pada tahun 2015;
2. Angka kematian ibu melahirkan 25/10.000 kelahiran;
3. Angka kematian bayi 21/10.000 kelahiran hidup atau 20,6%/1000
kelahiran hidup;
4. Meningkatkan usia harapan hidup dari 68,2 tahun pada tahun 2010
menjadi 76 tahun pada tahun 2015;
5. Menurunkan angka pesakitan dari semua jenis penyakit dominan di
Kota Jayapura;
6. Menambah jumlah puskesmas pelayanan 24 jam dari 3 unit di tahun
2010, menjadi 10 unit pada tahun 2015;
7. Pembebasan biaya pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin;
Kebijakan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Jayapura di atas tidak
secara eksplisit menunjukkan perhatian terhadap masalah TB. Adanya indicator
berkaitan dengan penambahan jumlah Puskesmas yang rawat inap dari 3 unit
menjadi 10 unit memberikan peluang bagi pasien TB untuk berobat. Namun
tingginya prevalensi TB di propinsi Papua melebihi angka nasional belum
menjadikan pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih dalam
penanggulangan TB misalnya melalui SK Walikota atau Perda.
Kondisi tersebut berdampak pada kurang maksimalnya pelayanan
Puskesmas sebagai instansi pelaksana dari Dinas Kesehatan di tingkat distrik.
Selama ini terkait program pelayanan TB, pihak puskesmas bergantung pada
program kementrian yang terintegrasi dengan program-program dari tingkat
Provinsi Papua maupun Kota Jayapura. Hal ini menggambarkan bahwa selama ini
program yang ada disusun dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas. Tingkat
puskesmas hanya menjadi pelaksana program yang telah disusun oleh pihak
pemerintah di tingkat atas. Program yang ada, tidak disusun berdasarkan
kebutuhan dan pertimbangan yang bersumber dari pihak puskesmas sebagai unit
pelaksana yang langsung berhubungan dengan masyarakat.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 79


4.2 Analisa Akar Masalah
Analisa akar masalah dilakukan setelah analisa profil dihasilkan. Analisa
akar masalah membantu untuk menemukan dan mengoreksi peenyebab akar
masalah yang mendasar. Hasil dari analisa akar masalah ini meliputi Penyebab
langsung (direct cause) ; Penyebab tidak langsung (indirect cause); dan Akar
penyebab/Penyebab mendasar (Basic Cause).
4.2.1 Pasien Kambuh, Gagal dan TB MDR
a. Penyebab Langsung
Berdasarkan pada analisis profil yang telag dilakukan maka analisa Akar
Masalah Pasien Kambuh, gagal dan TB MDR yang menjadi penyebab
langsungnya adalah :
1. Pasien baru yang terindikasi TB dari lingkungannya, namun tidak
pernah melakukan screening TB.
2. Pasien Kambuh, gagal. Dampak psikologis di masyarakat dapat
mempengaruhi pola kehidupan penderita.
3. Pasien TB BTA positif yang tidak patuh minum obat yang belum
termotivasi dari dalam diri sendiri yang masih lebah.
4. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang TB serta kampanye
kesehatan pencegahan Tb dapat mengurangi dampat negative TB.
b. Penyebab Tidak Langsung
1. Tingginya kepadatan penduduk yang menyebabkan padatnya
pemukiman penduduk berdampak pada jeleknya sirkulasi udara
dan mempercepat penularan virus TB.
2. Kebijakan TB HIV yang belum terintegrasi dan sinergi di
lingkungan pemerintahan kota Jayapura
3. Masih rendahnya komitment pendanaan untuk penanggulan dan
pencegahan TB HIV di kota Jayapura
4. Masih kurangnya SDM (tenaga kesehatan) yang khusus
menanggani TB terutama di Puskesmas dan Pustu

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 80


c. Penyebab Mendasar
1. Ketiadaan kebijakan penanggulangan TB di tingkat daerah meskipun
ada landasan hukumnya yaitu pelaksanaan MDGs di tingkat nasional
dan harus diadopsi oleh pemerintah daerah
2. SPM tentang penanggulangan dan penurunan TB belum
diimplementasikan di layanan-layanan kesehatan (Puskesmas dan
Pustu dan RS)
4.2.2 Tingginya Prevalensi TB HIV
a. Penyebab langsungnya
1. Keengganan pasien untuk melakukan pemeriksaan VCT
2. Pola perilaku pasien yang tidak taat minum obat
3. Perilaku pasien yang mengabaikan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Penyebab tidak langsung
1. Meskipun sudah ada Perda HIV AIDS di kota Jayapura, namun
sosialisasi yang dilakukan masih minim
2. Masih minimnya sosialasasi tentang TB HIV di kalangan pasien
3. SOP penanganan TB HIV belum tersosialisasi di kalangan penyedia
layanan di kota Jayapura
c. Akar Masalah
1. Kurang terintegrasinya kebijakan tentang TB HIV pada instansi-
instansi yang bertanggungjawab untuk mencegah dan menanggulangi
TB HIV
2. Adanya stigma negative terhadap penderita TB HIV

4.3 Analisis Kesenjangan Peran Dalam Mendorong Penangguangan dan


Penyembuhan TB HIV : Hak Sehat Penderita TB
Salah satu faktor yang sangat penting dalam menganalisis berbagai
problem TB di kota Jayapura adalah adanya kesenjangan peran dari berbagai
stakeholder dari yang seharusnya dilakukan namun tidak dilaksanakan atau
dilaksanakan namun tidak maksimal. Adapun aktor-aktor yang dapat diidentifikasi
berkaitan dengan peran dalam penurunan angka TB di Kota Jayapura adalah :

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 81


1. Pasien TB
2. Keluarga Pasien TB
3. PMO (Pendamping Minum Obat)
4. Kader Kesehatan
5. Aparat Desa
6. Petugas Kesehatan
7. Puskesmas
8. Dinas Kesehatan
9. DPRD
10. Bappeda Kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 82


Gambar 4.3
Skema kerjasama dalam penanganan TB

Keluarga Pasien
Kader Kesehatan PMO
TB

BAPPEDA

Pasien
TB
Petugas Kesehatan

DPRD Dinas Kesehatan Puskesmas/RS/


Kota/Provinsi Kota Jayapura Pustu

1. Peran dan Tanggung Jawab Pendamping Minum Obat/PMO (keluarga)


Terhadap Penderita TB
Tabel 4.3.a
Peran dan tanggungjawab PMO
Tanggungjawab Kesenjangan Peran Strategi
Memastikan bahwa Terkadang PMO lupa Komunikasi secara
penderita TB meminum mengingatkan pasien terus menerus dengan
obat secara rutin petugas kesehatan
setempat
Memberikan motivasi Terkadang PMS karena Mengajak Secara tegas
kepada penderita TB untuk merasa sudah dekat dan bersabar kepada
minum obat secara teratur dengan pasien maka tidak pasien dengan
terlalu tegas dalam pendekatan humanis.
mengingatkannya
Memberikan informasi Tidak dapat memberikan Sosialisasi atau
kepada penderita TB penjelasan secara detail pelatihan terhadap
pentingnya minum obat kepada pasien PMO dan kader
secara teratur

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 83


2. Kader Kesehatan
Tabel 4.3.b
Peran dan tanggungjawab kader kesehatan
Peran Kesenjangan Peran Strategi
Memastikan bahwa Tidak semua pasien Tersedianya fasilitas
penderita TB meminum terjangkau oleh untuk mengontrol
obat secara rutin petugas/kader kesehatan setiap pasien
Memberikan motivasi Pengetahuan kader/petugas Pembekalan pendidikan
kepada penderita TB tentang psikologis pasien konseling/advokasi
untuk minum obat terbatas untuk pasien
secara teratur
Memberikan informasi Pengetahuan kader/petugas Perlu pelatihan bagi
kepada penderita TB terbatas para kader/petugas
pentingnya minum obat kesehatan
secara teratur

3. Puskesmas/Pustu
Tabel 4.3.c
Peran dan tanggungjawab Puskesmas/Pustu
Peran Kesenjangan Peran Strategi
Memiliki peta data yang Tidak semua petugas Sharing informasi
lengkap tentang Pustu memiliki peta data/peta penderita dari
penderita TB di penderita TB di kader/petugas kesehatan
wilayahnya wilayahnya
Memberikan pelayanan Tidak semua Pustu buka Melakukan stok obat
kepada penderita TB setiap hari sehingga tidak sesuai dengan jadwal
yang terjangkau oleh bersamaan dengan jadwal buka Pustu
semua kelompok pengambilan obat pasien
masyarakat

4. Petugas Kesehatan (Bidan/Dokter/Perawat)


Tabel 4.3.d
Peran dan tanggungjawab Petugas Kesehatan
Peran Kesenjangan Peran Strategi
Memberikan pelayanan Standar minimum pelayan Optimalisasi standart
secara baik kepada yang belum seragam pelayanan minimum
pasien TB tanpa diseluruh Puskesmas di seluruh Puskesmas
diskriminasi dan rumah sakit di
Kota Jayapura
Memberikan motivasi Terbatasnya Pengetahuan Diperlukan adanya
kepada penderita TB kader/petugas tentang Pembekalan
untuk minum obat secara psikologis pasien terbatas pendidikan
teratur konseling/advokasi

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 84


untuk pasien
Memberikan informasi Masih banyak Perlu pelatihan bagi
kepada penderita TB kader/petugas yang para kader/petugas
pentingnya minum obat memiliki pengetahuan TB kesehatan
secara teratur terbatas

5. Aparat Kampung/Kelurahan/Tokoh Masyarakat


Tabel 4.3.e
Peran dan tanggungjawab Aparat Kampung/Kelurahan/Tokoh Masyarakat
Peran Kesenjangan Peran Strategi
Memastikan bahwa Masalah kesehatan Stakeholder meeting
aparat desa memiliki belum dianggap sebagai dengan pemberi
data yang lengkap (peta bagian dari layanan kesehatan dan
penderita TB ) di tanggungjawabnya SKPD
wilayahnya
Mengkoordinir kader- Ketiadaan dana dan Alokasi dana desa
kader kesehatan desa merasa bukan diarahkan salah satunya
untuk menjalankan tanggungjawab untuk pencegahan dan
perannya dalam pekerjaannya penanggulangan TB
penanggulangan TB di
wilayahnya

6. Dinas Kesehatan
Tabel 4.3.f
Peran dan tanggungjawab Dinas Kesehatan Kota Jayapura
Peran Kesenjangan Peran Strategi
Memiliki program untuk Program yang disusun, Kerjasama dengan
penanggulangan TB di terlalu kecil untuk steakehorder kesehatan
kota Jayapura pemberantasan TB unt pencegahan &
penanggulangan
Mengalokasikan Anggaran yang ada tidak Sharing program dan
anggaran yang cukup sebandingan dengan laju anggaran dengan LSM
untuk program pertumbuhan TB kesehatan yang konsen
penanggulangan TB di terhadap TB.
kota Jayapura
Memastikan bahwa Belum padunya program Melakukan evaluasi
berbagai program dari sejumlah instansi sasaran capain program
penanggulangan TB di yang konsen terhadap
Kota Jayapura berjalan kesehatan
dengan baik sesuai
dengan target program
yang sudah direncanakan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 85


Menjamin bahwa semua Kesadaran pasien untuk Standart layanan
penderita TB mendapat berinisiatif ke PKM minimum yang lebih baik
layanan sesuai dengan masih rendah
haknya

7. Bappeda Kota Jayapura


Tabel 4.3.g
Peran dan tanggungjawab Bappeda Kota Jayapura
Peran Kesenjangan Peran Strategi
Memastikan bahwa Pencegahan dan Melihat TB sebagai
terdapat kebijakan Penanggulangan TB penyakit menular yang
berkaitan dengan bukan merupakan berbahaya & dpt
penanggulangan program prioritas mengancam kehidupan
penyakit TB dalam manusia sehingga harus
perencanaan program diprog pemberantasannya
pembangunan di kota
Jayapura
Memastikan bahwa Program penanggulangan Meningkatkan
terdapat kebijakan & pencegahan TB tidak penganggaran dalam
alokasi anggaran sebanding dengan penanggulangan dan
berkaitan dengan kebijakan penganggaran pencegahan TB
penanggulangan
penyakit TB dalam
perencanaan program
pembangunan di kota
Jayapura

8. DPRD Kota Jayapura


Tabel 4.3.h
Peran dan tanggungjawab DPRD Kota Jayapura
Peran Kesenjangan Peran Strategi
Memastikan bahwa Belum dimilikinya Perda Menggunakan Hak
kebijakan kesehatan terkait pencegahan dan inisitaif dan
berpihak pada penderita TB penanggulangan TB di penganggaran bagi
terutama untuk kelompok Kota Jayapura penangglangan TB di
miskin Kota Jayapura
Mengalokasikan anggaran Fungsi inisiatif dan Mendesak
untuk penderita TB baik penganggaran dari DPRD pemerintah daerah
untuk tindakan promotif kurang berpihak pada untuk mengajukan
maupun kuratif program TB raperda
penanggulangan TB

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 86


4.4 Pemetaan Stakeholder dan Jaringan Yang Potensial dalam
Penanggulangan TB di kota Jayapura
Tujuan dari analisis jaringan ini mendasarkan pada prinsip advokasi di
mana jaringan (membangun sekutu) dengan pihak-pihak yang memiliki konsen
terhadap masalah penanggulangan TB menjadi hal yang sangat penting untuk
menanggulangi TB. Dalam hal ini termasuk kepada pemerintah (eksekutif
maupun legislative) yang memiliki otoritas menyusun kebjakan dan anggaran
dalam penanggungalan program TB di kota Jayapura.
1. LSM/NGO/Ormas/Orsos yang memiliki konsen terhadap hak-hak
kesehatan dasar terutama isu-isu TB dan HIV/AIDS
Organisasi masyarakat sipil baik itu LSM/NGO/Ormas merupakan
salah satu stakeholder yang penting untuk mendorong angka penurunan TB
HIV baik secara preventif maupun kuratif. Di Kota Jayapura terdapat
beberapa organisasi masyarakat sipil yang memiliki konsen di bidang
kesehatan khususnya TB HIV di luar Aisyiyah. Untuk kepentingan advokasi
ini SR TB Aisyiyah harus mengidentifikasi siapakah NGO atau ormas lain
yang memiliki konsen yang sama. Ormas maupun NGO biasanya memiliki
kader/motivator sampai ke komunitas; dan hal ini merupakan potensi yang
cukup besar bagi Aisyiyah untuk berjaringan dan selanjutnya bersama-sama
mendorong penanggulangan TB/HIV di kota Jayapura melalui
pengorganisasian di komunitas dan advokasi kebijakan kepada pemerintah
daerah.
2. KPA Kota Jayapura dan KPA Propinsi Papua
Komisi Penanggulangan AIDS kota Jayapura dan KPA propinsi
Papua merupakan stakeholder yang cukup penting dan berpengaruh
berkaitan dengan program TB/HIV di kota Jayapura ini. Institusi ini
memiliki reputasi yang cukup bagus di kota Jayapura, memiliki otoritas
yang cukup kuat dalam penanggulangan HIV AIDS di kota Jayapura; dan
pendanaannya dari pemerintah maupun lembaga donor. Apalagi dalam
kondisi saat ini Papua mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam
penanggulangan HIV AIDS baik di tingkat nasional maupun internasional.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 87


Adanya kecenderungan HIV/AIDS yang rentan terhadap penyakit TB ini
memberikan peluang bagi SR TB Aisyiyah untuk bekerjasama dengan KPA
kota Papua.
3. PKK, Posyandu, Dasawisma, komunitas peduli kesehatan dan
kelompok keagamaan
Berbagai organisasi tersebut merupakan stakeholder yang penting
dalam pencegahan dan penurunan prevalensi TB HIV di kota Jayapura
dikarenakan mereka memiliki tangan sampai ke bawah. Mereka merupakan
kader-kader yang handal di saat pemerintah tidak memiliki tangan sampai ke
bawah untuk menjangkau masyarakat. Mereka berperan untuk melakukan
edukasi pencegahan dan penularan TB HIV serta menjadi PMO bagi pasien
TB HIV.
4. Perusahaan
Perusahaan yang berada di wilayah kota Jayapura memiliki
tanggungjawab terhadap komunitas atau masyarakatnya. Oleh karena itu
berkaitan dengan banyaknya kasus TB HIV ini maka perusahaan menjadi
stakeholder yang penting dan harus diperhitungkan untuk menjalankan
program CSRnya. Di kota Jayapura banyak terdapat perusahaan atau instansi
profit seperti bank, mall dan hotel berbintang yang ada di wilayah kota
Jayapura. Perusahaan seperti Freeport juga layak memberikan perhatian
terhadap problem TB HIV di kota Jayapura ini.
5. Perguruan Tinggi
Advokasi dan pengorganisasian membutuhkan data baseline yang
cukup kuat. Oleh karena itu Perguruan Tinggi menjadi institusi yang penting
untuk bersama-sama berjuang menurunkan dan menanggulangi masalah TB
HIV AIDS. Peran yang dapat dilakukan oleh PT adalah dengan menyusun
baseline dan melakukan KKN tematik. Beberapa PT yang terdapat di kota
Jayapura antara lain Universitas Cenderawasih, Stikom Muhammadiyah
Jayapura, Universitas Otto Lesser, Universitas Sains dan Teknologi dan
Universitas Yaphis Papua.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 88


6. Keluarga pasien
Keluarga pasien merupakan pihak yang paling dekat dengan
pasien. Dalam proses penyembuhan dan pencegahan penularan TB HIV,
keluarga pasien merupakan pihak yang penting untuk memotivasi pasien TB
HIV untuk teratur minum obat dan mendorong perilaku bersih hidup dan
sehat.
7. Media massa
Media massa merupakan stakeholder yang penting dan harus
dipertimbangkan dalam melakukan advokasi dan pengorganisasian untuk
menurunkan prevalensi TB HIV dan melakukan pencegahan. Media massa
dapat menjadi agen yang penting karena otoritas dan kharakteristiknya yang
mampu menjangkau pihak yang luas dan mempengaruhi pengambil
kebijakan. Beberapa media massa local yang ada di kota Jayapura adalah
Cenderawasih Pos, Papua Post, Bintang Papua; dan sementara untuk media
massa radio antara lain RRI, Rock FM, Art FM; serta televise local yaitu
Jaya TV, TVRI Papua dan Papua TV
8. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah adalah pengambil kebijakan dan memiliki
otoritas untuk mengalokasikan budget TB HIV di kota Jayapura. Instanti
terkait dalam penanggulangan TB HIV ini adalah Bappeda dan Dinas
Kesehatan. Bappeda memiliki wewenang untuk merencanakan
pembangunan di kota Jayapura dan Dinas Kesehatan akan menyusun
program-program kesehatan dan mengalokasikan budgetnya untuk
menurunkan prevalensi TB HIV dan mencegahnya. Kedua instansi ini
memiliki pengaruh yang kuat dan posisi yang penting terkait dengan hal
tersebut.
9. Pemberi Layanan Kesehatan
Pemberi layanan kesehatan menjadi ujung tombak terkait dengan
program penurunan TB HIV di kota Jayapura, baik Rumah Sakit,
Puskesmas, bidan atau dokter praktek swasta. Meskipun mereka bukan
pembuat kebijakan namun memiliki posisi yang penting dikarenakan mereka

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 89


berhubungan langsung dengan pasein TB HIV maupun keluarganya. Oleh
karena itu, pemberi layanan kesehatan merupakan stakeholder dan aktor
yang penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat (pasien TB
HIV, keluarga pasien TB HIV maupun masyarakat) dan kompeten dalam
memberikan layanan kepada mereka.
10. DPRD Kota Jayapura
Seperti halnya pihak eksekutif, pihak legislative memiliki otoritas
untuk membuat kebijakan dan mengalokasikan anggaran TB HIV.
Komitment mereka akan terlihat dalam penyusunan alokasi anggaran
kesehatan untuk TB HIV dan penyusunan kebijakan terutama Perda. Jadi
posisi mereka cukup penting dan layak diperhitungkan dalam advokasi
apalagi anggaran untuk penanggulangan TB HIV di kota Jayapura masih
cukup rendah. Hal ini dikarenakan kekurangpedulian legislative terhadap
masalah tersebut.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 90


BAB V
REKOMENDASI AKSI ADVOKASI

5.4 Rekomendasi Aksi Utama


1. Advokasi pada Dinas Kesehatan, Bappeda dan DPRD untuk
mengalokasikan budget transportasi untuk kader-kader kesehatan dalam
mendampingi pasien TB. Selama ini petugas kesehatan dari PKM yang
bertanggungjawab mengurusi TB hanya satu orang dengan wilayah
geografis yang cukup luas. Oleh karena itu kader-kader kesehatan di
kelurahan/kampung harus diberdayakan namun dengan subsidi
transportasi dari pemerintah daerah mengingat luasnya wilayah dan
kondisi geografisnya.
2. Perlu adanya pendekatan kepada aparat keluarahan dan kampung agar
alokasi dana desa diarahkan salah satunya untuk pencegahan dan
penanggulangan TB. Dengan demikian akan ada partisipasi dari aparat
pemerintahan terrendah baik dalam upaya pencegaran maupun
penanggulanagan TB di daerahnya masing-masing. Langkah yang sama
yang harus dilakukan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan adat, sehingga
mendapatakan dukungan dari semua elemen.
3. Guna meningkatkan pengetahuan terhadap petugas kesehatan dalam
melakukan konseling/advokasi untuk pasien / diperlukan sosialisasi,
pembekalan pendidikan tentang pencegahan dan penanggulangan TB
bagi mereka.
4. Guna memberikan pelayangan sekaligus menjamin hak sehat bagi
masyarakat diperlukan optimalisasi standart pelayanan minimum di
seluruh Puskesmas dan rumah sakit di Kota Jayapura. Optimalisasi
standar minimum sebenarnya sudah ada, namun penerapannya di
lapangan perlu adanya standar, sehingga dimanapun pasien berada akan
mendapatkan pelayan tidak hanya pelayanan minimum di PKM di Kota
Jayapura.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 91


5. Mengingat TB merupakan salah satu penyakit penyebab kematian di
Papua, sudah semestinya segera mendesak pemerintah daerah untuk
mengajukan raperda penanggulangan TB. Ditingkat provinsi memang
sudah dibentuk Unit Pelaksana Teknis AIDS, Tuberculosis dan Malaria,
hanya saja pelaksanaannya belum optimal.

5.2 Rekomendasi Potensi Mitra


Berdasarkan pada analisis terhadap potensi mitra yang telah dilakukan
dalam bab sebelumnya menunjukkan bahwa di kota Jayapura terdapat banyak
mitra yang memiliki potensi (otoritas dan daya jangkau ke komunitas) dalam
mendukung pengurangan dan penurunan TB dan TB HIV.
1. Dalam melakukan advokasi, salah satu hal yang penting adalah
membangun aliansi. Oleh karena itu dalam konteks melakukan advokasi
ini perlu untuk menggalang dukungan di komunitas (komunitas TB Care,
organisasi di komunitas PKK, Posyandu, kelompok pengajian, kelompok
agama, keluarga pasien TB) untuk melakukan kegiatan edukasi bersama-
sama di komunitas baik untuk menanggulangi TB maupun mendorong
penyembuhan pada pasien TB. Kekuatan kelompok ini karena mereka
memiliki kemampuan menjangkau komunitas sampai di akar rumput.
2. Media massa merupakan agen yang penting dalam mengkampanyekan
penanggulangan TB dan TB HIV di kota Jayapura. SR TB Aisyiyah
perlu membangun relasi yang baik dengan berbagai media local di kota
Jayapura agar media juga memiliki kepentingan untuk bersama-sama
mendorong pencegahan TB dan TB HIV di kota Jayapura melalui
pemberitaan media dan program-program yang dimilikinya.
3. Pemerintah daerah baik eksekutif maupun legislative di kota Jayapura
dikarenakan otoritas mereka dalam menyusun kebijakan dan anggaran
untuk pencegahan dan penanggulangan TB maka harus menyusun
program-program dan kebijakan berkaitan dengan TB ini; dan
menunjukkan komitmennya dalam bentuk alokasi budget yang memadai
serta melakukan pelatihan-pelatihan untuk penyedia layanan dan

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 92


bersama-sama dengan stakeholder lain melakukan regular meeting untuk
membahas tentang problem TB dan TB HIV di kota Jayapura.
4. Sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan setiap perusahaan yang
berada di wilayah kota Jayapura harus mengalokasikan budget untuk
melakukan program CSR; dan salah satunya adalah berpartisipasi dalam
program pencegahan dan penanggulangan TB dan TB HIV dengan
melakukan edukasi melalui kampanye maupun program-program
karitatif lain dalam bentuk rumah sehat.

5.3 Rekomendasi Program


Rekomendasi program ini ditujukan kepada pengelola TB Aisyiyah baik
PR maupun SR TB Aisyiyah. Beberapa rekomendasi program berdasarkan pada
hasil penelitian dan analisis yang telah dilaksanakan sebagai berikut :
1. Mengkomunikasikan Policy Brief
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di berbagai daerah merupakan
asset yang sangat penting dalam melakukan advokasi dan
pengorganisasian dalam kerangka menanggulangi dan mencegah TB dan
TB HIV khususnya di kota Jayapura dan di seluruh Indonesia. Hasil
need assessment ini selanjutnya disusun dalam bentuk policy brief yang
akan manjadi dokumen dalam melakukan advokasi. Policy brief ini
menjadi bahan untuk mendesign strategi kampanye, menjadi bahan
untuk melakukan advokasi pada pemerintah daerah baik Dinas
Kesehatan maupun eksekutif serta sebagai bahan untuk
mengkomunikasikan problem TB dan TB HIV kepada pihak media dan
perusahaan (program CSR).
2. Reguler meeting stakeholder
Salah satu factor penentu keberhasilan program adalah kesamaan visi
misi antara berbagai stakeholder di tingkat kota Jayapura. Oleh karena
itu program yang harus menjadi perhatian ke depan adalah mendorong
adanya forum (regular meeting) mitra stakeholder di kota Jayapura

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 93


sebagai forum untuk memonitor bersama-sama tentang progress program
penanggulangan dan pencegahan TB dan TB HIV di kota Jayapura.
3. Advokasi di tingkat nasional
PR TB menyusun policy brief di tingkat nasional berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang telah dilaksanakan di tingkat daerah. Policy brief ini
selanjutnya dikomunikasikan kepada Departemen Kesehatan RI dan
KPA nasional untuk mengawal kembali program-program
penanggulangan dan pencegahan TB dan TB HIV di tingkat nasional
post MDGs 2015.

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 94


DAFTAR PUSTAKA

Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi


I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam V ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2009. p. 2861-70.

DEPKES. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia


sampai dengan Maret 2012. 2012.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar


(PPK-LK Dikdas). Infeksi HIV Sering Disertai Tuberkulosis. Jakarta.
2009.

BPS Kota Jayapura : Publikasi Jayapura Dalam Angka 2013, Jayapura, Papua.
2014

Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Situasi HIV/AIDS di


Indonesia Tahun 1987-2006. Jakarta2007.

Renstra Kesehatan 2011 – 2016 Kota Jayapura

WHO. Global Tuberculosis Control: WHO Report 2011. Geneva. 2011.

Widyaningsih Retno, dkk, Ko-Infeksi Tuberkolosis Dan HIV Pada Anak, Jurnal,
SMF Anak RSAB Harapan Kita, Jakarta

Tarmizi Siti Nadia, Kebijakan Pengendalian HIV-AIDS Dengan Penggunaan


Strategis ARV, Kasubdit AIDS & IMS, Kementerian Kesehatan Indonesia,
2012

Analisis Situasi Tuberculosa (TB) Kota Jayapura 2014 Page 95

Anda mungkin juga menyukai