Anda di halaman 1dari 30

Oleh :

Arief Supadmo,S.Sos,M.M
2010
Biodata
N a m a
Tempat/tgl lahir
Pekerjaan
Alamat
HP
E mail

Social networking

:
:
:
:
:
:

:
Arief Supadmo,S.Sos,M.M.
Malang, 26 02 1960
Penilik Dinas Pendidikan Kabupaten Malang
Jl Widas Blok N/no.2 Malang
08585.62.18.360
arief.supadmo@yahoo.com atau
supadmo.a@gmail.com
ariefsoepadmo (facebook atau twitter atau foursquare )
Pendidikan

Jabatan
:

:
S 1 Unisma Jurusan Administrasi Negara
S 2 Unmer Jurusan MSDM
Ketua Ikatan Penilik Indonesia (IPI) Jawa Timur
Kebijakan dan
praktek SDM
Perubahan dan
pengembangan
Budaya
organisasi
Struktur dan desain
organisasi
Tehnologi desain
kerja dan stres
Pengambilan keputusan
kelompok
Kepemimpinan
Komunikasi
Struktur
kelompok
Tim-tim kerja
Kelompok lain Konflik Kekuasaan dan
politik
Ciri biografis
Kepribadian
Nilai & sikap
Persepsi
Masukan
manusia
Kemampuan Pembelajaran
individu
Motivasi
Pengambilan
keputusan
individu
TINGKAT
INDIVIDUAL
TINGKAT
KELOMPOK
TINGKAT
SISTEM ORGANISASI
BUDAYA ORGANISASI
FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
BUDAYA
ORGANISASI
MENCIPTAKAN
RASA MEMILIKI
JATI DIRI BAGI
ANGGOTANYA
IDENTITAS
ORGANISASI
KOMITMEN
KOLEKTIF
STABILITAS
SISTEM SOSIAL
CIRI-CIRI BUDAYA ORGANISASI
BUDAYA
ORGANISASI
DIWARISKAN
DARI
GENERASI KE
GENERASI
DIPELAJARI
DIMILIKI
BERSAMA
PERBEDAAAN
PERILAKU ORGANISASI DAN TEORI ORGANISASI
Perilaku organisasi Teori organisasi
1. Pandangan mikro
2. Penekanan pada level individu dan
kelompok
3. Berfokus pd perilaku manusia dlm
organisasi,dan berkenaan dg variabel
sikap dan kinerja
4. Topik-topik yg terkait dg individu
meliputi : persepsi, nilai, motivasi,
belajar, kepribadian, dan kelompok
meliputi : status, peran,
kepemimpinan, konflik, kekuasaan,
komunikasi
1. Pandangan makro
2. Unit analisisnya organisasi itu
sendiri,termasuk sub unitnya
3. Berfokus pd perilaku organisasi yg
menggunakan definisi efektifitas
organisasi
4. Berkenaan dg kemampuan organisasi
beradaptasi dan mencapai sasaran-
sasarannya

Teori Perilaku (Fishbein ,1980)
SIKAP
NORMA
SUBYEKTIF
NIAT
PERILAKU
Pengertian etika
Robert Co Solomon(1984), Etika asal kata dari Yunani
ethos berarti sifat atau adat dan kata jadian ta ethika yang
dipakai Plato untuk menerangkan studi mereka tentang nilai-nilai
dan cita-cita Yunani.
Jadi pertama istilah etika adalah masalah yang bersifat pribadi yang
meliputi apa kita sebut menjadiorang baik, tetapi juga masalah sifat
keseluruhan masyarakat segenap masyarakat disebut ethos.
Jadi etika adalah pengertian dari ethos, usaha untuk mengerti tata
aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku
kita,khususnya tata aturan fundamental seperti larangan membunuh,
dan mencuri
Menurut Syuhrawardi K Lubis Ethos (etika) dapat diartikan
sebagai kesusilaan , perasaan batin atau kecenderungan hati
seseorang untuk berbuat kebaikan .
Pandangan lain etika itu identik dengan moral dari bahasa Latin
mos(jamaknya mores) yang berarti juga adat istiadat atau cara
hidup.Jadi kedua kata tersebut (etika dan moral) menunjukkan cara
berbuat karena menjadi adat karena persetujuan untuk praktek
sekelompok manusia( Muhammad Said,1960:93)
Etika sama artinya menurut dengan kata Indonesia kesusilaan yang
berasal dari bahasa sansekerta Su artinya baik dan sila yang
berarti norma kehidupan.

Obyek Etika:
Etika (akhlak) berujung pada masalah perilaku.Ketika seseorang
melakukan suatu aktivitas atau menunjukkan sikap ,maka hal
tersebut bisa dinilai sebagai cermin etika diberlakukan padanya.
Menurut Imam Ghazali, akhlak (etika) adalah yang bersifat batin
dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan
tanpa dihitung risikonya.Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang
berbicara tentang baik dan buruk suatu perbuatan.
Dari definisi tersebut maka dapat dipahami bahwa istilah akhlak
adalah netral,artinya ada akhlak yang terpuji dan ada pula akhlak
yang tercela.Ketika berbicara nilai baik buruk maka muncullah
persoalan tentang konsep baik buruk.Dari sinilah kemudian terjadi
perbedaaan konsep antara akhlak dan etika.
Istilah profesi dan karakteristik profesi
Pengemban Profesi merupakan kelompok orang atau
seseorang yang membidangi pekerjaan khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi
guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia,
didalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan
dimiliki penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang
mencakup sifat manusia , kecenderungan sejarah dan
lingkungan hidupnya ; serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.
Definisi di atas secara tersirat mensyaratkan pengetahuan
formal yang menunjukkan adanya hubungan antara profesi
dengan dunia pendidikan tinggi.
Lembaga Pendidikan Tinggi ini merupakan lembaga yang
mengembangkan dan meneruskan pengetahuan profesional.
PROFESI
Profesi
Menurut Djojonegoro(1998)dalam suatu jabatan ditentukan 3
faktor penting :
1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh
program pendidikan keahlian atau spesialisasi
2. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan
(ketrampilan dan keahliankhusus)
3. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap
keahlian khusus yang dimilikinya
Menurut Howard M.Vollmer dan Donald L Mills(1966),
profesi adalah jabatan yang memerlukan intelektual
khusus,yang diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar dan
pelatihan yang bertujuan menguasai ketrampilan dan keahlian
dalam melayani atau advis pada orang lain.


Dari pengertian tersebut di atas, berarti unsur penting dalam
profesi penilik adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai
ketrampilan atau keahlian khusus, yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas kepenilikan.
Hubungan antara profesi dan kompetensi menurut Muhibin
Syah(1995),bahwa pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan
atau kecakapan.
Kompetensi penilik dikaitkan dengan profesionalisme yaitu penilik
yang profesional adalah menguasai dan melakukan tugas kepenilikan
sesuai dengan standard kompetensi kepenilikan .

Ciri-ciri khas profesi menurut International Encyclopedia of
education , adalah sebagai berikut :
1. Suatu bidang yang terorganisasi dari teori intelektual yang terus menerus
berkembang dan diperluas;
2. Suatu tehnik intelektual;
3. Penerapan praktis dari tehnik intelektual pada urusan praktis;
4. Suatu metode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi;
5. Beberapa standard dan pernyataan tentang etika profesi yang dapat
diselenggarakan;
6. Kemampuan memberi kepemimpinan pada profesi sendiri;
7. Asosiasi dari anggota anggota profesi menjadi suatu kelompok yang akrab dengan
kualitas komunikasi yang tinggi antar anggota;
8. Pengakuan sebagai profesi;
9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari
pekerjaan profesi;
10. Hubungan erat dengan profesi lain.
1. KEPRIBADIAN
2. SOSIAL
4. SUPERVISI AKADEMIK
3. SUPERVISI MANAJ ERIAL
6. PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
5. EVALUASI PENDIDIKAN


KOMPETENSI
PENILIK
STANDARD KOMPETENSI PENILIK



Menurut R.D. Lansbury (1978),istilah profesi dapat dijelaskan dengan 3
pendekatan(approach), yaitu : 1) pendekatan karakteristik, 2) pendekatan
institusional, dan 3) pendekatan legalistik.

1. Pendekatan karakteristik memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat
elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya>
Sifat sifat atau karakteristik dapat disimpulkan sbb :
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang
lain atau klien
d. Memiliki tehnis yang dapat dikomunikasikan atau communicable
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self
organization
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism)
g. Memiliki kode etik
h. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunita
i. Mempunyai sistem upah
j. Budaya profesional

2. Pendekatan Istitusi, yaitu pendekatan yang memandang profesi dari segi proses
institusional atau perkembangan asosiasional artinya suatu pekerjaan kearah
pencapaian status ideal suatu profesi dilihat atas dasar tahap-tahap yang harus
dilalui untuk melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan menuju proses
sesungguhnya.
1) Menurut H.L. Wilensky (1976), 5 langkah untuk memprofesionalkan suatu
pekerjaan.
a) Memunculkan suatu pekerjaan yang waktu penuh atau fulltime
b) Menetapkan lembaga sebagai tempat yang menjalankan proses
pendidikan atau pelatihan
c) Mendirikan asosiasi profesi
d) Melakukan agitasi secara politis memperjuangkan adanya perlindungan
hukum terhadap asosiasi
e) Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan.Kode etik
merupakan norma-norma yang menjadi acuan seorang penyandang
pekerjaan profesional dalam bekerja.
2) Menurut T.Caplow(1975) 5 tahap memprofesionalkan suatu pekerjaan.
a) Menetapkan perkumpulan profesi
b) Mengubah dan menetapkan pekerjaan menjadi suatu kebutuhan,artinya
pekerjaan tersebut dibutuhkan masyarakat
c) Menetapkan dan mengembangkan kode etik
d) Melancarkan agitasi utnuk memperoleh dukungan masyarakat
e) Secara bersama mengembangkan fasilitas pelatihan

3. Pendekatan legalistik,yaitu pendekatan yang menekankan adanya
pengakuan atas suatu profesi oleh negara atau pemerintah.Suatu
pekerjaan dapat disebut profesi jika dilindungi undang-undang atau
produk hukum yang ditetapkan pemerintahan suatu negara.
Menurut M.Friedman(1976), pengakuan atas suatu pekerjaan menjadi
suatu profesi sungguhan dapat ditempuh melalui 3 tahapan :
1) Registrasi(registration), adalah aktivitas dimana jika seseorang

yang ingin melakukan pekerjaan profesional,terlebih dulu rencana
harus diregistrasikan pada lembaga negara
2) Sertifikasi (certification), jika penelitian atas
persyaratan pendaftaran yang diajukan calon
penyandang profesi dipandang memenuhi syarat
kepadanya diberikan pengakuan atas kemampuan
dan ketrampilan yang dimiliki
3) Lisensi(lincensing) , bahwa atas dasar sertifikat
tersebut barulah yang bersangkutan diizinkan
mempraktekan ketrampilannya.
Fungsi Kode etik profesi
Alasan diperlukannya etika profesi :
1. Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralristik , juga dalam bidang
moral, sehingga kita bingung harus mengikuti moralitas yang mana;
2. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur kebutuhan dan
nilai masyarakat akibatnya menantang pandangan-pandangan moral
tradisional
3. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun hidup yang masing-
masing dengan alasan sendiri bagamaina manusia hidup
4. Etika diperlukan oleh kaum beragama yang disatu pihak diperlukan untuk
menemukan dasar kemantapan dalam iman kepercayaan mereka, di lain
pihak mau berpartisipasi tanpa takut takut dan tidak menutup diri dalam
semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu.
Landasan etika itu, esensinya mengikat pada pelaku pekerjaan atau
profesi.Keterikatan seseorang ini diorientasikan supaya suatu pekerjaan dan profesi
tidak dijadikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang menyakitkan
masyarakat,tidak manusiawi dan tidak bermoral.
Kode Etik adalah tatanan moral yang dibuat sendiri oleh kelompok profesi tertentu
khusus bagi anggotanya.Tatanan tersebut mengikat intern anggotanya.Di dalamnya
terdapat larangan-larangan moral profesi.Pelanggaran di dalamnya, akan dikenakan
sangsi organisasi profesi setelah melalui persidangan yang diadakan khusus untuk itu.
Setiap jabatan atau kekuasaan mempunyai potensi untuk disalahkan gunakan (abus
of power) oleh yang menduduki jabatan itu.Penyalahgunaan jabatan tersebut, pada
taraf tertentu dapat berubah menjadi tindakan kejahatan.Kejahatan yang dilakukan
bertalian dengan jabatan yang tengah diemban , dalam literatur kriminologi sering
disebut occupational crime
Kode etik profesi menuntun terbentuknya integritas moral yang kuat di kalangan
pengemban profesi, dengan integritas moral yang kuat,diharapkan kompleksitas dan
akumulasi tantangan dapat dijawab tanpa perlu merusak citra kelembagaan.

Austin berpendapat pentingnya kode etik untuk suatu
profesi,karena :
1. Professional codes of ethics serve to increase the prestige of the profession
2. Ethical codes provide some guidelines for right or wrong behaviour of members of
the organization.In addition , they help in controlling internal disaggrement and
bickering among professionals within the organization and accelarate the proccess
of consecual behaviour;
3. The provide clients and prospective clients some protection frotionm
incompetence and charlatanism in the knowledge that a psychoterapies.Also , the
provide the mental health proffesion some measure of assurance that the
behaviour of individual psychotherapies will be not be detrimental to the
profession. In addition, codes of ethics help to the protect psycho therapics from
the public, especially in regard to malpractice suits;
4. They enable the profession to regulate itself and function autonosmously, without
being solely controlled by the government or by governmmental regulations;
5. They supervisors, consultants, and other professionals with a basis for appraising
and evaluating practitioner activities ;
6. Ethical guidelines may assist counselor educators in designing and implementing
counselor training course.

Martabat atau jati diri suatu organisasi profesi akan ditentukan pula oleh kualitas
pemberdayaan kode etik profesi organisasi itu sendiri.Anggota organisasi profesi
yang merasa terikat tugas dan kewenangannya dengan kode etik profesi, maka
bukan hanya klien saja yang bisa diartikulasikan hak-haknya, tetapi kepentingan
negara secara umum juga dapat dijaga.
Kode etik profesi menjadi acuan supaya masing-masing pribadi anggota tetap
bermartabat dalam profesinya.Suatu profesi yang dijalankan tanpa kode etik profesi
akan menciptakan komunitas dan interaksi yang liar cenderung menolelir
beragam cara melanggar norma-norma.

Dimensi Fungsional Kode Etik (Kieser,1986)
1. Profesi harus dipandang(dihayati) sebagai suatu pelayanan, maka dalam
melaksanakan profesinya tanpa pamrih
2. Kepentingan atau nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap
dan tindakan
3. Pengemban profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat secara
keseluruhan
4. Persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat , sehingga mampu
menjamin mutu dan meningkatkan mutu layanan

Kode etik itu perlu ditulis (E.Sumaryono)
1. Kode etik itu penting, Sebagai sarana kontrol sosial ;
2. Kode etik mencegah pengawasan atau campur tangan yang dilakukan pemerintah
atau oleh masyarakat melalui beberapa agen atau pelaksananya.
3. Kode etik pengemban pratokan kehendak yang lebih tinggi.Pada dasarnya adalah
suatu perilaku yang sudah dianggap benar serta berdasarkan metode dan prosedur
yang benar pula.

Dari kode etik tersebut , juga terumuskan sanksi secara moral.Norma-norma dapat
dipertahankan melalui sanksi-saksi yaitu, ancaman hukuman kepada siapa saja yang
telah melanggarnya
Rumusan Kode Etik Penilik dalam ART IPI :

Pasal 1
Ayat 3 : Setiap penilik wajib memahami , menghayati, dan menjunjung tinggi kode etik
penilik serta tupoksi penilik
Ayat 4 : Kode etik penilik Indonesia merupakan etika jabatan fungsional penilik yang
menjadi landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi,
diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota
Ayat 5 : Kode etik penilik serta tugas pokok dan fungsinya tercantum dalam naskah
tersendiri
Pasal 10 Disiplin organisasi:
Ayat 1: Tindakan disiplin dapat dikenakan kepada anggota yang dianggap telah :
a) Dianggap telah melanggar kode etik,AD/ART serta disiplin organisasi
Pasal 12 Dewan Kehormatan Kode Etik Penilik
Ayat 1 Dewan Kehormatan Kode Etik penilik berkedudukan di pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota

Substansi dimensi etika profesi penilik :
1. Hubungan antara penilik dengan penyelenggara/sumber
belajar/NST/Tutor
2. Hubungan antara penilik dengan warga belajar/peserta didik
3. Hubungan antara penilik dengan masyarakat/sasaran program
4. Hubungan antara penilik dengan lembaga penyelenggara program dan
rekan sejawat
5. Hubungan antara penilik dengan profesi
6. Hubungan antara penilik dengan organisasi profesinya
7. Hubungan antara penilik dengan pemerintah



P e p a t a h

Profesionalisme tanpa etika menjadikan bebas sayap dalam
arti tanpa kendali dan tanpa pengarahan.
Sebaliknya , etika tanpa profesionalisme menjadikannya
lumpuh sayap dalam arti tidak maju, bahkan tidak tegak
Terima kasih
Atas perhatiannya sampai jumpa

Anda mungkin juga menyukai