Anda di halaman 1dari 11

Peran fisika biomekanika dalam ergonomi yang berpengaruh terhadap kejadian

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja tambang pasir




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja memiliki berbagai risiko, baik
kecelakaan akibat kerja maupun penyakit akibat kerja. Menurut International Labor
Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh
penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250
juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja dimana
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap
tahunnya (Buchari, 2007).
Penyakit kerja yang sering ditimbulkan adalah penyakit yang terjadi pada otot
rangka atau sering disebut Musculoskeletal Disorders (MSDs). Musculoskeletal
Disorders atau MSDs digunakan pakar ergonomi untuk menggambarkan berbagai
bentuk cedera, nyeri atau kelainan pada sistem otot rangka yang terdiri dari jaringan
saraf, otot, tulang, ligamen, tendon dan sendi (Humantech, 1995).
Kejadian gangguan musculoskeletal seperti low back pain, cervic spindolisis,
carpal tunnel syndrome, dan tennis elbow, sangat sering dirasakan oleh manusia.
Selama lebih dari 50 tahun, dalam studi ditemukan bahwa 50% populasi
mendapatkan nyeri dibagian leher, pundak maupun lengan. Gangguan
muskuloskeletal yang muncul dapat merupakan akibat dari pekerjaan yang dilakukan
(Bridger, 1995). Banyak data dari berbagai penelitian dari berbagai negara yang
menunjukkan MSDs adalah satu satu kasus kesehatan kerja terbanyak. Di Amerika,
diperkirakan 6 juta kasus per tahun atau rata-rata 300-400 kasus per 100 ribu orang
pekerja. Masalah ini menyebabkan kehilangan hari kerja (lost day) untuk istirahat
sehingga perusahaan merugi karena kehilangan produktivitas. Diperkirakan biaya
akibat MSDs yang harus dikeluarkan adalah rata-rata 14.726 dolar per tahun atau
lebih dari 130 juta rupiah (Tim Ergoinstitute, 2008 dalam Ariani, 2009).
Pada pekerjaan tambang pasir, pekerja dituntut untuk mengerjakan pekerjaan
fisik yang berat seperti menggunakan peralatan dengan beban yang berat,
mengangkat dan memindahkan hasil tambang berupa pasir yang juga memiliki beban
yang berat pula untuk didistribusikan kepada pembeli. Pekerjaan tersebut dilakukan
oleh pekerja secara berulang (gerakan repetitive) dengan frekuensi yang cepat untuk
mengefisiensi pekerjaan. Maka dari itu pekerja dituntut untuk penggunanaan tenaga
otot yang besar.
Di lihat dari pekerjaan yang dilakukan, maka pekerja tambang pasir rentan
terkena Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dapat berakibat menurunnya
produktifitas pekerja tersebut. Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian
mengenai Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada pekerja tambang pasir, agar menjadi acuan dalam
menentukan kebijakan preventif terhadap MSDs pada pekerja tambang pasir.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Peran fisika biomekanika dalam ergonomi yang berpengaruh terhadap kejadian
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja tambang pasir.

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja tambang pasir.
2. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab kejadian Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada pekerja tambang pasir.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbukkan dari kejadian Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada pekerja tambang pasir.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Biomekanika
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada
sistem biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika
terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia
dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip
mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan
peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.
Menurut Frankel dan Nordin pada tahun 1980 biomekanika merupakan ilmu
mekanika teknik untuk analisa sistem kerangka otot manusia (Chaffin, 1991).
Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan
pada bermacam-macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada
aktivitas sehari-hari. Kajian biomekanika dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu
kinematika dan kinetika. Kinematika lebih menjurus pada karakteristik gerakan yaitu
meneliti gerakan dari segi ruangan yang digunakan dalam waktu yang bersifat
sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan. Studi kinematika
menjelaskan gerakan yang menyebabkan berapa cepat obyek bergerak, berapa
ketinggiannya atau berapa jauh obyek menjangkau jarak.
Posisi, kecepatan dan percepatan tersebut merupakan studi kinematika. Kajian
kinetika menjelaskan tentang gaya yang bekerja pada satu sistem, misalnya tubuh
manusia. Kajian gerakan kinetika menjelaskan gaya yang menyebabkan gerakan.
Dibandingkan dengan kajian kinematika, kajian kinetika lebih sulit untuk diamati,
pada kajian kinetik yang terlihat adalah akibat dari gaya.
1. Hukum Dasar Biomekanika
Ada 3 Hukum dasar biomekanika yaitu :
a. Hukum Newton pertama
Yaitu suatu benda akan tetap dalam posisi istirahat atau berada dalam
keadaan gerak yang sama kecuali jika diberi gaya yang dapat
menghilangkan keseimbangan. Mendorong benda kecil dan besar Arah
gerakan benda akan sama dengan arah gaya yang diberikan sehingga
gayadideskripsikan sebagai suatu vector yang memiliki basar dan arah.
Ide ini mungkin nampak sederhana tetapi sangat penting jika kita melihat
gaya-gaya yang melawan gerakan suatu benda.

b. Hukum Newton Kedua Mengenai Gerakan
Hukum ini menyatakan bahwa percepatan suatu benda (seberapa
cepat kecepatannya bertambah) adalah sebanding dengan gaya yang
diberikan kepadanya.Hal ini dapat dirangkum dengan persamaan
berikut:Gaya = massa x percepatanSuatu gaya sebesar 1 Newton yang
diberikan pada benda bermassa 1 kg akan memberikan percepatan 1 m/s
(ms). Mendorong brankar Bayangkan dimana anda harus mendorong
troli atau tempat tidur. Pada awal gerakanakan terjadi percepatan.
Normalnya, benda digerakkan dengan kecepatan yang konstan
sehinggatidak lagi bertambah cepat dan gaya yang diberikan lebih sedikit.
Untuk menggerakan suatu benda kita harus mengatasi inersia benda
tesebut. Jika inersia sudah dilampaui, maka gaya yang diperlukan untuk
menjaganya tetap bergerak akan lebih sedikit.

c. Hukum Newton Ketiga Mengenai Gerakan
Hukum ketiga ini menyatakan bahwa untuk setiap aksi terdapat
reaksi sebaliknya yangsetara dan berlawanan arah dan hal ini membantu
menjelaskan ide keseimbangan gaya yangtelah disebutkan.

2. Macam-macam gaya pada tubuh manusia
Gaya pada tubuh ada 2 tipe :
a. Gaya pada tubuh dlm keadaan statis.Gaya Berat dan Gaya Otot
sebagai Sistem.
Pengumpil tubuh dalam keadaan Statis berarti tubuh dlm keadaan
setimbang, jumlah gaya dan momen gayayang ada sama dengan nol.
Tulang dan otot tubuh manusia berfungsi sebagai sistem pengumpil.
Tubuh dalam keadaan Statis berarti tubuh dlm keadaan setimbang, jumlah
gaya dan momen gayayang ada sama dengan nol. Tulang dan otot tubuh
manusia berfungsi sebagai sistem pengumpil.

b. Gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis.
Ada 3 kelas sistem pengumpil :

1) Klas pertama sistem pengumpil
Titik tumpuan terletak diantara gaya berat dan gaya otot
Contoh: kepala dan leher
2) Klas Kedua sistem pengumpil
Gaya berat diantara titik tumpuan dan gaya otot.
Contoh: tumit menjinjit
3) Klas Ketiga sistem pengumpil
Gaya otot terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat.
Contoh: otot lengan.

B. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu tentang kerja. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan
kerja manusia dapat dikelompokkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental
(otak). Tubuh manusia dirancang untuk melakukan kerja (dalam hal ini kerja fisik)
atau aktivitas serhari-hari, adanya masa otot yang bobotnya lebih dari separuh tubuh
memungkinkan manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan kerja.

C. Biomekanika dan Ergonomi
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik, kognitif, maupun
keterbatasan manusia menerima beban tersebut. Kemampuan atau keterbatasan
manusia tersebut termasuk dalam hal gerakan atau postur kerja dan gaya atau beban
kerja. Disinilah biomekanika berperan. Biomekanika merupakan ilmu yang
menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-konsep mekanika untuk
mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam bagian tubuh ketika
melakukan aktivitas. Karena biomekanika hanya berbicara dalam masalah fisik maka
biomekanika termasuk dalam ranah ergonomi fisik.
Seperti telah disebutkan di atas, biomekanika berkaitan dengan sistem biologi dan
menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Namun karena
ergonomic hanya membahas manusia maka lingkup biomekanika yang digunakan
adalah biomekanika pada manusia.
Ergonomi memiliki prinsip dasar untuk menyesuaikan kerja agar sesuai
dengan batasan atau karakteristik pekerjanya. Karakteristik ini biasanya disebut
antropometri baik fisik atau tubuh ataupun antropometri non fisik seperti psikometri.
Biomekanika merupakan studi tentang karakteristik-karakteristik tubuh manusia
dalam istilah mekanik. Biomekanika dioperasikan pada tubuh manusia baik saat
tubuh dalam keadaan statis ataupun dalam keadaan dinamis. Oleh karena itu agar
sistem kerja menjadi ergonomis maka harus memperhatikan biomekanika.

D. Sistem Musculoskeletal
Sistem Musculoskeletal termasuk kedalam sistem gerak manusia,
Musculoskeletal terdiri dari kata musculo yang artinya otot yaitu alat gerak aktif dan
skeletal yag berarti tulang yaitu alat gerak pasif, kuduanya bekerja sacara seirama
sehingga menimbulkan gerakan yang harmonis. Sistem rangka manusia memiliki
fungsi sebagaI pendukung atau menunjang tubuh. Melindungi organ penting seperti :
jantung, paru dan otak. Pergerakan alat gerak. Penyimpan mineral seperti : kalsium
dan fosfat. Pembentukan sel darah (hematopoiesis).
Berdasarkan letaknya, sistem rangka manusia terbagi menjadi 3, yaitu : tulang
tengkorak, tulang badann dan tulang anggota badan. Tulang tengkorak terdiri dari
tengkorak wajah dan tengkorak otak yang tersusun atas : Calvarium (os frontal,
occipital, parietal), Basis cranii: (os occipital, sphenoidal, ethmoidale, frontal,
temporal dan Samping tengkorak. Tulang badan terdiri dari : 33 ruas Columna
vertebralis dengan 24 terpisah dan 9 tergabung (Discus intervertrebalis, ligamentum,
7 ruas V. cervicalis, 12 ruas V. thoracalis, 5 ruas V. lumbalis, 5 ruas Sacrum, 4 ruas
Coccygeus), Thorax (Costae, V. thoracalis, Sternum), Costae (costae vera, costae
spuria, fluktuantes), Sternum (Manubrium, Corpus, Xphoideus), gelang bahu dan
gelang panggul. Anggota badan (extremitas) terdiri atas : Extremitas superior
(Humerus, Ulna, Radius, Carpals, Metacarpals, Phalanges) dan Extremitas inferior
(Femur, Patella, Tibia, Fibula, Tarsals, Metatarsals, Phalanges).
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh untuk
bergerak. Otot terbentuk dari ribuan serabut otot yang disatukan menjadi fasikulus-
fasikulus. Serabut otot yang pitanya dapat terlihat, mengandung myofibril yang
tersusun dari miofilamen miosin tebal dn miofilamen aktin tipis. Tubulus-T adalah
rangkaian tubulus transversus pada otot rangka dan jantung yang terbentuk melalui
invaginasi sarkolema terbentuk seperti jari. Invaginasi tubulus-T dan sisterna
terminal yang berdekatan di kedua sisinya membentuk suatu triad. Adapun Fungsi
sistem otot adalah:
1. Menghasilkan gerakan tubuh atau menggerakkan rangka.
2. Menjaga postur atau mempertahankan sikap atau posisi tubuh.
3. Menghasilkan panas, sel otot menghasilkan panas sebagai sebuah produk dan
menjadi mekanisme penting untuk menjaga suhu tubuh (Bridger, 1995).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor penyebab MSDs yaitu : Faktor pekerjaan adalah faktor yang berasal dari
pekerjaan itu sendiri termasuk gerakan repetitive, beban, postur statis, dan
penggunaan tenaga. Faktor pekerja berupa umur, lama bekerja, dan riwayat penyakit.
Sedangkan faktor lingkungan kerja yaitu vibrasi, suhu, dan tingkat iluminasi
(Bridger, 1995).
a. Faktor Pekerjaan
1) Gerakan repetitif
Gerakan yang terjadi secara berulang-ulang dengan kecepatan dan frekuensi tertentu
disebut gerakan repetitif. Gerakan repititif yang sering dilakukan oleh pekerja akibat
tuntutan kerja dapat menimbulkan MSDs pada alat gerak yang dilakukan dalam kerja,
gejalanya biasanya mudah lelah, nyeri, dan sering kesemutan pada alat gerak yang
melakukan gerakan repetitif.
Bridger (1995) menyatakan bahwa aktivitas berulang, pergerakan yang cepat dan
membawa beban yang berat dapat menstimulasikan saraf reseptor mengalami sakit.
Frekuensi terjadinya sikap tubuh yang salah terkait dengan beberapa kali terjadi
repetitive motion dalam melakukan suatu pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena
otot menerima tekanan akibat beban kerja terus menerus tanpa memperolah
kesempatan untuk relaksasi. Dalam Humantech (1995), posisi tangan dan
pergelangan tangan berisiko apabila dilakukan gerakan berulang/frekuensi sebanyak
30 kali dalm semenit dan sebanyak 2 kali per menit untuk anggota tubuh seperti
bahu, leher, punggung dan kaki.
2) Beban
Pekerja yang melakukan aktivitas mengangkat barang yang berat memiliki
kesempatan 8 kali lebih besar untuk mengalami low back pain dibandingkan
pekerja bekerja statis. Penelitian lain membuktikan bahwa hernia diskus lebih sering
terjadi pada pekerja yang mengangkat barang berat dengan postur membungkuk dan
berputar (Levy dan Wegman, 2000).
3) Postur statis
Pekerja yang memiliki postur tubuh tinggi dapat berbeda dalam hal cara bekerja
dengan pekerja yang memiliki postur tubuh kecil. Jika pekerja yang memiliki postur
tubuh tinggi bekerja pada tempat kerja yang kecil, maka pekerja pekerja tersebut
dapat cenderung membungkuk, karena dimensi antropometri pekerja tersebut tidak
cocok pada tempat kerjanya tersebut.
4) Penggunaan tenaga
Penggunaan tenaga yang berlebihan, dapat menyebabkan pekerja mudah lelah dan
letih. Semakin tinggi penggunaan pekerja dalam bekerja, maka semakin cepat pula
pekerja tersebut mengalami kelelahan kerja yang berefek pada menurunya
produktifitas kerja.
b. Faktor pekerja
1) Umur
Semakin tua umur pekerja, maka semakin menurun pula tenaga dan daya tahan
tubuhnya. Penelitian Hadler (2005) pada pekerja di Swedia menunjukkan hasil
bahwa sekitar 70% di antara yang mengalami keluhan pada punggung berusia
antara 35-40 tahun. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan
ketahanan otot mulai menurun. Pada saat kekuatan dan ketahanan otot menurun,
maka risiko terjadinya keluhan semakin meningkat. Pada penelitian Hanne dan
kawan-kawan (1995) pada pekerja perusahaan kayu dan furniture, diketahui bahwa
LBP berhubungan dengan usia dan masa kerja yang lebih lama
2) Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam melakukan pekerjaannya dapat mempengaruhi cepat atau
lambatnya pekerja tersebut terkena MSDs, karena semakin lama bekerja, maka makin
lama pula pekerja tersebut terpapar pada faktor risiko penyebab MSDs.

3) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit akut maupun kronis yang pernah diderita pekerja dapat menetukan
daya tahan tubuh pekerja terhadap paparan faktor risiko pada tempat kerja.

c. Faktor lingkungan
1) Vibrasi
Vibrasi atau getaran yang terpapar dalam waktu yang lama pada pekerja dalam
melakukan sebuah pekerjaan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pekerja
serta dapat menyebabkan lebih mudah mengalami kelelahan kerja akibat aliran darah
ke seluruh bagian tubuh menjadi kurang lancar.
2) Suhu
Suhu yang ideal berkisar antara 20-24 C untuk pekerja, karena tidak menimbulkan
kelelahan fisik yang dapat mengganggu, jika suhu terlalu panas dapat menimbulkan
pekerja menjadi mudah mengalami dehidrasi dan sebaliknya, jika suhu terlau dingin
makan pekerja dapat mengalami hipotermia, sehingga pekerja lebih mudah lelah.
3) Iluminasi
Pencahayaan akan mempengaruhi ketelitian dan performa kerja. Bekerja dalam
kondisi cahaya yang buruk, akan membuat tubuh beradaptasi untuk mendekati
cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama meningkatkan tekanan pada
otot bagian atas tubuh (Bridger, 1995).

B. Saran
Pengangkutan beban yang berat sebaiknya dikurangi untuk menghindari terjadinya
kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja tambang pasir. Mengganti
pekerja tambang pasir dengan peralatan pertambangan guna mengurangi kecelakaan
kerja. Mengurangi beban kerja pada pekerja tambang pasir.

http://nasyaa19.blogspot.com/2013/07/peran-fisika-biomekanika-dalam-
ergonomi.html

Anda mungkin juga menyukai