20 April 2014 Mungkinkah Kita Bisa Suci? Hanya laki-laki yang bisa suci dan jadi Buddha? Hanya biku dan bikuni yang bisa suci? Umat awam tidak bisa suci? Bagaimana cara meraih kesucian? Saripati Ajaran Buddha Sabbe dhamm nla abhinivesya AN 7.61 Pacalyana Sutta Segala sesuatu tidak layak dilekati
Dipa Ma Dipa Ma terlahir dengan nama Nani Bala Barua, 25 Maret 1911, di Dataran Chittagong, di Bengali Timur (sekarang: Bangladesh). Di saat itu, tradisi meditasi sudah hampir punah di lingkungannya. Namun, orang-orang di sekelilingnya masih menjalani tradisi dan ritual Buddhis dengan taat. Dipa Ma Semasa kecilnya, Dipa Ma sangat tertarik pada ajaran Buddha. Namun pada saat itu, kaum wanita tidak diperkenankan menjalani latihan spiritual yang mendalam, seperti meditasi. Dipa Ma Berbeda dengan anak-anak perempuan lainnya yang tidak bersekolah, Dipa Ma bersikukuh untuk bersekolah. Namun pada umur 12 tahun, beliau dinikahkan dengan Rajani Ranjan Barua, seorang insinyur berusia 24 tahun. Satu minggu setelah menikah, suaminya meninggalkan dirinya untuk bekerja di Rangoon, Burma. Dipa Ma tetap tinggal di rumah mertuanya. Dua tahun kemudian, ia menyusul suaminya ke Rangoon. Dipa Ma Dipa Ma, yang masih muda itu, ternyata gagal hamil. Dan hal ini membuat pasangan itu kecewa. Saat itu, ibundanya meninggal dunia ketika Dipa Ma masih berusaha menyesuaikan diri hidup di Burma. Dipa Ma Akhirnya, Dipa Ma berhasil juga melahirkan anak. Namun dua anaknya yang masih balita meninggal, dan Dipa Ma menjadi sakit keras. Suaminya, Rajani, tetap menemaninya dengan penuh kasih. Akhirnya, pasangan itu mengangkat adik laki- laki Dipa Ma yang masih kecil, yang bernama Bijoy, untuk diasuh. Untuk menghibur istrinya, Rajani menganjurkan Dipa Ma untuk menganggap semua orang lain yang dijumpainya sebagai anaknya sendiri. Dipa Ma Akhirnya, Dipa Ma berhasil juga melahirkan anak. Namun dua anaknya yang masih balita meninggal, dan Dipa Ma menjadi sakit keras. Suaminya, Rajani, tetap menemaninya dengan penuh kasih. Akhirnya, pasangan itu mengangkat adik laki-laki Dipa Ma yang masih kecil, yang bernama Bijoy, untuk diasuh. Untuk menghibur istrinya, Rajani menganjurkan Dipa Ma untuk menganggap semua orang lain yang dijumpainya sebagai anaknya sendiri. Dipa Ma Dipa Ma mengasuh adik laki-lakinya itu. Setelah itu, ia pun melahirkan seorang putri, yang dinamai Dipa. Namun, pada usia empat puluh tahunan, setelah Bijoy beranjak dewasa dan hidup terpisah dari mereka, mendadak Rajani meninggal. Dipa Ma merasa sangat terpukul. Selama beberapa tahun ia tergolek di tempat tidurnya, digerogoti oleh sakit jantung dan darah tinggi. Dipa Ma Hampir-hampir Dipa Ma tak mampu menjaga dirinya sendiri dan putrinya yang masih muda itu. Ia yakin, ia pasti akan segera meninggal jika ia tidak melakukan apa pun untuk membebaskan diri dari beban kesedihan itu. Beliau bertekad untuk mendalami meditasi. Beliau yakin, meditasi adalah satu-satunya jalan yang bisa membantu dirinya. Dipa Ma Ia bertanya pada dirinya sendiri, Apa yang bisa kubawa serta saat mati? Beliau memandangi mahar kawinnya, kain sari sutra miliknya, serta perhiasan emasnya, termasuk juga putrinya. Walaupun aku sangat mencintainya, aku sadar aku tak bisa membawa serta putriku ini. Dipa Ma Beberapa saat kemudian, beliau bermimpi berjumpa dengan Buddha, yang melantunkan syair Dhammapada ini (Dhp 212): piyato jyat soko piyato jyat bhaya piyato vippamuttassa natthi soko kuto bhaya
Dari rasa sayang muncullah kesedihan, dari rasa sayang muncullah ketakutan. Ia yang terbebas dari rasa sayang tiada lagi merasakan kesedihan, apalagi rasa takut. Dipa Ma Setelah terbangun dari mimpinya itu, Dipa Ma merasakan tekad yang teguh untuk sepenuhnya mendalami praktik meditasi. Segala harta peninggalan suaminya diserahkannya pada tetangganya. Tetangganya itu ia minta untuk menjaga anaknya, Dipa. Ia lalu pergi menuju Pusat Meditasi Kamayut di Rangoon, bertekad untuk menghabiskan sisa waktunya di sana. Dipa Ma Di waktu fajar pada hari pertamanya di sana, Dipa Ma diberi sebuah kamar. Ia juga diberi bimbingan dasar meditasi, dan diminta untuk menghadap kembali di sore harinya. Di hari itu, tatkala ia bermeditasi, konsentrasinya semakin tajam dan mendalam. Sore harinya, tatkala sedang berjalan menuju aula meditasi, tiba-tiba saja ia merasa tubuhnya tak mampu bergerak, seolah-olah mematung. Dipa Ma Selama beberapa menit, ia tak mampu mengayunkan langkah. Ini sungguh membingungkan dirinya. Akhirnya, ia tersadar bahwa seekor anjing tengah menggigit kakinya dan tak mau melepaskan gigitannya itu. Pada akhirnya, beberapa orang bhikkhu menarik anjing itu, yang akhirnya melepaskan gigitannya. Dipa Ma Hebatnya, karena efek meditasinya, selama beberapa jam pertama setelah itu, Dipa Ma tidak merasakan sakit apa pun. Dipa Ma diberi suntikan anti rabies dan pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Anaknya, yang galau karena kepergian Dipa Ma, tidak memperbolehkan ibundanya itu pergi lagi. Karena itu, dengan bimbingan meditasi yang telah diterimanya, ia bermeditasi di rumah, mempraktikkan perhatian murni, saat demi saat. Dipa Ma Beberapa tahun berselang, Dipa Ma mendengar bahwa seorang sahabat keluarganya yang juga merupakan guru Buddhis, Anagarika Munindra, tengah berada di sebuah pusat meditasi di dekat tempat tinggalnya. Ia mengundang Munindra untuk minum teh di rumahnya. Beliau menuturkan pengalamannya bermeditasi pada Munindra, yang selanjutnya memberikan dorongan padanya untuk pergi ke Pusat Meditasi Thathana Yeiktha, tempat ia sendiri tengah mendalami praktik meditasi di bawah bimbingan Mahasi Sayadaw yang tersohor itu. Munindra-ji / Anagarika Munindra Munindra-ji Munindra-ji Dipa Ma Di retret meditasinya yang kedua ini, Dipa Ma menjalani praktik meditasi dengan pola pikir yang berbedatidak terburu-buru dan serampangan, namun lebih terencana, lebih berperhatian. Kendatipun ia sulit tidur sejak kematian suaminya, sekarang ternyata ia tidak bisa tetap terjaga. Namun di hari ketiganya di pusat meditasi itu, Dipa Ma mampu mempertahankan tataran konsentrasi yang sangat dalam. Kebutuhannya akan tidur dan makan secara alami berkurang. Dipa Ma Khawatir bahwa konsentrasi Dipa Ma sudah melebihi keseimbangan, Munindra meminta dirinya untuk menghadiri ceramah mingguan dari Mahasi Sayadaw, sekalipun Dipa Ma tidak memahami bahasa Burma. Ia tidak ingin pergi, namun Munindra bersikeras. Untuk menyenangkan hati Munindra, akhirnya Dipa Ma pergi juga. Dipa Ma - Pencerahan Ketika sedang berjalan menuju tempat ceramah itu, Dipa Ma mulai mengalami degupan jantung yang keras. Dengan tubuh yang sangat lemah, ia akhirnya terpaksa merangkak menaiki tangga menuju aula itu. Di sana, ia tidak memahami ceramah itu, namun melanjutkan praktik meditasinya. Seusai ceramah itu, Dipa Ma menyadari ia tak mampu berdiri. Ia merasa dirinya tertahan dalam postur tubuh itu. Tubuhnya terasa kaku dan tak mampu bergerak, karena dalamnya meditasinya itu. Dipa Ma - Pencerahan Di hari-hari berikutnya, praktik meditasi Dipa Ma meningkat secara dramatis, saat ia menjalani tahap- tahap klasik dari kemajuan pandangan cerah, yang merupakan pendahulu dari terjadinya Pencerahan. Ia mengalami cahaya yang sangat benderang, yang diikuti perasaan bahwa segala sesuatu di sekitarnya meredup. Tubuhnya, lantai di sana, dan segalanya terasa pecah berantakan dan hampa. Setelah itu timbul rasa sakit fisik dan mental yang sangat kuat, dengan rasa terbakar dan himpitan yang sungguh menyakitkan dalam tubuhnya. Ia merasa seakan tubuhnya akan meledak karena tekanan. Dipa Ma - Pencerahan Lalu, terjadilah sesuatu hal yang luar biasa. Suatu momen sederhana. Waktu itu siang hari, dan beliau tengah duduk di lantai, berlatih meditasi bersama sekelompok meditator lainnya. Dalam dirinya terjadi suatu transisi yang begitu tenang dan halusnya sampai-sampai sepertinya tidak terjadi sesuatu pun. Dipa Ma - Pencerahan Setelah tiga puluh tahun mencari Pembebasan, di usia lima puluh tiga tahun, setelah enam hari berlatih, Dipa Ma mencapai tahap kesucian Sotapatti. Hampir seketika itu pula tekanan darahnya menjadi normal kembali. Degupan kencang jantungnya menjadi normal juga. Dan rasa letih yang membuatnya tak mampu menapaki anak tangga tergantikan oleh energi sehat. Akhirnya, seperti yang disabdakan Guru Buddha dalam mimpinya itu, segala kesedihan yang dipikulnya selama ini lenyap tak berbekas. Dipa Ma - Pencerahan Dipa Ma tetap berlatih di Thathana Yeiktha selama lebih dari dua bulan. Lalu ia kembali ke rumahnya di Rangoon. Beberapa minggu kemudian, ia bolak-balik antara rumahnya dan pusat meditasi itu. Di masa retret berikutnya, beliau mencapai tahap Pencerahan berikutnya, tataran Sakadagami, setelah bermeditasi hanya selama lima hari. Jalan menuju Pencerahan ini mirip dengan jalan menuju kesucian Sotapatti, hanya saja kali ini beliau merasakan lebih banyak rasa sakit dan derita. Setelah mencapai tataran Sakadagami, kondisi fisik dan mentalnya sekali lagi mengalami transformasi. Kegalauannya berkurang, sementara stamina fisiknya meningkat. Dipa Ma - Pencerahan Mereka yang mengenal Dipa Ma sangat terkesima atas transformasi yang dialaminya. Hampir dalam sekejab beliau berubah dari seorang wanita yang sakit-sakitan, yang sangat tergantung pada orang lain, dan yang berduka hati, menjadi sesosok wanita yang independen, sehat, dan sangat segar. Dipa Ma - Pencerahan Dipa Ma berkata: Kalian telah melihat saya. Dulu, saya merasa sedih dan patah arang karena meninggalnya suami dan anak saya, dan karena penyakit. Saya sungguh menderita, tak mampu berjalan dengan baik. Nah, sekarang bagaimana keadaan saya? Segala penyakit saya telah lenyap. Saya merasa segar, dan tiada sesuatu pun yang mengganggu pikiran saya. Tiada kesedihan dan duka. Saya sangat bahagia. Jika kalian bermeditasi, kalian juga akan bahagia. Ini bukan keajaiban. Ikuti saja petunjuknya. Dipa Ma - Pencerahan Keenam anak mereka (Dipa Ma & Hema / saudari Dipa Ma), yaitu empat anak perempuan dan dua anak laki- laki, semuanya paling tidak berhasil mencapai kesucian Sotapatti. Komitmen yang ditunjukkan Dipa pada ibunya sungguh membanggakan hati ibundanya itu, yang hendak memberikan putrinya itu sesuatu hadiah yang tak ternilai. Berulang kali beliau menegaskan pada Dipa bahwa meditasi adalah satu-satunya jalan guna mencapai kedamaian. Dipa Ma Kekuatan Adibiasa Di tahun 1965, Dipa Ma mulai dilatih oleh Munindra dalam kekuatan adibiasa (siddhi). Hasilnya, Dipa Ma mampu, antara lain: Berjalan menembus tembok Melayang di udara Mengubah elemen alam yang satu ke bentuk elemen lainnya Memasak tanpa api dll Dipa Ma Kembali ke India Pada tahun 1967, Pemerintah Burma memerintahkan semua orang asing untuk meninggalkan negeri itu. Para bhikkhu meyakinkan Dipa Ma bahwa beliau pasti akan bisa memperoleh izin khusus untuk menetap di Burma. Walaupun ia ingin tetap tinggal di Burma, namun akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Calcutta. Beliau mengharapkan agar agar putrinya bisa memperoleh kesempatan sosial dan pendidikan yang lebih baik di Calcutta. Dipa Ma Kembali ke India Kehidupannya tergolong sederhana, sekalipun menurut standar di Calcutta. Ia dan putrinya menghuni sebuah ruangan kecil di atas sebuah bengkel penghancuran logam. Tidak ada air pipa di tempat tinggalnya itu. Mereka menggunakan arang untuk memasak. Mereka juga sama-sama menggunakan WC yang sama dengan tetangga mereka. Dipa Ma tidur beralaskan tikar jerami yang tipis. Dipa Ma Kembali ke India Dengan segera, tersebarlah kabar bahwa ada sesosok wanita, guru meditasi yang piawai yang berasal dari Burma, tinggal di Calcutta. Para wanita, yang berusaha menyertakan latihan spiritual dengan tuntutan kehidupan sehari-hari yang tiada habisnya, muncul di tempat tinggal Dipa Ma itu di siang hari untuk mendapatkan bimbingan. Dipa Ma memberikan bimbingannya secara individu pada masing-masing orang itu, sesuai dengan kehidupan meraka sehari-hari. Dipa Ma Praktik Mengajar Jalan yang dipraktikkan Dipa Ma tidaklah melekat pada tempat, guru, pola hidup ataupun pola monastik tertentu. Dunia ini adalah wiharanya. Menjadi ibu dan mengajar adalah praktiknya. Tidak diperlukan tempat khusus, keadaan khusus, ataupun hal-hal khusus lainnya untuk berlatih. Semuanya adalah Dhamma, katanya. Selalu sadari apa yang tengah Anda lakukan, begitu kata beliau. Anda tidak bisa memisahkan meditasi dari kehidupan. Dipa Ma Pengaruh pada Guru Barat Tercatat bahwa Dipa Ma memiliki beberapa orang siswa- siswi yang berasal dari belahan dunia Barat. Beberapa di antara mereka sekarang ini tengah menjadi guru meditasi yang sangat kondang di Amerika, seperti Joseph Goldstein, Jack Kornfield, Sharon Salzberg, dan beberapa orang lainnya. Mereka mengenal beliau di tahun 70-an, dan semuanya terkesima oleh penampilannya yang fenomenal, gaya mengajarnya yang khas, serta kasihnya yang nirbatas terhadap para siswa-siswinya. Dipa Ma Pengaruh pada Guru Barat Dipa Ma juga pernah diundang oleh para siswa-siswinya untuk mengajar di Insight Meditation Center sekitar tahun 80-an. Dalam salah satu rekaman video yang bisa diperoleh via Internet, terlihat betapa bersahajanya Dipa Ma ini. Beliau menjalani kesehariannya dengan sangat sederhana, mencuci dan menjemur pakaiannya, berjalan kaki di sekitar tempat tinggalnya, dsb. Bahkan beliau terkesan pendiam dan jarang bicara. Bakti serta rasa (lihat tayangan video IMS) Dipa Ma Wafat Suatu hari di tahun 1989, tatkala sedang merasa tidak sehat dan tengah di rumah menunggu kedatangan dokter, terdengar oleh Dipa Ma suara seseorang yang tengah bertandang di tempat tetangganya. Tetangganya itu tengah menguncarkan paritta. Beliau lalu bangkit, lalu bersujud pada Guru Buddha, dan wafat tanpa bangkit lagi dari sujudnya. Seorang tetangganya, Sandip Mutsuddi melukiskan saat-saat terakhir beliau: Beliau bersujud dengan tangan yang ditangkupkan. Beliau bersujud pada Guru Buddha, dan tidak bangkit lagi. Jadi, kami mengangkat tubuhnya dan menyadari bahwa beliau telah tiada. Beliau wafat dalam sujudnya pada Guru Buddha. Wajahnya sangat tenang dan damai. Tujuh Teladan Dipa Ma Bermeditasilah setiap saat. Berlatihlah sekarang. Jangan berpikiran kamu akan melakukannya nanti. Pilihlah satu praktik meditasi dan tekuni praktik itu Jikalau engkau ingin maju dalam bermeditasi, tekuni satu teknik meditasi. Latihlah kesabaran Kesabaran adalah salah satu kebajikan yang paling penting untuk mengembangkan perhatian murni dan konsentrasi. Tujuh Teladan Dipa Ma Bebaskan batinmu Batin Anda isinya hanya cerita. Padamkanlah api emosi Amarah adalah api. Hiduplah dengan sederhana Live simply. A very simple life is good for everything. Too much luxury is a hindrance to practice. Hiduplah dengan sederhana. Hidup yang amat sederhana adalah serba baik. Terlalu banyak kemewahan merupakan rintangan untuk berlatih. Tujuh Teladan Dipa Ma Tanamkanlah semangat berkah Jika Anda memberkahi makhluk di sekitar diri Anda, ini akan menginspirasi Anda agar berperhatian tiap saat. Melatih semangat berkah sepanjang hari bisa mengubah hal yang biasa menjadi sesuatu yang khusus. Ini adalah cara untuk bersyukur setiap saat. Simpulan Semua orang bisa tercerahkan. Yang menentukan berhasil atau tidaknya: hanya diri kita sendiri. Saripati ajaran Buddha: Sabbe dhamm nla abhinivesya (AN 7.61 Pacalyana Sutta). Segala sesuatu tidak layak dilekati. Thank You, and Be Happy!