Bangkit Dari Mati Setelah Tiga Hari Meninggal Dunia
Bangkit Dari Mati Setelah Tiga Hari Meninggal Dunia
kami pada saat kami dilahirkan. Nama dari biara kami adalah
Mandalay Kyaikasan Kyaing. Biksu seniornya waktu itu bernama U
Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw [U Zadila adalah semacam gelar]. Dia
adalah seorang Biksu Buddha sangat terkenal di seluruh Myanmar
pada waktu itu. Setiap orang mengenal dia. Dia sangat dihormati
secara meluas oleh orang-orang dan sangat dihargai se bagai
seorang guru yang besar pada waktu itu. Saya katakana "pada
waktu itu," karenab di tahun 1983 ia tiba-tiba meninggal dunia
ketika dia mengalami kecelakaan lalulintas karena mobil yang
paling baik. Dia bahkan dia mempunyai bahan pengajaran berupa rekaman
dalam bentuk kaset yang disebut Apakah Engkau seorang Manusia atau
seekor Anjing? yang sangat menolong ribuan orang mengerti makna hidup
sebagai manusiameerka lebih tinggi derajatnya dari binatang." Raja Neraka
menjawab, "Ya, dia adalah seorang guru yang baik akan tetapi dia tidak
percaya kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya dia masuk ke dalam
Neraka."
Lalu saya deperIihatkan pada seorang yang lain lagi yang berada di dalam
nyala api. Saya melihat orang itu dengan rambutnya sangat panjang
menutupi bahu sebelah kirinya dari kepalanya. Dia juga mengenakan
sebuah jubah. Saya bertanya pada Raja Neraka, "Siapa orang ini?" Dia
menjawab, "Orang inilah yang engkau sembah: Gautama [Buddha]." Saya
sangat terkejut dan merasa terganggu melihat sang Gautama berada di
dalam Neraka. Saya memprotes,"Gautama memiliki etikan dan moral, serta
kharakter yang baik, mengapa ia harus menderita di dalam lautan api ini?"
Raja Neraka menjawab saya,"Tidak peduli bagaimana baiknya dia sewaktu
masa hidup dia di dunia. Dia berada di tempat ini karena dia tidak percaya
kepada Allah yang Kekal."
Lalu saya meIihat sorang yang lain lagi tampaknya mengenakan pakaian
seragam tentara. Dia punya sebuah luka yang besar di dadanya. Jadi saya
bertanya, "Siapa sebenarnya orang ini?" Raja Neraka menjawab dan
berkata, "Ini adalah Aung San, pemimpin revolusi Myanmar." Saya Ialu
diberitahu, "Aung San ada disini karena dia menganiaya dan membunuh
orang-orang Kristen, akantetapi terlebih lagi karena dia tidak percaya
kepada Yesus Kristus." Di Myanmar ada semboyan yang mengatakan
bahwa, "Tentara tak pernah mati, karena mereka akan tetap hidup terus."
Saya diberitahu bahwa stan-seta para legions dari nerakalah yang
mengatakan semboyan itu bahwa,"Tentara tak pernah mati, akan tetapi
mereta justru pergi ke nerakan sampai selamanya."
Saya Ialu melihat lagi seseorang dan saya melihatnya di dalam lautan api.
Dia sangat tinggi dan ia berpakaian militer dengan bersenjata. Dia juga
memegang sebuah pedang besar dan juga ada mempunyai tameng atau
perisai. Orang itu ada kelihatan jelas luka di jidat atau dahinya. Orang ini
sangat tinggi dan lebih tinggi dari siapa pun yang pernah saya lihat. Ia
tampaknya enam kali lebih tinggi dari orang biasa hanya tingginya
mencapai sikunya saja dan ujung jari-jarinya bila ia mengulurkan
tangannya lurus ke depan, justru akan mendorong orang lain dengan jekal
gereja-gerja kita di bumi ini. Orang berjubah putih itu meminta saya
berjalan bersamanya. Saya bertanya, "Siapa namamu?" akan tetapi dia
tidak menjawab. Setelah saya bertanya sampai enam kali, "saya adalah
orang yang memegang kunci pintu Surga. Surga adalah suatu tempat yang
sangat, sangat indah. Kau tidak bias pergi ke sana sekarang , tetapi jikalau
engkau mengikuti Yesus Kristus engkau dapat pergi ke sana setelah
hidupmu berakhir di atas bumi." Naman orang itu ternyata Simon Petrus.
Petrus kemudian menyuruh saya duduk dan ia memperlihatkan suatu
tempat diutara. Petrus berkata, "Pandanglah ke Utara dan lihatlah Allah
menciptakan manusia." Lalu saya melihat Allah yang kekal itu dari
kejauhsan. Allah berfirman kepada seorang malaikat, "Mari kita
menciptakan manusia." Malaikat itu berkata kepada Tuhan, "Jangan Tuhan
menciptakan manusia. Nanti dia berbuat dosa dan menysahkan-Mu."
[secara leterlek dalam Bahasa Burmese: "Dia akan membuatmu
kehilangan muka."]. Akan tetapi tetap saja Allah menciptakan maanusia
juga. Allah menghembusi manusia itu dan manusia itu menjadi hidup. Lalu
memebri nama pada manusia itu "Adam". [Perlu dicatatan: orang-orang
Buddhis tidak percaya akan adanya Penciptaan dunia atau manusia, jadi
ini pengalaman yang sangat signifikan membawa impek pada kehidupan
biksu].
sekarang engkau akan dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu ["Paul artinya
yang telah kembali kepada kehidupan."].
Saya tidak ingin kembali. Saya ingin pergi ke Surga.Malaikat membuka
sebuah kitan. Pertama-tama mereka mencari nama saya sewaktu saya
masih kanak-kanak (Thitpin) di dalam kitab itu, akan tetapi tidak
menemukannya. Lalu mereka mencari nama saya yang diberikan kepada
saya sewaktu saya masuk ke biara menjadi biksu Buddhisme (U Nata
Pannita Ashinthuriya) tapi tidak ada ditemukan pula disana. Lalu Petrus
berkata, "Namamu tidak tertulis disini, engkau harus kembali dan bersaksi
tentang Yesus kepada orang-orang penganut kepercayaan kepada
Buddhisme."
Saya kemudian berjalan pulang melalui jalan yang terbuat dari emas itu.
Sekali lagi saya mendengarkan suara nyanyian yang indah, nyanyia yang
belum pernah saya dengar sebelumnnya. Petrus berjalan bersama sama
dengan saya sampai saya kembali ke bumi. Dia memperilhatkan pada
saya sebuah tangga yang turun dari Surga hingga ke langit. Tangga itu
tidak mencapai bumi (tanah), tapi berhenti di tengah-tengah lagit di udara.
Pada tangga itu saya melihat banyak malaikat yang naik turun, sebagian
naik ke atas dan sebagian lagi yang turun ke melalui tangga itu. Mereka
kelihatan sangat sibuk. Saya bertanya kepada Petrus, "Siapa mereka ini?"
Petrus menjawab, , "Mereka adalah para utusan Allah. Mereka melaporkan
kepada Surga tentang nama orang-orang yang telah percaya kepada
Yesus Kristus dan nama mereka yang tidak percaya." Petrus kemudian
berkata kepada saya saatnya bagimu untuk kembali.
Itu Setan!
Hal yang lain yang saya sadari adalah suara tangisan. Saya mendengar
suara ibu saya berkata, "Anakku mengapa engkau tinggalkan kami
sekarang?" Saya juga mendengarkan orang-orang Iain menangis juga.
Saya menyadari saya sedang berbaring di daIam sebuah kotak. Saya
muIai bergerak. Ibu dan bapa saya mulai berteriak, "Dia hidup! Dia hidup!"
orang-orang lain yang berada disana melihat hal itu dari kejauhan tidak
percaya pada kedua orang tua saya. Lalu saya mengangkat kepaIa dan
meletakkannya disamping kotak itu dan mulai bangun dan duduk. Banyak
orang yang ada disana tiba-tiba diliputi rasa ketakuta. Mereka berteriak,
"Itu setan!" dan melarikan diri secepat mungkin.
Mereka yang masih tinggal jadi tepaku-membisu dan germetaran. Saya
mencium bauh semacam cairan lendir dan itu yang keluar dari tubuh saya,
begitu banyaknya sekitar tiga atau empat cangkir. Cairan itu yang telah
keluar dari perut saya dan dari dalam saya selama badan saya terbaring
disanadi dalam peti jenasa. Inilah yang menjadi tanda bahwa orang-orang
mengetahui kalua saya benar-benar sudah meninggal. Di dalam kotak itu
ada semacam kantong plastic ditutupi dengan kayu.Kantong itu terletak
disana dengan cairan satu mayat yang lain, karena banyak mayat orang
mati yang mengeluarkancairan lebih banyak dari saya.
Saya kemudian bnaru tahu bahwa tingal beberapa saat lagi saya akan
menjalani saat-saat pengkremasian dengan dibakar di dalam api. Di
Myanmar orang-orang meletakan peti jenasa, kemudian tutupnya akan
dipaku, dan seluruh peti jenasa akan di bakar di dalam api. Ketika saya
kembali hidup ibu dan papa saya diberi kesempatan untuk melihat tubuh
saya untuk yang terakhir kalinya. Beberapa ssat kemudian tutup peti
jenasa akan di paku dan akan dikremasikan!
Segera saya mulai menjelaskan segala hal yang saya telah lihat dan
dengarkan.Orang-orang meresa keheranan. Saya beritahukan mereka
tentang orang-orang yang telah saya lihat di lautan api itu, dan
memberitahukan mereka bahwa hanya orang-orang Kristenlah yang
mengetahui kebenaran, bahwa nenekmoyang kita dan kita telah tertipu
selama ribuan tahun! Saya beritahukan mereka segala sesuatu yang kita
percaya adalah suatu kebohongan belaka. Orang-orang terheran-heran
karena mereka mengetahui biksu seperti apa tadinya dan bagaimana
militannya saya mengikuti ajaranajaran Buddha.
Di Myanmar ketika seseorang meninggal dunia nama mereka dan usianya
dituliskan pada samping peti jelasa. Bila yang meninggal itu seorang biksu,
maka nama biksu itu, usia dan jumlah tahu berapa lama mereka tela
melayani sebagai seorang biksu akan dituliskan pada samping peti jenasa.
Saya telah dilaporkan meninggal dunia akan tetapi seperti anda lihat
sekarang saya hidup!
Epiloge
Semenjak 'Paul yang bangkit dan hidup kembali ' mengalami pengalaman
kisah diatas ia telah menjadi seorang saksi yang setia tentang Tuhan
Yesus Kristus. Pastor-pastor Burmese telah mengatakan kepada kami
bahwa ia telah menuntun ratusan biksu kepada iman kepada Kristus.
Kesaksiannya adalah nyata-nyata tidak kenal kompromi.Karena itu, berita
yang ia sampaikan telah membuat tersinggung banyak orang yang tidak
menerima kalua hanya ada Satu Jalan ke Surga, yaitu Tuhan Yesus
Kristus. Mengabaikan pertentangan besar, pengalamannya merupakan
suatu yang begitu nyata sehingga tidak bisa diragukan. Setelah menjalani
hidup betahun-tahun sebagai biksu Buddhisme, sebagai seorang pengikut
pengajaran Buddhist yang sangat tekun dan taat, ia tiba-tiba menjadi
pemberita Injil Kristus mengikuti peristiwa kebangkitannya dan meminta
kepada para biksu yang lain agar meninggalkan semua allah paslu itu dan
mengikut Yesus Kristus dengan segenap hati mereka. Sebelum saat saat
ia jatuh sakit dan bahkan mati dia belum pernbah mengetahui sedikit pun
tentang Kekristenan sama sekakli. Segala perkara yang dipelajarinya
selama tiga hari dalam kematian itu telah mengubahkan hidup dan
pikirannya sama sekali.
Agar membuat berita ini bisa tersebar luas agar bisa didengar dan diterima
sebanyak mungkin orang, maka di zaman modern ini si Lazarus mulai
membagikan audio dan kaset, video dengan kesaksiannya pada mereka.
Police dan otoritas Buddhist di Myanmar telah melakukan tindakan
mengumpulkan kaset-kaset ini dan menghancurkannya. Kesaksian yang
Anda baru saja membaca adalah terjemahan dari salah satu dari video,
kaset rekaman. Kita diberitahukan bahwa sangatlah berbahaya bagi warga
Myanmar untuk memiliki video dan kaset-kaset ini.
Kesaksiannya yang tanpa gentar dan takut sedikitpun justru telah
menhantar dia ke penjara paling tidak satu kali, dimana penguasa telah
gaggal dalam upaya mereka untuk mendiamkan dia. Stelah dibebaskan ia
meneruskan keskaisannya menyaksiakna akan hal-hal yang telah dia lihat
dan dengar. Keberadaan tempat tinggalnya sekarang tidak ada yang
mengetahuinya. Seorang informan Burmese memberitahu kami bahwa ia
sekarang berada di dalam penjara dan mungkin saja telah dibunuh,