Majjhima Nikaya - MN 97, 98
Majjhima Nikaya - MN 97, 98
Tipiaka
Eva me suta
Kebanyakan sutta dimulai dengan kata-kata Eva me suta Terjemahan:
Thus I have heard... Demikianlah yang kudengar... r sh w wn
Contoh:
Pohapda Sutta:
DN, vol I, hal. 178-203 D i 178 I 178 dst
Referensi adalah terhadap nomor sayutta , dan nomor, contoh: SN 56.11 = sutta #11 dari sayutta #56 = Dhammacakkappavattana Sutta Oghataraa Sutta = S i 1 <S i 1> = SN 1.1
Paritta
Paritta = perlindungan Praktik Buddhis mendaraskan bagian-bagian syair atau sutta yang terdapat dalam kanon. Fungsi: menghalau bahaya atau hal-hal yang bersifat jahat. Catatan: harus didaraskan dengan keadaan hati yang baik.
Paritta
Contoh:
Saraagamana = Khp 1 Mahmagala Sutta = Khp 5, Sn 2.4 Ratana Sutta = Khp 6, Sn 2.1 Karaya Mett Sutta = Khp 9, Sn 1.8
India Kuno
Dhanajni Sutta
Dhanajni Sutta
Khotbah ke-97 dari MN = MN 97 = M ii 184 B.Inggris: To Dhanajni B.Indonesia: Kepada Dhanajni Tempat: Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai
Dhanajni Sutta
[1] Pada suatu ketika Bhagav sedang menetap di Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. [2] Yang Mulia Sriputta sedang mengembara di Gunung Selatan bersama dengan sejumlah besar Sanggha para bhikkhu. Kemudian seorang bhikkhu yang telah melewatkan masa Vassa di Rjagaha mendatangi Yang Mulia Sariputta di Gunung Selatan dan saling bertukar sapa dengannya. Sriputta bertanya kepadanya, apakah Bhagav... Sanggha para bhikkhu... Dhnajni yang menetap di Taulapla sehat dan kuat, dan apakah Dhnajni itu tekun.
Dhanajni Sutta
Bagaimana mungkin ia tekun, Teman? Ia merampas para brahmana perumah tangga atas nama raja, dan ia merampas raja atas nama para brahmana perumah tangga. Istrinya, yang berkeyakinan dan berasal dari suku yang berkeyakinan, telah meninggal dunia dan ia telah memperistri perempuan lain yang tidak berkeyakinan dan berasal dari suku yang tidak berkeyakinan. Ini adalah berita buruk yang kami dengar, Teman. Ini sungguh berita buruk yang kami dengar bahwa Brahmana Dhnanjni telah menjadi lengah. Mungkin suatu saat kami dapat bertemu dengan Brahmana Dhnajni dan berbincang-bincang dengannya.
Dhanajni Sutta
[3] Kemudian, setelah menetap di Gunung Selatan selama yang ia kehendaki, Yang Mulia Sriputta melakukan pengembaraan menuju Rjagaha. Dengan mengembara secara bertahap akhirnya ia tiba di Rjagaha, dan di sana ia menetap di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.
Dhanajni Sutta
[4] Kemudian, pada suatu pagi, Yang Mulia Sriputta merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah luarnya, memasuki Rjagaha untuk menerima dana makanan. Pada saat itu Brahmana Dhnajni sedang memerah susu di sebuah kandang sapi di luar kota. Maka ketika Yang Mulia Sriputta telah menerima dana makanan di Rjagaha dan telah kembali dari perjalanan itu, setelah makan ia mendatangi Brahmana Dhnajni. Dari kejauhan Brahmana Dhnajni melihat kedatangan Yang Mulia Sriputta, dan ia menyambutnya dan berkata: Minumlah susu segar ini, Guru Sriputta, hingga waktunya makan. Cukup, Brahmana, aku telah selesai makan hari ini. Aku akan berada di bawah pohon itu untuk melewatkan hari. Engkau boleh datang ke sana.
Dhanajni Sutta
[5] Dan kemudian, setelah ia makan pagi, Brahmana Dhnajni mendatangi Yang Mulia Sriputta dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan Yang Mulia Sriputta berkata kepadanya: Apakah engkau tekun, Dhnajni? Bagaimana mungkin kami dapat tekun, Guru Sriputta, ketika kami harus menyokong orangtua kami, istri dan anak-anak kami, dan budak-budak, pelayan, dan pekerja kami; ketika kami harus melakukan tugas-tugas kami terhadap teman-teman dan sahabat kami, terhadap sanak-saudara dan kerabat kami, terhadap tamutamu kami, terhadap para leluhur kami yang telah meninggal dunia, terhadap para dewa, dan terhadap raja; dan ketika jasmani ini juga harus diistirahatkan dan dipelihara?
Dhanajni Sutta
[6] Bagaimana menurutmu, Dhnajni? Misalkan seseorang di sini berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur demi orangtuanya, dan kemudian karena perilaku demikian para penjaga neraka menariknya ke dalam neraka. Apakah ia dapat [membebaskan dirinya dengan pembelaan sebagai berikut:] Adalah demi orangtuaku maka aku berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka aku berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menarikku] ke dalam neraka? Atau dapatkah orangtuanya [membebaskannya dengan pembelaan sebagai berikut]: Adalah demi kami maka ia berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka ia berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menariknya] ke dalam neraka? Tidak, Guru Sriputta. Bahkan selagi ia menangis, para penjaga neraka akan menjebloskannya ke dalam neraka.
Dhanajni Sutta
[7-15] Bagaimana menurutmu, Dhnajni? Misalkan seseorang di sini berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur demi istri dan anak-anaknya demi budak-budak, pelayan, dan pekerjanya demi teman-teman dan sahabatnya demi sanak-saudara dan kerabatnya demi tamu-tamunya demi para leluhurnya yang telah meninggal dunia demi para dewa demi raja demi mengistirahatkan dan memelihara jasmani ini, karena perilaku demikian para penjaga neraka menariknya ke dalam neraka. Apakah ia dapat [membebaskan dirinya dengan pembelaan sebagai berikut:] Adalah demi mengistirahatkan dan memelihara jasmani ini maka aku berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka aku berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menarikku] ke dalam neraka? Atau dapatkah orang lain [membebaskannya dengan pembelaan sebagai berikut]: Adalah demi mengistirahatkan dan memelihara jasmani ini maka ia berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka ia berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menariknya] ke dalam neraka?
Dhanajni Sutta
[16] Bagaimana menurutmu, Dhnajni? Siapakah yang lebih baik Seorang yang demi orangtuanya berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur, atau seorang yang demi orangtuanya berperilaku sesuai dengan Dhamma, berperilaku jujur?
Guru Sriputta, seorang yang demi orangtuanya berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur, adalah tidak lebih baik; seorang yang demi orangtuanya berperilaku sesuai dengan Dhamma, berperilaku jujur, adalah yang lebih baik.
Dhnajni, ada jenis pekerjaan lain, yang menguntungkan dan sesuai dengan Dhamma, yang dengannya seseorang dapat menyokong orangtuanya dan pada saat yang sama menghindari kejahatan dan mempraktikkan kebajikan.
Dhanajni Sutta
[17-25] Bagaimana menurutmu, Dhnajni? Siapakah yang lebih baik Seorang yang demi istri dan anak-anaknya demi budak-budak, pelayan, dan pekerjanya demi teman-teman dan sahabatnya demi sanaksaudara dan kerabatnya demi tamu-tamunya demi para leluhurnya yang telah meninggal dunia demi para dewa demi raja demi mengistirahatkan dan memelihara jasmani ini berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur, atau seorang yang demi mengistirahatkan dan memelihara jasmani ini berperilaku sesuai dengan Dhamma, berperilaku jujur? Guru Sriputta, seorang yang demi mengistirahatkan dan memelihara jasmani ini berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur, adalah tidak lebih baik; seorang yang demi mengistirahatkan dan memelihara jasmani ini berperilaku sesuai dengan Dhamma, berperilaku jujur, adalah yang lebih baik. Dhnajni, ada jenis pekerjaan lain, yang menguntungkan dan sesuai dengan Dhamma, yang dengannya seseorang dapat menyokong
Dhanajni Sutta
[26] Kemudian Brahmana Dhnajni, setelah merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Yang Mulia Sriputta, bangkit dari duduknya dan pergi. [27] Belakangan Brahmana Dhnajni jatuh sakit, menderita, sakit parah. Kemudian ia menyuruh seseorang: Pergilah, temui Bhagav, bersujudlah atas namaku dengan kepalamu di kaki Beliau, dan katakan: Yang Mulia, Brahmana Dhnajni jatuh sakit, menderita, dan sakit parah; ia bersujud dengan kepalanya di kaki Bhagav. Kemudian pergilah menemui Yang Mulia Sriputta, bersujudlah atas namaku dengan kepalamu di kakinya, dan katakan: Yang Mulia, Brahmana Dhnajni jatuh sakit, menderita, dan sakit parah; ia bersujud dengan kepalanya di kaki Yang Mulia Sriputta. Kemudian katakan sebagai berikut: Baik sekali, Yang Mulia, jika Yang Mulia Sriputta sudi datang ke rumah Brahmana Dhnajni, demi belas kasihan.
Dhanajni Sutta
Baik, Tuan, orang itu menjawab, dan ia mendatangi Bhagav, dan setelah bersujud kepada Bhagav, ia duduk di satu sisi dan menyampaikan pesannya. Kemudian ia mendatangi Yang Mulia Sriputta dan setelah bersujud kepada Yang Mulia Sriputta, ia menyampaikan pesannya, dan berkata: Baik sekali, Yang Mulia, jika Yang Mulia Sriputta sudi datang ke rumah Brahmana Dhnajni, demi belas kasihan. Yang Mulia Sriputta menyanggupi dengan berdiam diri.
Dhanajni Sutta
[28] Kemudian Yang Mulia Sriputta merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia mendatangi kediaman Brahmana Dhnajni, duduk di tempat yang telah dipersiapkan, dan berkata kepada Brahmana Dhnajni: Aku harap engkau lebih baik, Brahmana, aku harap engkau cukup nyaman. Aku harap perasaan sakitmu mereda dan tidak bertambah, dan bahwa meredanya, bukan bertambahnya, menjadi nyata.
Dhanajni Sutta
[29] Guru Sriputta, aku tidak lebih baik, aku tidak nyaman. Perasaan sakitku bertambah, bukan mereda; bertambahnya dan bukan meredanya menjadi nyata. Seolah-olah seorang kuat membelah kepalaku dengan pedang tajam, demikian pula, angin kencang menembus kepalaku. Aku tidak lebih baik Seolaholah seorang kuat mengikat kepalaku dengan tali kulit yang kuat, demikian pula, ada kesakitan hebat di kepalaku. Aku tidak lebih baik Seolah-olah seorang penjagal terampil atau muridnya membelah perut sapi dengan pisau daging yang tajam, demikian pula, angin kencang membelah perutku. Aku tidak lebih baik Seolah-olah dua orang kuat mencengkeram seorang yang lemah pada kedua lengannya dan memangganggnya di atas celah arang panas membara, demikian pula, ada kebakaran hebat dalam tubuhku. Aku tidak lebih baik, aku tidak nyaman. Perasaan sakitku bertambah, bukan mereda; bertambahnya dan bukan meredanya menjadi nyata.
Dhanajni Sutta
[30] Bagaimana menurutmu, Dhnajni? Yang manakah yang lebih baik neraka atau alam binatang? Alam binatang, Guru Sriputta. Yang manakah yang lebih baik alam binatang atau alam hantu? Alam hantu, Guru Sriputta. Yang manakah yang lebih baik alam hantu atau manusia? Manusia, Guru Sriputta. [194] Yang manakah yang lebih baik manusia atau para dewa di surga Empat Raja Dewa? Para dewa di alam Empat Raja Dewa, Guru Sriputta. Yang manakah yang lebih baik para dewa di surga Empat Raja Dewa atau para dewa di surga Tiga Puluh Tiga? Para dewa di surga Tiga Puluh Tiga, Guru Sriputta. Yang manakah yang lebih baik - para dewa di surga Tiga Puluh Tiga atau para dewa Yma? Para dewa Yma, Guru Sriputta. Yang manakah yang lebih baik para dewa Yma atau para dewa di surga Tusita? Para dewa di surga Tusita, Guru Sriputta. - Yang manakah yang lebih baik para dewa di surga Tusita atau para dewa yang bergembira dalam penciptaan? Para dewa yang bergembira dalam penciptaan, Guru Sriputta. - Yang manakah yang lebih baik para dewa yang bergembira dalam penciptaan atau para dewa yang menguasai ciptaan para dewa lain? Para dewa yang menguasai ciptaan para dewa lain, Guru Sriputta.
(4)
31 30 29 28
(16)
27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12
SU DD HA VA SA
16.000 M.K. 8.000 M.K. 4.000 M.K. 2.000 M.K. 1.000 M.K. 500 M.K. 500 M.K. 64 M.K. 32 M.K. 16 M.K. 8 M.K. 4 M.K. 2 M.K. 1 A.K. 1/2 A.K. 1/3 A.K. 16.000 T.S. 8.000 T.S. 4.000 T.S. 2.000 T.S. 1.000 T.S. 500 T.S. Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas
2. Asannasatta 1. Vehapphala TATIYA JHANA BHUMI - ALAM JHANA III DUTIYA JHANA BHUMI- ALAM JHANA II PATHAMA JHANA BHUMIALAM JHANA I KAMALOKA (ALAM NAFSU) SUGATI ALAM BAHAGIA 3. Subhakinha. 2. Appamanasubha 1. Parittasubha 3. Abhassara 2. Appamanabha 1. Parittabha 3. Maha Brahma 2. Brahma Purohita 1. Brahma Parisajja DE VA LO KA (AL AM SU RG A) 6. Paranimmitavasavatti 5. Nimmanarati 4. Tusita 3. Yama 2. Tavatimsa 1. Catummaharajika
(11)
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Manussa (Manusia) DUGATI - ALAM TAK BAHAGIA 4. Asurayoni (Semidewa) 3. Petayoni (Hantu Kelaparan) 2. Tiracchanayoni (Hewan) 1. Niraya (Neraka)
Dhanajni Sutta
[31] Bagaimana menurutmu, Dhnajni? Yang manakah yang lebih baik - para dewa yang menguasai ciptaan para dewa lain atau alam Brahma? Guru Sriputta mengatakan alam Brahma. Guru Sriputta mengatakan alam Brahma.
Kemudian Yang Mulia Sriputta berpikir: Para brahmana ini membaktikan diri pada alam-Brahma. Bagaimana jika aku mengajarkan kepada Brahmana Dhnajni jalan menuju alam Brahm? [Dan ia berkata:] Dhnajni, aku akan mengajarkan kepadamu jalan menuju alam Brahm. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan aku katakana. Baik, Yang Mulia, ia menjawab. Yang Mulia berkata sebagai berikut:
Dhanajni Sutta
[32] Apakah jalan menuju alam Brahm? Di sini, Dhnajni, seorang bhikkhu berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang penuh dengan cinta kasih, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat; seperti ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala tempat, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan dan tanpa niat buruk. Ini adalah jalan menuju alam Brahm.
Dhanajni Sutta
[33-35] Kemudian, Dhnajni, seorang bhikkhu berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang penuh dengan belas kasihan ... dengan pikiran yang penuh dengan kegembiraan altruistik ... dengan pikiran yang penuh dengan keseimbangan, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat; seperti ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala tempat, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran keseimbangan, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan dan tanpa niat buruk. Ini juga adalah jalan menuju alam Brahm.
Dhanajni Sutta
[36] Kalau begitu, Guru Sriputta, bersujudlah atas namaku dengan kepalamu di kaki Bhagav, dan katakan: Yang Mulia, Brahmana Dhnajni jatuh sakit, menderita, dan sakit parah; ia bersujud dengan kepalanya di kaki Bhagav.
Kemudian Yang Mulia Sriputta, setelah mengokohkan Brahmana Dhnajni di dalam alam-Brahma yang rendah, bangkit dari duduknya dan pergi sementara masih ada yang harus dilakukan. Segera setelah Yang Mulia Sriputta pergi, Brahmana Dhnajni meninggal dunia dan muncul kembali di alam-Brahma.
Dhanajni Sutta
[37] Kemudian Bhagav berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu, Sriputta, setelah mengokohkan Brahmana Dhnajni di alam-Brahma yang rendah, bangkit dari duduknya dan pergi sementara masih ada yang harus dilakukan.
Dhanajni Sutta
[38] Kemudian Yang Mulia Sriputta menghadap Bhagav, dan setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata: Yang Mulia, Brahmana Dhnajni jatuh sakit, menderita, dan sakit parah; ia bersujud dengan kepalanya di kaki Bhagav. Sriputta, setelah mengokohkan Brahmana Dhnajni di alamBrahma yang rendah, mengapa engkau bangkit dari duduknya dan pergi sementara masih ada yang harus dilakukan? Yang Mulia, aku berpikir bahwa: Para brahmana ini membaktikan diri pada alam-Brahma. Bagaimana jika aku mengajarkan kepada Brahmana Dhnajni jalan menuju alam Brahm. Sriputta, Brahmana Dhnajni telah meninggal dunia dan telah muncul kembali di alam-Brahma.
Vseha Sutta
Vseha Sutta
Khotbah ke-98 dari MN = MN 98 = M ii 196 Isinya mirip dengan Vseha Sutta (Sn 3.9), dalam prosa (Sn hal.115-123) dan syair (Sn 594-656). Syair 27-54 (Sn 620-647)dengan total 28 terdapat dalam Dh 396-423 B.Inggris: To Vseha B.Indonesia: Kepada Vseha Tempat: di dalam hutan di dekat Icchnangala.
Intisari sutta:
Apakah status brahmin itu karena kelahiran ataukah karena perbuatan? 28 ciri sesosok araha/brahmin.
Vseha Sutta
[1] Pada suatu ketika Bhagav sedang menetap di Icchnangala, di dalam hutan di dekat Icchnangala. [2] Pada saat itu sejumlah brahmana kaya dan terkenal sedang menetap di Icchnangala, yaitu, Brahmana Cank, Brahmana Trukkha, Brahmana Pokkharasti, Brahmana Jussoi, Brahmana Todeyya, dan para brahmana kaya dan terkenal lainnya.
Vseha Sutta
[3] Kemudian, sewaktu murid brahmana Vseha dan Bhradvja sedang berjalan-jalan untuk berolah-raga, diskusi berikut ini terjadi antara mereka: Bagaimanakah seseorang disebut seorang brahmana? murid brahmana Bhradvja berkata: Jika ia berasal dari kelahiran baik pada kedua pihak, keturunan dari ibu dan ayah yang murni hingga tujuh generasi sebelumnya, tidak dapat dibantah dan tanpa cela dalam hal kelahiran, maka ia adalah seorang brahmana. Murid brahmana Vseha berkata: Jika ia bermoral dan mematuhi peraturan-peraturan, maka ia adalah seorang brahmana.
Vseha Sutta
[4] Tetapi murid brahmana Bhradvja tidak dapat meyakinkan murid brahmana Vseha, juga murid brahmana Vseha tidak dapat meyakinkan murid brahmana Bhradvja.
Vseha Sutta
[5] Kemudian murid brahmana Vseha berkata kepada murid brahmana Bhradvja: Tuan, Petapa Gotama, putera Sakya, yang meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, sedang menetap di Icchnangala, di dalam hutan di dekat Icchnangala. Sekarang suatu berita baik sehubungan dengan Guru Gotama telah menyebar sebagai berikut: Bahwa Bhagav sempurna, telah tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan dan perilaku sejati, mulia, pengenal seluruh alam, pemimpin yang tanpa bandingnya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia, tercerahkan, terberkahi. Marilah, Bhradvja, kita pergi menemui Petapa Gotama dan menanyakan kepadanya sehubungan dengan persoalan ini. Sebagaimana Beliau menjawabnya, demikianlah kita akan mengingatnya. Baik, Tuan, murid brahmana Bhradvja menjawab.
Vseha Sutta
[6] Kemudian kedua murid brahmana itu, Vseha dan Bhradvja, mendatangi Bhagav dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika ramah-tamah ini berakhir, mereka duduk di satu sisi dan murid brahmana Vseha berkata kepada Bhagav dalam syair... [7] Pada intinya, Vseha berkata bahwa mereka berdua diakui memiliki Pengetahuan Tiga Veda, karena ia adalah murid Pokkharasti, dan Bhradvja adalah murid Trukkha. Bahwa mereka berdua telah mencapai penguasaan penuh segala yang diajarkan oleh para ahli Veda, mahir dalam ilmu bahasa dan tata bahasa, dan mereka itu setara dengan guru-guru kami dalam pendarasan Veda. Bahwa mereka tengah berdebat dan tak mampu menjawab, apakah seseorang menjadi brahmana melalui kelahiran atau perbuatan?
Vseha Sutta
[8] Buddha menjawab: ..... Pertama-tama ketahuilah rumput dan pepohonan. Walaupun tidak memiliki kesadaran-diri, kelahirannya adalah tanda khususnya; karena banyak jenis kelahiran. Berikutnya adalah ngengat dan kupu-kupu, dan seterusnya hingga semut dan rayap. Kelahirannya adalah tanda khususnya. Karena banyak jenis kelahiran. ....
Vseha Sutta
[9] Sementara dalam kelahiran-kelahiran ini perbedaanperbedaan. Kelahiran menjadi tanda khususnya. Pada manusia tidak ada perbedaan kelahiran yang menjadi tanda khususnya.
Vseha Sutta
[10] Siapakah yang BUKAN brahmin? Seseorang itu tidak menjadi brahmin dengan menjadi (1) petani (2) ahli di sesuatu bidang (3) pedagang (4) pelayan (5) perampok (6) prajurit (7) pandita religius (8) penguasa pemerintahan
Vseha Sutta
[11] Seseorang itu brahmin bukan karena asal-usul atau pekerjaannya, namun seseorang yang: (1) Siapa pun yang tanpa rintangan dan tidak lagi melekat (2) Yang telah memotong semua belenggu, dan tidak lagi terguncang oleh kesedihan, yang telah mengatasi segala ikatan, terlepas: (3) Yang telah memotong tali pengikat, juga tali kendali dan tali kekang, yang palangnya telah dicabut, yang tercerahkan (4) Yang menahankan tanpa jejak kebencian, hinaan, kekerasan, dan juga penindasan, dengan kekuatan kesabaran tertata baik (5) Yang tidak terbakar oleh kemarahan, patuh, bermoral, dan rendah-hati, lembut, membawa jasmani terakhirnya
Vseha Sutta
(6) Siapa pun juga, yang bagaikan hujan di atas daun teratai, atau biji mostar di atas ujung jarum, sama sekali tidak melekat pada kenikmatan indrawi (7) Yang mengetahui di sini di dalam dirinya sendiri hancurnya segala penderitaan, dengan beban di turunkan, dan terlepas (8) Yang dengan pemahaman mendalam, bijaksana, dapat mengetahui jalan dan yang bukan jalan, dan telah mencapai tujuan tertinggi (9) Jauh dari para perumah tangga, dan mereka yang menjalani kehidupan tanpa rumah, yang mengembara tanpa rumah atau keinginan
Vseha Sutta
(10) Yang telah menyingkirkan tongkat pemukul terhadap semua makhluk lemah ataupun kuat, yang tidak membunuh atau menyebabkan makhluk lain terbunuh (11) Yang tidak melawan di antara para lawannya. damai di antara mereka yang melakukan kekerasan, yang tidak melekat di antara mereka yang melekat (12) Yang telah menjatuhkan segala nafsu dan kebencian, menjatuhkan keangkuhan dan celaan, bagaikan biji mostar di ujung jarum (13) Yang mengucapkan kata-kata yang bebas dari kekasaran, penuh makna, senantiasa jujur, yang tidak menghina siapa pun
Vseha Sutta
(14) Yang di dunia ini tidak akan pernah mengambil apa yang tidak diberikan, panjang atau pendek, kecil atau besar atau indah atau menjijikkan (15) Yang tidak lagi memiliki kerinduan sehubungan dengan alam ini dan alam mendatang, yang hidup tanpa kerinduan dan terlepas (16) Yang tidak lagi memiliki kegemaran, tidak lagi kebingungan karena ia mengetahui, yang telah memperoleh pijakan kokoh dalam Keabadian (17) Yang telah melampaui segala ikatan di sini dari perbuatan baik dan buruk, tanpa kesedihan, tanpa noda, dan murni (18) Yang, murni bagaikan bulan tanpa noda, bersih dan jernih, dan yang padanya kegembiraan dan penjelmaan telah dihancurkan
Vseha Sutta
(19) Yang telah menyeberangi rawa, lumpur, sasra, segala kebodohan, yang telah menyeberang ke pantai seberang dan bermeditasi dalam jhna-jhna, tidak terganggu dan tidak bingung, mencapai Nibbna melalui ketidak-melekatan (20) Yang telah meninggalkan kenikmatan-kenikmatan indrawi dan mengembara di sini tanpa rumah dengan keinginan indria dan penjelmaan dihancurkan (21) Yang juga telah meninggalkan keinginan, dan mengembara di sini tanpa rumah dengan keinginan rendah dan penjelmaan dihancurkan
Vseha Sutta
(22) Yang meninggalkan semua belenggu manusia dan telah melepaskan belenggu surgawi, terlepas dari segala belenggu di manapun (23) Yang meninggalkan kesenangan dan ketidakpuasan, yang sejuk dan tanpa perolehan, pahlawan yang telah melampaui seluruh alam (24) Yang mengetahui bagaimana makhluk-makhluk meninggal dunia untuk muncul kembali dalam banyak cara. Ia tidak mencengkeram, mulia, sadar (25) Yang tujuannya tidak diketahui oleh para dewa, hantu, dan manusia, seorang Arahant dengan noda-noda dihancurkan
Vseha Sutta
(26) Yang tanpa rintangan sama sekali, di depan, di belakang, atau di tengah, yang tanpa rintangan dan tidak lagi melekat (27) Pemimpin kelompok, pahlawan sempurna, petapa besar yang kemenangannya telah diraih, tanpa gangguan, dimurnikan, tercerahkan (28) Yang mengetahui banyak kehidupan lampaunya dan melihat alam-alam surga dan alam sengsara, yang telah mencapai hancurnya kelahiran
Vseha Sutta
[12] ... Seseorang bukanlah seorang brahmana melalui kelahiran, juga bukan melalui kelahiran seseorang menjadi bukan-brahmana. Seseorang menjadi brahmana melalui perbuatan. Seseorang menjadi bukan-brahmana melalui perbuatan....
Vseha Sutta
[13] Maka demikianlah bagaimana yang sungguh bijaksana Melihat perbuatan sebagaimana adanya, Yang melihat sebab-akibat yang saling bergantungan, Terampil dalam perbuatan dan akibatnya.
Perbuatan menyebabkan dunia berputar, Perbuatan menyebabkan generasi berganti. Makhluk-makhluk hidup terikat oleh perbuatan Bagaikan roda kereta terikat oleh porosnya.
Vseha Sutta
Pertapaan, kehidupan suci, Pengendalian-diri dan latihan batin Dengan ini seseorang menjadi brahmana, Terletak dalam kebrahmanaan tertinggi ini.
Seseorang yang memiliki tiga pengetahuan, Damai, dengan segala penjelmaan dihancurkan: Kenalilah ia demikian, O Vseha, Sebagai Brahm dan Sakka bagi mereka yang tidak memahami.
Vseha Sutta
[14]Ketika hal ini dikatakan, murid brahmana Vseha dan Bhradvja berkata kepada Bhagav: Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Mulai hari ini sudilah Guru Gotama mengingat kami sebagai umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.