Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

MA3271 PEMODELAN MATEMATIKA



Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju
Sumber Makanan




Disusun Oleh :
Atsila Rahmania 10111008
Nina Amanda 10111022
Dhita Septiani Y. S. W. 10111037
Karina Arifiani 10111081
Sandra Dwiananda 10111083

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Edy Soewono


PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013

2
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

ABSTRAK
Pemodelan ini bermaksud untuk memodelkan dan mensimulasikan proses semut dalam
memilih rute dalam menuju sumber makanan. Proses pengambilan data eksperimen kami
lakukan beberapa kali dengan cara meninjau bagaimana suatu koloni semut memilih rute yang
diambil untuk menuju sumber makanan, hingga akhirnya dibuatlah asumsi untuk membangun
model yang mendekati realita. Model yang kami bangun dimulai dengan memisalkan semut
tersebut berjalan pada sebuah koordinat kartesius, sehingga hanya dua dimensi. Semut pertama
bergerak secara random dari sarang menuju sumber makanan, sedangkan semut kedua dan
seterusnya bergerak dan memilih rute atas pengaruh feromon dari posisi semut sebelumnya dan
sumber makanan. Kami menggunakan metode rekursif karena posisi semut sebelumnya selalu
memengaruhi posisi semut berikutnya.
Diakhir proses pembangunan model, kami berhasil mensimulasikan pergerakan koloni
semut dalam menuju sumber makanan dengan rute yang paling optimal. Setelah merumuskan
asumsi, model, dan simulasi kami melakukan validasi terhadap data eksperimen yang kami
peroleh. Dan didapatkan hasil yang cukup mendekati realita.







3
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta karunia-Nya
lah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir mata kuliah Pemodelan yang berjudul
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek Dalam Menuju Sumber Makanan?. Laporan akhir
ini disusun sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas mata kuliah Pemodelan.
Dalam kesempatan ini, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Edy
Soewono selaku dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas mata
kuliah Pemodelan ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Saudara Ullul Azmi, S.Si
dan Saudara Daniel Alan Juvito yang sudah berkontribusi pada simulasi yang kami buat untuk
memperlancar pengerjaan pemodelan ini.
Laporan akhir ini disusun berdasarkan eksperimen yang telah kami lakukan beberapa kali
sehingga menghasilkan asumsi untuk membangun model mengenai rute yang dibentuk oleh
koloni semut. Sesuai dengan topik pemodelan yaitu Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek
dalam Memilih Sumber Makanan?, laporan ini memuat tentang sifat ilmiah koloni semut yang
dapat menghasilkan rute paling optimal dalam menuju sumber makanan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terjadi dalam proses pengerjaan tugas
pemodelan ini, baik dari segi tinjauan eksperimen yang telah dilakukan hingga penyelesaian
laporan akhir ini. Semoga laporan akhir pemodelan ini dapat memberikan pengetahuan serta
manfaat kepada pembaca. Kami selaku tim penyusun sangat terbuka untuk kritik dan saran yang
membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Terima kasih.


4
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

DAFTAR ISI

ABSTRAK 2
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 3
1.2 TUJUAN 7
1.3 MANFAAT PEMODELAN 7
BAB II PEMBAHASAN 8
2.1 ASUMSI 8
2.1.1 ASUMSI SEMUT PERTAMA 8
2.1.2 ASUMSI SEMUT KEDUA DST 9
2.2 VARIABEL 9
2.3 TEKNIK PENYELESAIAN 10
2.3.1 TEKNIK PENYELESAIAN MODEL SEMUT PERTAMA 10
2.3.2 TEKNIK PENYELESAIAN MODEL SEMUT KEDUA DST 11
BAB III SIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 16





5
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Semut adalah serangga yang hidup secara berkoloni dan merupakan serangga sosial
yang memanfaatkan komunikasi baik langsung maupun tidak langsung untuk
melangsungkan kehidupannya seperti mencari makan, membangun sarang, melawan musuh,
dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya untuk bertahan hidup. Semut membangun sebuah
sistem distribusinya sendiri dalam membangun koloninya, dan sistmen ini menyebabkan
koloni semut dapat melaksanakan berbagai aktivitas kompleks yang dalam beberapa
aktivitas tidak dapat dilakukan jika semut bekerja sendiri. Observasi yang dilakukan
terhadap semut memperlihatkan bahwa semut telah membangun struktur sosial yang sangat
kompleks dalam mengorganisasi kelompoknya dan mencapai tatanan hidup yang sempurna
dan perilaku sosial yang begitu maju.
Ahli biologi telah menunjukkan bagaimana perilaku serangga sosial yang berkoloni
bisa dijelaskan dengan model yang sederhana dengan memanfaatkan komunikasi stigmergi,
yaitu komunikasi tidak langsung yang menjelaskan bagaimana serangga sosial bisa
mencapai kemandirian.
Semut memanfaatkan matahari, lingkungan, penghitungan langkah, dan feromon
dalam pencariannya menuju sumber makanan. Secara alamiah koloni semut mampu mencari
sumber makanan dari dan kembali ke sarangnya dan membentuk rute yang jejaknya akan
diikuti oleh semut-semut koloninya. Ini merupakan teknik semut dalam pencariannya

6
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

menuju sumber makanan dengan memanfaatkan komunikasi secara tidak langsung dengan
semut lainnya.
Feromon, salah satu senyawa kimia hidrokarbon, memiliki peranan penting dalam
sistem komunikasi serangga, termasuk semut. Feromon berasal dari kata fer yang artinya
membawa dan hormon sehingga feromon berarti pembawa hormon. Feromon adalah
isyarat yang digunakan di antara hewan satu spesies dan biasanya diproduksi dalam kelenjar
khusus untuk disebarkan. Namun pada kasus yang berbeda, feromon juga dapat dideteksi
oleh spesies lain, jenis feromon ini dinamakan alomon.
Ada banyak fungsi dari feromon ini pada semut, di antaranya sebagai jejak menuju
sumber makanan dan sebagai zat tanda bahaya yang disekresikan saat musuh menyerang.
Ketika semut menggigit, dia akan meninggalkan feromon ini sebagai penanda bagi
koloninya bahwa ada bahaya. Ketika semut menemukan bahan makanan yang ukurannya
terlalu besar untuk dibawa sendiri ke sarang, maka dia akan mengeluarkan feromon untuk
meminta bantuan teman-temannya. Jika jumlah semut telah cukup, maka mereka akan
menggotongnya beramai-ramai ke sarang. Selain itu, feromon juga berfungsi untuk
menandai daerah territorial suatu koloni dan sebagai ikatan antara induk dan anak.
Penglihatan semut yang tidak begitu baik digantikan dengan komunikasi yang
dilakukan secara tidak langung dengan meninggalkan jejak memanfaatkan feromon agar
semut lain dapat mengetahui informasi mengenai lingkungannya. Sistem organisasi diri
semut yang begitu maju dalam mencari makanan dan membuat rutenya sendiri dapat
menjadi inspirasi bagi manusia untuk melakukan optimasi dalam pemilihan rute.



7
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

1.2 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari pemodelan ini adalah untuk membuat suatu model
matematika yang dapat mengestimasi perjalanan rute semut dalam pencariannya menuju
sumber makanan. Model yang didapat dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran
mengenai benarkah semut memilih rute terpendek dalam menuju sumber makanan.
Dalam laporan pemodelan ini kami akan mengukur panjang lintasan semut untuk
semut pertama ketika mencari sumber makanan lalu dilanjutkan semut kedua dan selanjutnya
berdasarkan asumsi-asumsi yang mendekati kondisi realistis hasil eksperimen kami. Dalam
pemodelan ini, kami akan bekerja dengan metode rekursif dengan pengulangan estimasi
berupa posisi semut pertama, kedua, dan selanjutnya secara umum untuk semut ke-n.

1.3 MANFAAT PEMODELAN
Pemodelan yang kami buat diharapkan dapat menggambarkan dan membuktikan
mengenai pemilihan rute semut untuk mencapai jalur optimal menuju sumber makanan.
Pemodelan ini juga bermanfaat untuk melakukan optimasi mengenai penentuan jalur pemilihan
rute yang berguna dalam kehidupan sehari-hari manusia.







8
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

BAB 2
PEMBAHASAN MODEL MATEMATIKA

2.1 ASUMSI
Pada pemodelan ini akan dicoba untuk memodelkan satu sifat alamiah dari koloni
semut dalam menuju sumber makanan yaitu membentuk jarak terpendek. Dalam proses
memodelkannya telah dilakukan beberapa kali percobaan dengan beberapa jenis semut agar
hasil yang didapatkan dapat lebih mendekati kenyataan. Untuk mempermudah penyelasaian
model maka perlu dibangun asumsi berdasarkan data percobaan untuk mencapai hasil yang
lebih akurat.

2.1.1 ASUMSI SEMUT PERTAMA
Asumsi yang digunakan untuk memodelkan semut pertama, yaitu:
1. Semut meninggalkan feromon setiap kali akan berbelok (Hal ini berarti
feromon ditinggalkan di setiap

)
2. Sudut dipilih secara random dengan interval


3. Posisi awal semut berada di koordinat (0,0)
4. d tetap (d= 0,5)
5. Iterasi akan berhenti ketika

< c Dengan c
diambil sebesar 1
6. Semut tidak kembali ke sarang
7. Semut akan selalu bergerak mendekati sumber makanan

9
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

8. Jalur pulang semut pertama tidak berpengaruh pada jalur datang semut kedua
9. Semut berjalan tanpa hambatan

2.1.2 ASUMSI SEMUT KEDUA DAN SETERUSNYA
Asumsi yang digunakan untuk memodelkan semut kedua dan seterusnya, yaitu:
1. Sudut serta posisi semut ke-s dipengaruhi oleh posisi sumber makanan dan
posisi semut ke-(s-1)
2. Jika sudut yang dibentuk antara posisi semut ke-(s-1) dan posisi sumber
makanan lebih besar dari

, maka sudut yang dipilih adalah sudut yang


dibentuk oleh posisi semut ke-(s-1) selanjutnya


3. Iterasi akan dilakukan selama selisih panjang lintasan yang dilalui semut
dengan jarak (0,0) ke sumber makanan lebih dari epsilon

2.2 VARIABEL
Variabel yang digunakan dalam pemodelan ini, yaitu :
(a,b) = koordinat sumber makanan
d = jarak tempuh
= sudut random
=

(

= posisi ke-n (n=1,2,3,4,)


i = komponen sumbu-x
j = komponen sumbu-y
s = indeks semut

10
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

= sudut antara jarak feromon semut sebelumnya dan jarak dengan sumber makanan

2.3 TEKNIK PENYELESAIAN
Dalam proses semut mencari sumber makanan, akan ada semut pertama yang bergerak
secara acak dari sarang menuju sumber makanan. Setelah semut pertama kembali ke sarang,
maka semut kedua akan menuju sumber makanan dengan dipengaruhi oleh feromon dari
semut pertama dan posisi sumber makanan. Berlaku seterusnya, jadi posisi semut
sebelumnya akan terus memengaruhi pemilihan dari rute semut berikutnya. Persamaan yang
dibentuk untuk menyelesaikan model ini akan terdiri dari dua persamaan, yaitu model semut
pertama dan model semut berikutnya, persamaan ini dibedakan karena semut pertama tidak
dipengaruhi oleh feromon.

2.3.1 TEKNIK PENYELESAIAN MODEL SEMUT PERTAMA
Persamaan pada komponen di sumbu-x:

))
Persamaan pada komponen di sumbu-y:

))

Dari persamaan di atas, akan diperoleh posisi setiap langkah dari semut
pertama hingga akhirnya menuju sumber makanan dan membentuk sebuah rute.
Berikut ini akan dilampirkan grafik jalur semut pertama.

11
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan


Jalur semut pertama dengan posisi sumber makanan (3,4)

2.3.2 TEKNIK PENYELESAIAN MODEL SEMUT KEDUA DAN
SETERUSNYA
Untuk menyelesaikan rute semut kedua dan seterusnya, akan ada kondisi
bersyarat dalam pemilihan posisi semut. Syarat yang diberlakukan pada model
yang dibangun adalah dalam pemilihan sudut antara jarak feromon semut
sebelumnya dengan sumber makanan. Hal ini dilakukan agar didapat hasil yang
lebih optimal dari semut sebelumnya serta semakin mendekati sumber makanan.


-1 0 1 2 3 4 5 6
-1
0
1
2
3
4
5
6
7

12
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan


Persamaan pada komponen di sumbu-x:



Persamaan pada komponen di sumbu-y:




Jalur semut kedua dst yang berpengaruh dengan jalur semut pertama dengan posisi
sumber makanan (3,4)
-1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
-1
0
1
2
3
4
5

13
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

Menurut asumsi yang telah diambil d = 0,5, kami akan memvalidasi
dengan eksperimen yang telah kami lakukan. Apakah asumsi d yang telah kami
ambil mendekati realita yang ada?. Berikut data hasil eksperimen yang kami
dapat.
No. Posisi feromon ke-n d
1 1 0.5
2 2 0.5
3 3 0.6
4 4 0.6
5 5 0.4
6 6 0.3
7 7 0.5
8 8 0.4
9 9 0.4
10 10 0.5
11 11 0.6
12 12 0.4
13 13 0.3
14 14 0.5
15 15 0.4
16 16 0.5
17 17 0.3
18 18 0.4
19 19 0.4
20 20 0.5
21 21 0.4
22 22 0.3
23 23 0.5
24 24 0.4
25 25 0.6
26 26 0.4
27 27 0.4
28 28 0.6
29 29 0.5
30 30 0.5
31 31 0.6
32 32 0.4
33 33 0.3
34 34 0.4
35 35 0.4
36 36 0.5
37 37 0.5
38 38 0.4
0.45 d rata-rata


14
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

Berdasarkan hasil eksperimen di atas didapat bahwa d rata-rata = 0.45.
BAB 3
SIMPULAN
Setelah kami melakukan validasi yaitu dengan membandingkan hasil eksperimen
dengan model yang telah dibuat, maka didapatkan beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang
didapat yaitu mengenai faktor utama yang memengaruhi semut dalam menuju sumber
makanan, besar d yang diperoleh, dan pemilihan jalur optimal.
Kesimpulan pertama yaitu faktor utama semut dalam menuju sumber makanan.
Faktor yang paling memengaruhi adalah posisi feromon serta posisi sumber makanan .
Adapula pergerakan semut pertama berbeda dengan semut-semut setelahnya . Semut pertama
bergerak secara acak sehingga faktor utama semut ini dalam bergerak hanya sumber
makanannya. Oleh karena itu, kemungkinan semut pertama tidak sampai ke sumber
makanan lebih besar dibandingkan dengan semut-semut setelahnya. Sedangkan pada semut-
semut setelahnya sangat memperhatikan posisi feromon dari semut sebelumnya, dan posisi
dari sumber makanan. Sehingga kemungkinan semut sampai pada sumber makanan lebih
besar dibandingkan semut pertama.
Kesimpulan yang kedua yaitu mengenai perolehan nilai d, dengan d adalah jarak
tempuh sebelum semut berbelok. Sebelumnya saat membangun model, kami membuat
asumsi bahwa besar d adalah 0,5 cm. Setelah itu, kami validasi hasil simulasi yang telah
kami buat dengan hasil eksperimen. Berdasarkan hasil perolehan data saat eksperimen, rata-
rata dari d yaitu sebesar 0,469 tidak berbeda jauh dengan asumsi yang telah kita ambil,

15
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan

yaitu 0,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa model yang telah kami buat cukup mendekati
realita yang ada.
Kesimpulan ketiga yang merupakan kesimpulan utama dari pemodelan pemodelan ini
adalah barisan semut pada akhirnya akan mengambil jalur terpendek (optimal) dengan
panjang lintasannya mendekati

, (a,b) merupakan posisi sumber makanan . Jika


dilihat dari grafik akan terlihat bahwa barisan pada akhirnya akan berjalan lurus kearah
sumber makanan dengan asumsi tanpa ada hambatan. Melalui kesimpulan utama ini, maka
terjawab sudah pertanyaan pada topic pemodelan kami yaitu Benarkah Semut Memilih Rute
Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan?, bahwa benar koloni semut memilih rute
paling pendek atau optimal dalam menuju sumber makanan.











16
Benarkah Semut Memilih Rute Terpendek dalam Menuju Sumber Makanan


DAFTAR PUSTAKA

Suhara. 2009. Semut Rangrang (Oecophylla smaradigna). UPI. Bandung.
Yahya, Harun. Menjelajahi Dunia Semut.
P. Christian and W. Decha. 2012. Weaver Ants: The marvelous architects,
http://ecologie.snv.jussieu.fr/socialite/Peeters%20Asian%20Geog%20Oecophylla.pdf
www.antweb.org
http://gresyan.blogspot.com/2011/10/pheromone-as-animal-communication_30.html

Anda mungkin juga menyukai