Yang diampu oleh Dr. Ibrahim, M.Si dan Bagus Priambodo, S.Si, M.Si, M.Sc.
Asisten : 1. Ghalia Nowafi, 2. Etis Prasila, 3. Nur Qomariyah, 4. M. Hisyam Baidlowi
Selama ini yang kita ketahui jenis cacing hanyalah cacing tanah, namun sebenarnya
cacing banyak ragam jenisnya tidak hanya cacing tanah. Pada praktikum kali ini akan
mengamati ketiga filum yaitu, Filum Platyhelminthes, Filum Nemathelminthes dan Filum
Annelida agar kita dapat memahami secara baik dan benar bagaimana ciri-ciri, struktur
tubuh, sistem ekskresi, sistem pencernaan, hingga sistem reproduksi dari masing-masing
filum tersebut.
1.2.Tujuan Praktikum
Melalui kegiatan pengamatan dan diskusi, diharapkan mahasiswa dapat memiliki
kemampuan untuk.
a. Filum Platyhelminthes
1. mendeskrepsikan ciri khas cacing Platyhelminthes secara lengkap
2. menjelaskan habitat cacing Platyhelminthes berdasarkan struktur tubuhnya
3. melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Platyhelminthes berdasarkan ciri
morfologi dan anatominya
4. menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing Platyhelminthes
berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya
5. menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. menyusun klasifikasi terhadap anggota Platyhelminthes
b. Filum Nemathelminthes
1. mendeskrepsikan ciri khas cacing Nemathelminthes secara lengkap
2. menjelaskan habitat cacing Nemathelminthes berdasarkan struktur tubuhnya
3. melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Nemathelminthes berdasarkan
ciri morfologi dan anatominya
4. menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing Nemathelminthes
berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya
5. menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. menyusun klasifikasi terhadap anggota Nemathelminthes
c. Filum Annelida
1. mendeskrepsikan ciri khas cacing Annelida secara lengkap
2. menjelaskan habitat cacing Annelida berdasarkan struktur tubuhnya
3. melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Annelida berdasarkan ciri
morfologi dan anatominya
4. menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing Annelida berdasarkan
sistem yang menyusun tubuhnya
5. Menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. Menyusun klasifikasi terhadap anggota Annelida
TINJAUAN PUSTAKA
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli
menganggap Nemertia, yaitu satu kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum
tersendiri yaitu filum Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom.
Ruang digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak mempunyai
saluran digesti. Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral, namun mereka
mempunyai sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap. Sebagaian anggota
cacing daun itu hidup parasitis pada manusia dan hewan. Cacing-cacing Planaria hidup
dalam air tawar. Cacing hati dan cacing pita bersiklus hidup majemuk dan menyangkut
beberapa inang sementara. Cacing-cacing nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal
sebagai cacing ikat pinggang (Brotowidjojo 1989).
Sistem saraf pada Nemahelminthes terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi
esofagus. Cincin saraf itu berhubungan dengan enam saraf anterior dan beberapa saraf
posterior. (Ibrohim dkk. 2000). Sistem gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-
otot yang terdapat pada dinding tubuh. Otot-otot itu terletak do antara tali epidermal dan
membujur sepanjang tubuh. Respirasinya dilakukan secara anaerob. Namun Ascaris dapat
mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu
diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel. Sistem
ekskresi pada Nematoda terdiri dari satu atau dua sel kelenjar Renette yang terletak di dalam
pseudosol bagian ventral, di dekat perbatasan antara faring dan intensin. Mulut bagian
anterior dari kebanyakan Nematoda dibatasi enambibir. Tetapi pada Ascaris sp menggabung
menjadi satu, sehingga tinggaltiga bibir, satu di bagian dorsal dan dua di ventrolateral. Bibir
dorsalmempunyai dua pasang papilla sensori, sedang masing-masing bibirventrolateral
mempunyai satu pasang papilla sensori. Keempat pasangpapilla sensori tersebut membentuk
lingkaran bibir luar, meskipun banyak Nematoda mempunyai enam lingkaran bibir luar
(Ibrohim dkk. 2017).
Annelida adalah semua hewan simetris secara bilateral. Ukurannya berkisar dari
kurang dari 1 mm hingga lebih dari 3 m. Annelida terkecil yang dijelaskan hingga saat ini
tampaknya Neotenotrocha (Dorvilleidae, Eunicida) yang hanya mencapai beberapa ratus
mikron (Eibye-Jacobsen dan Kristensen, 1994). Juga dalam Eunicida dapat ditemukan
annelida terbesar. Sebuah spesimen yang diawetkan dari Eunice (Eunicidae) di Museum of
Natural History di Washington D. C. dekat dengan 3 m panjang dan sekitar 5 cm dengan
diameter dalam kondisi diawetkan dan dikontrak. Beberapa cacing tanah, seperti Giant
Gippsland Earthworm (Megascolides australis), dapat mencapai 1 m panjangnya. Lintah
terbesar di dunia, Haementeria ghilianii, ditemukan di Amerika Selatan dan mencapai
panjang lebih dari 40 cm.
Annelida memiliki tubuh yang ditutupi oleh kutikula eksternal yang tidak pernah
mencair atau meranggas. Epidermal microvilli mengeluarkan jaringan serat yang sebagian
kolagen dan juga mengandung scleroprotein. Chaetae juga merupakan struktur cutikuler,
tetapi mengandung chitin dalam jumlah besar. Di bawah epidermis dan lamina basalnya
terletak lapisan otot melingkar. Lapisan otot melingkar membentuk selubung yang hampir
terus menerus di sekitar tubuh, kecuali di polychaetes dengan parapodia yang berkembang
dengan baik. Di bawah lapisan otot melingkar ada otot-otot longitudinal yang tebal. Annelida
memiliki otak atau serebral ganglion yang berasal dan biasanya berada di kepala. Otak
bervariasi dalam struktur, dengan bentuk aktif bergerak yang memiliki otak paling kompleks,
dan bentuk sessile atau liang yang memiliki otak sederhana dengan sedikit diferensiasi. Alat
ini terhubung ke saraf pusat saraf oleh konektor sirkumpharyngeal, yang mengalir di setiap
sisi faring. Kabel saraf ventral, biasanya terdiri dari sepasang tali yang terikat bersama dan
menjalankan panjang tubuh.
Palps dan antena terletak di kepala banyak polychaetes. Dalam beberapa kelompok
mereka sama-sama sensoris sementara yang lain palps digunakan untuk makan. Organ nuchal
bersilia, berpasangan, struktur chemosensori, diinervasi dari bagian posterior otak. Mereka
hadir di hampir semua polychaetes, dan Rouse dan Fauchald (1997) menyarankan bahwa
mereka mungkin mewakili apomorphy untuk Polychaeta. Ini telah ditentang oleh penulis lain
yang menyarankan bahwa organ nuchal mungkin menjadi apomorphy untuk Annelida secara
keseluruhan dan telah hilang dalam Clitellata / Oligochaeta (Purschke et al., 2000). Annelida
juga memiliki berbagai sel-sel sensorik epidermal yang mungkin responsif terhadap cahaya
atau sentuhan (seperti organ lateral).
BAB III
METODOLOGI
1. Alat
a. Mikroskop cahaya
b. Mikroskop stereo
c. Loupe
d. Gelas arloji
e. Seperangkat alat bedah
2. Bahan
a. Filum Platyhelminthes
i. Media asli berupa hewan segar yaitu Planaria sp,
ii. Media asli berupa awetan basah Fasciola hepatica, Taenia
saginata, Taenia solium, dan Planaria sp.
iii. Media asli berupa awetan kering proglotid Taenia sp, Dipyllidium
caninum, Diphyllobothrium, Eurytrema pancreaticum, Chlonorchis
sinesis, Planaria sp, dan berbagai jenis telur.
b. Filum Nemathelminthes
i. Media asli berupa hewan segar yaitu Ascaris lumbricoides,
ii. Media asli berupa awetan basahAscaris lumbricoides,
Oxycuris/Enterobius vermicularis, Haemonchus,
iii. Media asli berupa awetan kering proglotid Taenia sp, Dipyllidium
caninum, Diphyllobothrium, Eurytrema pancreaticum, Chlonorchis
sinesis, Planaria sp, dan berbagai jenis telur.
c. Filum Annelida
i. Media asli berupa hewan segar yaitu cacing tanah (Pherentima sp)
ii. Media asli berupa awetan kering cacing tanah (Lumbriscus sp)
iii. Preparat mikroskopis irisan melintang cacing tanah.
Filum Platyhelminthes
Kelas Trbellaria
Kelas Trematoda
Kelas Cestoidea
Filum Annelida
Morfologi luar
Preparat mikroskopis
Trematoda disebut dengan cacing hisap karena memiliki alat isap untuk . Pada
Trematoda bentuk tubuh deperti daun dan tidak bersegmen. Dinding tubuhnya tidak tersusun
oleh epidermis dan silia. Bersifat hermaprodit, kecuali pada beberapa family dari Digenia.
Ovari biasanya hanya satu, sedang testisnya dua atau banyak. Daur hidup ada yang sederhana
dan ada yang rumit (Kastawi, 2001).
Pada kelas Turbellaria reproduksi dapat dilakukan secara seksual dan aseksual.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan pembuahan karena sudah memiliki alat
reproduksi, pertama proses fertilisasi yang menghasilkan zigot (beberapa zigot dibungkus
oleh kapsul) lalu dikeluarkan dan menempel pada sel telur selanjutnya terbentuk embrio dan
membentuk individu muda tanpa larva. Kemudian secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan diri secara transversal (Sutarno, 2009). Contohnya reproduksi planaria terjadi
melalui dua moda, yaitu reproduksi aseksual (transverse fission) dan reproduksi seksual
dengan pembentukan gamet. Pada reproduksi seksualnya, planaria dikenal sebagai hewan
hermafrodit. Individu planaria yang bereproduksi secara seksual (sexual strain) mampu
membentuk organ reproduksi yang berkembang pasca masa embrional, sedangkan individu
yang bereproduksi secara aseksual (asexual strain) gagal membentuk organ reproduksi
sehingga mutlak bereproduksi melalui pembelahan transversal (Chong et al., 2011a).
Sedangkan reproduksi pada kelas Cestoda secara seksual dan dapat melakukan
pembuahan sendiri. Dalam proglotid akan terjadi fertilisasi (hasil fertilisasi akan mengalami
perkembangan dalam uterus menjadi zigot-embrio-hexacanth yang dibungkus oleh suatu
selaput dinamakan oncosphere). Proglotid keluar bersama faeces. Hexacanth menembus
dinding usus terbawa aliran darah menjadi kista cysticercus (bentuk infektif) menempati otot
serat lintang. Sama halnya dengan kelas Caestoda reproduksi pada kelas Trematoda hanya
secara seksual dan dapat melakukan pembuahan sendiri (Sutarno, 2009).
Tahapan regenerasi planaria pertama dimulai dengan adanyaneoblast yang akan tampak
terhimpun pada permukaan luka bagian sebelah bawah epitelium sehingga membuat
terbentuknya blastemal yang struktur selnya mengalami diferensiasi dalam pertumbuhan
blastemal dan di bawah kondisi yang optimal mengalami regenerasi berproliferasi
membentuk bagian-bagian yang hilang. Neoblast berukuran sekitar 10um dengan rasio
nukleositoplasmsatik yang tinggi. Pada tubuh sehat, neoblast didistribusikan sepanjang sel
parenkim dan mesenkim dan ada pada sel mitosis yang akan disebarkan selama pembentukan
jaringan baru. Oleh karena itu, neoblast merupakan sel indduk pada planaria (Newmark and
Alvarado, 2001).
2. Phylum Nemathelminthes
Gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-otot yang terdapat pada dinding
tubuh. Otot-otot itu terletak di antara tali epidermal, dan membujur sepanjang tubuh. Oto-otot
itu tebagi menjadi empat kuadran, dua kuadran terletak pada sisi dorsal, dan yang lain pada
sisi ventral. Kontraksi dan relaksasi dari ototo-otot menyebabkan tubuh cacing memendek
dan memanjang. Koordinasi gerak dari empat kuadran menyebabkan cacing bergerak.
Sistem ekskresi sederhana berupa sel Renette atau sistem H dengan lubang ekskresi
yang terletak di bawah mulut. Cincin saraf yang mengelilingi esophagus merupakan pusat
sistem saraf, yang dihubungkan oleh 6 tali saraf longitudinal ke arah anterior dan posterior
(Sutarno, 2008). Sistem saraf cacing pipih terdiri atas ganglion dengan tali saraf tepi
(ventral) yang melintang dari ujung ke ujung tubuh. Kedua tali saraf itu terhubung dengan
bentuk seperti tangga tali, oleh karena itu sistem saraf ini disebut sistem saraf tangga tali.
Platyhelminthes memiliki bintik mata pada bagian kepala mereka. Bintik mata ini memiliki
sel-sel yang peka cahaya dan terhubung pada sistem saraf. Bintik mata ini membuat cacing
dapat membedakan antara gelap dan terang. latyhelminthes memiliki sistem ekskresi yang
terdiri dari jaring-jaring saluran (tubulus) halus yang disebut protonefridia (en:
protonephridia). Pada protonefridia terdapat struktur gelembung berflagel yang disebut sel
api (en: flame cell) yang menyebar di sekujur tubuh mereka. Atau dengan kata lain,
protonefridia terdiri dari sel tabung (saluran), dan sel api dengan flagela yang bergetar
(seperti api lilin yang bergoyang-goyang). Getaran ini berguna untuk menggerakkan air dan
zat sisa ke dalam sel tabung (saluran) dan mengeluarkannya melalui pori-pori yang disebut
nefridiofor (en: nephridiopore).
3. Phylum Annelida
Filum Annelida atau cacing beruas terdiri dari tiga kelas yaitu, 1. Kelas Oligochaeta
atau kelompok cacing tanah; 2. kelas Hirudinea atau kelompok lintah; dan 3. kelas
Polychaeta. Kelas Oligochaeta dan Hirudinea ini biasanya hidup di darat dan air tawar,
sedangkan kelas Polychaeta atau cacing laut hidup di laut. Pada Filum Annelida kami
mengamati Kelas Oligochaeta dan Kelas Polychaeta.
Pada umumnya cacing laut atau Polychaeta merupakan hewan yang memiliki tubuh
yang lunak, dan berbentuk silindris serta mempunyai warna-warna yang menarik seperti
merah, hijau, biru, coklat dan lain-lain yang disebabkan adanya pigmen zat warna pada
tubuhnya. Bagian tubuh cacing laut ini dibagi menjadi tiga bagian; bagian yang pertama
yaitu presegmental, disana terdapat prostomium yang biasanya dilengkapi dengan sesepasang
antenna dan sepasang palpi yang berfungsi sebagai alat peraba (sensory organ). Pada
prostomiumnya terdapat sepasang mata. Bagian selanjutnya yang berada pada tengah tubuh
cacing lauit ini disebut segmental yang terdapat segmen-segmen tubuh. Pada masing-masing
segmen tubuh terdapat dua pasang podia (kaki). Prostomium memiliki sel-sel sensor yang
berfungsi sebagai lensa menggantikan fungsi mata. Selain itu prostomium juga mampu
membedakan material berbahaya selama proses makan dan menggenggam tanah. Bagian
paling akhir dari cacing laut ini biasa disebut postsegmental, dimana terdapat pygidium, anus
dan sepasang anal cirri ( Yusron, E. 1985).
Selanjutnya Kelas Oligochaeta atau cacing tanah. Oligochaeta berasal dari bahasa
Yunani yaitu oligo yang berarti sedikit dan chaeta yang artinya rambut kaku. Jadi oligochaeta
adalah cacing dari Filum Annelida yang berambutsedikit. Oligochaeta tidak memiliki
parapodia namun memiliki beberapa setae pada tubuhnya yang bersegmen (Rusyana, 2011).
HASIL PENGAMATAN
A. FILUM NEMATHELMINTHES
http://www.biologydiscussion.com
Ascaris lumbricoides
B. FILUM ANNELIDA
https://gtanatomy.weebly.com
Lumbricus terretis
C. FILUM PLATYHELMINTHES
http://www.faculty.ucr.edu
Larva Trematoda
https://www.pinterest.co.uk
Cestoda
DAFTAR RUJUKAN
Campbell, Neil A., Jane. B Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2012. Biologi. 8 ed. 2.
Bandung: Erlangga.
Chong T, Stary JM, Wang Y & Newmark PA, 2011. Molecular markers to characterize the
hermaphroditic reproductive system of the planarian Schmidtea mediterrane. BMC
Developmental Biology. 11: 69
Dharmawan, N.S. 2002. Sejarah Cestoda. Makalah disampaikan pada Seminar Ilmiah FKH
Unud di Denpasar, 13 Juli 2002.
Dharmawan, N.S, et al. 2003. Infeksi Cacing Pita pada Anjing Bali dan Gambaran
Morfologinya. Jurnal Veteriner
Eibye-Jacobsen, D., and R. M. Kristensen. 1994. A new genus and species of Dorvilleidae
(Annelida, Polychaeta) from Bermuda, with a phylogenetic analysis of Dorvilleidae,
Iphitimidae and Dinophilidae. Zoologica Scripta 23:107-131.
Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Yusuf Kastawi, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2000.
Petunjuk Praktikum Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2017. Keanekaragaman
Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Newmark, Philip A., et.all. 2001. Regeneration in Planaria. USA: Nature Publishing Group
Purschke, G., R. Hessling, and W. Westheide. 2000. The phylogenetic position of the
Clitellata and the Echiura - on the problematic assessment of absent characters.
Journal of Zoological Systematics and Evolutionary Research 38:165-173.
Putra, Teuku, R. I. 2010. Ascariasis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol. 10 No. 2
Rouse, G. W., and K. Fauchald. 1997. Cladistics and polychaetes. Zoologica Scripta 26:139-
204.
Sutarno, Nono. 2009. Platyhelminthes. (online) (http :// file. upi. edu/ Direktori/ FPMIPA/
JUR._PEND._ BIOLOGI/ 194808181974121 NONO_SUTARNO/ZOOIN/
PLATYHELMINTHES.pdf) diakses pada 15 September 2018
Sutarno, Nono. 2008. Hand Out Zooin. (online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-
NONO_SUTARNO/HAND_OUT_ZOOIN_2.pdf) diakses pada 15 September 2018
Yusron, Eddy. 1985. Beberapa Catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta). Oseana, Vol X
No. 4: 122-127