Anda di halaman 1dari 21

KEGIATAN PRAKTIKUM

FILUM PLATYHELMINTHES, NEMATHELMINTHES, DAN


ANNELIDA

Yang diampu oleh Dr. Ibrahim, M.Si dan Bagus Priambodo, S.Si, M.Si, M.Sc.
Asisten : 1. Ghalia Nowafi, 2. Etis Prasila, 3. Nur Qomariyah, 4. M. Hisyam Baidlowi

Hilda Dwi Anjani


170342615583
G

Laboratorium Struktur Perkembangan dan Taksonomi Hewan


Jurusan Biologi, Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah cacing sering digunakan untuk pengertian hewan kecil bertubuh panjang dan tidak
mampunyai kaki. Cacing termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang belakang). Pada
pembahasan kali ini, ada 3 filum yang akan dibahas yaitu Filum Platyhelminthes, Filum
Nemahelminthes dan yang terakhir Filum Annelida.

Selama ini yang kita ketahui jenis cacing hanyalah cacing tanah, namun sebenarnya
cacing banyak ragam jenisnya tidak hanya cacing tanah. Pada praktikum kali ini akan
mengamati ketiga filum yaitu, Filum Platyhelminthes, Filum Nemathelminthes dan Filum
Annelida agar kita dapat memahami secara baik dan benar bagaimana ciri-ciri, struktur
tubuh, sistem ekskresi, sistem pencernaan, hingga sistem reproduksi dari masing-masing
filum tersebut.

1.2.Tujuan Praktikum
Melalui kegiatan pengamatan dan diskusi, diharapkan mahasiswa dapat memiliki
kemampuan untuk.
a. Filum Platyhelminthes
1. mendeskrepsikan ciri khas cacing Platyhelminthes secara lengkap
2. menjelaskan habitat cacing Platyhelminthes berdasarkan struktur tubuhnya
3. melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Platyhelminthes berdasarkan ciri
morfologi dan anatominya
4. menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing Platyhelminthes
berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya
5. menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. menyusun klasifikasi terhadap anggota Platyhelminthes
b. Filum Nemathelminthes
1. mendeskrepsikan ciri khas cacing Nemathelminthes secara lengkap
2. menjelaskan habitat cacing Nemathelminthes berdasarkan struktur tubuhnya
3. melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Nemathelminthes berdasarkan
ciri morfologi dan anatominya
4. menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing Nemathelminthes
berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya
5. menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. menyusun klasifikasi terhadap anggota Nemathelminthes
c. Filum Annelida
1. mendeskrepsikan ciri khas cacing Annelida secara lengkap
2. menjelaskan habitat cacing Annelida berdasarkan struktur tubuhnya
3. melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Annelida berdasarkan ciri
morfologi dan anatominya
4. menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing Annelida berdasarkan
sistem yang menyusun tubuhnya
5. Menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. Menyusun klasifikasi terhadap anggota Annelida

1.3. Manfaat Praktikum


a. Filum Platyhelminthes
1. mahasiswa mampu mendeskrepsikan ciri khas cacing Platyhelminthes secara
lengkap
2. mahasiswa mampu menjelaskan habitat cacing Platyhelminthes berdasarkan
struktur tubuhnya
3. mahasiswa mampu melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota
Platyhelminthes berdasarkan ciri morfologi dan anatominya
4. mahasiswa mampu menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing
Platyhelminthes berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya
5. mahasiswa mampu menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan
strukturnya
6. mahasiswa mampu menyusun klasifikasi terhadap anggota Platyhelminthes
b. Filum Nemathelminthes
1. mahasiswa mampumendeskrepsikan ciri khas cacing Nemathelminthes secara
lengkap
2. mahasiswa mampumenjelaskan habitat cacing Nemathelminthes berdasarkan
struktur tubuhnya
3. mahasiswa mampumelakukan identifikasi terhadap anggota-anggota
Nemathelminthes berdasarkan ciri morfologi dan anatominya
4. mahasiswa mampumenganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing
Nemathelminthes berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya
5. mahasiswa mampumenjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. mahasiswa mampumenyusun klasifikasi terhadap anggota Nemathelminthes
c. Filum Annelida
1. mahasiswa mampumendeskrepsikan ciri khas cacing Annelida secara lengkap
2. mahasiswa mampumenjelaskan habitat cacing Annelida berdasarkan struktur
tubuhnya
3. mahasiswa mampumelakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Annelida
berdasarkan ciri morfologi dan anatominya
4. mahasiswa mampumenganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam cacing
Annelida berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya
5. mahasiswa mampumenjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya
6. mahasiswa mampumenyusun klasifikasi terhadap anggota Annelida
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli
menganggap Nemertia, yaitu satu kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum
tersendiri yaitu filum Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom.
Ruang digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak mempunyai
saluran digesti. Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral, namun mereka
mempunyai sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap. Sebagaian anggota
cacing daun itu hidup parasitis pada manusia dan hewan. Cacing-cacing Planaria hidup
dalam air tawar. Cacing hati dan cacing pita bersiklus hidup majemuk dan menyangkut
beberapa inang sementara. Cacing-cacing nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal
sebagai cacing ikat pinggang (Brotowidjojo 1989).

Nemathelminthes merupakan kelompok yang penrting dari golongan


pseudocoelomates terutama perannya dalam ekologi. Daya adaptasi Nemathelminthes cukup
tinggi dimana hampir mampu beradaptasi di segala habitat.Sebagian hewan yang paling
tersebar luas, Nemathelminthes atau cacing gilig, ditemukan pada sebagian besar habitat
akuatik, di tanah, pada jaringan-jaringan tumbuhan yang lembap, serta di dalam cairan tubuh
dan jaringan-jaringan hewan dan manusia(Campbell dkk. 2012). Cacing yang tergolong
nematode mempunyai bentuk tubuh silinder, tidak beruas, tidak berapendiks dan tidak
memiliki probosis. Memiliki tubuh yang tertutup kutikula yang elastic dan tersusun oleh
protein juga simetri tubuhya bilateral, memiliki tiga lapisan germinal (Ibrohim, dkk. 2017).

Sistem saraf pada Nemahelminthes terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi
esofagus. Cincin saraf itu berhubungan dengan enam saraf anterior dan beberapa saraf
posterior. (Ibrohim dkk. 2000). Sistem gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-
otot yang terdapat pada dinding tubuh. Otot-otot itu terletak do antara tali epidermal dan
membujur sepanjang tubuh. Respirasinya dilakukan secara anaerob. Namun Ascaris dapat
mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu
diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel. Sistem
ekskresi pada Nematoda terdiri dari satu atau dua sel kelenjar Renette yang terletak di dalam
pseudosol bagian ventral, di dekat perbatasan antara faring dan intensin. Mulut bagian
anterior dari kebanyakan Nematoda dibatasi enambibir. Tetapi pada Ascaris sp menggabung
menjadi satu, sehingga tinggaltiga bibir, satu di bagian dorsal dan dua di ventrolateral. Bibir
dorsalmempunyai dua pasang papilla sensori, sedang masing-masing bibirventrolateral
mempunyai satu pasang papilla sensori. Keempat pasangpapilla sensori tersebut membentuk
lingkaran bibir luar, meskipun banyak Nematoda mempunyai enam lingkaran bibir luar
(Ibrohim dkk. 2017).

Annelida adalah semua hewan simetris secara bilateral. Ukurannya berkisar dari
kurang dari 1 mm hingga lebih dari 3 m. Annelida terkecil yang dijelaskan hingga saat ini
tampaknya Neotenotrocha (Dorvilleidae, Eunicida) yang hanya mencapai beberapa ratus
mikron (Eibye-Jacobsen dan Kristensen, 1994). Juga dalam Eunicida dapat ditemukan
annelida terbesar. Sebuah spesimen yang diawetkan dari Eunice (Eunicidae) di Museum of
Natural History di Washington D. C. dekat dengan 3 m panjang dan sekitar 5 cm dengan
diameter dalam kondisi diawetkan dan dikontrak. Beberapa cacing tanah, seperti Giant
Gippsland Earthworm (Megascolides australis), dapat mencapai 1 m panjangnya. Lintah
terbesar di dunia, Haementeria ghilianii, ditemukan di Amerika Selatan dan mencapai
panjang lebih dari 40 cm.

Annelida memiliki tubuh yang ditutupi oleh kutikula eksternal yang tidak pernah
mencair atau meranggas. Epidermal microvilli mengeluarkan jaringan serat yang sebagian
kolagen dan juga mengandung scleroprotein. Chaetae juga merupakan struktur cutikuler,
tetapi mengandung chitin dalam jumlah besar. Di bawah epidermis dan lamina basalnya
terletak lapisan otot melingkar. Lapisan otot melingkar membentuk selubung yang hampir
terus menerus di sekitar tubuh, kecuali di polychaetes dengan parapodia yang berkembang
dengan baik. Di bawah lapisan otot melingkar ada otot-otot longitudinal yang tebal. Annelida
memiliki otak atau serebral ganglion yang berasal dan biasanya berada di kepala. Otak
bervariasi dalam struktur, dengan bentuk aktif bergerak yang memiliki otak paling kompleks,
dan bentuk sessile atau liang yang memiliki otak sederhana dengan sedikit diferensiasi. Alat
ini terhubung ke saraf pusat saraf oleh konektor sirkumpharyngeal, yang mengalir di setiap
sisi faring. Kabel saraf ventral, biasanya terdiri dari sepasang tali yang terikat bersama dan
menjalankan panjang tubuh.

Palps dan antena terletak di kepala banyak polychaetes. Dalam beberapa kelompok
mereka sama-sama sensoris sementara yang lain palps digunakan untuk makan. Organ nuchal
bersilia, berpasangan, struktur chemosensori, diinervasi dari bagian posterior otak. Mereka
hadir di hampir semua polychaetes, dan Rouse dan Fauchald (1997) menyarankan bahwa
mereka mungkin mewakili apomorphy untuk Polychaeta. Ini telah ditentang oleh penulis lain
yang menyarankan bahwa organ nuchal mungkin menjadi apomorphy untuk Annelida secara
keseluruhan dan telah hilang dalam Clitellata / Oligochaeta (Purschke et al., 2000). Annelida
juga memiliki berbagai sel-sel sensorik epidermal yang mungkin responsif terhadap cahaya
atau sentuhan (seperti organ lateral).
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Senin, 10 September 2018
Waktu : 07.00 – 09.35 WIB
Tempat : Gedung Biologi O5.212, FMIPA UM

3.2. Alat dan Bahan

1. Alat
a. Mikroskop cahaya
b. Mikroskop stereo
c. Loupe
d. Gelas arloji
e. Seperangkat alat bedah
2. Bahan
a. Filum Platyhelminthes
i. Media asli berupa hewan segar yaitu Planaria sp,
ii. Media asli berupa awetan basah Fasciola hepatica, Taenia
saginata, Taenia solium, dan Planaria sp.
iii. Media asli berupa awetan kering proglotid Taenia sp, Dipyllidium
caninum, Diphyllobothrium, Eurytrema pancreaticum, Chlonorchis
sinesis, Planaria sp, dan berbagai jenis telur.
b. Filum Nemathelminthes
i. Media asli berupa hewan segar yaitu Ascaris lumbricoides,
ii. Media asli berupa awetan basahAscaris lumbricoides,
Oxycuris/Enterobius vermicularis, Haemonchus,
iii. Media asli berupa awetan kering proglotid Taenia sp, Dipyllidium
caninum, Diphyllobothrium, Eurytrema pancreaticum, Chlonorchis
sinesis, Planaria sp, dan berbagai jenis telur.
c. Filum Annelida
i. Media asli berupa hewan segar yaitu cacing tanah (Pherentima sp)
ii. Media asli berupa awetan kering cacing tanah (Lumbriscus sp)
iii. Preparat mikroskopis irisan melintang cacing tanah.

3.3. Prosedur Kerja

Persiapan bahan amatan

Dicari bahan amatan berupa


spesimen segar (Planaria, Fasciola,
Taenia)

Disediakan spesimen awetan dan


preparat mikroskopis

Disediakan alat bantu pengamatan


berupa loupe, mikroskop stereo,
mkroskop cahaya yang dilengkapi
mikrometer
Diletakkan hewan yang masih segar/hidup atau
yang berupa awetan basah di atas kaca benda/cawan
arloji, diamati dibawah mikroskop stero

Diamati hewan yang berupa preparat


dengan menggunakan mikroskop
cahaya dengan perbesaran 100x atau
450x

Dilakukan pengamatan dengan


menggunakan pertanyaan pengarah
sebagai berikut

Filum Platyhelminthes

Kelas Trbellaria

Diamati bagian dorsal dan ventral hewan


Planaria. Disebutkan warna dan organ yang
nampak pada permukaan

Diamati kedua ujung tubuh dan ditentukan mana


bagian ekor dan bagian kepala

Diamati pola gerakan, cara bergerak, alat gerak


yang digunakan, bagian tubuh lain yang
menyebabkan gerakan.

Diamati respon planaria terhadap sentuhan dan


gerakannya

Diamati lapisan sel penyusun tubuh, susunan sel


dan jaringan, modifikasi sel penyusun tubuh

Dibandingkan sel epidermis ventral dan sel


epidermis dorsal
Diamati macam otot pada planaria

Diamati sistem pencernaan makanannya

Diamati letak, susunan, bentuk sel pada alat


ekskresi

Diamati susunan sistem sarafnya meliputi letak


ganglion dan hubungan dengan tali saraf

Diamati susunan alat reproduksinya

Dipotong tubuh Planaria kemudian dibuat


hipotesis apa yang akan terjadi

Kelas Trematoda

Dibandingkan susunan, bentuk, dan struktur


organ Trematoda dengan Tubellaria

Dibandingkan susunan alat reproduksinya dengan


Tubellaria

Diamati larva Trematoda yang keluar dari keong


air tawar

Kelas Cestoidea

Dibandingkan susunan, bentuk, dan struktur


organ Cestoidea dengan Tubellaria dan
Trematoda
Diamati secara teliti bagian skoleknya (kepala)
Dan Trema

Diamati secara teliti bagian proglotidnya

Dibandingkan ciri-ciri pada bagian skoklek dan


proglotid antar jenis dalam kelas
Filum Nemathelminthes

Diamati contoh hewan yang disediakan dan


dideskripsikan morfologi hewan contoh serta
dibedakan ciri pada stadium muda dan dewasa

Dicari lubang mulut, lubang ekskresi, lubang anus dan


lubang genital

Diamati bagian dan struktur alat pencernaan makanan

Diamati alat respirasi, sirkulasi, ekskresi, dan sistem


sarafnya

Diamati penampang melintang Ascaris jantan dan


betina dan dideskrepsikan ukuran serta alat
reproduksinya

Diamati dan dibandingkan telur dari beberapa anggota


Nematoda

Filum Annelida

Morfologi luar

Diamati bentuk tubuh cacing tanah

Ditentukan bagian anterior, posterior, dorsal dan


ventral serta penanda setiap bagian

Diamati lubang pada permukaan tubuh dan


ditentukan fungsinya

Diraba permukaan tubuh cacing

Dihitung jumlah segmen tubuh cacing

Diamati warna setiap segmen tubuh

Diamati gerakan tubuhnya dan diberi sentuhan


Anatomi

Diperhatikan bagian diantara segmen tubuh


cacing

Diamati organ yang ada dalam cacing tanah

Preparat mikroskopis

Diamati lapisan penyusun dinding tubuhnya dan


disebutkan lapisannya

Diamati jumlah dan letak seta pada permukaan


tubuh cacing

Diamati selom dan disebutkan orga-organ apa


saja yang ada

Diamati bagian usus dan diamati dinding ususnya


tersusun atas jaringan apa saja dan dinding
dorsalnya

Diamati letak pembuluh darah

Diamati letak dari ganglion saraf


BAB IV
PEMBAHASAN
1. Phylum Platyhelminthes
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, Phylum Platyhelminthes merupakan cacing
yang memiliki tubuh simetri bilateral dengan bentuk tubuh yang bervariasi, ada yang
berbentuk pita, seperti daun dan pipih maka dari itu Platyhelminthes biasa disebut dengan
cacing pipih. Saat pengamatan pertama kami mengamati kelas Trematoda atau cacing hisap
dan Kelas Cestoda atau cacing pita.

Trematoda disebut dengan cacing hisap karena memiliki alat isap untuk . Pada
Trematoda bentuk tubuh deperti daun dan tidak bersegmen. Dinding tubuhnya tidak tersusun
oleh epidermis dan silia. Bersifat hermaprodit, kecuali pada beberapa family dari Digenia.
Ovari biasanya hanya satu, sedang testisnya dua atau banyak. Daur hidup ada yang sederhana
dan ada yang rumit (Kastawi, 2001).

Selanjutnya pengamatan dilanjutkan dengan mengamati Kelas Cestoda atau sering


disebut dengan cacing pita. Cestoda umumnya hidup sebagai endoparasit pada usus
Vertebrata (Ibrohim, dkk. 2017). Cestoda hidup sebagai parasit pada usus Vertebrata untuk
kelangsungan hidupnya yang membutuhkan dua inang yang berbeda. Cestoda dewasa
biasanya hidup pada saluran pencernaan sebagai inang sejati sedangan yang masih larva
dapat ditemukan pada otot, hati, otak atau jaringan di bawah kulit inang antara (Dharmawan,
2002). Pada Cestoda terdapat kepala yang disebut dengan skoleks dimana terdapat beberapa
alat hisap dan kait. Badan Cestoda disebut dengan strobila yang terdiri atas sejumlah segmen
(Dharmawan, dkk. 2003).

Pada kelas Turbellaria reproduksi dapat dilakukan secara seksual dan aseksual.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan pembuahan karena sudah memiliki alat
reproduksi, pertama proses fertilisasi yang menghasilkan zigot (beberapa zigot dibungkus
oleh kapsul) lalu dikeluarkan dan menempel pada sel telur selanjutnya terbentuk embrio dan
membentuk individu muda tanpa larva. Kemudian secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan diri secara transversal (Sutarno, 2009). Contohnya reproduksi planaria terjadi
melalui dua moda, yaitu reproduksi aseksual (transverse fission) dan reproduksi seksual
dengan pembentukan gamet. Pada reproduksi seksualnya, planaria dikenal sebagai hewan
hermafrodit. Individu planaria yang bereproduksi secara seksual (sexual strain) mampu
membentuk organ reproduksi yang berkembang pasca masa embrional, sedangkan individu
yang bereproduksi secara aseksual (asexual strain) gagal membentuk organ reproduksi
sehingga mutlak bereproduksi melalui pembelahan transversal (Chong et al., 2011a).

Sedangkan reproduksi pada kelas Cestoda secara seksual dan dapat melakukan
pembuahan sendiri. Dalam proglotid akan terjadi fertilisasi (hasil fertilisasi akan mengalami
perkembangan dalam uterus menjadi zigot-embrio-hexacanth yang dibungkus oleh suatu
selaput dinamakan oncosphere). Proglotid keluar bersama faeces. Hexacanth menembus
dinding usus terbawa aliran darah menjadi kista cysticercus (bentuk infektif) menempati otot
serat lintang. Sama halnya dengan kelas Caestoda reproduksi pada kelas Trematoda hanya
secara seksual dan dapat melakukan pembuahan sendiri (Sutarno, 2009).

Tahapan regenerasi planaria pertama dimulai dengan adanyaneoblast yang akan tampak
terhimpun pada permukaan luka bagian sebelah bawah epitelium sehingga membuat
terbentuknya blastemal yang struktur selnya mengalami diferensiasi dalam pertumbuhan
blastemal dan di bawah kondisi yang optimal mengalami regenerasi berproliferasi
membentuk bagian-bagian yang hilang. Neoblast berukuran sekitar 10um dengan rasio
nukleositoplasmsatik yang tinggi. Pada tubuh sehat, neoblast didistribusikan sepanjang sel
parenkim dan mesenkim dan ada pada sel mitosis yang akan disebarkan selama pembentukan
jaringan baru. Oleh karena itu, neoblast merupakan sel indduk pada planaria (Newmark and
Alvarado, 2001).

2. Phylum Nemathelminthes

Pada Phylum Nemathelminthes kami mengamati cacing Ascaris. Ascaris


lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usus halus.
Berdasarkan morfologinya, bentuk tubuh betina dengan jantan berbeda. Pada betina memiliki
bentuk tubuh posterior yang membulat dan berwarna putih kemerahan dengan ekor yang
lurus, cacing betina juga lebih lebar dan panjang daripada cacing jantan. Sedangkan pada
cacing jantan, ukurannya jauh lebih kecil daripada cacing betina dengan warna putih
kemerahan dan memiliki ekor yang melengkung (Putra, 2010). Hasil dari pengamatan yang
kami amati, kami menemukan adanya mulut dan anus pada tubuh Ascaris lumbricoides.

Gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-otot yang terdapat pada dinding
tubuh. Otot-otot itu terletak di antara tali epidermal, dan membujur sepanjang tubuh. Oto-otot
itu tebagi menjadi empat kuadran, dua kuadran terletak pada sisi dorsal, dan yang lain pada
sisi ventral. Kontraksi dan relaksasi dari ototo-otot menyebabkan tubuh cacing memendek
dan memanjang. Koordinasi gerak dari empat kuadran menyebabkan cacing bergerak.

Sistem ekskresi sederhana berupa sel Renette atau sistem H dengan lubang ekskresi
yang terletak di bawah mulut. Cincin saraf yang mengelilingi esophagus merupakan pusat
sistem saraf, yang dihubungkan oleh 6 tali saraf longitudinal ke arah anterior dan posterior
(Sutarno, 2008). Sistem saraf cacing pipih terdiri atas ganglion dengan tali saraf tepi
(ventral) yang melintang dari ujung ke ujung tubuh. Kedua tali saraf itu terhubung dengan
bentuk seperti tangga tali, oleh karena itu sistem saraf ini disebut sistem saraf tangga tali.
Platyhelminthes memiliki bintik mata pada bagian kepala mereka. Bintik mata ini memiliki
sel-sel yang peka cahaya dan terhubung pada sistem saraf. Bintik mata ini membuat cacing
dapat membedakan antara gelap dan terang. latyhelminthes memiliki sistem ekskresi yang
terdiri dari jaring-jaring saluran (tubulus) halus yang disebut protonefridia (en:
protonephridia). Pada protonefridia terdapat struktur gelembung berflagel yang disebut sel
api (en: flame cell) yang menyebar di sekujur tubuh mereka. Atau dengan kata lain,
protonefridia terdiri dari sel tabung (saluran), dan sel api dengan flagela yang bergetar
(seperti api lilin yang bergoyang-goyang). Getaran ini berguna untuk menggerakkan air dan
zat sisa ke dalam sel tabung (saluran) dan mengeluarkannya melalui pori-pori yang disebut
nefridiofor (en: nephridiopore).

3. Phylum Annelida
Filum Annelida atau cacing beruas terdiri dari tiga kelas yaitu, 1. Kelas Oligochaeta
atau kelompok cacing tanah; 2. kelas Hirudinea atau kelompok lintah; dan 3. kelas
Polychaeta. Kelas Oligochaeta dan Hirudinea ini biasanya hidup di darat dan air tawar,
sedangkan kelas Polychaeta atau cacing laut hidup di laut. Pada Filum Annelida kami
mengamati Kelas Oligochaeta dan Kelas Polychaeta.
Pada umumnya cacing laut atau Polychaeta merupakan hewan yang memiliki tubuh
yang lunak, dan berbentuk silindris serta mempunyai warna-warna yang menarik seperti
merah, hijau, biru, coklat dan lain-lain yang disebabkan adanya pigmen zat warna pada
tubuhnya. Bagian tubuh cacing laut ini dibagi menjadi tiga bagian; bagian yang pertama
yaitu presegmental, disana terdapat prostomium yang biasanya dilengkapi dengan sesepasang
antenna dan sepasang palpi yang berfungsi sebagai alat peraba (sensory organ). Pada
prostomiumnya terdapat sepasang mata. Bagian selanjutnya yang berada pada tengah tubuh
cacing lauit ini disebut segmental yang terdapat segmen-segmen tubuh. Pada masing-masing
segmen tubuh terdapat dua pasang podia (kaki). Prostomium memiliki sel-sel sensor yang
berfungsi sebagai lensa menggantikan fungsi mata. Selain itu prostomium juga mampu
membedakan material berbahaya selama proses makan dan menggenggam tanah. Bagian
paling akhir dari cacing laut ini biasa disebut postsegmental, dimana terdapat pygidium, anus
dan sepasang anal cirri ( Yusron, E. 1985).

Selanjutnya Kelas Oligochaeta atau cacing tanah. Oligochaeta berasal dari bahasa
Yunani yaitu oligo yang berarti sedikit dan chaeta yang artinya rambut kaku. Jadi oligochaeta
adalah cacing dari Filum Annelida yang berambutsedikit. Oligochaeta tidak memiliki
parapodia namun memiliki beberapa setae pada tubuhnya yang bersegmen (Rusyana, 2011).

HASIL PENGAMATAN

A. FILUM NEMATHELMINTHES

http://www.biologydiscussion.com
Ascaris lumbricoides
B. FILUM ANNELIDA

https://gtanatomy.weebly.com

Lumbricus terretis

C. FILUM PLATYHELMINTHES

http://www.faculty.ucr.edu

Larva Trematoda
https://www.pinterest.co.uk

Cestoda
DAFTAR RUJUKAN

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A., Jane. B Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2012. Biologi. 8 ed. 2.
Bandung: Erlangga.

Chong T, Stary JM, Wang Y & Newmark PA, 2011. Molecular markers to characterize the
hermaphroditic reproductive system of the planarian Schmidtea mediterrane. BMC
Developmental Biology. 11: 69

Dharmawan, N.S. 2002. Sejarah Cestoda. Makalah disampaikan pada Seminar Ilmiah FKH
Unud di Denpasar, 13 Juli 2002.

Dharmawan, N.S, et al. 2003. Infeksi Cacing Pita pada Anjing Bali dan Gambaran
Morfologinya. Jurnal Veteriner

Eibye-Jacobsen, D., and R. M. Kristensen. 1994. A new genus and species of Dorvilleidae
(Annelida, Polychaeta) from Bermuda, with a phylogenetic analysis of Dorvilleidae,
Iphitimidae and Dinophilidae. Zoologica Scripta 23:107-131.

Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Yusuf Kastawi, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2000.
Petunjuk Praktikum Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2017. Keanekaragaman
Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang

Newmark, Philip A., et.all. 2001. Regeneration in Planaria. USA: Nature Publishing Group

Purschke, G., R. Hessling, and W. Westheide. 2000. The phylogenetic position of the
Clitellata and the Echiura - on the problematic assessment of absent characters.
Journal of Zoological Systematics and Evolutionary Research 38:165-173.

Putra, Teuku, R. I. 2010. Ascariasis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol. 10 No. 2

Rouse, G. W., and K. Fauchald. 1997. Cladistics and polychaetes. Zoologica Scripta 26:139-
204.

Rusyana, Adun.2011. Zoologi Invertebrata (teori dan praktikum). Bandung: Alfabet

Sutarno, Nono. 2009. Platyhelminthes. (online) (http :// file. upi. edu/ Direktori/ FPMIPA/
JUR._PEND._ BIOLOGI/ 194808181974121 NONO_SUTARNO/ZOOIN/
PLATYHELMINTHES.pdf) diakses pada 15 September 2018
Sutarno, Nono. 2008. Hand Out Zooin. (online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-
NONO_SUTARNO/HAND_OUT_ZOOIN_2.pdf) diakses pada 15 September 2018

Yusron, Eddy. 1985. Beberapa Catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta). Oseana, Vol X
No. 4: 122-127

Anda mungkin juga menyukai