Rosy Remalya Tambunan 102011109 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510 Email: rosyremalya@gmail.com
Abstrak Latar Belakang: Terdapat perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di perkotaan, gaya hidupnya mulai berubah mengikuti trend dunia barat seperti minuman beralkohol, merokok, serta makanan cepat saji yang tinggi kolesterol. Selain itu semakin hari angka penderita stroke di Indonesia semakin meningkat, diduga disebabkan oleh tingginya masyarakat yang memiliki kadar kolesterol diatas normal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap gaya hidup tidak baik yang dapat memicu terjadinya stroke. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan alat survei dan observasi, dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien yang bersedia untuk mengisi survei dan diperiksa kadar kolesterol darahnya. Simpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan kuat antara stress, merokok, indeks masa tubuh dan jenis kelamin dengan meningkatnya penderita stroke. Saran: Perlu penelitian dengan menggunakan cara khusus untuk distribusi yang tidak normal, dan bandingkan hasilnya dengan penelitian ini. Karena pada penelitian ini distribusi tidak diperiksa dan dianggap normal, jadi ada kemungkinan hasil yang didapat menjadi salah. Kata kunci: faktor resiko, peningkatan kadar kolesterol
Abstract Background: Nowadays there is an alteration of Indonesians lifestyle, especially for the urban communities, their lifestyle began to adapting Europe and American style like alcoholic beverages, cigaretes and also fastfood that notorious for its high level of cholesterol. In addition to this, the count of stroke patients keep raising everyday, that thought to be caused by more people have high level of cholesterol. Objective: the purpose of this research is to raise the public awareness of the bad lifestyle that can caused stroke. Methods: This research used survey tools and observation with cross sectional design. The subjects are medical patients that willing to fill the survey and to be examinated for their cholesterol levels. Conclusions: the results of this research show that there is no strong relation between stress, cigarete, body mass index and gender with the elevation of cholesterol levels. Suggestion: There is a need to use specific way for abnormal distribution, and then compare to this research. Because for this research, there is no investigation for the distribution therefore there is a possibility for wrong results. Keywords: risk factor, elevation of cholesterol level
I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Kolesterol sudah menjadi sesuatu yang dipandang buruk di mata masyarakat, dimana masyarakat beranggapan bahwa mempunyai kolestrol merupakan sesuatu hal yang buruk. Kolestrol itu sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk, bilamana kadar yang terdapat dalam tubuh sesuai dengan kadar normalnya. Tidak kekurangan maupun kelebihan. Kolestrol ini merupakan prekusor dari steroid, yang karenannya kadar kolestrol yang terlalu rendah bukan merupakan hal yang baik. Tetapi terlalu tingginya kolestrol itu sendiri pun juga tidak baik karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Factor-faktor yang mempengaruhi kolestrol itu sendiri salah satunya adalah jumlah lemak yang kita konsumsi, dikarenakan kolestrol merupakan hasil metabolisme dari lemak. Masih banyak factor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi kadar kolestrol tersebut seperti, Index Massa Tubuh (IMT), Rokok, Jenis Kelamin, Stress, dan lainnya, tetapi belum diketahui hasil pastinya. 1.2 Rumusan masalah Terdapat perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di perkotaan, gaya hidupnya mulai berubah mengikuti trend dunia barat seperti minuman beralkohol, merokok, serta makanan cepat saji yang tinggi kolesterol. Selain itu semakin hari angka penderita stroke di Indonesia semakin meningkat, diduga disebabkan oleh tingginya masyarakat yang memiliki kadar kolesterol diatas normal. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap gaya hidup tidak baik yang dapat memicu terjadinya stroke. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui faktor-faktor penyebab meningkatnya angka penderita stroke. 2. Mengetahui hubungan antara merokok dengan penyakit stroke. 3. Mengetahui hubungan antara indeks masa tubuh dengan penyakit stroke. 4. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit stroke. 5. Mengetahui hubungan antara stress dengan penyakit stroke.
1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kolestrol dan factor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga penyakit yang disebabkan kadar kolestrol yang berlebih dapat lebih di kurangi dan terkontrol. II. Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi 1. Kolestrol Kolestrol adalah metabolit yang menganduk lemak sterol yang ditemukan pada membrane sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. kolestrol merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolestrol merupakan komponen structural membrane sel dan merupakan senyawa induk dari hormone steroid, citamin D3, dan garam empedu. Kolestrol disintesis secara de novo di dalam hati dan sel epitel usus dan juga dapat diperoleh dari lipid makanan. Sintesis kolestrol secara de novo bergantung pada jumlah kolestrol dan trigliserida dalam lipid makanan. Biosintesis kolestrol diawali dengan asetil-CoA dalam proses yang sangat rumit melibatakan 32 macam enzim, beberapa diantaranya dapat larut dalam sitosol dan yang lainnya terikat pada membrane RE. penyusun kerangka karbon dasar pada kolestrol adalah isoprene. Pencernaan dan penyerapan lipid pada makanan dapat berlangsung dengan sempurna hanya jika terdapat garam empedu dalam jumlah yang memadai. Garam empedu disintesis dalam hati dari kolestrol dan melewati saluran empedu, masuk ke dalam usus dua belas jari dan kemudian masuk ke dalam usus halus bagian atas (jejenum). Penyerapan kembali misel gram empedu terjadi di dalam usus halus bagian bawah (ileum) dan dari sini sebagian besar garam empedu akan kembali ke dalam hati melalui darah. Kolestrol berlebih dilarutkan dalam misel garam empedu. Tingginya kadar kolestrol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit, akan tetapi tidak semua kolestrol berdampak buruk bagi tubuh, hanya kolestrol yang termauk kategori LDL saja yang berakibat buruk, sedangkan jenis kolestrol HDL merupakan kolestrol yang dapat melarutkan kolestrol LDL dalam tubuh. Batas normal kolestrol dalam tubuh adalah 160-200 mg. 1-3
2. Index Massa Tubuh (IMT) Terjadinya penambahan berat badan pada dewasa kebanyakan antara usia 20- 50 tahun, pada waktu yang bersamaan, serum kolesterol juga meningkat. Setiap peningkatan 1kg/m2 IMT berhubungan dengan peningkatan kolesterol total plasma sebesar 7.7 mg/dl dan penurunan tingkat HDL sebesar 0.8 mg/dL. Studi-studi tentang metabolism telah mendokumentasikan bahwa obesitas menghasilkan peningkatan angka sintesis kolesterol endogen yaitu 20 mg setiap hari untuk setiap kilogram kelebihan berat badan dan peningkatan VLDL serta angka produksi trigiserida. 4,5
3. Rokok Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi turunnya kadar HDL kolesterol yang baik. Dengan turunnya kadar HDL, kolesterol dalam aliran darah akan membuat darah menjadi mudah membeku, sehingga memungkinkan terjadi penyumbatan arteri, sehingga risiko serangan jantung dan stroke meningkat. Kecenderungan seseorang untuk mengalami peningkatan berat badan dapat diakibatkan oleh beberapa factor misalnya berhenti merokok. Merokok menyebabkan peningkatan rasio metabolism dan cenderung untuk menurunkan intake makanan dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. 4
4. Jenis Kelamin Lebih banyak pria termasuk kategori kelebihan berat badan dibandingkan wanita, sementara kebanyakan wanita termasuk kategori obesitas. Distribusi lemak tubuh juga berbeda berdasarkan jenis kelamin, pria cenderung mengalami obesitas visceral dibandingkan wanita. Proses-proses fisiologis dipercaya dapat berkonstribusi terhadap meningkatnya simpanan lemak pada perempuan. Prevalensi penduduk merokok setiap hari tinggi pada kelompok usia produktif (16-24 tahun). Pada saat ini prevalensi perokok pada laki-laki 11 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi rata-rata rokok dihisap oleh perokok perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. 6
5. Stress Seseorang yang mengalami stress atau tekanan, kadar kolesterol darahnya lebih tinggi dibandingkan saat tidak mengalami tekanan. 7
2.2 Kerangka teori
Gambar 1. Kerangka teori 2.3 Kerangka konsep
Gambar 2. Kerangka konsep 2.4 Hipotesis Tidak ada hubungan antara factor IMT, rokok, jenis kelamin, dan stress dengan kadar kolestrol. III. Metodologi Penelitian 3.1 Bahan dan cara penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional survey. Rancangan ini dipilih karena dapat mengukur eksposur dan efek pada saat bersamaan. Selain itu, stroke merokok Indeks masa tubuh Jenis kelamin stress stress merokok IMT tinggi Jenis kelamin LDL kolesterol tinggi Penyumbatan pembuluh darah pada otak stroke Pembuluh darah menyempit Kadar estrogen laki-laki rendah rancangan ini juga relatif mudah dan tidak mahal untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan di sebuah Rumah Sakit di Jakarta. Selain dilakukan survei, dilakukan juga pengukuran IMT dan kadar kolesterol darah. Kriteria inklusi adalah pasien yang bersedia untuk mengisi survei dan diperiksa kadar kolesterol darahnya. Kriteria ekslusi adalah pasien yang tidak bersedia untuk mengisi survei dan diperiksa kadar kolesterol darahnya. Sampel didapatkan dengan metode simple random sampling. 8
Analisis data menggunakan program SPSS 16.0, meliputi gambaran karakteristik responden, analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dan besar risiko (Odds Ratio/OR) variabel bebas terhadap kasus. IV. Pembahasan Subjek penelitian berjumlah 130 orang, 89 orang (68,5%) adalah laki-laki, dan 41 orang (31,5%) adalah perempuan. Sebanyak 107 orang (82,3%) memiliki kebiasaan merokok, dan 23 orang (17,7%) tidak merokok. Sebanyak 72 orang (55,4%) memiliki tingkat stress yang tinggi, dan 58 orang (44,6%) memiliki tingkat stress yang rendah. Hasil dari pengukuran IMT dikategorikan menjadi underweight (<18,5), normalweight (18,5-24,99), dan overweight (>25). Sebanyak 19 orang (14,6%) underweight, 74 orang (56,9%) normalweight, dan 37 orang (28,5%) overweight. Hasil dari pengukuran kolesterol dibedakan menjadi normal (<200) dan hiperkolesterol (200). Sebanyak 8 orang (6,2%) memiliki kadar kolesterol normal, dan 122 orang (93,8%) hiperkolesterol. Merokok terbukti tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar kolesterol, dengan p=0,631 (p>0,05), yang didapatkan dari uji Fisher. Digunakan uji Fisher karena ada 25% data yang memiliki nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak memungkinkan menggunakan uji Chi-square. Jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar kolesterol, dengan p=1,000 (p>0,05), yang didapatkan dari uji Fisher. Digunakan uji Fisher karena ada 25% data yang memiliki nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak memungkinkan menggunakan uji Chi-square. Tingkat stress tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar kolesterol, dengan p=1,000 (p>0,005), yang didapatkan dari uji Fisher. Digunakan uji Fisher karena ada 50% data yang memiliki nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak memungkinkan menggunakan uji Chi-square. V. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian diatasa adalah kita mendapat semua hipotesis diterima yang berarti tidak ada hubungan antara factor IMT, rokok, jenis kelamin, dan stress dengan kadar kolestrol. Saran yang saya ingin berikan adalah agar selanjutnya mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan cara lain yang lebih khusus untuk distribusi yang tidak normal, dan bandingkan hasilnya dengan penelitian ini. Karena pada penelitian ini distribusi tidak diperiksa dan dianggap normal, jadi ada kemungkinan hasil yang didapat menjadi salah. Daftar Pustaka 1. Kuchel P, Ralstn GB. Schaums Easy Outlines: Biokimia. Jakarta: Erlangga; 2006.h.77-86 2. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC; 2000.h.478-9 3. Fuster V, Topol EJ, Nabel EG. Atherothrombosis and coronary artery disease. 2 nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.p 37-8 4. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan msyarakat. Jakarta: EGC; 2009.h.206-10 5. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Lecture notes: kardiologi. Jakarta: Erlangga; 2003.h.108-9 6. Carpenito LJ. Diagnosis keperawatan: aplikasi pada praktek klinis. Jakarta: EGC; 2009.h.543 7. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.h.13-4 8. Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. 2nd ed. Geneva:WHO Press;2006.p 44