Anda di halaman 1dari 78

KAJIAN PENGELOLAAN TIMBULAN SAMPAH RAMAH

LINGKUNGAN DI KABUPATEN PONOROGO


STUDY MANAGEMENT OF HEAP WASTE BASED ON
ENVIRONMENT IN PONOROGO
Sri Maryani
1, *)
, Bambang Rahadi
2)
, Novia Lusiana
3)

Program Studi Teknik Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Jl Veteran, Malang, 65145, Indonesia
*
b.rahadi@gmail.com, novialusiana@rocketmail.com
ABSTRAK
Pengelolaan sampah di TPA yang tidak sesuai maka masih menyebabkan polusi. Kabupaten
Ponorogo masih menggunakan cara tradisional yang menganut sistem kumpul, angkut, dan buang.
Tujuan penelitian menginventarisasi data jumlah timbulan sampah di Kabupaten Ponorogo,
mengidentifikasi potensi sampah sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi penyusunan
manajemen sampah. Hasil penelitian : besarnya laju timbulan sampah adalah 2,3 liter/orang/hari,
jumlah timbulan sampah pada daerah terlayani sebesar 31,68 ton/hari. Di daerah perkotaan
berdasarkan berat sampah, komponen terbesar yang dihasilkan adalah sisa makanan 38%,
berdasarkan volume potensi sampah jenis kertas dan plastik paling dominan yaitu 31% dan 30%.
Daerah perdesaan didominasi oleh sampah organik yaitu sebesar 62% dan sisa makanan 26%,
berdasarkan volumenya sampak organik sebesar 49%. Pengelolaan sampah di Kabupaten Ponorogo
masih kurang efektif dan efisien, sehingga memerlukan biaya operasional dan pemeliharaan yang
tinggi. Arahan penanganan sampah di Kabupaten Ponorogo berupa pengurangan sampah dari
hulu/sumber atau penerapan zero waste di daerah perkotaan dengan penerapan sistem 5R
(Reduce,Reuse, Recycle, Replace, Replant).
Kata kunci : manajemen, ramah lingkungan, sampah.
ABSTRACT
Management of waste at the landfill that does not fit then there is still cause pollution. Ponorogo still
use the traditional way which adopts a gathering, transportation, and waste. The purpose of research
is inventory data on the number of waste in Ponorogo, identify potentially waste as the basisfor
preparation of waste management provide recommendations. The result : the amount of waste
generation rate was 2.3 liters/person/day, the amount of waste generation in underserved areas of
31.68 tons/day. In urban areas based on the weight of waste, the largest component of food waste
generated is 38%, based ion the potential volume of paper and plastic waste types most dominant,
namely 31% and 30%. Rural areas dominated by organic waste that is equal to 62% and 26% from
food, based on prganic waste volume vy 49%. Waste management in Ponorogo still less effective and
efficient, thus requiring the operational and maintenance cost are high. Directives on waste
management Ponorogo from of upstream waste reduction/resource or application of zero waste in
urban areas with the implementation of system 5R (Reduce, Reuse, Recycle, replace, Replant).
Keywords : management, environment, waste

EVALUASI PELAKSANAAN LIMA SUB SISTEM PERSAMPAHAN
DALAM PROGRAM MANAJEMEN SAMPAH UNTUK KAWASAN
RUMAH TANGGA STUDI KASUS: RW 02 KPAD KELURAHAN
GEGERKALONG KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG
EVALUATION OF FIVE WASTE MANAGEMENT SUB-SYSTEMS IN
MANAJEMEN SAMPAH UNTUK KAWASAN RUMAH TANGGA
PROGRAMME STUDY CASE: RW 02 KPAD GEGERKALONG SUB-
DISTRICT SUKASARI DISTRICT BANDUNG CITY
Zulfikar
1, *)
Greeneration Indonesia
Jl. Kanayakan D-35, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
*
zulfikar.enviro@gmail.com
ABSTRAK
Permasalahan sampah di Indonesia belum dapat dituntaskan hingga hari ini, bahkan sudah
merupakan permasalahan yang rumit dan mendesak. Setelah mempelajari berbagai kasus
permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia dan melakukan perbandingan dengan ilmu
pengelolaan sampah, didapatkan suatu kesimpulan bahwa pengelolaan sampah yang dijalankan di
Indonesia pada umumnya baru melaksanakan dua dari lima sub-sistem pengelolaan sampah yaitu
pembiayaan dan teknis operasional. Tiga sub-sistem lainnya, yaitu: peran serta masyarakat,
kelembagaan, dan peraturan belum dijalankan dengan baik. Program Manajemen Sampah untuk
Kawasan Rumah Tangga (MASUK RT) di RW 02 KPAD (Bandung) dilaksanakan berdasarkan
permintaan warga setempat dengan tujuan untuk mengimplementasikan kelima sub sistem
pengelolaan sampah. Hasil pengukuran dengan menggunakan metode SNI 19-3964-1995 dan SNI M
36-1991-03 menunjukkan bahwa nilai timbulan sampah yang dihasilkan adalah sebanyak 2,47
liter/orang/hari atau 0,46 kg/orang/hari dengan komposisi terbanyak adalah organik yang dapat
dikompos sebanyak 71,6%. Karena itu diputuskan bersama dengan perwakilan warga setempat
untuk melakukan pengelolaan sampah dengan metode 3R (reduce-reuse-recycle) yang didahului
dengan peningkatan peran serta masyarakat, kemudian pembentukan kelembagaan, lalu perumusan
peraturan yang dilanjutkan dengan perencanaan pembiayaan dan diakhiri dengan pembangunan
sistem teknis operasional. Kajian ini dilaksanakan untuk menilai keberhasilan dan mendapatkan
pembelajaran bagi penyelesaian permasalahan sampah domestik lainnya.
Kata kunci: kelembagaan, partisipasi, pengelolaan sampah, sub-sistem
ABSTRACT
Waste management problem in Indonesia has never been solved thoroughly and its already been a
complex and urgent problem. After studying various case of waste management problem in Indonesia
and comparing it to waste management studies in universities, we conclude that most waste
management practices in Indonesia had implemented only two out of five waste management sub-
systems. Those two are funding and operational technology. The other three which are public
participation, organization, and regulation has never been well implemented. The objective of
Manajemen Sampah untuk Kawasan Rumah Tangga programme in RW 02 KPAD (Bandung), which
is triggered by its citizen request, is to implement all five sub systems of waste management. Waste
sampling by using the SNI 19-3964-1995 and SNI M 36-1991-03 method shows that the amount of
waste generated at the location is 2,47 liters/person/day or equal to 0,46 kgs/person/day with the
biggest composition is compostable organic about 71,6%. Based on the findings, joined by several
locals, we decided to apply the waste management system that uses 3R (reduce-reuse-recycle)
approach. The process starts with increasing public participation, followed by establishing an
organization, formulating regulation and financial planning, and completed with operational technology
construction. This paper conducted to assess its success rate and to separate the effective practices
and ineffective ones for further improvement to future cases.
Keywords: organization, participation, sub-system, waste management

POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN
KELAPA DUA, KABUPATEN TANGERANG
POTENTIAL OF SOLID WASTE RECYCLING IN KELAPA DUA
DISTRICT, TANGERANG REGENCY
M. Agus Ramdhan
1, *)
dan Yulinah Trihadiningrum
2)
Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
*
email: agus_r4mdh4n@yahoo.co.id
ABSTRAK
Sampah menjadi masalah di setiap kota jika tidak dikelola dengan baik. Namun demikian sampah
masih memiliki nilai ekonomi apabila dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan menentukan timbulan,
komposisi, potensi daur ulang sampah permukiman di Kecamatan Kelapa Dua, serta mengkaji
potensi daur ulangnya. Teknik penentuan timbulan dan komposisi sampah didasarkan atas metode
SNI 19-3964-1995. Sampel dikumpulkan dari 100 KK yang ditentukan secara acak di Kecamatan
Kelapa Dua selama 8 hari berturut-turut. Data komposisi sampah, digunakan untuk menentukan
potensi daur ulang, yang dihitung berdasarkan analisis kesetimbangan massa. Hasil penelitian
menunjukkan laju timbulan sampah rumah tangga di Kecamatan Kelapa Dua sebesar 60,079 ton/hari,
dengan komposisi sampah basah 67,27%, sampah plastik 19,26%, sampah kertas 6,93%, sampah
kaca 1,87%, sampah kayu 1,27%, sampah lain-lain 1,23%, sampah kain 0,88%, sampah logam
0,83%, sampah karet 0,28%, sampah kulit 0,18%. Sedangkan potensi daur ulang sampah rumah
tangga yaitu: sampah kaca 95,69%, sampah basah 91,58%, sampah kertas 68,52%, sampah logam
63,26%, sampah plastik 58,28%.
Kata Kunci : sampah permukiman, daur ulang, potensi
ABSTRACT
Solid waste has become a problem in every city if not managed properly. However, it may provide
economic value when used. This study aimed to determine generation rate, composition, and
recycling potential of residential solid waste in Kelapa Dua District, Tangerang Regency.
Determination of solid waste generation rate and composition was based on national standard
method SNI 19-3964-1995. Solid waste samples were obtained from 100 households, which were
randomly selected in Kelapa Dua District. The measurement of solid waste generation rate and
composition was done in 8 consecutive days. The recycling potential was calculated according to
mass balance analysis. Results of the study showed that the residential solid waste generation in
Kelapa Dua District was 60.079 tons/day. The solid waste was composed of biodegradable organics
(67.27%), plastics (19.26%), paper (6.93%), glass (1.87%), wood (1.27%), textile (0.88%), metal
(0.83%), rubber (0.28%), leather (0.18%), and residual waste materials (1.23%). The recycling
potential of household waste was as the following: 95.69% for glass waste, 91.58% for biodegradable
organic waste, 68.52% for paper waste, 63.26% for metal waste, and 58.28% for plastic waste.
Keywords: residential solid waste, recycling, potential

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PENGELOLAAN SAMPAH
BERWAWASAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT SEBAGAI
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
PERILAKU SISWA
THE DEVELOPMENT OF WASTE MANAGEMENT MULTIMEDIA
MODULE BASED ON SOCIETY TECHNOLOGY SCIENCE THAT CAN
IMPROVE STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR
Eni Setyowati
1, *)
Jurusan Tarbiyah, STAIN Tulungagung
Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung
*enistain76@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji, dan memvalidasi produk modul multimedia
pengelolaan sampah berwawasan sains teknologi masyarakat (STM). Alasan penelitian ini karena
bahan ajar pengelolaan sampah yang ada masih menekankan pada aspek kognitif saja. Peneliti
beranggapan bahwa pemecahan masalah dengan produk akan menjadi salah satu alternatif
pemecahan atas ketidakberhasilan pembelajaran pengelolaan sampah di sekolah. Selain itu, peneliti
juga beranggapan bahwa perlu dikembangkan bahan ajar berbantuan komputer yang berdasarkan
prinsip pembelajaran memudahkan belajar peserta didik. Metode dalam pengembangan
menggunakan siklus penelitian dan pengembangan Borg & Gall (1985). Data diperoleh melalui
serangkaian uji coba yang dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi: (1) data dari uji validitas oleh
pakar dan (2) data dari uji coba lapangan skala kecil dan skala luas. Berdasarkan hasil uji validitas
dari pakar dinilai sangat layak. Berdasarkan uji coba lapangan skala kecil modul multimedia layak
digunakan dan dari uji skala luas diperoleh gain score pada pengetahuan peserta didik terhadap
materi pengelolaan sampah sebesar 0,80 tergolong tinggi. Gain score pada sikap peserta didik
terhadap sampah sebesar 0,86 tergolong tinggi. Gain score ternormalisasi manifestasi perilaku
sebesar 0,84 tergolong cukup. Hasil analisis menunjukkan bahwa baik pengetahuan, sikap, dan
manifestasi perilaku peserta didik mengalami kenaikan setelah pembelajaran dengan modul
multimedia pengelolaan ampah berwawasan STM.
Kata kunci: modul multimedia, pengelolaan sampah, pengetahuan, perilaku, sikap
ABSTRACT
This development was aimed at: developing, testing, and validating of waste management multimedia
module based on STS for tenth graders of Senior High School in Tulungagung Regency. The main
reason why the developer decided to developed this product, because the existing teaching materials
only focused on cognitive aspect. The developer assumed that a solution by product was one of
alternative for some ineffectiveness of the environment education of Senior High School in
Tulungagung Regency. Besides, it was importing to develop and design computer teaching materials
based on the teaching and learning theories and principles to facilitate learning. This development
applied research and development (R&D) cycle from Borg & Gall (1985). The data taken from a series
of tests were classified to be: (1) data taken from the experts and (2) data taken from the small scaled
field test and the large scaled field test.The result of the experts showed that this product was very
competent. The result of the small field test showed that this product was very competent The result
of the large field test show happened the knowledge increase equal to 0,80, the possitive attitude
change to garbage equal 0,86, and happened the positive behavior change to garbage equal to 0,84.
The observed showed that all activity can did very good. This showed that the waste management
multimedia module based on STS can improve students knowledge, attitude, and behavior.
Key words: multimedia module, waste management, knowledge, behavior, attitude

MANAJEMEN SAMPAH DAN MATERIAL PADA DESAIN BANGUNAN
HIJAU: GEDUNG UTAMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
WASTE AND MATERIAL MANAGEMENT IN GREEN BUILDING
DESIGN: MINISTRY OF PUBLIC WORKS MAIN OFFICE
Vidya Fauzianti
1, *)
dan Dian Fitria
2,
*
)

Green Building Council Indonesia
Jl. RC Veteran No 3A/1, Pesanggrahan-Bintaro, Jaksel 12330, INDONESIA
*
1)

vidyafauzianti@gbcindonesia.org,2) dianfi@gbcindonesia.org
ABSTRAK
Desain kantor utama gedung Kementerian Pekerjaan Umum merupakan contoh dari keberhasilan
pencapaian sertifikasi bangunan hijau yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia.
Berdasarkan pengamatan secara langsung pada proyek, hal yang menjadi fokus utama dalam
manajemen sampah dan material pada proyek ini adalah penggunaan material pra-fabrikasi, inovasi
teknologi dalam material, penggunaan kembali sampah material, dan juga implementasi sistem
manajemen sampah yang diterapkan selama proses konstruksi berlangsung. Rangka aluminium
pada selubung bangunan seluruhnya menggunakan sistem pra-fabrikasi untuk menghemat sampah
material yang berasal dari aktivitas konstruksi. Contoh inovasi dalam material terlihat pada
perencanaan plat lantai untuk ruang kerja Menteri, dimana pengecoran beton menggunakan teknologi
Bondek. Kontraktor juga bekerja sama dengan arsitek dalam memanfaatkan kembali keramik sebagai
material sisa untuk digunakan kembali. Untuk manajemen lingkungan bangunan; sistem pemilahan
sampah merupakan salah satu bentuk dari manajemen sampah pada saat konstruksi berlangsung,
dengan adanya tempat sampah dengan sistem pemisahan pada setiap tiap lantai. Sampah
konstruksi yang berupa material sisa yang masih dapat digunakan kembali, dikumpulkan pada bagian
pengadaan material sesuai dengan tipe material tersebut. Pemilik gedung juga telah memiliki
perencanaan yang matang untuk pengelolaan sampah pada masa okupansi nantinya. Dengan
adanya implementasi manajemen sampah dan material, desain pembangunan gedung ini
memperoleh sertifikat Platinum untuk desain bangunan hijau.
Kata Kunci: Desain, Bangunan Hijau, Konstruksi, Material, Sampah
ABSTRACT
The design of Ministry of Public Works main office is a successful example in green building
certification achievement, which issued by Green Building Council Indonesia. Based on on-site
verification, the main focuses within the management of waste and material in this project are the
utilization of pre-fabricated materials, technological innovation in material, material reuse, and also the
implementation of waste management system during the construction process. Pre-fabricated
Aluminium frames are used on the whole building envelope, to reduce waste materials from
construction activities. Examples of material innovation can be seen within the floor plate design at
Ministers office; where the casting of concrete is using Bondek. Contractor also works together with
architects in reusing ceramics material.In building environmental management, waste sorting system
is one form of waste management during construction activities. To give an example, trash cans with
a separation system can be seen on each floor. Waste materials which still can be reused are
collected at the procurement site, in accordance with the type of material. The building owner also
develop a clear and good design and planning of waste management for the future phase of
occupancy. With the implementation of waste and material management, the building design obtained
a Platinum Certification of green building by design recognition.
Keywords: Construction, Design, Green Building, Material, Waste

KAJIAN TERHADAP TEKNOLOGI PENGOMPOSAN LIMBAH
INDUSTRI DAN LIMBAH PERTANIAN
COMPOSTING TECHNOLOGY OF INDUSTRIAL AND
AGRICULTURALS SOLID WASTE : A REVIEW
Fitriana Meilasari
1, *)
dan Ellina S.P
2)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
*
Fitriana.meilasari@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan di bidang industri dan pertanian mengakibatkan peningkatan limbah. Limbah tersebut
jika tidak dimanfaatkan dapat mencemari lingkungan. Pengomposan merupakan salah satu alternativ
solusi masalah tersebut. Tujuan penulisan makalah ini adalah membahas teknologi pengomposan
limbah industri dan pertanian. Pengomposan limbah industri dan limbah pertanian dilakukan dengan
menggunakan teknologi dari konvensional sampai teknologi yang lebih komplek yaitu menggunakan
rotary drum dan reactor (in vessel). Penggunaan teknologi konvensional, rotary drum dan reactor (in
vessel) untuk mengolah limbah industri menghasilkan waktu pengomposan 20-105 hari dan rasio C/N
9,7-30,80; 9-19 hari dan rasio C/N 17-29; dan 9-28 hari dan rasio C/N 16-29. Penggunaan teknologi
konvensional, rotary drum dan reactor (in vessel) untuk mengolah limbah pertanian menghasilkan
waktu pengomposan 30-90 hari dan rasio C/N 15-35; 10-27 hari dan rasio C/N 8-23,7; dan 49-63 hari
dan rasio C/N 14,16-15,02.
Kata kunci: Kompos, konvensional, reactor, rotary drum
ABSTRACT
The development of agro-industrial activitiy lead to increased waste. If the waste isnt used which be
pollute the environment. Composting is one of the alternativ solutions of that problems. The purpose
of this paper is to study composting technology for industrial and agriculturals solid waste.
Composting of industrial and agriculturals solid waste is done by using technology from conventional
to more complex technology by using rotary drum and reactor (in vessel). The use of conventional,
rotary drum and reactor (in vessel) technologies to process industrial solid waste results composting
time 20-105 days and C/N ratio from 9.7-30.80; 9-19 days and C/N ratio 17-29; and 9-28 days and
C/N ratio 16-29. The use of conventional, rotary drum and reactor (in vessel) technologies to process
agricultural solid waste results composting time 30-90 days and C/N ratio 15-35; 10-27 days and C/N
ratio 8-23.7; and 49-63 days and C/N ratio 14.16-15.02.
Key word: Compost, conventional, reactor, rotary drum

KAJIAN FASILITAS DAUR ULANG SAMPAH KECAMATAN
DAYEUHKOLOT
STUDY OF DISTRICT DAYEUHKOLOTS MATERIAL RECOVERY
FACILITY
Heni Riantin
1,*)
dan Ellina S. Pandebesie
2)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
heni_riantin@yahoo.com
ABSTRAK
Pola pengelolaan sampah eksisting kumpul angkut buang di Kecamatan Dayeuhkolot
memberikan tingkat pelayanan penanganan sampah 10% timbulan. Target Standar Pelayanan
Minimal (SPM) pengelolaan sampah adalah tertanganinya 70% timbulan dan tersedianya fasilitas
pengurangan sampah yang bertujuan mengurangi 20% timbulan sampah yang masuk ke TPA pada
tahun 2014. Untuk dapat mencapai target tersebut, perlu dilakukan pengembangan pola pengelolaan
sampah dengan mengintegrasikan kegiatan daur ulang dalam pola pengelolaan sampah eksisting.
Untuk itu perlu diketahui potensi reduksi sampah dengan meneliti timbulan, komposisi, faktor daur
ulang dan densitas sampah. Penelitian dilakukan terhadap sampah permukiman dengan mengacu
pada SNI 19-3964-1994 terhadap 104 rumah contoh. Hasil penelitian digunakan untuk menganalisis
kebutuhan sarana dan prasarana fasilitas daur ulang/Material Recovery Facility (MRF) untuk
mencapai target SPM pada tahun 2014. Dengan proyeksi jumlah timbulan sampah 10.947 ton pada
tahun 2014, diperlukan MRF dengan kapasitas 4,63 ton/jam dengan waktu operasi 1.820 jam/tahun.
Luas MRF yang dibutuhkan adalah 1.500 m
2
dengan kegiatan reduksi berupa pengomposan bagi
sampah basah dan pengumpulan bahan daur ulang bagi sampah kering. Pengolahan sampah basah
di MRF dapat mereduksi 57,8% sampah, sedangkan pengelolaan terhadap sampah kering dapat
mereduksi 9,4% sampah sehingga reduksi total yang dapat dicapai oleh MRF Kecamatan
Dayeuhkolot adalah 67,3%, dengan menyisakan residu 32,7% timbulan terkelola.
Kata kunci: faktor daur ulang, fasilitas daur ulang sampah, Kecamatan Dayeuhkolot, SPM
pengelolaan sampah.
ABSTRACT
The existing waste management system in District Dayeuhkolot provide service level 10% of waste
generation. Target Minimum Service Standard of waste management are to manage 70% of waste
generation and reducing 20% of waste that going to be disposed to landfill in 2014. In order to
achieve these targets, waste recycling activity need to be introduced in the existing solid waste
management system. Thus the potential reduction of the waste is necessary to be known by
determine waste generation, composition and recovery factor of waste materials. Research was
conducted with reference the SNI 19-3964-1994 to 104 households. The result are used to analize
implementation of Material Recovery Facility (MRF) so that the minimum service standard of waste
management could be achieved in 2014. By projection, the ammount of waste generated in 2014 are
as much as 10.947 tons. So its require MRF with capacity 4,63 tons/hour with 1.820 processing
hour/year. MRF required area is 1.500 m
2
with reduction activities by waste transformation through
composting and material recovering. Total reduction can be achieved by MRF Dayeuhkolot is 67,3%
waste handled, while generate 32,7% residual matter.
Keywords: Dayeuhkolot District, materials recovery facility, minimum service standard of solid waste
management, recovery factor.

KAJIAN PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA)
PASANG SURUT DALAM TINJAUAN ASPEK TEKNIS TEKNOLOGI,
SOSIAL, DAN KELEMBAGAAN DI INDONESIA
REVIEW OF COASTAL AREA SOLID WASTE MANAGEMENT IN
ASPECTS OF TECHNOLOGY, SOCIAL, AND INSTITUTIONS IN
INDONESIA
Nasikhah Imamah
1, *)

Pacasarjana Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
*
nasikhah.imamah@gmail.com
ABSTRAK
Sebagai negara kepulauan, wilayah pesisir dimiliki oleh seluruh propinsi yang ada di Indonesia.
Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki hubungan sangat erat dengan
daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah
(ground water), dan dengan aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya
kompleksitas dan kerentanan di wilayah pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dinyatakan
sebagai proses pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan serta ruang dengan mengindahkan
aspek konservasi dan keberlanjutannya. (Cici,Sain dan Knecht, 1998). Salah satu teknologi
pengelolaan sampah daerah pesisir adalah dengan konsep Tempat pemrosesan Akhir (TPA) Pasang
dalam rangka mengurangi resiko pencemaran terhadap lingkungan baik yang disebabkan leachate,
gas maupun vektor penyakit. Namun masih perlu dilakukan integrasi pengeloaan TPA Pasang Surut
berdasarkan pada analisis mendalam terkait kondisi masyarakat. Tujuan dari study ini adalah untuk
menganalisis pengelolaan TPA Pasang Surut dalam aspek teknis teknologi, sosial, dan
kelembagaan. Metodologi yang digunakan adalah dengan cara menganalisis kondisi wilayah pesisir
dan pengelolaan sampahnya untuk kemudian dilakukan sebuah sintesa bagaimana integrasi
pengelolaan TPA yang tepat. Kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengelolaan TPA Pasang
Surut harus mempertimbangkan aspek teknis teknologi, sosial, dan kelembagaan secara mendalam.
Kata kunci: pasang surut, sampah, manajemen
ABSTRACT
As an archipelago country, the coastal region owned by all provinces in Indonesia. Coastal and
marine ecosystems has a veryclose relationship with the land area above (upland) either throught the
flow of river water, surface water (run off) and ground water and by human activity. These linkages
cause of the formation of the complexity and vulnerability in coastal area. Integrated coastal area
managements is expressed as the utilization of coastal and ocean resources and space with due
regards for the conservation and sustainable aspects. (Cicin, Sain and Knecht, 1998). One of coastal
area solid waste management technology purpose to reduce the risk of pollution to the environment
either caused by leacheate, gas, and vectors of diseases. But still need integrated management
based on condition of society analysis. The purpose of this study was to analyze how to make a good
integrated management based on aspects of technology, social, and institutions in Indonesia. The
methodology is analyze the condition of society to make a synthesis how to make a good integrated
management. The result of this review shown that coastal area solid waste management must
consider aspects of technology, social, and institutional in depth.
Keyword: coastal area, solid waste, management

PENGARUH pH DAN KONSETRASI ZYMOMONAS MOBILIS UNTUK
PRODUKSI ETANOL DARI SAMPAH BUAH JERUK
EFFECT OF PH AND ZYMOMONAS MOBILIS CONCENTRATION
FOR ETHANOL PRODUCTION FROM ORANGES FRUIT WASTE
Siti Mushlihah
1, *)
,

Welly Herumurti
2)
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim, Sukolilo, Surabaya 60111,Indonesia
* siti_mushlihah@yahoo.co.id
ABSTRAK
Sampah buah jeruk yang timbul akibat gagal panen belum dimanfaatkan sama sekali, sedangkan
sampah buah jeruk dari pasar buah dicampur dengan sampah organik lain dan dijadikan sebagai
kompos. Bakteri pendegradasi sampah untuk pembuatan kompos bekerja optimum pada pH 5,5-8.
Pembuatan kompos dari sampah jeruk ini kurang efektif karena sampah jeruk memilki pH 4, sehingga
bakteri pendegradasi sampah tidak dapat bekerja secara maksimal. Disisi lain, timbul masalah
kelangkaan energi untuk menggantikan peran bahan bakar fosil di masa depan. Limbah buah jeruk
yang sudah membusuk tersusun atas bahan organik seperti glukosa, fruktosa dan sukrosa.
Zymomonas mobilis merupakan bakteri yang dapat menguraikan glukosa, fruktosa, dan sukrosa
untuk memproduksi etanol. Berdasarkan hal tersebut, studi ini dilakukan dengan memanfaatkan
limbah buah jeruk menggunakan Zymomonas mobilis untuk dikonversi menjadi sumber energi
alternatif yaitu etanol. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan konsentasi inokulum Zymomonas
mobilis, pH, dan durasi waktu fermentasi yang paling optimum untuk menghasilkan etanol. Variasi
konsentrasi inokulum Zymomonas mobilis adalah: 0%, 5%, dan 10%, variasi pH terdiri dari: pH 3.5,
pH 4, dan pH 6, variasi durasi waktu fermentasi adalah: 0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari, dan 8 hari.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa konsentrasi inokulum yang paling efektif pada
fermentasi sampah buah jeruk menggunakan bakteri Zymomonas mobilis pada kondisi anaerob yaitu
dengan konsentrasi inokulum 5%, pH 6 dengan lama waktu fermentasi 6 hari menghasilkan kadar
etanol 11,64% (v/v) dari sampel dengan perbandingan volume aquades : sampah buah jeruk adalah
3:1.
Kata kunci: Etanol, Fermentasi, Sampah, Zymomonas mobilis.
ABSTRACT
Pest or disease on oranges fruit caused oranges fruit are not suitable for consumption and have not
been utilized at all, while oranges fruit waste from the market is mixed with other organic waste and
used as compost. Composting bacteria works at optimum pH 5,5 to 8. Oranges waste is less effective
for composting because oranges waste have pH 4, thus composting bacteria waste can not work
optimally. On the other hand, due to depending on energy crisis fossil fuels still became on problem
for the future. Often waste oranges fruit composed to organic materials such as glucose, fructose and
sucrose. Zymomonas mobilis is a bacteria which can utilize glucose, fructose, and sucrose to
produce ethanol. Therefore, the idea of study is to utilize the waste oranges fruit using Zymomonas
mobilis to be converted into an alternative energy source is ethanol. The study was conducted to
determine inoculum concentration of Zymomonas mobilis, pH, and fermentation period to produce
optimum ethanol. The Variation inoculum concentration of Zymomonas mobilis were: 0%, 5%, and
10%, variation of pH were: pH 3.5, pH 4, and pH 6, and variation of fermentation periods: 0 day, 2
days, 4 days, 6 days, and 8 days. Based on the results the most effective inoculum concentration on
oranges fruit waste which was fermented using Zymomonas mobilis bacteria in the anaerobic
conditions was inoculum concentration 5%, pH 6 of fermentation period of 6 days and produce
ethanol of 11.64% (v/v) of the sample with a volume ratio of distilled water : oranges fruit was 3 : 1.
Keywords: Ethanol, Fermentation, Solid Waste, Zymomonas mobilis.
PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BIOCOVER PADA OKSIDASI
METAN MENGGUNAKAN REAKTOR KOLOM AEROB UNTUK
MENGURANGI EMISI GAS METAN DARI LANDFILL
EFFECT BIOCOVER LAYER THICKNESS ON METHANE OXIDATION
USING AEROBIC COLUMN REACTOR TO REDUCE EMISSIONS OF
METHANE FROM LANDFILL
Opy Kurniasari
1, *)
, Enri Damanhuri
2)
, Tri Padmi
3)
, Edwan Kardena
4)
,dan Dadi
Surachman
4)
Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10 Bandung
Tlp. 022-2534105/2502647, Fax. 2530704
*
opy_ksw@yahoo.com
ABSTRAK
Indonesia saat ini sangat tergantung pada TPA yang umumnya dioperasikan secara Open dumping.
Open dumping dilakukan lapis perlapis sehingga memungkinkan terjadinya proses anaerob, pada
kondisi ini dipastikan biogas muncul, salah satunya gas metan. Metan mengabsorpsi radiasi infrared,
sehingga sifat ini dapat menimbulkan pemanasan di atmosfir, oleh karena itu gas metan disebut
sebagai gas rumah kaca. Landfill yang merupakan operasi utama di TPA adalah kontributor terbesar
emitor gas rumah kaca dalam pengelolaan limbah, termasuk sampah. Salah satu cara untuk
mengurangi gas metan dari landfill yang lepas ke alam adalah dengan mengoksidasi gas metan
dengan memanfaatkan cover material landfill (Biocover) sebagai media mikroorganisma pengoksidasi
metan, sehingga dapat mengurangi kontribusi metan pada pemanasan global. Biocover yang
digunakan adalah kompos landfill mining, dalam aplikasinya perlu diketahui berapa ketebalan lapisan
biocover yang efektif dalam mengurangi emisi gas metan dari landfill. Tujuan penelitian ini yaitu
mengetahui pengaruh ketebalan lapisan kompos landfill mining sebagai biocover pada oksidasi
metan. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium menggunakan reactor kolom aerob yang
dioperasikan secara kontinyu. Hasil penelitian menyatakan semakin tebal lapisan biocover maka
efisiensi oksidasi CH
4
semakin tinggi. Effisiensi oksidasi tertinggi terjadi pada ketebalan lapisan media
60 cm dengan efisiensi oksidasi rata-rata adalah 70,48% dan laju oksidasi 110 gr/m2.hari .
Keywords: Landfill; gas rumah kaca; metan; biocover; oksidasi.
ABSTRACT
Indonesia is currently very dependent on the landfill that is generally operated by open dumping.
Open dumping is done layer by layer enabling the anaerobic process, biogas ascertained under these
condition arise, one of which methane gas. Methane absorb infrared radiation, so that these
properties can lead to warming in the atmosphere, methane therefore reffered to as greenhouse
gases. Landfill which is a major operation at the landfill is the largest contributor to greenhouse gas
emitter in the management of waste, including solid waste. One way to reduce methane gas from
landfills to escape into nature is to oxidize methane by utilizing landfill cover material (Biocover) as the
medium of methane oxidizing microorganisms, so as to reduce the contribution of methane on global
warming. Biocover used is compost landfill mining, the application needs to know how the thickness of
the layer biocover effective in reducing methane emission from landfills. The purpose of this study is
determine the influence of the thickness of the layer of compost as landfill mining biocover on
methane oxidation. The research was conducted on a laboratory scale using aerobic column reactors
operated continuously.The study states that the thick layer of biocover then the higher the efficiency
of CH
4
oxidation. The highest oxidation efficiency occurs in the media layer thickness of 60 cm with
an average oxidation efficiency is 70.48% and the rate of oxidation of 110 gr/m
2
.day.
Keywords : Landfill; greenhouse gases; methane; biocover; oxidation

PERBANDINGAN TIMBULAN LEACHATE AKTUAL DAN HASIL
PERHITUNGAN MENGGUNAKAN HELP MODEL
COMPARISON OF LEACHATE GENERATION ACTUAL AND
RESULTS OF CALCULATION USING HELP MODEL
Samin
1, *)
, Enri Damanhuri
2)
, Suprihanto Notodarmodjo
2)
, dan Kuntjoro Adji Sidarta
3)

1)
Pascasarjana Teknik Lingkungan ITB
2)
Program Studi Teknik Lingkungan ITB
3)
Program Studi Matematika ITB
Jalan Ganesha 10 Bandung
*
samin.itbs3@gmail.com
ABSTRAK
Penentuan timbulan leacahte menggunakan Hidrological Evaluation of Landfill Performance
(HELP) model, walaupun model ini secara umum sudah banyak digunakan di beberapa
landfill negara maju, namun model tersebut belum tentu cocok untuk diaplikasikan pada
kondisi landfill dan Iklim Indonesia. Banyaknya parameter yang digunakan dalam penentuan
timbulan leachate dan kompleksitas hubungan antar parameter, menjadi salah satu yang
menyebabkan rendahnya akurasi hasil perhitungan timbulan leachate. Dalam publikasi
penelitian ini, diusulkan untuk membandingkan antara timbulan leachate hasil perhitungan
menggunakan HELP model dan hasil pengamatan timbulan leachate di suatu landfill.
Parameter yang dipilih mengacu pada karakteristik landfill seperti tinggi timbunan,
temperatur dalam timbunan, namun juga mengacu pada kondisi klimatologi yaitu temperatur
udara, kecepatan angin, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, curah hujan dan
evaporasi yang terjadi serta didasarkan pada data sekunder yang terkait. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pola timbulan lecahate hasil perhitungan yang menggunakan HELP
model, relatif akurat apabila dibandingkan dengan timbulan leachate aktual. Namun
demikian, timbulan leachate hasil perhitungan yang diperoleh cenderung lebih besar
dibanding timbulan leachate aktual.
Kata kunci: HELP model, keseimbangan air, landfill dan timbulan leachate
ABSTRACT
Determination of the leacahte generation using Hidrological Evaluation of Landfill Performance
(HELP) model, although in general this model has been widely used in several developed countries
landfills, but the model is not necessarily suitable for application at landfills and climate conditions of
Indonesia. Number of parameters used in the determination of leachate generation and the
complexity of relationships between parameters, became one of the low accuracy of the calculation
results of leachate generation. In this research, it is proposed to compare the leachate generation
actual and leachate generation from calculations using the HELP model. Selected parameters
referring to the landfill characteristics such as high pile, the pile temperature, but also refers to the
climatological conditions of air temperature, wind speed, air humidity, solar radiation time, rainfall and
evaporation that occurs and is based on secondary data is related. The results showed that the
pattern of leachate generation from calculations using the HELP model, relatively accurate when
compared with the actual leachate generation. However, the result of leachate generation estimates
tend to be larger than the actual leachate generation.
Key words: HELP model, landfills, leachate generation and water balance.

PEMANFAATAN LINDI SAMPAH SAYURAN HIJAU SEBAGAI
BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK CAIR
Tri Sulistia Ningsih
1)
, Febri Mada Yana
2)
, Abdul Kahar
3)
dan Novy Pralisa Putri
4)

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Sambaliung No. 9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119
*
trisulistia_enviro@yahoo.co.id
ABSTRAK
Upaya pengelolaan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemprosesan. Salah satu metode pengolahan sampah adalah perubahan karakteristik, komposisi
dan jumlah sampah seperti pembuatan kompos dan pupuk cair dari sampah organik. Selain
menghasilkan pupuk padat, proses pengomposan dari sampah organik juga menghasilkan lindi yang
bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk organik cair. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah lindi yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah sayuran hijau serta kandungan unsur
hara mikro Mn dan Zn pada lindi yang memenuhi standar SNI 02-6680-2002 sebagai bahan baku
pupuk organik cair. Metode yang digunakan adalah metode pengomposan dimana sampah
kangkung, bayam, sawi, dan campuran ketiganya dicacah dan dimasukkan ke dalam reaktor
pengomposan. Kemudian ditambahkan EM4 sebagai biokatalisator pada masing-masing reaktor
dengan dosis 60 mL yang berfungsi untuk mempercepat proses pengomposan. Berdasarkan
penelitian, setelah 15 hari diperoleh lindi sampah kangkung sebanyak 1000 mL dengan kandungan
Mn dan Zn masing-masing 56,90 dan 163,80 ppm; lindi sampah bayam sebanyak 800 mL, 24,79 dan
50,48 ppm; lindi sampah sawi sebanyak 1800 mL, 4,21 dan 115,53 ppm sedangkan lindi sampah
campuran sebanyak 1500 mL, 78 dan 333,30 ppm. Sehingga lindi yang memiliki kandungan Mn dan
Zn yang memenuhi standar SNI 02-6680-2002 adalah lindi sampah yang berasal dari campuran sawi,
bayam dan kangkung.
Kata Kunci: Lindi, Pupuk Organik Cair, Sampah Sayuran Hijau
ABSTRACT
Waste management effort include sorting, collection, transportation, preparation and processing.One
metode of waste treatment is change the characteristics, composition and amount of waste, such as
compost and liquid fertilizer from organik waste.In addiction to producing solid fertilizer,composting
from organik waste can produces leachate can be used as material liquid organik fertilizer.This
research was conducted to know the amount of leachate resulting of the process from composting
green vegetable waste and micro nutrient content of Mn and Zn in the leachate that fulfill standards
SNI 02-6680-2002 as material liquid organik fertilizer. The metode used is composting where waste of
mustard, kale, spinace and mixture of them chopped and incorporated into the composting
reactor.Than added EM4 as biokatalisator in each reactor with a dose of 60 mL to speed up the
composting process.Based on research, after 15 days lechate obtained as kale 1000 mL with the
content Mn and Zn respectively 56,90 and 163,80 ppm, lechate waste as spinach 800 mL 24,79 and
50,48 ppm and than waste as mustard 1800 mL 4,21 and 115,53 ppm, whereas mixed waste
leachate as 1500 mL,78 and 333,30 ppm So that the leachate contains Mn and Zn fulfill SNI 02-6680-
2002 is lechate of mixed waste mustard, spinach and kale.
Key words: Leachate, Liquid Organik Fertilizer, Green Vegetable Waste

MEMPREDIKSI HIGHER HEATING VALUE KOMPONEN BIOGENIK
SAMPAH DARI DATA ANALISIS ULTIMATNYA
PREDICTING THE HIGHER HEATING VALUE OF BIOGENIC SOLID
WASTE COMPONENT FROM THEIR ULTIMATE ANALYSIS DATA
I Made Gunamantha
Jurusan Analis Kimia, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha
Jl. Udayana Singaraja, Bali
md_gunamantha@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian untuk mengembangkan korelasi empirik berbasis regresi linier antara HHV (higher heating
value) dengan data analisis ultimat fraksi biogenik sampah telah dilakukan. Korelasi dibuat dari 22
dari 24 data analisis ultimat dan HHV sampel fraksi biogenik sampah yang dikumpulkan dari fasilitas
pemilahan sampah secara manual yang terdapat di TPA Temesi Kabupaten Gianyar dan Bengkala
Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi dengan kinerja baik diberikan
oleh persamaan HHV= -1.494 + 0.474C - 0.803H + 0.034O + 0.982N dan HHV= -1.309 + 0.475C -
0.796H + 0.031O + 1.008N - 1.395S keduanya menunjukkan koefisien determinasi 0,98 dan dengan
rerata kesalahan absolut maupun bias kurang dari 5%. Hasil perbandingan dari kedua korelasi
tersebut dengan 8 korelasi yang telah dikembangkan oleh peneliti lain baik dengan menggunakan
data yang dikumpulkan dari penelitian ini maupun data sekunder untuk bahan bakar biomassa
menunjukkan bahwa kedua persamaan tersebut dapat diaplikasikan sebagai korelasi umum untuk
mengestimasi HHV dari data analisis ultimat bahan bakar biomassa.
Kata-kata kunci : higher heating value, analisis ultimat, sampah perkotaan, biogenik
ABSTRACT
The research to develop emphiric correlations between HHV and ultimate analysis data the biogenic
solid waste fraction based on linier regression was carried out. The correlasions were constructed
from 22 of 24 ultimate analysis and HHV data the biogenic solid waste fraction which were collected
from manual sparation facilities of municipal solid waste in solid waste disposal site TPA Temesi
Gianyar and Bengkala Singaraja. From former research, two correlations HHV = -494 + 0.474C -
0.803H + 0.034O + 0.982N and HHV=-1.309 + 0.475C - 0.796H + 0.031O + 1.008N - 1.395S were
the accurate, with 0.98 coefficient determination and average absolute and bias error bellow 5%. The
comparation results of both correlation with eight other correlation from pevious researchers either
base on data collected in this study and secoudary data showed biomass fule, both correlation
applicable as general correlation for estimating HHV from ultimate analysis data of biomass fuel.
Keywords : higher heating value, ultimate analysis, municipal solid waste, biogenic

PRODUK RAMAH LINGKUNGAN DARI TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT
ENVIRONMENTAL FRIENDLY PRODUCTS FROM EMPTY BUNCH
PALM OIL
Hijrah Purnama Putra
1,
*
)
dan Yebi Yuriandala
2)
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang Km 14.4, Sleman, Yogyakarta
*hijrah_purnama@yahoo.com
ABSTRAK
Kebutuhan terhadap minyak kelapa sawit terus meningkat, seiring dengan bertambahnya penduduk
dunia. Hal ini juga berdampak terhadap meningkatnya kuantitas limbah yang dihasilkan dari proses
produksi minyak tersebut. Salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS). TKKS berasal dari proses pemisahan antara buah segar kelapa sawit dengan
tandannya. Jumlahnya mencapai seperempat dari berat total tandan buah segar, yaitu 24,04%.
Menurut data yang ada, per tahunnya 1 hektar kebun kelapa sawit dapat menghasilkan sekitar 1,5
ton TKKS kering atau 2,64 ton TKKS dengan kadar air 50%. Sebenarnya TKKS ini memiliki kadar
serat yang tinggi, mencapai 62,47-72,67%, kadar lignin 22,60%, dan selulosa 71,88%. Dengan
kandungan tersebut, TKKS mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
pada pembuatan briket, kompos, papan partikel, bioethanol, dan kertas. Salah satu contoh
pemanfaatan TKKS dalam rangka peningkatan produksi energi terbarukan adalah pembuatan briket.
Diawali dengan proses pirolisis, didapatkan briket TKKS terbaik dengan variasi perekat 60%, memiliki
kadar volatile matter 12,1509%, kadar abu 9,4542%, nilai kalor 5914,8120 kal/gr, kadar karbon terikat
63,9935%, kadar air 11,4953% dengan laju pembakaran briket sebesar 0,068 gr/dtk. Sedangkan
pengolahan TKKS menjadi kompos secara aerobik dibutuhkan waktu 2 bulan, dengan aktivator
limbah cari pabrik kelapa sawit yang telah diolah.
Kata kunci : Briket, Kompos, dan TKKS
ABSTRACT
The need for palm oil increase, along with increasing world population. It is also an impact on
increasing the quantity of waste generated from oil production process. One of the solid waste
generated is Empty Bunch Palm Oil (TKKS). TKKS derived from the separation process of palm fresh
fruit with the bunches. Number reached a quarter of the total weight of fresh fruit bunches, around is
24.04%. According to existing data, per year, one hectare of palm oil plantation can produce about
1.5 tonnes dry TKKS or 2.64 tonnes TKKS with 50% water content. Actually TKKS has a high fiber
content, about 62.47 to 72.67%, 22.60% lignin content, and cellulose 71.88%. With that content,
TKKS has great potential to be used as feedstock in the manufacture of briquettes, compost, particle
board, bioethanol, and paper. One example of utilization TKKS in order to increase renewable energy
production is the manufacture of briquettes. Beginning with the pyrolysis process, the best TKKS
briquettes obtained by variation of 60% adhesive, having a volatile matter content of 12.1509%,
9.4542% ash content, calorific value of 5914.8120 cal/g, fixed carbon 63.9935%, water content
11.4953% dan the rate of combustion is 0.068 g/sec. Another case is TKKS processing into compost
takes 2 months with aerobic processes, with the activator from wastewater treatment plant of palm
oil factory.
Keywords: Briquette, Compost and Empty Bunch Palm Oil

PEMANFAATAN JARINGAN KOMPOSER FIT UP-PLUS UNTUK
PRODUKSI PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH SAMPAH RUMAH
TANGGA
UTILIZATION OF FIT UP-PLUS COMPOSER TISSUE FOR ORGANIC
FERTILIZER PRODUCTION FROM DOMESTIC WASTE
Wahyuningsih, Isti Pudjihastuti*

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP, Jln Prof Sudarto,SH Pedalangan Tembalang,
Semarang 50239 Indonesia tel/fax:(024) 7471379, istipudjihastuti@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan antara lain meminimalkan volume sampah dengan cara mengembangkan alat
jaringan komposer untuk produksi pupuk organik ramah lingkunngan Keterbatasan lahan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah menimbulkan persoalan baru. Jika tidak ditangani dan dikelola
dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun bisa memperpendek umur TPA dan
membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah maupun udara. Oleh karena itu
pengelolaan sampah yang terdesentralisasi sangat membantu dalam meminimasi sampah yang
harus dibuang ketempat pembuangan akhir. Teknologi pengomposan sampah kita lakukan dengan
menggunakan jaringan komposer dan aktivator pengompos Fit Up-Plus secara anaerobik, dengan
variabel konsentrasi fit up-plus dan waktu (lamanya) pengomposan. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan kualitas hasil kompos yang sesuai dengan SNI 2004 adalah kompos yang kita produksi
dengan fit up plus 8 ppm dan waktu pengomposan 21 hari.Dari hasil kompos dapat kita simpulkan
bahwa activator mikroba fit up plus dapat mempercepat proses dekomposisi, dan mereduksi bau
sampah, sehingga jaringan komposer dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan sampah
khususnya pada skala rumah tangga, dengan kelebihan yang dimiliki yakni: dapat diisi secara
kontinyu, dan hasilnya baik untuk diaplikasikan pada bidang pertanian.
Kata Kunci: Fit Up-Plus, jaringan komposer, pupuk organik
ABSTRACT
The aim of this study is to minimize volume of waste by developing composer tissue utility to produce
eco-friendly organic fertilizer. The limited amount of landfills raises new problems. Moreover, if not
managed properly, it could shorten the life of landfill due to waste increasing each year. It also leads
negative impact to the environmental pollution such as water, soil and air. Therefore, decentralized
waste management is useful in minimizing the waste that should be disposed to the landfill. This
technology of waste composting utilized composer tissue and Fit up-plus as compos activator by
anaerobic process. Variables of research are fit up-plus concentration and composting period. The
experimental result showed compost with quality in accordance to SNI (Indonesian National
Standard) 2004 is compost which was produced by 8 ppm of fit up-plus concentration and 21 days of
composting period. Summarizing, we can conclude that microbe activator of fit up-plus can accelerate
decomposition process and reduce garbage odor. In addition, composer tissue can be applied to
solve waste problems, especially in household scale. Other advantages of this process which are can
be filled continuously and applicable for agricultural fields.
Keywords: Fit Up-Plus, composer tissue, organic fertilizer

POTENSI BIOGAS SAMPAH SISA MAKANAN DARI RUMAH MAKAN
BIOGAS POTENTIAL OF FOOD WASTE OF RESTAURANT
Ikhsan Gunawan, Yulinah Trihadiningrum, dan Soeprijanto
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh November
ikhsangunawan@yahoo.com
ABSTRAK
Sampah rumah makan yang berupa sisa makanan memiliki potensi sebagai sumber energi karena
memiliki komponen organik yang tinggi. Energi dari sampah sisa makanan dapat diperoleh dengan
cara mengolah sampah organik dengan menggunaan anaerobic digestion untuk menghasilkan
biogas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi biogas yang bersumber dari sampah sisa
makanan yang berasal dari rumah makan dan menentukan kondisi optimum proses pembentukan
biogas berdasarkan nilai COD, nilai N serta bahan baku tanpa penambahan starter dan bahan baku
menggunakan starter dengan takaran sesuai dosis pemakaian. Penelitian ini menggunakan reaktor
batch. Tahap penelitian terdiri dari (1) penentuan nilai COD optimum (2) penentuan nilai N optimum
(3) penggunaan starter sesuai dosis dan tanpa penggunaan starter pada slurry dengan variasi nilai
COD 5000, 10.000, 15.000, 20.000, 25.000, dan 30.000 mg/L serta pada variasi nilai N 200, 300,
400, 500, dan 600 mg/L. Pemantauan produksi volume biogas dimulai dari hari pertama setelah slurry
berada di dalam reaktor sampai dengan biogas tidak terbentuk lagi. Biogas optimum adalah sebesar
8,746 mL/g dengan karakteristik slurry : COD 10.000 mg/L, N 300 mg/L, dan penambahan cairan
starter EM4 1% per volume slurry. Waktu yang dibutuhkan untuk digesting adalah delapan hari
dengan waktu puncak pembentukan biogas terjadi pada hari ke lima.
Kata kunci : sampah sisa makanan, anaerobic digester, biogas, sistem batch.
ABSTRACT
Food waste in the form of eating leftovers has potential as an energy source. Energy from waste food
scraps can be obtained by means of organic waste processing by using of anaerobic digestion to
produce biogas. This study aimed to analyze the potential of biogas derived from waste food and
determine the optimum conditions for the formation of biogas based on the COD value 5000, 10.000,
15.000, 20.000, 25.000, and 30.000 mg/L, the value of N 200, 300, 400, 500, and 600 mg/L as well as
raw materials without the addition of starter and using a starter by the appropriate dosage. This study
used a batch reactor. Research phases consisted of (1) determination of optimum COD value (2)
determination of the optimum value of N (3) use of appropriate starter dose and without addition.
Monitoring of biogas production started from the first day after the slurry inside the reactor until it was
not formed. Biogas optimum amounts to 8,746 mL/g with slurry characteristics: COD 10,000 mg/L, N
300 mg/L and the addition biostarter 1% of total volume of slurry. The time required for digesting is
eight days with the peak time of the formation of biogas occurs on the fifth day.
Key words: waste food scraps, anaerobic digester, biogas, a batch system

OPTIMALISASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI UNTUK MEMANTAU
SISTEM KEAMANAN PENGANGKUTAN BAHAN BAKAR NUKLIR
BEKAS SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN
KETENAGANUKLIRAN
Hesty Rimadianny
1, *)
Direktorat Pengaturan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (DP2FRZR)
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat 10120
*
*
r.hesty@bapeten.go.id
ABSTRAK
Pengangkutan bahan bakar nuklir bekas harus memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002
mengatur tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif dan Peraturan Kepala BAPETEN
Nomor 9 Tahun 2009 mengatur tentang Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir.
Dalam hal penerapan tindakan keamanan pemantauan terhadap komunikasi dan informasi posisi
kendaraan pengangkut bahan bakar nuklir bekas perlu diketahui dengan tepat, jelas dan terpantau
sepanjang waktu. Telah dilakukan kajian deskriptif untuk penerapan teknologi Global Positioning
System pada kegiatan pengangkutan bahan bakar nuklir bekas dengan moda angkutan kereta api.
Dengan menggunakan teknologi Global Positioning System dapat diketahui komunikasi dan
informasi, koordinat posisi, waktu, jarak, kecepatan dan peta lokasi secara real time. Dengan
demikian diharapkan potensi sabotase, pencurian, kehilangan, atau disalahgunakan oleh pihak-pihak
yang tidak berwenang dan tidak bertanggung jawab dapat diminimalkan.
Kata kunci : sistem keamanan, pengangkutan Bahan Bakar Nuklir Bekas, Global Positioning
System.
ABSTRACT
Spent Fuel Transportation meet the requirements of safety and security, as stipulated in Government
Regulation of the Republic of Indonesia Number 26 Year 2002 set for the Safety of Transport of
Radioactive Substances and Regulation of the Head BAPETEN No. 9 of 2009 regulates the provision
of Physical Protection Systems Installations and Nuclear Materials. In terms of monitoring the
implementation of security measures on the transport vehicle position communication and information
spent fuel need to know precisely, clearly and monitored all the time. Descriptive studies have been
conducted for the application of Global Positioning System technology in the transportation of spent
fuel with rail transport modes. By using Global Positioning System technology can be known
communication and information, the coordinates of the position, time, distance, speed and location
map in real time. Thus the expected potential for sabotage, theft, loss, or misused by parties who are
not authorized and shall not be liable to be minimized.
Keywords: security system - spent fuel transport - Global Positioning System.

PENGGUNAN PERANGKAT LUNAK RESRAD-OFFSITE UNTUK
MEMPERKIRAKAN RESIKO RADIOLOGIK SUATU FASILITAS
LANDFILL SLAG TIMAH
Moekhamad Alfiyan
1, *)
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Jl. Gajah Mada 8, Jakarta, 101210, Indonesia
*
m.alfiyan@bapeten.go.id
ABSTRAK
Kandungan radionuklida alam dalam limbah yang dihasilkan oleh industri strategis seperti peleburan
timah, atau yang dikenal dengan TENORM telah menjadi isu global dan mendapat perhatian serius di
tingkat nasional dan internasional dalam menemukan solusi yang tepat untuk pengelolaannya.
Kuantitas yang besar dari TENORM telah menempatkan landfill sebagai salah satu opsi
pengelolaannya. Makalah ini bertujuan mengetahui resiko radiologik dari suatu landfill slag timah
menggunakan perangkat lunak RESRAD-OFFSITE. Metodologi penyusunan makalah dengan
inventarisasi data sekunder, kajian literatur, simulasi data dengan perangkat lunak RESRAD-
OFFSITE dan analisis keluaran RESRAD OFFSITE. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dosis efektif
individu paling tinggi yang diterima oleh individu adalah sekitar 9,13 Sv/tahun, yang sebagian besar
dikontribusi melalui jalur paparan radiasi langsung dari airborne. Resiko individu akan menderita
kanker akibat radiasi yang ditimbulkan oleh fasilitas landfill adalah 6,8. 10
-6
. Dapat disimpulkan bahwa
fasilitas landfill slag timah yang disimulasikan tidak memberikan dampak radiologik signifikan
terhadap individu dan memenuhi kriteria pembatas dosis, yaitu kurang dari atau sama dengan 0,3
mSv/tahun.
Kata kunci: RESRAD-OFFSITE, Slag timah, TENORM
ABSTRACT
Radioactive materials content in waste which are generated by tin melting industry have become
national and international issues to get a solution of the management approppriately. Big amount of
TENORM become landfill is one of the solution. Objective of this papper to know radiologic risk of a
tin slag landfill use RESRAD-OFFSITE software. The metholodogy throught secondary date
collection, review of literature, run the data use RESRAD-OFFSITE software and analysis the output.
The result, individual effective dose to individu up to 9,13 Sv/years. Most of the dose is achieved by
airborne direct radiation pathway. Individu cancer risk is caused by radiaton from the tin slag landfill is
6,8. 10
-6
. The conclusion is the tin slag landfill dont give significant radiologic effect to individu
because the landfill fulfill dose contrain value, is 0,3 mSv/y.
Keywords: RESRAD-OFFSITE, TENORM, Tin Slag

ANALISIS INVENTARISASI LIMBAH RADIOAKTIF BIOLOGICAL
SHIELDING REAKTOR KARTINI, YOGYAKARTA
INVENTORY ANALYSIS OF BIOLOGICAL SHIELDING OF KARTINI
REACTOR, YOGYAKARTA
Mulyono Daryoko
1,
*
)
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN
Kawasan Puspiptek, Gedung 50, Serpong, 15310, Tangsel
*
mdaryoko@yahoo.com
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis inventarisasi limbah radioaktif biological shielding reaktor Kartini, Yogyakarta.
Reaktor Kartini telah berusia lebih dari 40 tahun. Cepat atau lambat reaktor tersebut pasti akan
didekomisioning. Sebelum dilakukan dekomisioning, salah satu hal yang krusial yang harus
dilakukan adalah analisis inventarisasi limbah radioaktifnya. Data ini diperlukan untuk perkirakan
perhitungan dana yang harus disiapkan. Biological shielding adalah salah satu bagian limbah
radioaktif padat reaktor yang signifikan. Limbah radioaktif biological shielding terjadi karena reaksi
aktivasi selama pengoperasian reaktor. Analisis inventarisasi limbah tersebut dilakukan melalui data
inventarisasi radionuklida yang terkandung di dalamnya, yang kemudian bisa dipetakan kandungan
limbah radioaktifnya. Inventarisasi radionuklida diperkirakan dari data-data primer reaktor Kartini, dan
didukung dengan data-data sekunder dari berbagai pustaka. Dari studi ini disimpulkan bahwa
kandungan radionuklida yang terkandung di dalam biological shielding reaktor Kartini, Yogyakarta,
setelah 5 tahun shut down adalah Fe-55, Mn-54, Co-60, Ni-63, Nb-94, Ba-133, Eu-152 dan Eu-154,
dengan aktivitas masing-masing adalah 7,17x10
8
Bq; 1,43x10
7
Bq; 3,71x10
8
Bq; 4,76x10
7
Bq;
2,83x10
7
Bq; 4,18x10
6
Bq; 1,04x10
6
Bq dan 1,04x10
6
Bq. Pada penyimpanan sampai 30 tahun,
radionuklida yang dominan adalah Fe-55 dan Co-60 dan Ba-133. Co-60 dan Ba-133 masih dominan
sampai penyimpanan 50 tahun. Limbah radioaktif biological shielding tersebut termasuk limbah
aktivitas rendah yang aktivitasnya kurang lebih 1,741 Bq/g dan jumlahnya kurang lebih 667 ton.
Kata kunci: biological shielding, reaktor Kartini, limbah radioaktif
ABSTRACT
The inventory analysis of biological shielding radioactive waste from Kartini reactor, Yogyakarta, has
been conducted. The age of Kartini reactor is more than 40 years, therefore the reactor certainly will
be decommissioned sooner or later. Before being decommissioned, one important thing that should
be done is the inventory analysis of its radioactive waste. The data of the inventory analysis is needed
to calculate the needed budget. The most significant solid radioactive waste is the biological shielding.
This radioactive waste emerged because of the activation reaction when the reactor was being
operated. The inventory analysis of the radioactive waste can be done through the inventory of
radionuclide contained in the radioactive waste, thus the radioactive waste composition could be
known. The inventory of the radionuclide could be predicted from the primary data of Kartini reactor,
and also from the secondary data from the literature. This study concluded that the radionuclide
contained in the biological shielding of Kartini reactor, Yogyakarta, after being shut down for 5 years is
Fe-55, Mn-54, Co-60, Ni-63, Nb-94, Ba-133, Eu-152 and Eu-154 with each activity is 7,17x10
8
Bq;
1,43x10
7
Bq; 3,71x10
8
Bq; 4,76x10
7
Bq; 2,83x10
7
Bq; 4,18x10
6
Bq; 1,04x10
6
Bq and 1,04x10
6
Bq. If it
is being stored for 30 years, the dominant radionuclide is Fe-55, Co-60 and Ba-133. Co-60 and Ba-
133 is still dominant until it is being stored for 50 years. The biological shielding radioactive waste is
the low activity waste with less than 1.741 Bq/g in activity and 667 ton in amount.
Keywords: biological shielding, Kartini reactor, radioactive waste

PERBANDINGAN PRAKTEK DAN KEGIATAN PENGELOLAAN
BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI INDONESIA DENGAN JOINT
CONVENTION ON THE SAFETY OF SPENT FUEL MANAGEMENT
AND ON THE SAFETY OF RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT
Agus Waluyo,MT
1 *)
, Sri Budi Utami, MT
2)

Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Jalan Gadjah Mada No. 8 Jakarta Pusat
*e-mail: a.waluyo@bapeten.go.id
ABSTRAK
Salah satu masalah yang penting dan mendasar dalam pemanfaatan tenaga nuklir adalah solusi
permanen mengenai pengelolaan bahan bakar nuklir bekas (BBNB) dan limbah radioaktif (LR) yang
dihasilkan. Isu mengenai pengelolaan BBNB dan LR menarik perhatian dunia, terutama mengenai
hal-hal yang bersinggungan dengan keselamatan masyarakat atau publik dan perlindungan terhadap
lingkungan.Upaya pertama komunitas internasional melalui International Atomic Energy Agency
(IAEA) untuk menghasilkan solusi yang bersifat sistematik guna mengatasi pengelolaan Bahan Bakar
Nuklir Bekas (BBNB) dan limbah Radioaktif (LR) yang komprehensif dan memiliki tingkat
keberterimaan yang tinggi secara global dilakukan melalui penyusunan instrumen hukum
internasional baru yang tertuang dalam the Joint convention on the Safety of spent Fuel management
and on the Safety of Radioactive Waste Management yang selanjutnya disebut konvensi gabungan.
Indonesia melalui PerPres No.84 tahun 2010 telah meratifikasi konvensi ini, oleh sebab itu
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pasal-pasal yang ada di konvensi gabungan tersebut.
Dari data yang didapat dari fasilitas pengelolaan LR dan BBNB dan juga diskusi dari narasumber
dapat diambail kesimpulan bahwa praktek pengelolaan bahan bakar nuklir bekas (BBNB) dan limbah
radioaktif (LR) di Indonesia saat ini secara garis besar telah memenuhi kewajiban-kewajiban yang
ada di konvensi gabungan tersebut.
Kata kunci: bahan-bakar nuklir bekas, konvensi gabungan, Limbah radioaktif.
ABSTRACT
One of the important and fundamental problems in the utilization of nuclear energy is a permanent
solution on the management of spent fuel and radioactive waste. Issues concerning the management
of spent fuel and radioactive waste attracted worldwide attention, especially on matters pertaining to
public safety or protection to the environment. The first effort of the international community through
the International Atomic Energy Agency (IAEA) to produce solutions that are systematic in order to
address the management of spent fuel and radioactive waste and high acceptance rate globally is
done through the preparation of new international legal instrument which state in Joint Convention on
The Safety of Spent Fuel Management and on The Safety of Radioactive Waste Management, the
next called the joint convention. Indonesia through Presidential Regulation no . 84 years 2010 has
ratified this convention therefore, have an obligation to implement the existing provisions in the joint
convention. From data which obtained from facilities and expert can be concluded that practice of
management of spent fuel and radioactive waste in Indonesia is currently has fulfilled the obligations
in the joint convention.
Key words: Spent fuel, joint convention, radioactive waste


KETAHANAN KOROSI CANISTER LIMBAH AKTIVITAS TINGGI
DALAM MENJAGA KESELAMATAN LINGKUNGAN
CORROSION RESISTANCE OF HIGH LEVEL WASTE CANISTER IN
MAINTAINING SAFETY ENVIRONMENT
Aisyah
1, *)
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
Kawasan Puspiptek Gd 50 Tangerang Selatan, 153114, Indonesia
*
aisyah@batan.go.id
ABSTRAK
Pemanfaatan teknologi nuklir akan menimbulkan limbah radioaktif, salah satunya adalah limbah
aktivitas tinggi. Limbah ini divitrifikasi dengan gelas borosilikat, dan dimasukkan dalam canister.
Canister harus dipilih dari bahan dengan ketahanan korosi yang tinggi agar radionuklida tidak
menyebar ke lingkungan. Telah dilakukan penelitian ketahanan korosi baja tahan karat AISI 321 yang
diberi perlakuan panas pada suhu sensitisasi. Pengamatan struktur mikro dilakukan menggunakan
mikroskop optik, Scanning Electrone Microscope beserta Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy.
Tujuan penelitian adalah mempelajari ketahanan korosi baja tahan karat AISI 321 sebagai bahan
canister limbah aktivitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak teramati penurunan
ketahanan korosi bahan AISI 321. Teramati presipitat titanium karbida dengan diameter rata-rata 4,70
m, dengan kadar titanium 92,96 %berat. Baja tahan karat AISI 321 memiliki ketahanan korosi yang
baik dan dapat digunakan sebagai bahan canister limbah aktivitas tinggi yang dapat mengisolasi
radionuklida didalamnya, sehingga keselamatan manusia dan lingkungan akan terus terjaga baik
untuk generasi saat ini maupun untuk generasi mendatang.
Kata kunci: canister, disposal, korosi, limbah aktivitas tinggi.
ABSTRACK
Utilization of nuclear technology generates radioactive waste which one of the waste is high level
waste. This high level waste was vitrified with borosilicate glass, and was poured into
canisters.Canister must be selected from a material with high corrosion resistance so the radionuclide
does not spread into the environment. A study on Corrosion resistance of AISI-321 by giving a heat
treatment at a sensitization temperature had been done. Microstructure observation was carried out
by both optical microscope, Scanning Electron Microscope and Energy dispersive X-Ray
Spectroscopy. The research objective was to study the corrosion resistance of AISI 321 stainless
steel as a material of high level waste canister.The results showed that no decrease of corrosion
resistance observed on the tested samples. Titanium carbide precipitates was observed in the
samples with an average diameter of about 4.70 m, with a titanium content of 92.96 wt%. AISI 321
stainless steel has good corrosion resistance and can be used as high level waste canister that can
isolate the radionuclides in it, so that human safety and the environment will be maintained for both
the current generation and for future generations
Keywords: canister, disposal, corrosion, high level waste.

PERHITUNGAN BURNUP DAN PEMBENTUKAN PU-239 PADA
BAHAN BAKAR BEKAS PWR DENGAN PROGRAM ORIGEN
THE CALCULATION OF BURNUP AND BUILDUP OF PU-239 FOR
PWR SPENT FUEL WITH ORIGEN
Daddy Setyawan
1, *)
dan Budi Rohman
1)

Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Jakarta
* d.setyawan@bapeten.go.id
ABSTRAK
Dalam makalah ini dilakukan penentuan nilai Pu-239 terbentuk dan U-235 dan U-238 tersisa dalam
bahan bakar bekas nuklir PWR dengan menggunakan Program ORIGEN. Metode pendekatan yang
dilakukan adalah mengiradiasi bahan bakar baru dalam satu tahap sekaligus dengan suatu tingkat
daya tertentu. Analisis diarahkan untuk mengetahui parameter penambahan Pu-239 dan parameter
berkurangnya U-235 dan U-238 dalam bahan bakar bekas PWR. Hasil analisis menunjukkan bahwa
besar daya operasi dan/atau lamanya operasi menyebabkan bertambahnya jumlah Pu-239 secara
polinomial dan berkurangnya U-238 secara polinomial sebagai fungsi nilai burnup. Berdasarkan hasil
analisis perhitungan ini, diperoleh bahwa dengan berkurangnya bahan bakar PWR (U-235 dan U-
238) maka akan timbul bahan bakar baru (Pu-239) yang dapat digunakan untuk jenis Reaktor nuklir
yang lain, dimana semakin besar pengurangan U-235 maka semakin besar Pu-239 yang diperoleh.
Kata kunci: Burnup, ORIGEN, Pu-239, U-238 dan U-235.
ABSTRACT
This paper discuses the determination of Pu-239-formed and U-235 and U-238-remaining in nuclear
spent fuel of PWR using Origen Code. The approach taken is by irradiating the fresh fuel in one step
at a time with a certain power level. The analysis aimed to determine the Buildup of Pu-239 and the
reduction of U-235 and U-238 in PWR spent fuel. The analysis showed that as power and/or the
operating time increasing, the amount of Pu-239 is increasing and the amount of U-238 is decreasing
as function of Burnup. Based on this calculation, the reduction of PWR fuel (U-235 and U-238) will
generate new fuel (Pu-239) that could be used for other types of nuclear reactors, where the greater
the reduction of U-235 and U-238 the greater Pu-239 will be generated.
Keywords: Burnup, ORIGEN, Pu-239, U-238 dan U-235.

IMOBILISASI LIMBAH RADIOAKTIF DARI PRODUKSI
RADIOISOTOP
99
Mo DENGAN BAHAN MATRIKS SYNROC
IMMOBILIZATION OF RADIOACTIVE WASTE FROM 99Mo
RADIOISOTOPE PRODUCTION BY MATRIX MATERIAL OF SYNROC
Gunandjar
1,
*
)

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-Badan Tenaga Nuklir Nasional
Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang selatan, Banten 15310, Indonesia
*
gunand-m@batan.go.id
ABSTRAK
Pengkajian teknologi imobilisasi dengan bahan matriks synroc telah dilakukan untuk limbah radioaktif
umur panjang yang ditimbulkan dari produksi radioisotop molibdenum-99 (
99
Mo). Synroc adalah
bentuk limbah kristalin yang tersusun dari gabungan fase-fase titanat yang stabil dan dipilih karena
kestabilan geokimia dan kemampuan untuk imobilisasi unsur-unsur dalam limbah radioaktif. Untuk
limbah radioaktif umur panjang yang ditimbulkan dari produksi
99
Mo yang mengandung uranium,
transuranium dan unsur-unsur hasil belah telah dikembangkan synroc yang mengandung fase utama
pyrochlore (CaATi
2
O
7
), brannerite (AnTi
2
O
6
) dan hollandite [Ba(Al,Ti)
2
Ti
6
O
16
]. Proses pembentukan
synroc limbah dilakukan melalui proses pres-panas isostatik pada suhu tinggi. Hasil studi memberikan
konfirmasi bahwa laju pelindihan dan kerusakan akibat radiasi peluruhan- terhadap synroc relatif
sangat rendah dan tidak menyebabkan micro-cracking. Di Indonesia, adaptasi teknologi imobilisasi
untuk imobilisasi limbah radioaktif yang ditimbulkan dari produksi
99
Mo dilakukan dengan bahan
synroc melalui proses kalsinasi pada suhu 750
o
C dan sintering pada 1200
o
C. Komposisi prekursor
oksida sebagai matriks synroc (dalam % berat) adalah : Al
2
O
3
(5,4); BaO (5,6); CaO (11,0); TiO
2

(71,4) dan ZrO
2
(6,6). Hasil menunjukkan bahwa kualitas blok synroc limbah hasil imobilisasi dengan
proses sintering tersebut sesuai dengan proses pres-panas isostatik.
Kata kunci: imobilisasi limbah, limbah radioaktif dari produksi 99Mo, synroc.
ABSTRACT
The assessment of immobilization technology using synroc matrix material was carried out for the
long life radioactive wastes generated from molybdenum-99 (
99
Mo) radioisotope production. Synroc is
a crystalline wasteform comprising a stable assemblage of titanate phases chosen for their
geochemical stability and ability to immobilize the radioactive elements in radioactive wastes. For the
long life radioactive waste generated from
99
Mo production containing of uranium, transuranics and
fission products was developed the synroc containing of pyrochlore (CaATi
2
O
7
), brannerite (AnTi
2
O
6
),
and hollandite [Ba(Al,Ti)
2
Ti
6
O
16
] as main host phases. The process of synroc waste forming was
carried out by hot isostatic pressing at high temperature. The studies confirm that the leaching-rates
and -decay damage in synroc relatively very low and it cannot caused micro-cracking. In Indonesia,
adaptation of immobilization technology for immobilization of the radioactive wastes generated from
99
Mo production using synroc materials by calsination at the temperature 750
o
C and sintering at the
temperature 1200
o
C. The composition of precursor oxides as synroc matrix (in % weight) i.e : Al
2
O
3

(5,4); BaO (5,6); CaO (11,0); TiO
2
(71,4) and ZrO
2
(6,6). The results showed that the quality of waste
synroc block producted by the sintering process conform to the hot isostatic pressing process.
Keywords: immobilization of waste, radioactive waste from 99Mo production, synroc

KETAHANAN POLIMER EPOKSI UNTUK IMOBILISASI LIMBAH
URANIUM TERHADAP PANAS DAN RADIASI
RESISTIVITY OF EPOXY POLYMER FOR IMMOBILISATION
URANIUM WASTE TOWARDS RADIATION AND HEAT
Herlan Martono
1, *)
dan Aisyah
1)
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, Badan Tenaga Nuklir Nasional
Tangerang Selatan, 15310, Indonesia
*
herlanmartono@yahoo.com
ABSTRAK
Limbah rafinat dari ekstraksi uranium mempunyai umur paro yang panjang, sehingga harus dikelola
agar tidak menimbulkan dampak terhadap manusia dan lingkungan. Limbah rafinat diimobilisasi
dengan polimer epoksi dengan kandungan limbah 30 % berat, kemudian disimpan ditempat
penyimpanan sementara (interm storage). Dalam interm storage limbah mendapatkan paparan
radiasi dari limbah sekelilingnya, sehingga mengakibatkan panas dan radiasi yang merubah
karakteristik polimer-limbah yaitu densitas, kuat tekan, dan laju pelindihannya. Polimer-limbah yang
dipanaskan pada suhu 100 dan 200
0
C selama 2, 4, 6, 8, dan 10 jam menurunkan densitas, kuat
tekan, tetapi menaikkan laju pelindihan. Pada suhu 300 C selama 2 dan 4 jam, polimer-limbah rusak
dan warna berubah menjadi hitam, sehingga densitas, kuat tekan, dan laju pelindihannya tidak
ditentukan. Polimer-limbah yang diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 40, 80, 120, dan 160 kGy
nilai densitasnya sedikit menurun, kuat tekannya yang diiradiasi 40 kGy naik jika dibandingkan
dengan 0 kGy, dan laju pelindihannya naik setelah polimer-limbah diiradiasi dengan dosis lebih besar
40 kGy. Pengaruh radiasi alfa terhadap densitas, kuat tekan, dan laju pelindihan selama 1, 2, dan 3
bulan sangat kecil.
Kata kunci : Ketahanan polimer, limbah uranium, panas, radiasi.
ABSTRACT
Rafinate waste from the extraction of uranium has very long half life, so that must be managed in
order there is not causing radiological impact to humans and environment. Rafinat waste
immobilized by epoxy polymer on 30 % content of waste, then stored in interm storage. In the interm
storage, radioactive waste get radiation exposure from the surrounding environment that has result
in heat and radiation that may result in changes the characteristics of waste-polymer i.e density,
compressive strength, and the leaching rate. Epoxy polymer-waste that heated at temperature 100
and 200 C in 2, 4, 6, 8, and 10 hours has decreasing density and compressive strength, but
increasing the leaching rate. Waste-polymer that irradiated by gamma at doses of 40, 80, 120, and
160 kGy have decreasing density value, compressive strength irradiated at dose of 40 kGy is
increasing if compared with 0 kGy, and leaching rate is increasing after the waste-polymer has
irradiated at more than 40 kGy. Effect of alpha radiation to density, compression strength, and
leaching rate for 1, 2, 3 month are very small.
Keywords : Polymer resistance, uranium waste, thermal, radiasion.

PENGGUNAAN BIOSORBEN EXTRACELLULAR POLYMERIC
SUBSTANCE TERIMOBILISASI PADA KALSIUM ALGINAT UNTUK
PENYISIHAN URANIUM
BIOSORBEN UTILIZATION OF IMMOBILIZED EXTRACELLULAR
POLYMERIC SUBSTANCE ON CALCIUM ALIGINATE FOR
REMOVING OF URANIUM
Zainus Salimin
1, *)
dan Endang Nuraeni
2)
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-Badan Tenaga Nuklir Nasional
Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314
*
email: zainus_s@batan.go.id
ABSTRAK
Penggunaan Biosorben Extracelullar Polymeric Substance Terimobilisasi pada kalsium Alginat untuk
penyisihan uranium. Extracellular Polymeric Substance (EPS) dihasilkan bakteri, berkomposisi
polisakarida 40-95%, protein 1-60%, asam nukleat 1-10%, lipida 1-10%, polimer asam amino dan
lain-lain. EPS dapat mengikat kation dan anion karena mengandung gugus fungsional karboksilat,
fosfat, sulfat, hidroksil, aminokarboksilat dan lain-lain. Penelitian penggunaan EPS terimobilisasi pada
kalsium alginat untuk penyisihan uranium dari limbah radioaktif cair telah dilakukan. EPS hasil
ekstraksi lumpur aktif industri makanan berkadar polisakarida 83,55% dan protein 15% diimobilisasi
pada kalsium alginat sehingga diperoleh 9,623 mg EPS per g sorben EPS-Kalsium Alginat yang
berdiameter 4-5 mm. Variabel percobaannya adalah pH larutan 4,7 dan 8 dan debit aliran 1, 3 dan 5
ml/menit. Larutan uranium kadar 100mg/L (1260Bq/l) dialirkan pada kolom adsorpsi berdiameter
dalam 0,95 cm, tinggi bed 8 cm yang berisi 6,2 g sorben. Pada pH 7 dan debit 1 ml/menit diperoleh
kapasitas penyerapan ion UO
2
+2
maksimum 881,84 mg U/g biosorben. Larutan netral memberikan
kondisi independensi ion UO
2
+2
terikat sepenuhnya pada biosorben. Debit 1 ml/menit memberikan
waktu kontak ion UO
2
+2
dengan biosorben lebih baik dari pada debit 3 dan 5 ml/menit.
Kata Kunci : biosorben, Extracellular Polymeric Substance (EPS).
ABSTRACT
Biosorben utilization of immobilized extracellular polymeric substance on calcium aliginate for
removing of uranium. Extracellular Polymeric Substance (EPS) is resulted by bacterial cells
compossing the polysaccharides 40-95%, proteins 1-60%, nucleic acids 1-10%, lipids 1-10%, and
polymers of amino acids and other compounds. The EPS can bind the cations and anions supporting
by its content of carboxylates, phosphoric, sulfuric, hydroxil, aminocarboxylates, etc. Study of the
utilization of immobilized EPS on calcium aliginate for uranium removing has been performed. The
EPS from extraction of industrial food active sludge having the content of polysaccharides of 83,55%,
and protein of 15%, was immobilized with calcium alginates matrix resulting 9,623 mg EPS per g of
EPS-calcium aliginates biosorbent. The grain size diameter of resulted EPS-calcium alginates was 4-
5 mm. The sulution with 100 mg/L uranium concentration or 1260Bq/l activity equivalent was
channeled through the adsorption coloum of 0,95 cm diameter and 8 cm bed height containing 6,2 g
of biosorbent. The experiment variabels are solution pH of 4, 7 dan 8, and rates of flow of 1,3 dan 5
ml/minute. The result indicates that on the pH of 7 and rates of flow 1 ml/minute gives the maximum
sorption capacity of 881,84 mg U/g biosorbent. The neutral solution of pH 7 gives the bonding
independency of UO
2
2+
catching on the biosorbent. Rate of flow of 1 ml/minute gives the contact time
of UO
2
2+
ion with biosorbent surface better than on the rate of flow 3 and 5 ml/minute.
Keywords: biosorbent, Extracellular Polymeric Substance (EPS).

Perbaikan Proses Produksi Pupuk Phosphate Alam
Repair of Production Process Fertilizer Natural Phosphate
R.TD. Wisnu Broto
1,
*
)
dan Edy Supriyo
2)
PSD. III Teknik Kimia Program Diploma Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, SH, Pedalangan, Tembalang, Semarang 50239 Indonesia
Telp/Fax: (024) 7471379
*
vieshnoe@gmail.com
ABSTRAK
Deposit phosphate yang terkandung di dalam perbukitan lereng Gunung Muria dapat diperkirakan
dapat mencapai 50 tahun. Adanya potensi ini mendorong pemerintahan kabupaten Pati untuk
mengembangkan kekayaan sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan PAD. Salah satu
industri kecil yaitu Dewi Sri mulai mengolah sumber daya alam tersebut (deposit phosphate) menjadi
pupuk phosphate alam yang kemudian berkembang menjadi pupuk majemuk. Produksi pupuk
phosphate alam dari tahun ke tahun selalu meningkat sesuai dengan perkembangan sektor
pertanian, tetapi para pengusaha pupuk masih belum memperhatikan kualitasnya dan masih
menjualnya dalam bentuk tepung, sehingga menyulitkan pemakaian di lapangan.. Prinsip pembuatan
pupuk phosphate adalah merubah tricalsium phosphate yang ada di dalam batuan phosphate
menjadi mono calsium phosphate dengan cara pengasaman oleh dolomit dan fieldspar. Sebagian
besar batuan phosphate digunakan untuk produksi pupuk SP 36. Hasilnya adalah pupuk phosphate
yang berbentuk butiran, kemudian butiran dilewatkan melalui vibrating screen sehingga didapatkan
ukuran butiran pupuk yang homogen dan sesuai dengan standard yang diinginkan.
Kata kunci : deposit phosphate, pupuk alam, vibrating screen.
ABSTRACT
Phosphates deposit which consist in in is hilly of mountainside of Muria can be estimated can reach
50 year. Existence of this potency push governance of sub-province to develop properties of natural
resources so that can improve PAD. One of the small industry that is Dewi Sri start to process the
natural resources ( phosphate deposit) becoming fertilizer of phosphate natural which later then round
into multiple fertilizer. Production fertilizer natural phosphate from year to year always mount as
according to growth of agricultural sector, but all entrepreneur fertilize still not yet paid attention its
quality and still selling it in the form of flour, so that complicate usage in field. Principle making of
phosphates fertilizer is change three calcium phosphate exist in in rock of phosphate become
calcium mono phosphate by addition of acid by dolomit and fieldspar. Most rock of phosphate used
for production SP 36 fertilizer. Its result phosphates fertilizer granulated, then item overcome to pass
vibrating screen so that got the homogeneous fertilizer measure and as according to wanted
standard.
Key word : Phosphates deposit, natural fertilizer, vibrating screen.

STUDI PENANGANAN MASALAH PEMELIHARAAN LUMPUR AKTIF
DALAM IPAL PABRIK PEMURNIAN MINYAK PELUMAS BEKAS
Agus Slamet
1, *)
, Welly Herumurti
2)
, Joni Hermana
3)

Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya (60111)
*
agus_mgt@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mempertahankan kualitas lumpur aktif di WWTP industri pemurnian
minyak pelumas bekas, selama periode pemeliharaan mesin-mesin pabrik dan unit tangki aerasi.
Penelitian Pemeliharaan lumpur aktif telah dilakukan dengan menggunakan tangki aerasi yang diisi
dengan MLVSS sebanyak 100 m3 atau setara dengan 6,2% dari volume tangki aerasi IPAL. Tetes
telah digunakan sebagai co-substrat sebagai tambahan makanan mikroba pada saat ketersediaan
air limbah terbatas karena pabrik tidak operasi. Pemeliharaan lumpur aktif dilakukan selama 21 hari
dengan konsentrasi MLVSS sekitar 3500 mg / l.. Setelah diperasikan kembali, lumpur aktif digunakan
kembali sebagai pengolah air limbah dalam unit tanki aerasi IPAL. Operasional proses lumpur aktif
dimulai dengan konsentrasi MLVSS = 600 mg/L dan dilakukan monitoring selama 3 bulan. Hasil
penelitian menunjukkan ada perubahan dalam kinerja lumpur aktif karena perbedaan dalam substrat
selama proses pemeliharaan, khususnya konsentrasi sulfur, fenol dan amonia yang relatif rendah.
Tingginya kandungan H2S, amonia, fenol dan minyak dalam air limbah yang dihasilkan saat start-up
operasi pabrik telah membunuh sebagian besar mikroba spesifik yang terkandung dalam lumpur aktif.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk mempertahankan mikroorganisme tertentu untuk tetap
aktif membutuhkan karakteristik air limbah yang sama, dan tidak boleh menerima kejutan beban
polutan yang tinggi, sehingga lumpur aktif dapat tumbuh dan bekerja dengan waktu aklimatisasi
singkat
Kata kunci : Pemeliharaan, lumpur aktif, mikroba, aklimatisasi.
ABSTRACT
Aimed of Research at maintaining the quality of activated sludge at the wwtp used lubricating oil
industry during the maintenance period of factory machines and aeration tank unit . The
Maintenance research of the activated sludge have been conducted using aeration tank which filled
with MLVSS as much as 100 m3 or equal with 6.2% of the WWTP aeration tank volume. Molasses
has been used as co-substrate for additional microbial food during waste water availability is limited
because the plant is not operating. Maintenance of activated sludge conducted as long as 21 days
with MLVSS concentrations about 3500 mg / l. After the maintenance period, the seed of activated
sludge used as the biostarter of the WWTP aeration tank. The operational of activated sludge process
begins with the concentration of MLVSS = 600 mg / l and be performed monitoring for 3 months.
The research results indicate there have been changes in the performance of activated sludge due to
differences in the substrate during the maintenance process, especially the concentration of sulfur,
phenol and ammonia which are relative low. High content of H2S, ammonia, phenol and oil in
wastewater generated at start-up factory operations have been killed most of the microbes specific
contained in activated sludge. This research can be concluded that in order to maintain the specific
microorganisms to remain active need the same waste water characteristic , and should not be
receives a surprise of high pollutant loads , so that activated sludge can grow and work with a short
acclimation time.
Keywords: Maintenance, activated sludge, microbial, acclimatization

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENGOLAHAN IKAN (COLD
STORAGE) MENGGUNAKAN SISTIM SEQUENCING BATCH
REACTOR
PROCESS OF WASTEWATER TRETMENT FISH (COLD STORAGE)
USE SEQUENCING BATCH REACTOR SYSTEM
Agus Surono
1,
*
)
dan Soeprijanto
2,
**
)
Laboratorium Biokimia Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
*
aguzzurono@yahoo.com;
**
soeprijanto@chem-eng.its.ac.id
ABSTRAK
Kegiatan pengolahan ikan pada industri cold storage selain menghasilkan produk, juga air limbah.Air
limbah berasal dari kegiatan air pencucian proses produksi dan air sanitasi yang mengandung
NaOCL.Karakteristik air limbah dari kegiatan diatas mengandung zat organik dan ion OCL.
Pengolahan air limbah menggunakan sistim sequencing batch reaktor (sbr) diperkirakan mampu
menurunkan COD hingga 200 ppm. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh konsentrasi awal
COD dan konsentrasi NaOCl terhadap removal COD. Metode penelitian melalui tahapan sbb:
aklimasi mix culture, operasi sbr dengan beban COD awal rendah sampai COD tinggi (2000 ppm),
kemudian penambahan NaOCl awal 10 ppm sampai 55 ppm pada beban awal air limbah COD
rendah sampai tinggi secara sequencing batch dengan parameter-paramter yang diukur : COD,
MLSS, MLVSS, SVI setiap 6 jam sampai waktu aerasi 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sistim sbr dapat digunakan untuk proses removal COD sampai 80% ke atas . Pengaruh beban air
limbah dengan beban COD awal (900 ppm s/d 1400 ppm) terhadap perbedaan besar removal COD
kecil.Pada penambahanNaOCl pada air limbah dari 10 ppm dan 15 ppm, tidak menunjukkan adanya
perbedaan besar removal COD, jika penambahan konsentrasi NaOCl ditingkatkan lagi hingga
mencapai 55 ppm, removal COD akan terus turun dari 95 menjadi 72%.
Kata kunci: COD, Mix Culture, NaOCL, Removal COD, Sequencing Batch Reactor
ABSTRACT
The fish processing industry activities at cold storage in addition to producing products, as well as
wastewater.Waste water comes from water leaching process of production activities and water
sanitation containing NaOCL. Characteristics of the wastewater from the above activities and ion
OCL
-1
. Wastewater treatment system using sequencing batch reactors (sbr) is estimated to be able to
reduce COD untill 200 ppm. This research aims to study the influence of initial concentration
COD,concentration of NaOCL to remove COD. The research method through phases: aclimation mix
culture, operation sbr with load ofCOD low to high (2000 ppm), then the addition of the initial 10
NaOCl and 55 ppm on the initial load of wastewater COD low to high sequencing batch with a
measured parameter-paramter: COD, MLSS, MLVSS, SVI every 6 hours until time of aeration 48
hours. The results showed that sbr system can be used for COD removal processes up to 80% and
over. Influence of load of wastewater with COD load early (900 ppm to 1400 ppm) towards a big
difference small COD removal.On added NaOCl in waste water of 10 ppm and 15 ppm, does not
indicate any major difference, if the addition removal COD concentration is increased again to reach
the NaOCl 55 ppm, removal COD will continue to fall from 95 to be 72%.
Keywords: COD, Mix Culture, NaOCL, Sequencing Batch Reactor.Removal COD

EFEK AERASI TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN ALGA PADA
PENGOLAHAN AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN
Ajeng Hayu Anandra
1)
, Agus Slamet
2)
, Joni Hermana
3)

1)Program S1Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2) Program S3 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3) Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
ABSTRAK
Aplikasi bioreaktor Alga (HRAR, High Rate Alga Reactor) merupakan salah satu teknologi alternatif
untuk menurunkan konsentrasi pencemar organik dalam air. HRAR memanfaatkan simbiosis antara
alga dan bakteri. Kandungan alga yang tinggi pada bioreactor akan meningkatkan kompetisi
konsumsi oksigen antara alga dan bakteri, dan berdampak pada penurunan laju pertumbuhan alga.
Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh aerasi pada tingkat pertumbuhan ganggang pada
pengolahan air Boezem Morokrembangan. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium
menggunakan variasi konsentrasi COD awal limbah sebesar 50 mg/L, 100 mg/L dan 150 mg/L. Dan
variasi 12 jam pada malam hari dan 24 jam secara kontinyu. Penelitian menunjukkan bahwa Aerasi
terus menerus selama 24 jam telah menyebabkan nilai pH air meningkat dan memperlambat laju
pertumbuhan alga. Aerasi selama 12 jam pada malam hari mampu meningkatkan kinerja bioreaktor
alga untuk menurunkan kandungan zat organik dan nutrient.
Kata kunci : laju pertumbuhan, alga, aerasi, boezem morokrembangan.
ABSTRACT
Algae bioreactor applications (HRAR, High Rate Algae Reactor) is one of the alternative technologies
to reduce the concentration of organic pollutants in water. HRAR use the symbiosis between algae
and bacteria. In the HRAR systems will occur competition of oxygen consumption between algae
and bacteria, and impact on the growth rate of algae. The study aims to evaluate the effect of
aeration on the growth rate of algae on the processing of Morokrembangan Boezem Water. The
study was conducted in laboratory scale using a variation of the initial wastewater COD concentration
of 50 mg / l, 100 mg / l, 150 mg/L. And variation aeration 12 hours during night and 24 hour
continuously. Research shows that continuous aeration for 24 hours has caused the pH value of
water increases and inhibit the growth rate of algae. Aeration for 12 hours during night was able to
improve the performance of the algae bioreactor to reduce the content of organic matter and
nutrienKey words: Growth rate, Algae, Aeration, Boezem Morokrembangan.
Key words: Growth rate, Algae, Aeration, Boezem morokrembangan

Analisis Potensi Reduksi Sampah di Kota Kotabaru Kalimantan
Selatan
Muhammad Syahirul Alima
1, *)
, Gina Lovasarib
2)
, dan Mevi Ayuningtyasc
3)
1
Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

2
Mahasiswi Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

3
Mahasiswi Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
*alimms@grad.its.ac.id
ABSTRAK
Kota Kotabaru sebagai ibu kota Kabupaten Kotabaru merupakan kabupaten terluas di propinsi
Kalimantan Selatan dengan luas lebih dari seperempat (25,11%) dari luas propinsi Kalimantan
Selatan. Sampah yang dihasilkan langsung dibuang ke TPA tanpa pengelolaan terlebih dahulu.
Pengelolaan sampah dengan mereduksi sampah belum diprogramkan oleh Bidang Kebersihan
Kabupaten Kotabaru. Tujuan dari penelitian ini adalah analisis karakteristik, komposisi dan timbulan
sampah sehingga didapat potensi reduksi sampah di Kota Kotabaru. Metodologi yang dipakai dengan
observasi lapangan, kuesioner dan dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer
meliputi sampling timbulan sampah, komposisi sampah dan karakteristik sampah. Data hasil sampling
dianalisis kesetimbangan massa sehingga didapat potensi reduksi sampah di kota Kotabaru. Hasil
penelitian menunjukkan komposisi dan karakteristik sampah di Kota Kotabaru terdiri dari sisa
makanan 38,17 %, kertas-karton 27,3%, plastik 10,84%, kayu dedaunan 12,08%, lain-lain 3,44 %,
timbulan sampah sebesar 2,27 l/org/hari, dari hasil kuesioner di masyarakat terhadap pengelolaan
sampah di Kota Kotabaru 92% responden sudah mendapat pelayanan persampahan oleh dinas
kebersihan, sampah sudah yang didaur ulang pemulung meliputi 38% Logam, 26% kertas, dan 26%
plastik. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dengan adanya reduksi sampah pada sumber volume
sampah yang diangkut ke TPA dapat berkurang sebesar 58,81% atau dari 70,23 m3/hari menjadi
41,3 m3/hari.
Kata Kunci : Karakteristik, Komposisi, Reduksi, Sampah

STUDI PEMANFAATAN PROGRAM SANITASI OLEH MASYARAKAT
(SANIMAS) DI KOTA BANJARMASIN
Muhammad Syahirul Alima
1,*)
dan Erika Agustinib
2)
1
Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

2
Alumnus Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

*alimms@grad.its.ac.id
ABSTRAK
Salah satu upaya pemerintah kota Banjarmasin untuk mengatasi masalah pencemaran sungai adalah
membangun sarana dan prasarana MCK+ beserta pengolahan air limbahnya yang terletak di
bantaran sungai melalui program Sanitasi oleh Masyarakat (SANIMAS) dimana pengolahan
limbahnya menggunakan Teknologi Anaerobik Baffle Reactor (ABR). Monitoring terhadap
pemanfaatan program SANIMAS belum dilakukan oleh Pemerintah Pusat sehingga tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai analisis pemanfaatan oleh masyarakat terhadap program SANIMAS dan
evaluasi proses pengolahan dari IPAL ABR untuk mengurangi beban pencemaran domestik di sungai
Kota Banjarmasin. Metodologi yang dipakai adalah dengan observasi lapangan terhadap kondisi fisik
prasarana MCK+ yang terbangun, sampling kualitas parameter effluen IPAL dan perhitungan debit
limbah yang dihasilkan. Hasil penelitian mengenai efektivitas pemanfaatan dari total seluruh MCK+ di
kota Banjarmasin sebanyak 15 unit MCK+ yang terbangun dari tahun 2007 sampai tahun 2011
adalah cuma 47% atau hanya 7 (tujuh) unit MCK+ yang termanfaatkan, efisiensi pengolahan rata-rata
terhadap semua IPAL ABR untuk parameter BOD
5
, COD dan TSS adalah 45,17%, 25,74%, dan
68,24% sedangkan rata-rata debit limbah yang dihasilkan adalah 50,3 m
3
/bulan. Hasil penelitian ini
mengidentifikasikan program SANIMAS yang dilaksanakan sejak tahun 2007 belum mampu
mereduksi beban pencemar organik yang masuk ke badan air di kota Banjarmasin.
Kata Kunci : Air limbah , IPAL ABR, MCK+, pencemaran, dan SANIMAS

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PETROFILIK DARI
KONSENTRASI RESIDU TOTAL PETROLEUM HIDROKARBON
(TPH) DI BAWAH 1% (W/W) HASIL PROSES BIOREMEDIASI
THE ISOLATION AND IDENTIFICATION OF PETROFILIC BACTERIA
FROM TOTAL PETROLEUM HYDROCARBONS (TPH) RESIDUES
UNDER 1% (W/W) OF BIOREMEDIATION PROCESS RESULTS
Allen Kurniawan
1, *)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia
*
allenkurniawan@ipb.ac.id; allen.kurniawan@gmail.com
ABSTRAK
Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.128/2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi Secara Biologis,
persyaratan akhir untuk memulihkan lahan tercemar Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) melalui
bioremediasi adalah kurang dari 1%. Residu TPH hasil bioremediasi sulit didegradasi secara alamiah
dan membutuhkan jangka waktu yang panjang, sedangkan kuantitas hasil pengolahan terus
mengalami peningkatan. Dengan demikian, efek ini akan membawa permasalahan baru bagi
lingkungan. Isolasi dan identifikasi bakteri petrofilik merupakan awal dari rangkaian penelitian yang
akan dilanjutkan dengan tahap penentuan parameter kinetika biodegradasi dan uji biodegradasi pada
reaktor landfarming skala laboratorium. Tujuan penelitian ini menemukan isolat bakteri yang memiliki
afinitas tinggi terhadap substrat yang diberikan. Isolasi bakteri menggunakan media Solution Base
Salt (SBS) yang diperkaya ekstrak ragi dan crude oil. Tahap isolasi menghasilkan 6 isolat bakteri
koloni tunggal yang berpotensi sebagai pendegradasi crude oil, dengan ciri dihasilkannya zona
bening di sekitar koloni. Tahap identifikasi menghasilkan isolat indigenus bakteri Pseudomonas putida
AK.A (4 isolat) dan Pseudomonas diminuta AK.B (2 isolat). Bakteri ini merupakan bakteri gram
negatif, bersifat aerobik, berbentuk batang dan dapat mendegradasi polutan terutama hidrokarbon
aromatik. Kedua isolat ini akan digunakan untuk menentukan kinetika biodegradasi baik dalam koloni
tunggal ataupun kultur tercampur.
Kata kunci: bakteri petrofilik, bioremediasi, isolasi, identifikasi, residu total petroleum hidrokarbon.
ABSTRACT
In minister of decree (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.128/2003) mentioned that the final
requirement of the recovery contaminated land by Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) through the
bioremediation is less than 1%. The TPH residues resulted from bioremediation are difficult to
degrade naturally and requires a treatment process in long term, while the treatment process output
quantity is increasing. Thus, these effects will bring new problems for environment. The isolation and
identification of petrofilic bacteria is the beginning phase of this research and will be continued by
determination of biodegradation kinetic parameters and examine the biodegradation process at
landfarming reactor on a laboratory scale. The purpose of this research is finding the bacteria isolates
that have high affinity towards the given substrates. The bacteria isolation media was using Solution
Base Salt (SBS) which enriched with yeast extract and crude oil. The isolation phase produced 6
single colonies of bacteria isolates that potentially degrading crude oil with clear zones characteristics
around the colonies. The identification phase produced Pesudomonas putida AK.A (4 isolates) and
Pseudomonas diminuta AK.B (2 isolates). These bacteria are gram-negative bacteria, aerobic, rod-
shaped, and can degrade the pollutants especially aromatic hydrocarbons. Both of these isolates will
be used to determine biodegradation kinetics of both in a single colony or a mixed culture.
Keywords: bioremediation, identification, isolation, petrofilic bacteria, total petroleum hydrocarbon
residues.

SIMULASI PROSES BIOREMEDIASI PADA LAHAN
TERKONTAMINASI TOTAL PETROLEUM HIDROKARBON (TPH)
MENGGUNAKAN SERABUT BUAH BINTARO DAN SEKAM PADI
THE SIMULATION OF BIOREMEDIATION PROCESS ON TOTAL
PETROLEUM HYDROCARBONS (TPH)-CONTAMINATED LAND
USING BINTARO FIBERS AND RICE HUSK
Allen Kurniawan
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia
allenkurniawan@ipb.ac.id; allen.kurniawan@gmail.com
ABSTRAK
Bioremediasi merupakan proses pemulihan lahan tercemar dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme. Berbagai teknologi telah dikembangkan untuk memperoleh hasil yang optimal,
diantaranya adalah penggunaan bulking agent sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan
porositas tanah dan laju biodegradasi kontaminan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
efektivitas terbaik antara bulking agent serabut buah bintaro dan sekam padi dalam menyisihkan
Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) pada proses bioremediasi. Mikroorganisme eksogenous yang
digunakan adalah bakteri Bacillus sp. Lahan terkontaminasi dibuat dengan memasukkan sekitar 10%
minyak pelumas, 1% bakteri Bacillus sp., 1% bulking agent; 0,5-0,8% pupuk NPK dan 1% urea.
Reaktor yang digunakan berupa reaktor sederhana tipe landfarming yang dijaga kelembabannya
dengan penambahan air dua kali seminggu. Efisiensi konsentrasi TPH selama dua bulan dengan
menggunakan serabut buah bintaro sebesar 49,5%, sedangkan sekam padi sebesar 56,12%.
Sehingga penggunaan sekam padi sebagai bulking agent lebih efektif dibandingkan serabut buah
bintaro dalam membantu biodegradasi pada proses bioremediasi.
Kata kunci: biodegradasi, bioremediasi, bulking agent, total petroleum hidrokarbon.
ABSTRACT
Bioremediation is a recovery process for the contaminated land by utilizing the activities of
microorganisms. Various technologies have been developed to obtain the optimal result, one of them
is utilizing bulking agent as additive to increase the soil porosity and the contaminant biodegradation
rate. The purpose of this study to examine the best effectiveness of Total Petroleum Hydrocarbons
(TPH) removal between utilization of bintaro fibers and rice husk bulking agent in remediation
process. The exogenous microorganisms that used on this study were Bacillus sp. The contaminated
land was made by putting about 10% of lubricating oil, 1% of the bacteria Bacillus sp, 1% of bulking
agent; 0.5-0.8% of NPK fertilizer, and 1% of urea fertilizer. The reactor that used on this study was
landfarming type, which is the simple reactor. The humidity on this reactor maintained by added some
water for twice a week. The efficiency of TPH concentrations for two months using bintaro fibers and
rice husk were 49.5% and 56.12% respectively. Thus, the use of rice husk as bulking agent is more
effective than bintaro fibers in biodegradation of bioremediation process.
Keywords: biodegradation, bioremediation, bulking agent, total petroleum hydrocarbons.

ESTIMASI PRODUKSI DAN DISPERSI GAS POLUTAN DARI
KEGIATAN DAUR ULANG LIMBAH ALUMINIUM
GENERATION ESTIMATION AND THE DISPERSION OF
POLLUTANT GASES FROM ALUMINIUM SCRAP RECYCLING
Arief Sabdo Yuwono
1, *)
Dept. Teknik Sipil dan Lingkungan IPB
Kampus IPB Darmaga, PO Box 220 Bogor 16002 INDONESIA
*
arief_sabdo_yuwono@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kegiatan daur ulang limbah aluminium merupakan salah satu mata rantai penting yang berperan
memasok ketersediaan logam aluminium, mengurangi penambangan bauksit baru dan memurnikan
kembali limbah aluminium dari kondisi awal yang tercampur benda asing. Dilain pihak, kegiatan daur
ulang limbah aluminium juga menghasilkan limbah lain dalam bentuk gas-gas polutan, debu dan
partikulat. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat estimasi jumlah produksi gas polutan yang
dihasilkan dari kegiatan daur ulang limbah aluminium dan memperkirakan dispersinya dalam udara
ambien di sekitar lokasi daur ulang menggunakan model dispersi Gauss. Data pendukung berupa
arah dan kecepatan angin berasal dari Stasiun Klimatologi terdekat dengan lokasi kegiatan. Gas
polutan yang dicakup meliputi sulfur dioksida (SO2), karbon mono-oksida (CO), nitrogen oksida
(NO2) dan partikulat (PM10). Estimasi produksi dilakukan dengan berdasarkan pada kapasitas olah
limbah luminium sebesar 700 ton/tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tingkat produksi
tersebut akan dihasilkan limbah kerak sebesar 177 kg/hari, emisi emisi gas SO2 sebesar 2857 g/s,
emisi gas NO2 sebesar 10.551 g/s, dan emisi gas CO sebesar 2777 g/s. Hasil simulasi dispersi
polutan gas mengindikasikan bahwa semua gas polutan yang ditinjau mencapai baku mutu udara
ambien nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41/1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara pada radius yang sangat dekat dengan sumbernya
Kata kunci: daur ulang, dispersi, estimasi produksi, gas polutan, limbah aluminiu
ABSTRACT
Aluminium scrap recycling is an important link to fulfil the aluminium stock in the market, to reduce the
new bauxite mining and to purify the contaminated aluminium scrap. On the other hand, aluminium
scrap recycling is also an activity generating wastes such as waste gases, dustfall as well as
particulate matter. The objectives of the research were to estimate the amount of the generated waste
gases resulted from aluminium scrap recycling and to study the dispersion of the emitted waste
gases in the ambient air surrounding the recycling activity by using the Gaussian dispersion
simulation model. Supporting data of wind speed and direction was compiled from the nearest
climatology station. The waste gases under concern consist of sulphur dioxide (SO2), carbon
monoxide (CO), nitrogen oxide (NO2) and particulate matter (PM10). Generation estimation was
based on recycling capacity of aluminium scrap in the order of 700 ton/year. Result of the analysis
indicated that at this recycling capacity the generated slag is 177 kg/day, SO2 gas 2857 g/s, NO2
gas 10.551 g/s, and CO gas 2777 g/s. Simulation showed that all of dispersed waste gases in the
ambient air complied with the national standard according to Government Regulation No 41/1999
pertaining on Air Pollution Control.
Keywords: aluminium scrap, dispersion, pollutant gas, production estimation, recycle

EFEK AERASI TERHADAP DOMINASI MIKROBA DALAM SISTEM
HIGH RATE ALGAE POND (HRAP) UNTUK PENGOLAHAN AIR
BOEZEM MOROKREMBANGAN
AERATION EFFECT ON THE DOMINANCE OF MIKROBES IN THE
HIGH RATE ALGAE POND (HRAP) SYSTEM FOR THE TREATMENT
OF BOEZEM MOROKREMBANGAN WATER
Bellinda Ira Anggraeni
1
. Agus Slamet
2
,Joni Hermana
3

1)Program S1Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2) Program S3 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3) Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
ABSTRAK
Boezem Morokrembangan memiliki fungsi ganda sebagai penampungan air hujan sekaligus
menerima air limbah domestik dari area pelayanannya. Tingginya kandungan nutrien (N dan P) pada
air Boezem telah mendorong terjadinya pertumbuhan alga yang sangat cepat (alga bloom) pada
sebagaian zona Boezem. Tingginya kandungan alga dalam air Boezem menyebabkan kandungan
Oksigen Terlarut menurun drastis pada malam hari. Hal ini diperkirakan akan menurunkan
kemampuan bakteri aerobik untuk menurunkan kandungan COD dalam air Boezem. Penelitian
bertujuan untuk mengkaji pengaruh aerasi pada kinerja bioreactor algae untuk pengolahan air
Boezem Morokrembangan.Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan variasi
konsentrasi COD awal limbah sebesar 50 mg/L, 100 mg/L dan 150 mg/L. Dan variasi 12 jam pada
malam hari dan 24 jam secara kontinyu. Penelitian menunjukkan bahwa aerasi selama 12 jam pada
malam hari memiliki pengurangan bahan organik sebagai COD lebih baik. Aerasi terus menerus
selama 24 jam telah menyebabkan nilai pH air meningkat dan memperlambat kinerja sistim boireaktor
alga untuk menurunkan kandungan zat organik sebagai COD. .
Kata kunci : Boezem, Alga, Aerasi, COD.
ABSTRACT
Boezem Morokrembangan has a double function, one as a drainage water reservoir and as domestic
wastewater containment from its catchment area. The high content of nutrients (N and P) in boezem
water has led to very rapid growth of algae (algal blooming) in some boezem zone. The high content
of algae in the boezem water has caused disolved oxygen decreased dramatically at night. This is
thought to decrease the ability of aerobic bacteria to reduce the COD in boezem water. The study
was aimed to assess the effect of aeration on the the performance of bioreactor alga for the treatment
of Morokrembangan Boezem water. The study was conducted in laboratory scale using a
concentration variation of the initial wastewater COD of 50 mg/L, 100 mg/L, 150 mg/L. While the
variation aerations were 12 hours during night and 24 hour continuously. Research shows that the
aeration for 12 hours at night has removed organic mater as COD, better then using aeration
continuously for 24 hours has caused the pH value of water to decrease and consequently reduced
the performance of algae bioreactor in the COD removal.
Key words: Boezem, Algae, Aeration,COD.

EFEKTIFITAS PEMBAKARAN SAMPAH MEDIS DAN KUALITAS
PENURUNAN AIR LIMBAH INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH
CAIR RUMAH SAKIT ISLAM (RSI) SAMARINDA
EFFECTIVENESSOF MEDICAL WASTE COMBUSTION
ANDREDUCTION OF WASTE WATER QUALITY LIQUID
WASTETREATMENT PLANT HOSPITAL ISLAM (RSI) SAMARINDA
Blego Sedionoto
1, *)
Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman
Jalan Sambeliung Gd Baru FKM UNMUL Kampus Gunung Kelua Samarinda Kalimantan
Timur 75123 HP ;081350016616, Email : blego_kesling@yahoo.com
ABSTRAK
Sebagaimana tercantum dalam Kepmenkes Nomor 1024/Menkes/SK/X/2004 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.Pengolahan sampah
medis dan pengolahan limbah mempunyai peranan penting dalam upaya pengemdalian infeksi
nosokomial di Rumah sakit Islam Samarinda (RSI). Penelitian ini ingin melihat efektifitas pembakaran
sampah medis pada insinerator RSI dan optimalisasi penurunan parameter kimiawi dan biologis air
limbah hasil pengolahan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) RSI Samarinda. Hasil penilaian
efektifitas pembakaran sampah medis dari 5 kali pengukuran dengan nilai, 20%, 42%, 30%, 55% dan
50% dengan nilai rata rata 39,5%, sedangkan hasil pengukuran outlet IPAL dengan niali pengukuran
Ph; 7,68, TSS ; 48 Mg/Lt ,BOD; 31,50 Mg/Lt, COD ; 63,13 Mg/Lt, NH3N ; 0,01 Mg/Lt, Total Coli;0 dan
E Coli ;0 dengan semua parameter di bawah baku mutu air limbah. Diperlukan penambahan suhu
insenerator hingga 1200
0
C untuk mengecilkan volume abu sisa sampah domestik dan
memaksimumkan konsentrasi gas clor dan mengganti blower yang telah rusak dengan yang baru
sehingga pengurangan amoniak dan penambahan oksigen pada air limbah dapat berlangsung lebih
efisien dan efektif.
Kata kunci : Efektifitas,IPAL, Pengolahan Sampah Medis
ABSTRACT
As stated in Kepmenkes Number 1024/Menkes/SK/X/2004 of Environmental Health Hospital, the
hospital as a health service facility, a gathering place for the sick and healthy people, or it can
become a place of disease transmission as well as the possibility of environmental pollution and
health problems processing of medical waste and sewage treatment has an important role in efforts
nosocomial infections control in the Islamic Hospital Samarinda (RSI). We assess the effectiveness of
medical waste in incinerators burning RSI and optimization of chemical and biological parameters
decreasein waste water treatment out come wastewater treatmentplant RSI Samarinda. The results of
the effectiveness assessment of medical waste incineration than 5 times the measurement with a
value,20%, 42%, 30%, 55%, and 50% with an average valueof 39.5%, while the WWTP outlet
measurement results with measurements niali pH, 7.68, TSS: 48 mg/ L, BOD; 31.50 Mg/L, COD;
63.13 Mg/L, NH3N; 0.01 Mg/L, Total Coli; 0and E coli; 0 with all the parameters under the quality
standard wastewater. Required the addition of up to 1200 0C temperature incineratorto decrease the
volume of ash residual domestic waste and maximize gas concentration clor and replace blower who
has broken with a new one so that the reduction of ammonia and the addition of oxygen to the waste
water can take place more efficiently and effectively.
Keywords: Effectiveness, WWTP, Medical Waste

Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati Serta Aplikasinya Dalam
Upaya Mendukung Dan Menumbuhkan Pertanian Organik Yang
Ramah Lingkungan
Deddy Kurniawan Wikanta, Margaretha Tuti Susanti, Fahmi Arifan

Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang
Jl. Prof Sudarto SH, Pedalangan Tembalang, Semarang 50239
*Email : fahmiarifan@yahoo.com; dwikanta@gmail.com
ABSTRAK
Pestisida merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan petani Desa Kembang Sari Ampel
Kabupaten Semarang, Harga pestisida sering dirasakan cukup mahal, sehingga sering terjadi
keluhan tidak sebanding dengan hasil panen yang mereka peroleh. Pembuatan pestisida nabati
sangatlah tepat diterapkan didaerah tersebut Tujuan Kegiatan memanfaatkan sumber-sumber
tanaman yang ada dilingkungannya untuk dijadikan pestisida nabati , mendorong petani untuk
melakukan pertanian organik, tanpa pemakaian pestisida kimia. Sebagai hasilnya Petani desa
Kembangsari dapat membuat pestisida nabati dengan .menggunakan bahan yang mudah didapat
seperti daun sirsat, daun tembakau, pestisida nabati yang dibuat dapat digunakan untuk
memberantas hama tananman cabai
Kata kunci : hama tanaman cabe, pestisida nabati
ABSTRACT
Biopesticide are someone comodity to need by farmer at Kembang Sari Ampel Village, Semarang
residence. Price of pesticide not proportion with harvest product. At this reason biopesticide
production very exact to applied at this place As purpose of Ipteks program :to use of organic raw
material at the place for produce to biopesticide and to motivate the farmer for organic plant activity
not use chemical pesticide. As result of this program :the farmer at Kembangsari village can produce
biopestcide from raw material at this place as soursoup leaf, tobacco leaf and biopestcide which
produced can used for desinfect chilli plants
Key words :biopesticide, desinfect chilli plant

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI
KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA
Desi Farida
1.*)
, dan Alia Damayanti
2)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60115, Indonesia
email: lia@its.ac.id, desifarida28@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kecamatan Woha merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bima yang ditetapkan sebagai
Pusat Pemerintahan Ibukota Kabupaten Bima. Dalam pengembangan kota tidak lepas dari
penyediaan utilitas kota termasuk penyediaan fasilitas pengelolaan air limbah permukiman, yang saat
ini kondisinya kurang memadai. Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem penyediaan prasarana
air limbah permukiman di Kecamatan Woha Kabupaten Bima. Hasilnya digunakan untuk menyusun
strategi pengelolaan air limbah permukiman. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji aspek teknis,
kelembagaan dan peran serta masyarakat. Hasilnya berupa strategi, program dan kegiatan
pengelolaan air limbah permukiman. Untuk memenuhi target pelayanan, upaya penanganan yang
perlu dilakukan adalah membangun septictank yang layak bagi masyarakat yaitu septictank individu
(1.012 unit), komunal (125 unit) dan MCK (104 unit), hingga tahun 2015. Untuk mewujudkannya,
Pemerintah harus mengupayakan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah
permukiman melalui sosialisasi, kampanye sanitasi lingkungan dan peningkatan partisipasi
masyarakat. Agar tercipta pemahaman yang baik terhadap fasilitas terbangun dan lingkungan yang
bersih dan sehat.
Kata kunci: air limbah permukiman, pengelolaan, strategi.
WASTEWATER MANAGEMENT STRATEGIES SETTLEMENT IN
SUB DISTRICT WOHA BIMA
ABSTRACT
Woha Subdistrict is one of the districts in Bima Regency defined as the Capital District Government
Center Bima. In urban development can not be separated from the provision of city utilities, including
the provision of residential wastewater management facilities, which currently lack adequate
condition. This study aims analyzing the systems wastewater infrastructure in the District Woha Bima.
The results are used to develop strategies for the management of residential wastewater
infrastructure. This reasearch was conducted by reviewing the technical aspects, institutional and
community participation. The results obtained in the form of strategies, programs and residential
wastewater management activities. To meet the service target, the need from is build a decent
septictank from community are individual septictank (1.012 unit), communal (125 unit) and public
toilets (104 unit) until 2015. For that, Government should seek public awareness on the importance of
residential wastewater management through socialization, environmental sanitation campaigns and
increase community participation. Also created a good understanding of the facilities built that
ultimately created a clean environment and healthy is needed.
Key words: wastewater settlements, management, strategy.

PEMANFAATAN ABU BATUBARA (COAL ASH) DAN PASIR SISA
TAMBANG (TAILING) SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI JALAN
COAL ASH AND TAILING UTILIZATION AS ROAD CONSTRUCTION
MATERIAL
Hendrikus Budyanto
1, *)
dan Arif Susanto
1)
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Program Studi Ilmu Lingkungan
Jl. Imam Bardjo, SH. No. 5, Semarang, 50241 , Indonesia
* hendrikus_budyanto@yahoo.com
ABSTRAK
Kandungan silika yang cukup tinggi memungkinkan abu batubara memenuhi kriteria sebagai bahan
yang memiliki sifat semen (pozzolan). Tujuan penelitian ini yaitu untuk merubah abu batubara
menjadi senyawa monolit dan stabil adalah dengan mencampurkannya dengan bahan pengikat
(cement) dan dengan ditambah bahan pengisi seperti pasir, kapur atau lainnya untuk kemudian
dijadikan bahan bangunan. Metode pengujian terdiri atas uji karakteristik abu batubara, uji kompaksi,
uji kuat tekan bebas, uji california bearing ratio dan uji metal toxicity characteristic leaching procedure
(TCLP). Tipe Fly Ash : Semen = 1 : 0,07 yang memberikan nilai qu yang sudah lebih besar dari nilai
maksimum dari tanah. Tipe 1: cocok sebagai bahan dasar lapisan sub grade; Tipe 2: cocok sebagai
bahan dasar lapisan sub base; Tipe 3: cocok sebagai bahan dasar lapisan sub base; Tipe 4: cocok
sebagai bahan dasar lapisan sub base. Berdasarkan pengujian TCLP untuk semua variasi campuran
semua parameter yang diuji memenuhi standar baku mutu lingkungan.
Kata kunci: abu batubara, konstruksi jalan, pasir sisa tambang, TCLP, uji kuat tekan, uji kompaksi, uji
CBR.
ABSTRACT
The content of silica is high enough to meet the criteria allowing coal ash as a material having
properties of cement (pozzolan). The purpose of this study is to transform coal ash into a compound
"monolith" and stable is by mixing with a binder (cement) and with added fillers such as sand, lime or
other to then be used as building materials. The method of testing consisted of testing the
characteristics of coal ash, proctor test, compressive strength tests, california bearing ratio test and
toxicity characteristic leaching procedure (TCLP). Type of Fly Ash: Cement = 1: 0.07 which gives the
value of qu already greater than the maximum value of the land. Type 1: suitable as a base layer of
sub-grade; Type 2: suitable as base material sub-base layer; Type 3: suitable as base material sub-
base layer; Type 4: suitable as base material sub-base layer. Based on the TCLP test for all variations
of a mixture of all the parameters tested meet the standards of environmental quality standards.
Keywords: california bearing ratio test, coal ash, compressive strength test, proctor test, road
construction, tailing, TCLP.

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PUSKESMAS X DI
KABUPATEN JEMBER
(THE DESCRIPTION OF WASTE MANAGEMENT OF PUBLIC
HEALTH CENTRE X IN JEMBER REGENCY)
Khoiron
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Jl. Kalimantan I/93 Jember, kode pos 68121, Indonesia
choifaza@yahoo.com
ABSTRAK
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas kesehatan masyarakat yang
berperan dalam penyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Puskesmas mempunyai
peran positif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal di wilayah kerjanya
melalui upaya promotif, preventif, dan kuratif. Namun, puskesmas juga dapat berdampak negatif,
yaitu adanya potensi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang dihasilkan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatan
Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah yang dihasilkan oleh puskesmas X adalah
limbah medis dan limbah Non medis, berwujud padat, cair, dan gas. Limbah medis yang dihasilkan
berupa spet bekas, jarum bekas, jarum infuse, botol infuse, kapas bekas, ampul, dan obat-obatan.
Sampah non medis yang dihasilkan berupa kertas, plastik, daun-daunan, sayuran, nasi. Limbah
medis dikumpulkan pada tempat sampah dengan bahan tempat sampah tahan karat, mudah
dikosongkan atau mudah diangkut, tidak menimbulkan bising serta tahan terhadap benda tajam dan
runcing. Namun tempat sampah yang dimiliki puskesmas X tidak dilapisi kantong plastik. Puskemas
telah memisahkan limbah medis dan non medis, namun tidak membedakan limbah medis
berdasarkan jenisnya. Sedangkan pengolahan limbah cair dari kamar mandi, dapur, wastafel, dan
poli gigi ditampung dalam bak resapan.
Kata kunci : pengelolaan, limbah medis,limbah nonmedis, puskesmas
ABSTRACT
Public Health Center (PHC) is the facility of public health which have role in preparing basic health
services for society. PHC has positive role in realizing public health degree optimalyin its work area by
promotive, preventive and curative efforts. In another hand, PHC has negatif impact, there is potency
of environment polution which is caused by resulted waste. The objective of this research is
describing waste management which is resulted by PHC activity. This research showed that PHC of X
produced medical and non medical waste, those are solid, liquid and gas.The result of medical
waste are used injection, used needle, infusion needle, infusion bottle, used cotton, ampoule and
medicine. The result of non medical waste are papper, plastic, grass, vegetables and rice. Medical
waste are collected at rust proof of dustbin spot, be carried easily, non noisy, and proof of sharp and
spiky object. The dustbin spot is not rowed by plastic sac . PHC has separated between medical and
non medical waste, but medical waste has not separated based on its type. The management of liquid
waste from toilet, kitchen, washbasin, and tooth poly were accommodated at penetrating scuttle.
Keywords : Management, medical waste, non medical waste, PHC

BIOKONVERSI LIMBAH CAIR INDUSTRI PANGAN MENJADI
PLASTIK BIODEGRADABLE (POLIHIDROKSIALKANOAT) DENGAN
MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF
BIOCONVERSION OF FOOD INDUSTRIAL WASTEWATER INTO
BIODEGRADABLE PLASTIC (POLIHIDROKSIALKANOAT) USING
ACTIVATED SLUDGE
Laila Faizah Achmad
1)
, Mohamad Endy Yulianto
1, *)
dan F.S. Nugraheni
1)
1)
Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang
Jl. Prof Sudarto SH, Pedalangan Tembalang, Semarang 50239
*
endy_y@yahoo.com
ABSTRAK
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh sampah plastik
adalah dengan membuat material plastik yang dapat didegradasi, antara lain dengan memanfaatkan
limbah cair industri pangan berbahan baku tepung terigu yang memiliki kandungan zat-zat organik (C,
H, O, N, S). Jenis plastik yang terbentuk dalam proses ini adalah Polihidroksialkanoat (PHA). PHA
dapat terdegradasi sempurna dan memiliki sifat yang mirip dengan kelebihan yang dimiliki oleh plastik
konvensional. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh waktu tahapan dalam satu siklus
sequencing batch reactor (SBR), membandingkan antara siklus pendek dan siklus biasa dalam
sistem SBR terhadap akumulasi PHA dan jenis PHA yang diperoleh, mengkaji kondisi operasi
optimum pembentukan PHA. Percobaan utama dilakukan dalam waktu kurang lebih selama 12 jam
dengan menggunakan variabel waktu pengisian dan lama ratio proses aerob dan anaerobik. Kondisi-
kondisi yang diusahakan tetap adalah temperatur kamar dan pH netral (pada awal operasi). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada tempuhan dengan variasi waktu aerob:anaerob 6:3 jam dan
panjang waktu pengumpanan sama, kandungan PHA rata-rata tertinggi diperoleh pada percobaan
dengan 6 jam waktu anaerob selama tahap pengisian (filling) dengan diselingi waktu aerob.
Pemendekan waktu pengumpanan menghasilkan kandungan PHA rata-rata tertinggi yaitu 0,16
g/gsel.
Kata Kunci: bioplastik; limbah; lumpr aktif; PHA
ABSTRACT
One effort to solve a problem exerted in plastic waste is making a degradable plastic material, i.e. by
processing wheat-based food industry liquid waste which contain organic matters (C, H, O, N, S). The
kind of plastic created is Polyhidroksialkanoat (PHA). PHA can be completely degrade and has
similar properties with conventional plastic. The objectives of this research are to study the effect of
batch time in one cycle of sequencing batch reactor (SBR), to compare between short and ordinary
cycle in SBR system to PHA accumulation and kind of PHA, to study optimum condition of producing
PHA. The first experiment was done in time of less than 12 hours by using filling time variable and
ratio of duration of aerob and anaerob process. The constant conditions were ambient temperature
and neutral pH (at the begining). The results shows that at running with time ratio of aerob:anaerob
was 6:3 hours and a same duration of feeding, the highest average PHA content was got at the run
when filling step is in six hours anaerob with aerob breaking time. Shortening feeding time yields the
highest average PHA content of 0,16 g/gsel.
Key Words: activated sludge; bioplastic; PHA; waste

KAJIAN TEKNOLOGI BIOREMEDIASI TUMPAHAN MINYAK BUMI
BIOREMEDIATION TECHNOLOGY FOR OIL SPILL: A REVIEW
Laily Noer Hamidah1, *) dan Yulinah Trihadiningrum1)
Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
* enha_el@yahoo.co.id
ABSTRAK
Senyawa penyusun minyak bumi bersifat toksik sehingga dapat menyebabkan pencemaran pada
tanah dan air tanah. Metode yang efisien dan ramah lingkungan untuk menangani pencemaran
minyak bumi dapat dilakukan dengan bioremediasi. Tujuan dari kajian ini adalah untuk
membandingkan jenis-jenis teknologi bioremediasi dalam mengatasi tumpahan minyak bumi di tanah
berdasarkan penelitian terdahulu. Bioremediasi dapat dilakukan dengan menggunakan
mikroorganisme atau tanaman (fitoremediasi) baik secara insitu maupun eksitu. Kemampuan
mikroorganisme dan tanaman dalam mereduksi kontaminan dipengaruhi oleh enzim tertentu.
Bioremediasi intrinsik, biostimulasi, bioaugmentasi dan komposting merupakan metode yang dapat
digunakan dalam remediasi tumpahan minyak bumi. Gabungan antara biostimulasi dan
bioaugmentasi memberikan hasil terbaik dalam mereduksi kontaminan minyak bumi hingga 81,9%
dalam 141 hari. Sedangkan dalam proses fitoremediasi melibatkan fitostabilisasi, rhizodegradasi,
fitodegradasi, dan fitovolatilisasi. Canna sp. mampu mereduksi senyawa benzene, toluen, etylene,
dan xylene (BTEX) hingga 80% dalam 21 hari. Impatiens balsamina dan Mirabilis jalapa mampu
mereduksi pencemar yang dihasilkan minyak bumi (konsentrasi 10.000 mg/kg) masing-masing
sebesar 55,50% dan 63,20% dalam 4 bulan. Sedangkan Rhizophora mangle mampu mereduksi
kontaminan minyak bumi hingga 87% dalam 90 hari.
Kata kunci: bioremediasi, fitoremediasi, minyak bumi.
ABSTRACT
Petroleum constituent compounds are toxic so that it can cause pollution in soil and groundwater. An
efficient and environmentally friendly method to overcome petroleum pollution can be done with
bioremediation. The purpose of this review is to compare the various technologies for oil spill
bioremediation in soils based on previous studies. Bioremediation can be done using microorganisms
or plants (phytoremediation) both insitu or exsitu. The ability of microorganisms and plants in reducing
contaminants was influenced by particular enzymes. Intrinsic bioremediation, biostimulation,
bioaugmentation and composting were methods that can be used in oil spill remediation. Combined
bioaugmentation and biostimulation provided the best results in reducing petroleum contaminant up to
81.9% within 141 days. While in the phytoremediation process involved phytostabilization,
rhyzodegradation, phytodegradation, and phytovolatilization. Canna sp. had the ability to reduce
benzene, toluene, etylene, and xylene (BTEX) compounds up to 80% within 21 days. Impatiens
balsamina and Mirabilis Jalapa were able to reduce petroleum contaminants of 10,000 mg/kg
concentration up to 55.50% and 63.20% respectively within 4 months. Whereas Rhizophora mangle
was able to reduce petroleum contaminants up to 87% oil within 90 days.
Keywords: bioremediation, petroleum, phytoremediation.

PROFIL TEMPERATUR VERTIKAL PADA LAPISAN TROPOSFER
DAN STRATOSFER DARI DATA WATUKOSEK TAHUN 2010
Lalu Husnan Wijaya
1, *)

Balai Pengamatan Dirgantara LAPAN Watukosek
Jln. Raya Watukosek Po Box. 4 Gempol Pasuruan 67155,Tlp.081703177265
*
lalu_wako@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil temperatur vertikal pada lapisan troposfer dan
stratosfer diatas Watukosek selama tahun 2010 . Metode yang digunakan adalah dengan cara
melakukan observasi langsung dari Balai Pengamatan Dirgantara LAPAN Watukosek (757LS, 112
BT) dengan menerbangkan payload radiosonde Vaisala RSII-80 sebanyak 11 kali menggunakan
wahana balon meteo totex 1200 gram. Radiosonde Vaisala RSII-80 dilengkapi dengan sensor
temperatur, tekanan dan kelembaban udara dimana data hasil pengamatan setiap ketinggian
dikirimkan dengan menggunakan frekuensi radio 403 MHz . Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap terjadi perubahan ketinggian maka akan diikuti perubahan temperatur. Pada lapisan troposfer
bawah sampai troposfer atas terjadi perubahan temperatur rata-rata (lapse rate) sebesar -
6,651C/km, perubahan temperatur pada lapisan ini dapat ditunjukkan dengan persamaan
pendekatan linier Y= -145,8X + 4899 . Pada lapisan tropopause terjadi proses isothermal dan mulai
lapisan stratosfer bawah sampai stratopause terjadi perubahan temperatur rata-rata (inversi) sebesar
+2,752C/km, perubahan temperatur pada lapisan ini dapat ditunjukkan dengan persamaan
pendekatan linier Y= 354,2X + 44782 . Temperatur pada tropopause rata-rata berkisar antara -78,5
C sampai dengan -88,5 C dengan ketinggian antara 16220 meter sampai 18670 meter .
Kata kunci : temperatur, tropopause, vaisala RSII-80, vertikal
ABSTRACT
This research seeks to know the vertical temperature profile in the troposphere and the
stratosphere above Watukosek during 2010. The method used was by way of direct observation of
the Aerospace Observation Center LAPAN Watukosek (7 57 latitude, 112 longitude) to fly a
radiosonde payload VAISALA RSII-80 as much as 11 times using meteorology balloon type totex
1200 gram. VAISALA RSII-80 equipped with temperature sensors, pressure and humidity where
the data of observations of each altitude sent using radio frequency 403 MHz. The results showed
that any changes in altitude it will be followed by changes in temperature. In the lower troposphere to
upper troposphere changes in average temperature (lapse rate) of -6.651 C / km, a change in
temperature in this layer can be represented by linear approaches equation Y = -145.8 X + 4899. In
the isothermal process occurs tropopause layer and begin to layer lower stratosphere until the
stratopause temperature changes occur on average (inversion) of +2.752 C / km, a change in
temperature in this layer can be represented by linear approaches equation Y = 354.2 X + 44782.
Tropopause temperatures on average range between -78.5 C to -88.5 C with a height of 16220
meters to 18670 meters .
Key words : : temperature, tropopause, vaisala RSII-80, vertical

KAJIAN EMISI KARBON PADA INDUSTRI AIR MINUM DALAM
KEMASAN
STUDY OF CARBON EMISSION AT BOTTLED WATER INDUSTRY
Maritha Nilam Kusuma dan Joni Hermana
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
maritha_kusuma@yahoo.com
ABSTRAK
Industri air minum dalam kemasan (AMDK) berpotensi menghasilkan gas rumah kaca sehingga
memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Oleh karena itu diadakan penelitian yang
mengkaji berapa nilai karbon yang dihasilkan oleh dan bagaimana alternatif solusi untuk mengurangi
emisi karbon. Pengumpulan data sekunder adalah tentang pemakaian energi listrik dalam kurun
waktu kurang lebih 1 tahun yang diambil pada bulan Januari sampai dengan Oktober tahun 2009.
Analisa dan pembahasan tentang nilai emisi karbon menggunakan metode ACM0002 dan solusi
alternatif penurunannya. ACM0002 adalah suatu metode perhitungan faktor emisi bahan bakar yang
digunakan oleh pembangkit. Solusi alternatif penurunan emisi karbon adalah dengan gas alam, batu
bara atau tetap menggunakan suplai dari PLN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai emisi
karbon dari PLN sebesar 6690 Ton CO
2
/thn, gas alam sebesar 2974,56 Ton CO
2
/thn, batu bara
sebesar 7623,68 Ton CO
2
/thn. Solusi alternatif yang paling efektif dalam penurunan emisi karbon
adalah dengan menggunakan gas alam.
Kata Kunci: emisi karbon dan industri air minum.
Bottled water industry is potential to produce green house gas that giving bad impact to human and
environment. Therefore, a research is held to study how much carbon is produced by and how is the
alternative solution to reduce the amount of carbon emission. The collection of secondary data about
the used of electrical energy in the period of more or less one year taken beetwen January until
October 2009. The analysis and discussion about carbon emission rate are using ACM0002 method
and the altenative solution to reduce it. ACM0002 is methodology of emission factor counting for
electric power plant. The alternative solution of reducing carbon emission at is by using natural gas,
coal or by using suplly from power plant. The recent study shows that the carbon emission rate of
when using electrical energy from power plant is 6690 Ton CO
2
/year, for natural gas is 2974,56
TonCO
2
/year and Coal is 7623,68 TonCO
2
/year. The most effective alternative solution to reduce
carbon emission is by using natural gas.
Key words: carbon emmision, bottled water industry.

PERENCANAAN PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI
KOTA YOGYAKARTA
THE IMPROVEMENT PLANNING OF YOGYAKARTA WASTEWATER
MANAGEMENT
Meria Fifiani
1, *)
dan Alia Damayanti
1)
Program Pasca Sarjana, Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP ITS
Surabaya, Telp: 031-5946094
*
lia@its.ac.id, meria_fifiani@yahoo.com
ABSTRAK
Kota Yogyakarta memiliki 3 sistem pengelolaan air limbah yaitu individual, komunal, dan terpusat.
Dimana masing-masing sistem pengolahan belum berjalan optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih
tingginya pencemaran air tanah oleh Escherichia coli. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
diperlukan perencanaan peningkatan pengelolaan air limbah di Kota Yogyakarta. Penelitian ini
dilakukan dengan metode survei menggunakan media kuisioner di Kelurahan Ngampilan (sudah
terlayani sistem air limbah terpusat) dan Kelurahan Sorosutan (belum terlayani sistem air limbah
terpusat). Hasil analisis teknis manunjukkan masih banyak kendala teknis khususnya
penyumbatan,sehingga perlu dapat ditambahkan saringan ditiap lubang air limbah (dapur dan
mencuci) dan perangkap lemak. Untuk daerah yang belum terlayani air limbah, diperlukan
perencanaan saluran air limbah jangka panjang. Kejadian diare dan pencemaran air tanah masih
tinggi sehingga pengelolaan air limbah perlu diprioritaskan.
Kata Kunci : air limbah, kemampuan, kemauan, terpusat
ABSTRACT
Yogyakarta has 3 wastewater system management which are individual, communal and centralized.
Each system didnt work properly. This announced by the contamination of Escherichia coli to
groundwater quality. This research used survey and questionnaires in Sub District Ngampilan (served
by centralized wastewater connection) and Sub District Sorosutan (didnt served by centralized
wastewater system). The tecnical analisys showed that there are many technical problems, especially
clogged sewer therefore screen and fat trap need to be added on every house conection pipe (from
kitchen and washing). The area that unserved by centralized wastewater system need a long term
sewerage design. There still a lot of waterborne disease and groundwater contamination occur in
Yogyakarta therefore the wastewater management should get prioritized.
Key words: centralized, management, wastewater

POTENSI AIR LIMBAH DOMESTIK SEBAGAI PASOKAN AIR IRIGASI
Nana Terangna Ginting
Peneliti Utama Bidang Manajemen dan Teknik Lingkungan,
Puslitbang Sumber Daya Air, Jl.Ir.H.Juanda 193 Bandung
bukitnana@yahoo.com
ABSTRAK
Indonesia paling rentan ketahanan pangannya dalam menghadapi defisit air, terutama di P. Jawa
yang dihuni oleh sekitar 70% penduduk Indonesia. Keterlambatan datangnya musim hujan selama 30
hari saja, produksi beras di P.Jawa akan berkurang antara 540.000 sampai 580.000 metrik ton.
Diperkirakan pada tahun 2025 P.Jawa akan mengalami kekurangan air yang sangat parah, dengan
perkiraan Index Ketersediaan Air (IKA) 1600 m3/orang/tahun, yang jauh dibawah standar kebutuhan
air yaitu 2000 m3/orang/tahun. Kajian terhadap kuantitas dan kualitas air limbah domestik
menunjukkan bahwa potensinya cukup memadai untuk digunakan ulang sebagai pasokan air irigasi.
Kuantitas air limbah domestik dapat diandalkan kesinambungannya karena secara alamiah akan
diproduksi terus-menerus. Potensi air limbah domestik untuk digunakan ulang sebagai air irigasi
cukup besar. Dengan rata-rata penggunaan air di perkotaan 120L/orang/hari dan di pedesaan
60L/orang/hari, maka potensi kuantitas air limbah domestik sekitar 7.931,2 juta m3/tahun. Dengan
asumsi kandungan nutrisi dalam air limbah domestik sebesar 50mg-N/L, 10 mg-P/L dan 30 mg-K/L,
maka potensi nutrisi dalam air limbah domestik yang dapat digunakan sebagai pupuk: Nitrogen
sekitar 396.560,0 ton/ tahun, Fosfor 79.312,0 ton/tahun dan Kalium 237.936,0 ton/tahunKebijakan
untuk penggunaan ulang air limbah untuk pertanian dapat berguna untuk mendukung pertanian yang
berkelanjutan, sebagai sumber air untuk mengatasi kelangkaan air, mengurangi penggunaan pupuk,
dan memelihara kualitas lingkungan, namun perlu diatasi resiko gangguan kesehatan dan
lingkungan. Kondisi sosial budaya dan tingkat kesulitan memperoleh air merupakan faktor penting
untuk penerapan pemanfaatan ulang air limbah untuk irigasi. Keberhasilan penerapan teknologi
pemanfaatan air limbah secara berkelanjutan memerlukan pengakajian yang seksama.
Kata kunci : air limbah domestik; guna ulang; irigasi
ABSTRACT
Indonesia's most vulnerable food security in the face of water deficits, especially in Java island where
is inhabited by about 70% of Indonesia's population. Delay in arrival of the rainy season for 30 days
only, the production of rice in Java will be reduced between 540,000 to 580,000 metric tons. Java
island will experience severe water shortages in 2025, with an estimated Water Availability Index
(WAI) of 1600 m3/capita/year, which is far below the standard of the water needs of 2000
m3/capita/year. The study on the quantity and quality of domestic wastewater showed that sufficient
potential for reuse as irrigation water supply. Quantity of domestic waste water can be relied upon as
a natural continuity will be produced continuously. With an average water use 120L/capita/day at
urban area and 60L/capita/day at rural area, the potential quantity of domestic waste water of about
7,931.2 million m3/year. With the content of nutrients in domestic wastewater 50mg-N / L, 10 mg-P / L
and 30 mg-C / L, then the potential for nutrients in domestic wastewater which can be used as a
fertilizer is: Nitrogen is approximately 396,560.0 tons-N/year; Phosphor about 79,312.0 tons-P/year
and Potassium 237,936.0 tons-K/year. Policies for domestic waste water reuse for agriculture will give
the advantage to support sustainable agriculture, as a source of water to overcome water scarcity,
reduced fertilizer use, and maintain environmental quality, but the health and environmental risks
should be overcome. Social and cultural conditions and level of difficulty of obtaining water is an
important factor for the application of wastewater reuse for irrigation. Therefore, successful application
of utilization technology of domestc waste water in a sustainable manner requires careful assessment.
Keywords : domestic wastewater; irrigation; reuse

KETENTUAN PEMASANGAN TANDA, LABEL, DAN PLAKAT
DALAM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIFBERDASARKAN
PUBLIKASI IAEATS-R-1 EDISI TAHUN 2009
Nanang Triagung Edi Hermawan
Direktorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
Jalan Gajah Mada No.8 Jakarta Pusat 10120
n.triagung@bapeten.go.id
ABSTRAK
Pemanfaatan tenaga nuklir telah meluas di bidang litbang, kesehatan, industri, pertanian, hingga
energi. Residu dari kegiatan tersebut berupa timbulnya limbah radioaktif yang merupakan salah satu
jenis limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah radioaktif dikelola secara terpusat di instalasi
pengolahan limbah radioaktif. Pemindahan limbah radioaktif dari penghasil limbah menuju instalasi
pengolahan memerlukan proses pengangkutan yang melalui moda angkutan umum. Badan Tenaga
Atom Internasional merekomendasikan pemasangan tanda, label, dan plakat pada bungkusan zat
radioaktif maupun kendaraan angkut sebagai cara komunikasi untuk mencapai tingkat keselamatan.
Telah dilakukan studi literatur terhadap Transport Safety Requirement (TS-R-1) terbaru yang saat ini
berlaku, yaitu TS-R-1 edisi tahun 2009. Pemasangan tanda, label, dan plakat harus didasarkan
kepada tipe bungkusan, indeks keselamatan pengangkutan, laju paparan radiasi pada permukaan
bungkusan maupun pembungkus luar, serta kategori bungkusan. Dengan penandaan, pelabelan, dan
pemasangan plakat dengan benar, akan menunjang keselamatan bagi pekerja radiasi, personil
pengangkut, masyarakat umum, dan kelestarian lingkungan hidup.
Kata kunci: keselamatan, label, limbah radioaktif, pengangkutan, plakat dan tanda.
ABSTRACT
Application of nuclear energy has been widespread in the field of research and development, health,
industry, agriculture, and energy. The residue generate from this activity is radioactive waste. It is one
type of hazardous and toxic waste. Radioactive waste is managed centrally in radioactive waste
treatment installation. The transfer of radioactive waste from installations that generate waste to
radioactive waste treatment installation needs transportation process by public conveyance.
International Atomic Energy Agency recommends marking, labeling, and placard in the outer surface
of radioactive package for communication with public to reach safety. Literature studies have been
conducted on Transport Safety Requirements (TS-R-1) that currently applies the latest, the TS-R-1
edition of 2009. Marking, labeling, and placard must be based on the type of packaged, transportation
safety index, the rate of radiation exposure on the surface of packaged and the categorization of the
packaged. By marking, labeling, and installation of placard properly, will support to reach safety for
radiation workers, personnel carriers, the member of public and environmental conservation.
Keywords: label, mark, placard, radioactive waste, safety and transport.

TEKNOLOGI PENYISIHAN NUTRISI DALAM AIR LIMBAH
DOMESTIK: A REVIEW
NUTRIENT REMOVAL TECHNOLOGY IN DOMESTIC
WASTEWATER: A REVIEW
Nurina Fitriani*, Yulinah Trihadiningrum, dan Wahyono Hadi
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS
Sukolilo, Surabaya, Indonesia
*nurina_fitriani@yahoo.com
ABSTRAK
Konsentrasi N dan P dalam jumlah yang berlebihan di perairan dapat menyebabkan pertumbuhan
alga dan tanaman yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu teknologi pengolahan untuk
menyisihkan N dan P dalam air limbah domestik sehingga aman dibuang ke badan air. Tujuan
penulisan artikel ini adalah untuk membandingkan beberapa teknologi pengolahan untuk menyisihkan
N dan P dalam air limbah domestik. Teknologi pengolahan untuk penyisihan N dan P diantaranya
adalah Slow Sand Filtration (SSF), Methanotrophic Attached-Film Expanded Bed (MAFEB), Moving
Bed Biofilm Reactor (MBBR), Sequencing Anoxic/Anaerobic Membrane Bioreactor (SAM), Horizontal
Flow Wetlands (HWF), Vertical Flow Wetlands (VWF), dan Alternating of Anoxic and Anaerobic
Membrane Bioreactor (AAAM). Diantara beberapa teknologi pengolahan tersebut, teknologi yang
paling efektif untuk menyisihkan N dan P dalam air limbah adalah pengolahan dengan menggunakan
Vertical Flow Wetlands (VWF). Pengolahan N dan P dengan menggunakan unit tersebut memiliki
efisiensi removal total N sebesar 93,8% dan total P sebesar 96,8%. Pengolahan primer dengan
unaerated ponds, adanya zona aerobik dan anoksik, serta media pasir dan kerikil dalam unit VWF
membantu proses removal N dan P.
Kata kunci: fosfor, nitrogen, nutrisi, pengolahan, wetlands
ABSTRACT
N and P concentrations in excessive amounts in the water can cause unwanted algae and plants
growth. Therefore, wastewater treatment technology for removal N and P in domestic wastewater is
needed, in order to be safely discharged into water bodies. The purpose of this paper is to compare
some of the wastewater treatment technologies for N and P removal in domestic wastewater.
Technologies which were discussed in this paper consisted of Slow Sand Filtration (SSF),
Methanotrophic Attached-Film Expanded Bed (MAFEB), Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR),
Sequencing Anoxic/Anaerobic Membrane Bioreactor (SAM), Horizontal Flow Wetlands (HWF),
Vertical Flow Wetlands (VWF), and Alternating of Anoxic and Anaerobic Membrane Bioreactor
(AAAM). Among of these technologies, the most effective technology for removal N and P was
Vertical Flow Wetlands (VWF). This technology removed total N and total P by 93,8% and 96.8%
respectively. Primary treatment with unaerated ponds, aerobic and anoxic zones, as well as sand and
gravel in the VWF units enhanced the process of removal N and P.
Keywords: nitrogen, nutrients, phosphorus, wastewater, wetlands

STUDI KEMAMPUAN ALAMIAH BOEZEM MOROKREMBANGAN
PADA PENURUNAN NUTRIEN DALAM BENTUK AMMONIUM DAN
FOSFAT DARI AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN
STUDY ON BOEZEM MOROKREMBANGANS SELF-PURIFICATION
FOR DECREASING NUTRIENT LEVEL (AMMONIUM AND
PHOSPHATE) FROM MUNICIPAL WASTEWATER
Pinatih Tiansa Putranti
1, *)
, Agus Slamet
2)
, Joni Hermana
3)

1)
Program S1 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2)
Program S3 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3)
Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
*tanti_08@enviro.its.ac.id
ABSTRAK
Boezem Morokrembangan merupakan salah satu boezem terbesar di Kota Surabaya. Saat ini
Boezem Morokrembangan telah tercemar oleh air limbah domestik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji besarnya beban nutrien (ammonium dan fosfat) dan kemampuan boezem dalam
menurunkan kandungan bahan pencemar yang masuk ke dalamnya. Penelitian berupa penelitian
lapangan dan laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan di Boezem Morokrembangan bagian
selatan. Pengamatan dilakukan saat musim kemarau dan hujan. Lamanya pengambilan sampel
selama 10 hari saat musim kemarau dan 10 hari saat musim hujan, dengan sampling pada lima (5)
poin. Hasil penelitian menunjukkan beban rerata ammonium yang masuk ke dalam boesem sebesar
4155,12 kg/hari pada saat musim kemarau sedangkan saat musim hujan sebesar 8839,68 kg/hari.
Sedangkan beban rerata fosfat yang masuk sebesar 1408,75 kg/hari pada saat musim kemarau dan
saat musim hujan sebesar 2860,82 kg/hari. Efisiensi Boezem Morokrembangan untuk menurunkan
kandungan ammonium dan fosfat berurutan saat ini sebesar 32,48% dan 8,44% pada saat musim
kemarau, sedangkan saat musim hujan sebesar 13,93% dan 20,72%.
Kata kunci: Air limbah domestik, ammonium, Boezem Morokrembangan, fosfat, hujan, kemarau
ABSTRACT
Boezem Morokrembangan is one of the drainaged water storage in Surabaya. At present, Boezem
Morokrembangan has polluted by municipal wastewater. The experiment was aimed to analyze the
level of nutrient (in the form of ammonium and phosphate) and Boezem Morokrembangans ability to
degrade the level of pollutants entering the water body.This experiment was conducted by the field
and laboratory experiments. Samples were taken from the south part of Boezem Morokrembangans.
The observation was done during the dry and rainy seasons. The duration of sampling activity was
each 10 days in the dry and rainy seasons.The result of experiment showed that the average loading
of ammonium that enters the Boezem Morokrembangan was 4155,12 kg/day in dry season, while it
was 8839,68 kg/day in rainy season. The average loading of phosphates that enters the Boezem
Morokrembangan was 1408,75 kg/day in dry season, while it was 2860,82 kg/day in rainy season.
The ability of Boezem Morokrembangan in reducing ammonium and phosphate concentration were
32,46% and 8,44% at dry season respectively, while in the rainy season were 13,93% and 20,67% for
ammonium and phosphate.
Keywords: Ammonium, Boezem Morokrembangan, dry season, municipal wastewater, phosphate,
rainy season.

PARAMETER KADAR N TANAH SEBAGAI DASAR PENERAPAN
METODE BIOSTIMULASI PADA PROSES BIOREMEDIASI TANAH
TERCEMAR HIDROKARBON
N CONTENT OF SOIL PARAMETERS AS THE BASIS FOR THE
APPLICATION OF THE METHOD BIOSTIMULASI IN THE PROCESS
OF BIOREMEDIATION OF HYDROCARBON CONTAMINATED SOIL
Prasetyo Handrianto
1,
*), Yuni Sri Rahahayu
2)
, Yuliani
3)

Mahasiswa S2 Biologi Universitas Airlangga Surabaya
Dosen Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya
*
prasetyohandrianto@gmail.com
ABSTRAK
Pencemaran minyak bumi di Bojonegoro mengakibatkan unsur hara N, P dan K rendah sehingga
tanah menjadi kurang produktif, maka perlu dilakukan suatu upaya bioremediasi terhadap tanah
tercemar minyak bumi tersebut, salah satunya dengan menggunakan biostimulasi kompos kacang
tanah dalam menurunkan TPH dan kadar N pada tanah tercemar minyak bumi serta mengetahui
konsentrasi kompos yang optimal dalam menurunkan TPH dan meningkatkan kadar hara N tanah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok dengan satu faktor
perlakuan yaitu konsentrasi kompos kacang tanah yang terdiri dari 4 aras terdiri dari 3 konsentrasi
penambahan kompos berbeda dan tanpa penambahan kompos yang masing-masing dilakukan 4
ulangan. Data yang diperoleh meliputi kadar C-organik, N, P, K dan C/N rasio pada kompos dan
kadar TPH dan N untuk tanah, serta parameter lingkungan meliputi pH, suhu dan kelembaban yang
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar hara N, P, K pada kompos
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berturut-turut adalah 1,15 %, 0,10 % dan 0,73 %, dan terdapat
pengaruh konsentrasi kompos kacang tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap kadar TPH (terjadi
penurunan) tanah tercemar minyak bumi dan berpengaruh terhadap kadar N (terjadi kenaikan) pada
tanah tercemar minyak bumi.
Kata kunci : bioremediasi, biostimulasi, kompos kacang tanah (Aracis hypogeal L.)
ABSTRACT
Petroleum pollution in Bojonegoro resulting nutrients N, P and K low so that the soil becomes less
productive, it needs to be an attempt bioremediation of petroleum contaminated soil, one of them by
using compost biostimulasi peanuts in lowering levels of TPH and N in soil contaminated petroleum
and to know the optimal concentration of compost in reducing TPH and increase levels of soil N
nutrient. The method used in this eksperiment were randomized block design with one treatment
factor is the concentration of peanut compost that consists of 4 level consists of 3 different
concentrations of the compost addition and without the compost addition, each performed four
replications. Data obtained include the levels of organic C, N, P, K and C / N ratio in the compost and
the levels of TPH and N to the soil, as well as environmental parameters include pH, temperature and
humidity were analyzed descriptively. The results showed that levels of N, P, K in the compost peanut
(Arachis hypogaea L.) in a row is 1.15%, 0.10% and 0.73%, and there is the influence of the
concentration of compost peanut (Arachis hypogaea L.) on levels of TPH (decrease) of petroleum
contaminated soil and affect the levels of N (increase) in soil contaminated with petroleum.
Key words: bioremediation, biostimulasi, compost peanuts (Aracis hypogeal L.)

STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA
PENURUNAN KADAR COD, TS, DAN TSS DALAM AIR LIMBAH
DOMESTIK PERKOTAAN
STUDY OF BOEZEM MOROKREMBANGANS PERFORMANCE ON
REMOVAL COD, TS, AND TSS WITHIN MUNICIPAL DOMESTIC
WASTEWATER

Putri Brikke Sukma Hartati
1, *)
, Agus Slamet
2)
, Joni Hermana
3)

Jurusan Teknik Lingkungan FTSP
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111
putribrikke@hotmail.co.id
ABSTRAK
Boezem Morokrembangan memiliki peranan sangat penting sebagai pengendali banjir pada saat
musim hujan. Boezem saat ini telah tercemar dan mengalami penurunan daya tampung dan daya
dukung dikarenakan pendangkalan oleh padatan pencemar dan sampah yang tidak terkendali.
Secara alamiah, Boezem memiliki kemampuan untuk menurunkan bahan pencemar yang masuk ke
dalamnya. Oleh karenanya diperlukan kajian kinerja Boezem untuk mengetahui kemampuan
pemulihan kualitas air yang masuk ke dalamnya. Penelitian dilakukan di Boezem Morokrembangan
Selatan untuk mengumpulkan data primer (kuantitas dan kualitas) dari air limbah yang masuk ke
dalamnya. Observasi lapangan dilakukan pada akhir musim kemarau dan musim hujan, dengan
sampling pada lima (5) poin. Pengambilan sampel ini dilakukan selama 10 hari berturut-turut.
Parameter kualitas air yang diukur adalah COD, TS, TSS, DO, pH dan suhu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja Boezem Morokrembangan Selatan selama musim kemarau dapat
mengurangi COD, TS, dan TSS masing - masing sebesar 17,8%, 10,63% dan 18,01%. Sementara di
musim hujan adalah 22,10%, 8,65% dan 19,50%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Boezem
Morokrembangan tidak mampu mengurangi beban polutan dalam rangka memenuhi Standar Kualitas
Air kelas III, dan karena itu perlu sentuhan teknologi untuk memaksimalkan kinerja Boezem dalam
rangka memenuhi standar kualitas air permukaan kelas III.
Kata kunci: Boezem Morokrembangan, Air limbah domestik, Kinerja
ABSTRACT
Boezem Morokrembangan has a very important role as a flood control during the rainy season.
Nowadays, Boezem heavy polluted and has decreased the capacity and carrying capacity due to the
shallowing by pollutants and solids waste that are not restrained. Naturally, Boezem has the ability to
reduce pollutants that enter to it. Therefore the Boezem performance was need to review to
determine the ability of the restoration of water quality that goes into it. The research was conducted
on the South Morokrembangan Boezem to collect the primary data (quantity and quality) of
wastewater goes into it. Field observations carried out at the end of the dry season and rainy season,
with sampling at five (5) points. The Sampling was conducted for 10 consecutive days. Water quality
parameters measured were COD, TS, TSS, DO, pH and temperature. The results of the research
showed that the performance of South Morokrembangan Boezem during the dry season can reduce
the COD, TS, and TSS respectively - each amounting to 17.8%, 10.63% and 18.01%. While in the
rainy season is 22.10%, 8.65% and 19.50%. It can concluded that Boezem Morokrembangan not able
to reduce pollutant loads in order to meet the Water Quality Standards of class III, and therefore
needed a touch of technology to maximize performance Boezem in order to meet the surface water
quality standards class III.
Keywords: Boezem Morokrembangan, domestic wastewater, Performance
PENGARUH AERASI DAN LAJU ALIR TERHADAP EFISIENSI
REDUKSI BOD DALAM AIR LIMBAH ASRAMA SMA No.1 PADANG
PANJANG YANG DIOLAH DENGAN REAKTOR MSL
EFFECT OF AERATION AND FLOW RATE TO THE EFFICIENCY OF
BOD REDUCTION IN DORMITORI WASTEWATER OF HIGH SCHOOL
NO.1 PADANG PANJANG TREATED WITH MSL REACTOR
Salmariza. Sy
(1)
, Sofyan
(1)
dan Monik Kasman
(2)

1
Balai Riset dan Standardisasi Industri, Padang. Jl Raya LIK No 23 Ulu Gadut Padang
25164 Kotak Pos 274 Telp (0751)72201 Fax (0751) 71320
2
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Batanghari, Jambi.
Email:
1)
rizasalma@yahoo.com
)
;
1)
sofyantk@yahoo.com;
3)
emka_engineer@yahoo.com
ABSTRAK
Reaktor Multi-soil-layering (MSL) yang disusun dari lapisan campuran tanah dalam bentuk pola batu
bata dan dikelilingi dengan kerikil sebagai lapisan permeable, kedalam bak fiberglass dengan dimensi
60cmx60cmx70cm (PxLxT), telah didesain untuk mengolah air limbah Asrama SMA N.1 Padang
Panjang. Penelitian dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah dari bak penangkap lemak dan
bak sedimentasi dengan sistem kaskade kedalam reaktor MSL. Untuk mengetahui efisiensi reduksi
parameter pencemar BOD (Biological Oxygen Demand) oleh reaktor MSL ini, telah diberikan
perlakuan variasi waktu aerasi (0, 0,5 dan 1 jam) dan laju alir 500 L/m
2
.hr dan 1000 L/m
2
.hr. Waktu
aerasi dan laju alir mempengaruhi persentase reduksi BOD. Semakin lama waktu aerasi semakin
tinggi efisiensi reduksi BOD sebaliknya, semakin tinggi laju alir, semakin rendah efisiensi reduksi BOD
namun semua perlakuan telah dapat memberikan efisiensi reduksi yang tinggi yaitu diatas 95%.
Aerasi 1 jam dan laju alir 500 L/m
2
.hr memberikan rata-rata efisiensi reduksi BOD tertinggi yaitu
99,0% dan 99,13% dengan konsentrasi rata-rata 1,58 mg/L dan 1,37 mg/L.
Kata Kunci; Reaktor MSL, Air limbah asrama, reduksi BOD, waktu aerasi, laju alir, sistem kaskade
Multi-soil-layering (MSL) reactor is composed of layers of soil mix in the form of a brick pattern and
surrounded by gravel as permeable layer, into a fiberglass basin with 60cmx60cmx70cm dimensions
(LxWxH), has been designed to treat dormitory wastewater of high school No.1 Padang Panjang.
Wastewater from fat catcher and sedimentation tanks discharged with cascade system into the MSL
reactor. Treatment of aeration time variation (0, 0.5 and 1 hour) and flow rate 500 and 1000 L/m2.hr
has been given In order to determine the efficiency of the BOD (Biological Oxygen Demand) reduction
by the reactor. The result reveal that aeration time and flow rate affect to the percentage reduction of
BOD. The longer the aeration time the higher the efficiency of BOD reduction. On the contrary, the
higher the flow rate, the lower the efficiency of BOD reduction. But all treatments have been able to
provide a high reduction efficiency. There was above 95%. One hour aeration time and flow rate of
500 L/m2.hr give the highest average BOD reduction efficiency. There were 99.0% and of 99.13%
with an average concentration 1.58 mg/L and 1.37 mg/L respectively.
Keywords: Reactor MSL, Dormitory wastewater, BOD reduction, aeration time, flow rate, cascade
system

KECEPATAN ALIRAN AIR DAN PENCEMARAN BAHAN ORGANIK
DI MUARA SUNGAI ACAI KOTA JAYAPURA, PAPUA
WATER FLOW QUICKNESS AND ORGANIC MATERIAL WASTE AT
THE ESTUARY OF ACAI RIVER IN JAYAPURA, PAPUA
Semuel Sander Erari*),Jubhar Mangimbulude), Karina Lewerissa)
Mahasiswa Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Dosen Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50712
*
erarisemuelsander@yahoo.co.id
ABSTRACT
Jayapura is the capital of Papua Province. The rapid development of the city along with the high rate
of population increase contributes to stimulate pollution and environmental damage, especially
damage of river flow areas. The purpose of this research is to measure the speed of river water flow
and organic matter contamination dissolved in the estuary of Acai River. The research results reveal
that rainfall and sanitary sewage water from the activities of city residents can potentially influence the
water quality of the river estuary. Several organic waste parameters such as Dissolved Oxygen (DO),
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Ammonia (NH
3
4), Phosphate
(PO
4
P, and Sulfate (SO
4
) have been discovered to exceed the quality standard value as stated in
Government Regulation No. 82, 2001, regarding water quality management and controlling water
contamination in Indonesia. The sample of seawater has been detected to exceed the seawater
quality standard value for sea life. This refers to the Environment State Ministry Regulation No. 51,
2004. Therefore, it can be concluded that the preservation and sustainability of the Acai River flow
area is being threatened.
Keywords: water flow quickness, organic contamination, Acai River estuary, Jayapura Papua
ABSTRAK
Kota Jayapura merupakan ibu kota Propinsi Papua memiliki perkembangan dan pembangunan kota
yang sangat cepat disertai dengan tinggi lajunya jumlah penduduk. Hal ini turut memicu terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup khususnya kerusakan kawasan daerah aliran sungai,
sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengukur kecepatan aliran air sungai dan pencemaran
organik dimuara Sungai Acai kota Jayapura, Propinsi Papua. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
curah hujan dan air buangan saniter dari aktifitas masyarakat perkotaan sangat mempengaruhi
kualitas air di muara sungai. Beberapa parameter pencemar organik seperti Oksigen Terlarut (DO),
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand ( COD), Ammonia sebagai (NH4),
Phospat sebagai (POP) dan Sulfat (SO) telah diketahui melebihi Nilai Baku Mutu Peraturan
Pemerintah No. 82. Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air di Indonesia. kemudian untuk sampel yang jenis airnya air laut telah diketahui melebihi Nilai Baku
Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun
2004. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa lingkungan DAS Acai sedang terancam kelestarian
dan keberlanjutannya.
Kata Kunci : kecepatan aliran air, pencemaran organik, Muara Sungai Acai, Jayapura Papua.

DISTRIBUSI LIMBAH KROM YANG BERASAL DARI INDUSTRI
ELECTROPLATING DI LAHAN SAWAH DI KAB. TEGAL, JATENG
Sigit Yuli Jatmiko
1, *)
, Ratih Artanti
1)

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jl. Jakenan-Jaken Km 05 Pati 59182
*)
syjatmiko@hotmail.com
ABSTRAK
Industri electroplating selain menghasilkan limbah tembaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn), perak (Ag)
juga logam krom (Cr). Potensi pencemaran limbah industri ini makin besar dengan banyaknya industri
ini yang tidak memanfaatkan alat pengolah limbah. Keberadaan logam krom di lingkungan patut
mendapat perhatian karena akan menyebabkan efek akut dan kronis seperti sifatnya yang
karsinogenik, mutagenik, mobilitasnya dalam tanah yang cepat berubah, menyebabkan alergi kulit,
gangguan mukosa, dan bioakumulatif. Tujuan penelitian adalah identifikasi, tingkat cemaran, bentuk
distribusinya ruangnya limbah krom. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 secara survei di lahan
sawah sekitar sentra industri electroplating di Kab. Tegal, Prop. Jawa Tengah pada 20-50 titik grid.
Alat yang digunakan untuk menentukan kadar krom adalah AAS tipe AA240FS Varian. Hasil analisis
menunjukkan frekuensi terdeteksi krom di lahan sawah adalah 100% (20 lokasi) dan frekuensi
terdeteksi di air sawah adalah 32% (16 lokasi dari 50 lokasi) dengan kadar maksimum masing-masing
adalah 140,33 mg/kg dan 77,51 mg/L yang kadarnya melebihi baku mutu yang ditetapkan. Sebaran
krom mempunyai distribusi keruangan kuat (nugget/sill =37%).
Kata Kunci: Krom, distribusi spasial, lahan sawah, electroplating, dan Tegal
DISTRIBUTION OF CHROMIUM WASTE FROM ELECTROPLATING
INDUSTRY ON PADDY SOIL AT THE REGENCY OF TEGAL,
CENTRAL JAVA PROVINCE
ABSTRACT
Electroplating industry beside generate waste as well as copper (Cu), nickel (Ni), zinc (Zn), silver (Ag)
also metallic chromium (Cr). Potential pollution of industrial waste are greater whenever that do not
utilize the waste processing equipment. The presence of chromium metal in the environment
deserves attention because it will cause acute and chronic effects such as its carcinogenic,
mutagenic, its mobility in soil is rapidly changing, also cause allergic skin, mucosal disruption, and
bioaccumulative. The research objective is the identification, the level of contamination, and the
spatial distribution of chromium. Research conducted in 2010 by a survey on paddy soil close with the
electroplating industry at the regency of Tegal, Propince of Central Java on a 20-50 on grid points.
The tools used to determine the chromium concentration was of AAS Varian type AA240FS. The
analysis showed the frequency of chromium detected in the paddy soil was 100% (20 locations) and
the frequency detected in paddy soil water was 32% (16 sites of 50 sites) with the maximum levels of
each is 140.33 mg/kg and 77.51 mg/L respectively which exceeds the the maximum limit set.
Distribution of chromium has a strong spatial distribution (nugget / sill= 37%).
Keywords: Chromium, spatial distribution, paddy soil, electroplating and Tegal

STUDI PENCAPAIAN TARGET STOP BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN (STOP BABS) KOTA KEDIRI
TARGET ACHIEVEMENT STUDY OF OPEN DEFECATION FREE
(ODF) KOTA KEDIRI
Suciningtias Wardani
1)
, F. Rooslan Edy Santosa
1)
, dan Eddy S. Soedjono
1,
*
)
Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
*)
soedjono@enviro.its.ac.id
ABSTRAK
Sasaran pembangunan nasional adalah mewujudkan Stop BABS hingga akhir tahun 2014.
Sedangkan berdasarkan Strategi Sanitasi Kota Kediri, 2009, Kota Kediri sendiri memiliki sasaran
untuk praktek BABS dari 10% menjadi 5%. Perilaku BABS di Kota Kediri, berdasarkan hasil studi
EHRA, ada di Kelurahan Pojok, Tamanan, Manisrenggo, Kaliombo, Kampung Dalem, Pakelan,
Semampir, Tosaren, Ngletih, Tempurejo, dan Jamsaren. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah menganalisis target pencapaian stop BABS Kota Kediri dari aspek sosial dengan kuesioner
kepada masyarakat. Dari hasil kuesioner dengan pendidikan dominan responden adalah tamatan SD,
pekerjaan dominan responden adalah buruh, dan pengeluaran dominan responden per bulan adalah
Rp. 500.000,00 Rp. 999.000,00 menunjukkan bahwa target pencapaian Stop BABS Kota Kediri
tahun 2014 sulit tercapai dikarenakan walaupun hasil kuisioner menunjukkan masyarakat memiliki
kemauan untuk merubah kebiasaan BABS sebesar 95%, tetapi masyarakat tidak memiliki
kemampuan untuk membangun jamban sendiri, 100% responden hanya mau mengeluarkan biaya
kurang dari Rp. 200.000,00. Tetapi dengan adanya penelitian LPPM ITS di Tuban bahwa jamban bisa
dibangun dengan biaya sebesar Rp. 400.000,00 maka ada harapan target pencapaian Stop BABS
Kota Kediri tahun 2014 tercapai dengan adanya sharing dana dari pihak ketiga untuk membantu
masyarakat dalam membangun jamban.
Kata kunci: BABS, Biaya, Jamban, Kota Kediri, Sosial
ABSTRACT
National Development target is to achieved ODF by the end of 2014. On the other hand, Kota Kediri
has its own target on OD practices from 10% reduced to 5%. Based on EHRA Study, OD behaviour of
Kota Kediri occurs in Kelurahan Pojok, Tamanan, Manisrenggo, Kaliombo, Kampung Dalem, Pakelan,
Semampir, Tosaren, Ngletih, Tempurejo, and Jamsaren. In this research, the goal is to analyze Kota
Kediri ODF achievement target from social aspect by means of quisioner to community. From the
result of questionnaries with a graduate education is the dominant primary respondent, the
respondent dominant work is laborers, and dominant expenditure is Rp. 500.000,00-Rp. 999.000,00
so ODF Kota Kediri difficult to achievement because although the results of questionare show the
publichas willingness to change habits at 95%, but the public does not have ability to build their own
latrines, their ability only less than Rp. 200.000,00. But with the research of LPPM ITS at Tuban that
the latrines could be build at Rp. 400.000,00 then there is a hope of achieving ODF Kota Kediri in
2014 by the sharing of funds from third parties to assist local communities to build latrines.
Keywords: Funds, Kota Kediri, Latrines, ODF, Social.

ANALISIS GEOLOGI TEKNIK DAN HIDROGEOLOGI TAPAK
DEMONSTRATION PLANT PENYIMPANAN AKHIR LIMBAH
RADIOAKTIF DI KAWASAN NUKLIR SERPONG
Sucipta
1,
*
)
dan Soegeng Waluyo
1)
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN
*scipta@batan.go.id atau ssucipta@gmail.com
ABSTRAK
Sebagai antisipasi kebutuhan masa mendatang untuk penyediaan fasilitas nasional pelayanan
pengelolaan limbah radioaktif, maka perlu dikembangkan konsep desain Near Surface Disposal
(NSD) yang mempertimbangkan aspek keselamatan masyarakat dan lingkungan. Fasilitas tersebut
sekaligus bisa digunakan sebagai demonstration plant yang merupakan wujud nyata yang dapat
ditunjukkan kepada masyarakat tentang kehandalan unjuk kerja sistem disposal. Untuk mencapai
tujuan itu maka telah dilakukan penyelidikan dan analisis geologi teknik dan hidrogeologi sebagai
dasar penyusunan konsep desain NSD dan dasar pengkajian unjuk kerja tapak baik dari segi data
dukung lahan maupun keselamatan lingkungan. Sesuai dengan prinsip co-location, maka fasilitas
NSD untuk limbah aktivitas rendah, yang pengolahan dan penyimpanan sementaranya di Kawasan
Nuklir Serpong, maka lokasi dipilih di dalam kawasan Kawasan Nuklir Serpong. Analisis dilakukan
berdasarkan data : 1) Pemboran Inti dan Diagrafi Nuklir, 2) Studi pondasi bangunan nuklir, dan 3)
Studi Hidrogeologi dan Karakterisasi Akuifer. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif
dengan ruang lingkup studi pustaka, akuisisi data tapak dengan survey terestrial, pemboran, uji
kekuatan tanah/batuan, uji pemompaan, analisis laboratorium dan analisis kesesuaian tapak untuk
NSD. Daya dukung lahan yang diteliti meliputi sifat fisik dan mekanik batuan. Untuk tujuan pengkajian
keselamatan, data tapak yang diperoleh adalah ketebalan zona vadose, ketebalan zona akuifer,
kedalaman muka air tanah, permeabilitas dan derajad saturasi tanah/batuan.
Kata kunci: geologi teknik, hidrogeologi, limbah radioaktif, penyimpanan lestari, tapak
ABSTRACT
Anticipating the future need on preparatory of national facilities for radioactive waste management
service, its needed to be developed a conceptual design of near surface disposal (NSD) which
consider the public and environmental safety. The facility also can be used as a demonstration plant
which can be showed to the public about the durability of disposal system performance. For reaching
the objective it have been performed an investigation and analysis of engineering geology and
hydrogeology for NSD conceptual design and site performance assessment in relation with site
capability and environmental safety. Harmonizing with co-location principle, NSD facility will be
located at Serpong Nuclear Center, which integrated with radioactive waste treatment and storage.
The analysis was based on data : 1) Core Boring and Nuclear Diagraphy, 2) Study on nuclear building
foundation, and 3) Study of Hydrogeology and Aquifer Characterization. The study was conducted
with descriptive methode which include literature study, site data acquisition by terrestrial survey,
borehole, soil/rock strength test, pumping test, laboratory and site suitability analysis for NSD. The
scope of land capability investigation is phisical and mechanical properties of rocks and slope
stability. For safety assessment, the site data needed are vadose zone thickness, aquifer zone
thickness, ground water depth, permeability, and moisture content of soil/rocks.
Keywords: engineering geology, hydrogeology, radioactive waste, disposal, site

STUDI PENDAHULUAN ADSORPSI KATION Ca

DAN Mg

(PENYEBAB KESADAHAN) MENGGUNAKAN NATA DE COCO
DENGAN METODE BATCH
Sulistiyana
1, *)
dan Ita Ulfin
1)
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
sulist_chem07@yahoo.com
ABSTRAK
Nata de coco merupakan selulosa bakterial yang memiliki struktur yang identik dengan selulosa yang
berasal dari tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan nata de coco sebagai adsorben
untuk mengurangi kadar kation Ca dan Mg (penyebab kesadahan) menggunakan metode batch.
Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran luas permukaan adsorben nata de coco
menggunakan metode metilen biru. Luas permukaan yang diperoleh dari pengukuran ini adalah
11,5945 m
2
/gr adsorben pada waktu optimum adsorpsi metilen biru 40 menit. Adsorben nata de coco
mampu mengurangi kadar Ca dengan kapasitas adsorpsi 27,466 mg/gr dari konsentrasi awal 400
mg/L serta mengurangi kadar Mg dengan kapasitas adsorpsi 18,944 mg/gr dari konsentrasi awal 300
mg/L. Adsorpsi kation Ca dan Mg ini dilakukan pada waktu optimum yang sama yaitu 30 menit.
Kata kunci : Adsorpsi, Nata de coco, Pengurangan kadar Ca dan Mg, Selulosa bakterial
ABSTRACT
Nata de coco is a bacterial cellulose that has identic structure with botanical cellulose. This research
aims to utilize nata de coco as an adsorbent for Ca and Mg cation (cause of hardness), using batch
method. Besides that, in this research also have been done wide surface measurement of nata de
coco with metilen blue method. Wide surface was gotten from this measurement is 11,5945 m
2
/gr at
the optimum time adsorption of metilen blue 40 minutes. This adsorbent can reduce Ca with
adsorption capacity 27,466 mg/gr from consentration 400 mg/L and reduces Mg with adsorption
capacity 18,944 mg/gr from consentration 300 mg/L. Adsorption of Ca and Mg cation have been
done at the same optimum time, 30 minutes.
Key words: Adsorption of Ca and Mg, Bacterial cellulose, Nata de coco

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INDONESIA
Suryantoro, Suhartono
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) BATAN, Jakarta
Email :yantoro@batan.go.id
ABSTRAK
Berdasarkan potensi bahayanya, limbah radioaktif termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun.
Pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia menjadi tanggung jawab Badan Tenaga Nuklir Nasional
seperti tertera pada penjelasan Pasal 5 PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3.
Selanjutnya pengelolaan limbah radioaktif diatur dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran dan PP No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Pusat
Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai Badan
Pelaksana pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia melakukan pengumpulan, pengelompokan,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan atau pembuangan limbah radioaktif. Limbah radioaktif
cair anorganik tidak korosif diolah dengan teknik evaporasi, konsentrat hasil evaporasi selanjutnya
diimobilisasi dalam shell beton 950 l menggunakan matriks semen. Proses reduksi volume limbah
radioaktif padat dilakukan menggunakan teknik kompaksi atau insenerasi sesuai sifat-sifat fisiknya,
selanjutnya diimobilisasi dalam drum 200 l menggunakan matriks semen. Sumber radioaktif bekas
dari industri dan rumahsakit dikondisioning dalam wadah shell drum 200 l, shell beton ukuran 350 l
atau 950 l. Bungkusan-bungkusan hasil olahan limbah radioaktif tersebut selanjutnya disimpan di
Gedung Penyimpanan Sementara Limbah Radioaktif. Pengelolaan limbah radioaktif tingkat tinggi /
bahan bakar nuklir bekas dilakukan di Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas,
selanjutnya dilakukan repatriasi ke negara asal atau disimpan lestari di fasilitas penyimpanan formasi
geologi dalam.
Kata kunci :limbah radioaktif, pengelolaan, penyimpanan
ABSTRACT
Based on its potential danger, radioactive waste is categorized as hazardous waste. Radioactive
waste management In Indonesia is the responsibility of the National Nuclear Energy Agency as stated
in the explanation of Article 5 Government Regulation No. 18 Year 1999 on Hazardous Waste
Management. Furthermore, radioactive waste management is regulated by Act No.10 Year 1997 on
Nuclear Energy and Government Regulation No. 27 Year 2002 on Radioactive Waste Management.
Radioactive Waste Technology Center (PTLR) National Nuclear Energy Agency (BATAN) as an
executing body of radioactive waste management in Indonesia conducts collection, classification,
processing, transportation, storage, or disposal of radioactive waste. Non-corrosive inorganic liquid
radioactive waste is treated with evaporation techniques, then the concentrate is immobilized with
cement matrix in a concrete shell 950 l. The reduction volume of solid radioactive waste is performed
using compaction or incineration techniques according to their physical properties, then immobilized
with cement matrix in a 200 l drum. Disused sealed radioactive sources from industrial and hospital is
conditioned in a 200 l drum shell, a 350 l or 950 l concrete shell. Packages of processed radioactive
waste is then placed in the Interim Storage Facility for Radioactive Waste. Management of high level
radioactive waste / spent nuclear fuel is conducted in the Interim Storage for Spent Fuel Facility
(ISSF), furthermore, the waste will be repatriated to the country of origin or dispose in the deep
geological disposal.
Keywords: radioactive waste, management, storage

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI
KECAMATAN OEBOBO KOTA KUPANG
STUDY OF COMMUNITY-BASED SOLID WASTE MANAGEMENT IN
OEBOBO DISTRICT KUPANG CITY
Veronika N. Wila Huky
1,*)
danEllina S. Pandebesie
2)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Sukolilo, Surabya, 60115, Indonesia
veronikawilahuky@yahoo.com
ABSTRAK
Kecamatan Oebobo merupakan salah satu kecamatan di Kota Kupang dengan jumlah penduduk
terpadat, sebesar 132.403 jiwa. Pengelolaan sampah di wilayah tersebut, baru dilakukan oleh 6,07%
rumah tangga melalui pemilahan dan pengolahan sampah dengan tingkat layanan yang baru
mencapai 37,64%, sehingga jumlah residu yang dihasilkan mencapai 123,88 m
3
/hari. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk mengkaji potensi reduksi sampah domestik dan peran serta masyarakat
dalam penerapan sistem reduksi sampah. Untuk mengetahui potensi reduksi sampah dilakukan
analisis kesetimbangan massa dengan memperhitungkan timbulan sampah, komposisi, densitas dan
faktor daur ulang. Kajian peran serta masyarakat akan dianalisis dengan menggunakan kuisioner
untuk mengetahui kesediaan masyarakat melakukan pengolahan sampah. Hasil analisis timbulan
sampah di Kecamatan Oebobo adalah sebesar 208,54 m
3
/hari. Komposisi sampah didominasi
sampah basah sebesar 67,5% dan sampah kering 32,5%. Potensi daur ulang sampah dari total
sampah yang dihasilkan adalah sebesar 84,2%. Dari hasil kuisioner diketahui 59,76% rumah tangga
bersedia melakukan daur ulang sampah dengan metode daur ulang yang akan dilakukan yaitu
pengomposan (38,78%), menjadikan sampah sebagai produk kerajinan tangan (28,57%) dan
memilah untuk dijual ke pengepul (32,65%). Jika potensi masyarakat yang ada melalui kegiatan daur
ulang sampah dimanfaatkan, maka jumlah residu sampah dapat berkurang sebesar 34,79%. Dengan
demikian target MDGs tahun 2015 yakni peningkatan pelayanan menjadi 62,82% dapat tercapai.
Kata kunci: peran serta masyarakat, reduksi, sampah rumah tangga
ABSTRACT
Oebobo is one of the districts in Kupang which has the densest population as many as 132.403
inhabitants. Comunity participation in waste management in Oebobo District done by 6,07%
household through the solid waste sorting and processing with 37,64% service level, so the number of
residues reached 123,88 m
3
/day. Therefore carried out research aimed at studying the potential for
domestic solid waste reduction and community participation in the implementation of solid waste
reduction. Mass balance analysis is performed to determine the potential for solid waste reduction by
considering the amount of solid waste produce, solid waste composition, solid waste density and
recovery factor. Study of community participation using queationnaire to determine the willingness of
people in Oebobo District for solid waste processing. The results shows solid waste produce in
Oebobo district are 208,54 m
3
/day and dominated by 67,5% garbage and 32,5% rubbish and the
recycling potensial was 84,2%. By the questionnaire results, only 59,76% of household are willing to
recycle the waste by recycling methods that will do composting (38,78%), made handicrafts (28,57%)
and sorting for sale to collectors (32,65%). If community potential through waste recycling activities
utilized, then the amount of residual waste can be reduced by 34,79%. Thus the MDGs targets in
2015 which is 62,82% increase in service can be achieved.
Keywords: comunnity participation, reduction, household waste.

PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK (ELECTRONIC WASTE)
TERPADU: SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL DI INDONESIA
THE INTEGRETED E WASTE MANAGEMENT: FORMAL AND
INFORMAL SECTOR IN INDONESIA
Widi Astuti
1, *)
, Purwanto
2)
,dan Enri Damanhuri
3)
Universitas Pandanaran Semarang
widi_unp@yahoo.co.id
ABSTRAKSI
Perkembangan industri teknologi elektronik yang sangat cepat menawarkan berbagai macam pilihan
produk. Situasi ini mendorong perkembangan industri elektronik di Indonesia menjadi sangat cepat.
Percepatan pertumbuhan tersebut dikombinasi dengan produk yang cepat usang karena produk
generasi yang lebih baru sudah muncul lagi. Sehingga barang-barang elektronik yang sudah tidak
terpakai akhirnya menjadi sampah yang sering disebut sebagai Electronic Waste (E Waste) dan
mengalami peningkatan yang sangat cepat. Dari hasil penelitian di negara berkembang termasuk
Indonesia, E Waste tidak ditemukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Hal ini disebabkan
terdapat kegiatan perbaikan dan penggunaan kembali (daur ulang) barang-barang elektronik bekas
dalam jumlah yang tinggi di sektor informal. Daur ulang sektor informal sangat berkaitan dengan
berkaitan dengan dampak lingkungan dan kesehatan Karena tidak disadari bahwa banyak
komponen barang-barang elektronik tersebut mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dalam
rangka untuk mengatasi masalah tersebut, negara berkembang termasuk Indonesia bukan hanya
memerlukan teknologi daur yang canggih, namun juga langkah-langkah pengelolaan yang relevan
dan adanya kebijakan pencegahan dampak lingkungan. Namun dibandingkan dengan aspek teknis,
kebijakan pengelolaan E waste menjadi lebih penting dan mendesak. Dalam tulisan ini berusaha
memperkenalkan kondisi dan kebijakan pengelolaan E waste yang ada di Indonesia saat ini serta
alternatif teknologi daur ulang E waste yang berhubungan dengan kebijakan pengelolaan E waste
yang terpadu sektor formal dan informal.
Key Word : E Waste. sektor informal,pengelolaan terpadu
ABSTRAKSI
The development of electronic technology industry very quickly offer a wide of product choices. This
situation encouroages the development of electronic industry in Indonesia is very fast. Acceleration of
growth combined with rapid product obsolescence due to the newer generation of product has
emerged again. So that the electronic items that are not used eventually becomes waste that is often
refferd to as Electronic Waste (E Waste) and has including Indonesia. E Waste not found in the Final
Disposal (landfill) waste. This due to have to have the repair and reuse (recycling) used electronic
goods in high quantities in the informal sector. Recycling an informal sector is closely associated with
the related environmental and health impact. Because componen do not realize that a lot of electronic
goods cont in toxic material. In order to overcome these problems, developing countries including
Indonesia not only require sophisticated recycling tecnologies but also mesuares the relevant
management and environmental policy become more important and urgent. In this paper tried to
introduce conditions and E waste management policy in Indonesia at this time as well as alternative E
waste recycling technologies related to integrated E waste management policy formal and informal
sectors.
Key word : E Waste, informal sector, the integrated management

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN
GUGUK PANJANG KOTA BUKITTINGGI
EVALUATION ON DOMESTIC WASTEWATER MANAGEMENT IN GUGUK
PANJANG DISTRICT BUKITTINGGI CITY
Widya Lailany
1,
*
)
dan Joni Hermana
2)
,
Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya
*
email: wiwi_lany@yahoo.com
ABSTRAK
Kondisi sarana dan prasarana sanitasi merupakan tantangan bagi pemerintah untuk memenuhi target Millenium
Development Goals (MDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi
2010-2015. Sampai saat ini pengelolaan air limbah permukiman di Kota Bukittinggi-yang umumnya berupa
jamban dengan tangki septik-belum memadai karena masih tingginya pencemaran E.coli pada air tanah.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengelolaan air limbah permukiman di Kec. Guguk Panjang, ditinjau dari
aspek teknis, kelembagaan dan peranserta masyarakat. Evaluasi ini dilakukan dengan metoda survey, yaitu
observasi lapangan, wawancara dan kuesioner di tujuh kelurahan Kec. Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Metoda
sampling menggunakan stratified random sampling, dengan sampel berjumlah 65 dari 39.439 jiwa (9.368 kepala
keluarga). Analisis menggunakan metoda deskriptif kuantitatif yang meliputi aspek teknis, peranserta masyarakat
dan kelembagaan. Peranserta masyarakat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
852/Menkes/SK/IX/2008. Sedangkan aspek kelembagaan didasarkan pada peraturan daerah tentang struktur
organisasi dan tata kerja lembaga daerah. Hasil penelitian menunjukkan 18,46% responden menggunakan
tangki septik yang layak, 50,77% yang tidak layak dan 29,23% yang tidak memiliki tangki septik. Untuk mencapai
target MDGs dan RPJMD dilakukan perbaikan dan pembangunan sarana prasarana dengan sistem pengolahan
on-site berupa tangki septik individual atau komunal, jamban keluarga dengan tangki septik komunal (MCK
Umum) dan IPLT. Peranserta masyarakat berpotensi dapat ditingkatkan melalui organisasi masyarakat seperti
KSM, LSM, Posyandu dan Majelis Taklim. Sementara analisis kelembagaan menunjukkan adanya kendala
seperti; terlalu banyaknya instansi yang berperan dalam pengelolaan, koordinasi, regulasi dan sumber daya
manusia.
Kata Kunci : air limbah permukiman, on-site, pengelolaan.
ABSTRACT
The condition of sanitation facilities and infrastructure is a challenge for the government to meet the Millennium
Development Goals (MDGs) and the Regional Medium Term Development Plan (RPJMD) of Bukittinggi 2010-
2015. To date, the domestic wastewater management, is commonly served by septic tanks, that is inadequate
due to the high E. coli contamination to ground water. The purpose of this study is to evaluate the domestic
wastewater management in Guguk Panjang district, from technical, institutional and community participation
aspects. The evaluation was conducted by using survey method, field observations, interviews and
questionnaires in seven sub- Guguk Panjang district of Bukittinggi City. Sampling method used a stratified
random sampling, with samples were amounted to 65 of 39,439 inhabitants (9.368 households). Analysis used
quantitative descriptive method which includes the technical, community and institutional participation aspects.
Community participation was referred to the regulation by the Minister of Health No. 852/Menkes/SK/IX/2008.
While the institutional aspects were based on local regulations, with regards to organizational structure and
functioning of local institutions. The results showed 69,23% of respondents use septic tank, 29,23% that do not
have a septic tank and 1,54% that exhibits open defecation. To achieve the MDGs and RPJMDs targets, there
should be a major construction of infrastructure facilities with on-site treatment system in the form of individual or
communal septic tanks, latrines families with communal septic tanks and Septage Treatment Plant (IPLT).
Communal participation could potentially be improved through community organizations such as KSM, LSM,
Posyandu and Majelis Taklim. While the institutional analysis indicated the presence of obstacles such as; too
many agencies that play a role in the management, coordination, regulation and human resources.
Key words: domestic wastewater, management, on-site.

KONTAMINASI MERKURI PADA TANAH DAN TANAMAN
PEKARANGAN AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN EMAS
TANPA IJIN DI DESA JENDI KECAMATAN SELOGIRI
KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH
MERCURY CONTAMINATION IN SOIL AND CROPS AS A RESULT
OF ARTISANAL GOLD MINING AREA ACTIVITY AT JENDI VILLAGE,
SELOGIRI DISTRICT, WONOGIRI REGENCY CENTRAL JAVA
PROVINCE
Yusniar Hanani Darundiati
1, *)
, Anies
2)
, Henna Rya Sunoko
3)
, Onny Setiani
3)

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Pascasarjana UNDIP,
Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
Universitas Diponegoro
Jl. Imam Bardjo, SH, Semarang, 50, Indonesia
*hanani_d@yahoo.com
ABSTRAK
Aktivitas penambangan emas tradisional yang berlangsung sejak tahun 1993 di Desa Jendi, Selogiri, Wonogiri
berpotensi menimbulkan degradasi kualitas lingkungan akibat tailing yang mengandung merkuri tidak dikelola
dengan baik. Merkuri diketahui bersifat neurotoksik dan dapat mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi
sehingga membahayakan kesehatan manusia sebagai predator puncak. Tujuan penelitian adalah
mengidentifikasi pencemaran merkuri pada tanah dan tanaman pekarangan di Desa Jendi, Selogiri. Penelitian
bersifat deskriptif untuk mengukur kadar merkuri pada tanah dan tanaman pekarangan. Populasi penelitian
adalah tanah dan tanaman pekarangan rumah responden. Sampel penelitian diambil secara grab sampling
dengan sampel tanah berjumlah 5 dan sampel tanaman sebanyak 7 buah terdiri dari sayuran, buah dan umbi.
Hasil penelitian menunjukkan sampel tanah pekarangan mengandung Hg dengan kadar 0,9523,411 ppm (rata-
rata 2,067 ppm), kadar Hg tanaman pekarangan antara kurang dari 0,0010,98 ppm (rata-rata ppm). Kadar Hg
pada tanah dan tanaman pekarangan yang tinggi kemungkinan disebabkan penggunaan metode amalgamasi
untuk mengekstrak emas yang menghasilkan limbah cair berupa tailing mengandung Hg yang dibuang langsung
ke permukaan tanah, yang akhirnya mengkontaminasi rantai pangan darat berupa tanaman pangan yang
tumbuh di pekarangan rumah. Disimpulkan telah terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran Hg
yang digunakan dalam proses amalgamasi emas yang dilakukan masyarakat penambang di daerah tersebut.
Kata kunci: kadar Hg tanah, kadar Hg tanaman, merkuri, penambangan emas tradisional
ABSTRACT
Artisanal gold mining activities which has been occured since 1993 at Jendi Village, Selogiri, Wonogiri potentially
cause environmental quality degradation as the tailing containing mercury wasnt disposed properly. Mercury is
neurotoxic substance that can be bioaccumulated and biomagnified, may cause serious health effect to human
as top predator. This study aimed to identify mercury contamination in soil and crops. The data of Hg content in
soil and crops analyzed descriptively. Population was soil and crops grown around gold miners house. Samples
were taken by grab sampling method, consisted of 5 soil samples and 7 crops samples (vegetables, fruit and
root). The data showed that soil Hg content was range from 0.952 3.411 ppm (mean 2.067 ppm), crop Hg
content range from less than 0.001 0.98 ppm. This high level of Hg content indicated that the contamination
may be caused by the use of Hg to extract gold from ores containing gold which produced wastewater then
disposed directly to surface soil, causing contamination to the crops grown at it surroundings. There was
environmental quality degradation as a consequence of uncontrolled disposal of wastewater containing Hg
(tailing).
Keywords : artisanal gold mining, crop Hg content, mercury, soil Hg content

PENGARUH PENGATURAN PH TERHADAP PROSES START
UPPENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAPIOKA SISTEM ANAEROBIC
BAFFLED REACTOR
PH ADJUSTMENT INFLUENCE IN START UP PROCESS OF
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (ABR) SYSTEM FOR TAPIOCA
WASTEWATER TREATMENT
Happy Mulyani
1, *)
, Setia Budi Sasongko
2
, dan Danny Soetrisnanto
3

Program Magister Teknik Kimia Universitas Diponegoro
Jl. Imam Bardjo, SH No 5 Semarang 50241, Indonesia
*
cahtekim@yahoo.com
ABSTRAK
Waktu start up yang lama umumnya diperlukan untuk memperoleh kultur bakteri yang dapat bekerja
stabil pada reaktor anaerob. Kegagalan pembentukan kumpulan mikroba anaerob aktif stabil
merupakan pemicu utama rendahnya penurunan kadar COD. Kondisi asam dalam limbah cair tapioka
juga ditengarai dapat memperlambat proses peruraian senyawa organik. Kajian pengaruh pengaturan
pH fresh feed terhadap waktu start up yang diperlukan sistem ABR 2 baffle untuk mencapai kondisi
steady state dan menurunkan kadar COD perlu dilakukan. Secara garis besar, penelitian ini terbagi
menjadi 2 tahapan yaitu inokulasi benih lumpur dan operasi start up secara batch sampai tercapai
kadar COD efluen yang stabil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair tapioka dengan COD
influen 8000 mg/L dan pH 4,84 memerlukan 9 hari start up dengan COD efluen 954 mg/L. Penurunan
waktu start up dan peningkatan penurunan kadar COD removal dapat dilakukan dengan pengaturan
pH fresh feed. Dengan menyesuaikan pH menjadi 7, waktu start up dapat direduksi menjadi 6 hari
dengan kadar COD efluen 443 mg/L. Sementara, 6 hari start up dengan kadar COD efluen 347 mg/L
ditunjukkan dalam performa ABR dengan meningkatkan pH influen menjadi 8.
Kata kunci: ABR; limbah cair tapioka; pengaturan pH; start up
ABSTRACT
Long start up time generally required to achieve stabil bacterial cuture in anaerobic reactor. Failure in
establishment of stabile active anaerobic microbial is a main factor which resulting low COD removal.
Acidic nature in tapioca wastewater was suspected to inhibit organic matter decomposition. It is
important to study about pH adjustment influence of fresh feed in start up time which required in ABR
2 baffles to achieve steady state and remove COD. Mainly, this research divided into 2 stages: first,
sludge seed inoculation and second, batch start up operation until reach stabile COD effluent.
Research result shows that tapioca wastewater with COD influen 8000 mg/L and pH 4,84 requires
nine days start up with COD effluent 954 mg/L in ABR 2 baffles. Reduction in start up time and higher
COD removal could be done by pH adjustment of fresh feed. By adjusting pH to 7, start up time was
reduced to 6 days with COD effluent 443 mg/L. Meanwhile, 6 days start up with COD effluent 347
mg/L showed by increasing pH influent to 8.
Keywords : ABR; tapioca wastewater; pH adjustment; start up

APLIKASI RESPONSE SURFACE METHODOLOGY UNTUK
OPTIMASI ADSORPSI KADMIUM DI LARUTAN ARTIFISIAL
MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI
APPLICATION OF RESPONSE SURFACE METHODOLOGY FOR
OPTIMIZATION OF CADMIUM ADSORPTION IN AQUEOUS
SOLUTION USING RICE HUSK ASH
Monik Kasman
1*)
, Shaliza Ibrahim
2)
and Salmariza
3)


1)
Environmental Engineering Department, Engineering Faculty, University of Batanghari, Jl.
Slamet Riyadi, 36122, Broni Jambi, Indonesia
2)
Civil Engineering Department, University of Malaya,
Lembah Pantai, 50603 Kuala Lumpur, Malaysia
3)
Research and Standardization Agency of Industry and Commerce,
Padang, Indonesia
emka_engineer@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan dan mengoptimasi adsorpsi Kadmium dalam
larutan artifisial dengan menggunakan adsorban rice husk ash (abu sekam padi). Eksperimen
dilakukan secara batch dengan memvariasikan empat faktor sebagai fungsi pH (59), dosis adsorban
(28 g/100 mL), konsentrasi awal adsorbat ( 70110 mg/L) dan waktu kontak (60240 menit). Efek
empat faktor tersebut terhadap persen penyisihan kadmium (respon) dianalisis dan dijelaskan dengan
response surface methodology (RSM) dan model isotherm Freundlich dan Langmuir. Hasil penelitian
menunjukan bahwa rice husk ash dapat menyisihkan kadmium dari larutan artifisial dengan
persentase 76,188% - 99.402%. Dosis adsorban, pH dan konsentrasi awal merupakan faktor yang
signifikan dalam proses adsorpsi. Berdasarkan optimasi dengan RSM didapatkan bahwa kondisi
optimum proses adsorpsi adalah pada pH 7, dosis adsorban 5 g/ 100 mL, waktu kontak 150 menit
dan konsentrasi awal 90 mg/L.
Kata kunci: Adsorpsi, Abu sekam padi (RHA), Kadmium, Response Surface Methodology.
ABSTRACT
This study was focused on optimizing and modeling the adsorption process of cadmium from aqueous
solution onto rice husk ash. The batch experiment was done by varying four factors, as a function of
pH (59), adsorbent dosage (28 g/100 mL), initial concentration of adsorbate (7090 mg/L) and
contact time (60240 minutes). into the percentage of Cadmium removal as the response. The effect
of four factors to the cadmium adsorption removal (as the response) was observed. It was further
explained using response surface methodology (RSM) as well as freundlich and langmuir isotherm
model. The results revealed that rice husk ash can successfully reduce cadmium from aqueous
solution with removal percentage between 76.188% - 99.402%. The value of pH, adsorbent dosage
and initial concentration were noted to be statistically significant. RSM was also used to optimize the
adsorption process where the optimum condition was achieved at pH 7, adsorbent dosage 5 g/100
mL, contact time 150 minutes and initial cadmium concentration 90 mg/L.
Keywords: Adsorption, Cadmium, Response Surface Methodolgy, Rice husk ash.

BAKTERI RESISTEN LOGAM BERAT YANG BERPOTENSI SEBAGAI
BIOSORBEN DAN BIOAKUMULATOR
Enny Zulaika
1,
*
)
, Arif Luqman
1)
, Tutut Arindah
1)
, dan Dan Umi Sholikah
1)


Program Studi Biologi FMIPA ITS, Surabaya
* enny@bio.its.ac.id
ABSTRAK
Bakteri yang resisten terhadap logam berat berpotensi digunakan sebagai biosorben dan
bioakumulator sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agensia bioremediasi pencemaran logam berat.
Bakteri mampu resisten terhadap logam berat karena pada bakteri mempunyai mekanisme
biotransformasi, bioadsorbsi, biosorbsi, bioakumulasi dan/atau biopresipitasi baik secara fisik,
mekanis, ataupun enzimatis. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan bakteri yang resisten
terhadap logam Hg, Pb, Cd dan Cu yang diisolasi dari Kali Mas Surabaya. Dari 80 isolat bakteri yang
didapatkan, isolat yang resisten terhadap logam Hg, Pb, Cd dan Cu dengan kadar 25 ppm hanya 10
isolat. Setelah dilakukan identifikasi dan karakterisasi menggunakan panduan Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology, isolat tersebut terkelompokkan menjadi 5 genera yaitu Azotobacter,
Proteus, Staphylococcus, dan Corynebacterium, dan Bacillus, dengan genera yang melimpah adalah
Bacillus sebayak 4 isolat. Semua isolat halotoleran pada salinitas 50 .
Kata kunci: Kali Mas, logam berat, karakterisasi, halotoleran

STUDI EFEKTIFITAS PENAMBAHAN KARBON (BOD) PADA
PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AMMONIA-UREA MELALUI
PROSES AEROBIK DAN ANOKSIK
STUDY OF CARBON ADDITION (BOD ) EFFECTIVITY IN AMMONIA-
UREA WASTEWATER TREATMENT THROUGH AEROBIC-ANOXIC
PROCESS
Siti Nurul Hijanah
1, *)
dan Agus Slamet
2)

1
) Program S2 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2)
Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Jalan Arif Rahman Hakim, Sukolilo, Surabaya 60111

*stnrlh@gmail.com
ABSTRAK
Air limbah industri ammoniaurea umumnya memiliki kandungan komponen organik relatif rendah.
Pengolahan secara biologis dengan proses aerobik-anoksik umumnya dilakukan penambahan
metanol sebagai sumber karbon. Penelitian proses secara biologi aerobik-anoksik telah dilakukan
dengan aliran kontinyu, resirkulasi lumpur 100%. Waktu tinggal hidrolik (td) 4,6, 8, dan 10 jam dengan
penambahan zat organik (glukosa) yang dinyatakan sebagai BOD konsentrasi 500 dan 1000 mg/L.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi BOD sebesar 500 mg/L dengan 10
jam HRT dapat menyisihkan konsentrasi nitrogen total sebagai TKN sebesar 97,10 %.
Kata kunci: aerobik, anoksik, BOD, HRT, TKN.
ABSTRACT
Industrial wastewater ammonia-urea generally has a relatively low content of organic components.
Biological treatment with aerobic-anoxic process is generally carried out in the addition of methanol as
a carbon source. The study of biological processes in anoxic-aerobic had done with a continuous
flow, 100% recirculation of sludge. Hydraulic residence time 4,6,8,and 10 hours with glucose addition
as BOD concentration of 500 and 1000 mg/L. The Results of research showed that the addition of
the BOD concentration of 500 mg/L with 10-hour HRT was able remove 97.10% total nitrogen
concentration as a TKN.
Keywords: aerobic, anoxic, BOD, HRT, TKN.

IMPLEMENTASI REDUCE DALAM PENGELOLAAN LIMBAH
PERUSAHAAN FARMASI DI KOTA SEMARANG
THE IMPLEMENTATION OF REDUCE PROGRAM FOR WASTE
MANAGEMENT BY A PHARMACEUTICAL COMPANY IN
SEMARANG CITY
Zaenuri
1,
*
)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES
e-mail: zaenuri_mastur@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi reduce yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan farmasi di Kota Semarang. Perusahaan yang diteliti merupakan perusahan terbuka (Tbk)
yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001 pada tanggal 14 Oktober 1999 dan ISO 14001 pada
tanggal 22 September 2001, keduanya dari LQRA (Loyds Quality Register Assurance). Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data dikumpulkan dengan
melakukan wawancara, observasi lapangan, dan mengkaji berbagai dokumen yang dimiliki
perusahaan. Data dianalisis dengan menggunakan kriteria net present value (NPV) dan rasio manfaat
terhadap biaya (benefit-cost ratio = B/C ratio). Hasil penelitian menunjukkan, perusahaan telah
melakukan reduce penggunaan air melalui 3 (tiga) program, yakni (1) penambahan meteran air
sebanyak 23 titik (ke tiap bagian), (2) penggantian jaringan pipa lama, dan (3) kampanye hemat air
(publikasi ke semua bagian perihal pemakaian air terbanyak). Dengan menerapkan ketiga program
ini, perusahaan telah melakukan penghematan air sebanyak 5.750 m
3
setiap bulan. Bila setiap
keluarga rata-rata mengkonsumsi air sebanyak 15 m
3
setiap bulan maka penghematan air yang
berhasil dilakukan perusahaan dapat digunakan untuk memenuhi konsumsi air sebanyak 383
keluarga. Investasi yang ditanam perusahaan untuk penghematan pemanfaatan air mencapai Rp
93.450.000. Manfaat yang diterima masyarakat senilai Rp 59.656.080 per tahun. Dengan mengambil
discount rate sebesar 6% per tahun, kelayakan proyek dianalisis dengan metode NPV (net present
value). Investasi perusahaan untuk penghematan penggunaan air sebesar Rp 93.450.000.000 dapat
kembali hanya dalam waktu 1 tahun 8 bulan 12 hari. Dengan mengambil umur ekonomis proyek 5
tahun, tanpa nilai residu, PV proceed mencapai Rp 251.327.818,80, sedangkan PV outlay sebesar
Rp 93.450.000, sehingga diperoleh B/C ratio sebesar Rp 2,69. Dengan demikian, proyek
penghematan penggunaan air layak ( feasible) karena B/C ratio nya lebih dari 1.
Kata Kunci: pengelolaan limbah, perusahaan farmasi, reduce
ABSTARCT
This research was intended to analyze the implementation of Reduce Program (saving program) by
a pharmaceutical company in Semarang City. The company studied having received ISO 9001 and
ISO 14001 Certificates on October 14, 1999 and on September 22, 2001, respectively. The two
certifications came from LQRA. This research used primary and secondary data. The needed data
were collected by means of interviews, field observations and studying the companys documents.
The data were then analyzed using NPV and B/C ratio as the necessary criteria. The analyses
showed that the company implemented the Program through the following three sub-programs: (1)
installing new water meters in 23 points, (2) replacing old piping with new ones, (3) campaigning on
saving water (informed all departments on maximum uses of water). By means of these three
supporting programs, the company managed to save 5,750 m
3
of water per month. If every household
consumed 15 m
3
of water per month, then the saved water could be consumed by 383 households.
The investment needed for implementing the project amounted to Rp 93,450,000.00. The benefit
obtained by and from the public amounted to Rp 59,656,000.00 per year. The feasibility of the project
was analyzed using NPV, with a discount rate of 6% per year. The total investment of Rp
93,450,000.00 could return back in 20 months and 18 days. By assuming an economic life of 5 year
for the project (without any residual value), the PV proceeds could amount to Rp 251,327,818.00.
With the PV outlay of Rp 93,450,000.00, it can be found a B/C ratio of 2.69. It can then be concluded
that the saving program is feasible because of a B/C ratio of 2.69 > 1
Keywords: waste management, pharmaceutical company, reduce.

PENGAWASAN LIMBAH RADIOAKTIF: ASPEK KEAMANAN
SUMBER RADIOAKTIF DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN
LIMBAH RADIOAKTIF
Werdi Putra Daeng Beta
1, *)
Direktorat Inspeksi Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Jl. Gajah Mada no 8 Jakarta Pusat 10120
*
d.beta@bapeten.go.id
ABSTRAK
Limbah radioaktif termasuk dalam kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sehingga
harus dikelola dengan aman sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Badan Pengawas
Tenaga Nuklir, disingkat BAPETEN adalah badan pengawas tingkat nasional untuk pemanfaatan
tenaga nuklir di Indonesia. BAPETEN melaksanakan pengawasan tenaga nuklir melalui peraturan,
perizinan dan inspeksi. Dari sudut pandang regulasi, salah satu tujuan pengawasan BAPETEN
(Badan Pengawas Tenaga Nuklir) adalah untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja,
masyarakat, dan perlindungan terhadap lingkungan hidup dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
Sedangkan keamanan sumber radioaktif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah akses
tidak sah, perusakan, kehilangan, pencurian, dan/atau pemindahan tidak sah Sumber Radioaktif.
BAPETEN mempersyaratkan keamanan sumber radioaktif untuk fasilitas pengelolaan limbah
radioaktif berdasarkan tingkat kerawanannya. Pengelolaan Limbah Radioaktif adalah pengumpulan,
pengelompokan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan/atau pembuangan limbah radioaktif.
Pengelolaan limbah radioaktif termasuk dalam kelompok keamanan A, artinya kelompok keamanan
yang tertinggi, ditambah dengan perlengkapan khusus. Persyaratan Keamanan Sumber Radioaktif
untuk penyimpanan hanya berlaku untuk fasilitas Pengelolaan Limbah Radioaktif. Selanjutnya, aspek
keamanan sumber radioaktif dalam kegiatan pengelolaan limbah radioaktif akan dibahas pada
makalah ini.
Kata kunci: BAPETEN, limbah B3, keamanan sumber radioaktif, pengelolaan limbah radioaktif.
ABSTRACT
Although radioactive wastes are not included in the category of B3 wastes (hazardous and toxic
materials), but they are included in hazardous wastes that may cause interference or damage to the
environment can cause health problems even until death, so that they must be managed securely
according to regulations. Nuclear Energy Regulatory Agency, abbreviated as BAPETEN is a national
regulatory body for the utilization of nuclear energy in Indonesia. BAPETEN carry out supervision of
nuclear energy through regulation, licensing and inspection. From the regulatory standpoint, one of
BAPETEN regulatory purposes is to ensure the safety and health of workers, public, and
environmental protection in the use of nuclear energy. While the security of radioactive sources is the
action taken to prevent unauthorized access, destruction, loss, theft, and / or unauthorized removal of
Radioactive Sources. BAPETEN require a radioactive source security for radioactive waste
management facilities based on its the vulnerability level. Radioactive Waste Management is the
collection, classification, processing, transportation, storage, and / or disposal of radioactive waste.
Radioactive waste management is included in the security group A, meaning that the highest security
groups, coupled with special equipment. Security Requirements for Radioactive Sources storage
facility is only valid for Radioactive Waste Management. Furthermore, the security aspects of
radioactive sources in radioactive waste management activities will be discussed.
Keywords: BAPETEN, hazardous and toxic materials waste, security of radioactive sources,
radioactive waste management

PENGAWASAN LIMBAH RADIOAKTIF: ASPEK KESELAMATAN
RADIASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
Werdi Putra Daeng Beta
1, *)
Direktorat Inspeksi Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Jl. Gajah Mada no 8 Jakarta Pusat 10120
*
d.beta@bapeten.go.id
ABSTRAK
Walaupun limbah radioaktif tidak termasuk limbah dari B3, tetapi limbah radioaktif termasuk limbah
berbahaya (hazardous wastes) yang dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan
bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan sampai kematian, sehingga harus dikelola dengan
selamat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Badan Pengawas Tenaga Nuklir,
disingkat BAPETEN adalah badan pengawas tingkat nasional untuk pemanfaatan tenaga nuklir di
Indonesia. BAPETEN melaksanakan pengawasan tenaga nuklir melalui peraturan, perizinan dan
inspeksi. Dari sudut pandang regulasi, salah satu tujuan pengawasan BAPETEN (Badan Pengawas
Tenaga Nuklir) adalah untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat, dan
perlindungan terhadap lingkungan hidup dalam pemanfaatan tenaga nuklir, termasuk pengelolaan
limbah radioaktif. Sedangkan Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi
pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Pengelolaan Limbah
Radioaktif adalah pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
dan/atau pembuangan limbah radioaktif. BAPETEN mempersyaratkan keselamatan radiasi untuk
fasilitas pengelolaan limbah radioaktif berdasarkan tingkat resiko dan potensi bahayanya.
Keselamatan radiasi harus menganut asas proteksi radiasi, yaitu justifikasi, limitasi dan optimasi.
Selanjutnya, aspek keselamatan radiasi dalam kegiatan pengelolaan limbah radioaktif akan dibahas
pada makalah ini.
Kata kunci: BAPETEN, limbah B3, keselamatan radiasi, asas proteksi radiasi, pengelolaan limbah
radioaktif.
ABSTRACT
Although radioactive wastes are not included in the category of B3 wastes (hazardous and toxic
materials), but they are included in hazardous wastes that may cause interference or damage to the
environment can cause health problems even until death, so that they must be managed safely in
accordance with existing regulations. Nuclear Energy Regulatory Agency, abbreviated as BAPETEN
is a national regulatory body for the utilization of nuclear energy in Indonesia. BAPETEN carry out
supervision of nuclear energy through regulation, licensing and inspection. From the regulatory
standpoint, one of BAPETEN regulatory purposes is to ensure the safety and health of workers,
public, and environmental protection in the use of nuclear energy. including radioactive waste
management. While the Radiation Safety is the action taken to protect workers, members of the
public, and the environment from radiation hazards. Radioactive Waste Management is the collection,
classification, processing, transportation, storage, and / or disposal of radioactive waste. BAPETEN
requires radiation safety for radioactive waste management facilities based on the level of risk and
potential dangers. Radiation safety should embrace the principles of radiation protection, namely
justification, limitation and optimization. Furthermore, the radiation safety aspects of radioactive waste
management activities will be discussed in this paper.
Keywords: BAPETEN, hazardous and toxic materials waste, radiation safety, radiation protection
principles, radioactive waste management.

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF: ASPEK PERIZINAN DAN
PENGAWASANNYA

Werdi Putra Daeng Beta
1, *)
Direktorat Inspeksi Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Jl. Gajah Mada no 8 Jakarta Pusat 10120
*
d.beta@bapeten.go.id
ABSTRAK
Limbah radioaktif tidak termasuk dalam kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), tetapi
termasuk dalam limbah berbahaya (hazardous wastes) sehingga harus dikelola dengan baik dan
benar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Badan Pengawas Tenaga Nuklir,
disingkat BAPETEN adalah badan pengawas tingkat nasional untuk pemanfaatan tenaga nuklir di
Indonesia. BAPETEN melaksanakan pengawasan tenaga nuklir melalui peraturan, perizinan dan
inspeksi, termasuk pengelolaan limbah radioaktif. Dari sudut pandang regulasi, salah satu tujuan
pengawasan BAPETEN adalah untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat,
dan perlindungan terhadap lingkungan hidup dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Persyaratan dan tata
cara perizinan ditetapkan sesuai dengan resiko yang terkait dengan keselamatan radiasi dan
keamanan Sumber Radioaktif dan Bahan Nuklir, sehingga semakin tinggi risiko suatu kegiatan
pemanfaatan, maka persyaratan izin yang diberlakukan semakin ketat. Persyaratan izin terdiri atas
persyaratan administratif, teknis dan khusus. Perizinan pengelolaan limbah radioaktif memerlukan
persyaratan khusus dan izin bertahap. Selanjutnya, dalam makalah ini akan dibahas aspek perizinan
dan pengawasan pengelolaan limbah radioaktif.
Kata kunci: BAPETEN, persyaratan izin, limbah B3, tata cara perizinan, pengelolaan limbah
radioaktif.
ABSTRACT
Radioactive wastes are not included in the category of B3 waste (hazardous and toxic materials), but
they are included in hazardous wastes, so that they have to be managed properly according to
regulations. Nuclear Energy Regulatory Agency, abbreviated as BAPETEN is a national regulatory
body for the utilization of nuclear energy in Indonesia. BAPETEN carry out supervision of nuclear
energy through regulation, licensing and inspection, including of radioactive waste management.
From the regulatory standpoint, one of BAPETEN regulatory purposes is to ensure the safety and
health of workers, public, and environmental protection in the use of nuclear energy. Requirements
and licensing procedures established in accordance with the risks associated with radiation safety
and security of Radioactive Sources and Nuclear Materials, so the higher the risk of an activity of
utilization, then the licensing requirements imposed increasingly stringent. Licensing requirements
consist of administrative, technical, and specific requirements. Licensing of radioactive waste
management requires specific requirements and licensing stages based. Furthermore, aspects of the
licensing and supervision of radioactive waste management, in this paper will be discussed.
Keywords: BAPETEN, licencing requirements, hazardous and toxic materials waste, licensing
procedures, radioactive waste management.

DAMPAK KEASAMAAN TANAH SAWAH TERHADAP KEJADIAN
DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA SAWAH DI DESA
WATESKROYO KECAMATAN BESUKI KABUPATEN
TULUNGAGUNG
THE EFECT OF ACIDITY OF THE PADDY-FIELD LAND AND THE
INCIDENT OF DERMATITIS IRITAN CONTACT IN THE PADDY-FIELD
WORKER IN THE WATESKROYO VILLAGE THE BESUKI
SUBDISTRICT THE TULUNGAGUNG REGENCY
Indasah
1, *)
Stikes Surya Mitra Husada Kediri
Jl. Sumber ece 37 tirtoudan Kediri
Iin.dasyah@yahoo.com
ABSTRAK
Dermatitis Kontak Iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung
yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis.
Penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan
pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, larutan garam
konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik. Rancangan penelitian dalam
penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 200 pekerja
sawah dan sampel yang diteliti sebanyak 30 responden dengan menggunakan teknik Simple Random
Sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah derajat keasaman (pH) tanah sawah,
variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Dermatitis Kontak Iritan. Sedangkan variabel
perancu dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, riwayat penyakit alergi dan lama kerja. Hasil
analisa data antara umur dan kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan menggunakan uji statistik
korelasi Serial menunjukkan ada keterkaitan. Dan hasil analisa data antara derajat keasaman (pH)
tanah sawah dan kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan menggunakan uji statistik korelasi Serial
menunjukkan ada keterkaitan. Kesimpulan penelitian ini adalah ada keterkaitan antara derajat
keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah.
Diharapkan pekerja sawah lebih memperhatikan kesehatan kulit kaki mereka dengan cara melakukan
pencegahan dini sebelum mulai melakukan aktivitas di sawah dan pengobatan dini ketika tanda-
tanda Dermatitis Kontak Iritan muncul.
Kata kunci: derajat keasaman (pH) tanah sawah, kejadian Dermatitis Kontak Iritan, pekerja sawah
ABSTRACT
Dermatitis Iritan Contact was the non specific response skin towards direct chemical damage that
released mediators inflamasi that most came from the cell epidermis. The cause of the emergence
Dermatitis Iritan Contact was the material that was iritan, for example the material of solvent,
detergent, lubricating oil, acid, wood dust, the material abrasive, the enzyme, the solution to
concentrate salt, heavy plastic the low molecule or the chemical higroskopik. The plan of research in
this research was analytical with the appoarch cross sectional. The population totalling 200 paddy-
field workers and the sample who were researched by as many as 30 respondents by using the
technique Simple Random Sampling. The independent variable in this research was the level of the
acidity of the paddy-field land, the dependent variable in this research was the the incident of
Dermatitis Iritan Contact. Whereas the confounding variable in this research was age, gender, the
story of the allergic illness and for a long time the work. Results of the analysis of the data between
the age and the incident of Dermatitis Iritan Contact by using the test of Correlation Statistics Serial
showed had the connection. And results of the analysis of the data between the level of the acidity
(pH) of the paddy-field land and the incident of Dermatitis Iritan Contact by using the test of
Correlation Statistics Serial showed had the connection. The conclusion in this research was to have
the connection between the level of the acidity (pH) of the paddy-field land and the incident of
Dermatitis Iritan Contact in the paddy-field worker. Hopefully to the paddy-field worker so that more
paid attention to the health of their skin foot by means of carrying out the early prevention before
beginning to carry out the activity in the paddy-field and early medical treatment when signs from
Dermatitis Iritan Contact began to emerge.
Key word: the level of the acidity (pH) of the paddy-field land, the incident of Dermatitis Iritan
Contact, the paddy-field worker.

POTENSI SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN
KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS KECAMATAN
BUNGKAL)
THE POTENTIAL OF RESIDENTIAL SOLID WASTE IN THE RURAL
AREA OF PONOROGO TOWN (CASE STUDY BUNGKAL DISTRICT)
Malik Efendi
1, *)
dan Yulinah Trihadiningrum
!)
Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,

*
fulanabdillah@yahoo.com
ABSTRAK
Kecamatan Bungkal yang terletak di kawasan perdesaan Kabupaten Ponorogo membuat kondisi
pengelolaan sampah kurang memadai. Terbatasnya fasilitas pengelolaan sampah berakibat pada
semakin meningkatnya timbulan sampah di TPS. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan
timbulan dan komposisi sampah, (2) menentukan besarnya potensi daur ulang sampah. Kajian pada
aspek teknis dilakukan dengan metoda analisis timbulan dan komposisi sampah, serta potensi daur
ulang sampah dengan pengambilan sampel 8 hari berturutturut dan perhitungan jumlah sampel
sesuai SNI 19-3964-1995. Timbulan sampah permukiman adalah sebesar 0.28 kg/orang.hari, dengan
komposisi sampah basah 78.6%, sampah plastik 12.6%, sampah kertas 4.5%, sampah kulit 1.0%,
sampah kayu 0.80%, sampah karet 0.6%, sampah kaca 0.5% sampah logam 0.5%, sampah kain 0.5
%, dan sampah lainlain 0.4 %. Potensi daur ulang sampah rumah tangga adalah sebagai berikut:
sampah basah 97.3%, sampah plastik 35.5%, logam 100%, kertas 67%, kaca 52.8%.
Kata Kunci: Potensi, daur ulang, sampah, perdesaan.
ABSTRACT
Bungkal District, which is located in rural areas of Ponorogo town, has made the solid waste
management service improperly performed. The lack of facilities resulted in the increasingsolid waste
generation at the transfer depot. This study aimed to: (1) measure solid waste generation and
composition, (2) measure the recycling potentials of the residential solid waste. The technical aspect
of this study included the solid waste generation rate and composition measurements, as well
recycling potential. Sampling and measurement activities were done in 8 consecutive days, following
national standard method SNI 19-3964-1995. The residential solid waste generation rate was 0.28
kg/capita.day. The solid waste was composed of biodegradable organics of 78.6%, followed by 12.6%
plastic waste, 4.5% paper, 1.0% leather, 0.80% wood, 0.6% rubber, 0.5% glass, 0.5% metal, 0.5%
textile, and 0.4% residual waste. The recycling potentials of the residential solid waste were: 97.3%
for biodegradable organics, 35.5% for plastic waste, 100% for metal waste, 67% for paper, and 52.8%
for glass.
Keywords: potential, recycling, residential, solid waste

PENGGUNAAN BAMBU AIR (EQUISETUM HYEMALE) DAN BAMBU
REJEKI (DRACAENA SANDERIANA) UNTUK PENYISIHAN
NITROGEN DAN FOSFOR PADA GREY WATER DENGAN SISTEM
CONSTRUCTED WETLAND
THE USE OF EQUISETUM HYEMALE AND DRACAENA
SANDERIANA PLANT FOR NITROGEN AND PHOSPHORIC
REMOVAL IN GREY WATER WITH CONSTRUCTED WETLAND
SYSTEM
Ratna Widya Danista
1, *)
dan Alia Damayanti
1)
Environmental Engineering Study Program
Faculty of Civil Engineering And Planning
Sepuluh Nopember Institute Of Technology Surabaya
ABSTRAK
Penanganan grey water di Indonesia khususnya Surabaya saat ini adalah langsung dibuang ke
saluran drainase yang akan berujung di badan air tanpa pengolahan sebelumnya. Grey water
mengandung unsur seperti nitrogen, fosfat dan potasium yang jika terdapat dalam jumlah yang
berlebih di badan air akan menyebabkan peristiwa eutrofikasi. Eutrofikasi akan mengurangi
kandungan oksigen terlarut dalam air dan membahayakan makhluk hidup yang hidup didalamnya.
Sistem constructed wetland subsurface (SSF) ini air tidak menggenang di atas media tanam, tetapi air
mengalir di bawah media sehingga memiliki berbagai keuntungan. Salah satu keuntungannya adalah
tumbuhan yang dapat beradaptasi lebih bervariasi sehingga dapat digunakan sebagai taman dengan
estetika yang baik. Penelitian ini menggunakan 9 reaktor dengan variasi jenis tumbuhan yaitu
bambu air dan bambu rejeki serta variasi waktu tinggal air limbah (td) yaitu 4 hari, 3 hari dan 2 hari.
Media yang digunakan adalah pasir dan kerikil. Aliran limbah di dalam reaktor adalah secara vertical
downflow. Air limbah yang digunakan diambil langsung dari grey water rumah kos di Gebang Kidul
No. 30, Surabaya. Pengamatan sampel dilakukan tiap 3 hari sekali. Parameter yang diteliti adalah
jumlah NH
3
N, NO
2
-N, NO
3
-N dan konsentrasi senyawa fosfor sebagai total fosfor. Tumbuhan bambu
air dan bambu rejeki tidak berpengaruh dalam penurunan kandungan senyawa nitrogen dan fosfor
saat waktu tinggal air limbah (td) 4 hari, 3 hari maupun 2 hari. Sedangkan untuk variasi waktu tinggal
air limbah (td) hanya mempengaruhi penurunan fosfor pada tumbuhan bambu air. Penurunan
kandungan senyawa nitrogen dan fosfor tertinggi pada reaktor uji adalah pada reaktor tumbuhan
bambu air saat td 4 hari yaitu sebesar 86,5 % dan 81,7 %. Tidak adanya perbedaan yang signifikan
pada penurunan kandungan senyawa nitrogen dan fosfor antara reaktor uji tiap variasi disebabkan
kurangnya range antar variasi waktu tinggal air limbah (td) 2 hari, 3 hari dan 4 hari.
Kata kunci : grey water, subsurface constructed wetland, bambu air, bambu rejeki, nitrogen, fosfor.
ABSTRACT
Handling of grey water in Indonesia especially Surabaya today is directly discharged into the drainage
channel that will culminate in a body of water without prior treatment. Grey water contains elements
such as nitrogen, phosphate and potassium, which when present in excessive amounts in the body of
water will cause eutrophication. Eutrophication will reduce the oxygen content dissolved in the water
and harming living things that live in it. Subsurface constructed wetland system (SSF) of this water
does not puddle on top of the planting medium, but the water flowing beneath the media so that it has
various advantages. One advantage is that plants can adapt to more varied so it can be used as a
park with good aesthetics. This study uses 9 reactor with variation types of plants is water bamboo
and fortune bamboo, waste water residence time variation (td), is 4 days, 3 days and 2 days. Media
used were sand and gravel. Waste stream in the reactor is in a vertical downflow. Waste water used
is taken directly from the grey water boarding house in the Gebang Kidul 30, Surabaya. Observations
were conducted every 3 days. The parameters studied were the number NH3N, NO2-N, NO3-N and
the concentration of phosphorus compounds as total phosphorus. Equisetum hyemale and Dracaena
sanderiana plant had no effect in decreasing the content of nitrogen and phosphorus compounds
during waste water residence time (td) 4 days, 3 days and 2 days. As for the variations in waste water
residence time (td) only affects the reduction of phosphorus in the Equisetum hyemale plants. The
highest decrease in content of nitrogen and phosphorus compounds in the test reactor is in the
Equisetum hyemale plants reactor when td 4 days is 86.5% and 81.7%. No significant difference in
the reduction of nitrogen compounds and phosphorus content of each test reactor due to the lack of
range between variation the of waste water residence time (td) 2 days, 3 days and 4 days.
Key words: grey water, subsurface constructed wetland, Equisetum hyemale, Dracaena sanderiana,
nitrogen, phosporus

Anda mungkin juga menyukai