Anda di halaman 1dari 29

Bianglala Kehidupan

Kho Ping Hoo





Dipersembahkan untuk
Penggemar karya Kho Ping Hoo

(http://groups.yahoo.com/group/kho-ping-hoo/)


KataPengantar


Asmaraman S. Kho Ping Hoo kita kenang bukan saja karena
karyanya telah membius ribuan pembacanya. Lebih dari itu, ia
adalahsosokyangtelahberhasilmenawarkantata-nilaikehidupan
melalui kisah-kisah dalam bukunya. Dalam setiap judul yang
dihasilkannya 20 atau 30 tahun yang lalu, kita rasakan adanya
usaha yang konsisten untuk menawarkan nilai-nilai tertentu yang
terasabarudantetaprelevanhinggahariini.
Sebutlah prinsip jalan damai, yang selalu dikedepankan sebagai
pemecahan konflik pada tiap karya Kho Ping Hoo, menggambarkan bahwa ia ingin
bersikap anti-kekerasan. Keberpihakkannya kepada kaum marginal juga sangat kental,
dalam kisah-kisah yang ditulis Kho Ping Hoo selalu menggarisbawahi kenyataan bahwa
kemelut dan perang hanya akan meminta korban rakyat kecil. Pejabat yang korup
menyengsarakan rakyat. Rakyat menjadi korban kekerasan, kehilangan harta dan
sebagainya.Merekaitulahyangnasibnyaselalumenjadiperhatianparapendekaruntuk
dibela. Kho Ping Hoo juga mengkampanyekan hidup sederhana pada tiap karyanya,
bahwahartakekayaanbukanlahyangterpentingdalamhidupini.
Dalam setiap karyanya Kho Ping Hoo juga menonjolkan sikap kritis dan rasional
suatuyangmajuapalagikalaudiingatbahwasettingwaktudalamkisah-kisahnya,yaitu
pada abad 6 hingga abad 12 yang lalu. Kita bisa membaca bagaimana banyak tokoh
mudayangterang-teranganmelawantradisikarenadianggaptradisiitusekedartahayul
yangnggamasukakal.Misalnyatentangperjodohan,hantu,setandansebagainya.Yang
menarik juga, dalam semua kisahnya, Kho Ping Hoo mengingatkan agar kita tetap kritis
kepada semua pihak, termasuk tokoh-tokoh agama. Sebab banyak tokoh agama yang
memakai agama sebagai kedok untuk menyelubungi kejahatannya. Suatu cara
pengajaranyangberani,penulislaindewasaini,belumtentuberanimelakukannya.
Kekayaan pemikiran Kho Ping Hoo menimbulkan keingintahuan kita terhadap
riwayat kehidupannya. Pada kumpulan tulisan yang terangkum dalam Bianglala Hidup
KhoPingHooinikitaakanmenemukankisahkehidupanseorangmanusiabernamaKho
Ping Hoo. Mulai pahit getir kehidupan masa kanak-kanaknya sampai proses kreatif yang
melahirkanratusanbukukaryanya.Kitajugabisamembacakisahsuksesseorangburuh
pabrik rokok yang berani banting strir menjadi penulis, menjadi penerbit dan akhirnya
berhasilmencapaikehidupanyangberkecukupan.
Kumpulan tulisan ini dipilih dari berbagai media massa tanpa editing. Sebagian
berupa tulisan hasil wawancara, sebagian merupakan hasil wawancara. Terdapat pula
tulisan-tulisan yang tidak secara langsung mengupas kehidupan Kho Ping Hoo namun
akandapatmelengkapisosokdankiprahKhoPingHoo.
Akhir kata, selamat membaca semoga tulisan ini akan memperkaya pikiran dan
batinkita.
Jakarta, Medio Januari 2004
Bagus Pursena
http://groups.yahoo.com/group/kho-ping-hoo/
DaftarIsi

1. KHO PING HOO: Pesilat Dari Mertokusuman (Matra/03/95, hal. 94)
2. Asmaraman Kho Ping Hoo: Saya Telah Ihklas Pergi. (Kompas Sabtu, 23-07-1994,
hal. 20)
3. Perabuan Kho Ping Ho "Pendekar" Itu Ditangisi Penggemarnya..(Kompas Selasa, 26-
07-1994. Halaman: 16)
4. Profile Kho Ping Hoo (http://www.detik.com/khopingho/profil/index.shtml).
5. Mengenang Kho Ping Hoo (Prie GS,
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/priegs/priegs55.htm)
6. Tiga Pahlawan (Sie Hok Tjwan)
7. Kho & karyanya (Matra/03/95), hal. 98)

KHO PING HOO


Pesilat Dari Mertokusuman
(Matra/03/95, hal. 94)

Bakpendekarsilattanpamurid,padahaljurus-jurusnyasudahiatulisberatus-ratus
jilid. Selama beberapa dekade, jagat persilatan Indonesia seolah-olah berada dalam
genggamannya.Siapatakkenal:AsmaramanSukowatiKhoPingHoo?
Sulitrasanyamembantahkepiawaianpenulisceritasilatyangmenghabiskanlebih
dari separuh masa hidupnya di Solo ini. Tua-muda, lelaki-perempuan mengenalnya.
Bahkan, boleh jadi, generasi manusia Indonesia tumbuh bersama bacaan karya
Asmaraman ini. Buku saku cerita-ceritanya habis mengisi berbagai lapisan masyarakat
kita.
Ilhamnya dalam menulis amat lancar. Padahal, sempat diakuinya, terkadang
episode berikut suatu cerita tak diketahui. Tulisannya mengalir begitu saja. Dalam
menulis, ia cuma berpatok pada peta daratan Cina. Dari situlah gagasan demi gagasan
diperolehnyauntukmenuntaskanjilid-jilidberikutnya.
Dalam arena tulis-menulis cerita silat, barangkali tak ada yang bertahan begitu
lama hingga puluhan tahun seperti Kho Ping Hoo. Maka, khalayak pembaca pun boleh
berharap.Denganlatarceritasejarah,gayatutursederhana,jurus-jurusbak-buk-bak-buk,
diselingi pula adegan percintaan, Kho memasukkan pula percikan-percikan filsafat ke
dalamrangkaiankisahnya.
Renungan-renungan filosofis ini, meski terkadang terkesan menggurui,
dilontarkannya lewat tokoh-tokoh utama cerita. Ada makna tentang hidup yang ingin
disampaikannya. Ia menyinggung sial nilai-nilai, kebenaran, keadilan, baik-buruk --
walau, menurut Kho, ia jarang sekali membaca buku filsafat. "Hal-hal itu justru saya
perolehdarirealitaskehidupansehari-hari,"ujarnya.
Baginya, pelajaran tentang kehidupan tak akan ada habisnya. Melalui cerita-
ceritanya ini, "Saya ingin mengajak pembaca untuk sama-sama mempelajari hidup dan
menerapkannyadalamkehidupansehari-hari,"kataKhoPingHooserius.
Budayawan Emha Ainun Nadjib malah menyebut Kho, bersama S.H. Mintaredja,
sebagaisastrawanbesaryangdimilikiIndonesia--meskiKhosendirimengakulebihsuka
menulisapaadanyaketimbangmenuturkankarya-karyanyadenganterminologisusastra.
"Bagisaya,sastraterlaluabstrakdanmengawang,"katanyasuatukali.
Nama Kho Ping Hoo, bagi sebagian masyarakat kita, jauh lebih termashur
ketimbang para sastrawan yang dikenal lewat pelajaran sekolah. Pangsa pasa rbuku-
bukunya adalah pembaca awam. Ia memilih bentuk tulisan populer yang gampang
diterima"arusbawah".KarenaitulahKhomudahdiingatorang.Apalagikarya-karyanya--
sejak ia mulai merintis karier menulis pada 1958 -- lahir tak henti-henti dalam perbagai
bentukdantema.
Tulisan-tulisaniniditerbitkandalambentukbuku(baikberjilid-jilidmaupunlepas),
serial di koran, cerpen, dan juga cerita bergambar. Tema yang diangkat pun beragam.
MeskiyangterbanyakadalahceritasilatJawa,roman,dandetektif.
Menurut catatan Penerbit CV "Gema", cerita silat lepas Mandarin yang pernah
ditulisdanditerbitkan-nyasampaitahun1993ada41buah.Sedangkanceritasilatserial
Cina sebanyak 122 judul. Ada satu serial yang tidak tamat, berjudul Runtuhnya Dinasti
Tang(1994),yangdimuatdiharianMediaIndonesia.
Cerita silat lepas Indonesia hasil karyanya tercatat ada 15 buah dan yang berupa
serial sebanyak 47 judul. Sementara itu, cerita roman dan detektif yang diterbitkan
PenerbitCV"Gema"hinggatahun1993terhitung15judul.
Sembilan karyanya -- tujuh cerita Indonesia dan dua cerita silat Cina -- dibeli
produsen film. Selain itu, cerita silatnya berjudul Wulandari direkam oleh perusahaan
rekaman Dian Records (lihat Kho dan Karyanya). Ribuan jurus bertanding sudah
diciptakan lewat karyanya -- kendati, "Ditantang berkelahi sekalipun saya tak pernah,"
ujarnyaketikaMATRAmenemuinyabeberapatahunsilam(bacaMATRA,Agustus1988).
Yang pasti, baginya, bukan perkara gentar atau tidak bila suatu ketika harus
berhadapandenganlawan,melainkan,"Seorangmusuhsudahterlalubanyakbuatsaya.
Tapi berjuta sahabat masih kurang." Kho memilih hidup sebagai pengarang. Dari
percetakan dan penjualan buku, melalui Penerbit CV "Gema" miliknya, ia mampu
menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Karya-karyanya pun ikut mengembara ke
mancanegara. Kerap mahasiswa Indonesia yang belajar di Amerika Serikat, Belanda,
Arab Saudi, dan Jepang memesan buku-bukunya agar dikirimkan ke sana. Padahal,
sukses yang diraih Kho berawal dari sejumlah penderitaan. Ia mengalami masa kecil
denganpenuhkesengsaraan.Bersama11saudaradankeduaorangtuanya,iatinggaldi
rumah6meterx4meterberdindinggedekdanberlantaitanahdiSragen,JawaTengah.
IalahirdiSragen,17Agustus1926,daripasanganCina-Jawa.Ayahnya,KhoKiem
Po, adalah seorang ahli kebatinan dan guru silat. Kemiskinan di keluarga ini datang
karena sang ayah tidak mau bekerja. Sebagai guru yang punya murid, ayahnya tak mau
menerimauangsepeserpun.Padahal,"Anaknya12orang.Makanya,mautakmaupada
umur15tahunsayasudahharusbekerja.Keadaansayadibawahgariskemiskinan,"ujar
KhoPingHoo.
Kho menyelesaikan sekolah HIS di Sragen. Sekolah MULO baru ditempuh
beberapa bulan, ia terpaksa berhenti. Ia lalu pindah ke Kudus, diterima bekerja sebagai
buruhdisebuahpabrikrokok.
Pada 1942, ketika Jepang masuk Indonesia, ia pindah ke Surabaya. Di sana ia
menjajakan pil kina secara berkeliling, dari satu toko ke tokok lain. sewaktu Jenderal
Inggris Mallaby ditembak mati di Surabaya, saya kembali ke Sragen," kata Kho. Di situ,
padausia19tahun,iamenikahigadisbernamaRosita.
Rupanya situasi Sragen pun tak menentu. Maka, bersama istri dan dua anaknya
yang masih kecil, Kho melancong hingga ke Jawa Barat. Mulanya mereka sampai di
Cikampek, lalu pergi ke Bandung, kemudianmenetap di Tasikmalaya untuk waktu cukup
lama.
Di Tasik, Kho bekerja sebagai pegawai perusahaan angkutan truk. Ia tinggal di
kamar pondokan kecil berukuran 3 m x 4 m. Namun, karena kegemaran membaca telah
lamadipupuk,disela-selakerjadanistirahatdikamarkontrakan,iaterusmenekunihobi
membacaitu.
"Dulu, waktu kecil, saya sudah gemar membaca. Buku-buku Ayah tentang
kebatinan pun saya lahap habis," Kho menjelaskan hibinya itu. Dari membaca inilah
pikirannyamenjadikritis.Iaseringmempertanya-kantulisanorang":"Kenapabegitujalan
ceritanya?" Waktu itu, ia merasa bisa menulis lebih bagus. Karena tak puas, Kho
mencoba-coba mengirim cerpen ke majalah. Tulisannya masih ditulis tangan. Tentu itu
karenaiabelummampumembelimesintik.
Cerpen pertamanya, Hidup di Kolong Jembatan, dimuat Star Weekly -- majalah
terbesar Indonesia kala itu. Dari situlah muncul kepercayaan diri pria Sragen ini untuk
terus menulis. Tulisannya kemudian dimuat Surabaya Post, Surabaya Kurir, Panca
Warna, Liberty, dan Monalisa. Namun, karena tempo itu lahan menulis masih sedikit,
pada 1958 ia bersama beberapa teman pengarang mendirikan majalah Teratai. Nomor
perdananya kurang laku. Menurut Kho, itu karena edisi pertama tersebut tak memuat
cerita silat. Penulis cerita silat saat itu memang masih jarang. Ia sempat menghubungi
OKT,penyadurceritasilatyangbekenwaktuitu,tapirupanyasangatsibuk.
"Saya lalu membikin cerita silat. Eh, tahunya sukses," katanya. Pedang Pustaka
Naga Putih, karyanya itu, mendapat sambutan baik dari masyarakat. Sayang, karena
modal sangat kurang, majalah Teratai terpaksa gulung tikar setelah terbit empat edisi.
UntungdatangtawarandariSjamsuddinLubis,pemilikmajalahSelecta."PakSjamsuddin
menghubungi saya agar mau mengisi majalah miliknya," ujar Kho. Agar tidak terus
menjadi buruh angkutan truk, Kho juga membangun usaha percetakan kecil-kecilan di
Tasik.Ketikapada1963terjadikerusuhanrasial(EtnisCina)diBandung,iamengadakan
pertemuandenganpendudukaslidiTasik.
Ia dan orang-orang Cina di Tasik memang sempat dilempari batu. Namun,
"Kawan-kawan, orang-orang Sunda di kampung tempa saya tinggal, baik semuanya.
Bukan mereka yang melempar batu itu," kata Kho mengenang peristiwa buruk tersebut.
Kebetulan,saatkejadianituberlangsung,iarindupadakampunghalamannyadiSragen.
Maka, pada 1964, Kho Ping Hoo kembali ke Jawa Tengah dan bermukin di Solo,
tepatnya di daerah Mertokusuman. Di kawasan ini pual ia hidup hingga mengakhiri
hayatnyapadaJumatpagi,22Juli1994.
Ternyata ia tidak cuma pandai dalam menuturkan cerita. Ia juga lihai memainkan
silat tangan kosong, pedang, dan tongkat. Jurus-jurus silatnya adalah aliran Siauw Lim
Sie, yang diperoleh dari ajaran ayahnya. "Namun, saya tidak pernah mendalaminya
secara serius," kata Kho. Ayahnya memang keras dalam memberikan latihan. Melatih
kuda-kudasaja,sebagaicontoh,Khobertahun-tahundisuruhmenjerangairdingindiatas
barasampaimendidih.
Tentusedikit-banyakpengetahuansilatiniikutpulamembantunyadalambercerita.
Namun, ia mengakui, sebetulnya gurunya adalah buku dan pengalaman. Ia memang
seorangotodidak.MeskicumasampaikelassatuMULO,Khotermasukorangyangingin
terusmencari.
"Saya hafal macapat dan bahasa Kawi. Saya juga bisa berbahasa Sunda. Kalau
Belanda, itu kan bahasa sekolah. Sedangkan bahasa Inggris saya pelajari dari radio,"
katanya.Denganmodalbahasainilahkariersebagaipenulisceritasilatitudirintisnya.
Kho menguasai bahasa Belanda dan Inggris dengan baik. Lucunya, ia tak bisa
membaca aksara Cina. Penguasaan bahasa Mandarinnya sangat pasif. "Saya memang
suka belajar sendiri, terutama bahasa. Tulisan Jawa saya indah, lo," katanya bangga.
Dalam dirinya tertanam budaya Jawa yang cukup mendalam. Maka, jangan heran bila,
"SayabisamembikinnaskahketoprakuntukTVRIYogyakarta."
Meski dalam tubuhnya mengalir darah Cina, Kho tidak pernah merasa dirinya
orang Cina. Ia memang gemar membaca buku tentang Tiongkok, terutama pustaka milik
ayahnya. Namun, sebagaimana darah ibunya, ia malah mengaku sebagai orang Jawa.
"SayabarumenginjakkankakidiCinatahun1985.Waktuitudiajakanaksayayangmau
melancongkesana,"katanya.
Buku-buku tentang Cina sudah dilahapnya tuntas. "Saya pelajari agama mereka,
kebudayaannya, dan riwayat orang-orang besar Cina," ia memberi alasan mengenai
imajinasiuntukmenguatkanceritasilatnya.
Ternyata, ketika ia pergi ke sana, gagasan-gagasan tentang cerita-ceritanya itu
tak jauh berbeda. "Yang berbeda cuma masyarakatnya. Karena, yang saya dalam peta
buminya supaya tidak ngawur," tuturnya kepada majalah Jakarta-Jakarta. Proses
kreatifnya tidak bergantung pada suatu tempat atau mood tertentu. Begitu ia ketemu
mesin ketik, apa yang ada dalam benaknya seakan tak bisa membendung gairahnya
menulis.HalinidiakuiDrs.BunawanS.W.,menantunyayangkinimenanganiPenerbitCV
"Gema"."Rasanya,Bapaktidakpernahpunyakesulitanmelontarkanidetulisannya,"ujar
BunawanketikamenerimaMATRAdipercetakannyaitu.
Dalam bekerja, ia tidak pernah berpikir mengenai waktu. "Kapan saja, beliau bisa
bekerja, entah larut malam atau dini hari," kata Bunawan. Pokokya, bagi Kho, kalau
matanya masih kuat melek, ia terus mentak-tik-tuk mesin mesin ketiknya. Tamu yang
bertandang ke rumahnya tak jadi masalah. Sebab, begitu sang tamu memohon diri, ia
melanjutkan cerita yang sedang digarapnya. Beberapa tahun belakangan, Kho Ping Hoo
memberi kepercayaan kepada Bunawan untuk menangani percetakan di Mertokusuman
itu. Maksudnya, "Agar Bapak tidak lagi disibuki oleh macam-macam urusan cetak dan
penjualanbuku-bukunya.Maka,sayalahyangdipercayaimengurusimacam-macamhal,"
ujarpriayangmengawiniputripertamaKhoini.
Sejak pindah ke Solo pada 1964 itu, Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo
membangun penerbitan dan percetakan di rumah tinggalnya. Usaha ini semata-mata
didirikan agar semua kegiatannya bisa dikontrol. Menyiapkan naskah, mengetik,
mensetting,mencetak,danmemasarkannyabisalangsungditanganiolehKhosendiri.
Namun, karena karyanya semakin banyak, ditambah gagasan ceritanya kian
menumpuk dalam benak, usaha itu perlahan-lahan dilepas. "Sebagai pengarang, tentu
sajaBapaktidakmaurepot-repot,"Bunawanmenjelaskan.
Kegiatan penerbitan ini terus berkembang, sehingga belakangan tidak saja
mencetak tulisan-tulisan Kho, tapi juga karya penulis lain -- meski semuanya masih
terbataspadatemaceritasilat.
Dalam 25 tahun terakhir, Kho kerap tinggal di "Wisma Damai" miliknya di
Tawangmangu untuk mengolah ide-ide cerita. Tempat sunyi, berhawa dingin, yang
terletak di lereng Gunung Lawu itu sangat pas baginya buat bertapa. Di situ pula ia
membuat renungan-renungan atau kalimat-kalimat sakti untuk mengisi jalan cerita yang
sedangdigarapnya."RumahdiTawangmanguitusekarangsudahdijual,"kataBunawan.
Kho Ping Hoo meninggalkan dua istri, Rosita dan Hartini, serta 12 anak dan 23 cucu
Kamis siang, 21 Juli 1994, Kho berniat berangkat ke Solo dari "Sisma Damai" ketika
mendadakmengeluhdadanyasakit.Saatituiasempatjatuhpingsan.SetelahKhodibawa
kedoktersetempat,istrikeduanyamembawanyakeRumahSakitKasihIbudiSolo.
Malam harinya, ia terlihat siuman. Namun, Jumat dini hari kondisinya menurun
lagi, bahkan kritis. Dalam keadaan koma, pengarang beragama Kristen dan penganut
aliran Subud (Susila Budi Dara) ini menghembuskan napas terakhir sekitar pukul tujuh
pagi.
Sepuluh tahun silam, ketika mengetahui mengidap penyakit jantung, Kho
bersikerastidakmaudirawatdoktersecaraintensif.Sebelummenemuiajalnya,iasempat
pula berperan kepada keluarganya bahwa ia telah ikhlas pergi menghadap panggilan
Illahi.
Mengenai kedua istri itu, tidak jadi soal benar bagi Kho. Yang dikhawatirkannya
justrusuarasumbangoranglain.Menurutdia,kalauadakasih,tidakbakaladapersoalan.
"Kasih itu lain dari nafsu. Jika nafsu, ia harus catik atau tampan," ujarnya. Kho menikahi
istrimudakarenamelihatkehidupanrumahtanggawanitaituterbengkalai.
Nyonya Hartini ialah tetangga di Tawangmangu yang tidak diurus oleh suaminya.
Karenasimpati,Kholaluseringmemberipertolongan."Darisitulah,darirasasimpati,saya
mengawininya," ujarnya. Meski Kho punya dua istri, hubungan keduanya dan dengan
anak-anak mereka tetap baik. Kho Ping Hoo tak pernah bercita-cita anaknya kelak
menjadipenulis.Sebab,baginya,mengarangadalahmengadakansesuatuyangtidakada
lewatlamunan."Jadi,tidakbisadiajarkan.Mengarangtidakadagurunya,"ujarnya.
Pembaca setia cerita silat Cina rasanya sulit mencari gantinya. Memang, nama
Asmaraman Kho Ping Hoo sudah sedemikian melekat di hati penggemar fanatiknya.
Adakah penggantinya bakal muncul? Entahlah. Kalaupun ada, barangkali perlu waktu
bertahun-tahunagarbisamasukkedalamlubukhatiparapembacaceritasilatCina.
(Ricardo I. Yatim)
Asmaraman Kho Ping Hoo
"Saya Telah Ihklas Pergi ..."

(KOMPAS Sabtu, 23-07-1994. Halaman: 20)

ASMARAMAN Sukowati Kho Ping Hoo, pengarang cerita silat yang selama
beberapa dekade menguasai "jagat dongeng persilatan" di Indonesia, telah pergi untuk
selamanya.Diameninggalduniadalamusia68tahunhariJumat(22/7)pagidiSolo.
Bak seorang pendekar yang tengah mencapai masa penyucian, belakangan Kho
Ping Hoo lebih banyak menetap di salah satu kediamannya, di tempat sunyi berhawa
dingin, yakni di Tawangmangu di lereng Gunung Lawu. Seorang anggota keluarganya
menuturkan, Kamis siang, Kho Ping Hoo yang berniat berangkat ke Solo mendadak
mengeluhjantungnyasakit,lalujatuhpingsan.Setelahdiperiksadoktersetempat,istrinya
NyHartini(45)cepat-cepatmelarikannyakeSolo.KhoPingHoomasukRSKasihIbudan
segera memperoleh perawatan. Malamnya, ia sempat siuman dan tampak sehat. Tapi
Jumat dinihari kondisinya kembali kritis, dan dalam keadaan koma sampai
menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 07.00. Menurut rencana, jenazahnya akan
diperabukandiKrematoriumTiongTing,SolohariSenin(25/7).
PenganutaliranSubud(SusilaBudiDharma)inimenitipkanpesanmenjelangajal,
bahwa ia telah ikhlas pergi. Bahkan jauh sebelumnya, Kho Ping Hoo yang diketahui
mengidapsakitjantungsejak1985,bersikerastakmauberobatkedokter."Biarlahhidup
saya begini. Biarlah hidup saya mengalir seperti air, seperti juga karya-karya saya yang
mengalirbegitusaja..."
***
DILAHIRKANdiSragen17Agustus1926dariorangtuaberdarahCina-Jawa,Kho
KiemPo,almarhummeninggalkan12anakdariduaistriRosita(62)danHartini,serta23
cucu. Dalam sepekan, sejak 25 tahun terakhir, ia secara teratur membagi waktunya
denganmenetapdiSolodandiTawangmangu.
Dari tempatnya "menyepi" di Tawangmangu itulah lahir karya-karyanya yang
dibacaolehsekianribupembacanya.Banyakorangkesengsem,"tergila-gila",dandengan
tak sabar menunggu jilid-jilid berikutnya dari cerita yang seperti tak ada habis-habisnya
itu.
Bagi sebagian masyarakat kita, namanya barangkali lebih populer di banding
nama-namasastrawan"resmi"yangdikenallewatbuku-bukupelajarandisekolah.Bentuk
penulisan yang dipilihnya, sastra roman populer, atau sastra hiburan, merupakan genre
tersendiridalamjagadkesastraandiIndonesia,sekaligusmerupakan"arusbawah"sastra
Indonesia.Karenaitu,namanyamungkinlebihmengakardanmudahdiingatolehgenerasi
1950-an,ketikagenreinimulaimerebak.
Dalam satu kesempatan berbicara dengan Kompas sekian tahun silam, ia
menyatakan, tak peduli tentang terminologi sastra bila dihadapkan atas karya-karyanya.
"Pandangan tentang sesuatu, atau suatu karya, sangat tergantung pada kepentingan
masing-masing.Tergantungdarisudutpandanganmana,"katanya.
Kho Ping Hoo menulis sejak 1958. Karya-karyanya yang 'mengalir' terus --
dalamberbagaibentuk(buku,dimuatserialdikoran)dantema(silatCinadanIndonesia),
terbukti diminati oleh masyarakat luas. Kho mengaku, ia lebih mementingkan "berbicara"
denganparapembacakarya-karyanyadaripadaambilpedulitentangterminologisusastra
yangbaginyaterasamengawang.
Sampaisaatiniiamenulistakkurangdari400judulceritabertemasilatCina,serta
sekitar50denganlatarbelakangkulturIndonesia(Jawa).Darisegijumlahitu,tentulahia
bisa disebut sebagai penulis cerita (story teller) paling produktif dengan jumlah karya
terbanyakdiIndonesia.
Kho Ping Hoo tentu juga termasuk penulis cerita silat Cina yang paling lama
bertahan di tengah pembacanya. Ingat saja sejumlah nama yang sempat hadir di dunia
kang ouw -- meminjam istilah yang persilatan yang sering disebut dalam karyanya, di
Indonesia,sepertiOKT(OeiKiemTia),GanKL,atauChinYung--penulisCinaasliyang
kisah-kisahnyajugabanyakditerjemahkandisini.
Sebagai genre dalam sastra Indonesia, cerita-cerita silat Cina pada dasawarsa
50-an saat itu seakan mengisi kekosongan sastra Indonesia yang serius. Dan sebagai
sastra hiburan, cerita silat lebih cepat memasyarakat, mudah dikunyah, dan juga
"mengakar". Masa hidup sastra genre ini terbukti amat lentur dan tahan zaman. Terbukti
hinggasekarang,cerita-ceritasilatmasihtetapdigemaridimana-mana.
Juga tak berlebihan bila disebutkan, bahwa sastra pop bertema silat (Cina)
diam-diam memberikan apresiasi sastra bagi kebanyakan generasi muda kita, sebelum
mereka beranjak kepada sastra yang lebih serius. Ini bisa dimengerti. Kisah-kisah silat
(Cina),selainpenuhaksi, jugamemuatromanpercintaanyangsetiapbagiannyamampu
melambungkan fantasi pembacanya. Harus diingat bahwa sebagian besar pembacanya
golonganremajayangmemangbarusuburfantasinya.
Melalui kisah-kisah silat semacam itu, remaja Indonesia menyusun
identifikasinya. Banyak pembacanya mengidentifikasi dirinya sebagai "pendekar".
Membayangkan dirinya sebagai Sin Tong (anak ajaib) seperti dalam karangan Kho Ping
Hoo berjudul Bu Kek Siansu, salah satu karya awalnya. Bahkan tak mustahil ada yang
kebablasen (telanjur) menganggap dirinya jagoan silat yang menyimpan lweekang
(tenagadalam)yangsaktiataudayameringankantubuhyangdisebutginkang--istilah-
istilahdalambuku-bukuKPH--sehinggabisamelentingbakburunghong.
Lapisanpembacakisah-kisahsilatCinakaranganKhoPingHoosebenarnyatidak
terbatas dari kalangan remaja dan lapisan sosial menengah-bawah. Salah satunya
tercatat, novelis Ashadi Siregar, penulis Kampus Biru di tahun 1975 saat itu kepada
KompasmengakusebagaipenggemarberatkaryaKhoPingHoo.
Sejumlah karyanya -- yang rata-rata setiap seri terdiri 35 jilid --, seperti Bu Kek
Siansu, Pendekar Gila, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah, Mutiara Hitam, Sepasang
Pedang Iblis, Pendekar Super Sakti (dengan tokohnya bernama Suma Han, sebagai
kenangan akan putranya nomor dua yang meninggal karena kanker), Istana Pulau Es,
SepasangRajawali,JodohRajawali,dalambentukbukutipismungilyangdicetakdiatas
kertaskoransampaikinitetapdicetakulang,danmenempatitempattersendiriditoko-toko
buku,bersandingdenganbuku-bukuluksterbitanmasakini.

***
SALAH satu ciri Kho Ping Hoo adalah bahasanya yang plastis, ringan, dan
cenderungsentimental.Karya-karyanyajugasaratdenganpenyampaian"filsafat".Filsafat
tentang hidup itu terlontar lewat mulut tokoh-tokohnya terasa "hidup", dengan mudah
diapresiasi,danmempunyainilaipendidikantersendiribagipembancanya.
Kho Ping Hoo mengaku tak pernah sekalipun membaca buku filsafat, maksudnya
dari Barat. "Saya memperoleh hal-hal semacam itu dari kehidupan, dari realitas sehari-
hari,"tuturnyasuatukali.
Bolehjadi,realitashidupyangpernahdiaalamibegitumencekampadamasalalu
Kho Ping Hoo. Kehidupan keluarga Kho yang memiliki 12 anak -- Kho Ping Hoo anak
nomordua--termasuksusah.
Ayahnya, Kho Kiem Po, yang membuka usaha warung makan kecil di Sragen.
"Saya ingat, sejak umur 12 tahun saya mendapat bagian mengipas, sejak pagi hingga
malam,"tuturKhodirumahnya,diKampungMertokusuman,Solo.
Salahsatupengalamanhidupyangmembekasdalamkenangannyayaituketikaia
memergoki ayah kandungnya mengemis menadahkan tangan dari pintu ke pintu rumah.
Ayahnya saat itu dalam keadaan sakit, sehingga tak bisa bekerja. Kho Ping Hoo sendiri
sempatmenjaditukangbecak,sebelummenjadimandordisebuahpabrikrokok.
Debutnyasebagaipengarangdimulaitahun1958,ketikabersamasejumlahpenulis
di Tasikmalaya (Jabar) mereka menerbitkan majalah Teratai. Kho Ping Hoo mencoba
melemparkanceritasilatserialberjudulPusakaNagaPutih,danternyatabanyakdiminati.
Sejakitukarya-karyanyameluncur,terutamalewatpenerbitAnalisaJakarta.
Selain kisah silat Cina, Kho yang sebenarnya mulai terjun menulis sejak 1951,
banyak pula melahirkan kisah-kisah dengan setting Indonesia. Beberapa judul di
antaranya, Badai Laut Selatan, atau Darah Mengalir di Borobudur menunjukkan bahwa
Kho Ping Hoo tak hanya sekadar terampil menulis tetapi cukup menguasai literatur dan
sejarahIndonesia.
Ia sendiri memang menguasai bahasa Inggris dan Belanda dengan baik, karena
pendidikannyasampaiHIS(SDzamanBelanda),bahkansempatmenginjakMULOwalau
sebentar. Dan justru lewat kedua bahasa itulah, ia banyak membaca literatur Cina. Satu
"modal"berhargadalamkariernyasebagaipenulisceritasilatCina.Karena,percayaatau
tidak -- menurut pengakuannya, ia tak bisa membaca aksara Cina. Kalaupun berbahasa
Mandarin,iamengakuhanyabisasecarapasif.
Lagi pula, menurut pengakuan Kho, "Saya baru menginjakkan kaki ke Cina
pertama kali tahun 1985, ketika saya diajak anak saya melancong ke sana. Ya, baru
sekaliitu."SelainliteraturCina--bukusejarahCinakuno,filsafat,buku-bukupengobatan,
pernapasan, juga buku tentang ilmu kung thau --, referensi utama Kho adalah sebuah
petaCina.Denganduamodalitulahkarya-karyaKhoPingHoo"menguasai"fantasipara
pembacanya. Seorang penggemar beratnya, setelah diberitahu proses penciptaannya,
mengaku,"Wah,jadiselamainisayadibohongi,ya..."
Ia juga mengaku, tidak bisa silat -- apalagi bila dibayangkan sesuai dengan
pendekar sakti yang memiliki tenaga dalam menakjubkan seperti dalam karya-karyanya.
"Walauayahsayatermasukahlikungfu,tapisayahanyatahuserbasedikitsedikit,cuma
jurus-jurus dasarnya saja," ungkapnya semasa hidup. Ia mengaku, tak berambisi untuk
menekunilebihjauhtentangilmusilat.
"Lalu buat apa kalau memiliki itu semua? Kemampuan silat hanya akan
menimbulkankekerasan.Bilakekerasandibalaskekerasan,itutakakanadahabisnya..."
ujarKhoPingHoobernadafilsafat.
(Ardus M. Sawega, dari berbagai sumber)


PerabuanKhoPingHoo
"Pendekar"ItuDitangisiPenggemarnya

(KOMPAS Selasa, 26-07-1994. Halaman: 16)

"Pendekar"rendahhatiitumeninggalkansedikitnya450jilidkisahkebajikan.Boleh
jadi inilah yang menyebabkan puluhan penggemar cerita silatnya - di luar anggota
keluarganya - tersedu-sedu, menjelang upacara kremasi (perabuan) jenazah sastrawan
kondang Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo (68), Senin (26/7) siang di Krematurium
TiongTingJebres,Solo.
AlmarhumAsmaramanS.KhoPingHoomeningalduniaJumat(22/7)pukul07.00
di RS Kasih Ibu, karena komplikasi penyakit jantung dan ginjal. Almarhum yang
mengalamisakithanyaseharidiawalidengandiaredankomplikasi,ditanganidokterPaul
dari RS Kasih Ibu, dan sejak Jumat siang jenazahnya disemayamkan di Krematorium
TiongTing,Jebres.
Perabuan yang dihadiri oleh ribuan pelayat dan anggota keluarganya itu dimulai
pukul 11.00 dengan upacara kebaktian dalam agama Kristen dipimpin oleh Lanny,
seorang pendeta wanita. Sekitar pukul 12.00 jenazah Asmarraman Kho Ping Hoo
diperabukan,disaksikanolehduaorangistrinyaRositaSukowati(66),danHartini(40),12
oranganak,dan33orangcucunya.
Namun menjelang perabuan, istri kedua almarhum, Hartini mendadak pingsan tak
kuat menahan kesedihan. Hartini yang menikah tahun 1980 dengan Kho Ping Hoo dan
mempunyaiseoranganaklaki-lakibernamaLinduAjiSukowatitersebut,selamainitinggal
diTawangmangu,Karanganyar.
Pemakamansastrawankondangyangplastismenggunakankata-kataitu,ternyata
tak dihadiri pejabat penting, maupun para seniman rekan almarhum, kecuali hadirnya
penulisceritasilatWidiWidayatdiantararibuanpelayatlain.
* * *
Barangkali sama dengan nafas cerita-cerita silatnya yang penuh kebajikan, dan
sikap rendah hati, rangkaian upacara perabuan itu pun berjalan sederhana, termasuk
sambutanpihakkeluargayangmelepasjenazah.
Drs.BunawanSW,menantutertuaalmarhumsuamiMariaAsmaraman,dalamkata
sambutannya mengantar jenazah ke perabuan antara lain mengungkapkan, walaupun
karya dan tulisan almarhum sangat banyak, beliau selalu berpesan, bahwa semua itu
bukan hal yang patut dipamer-pamerkan. "Beliau menganggapnya bukan apa-apa,
dibandingkekuasaanTuhan,"kataBunawan.
"Sebab,menurutalmarhum,semuayangbeliaumiliki,termasukbakalmenulisitu,
merupakan anugerah Tuhan semata. Karena itulah, beliau sadar bahwa sewaktu-waktu
Tuhanbisamemintakembalianugerahtersebut,"ujarBunawandenganucapanbergetar.
Kesabaran yang dilandasri kerendahan hati seperti itulah, yang juga tercermin
dalamfragmenAntaraDendamdanAsmara,bukusilattulisanKhoPingHooyanghingga
kinimasihmenjadiceritacerialdiharianSuaraPembaruan.
PRAKOSO Hadiwijaya, menantu dengan istri Tina Asmaraman dan Drs Onki
AsmaramankepadaKompasmengungkapkan,pribadiKhoPingHooadalahpribadiyang
terbuka. Ia jarang marah, tetapi lebih suka membicarakan masalah dengan sikap
pengertian.
"Kalau beliau sudah ngomong, susah diputus karena banyak nasihat yang dia
berikan.Menurutsayajiwasosialbeliauitujugakuat,"kataPrakosaHadiwijaya.
Menurut Prakosa dan Onki, sejak tahun 1974, kegiatan almarhum praktis hanya
menulis, karena pengelolaan Percetakan dan Penerbitan CV Gema, di Mertokusuman,
Solo, telah diserahkan pada menantunya Drs Bunawan SW dan Onki Asmaraman untuk
mengelolanya.
"Hingga sakit kemarin Bapak masih menulis cerita Hancurnya Kerajaan Han yang
belum selesai. Sedangkan cerita Antara Dendam dan Asmara yang dijadikan cerita
bersambung di Harian Suara Pembaruan, sebenarnya merupakan buku lama yang
dijadikan cerita bersambung," kata Onki yang tinggal bersama almarhum, bersama Ny
Rosita Sukowati Kho Pingi Hoo, dan dan adiknya Lely Asmaraman, di kampung
Mertokusuman.(hrd)


ProfileKhoPingHoo

(http://www.detik.com/khopingho/profil/index.shtml)

TaksatupunpenggemarceritasilatdiIndonesiayangtakkenalnamaAsmaraman
S Kho Ping Hoo. Namanya sering disandingkan dengan Gan Kok Liang (Gan KL), Oey
Kim Tiang (OKT), atau Tjan Ing Djiu (Tjan ID). Benar, sederet nama itu adalah penulis-
penulis cerita silat terkenal pada era 1950-an. Kini pun nama-nama mereka masih
bergaunglewatpenerbitanulangkarya-karyamereka.
Kho Ping Hoo terlahir di Sragen, Solo, Jawa Tengah, pada 17 Agustus 1926 dari
keluarga Tionghoa peranakan. Ping Hoo hanya mencecap bangku sekolahan sampai
kelasIHIS(HollandscheInlandscheSchool),namunminatbacadankeinginannyauntuk
menulistinggi.
Setelah gonta-ganti pekerjaan, akhirnya dia mulai menulis cerita pendek sejak
tahun 1952. Pada tahun 1958, cerpen pertamanya dimuat di majalah terbesar Indonesia
saatitu,StarWeekly.Nampaknya,halinilahyangmendorongnyauntukmengembangkan
bakat kepenulisannya. Namun, Ping Hoo tidak memilih menulis cerpen biasa, tapi
menciptakan cerita silat (cersil). Soal persilatan dikenal Ping Hoo dari ayahnya yang
mengajarisilatkeluargakepadanyasejakkecil.
Cersil perdananya, Pedang Pusaka Naga Putih, dimuat bersambung di majalah
Teratai, majalah yang didirikannya bersama beberapa pengarang lain. Cersilnya segera
populer, apalagi setelah Ping Hoo menerbitkannya dalam bentuk buku saku. Penerbit
Gema di Solo adalah penerbitan yang dibangunnya sendiri dan jadi penerbit tunggal
cerita-ceritasilatdannovelnyahinggakini.
Berbeda dengan umumnya penulis cersil masa itu, seperti Gan KL dan OKT, Kho
Ping Hoo tidak menerjemahkan cersil berbahasa Tionghoa, tapi mengarang sendiri
dengan meramu fantasi dan pengetahuannya. Cerita-ceritanya kebanyakan berlatar
sejarahTiongkokdanJawa.MeskipunPingHootakmenguasaibahasaTionghoa,kesan
yang didapat dari karyanya seakan-akan pengarangnya menguasai betul sejarah dan
kebudayaan Tongkok, meski kadang-kadang keliru dalam penulisan tahun-tahun
dinastinya.
Cersilnya yang yang terkenal adalah "Serial Bu-Kek Sian-Su" yang terdiri dari 17
judul,dari"Bu-KekSian-Su"hingga"PusakaPulauEs".Setiapjudulterdiridari18sampai
62 jilid. Dalam serial ini pula terdapat judul "Pendekar Super Sakti" yang dianggap
karyanya yang paling populer. Selain itu, patut pula disebut serial lain, seperti "Pedang
KayuHarum"dan"PendekarBudiman".
Untuk karya berlatar Jawa, Ping Hoo terkenal dengan beberapa karyanya, seperti
"DarahMengalirdiBorobudur"dan"BadaidiLautSelatan"."DarahMengalirdiBorobudur"
bahkan pernah dipentaskan berulangkali dalam bentuk sendratari Jawa dan disiarkan
dalambentuksandiwararadio.
Selama 30 tahun berkarya, Ping Hoo menghasilkan lebih dari seratus judul karya.
Angka pastinya masih jadi persoalan. Peneliti sastra peranakan, Leo Suryadinata,
mencatat 120 judul, sedangkan Majalah Forum mencatat lebih banyak lagi, 400 judul
ceritaberlatarTiongkokdan50judulberlatarJawa.
Namun, pada akhirnya Ping Hoo harus berhenti berkarya. Pada Jumat, 22 Juli
1994,seranganjantungtelahmembawanyamenghadapSangPenciptasecaratiba-tiba.

Sumber:
- Leo Suryadinata, "Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia" (Grasindo, Jakarta)
- Majalah Forum, 9 Januari 2000
- Pusat Dokumentasi Detikcom.
MengenangKhoPingHoo
Oleh Prie GS

(http://www.suaramerdeka.com/cybernews/priegs/priegs55.htm)

SAYA ingin mengenang Kho Ping Hoo bukan karena hafal hari kelahiran dan
kematiannya. Saya mengenang tokoh ini karena melihat perayaan Imlek yang gegap
gempita.Perayaanyangmenjadibuktibetapatertekanharibesarituselamaini.Sebagai
upacara,diIndonesiaiapernahmenjadianaktiri.
KetikaImlekbelummerdeka,KhoPingHoohadirmenghiburkita.Begitutenggelam
dalamhasutanceritanya,kitasegeramelupakantentangpersoalansuku,ras,agamadan
antaragolonganyangmenegangkanitu.
Dengan caranya sendiri Kho Ping Hoo mengajak kita untuk membuktikan bahwa
semuamanusiabisamenjadisaudara.Iatakpernahkedapatanmembuang-buangwaktu
untuk berdebat soal sebutan yang tepat tentang Cina, Tionghoa, Tiongkok.... Apapun
sebutannyamanusiaternyatasamasaja.Setiapbangsaselalubisamelahirkanpendekar
danparapatriot.Tapisetiapbangsajugaselalumemilikimalingdankoruptor.
Maka membaca Kho Ping Hoo, tak penting benar apakah saya ini seorang Jawa,
Cina atau Batak. Bagi saya popularitas Huang Ho itu sudah seperti Banjir Kanal bagi
Semarang, Ciliwung bagi Jakarta dan Musi di Sumatera. Bangsa Han itu malah seperti
keluarga dekat saja karena ephosnya, karena di sana banyak satria gagah, kaum
teraniaya yang gigih melawan penjajah. Tapi lepas dari itu semua, bangsa itulah yang
melahirkan manusia seperti Suma Han yang bagi saya adalah teman masa kecil, kakak,
idola dan hero. Saya mengikuti hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga remaja dan
harusbuntungkakinya,sampaiakhirnyadiamendapatgelaryangbahkanMikeTysonpun
kecildihadapannya:PendekarSuperSakti.
Saya membayangkan Suma Kian Bu seperti membayangkan kakek buyut
sendiri.IstanaPulauEsitusepertitempatmainwaktukecil,tempatsayabertemudengan
para engkong, sute, subo, suheng dan para susiok. Para manusia yang karena
kesaktiannya,karenakeluhuranbudinya,naikderajatmenjadimanusiasetengahdewa.
Tapiselainparaidola,sayajugadipertemukandenganparajaihwacat,parafigur
mata keranjang, pendekar pemetik bunga. Sebuah gelar yang di mata saya menjadi
begitu mengerikan. Karena inilah manusia berilmu tinggi tapi bejat kelakuannya. Mereka
adalah tukang perkosa, tukang selingkuh dan tukang gaet istri orang. Mereka adalah
orang jahat tapi sangat berkuasa. Atau mereka adalah orang biasa yang sangat ingin
berkuasa hanya untuk bisa melampiaskan nafsu jahatnya. Betapa dekat kenyataan
semacamitudisekitarsaya.
Kho Ping Hoo juga mengajak bertemu para pengecut dan kaum bo ceng li, para
mukabadakdankebalmalu.Makajaditerbayanglahtentangoknumpejabatyangsudah
ngertirakyatnyasusahtapimasihtegakorupsi.Sudahngertijaditersangkamasihtampil
percayadiridanseringpulatalkshowditelevisi.
KhoPingHoomembawasayamenyatukanbatas-batasgeografidanstatus.Bahwa
tinggal di Hoasan Pay pun bisa serasa di rumah sendiri jika di sana ada ketenteraman,
keadilan,keteladanan.Sayadiperkenalkandenganparahwesiodanpendetayangbutiran
tasbihnyasegedekelapa.Tasbihyangternyatabukanmenjadialatberdoatapimalahbisa
menjadi alat pembunuh. O, ada juga hwesio yang menggunduli kepala bukan karena
dorongan spiritual melainkan karena ambisi pribadi semata. Pemandangan yang juga
dekat dengan saya karena sekarang tak sulit mencari tokoh agama berantem dan saling
memaki,malahadapulayangdidugakorupsi.
Jadi sebelum Imlek dirayakan secara terbuka, Kho Ping Hoo telah jauh-jauh hari
merayakannya. Ia telah lama dekat di hati. Bagi saya nonton film kung fu, sudah sama
dekatnyadengannontonketoprakhumor.Jikaadasesuatuyangasingdanberjarak,pasti
bukan karena soal warna, liong, barong sai, lampion dan kelenteng, tapi lebih karena
kelakuankitasebagaimanusia.
Seribusatujeniskebudayaanbolehlahirdandirayakan.Sepanjagwatakkitabaik-
baiksaja,semuajenisperayaanituakanmendatangkankegembiraanbersama.(03)
TigaPahlawan
Sie Hok Tjwan

Didalam buku "Prasangka terhadap etnis Cina" karangan Dr. Yusiu Liem, yang
diterbitkanolehDjambatanJakartatahun2000,PramoedyaAnantaToermengenangalm.
Kho Sien Hoo, yang semasa revolusi menjadi komandan tertinggi Laskar Rakyat
Magelang dan Kedu. Menurut Pramoedya, Kho seorang pejuang terhormat yang sejak
berdirinyaPartaiTionghoaIndonesiabergabungdengangerakankemerdekaannasional.
Kho Sien Hoo hanya sekedar contoh di antara banyak tokoh yang kurang dikenal.
BersamakesatuanBKR,KhodenganLaskarnyamerampassenjataNakamuraButaidan
melawan Inggris-Gurkha dan NICA di Ambarawa pada awal revolusi. Beliau mengubah
namanya menjadi Surjo Budihandoko tanpa melalui pengadilan. Dilahirkan pada 1905,
Kho wafat di Jakarta pada November 1969. Bintang-bintang pada dadanya, demikian
Pramoedya,adalahpengakuanresmitentangjasa-jasanyapadatanahairdanbangsa.
Seorang pahlawan lain yang tadinya belum pernah kami dengar terdapat didalam
bukuDrsH.JunusJahjadenganjudul"PeranakanIdealis,dariLieEngHoksampaiTeguh
Karya",KPG(KepustakaanPopulerGramedia)Jakartathn.2002,ISBN:979-9023-84-X.
Pahlawan tsb adalah Ferry Sie King Lien, gerilyawan anggauta Tentara Pelajar
gugur di Solo tahun 1949 dalam usia hanya 16 tahun. Ferry keponakan pemilik pabrik
gelas di Kampung Kartopuran. Saya kutip Bapak Sugiarta Sriwibawa, penulis biografi
orang-orangterkenal,tentangFerrySiesbb.:
" Selain kaum peranakan yang telah menyumbang pikiran, gagasan, materi,
kesejahteraandansebagainya,adajugayangmenyumbangjiwadanragasebagaiharta
milikmanusiayangpalingberharga.Sebagaicontohnya:almarhumFerrySie,yanggugur
dalam Perang kemerdekaan II (Clash II) di Solo. Ia gerilyawan kota, yang bergerak
malam-malam menembaki pos-pos Belanda, menempelkan plakat-plakat untuk memberi
dorongan kepada penduduk Solo, menjaga keamanan/perlindungan kepada penduduk
dari bahaya rampok dan lain-lain. Suatu malam Ferry Sie dkk meminjam sten-gun R.M.
Sumardi. Tanpa diketahui, tanpa dinyana, malam itu satu regu tentara Belanda sudah
pasang stelling dengan panser di sebelah selatan perempatan Singosaren. Ferry dkk.
diberondongdengantembakandaripanser.DuaorangdiantaragerilyawanmalamSektor
A,RayonV,Subwehrkreis106Arjuna,TentaraPelajarDetasemen2,BrigadeXVII,gugur
seketika. Jenazahnya dimakamkan esok harinya, dan setelah Tentara Belanda
meninggalkan kota Solo, jenazah Ferry dan semua prajurit yang gugur dipindahkan ke
MakamPahlawanTamanBahagia,Jurug,Solodalamupacarakebesaranmiliter."
Seluruhnya, buku ini memuat riwayat hidup 26 orang yang kebanyakan sudah
diketahui umum seperti Dr. Tjoa Sik Ien, thn.1949 anggauta delegasi Indonesia ke PBB,
Siauw Giok Tjhan, Menteri jaman revolusi, Laksamana John Lie, Apoteker Yap Tjwan
Bing, bulan Agustus 1945 diangkat sebagai anggauta Panitya Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, Tan Tjeng Bok (Seniman Tiga Zaman), Asmaraman S. Kho Ping Hoo (satu-
satunyapengarang"ceritasilat"peranakanTionghoadiIndonesia,karenapenulis-penulis
yanglainhanyapenterjemahsaja),TjioWieThay(H.Masagung)dsb.
Nama Ferry membuat saya ingat pada Ferry lain yaitu Ferry Koo Thian Poo,
pemudayangcakapparasnya,muridsekolahanHBSkelas4,puteratertuapemilikpabrik
penggilingan beras Koo Hian Swie di Malang, Jawa Timur. Pada permulaan revolusi
kemerdekaan,FerryKoo,anakorangkaya,masukorganisasiPemudaSosialisIndonesia
(Pesindo)yangberafiliasidenganPartaiKomunisIndonesia.Bertahun-tahundiadianggap
hilang, tidak diketahui nasibnya. Baru belakangan dikabarkan tewas disekitar Kepanjen
sebelahselatankotaMalang.MungkindalamperistiwaMadiuntahun1948.

Kho&Karyanya
(Matra/03/95), hal. 98, diolah.

DibawahiniMATRAmenyusundaftarkaryaAsmaramanSukowatiKhoPingHoo,baik
ceritasilatmaupunromandandetektif,teramsukceritalepasnya.Adakalnyasebagian
buahpenanyaitusemulaberupaceritalepas(satujilikd),tapikemudianmengalami
cetakulangsehinggamenajdiberseri.Daftarinitidakmenyertakanjudul-judulcerpen,
yangpernahdimuatdimediamassa.

CeritaSilatMandarinJudulLepas
1.AntaraDendamdanAsmara(30Jilid)
2.BayanganBidadari(21)
3.Cheng-hoa-kiam (26)
4.DarahPendekar (32)
5.DendamMembara(4)
6.DendamSiAnakHaram(13)
7.Gin-kiamGi-to(6)
8.KilatPedangMembelaCinta(9)
9.KisahSiTawonMerahdariBukitHengsan (13)
10.KisahTigaNagaSakti (43)
11.Kun-lunHiap-kek(8)
12.Lion-sanTung-hiap(7)
13.MustikaGolokNaga(10)
14.Ouw-yangHeng-te(7)
15.PatungDewiKwanIm (17)
16.PedangAsmara(34)
17.PedangPusakaThian-hong-kiam(20)
18.PembakaranKuilThian-lok-si(3)
19.PendekarBajuPutih(11)
20.PendekarBungaMerah(9)
21.PendekarCengeng(17)
22.PendekardariHoa-san(5)
23.PendekarGila(9)
24.PendekarPemabuk(18)
25.PusakaGuaSiluman(21)
26.RajawaliLembahHuai (13)
27.SakitHatiSeorangWanita(13)
28.SepasangRajaNaga(32)
29.SiNagaMerahBangauPutih(7)
30.SiRajawaliSakti(17)
31.SiTanganHalilintar(22)
32.SiTerataiEmas(13)
33.SulingPusakaKemala(29)
34.TigaDaraPendekarSiauw-lim(9)
35.Toat-bengMo-li (7)
36.PekILihiap(6)

CeritaSilatMandarinSerial
SerialBu-kekSian-su
1.Bu-kekSian-su(24)
2.SulingEmas(35)
3.CintaBernodaDarah(33)
4.MutiaraHitam(31)
5.IstanaPulauEs(39)
6.PendekarBongkok(26)
7.PendekarSuperSakti(42)
8.SepasangPedangIblis (50)
9.KisahSepasangRajawali(57)
10.JodohRajawali (62)
11.SulingEmasNagaSiluman(51)
12.KisahParaPendekarPulauEs(32)
13.SulingNaga(29)
14.KisahSiBangauPutih(30)
15.SiBangauMerah(25)
16.SiTanganSakti(18)
17.PusakaPulauEs(18)

SerialDewiSungaiKuning(Huang-hoSian-li)
1.DewiSungaiKuning(Huang-hoSian-li)(3)
2.KemelutKerajaanMancu(14)

SerialGelangKemala
1.GelangKemala(18)
2.DewiUlar (15)
3.RajawaliHitam(15)

SerialIblisdanBidadari
1.IblisdanBidadari(Hwee-thianMo-li)(6)
2.LembahSelaksaBunga(14)

SerialJagoPedangTakBernama(Bu-bengKiam-hiap)
1.JagoPedangTakBernama(Bu-bengKiam-hiap)(4)
2.KisahSepasangNaga(Ji-liongJio-cu)(10)
3.PedangUlarMerah(Ang-coa-kiam)(12)
4.PedangPusakaNagaPutih(Pek-liongPo-kiam)(7)

SerialKasihDiantaraRemaja
1.DarahPatriot:KasihDiantaraRemaja(22)

SerialKisahSiNagaLangit
1.KisahSiNagaLangit(23)
2.JodohSiNagaLangit(16)

SerialKisahSiPedangKilat
1.KisahSiPedangKilat(18)

SerialMestikaBurungHongKemala
1.MestikaBurungHongKemala(13)
2.KisahSiPedangTerbang(13)
3.PedangAwanMerah(13)

SerialNagaSaktiSungaiKuning
1.NagaSaktiSungaiKuning(Huang-hoSin-liong)(26)
2.NagaBeracun(34)

SerialPedangKayuHarum(Siang-bhok-kiam)
1.PedangKayuHarum(Siang-bhok-kiam)(49)
2.PtualangAsmara(50)
3.DewiMaut(43)
4.PendekarLembahNaga(57)
5.PendekarSadis(42)
6.HartaKarunJenghisKhan(6)
7.SilumanGuhaTengkorak(5)
8.AsmaraBerdarah(39)
9.PendekarMataKeranjang(48)
10.SiKumbangMerahPenghisapKembang(32)
11.JodohSiMataKeranjang(22)
12.PendekarKelana(20)

SerialPendekarBudiman(HwaIEng-hiong)
1.PendekarBudiman(HwaIEng-hiong)(19)
2.PedangPenaklukIblis(Sin-kiamHok-mo)(34)
3.TanganGeledek(Pek-lui-eng) (33)

SerialPedangNagaKemala(Giok-liong-kiam)
1.PedangNagaKemala(Giok-liong-kiam)(29)
2.PemberontakanTaipeng(18)

SerialPedangSinarEmas(Kim-kong-kiam)
1.SiAlisMerah(Ang-bi-tin/Bi-hongSin-liong)
2.PulauTigaNaga(Sam-liong-to)
3.PedangSinarEmas(40)

SerialPendekarSakti(Bu-pun-suLu-kwan-cu)
1.PendekarSakti(Bu-pun-suLu-kwan-cu)(37)
2.DaraBajuMerah(AngINio-cu)(20)
3.PendekarBodoh(36)
4.PendekarRemaja(30)
SerialPendekarTanpaBayangan(Bu-eng-cu)
1.PendekarTanpaBayangan(Bu-eng-cu)(19)
2.HartaKarunKerajaanSung(13)

SerialRajaPedang
1.RajaPedang(25)
2.RajawaliEmas(30)
3.PendekarButa(26)
4.JakaLola (25)

SerialSepasangNagaLembahIblis
1.SepasangNagaLembahIblis (12)
2.PedangNagaHitam(17)

SerialSepasangNagaPenaklukIblis
1.SepasangNagaPenaklukIblis(18)
2.RahasiaPatungEmas/BayanganIblis(10)
3.DendamSembilanIblisTua(9)

SerialSiPedangTumpul
1.SiPedangTumpul/KisahSiPedangTumpul (10)
2.AsmaraSiPedangTumpul(16)

SerialSiTerataiMerah(Ang-lianLi-hiap)
1.SiTerataiMerah(Ang-lianLi-hiap)(25)

CeritaSilatIndonesia&Roman
1.AsmaraDiBalikDendamMembara(13)
2.BajakLautKertapati(3)
3.BanjirDarahDiBorobudur
(DarahMengalirDiBorobudur)(7)
4.JakaGaling(TombakPusakaKyaiSantanu)(3)
5.KemelutDiMajapahit(37)
6.KerisPusakadanKudaIblis(JarotPahlawanPerkasa)(5)
7.KerisPusakaNogopasung(6)
8.KidungSenjadiMataram(12)
9.PendekarGunungLawu(PendekarBajuPutih)(5)
10.Ratnawulan(DaraPerkasaRatnawulan)(6)
11.RondokuningMembalasDendam
(Rondokuning/IblisMengamukdiMataram)(6)
12.SatriaGunungKidul(Saritama)(3)

CeritaSilatIndonesia:JudulSerial
1.GegerDemakPajang(JakaTingkir-KiAgengSukowati)
danSetanKober,diterbitkandalamsatujudul:GegerDemak(3)

SerialKerisPusakaSangMegatantra
1.KerisPusakaSangMegatantra(22)
2.Nurseto,KsatriaKarangtirta(20)
3.BadaiLautSelatan(39)
4.PerawanLembahWilis(48)
5.SepasangGarudaPutih(16)

SerialPecutSaktiBajrakirana
1.PecutSaktiBajrakirana (17)
2.SerulingGading (24)
3.Alap-alapLautKidul(29)
4.BagusSajiwo(21)
5.KemelutBlambangan(22)

SerialSejengkalTanahSepercikDarah
1.SejengkalTanahSepercikDarah
2.GegerSingosaridanMajapahit/SejengkalTanahSepercikDarah

CeritaIndonesia:Roman
1.DarahDaging(1)
2.GegerSolo(1)
3.MerdekaatauMati(1)

Anda mungkin juga menyukai