Anda di halaman 1dari 10

1.

3 Metrologi Lubang dan Poros


Metrologi lubang dan poros adalah ilmu yang memepelajari tentang toleransi dan kualitas
lubang dan poros karena adanya ketidaktelitian saat pembuatan, maka suatu alat tidak dapat dibuat
persis seperti yang diminta. Agar persyaratan dapat dipenuhi, maka ukuran sebenarnya harus ada
pada batas ukuran yang diijinkan.

1.3.1 Toleransi Lubang dan Poros
Toleransi ukuran adalah perbedaan antara ukuran kedua harga batas di mana ukuran
atau jarak permukaan batas geometri komponen harus terletak. Untuk setiap komponen harus
didefinisikan suatu basic size sehingga harga kedua batas dapat dinyatakan dalam suatu
penyimpangan terhadap ukuran dasar. Ukuran dasar ini sedapat mungkin dinyatakan dengan
bilangan bulat. Penyimpangan dapat diketahui dengan mengurangkan ukuran dasar dengan
harga batas yang bersangkutan.
Berdasarkan pertimbangan akan pentingnya komponen yang berbentuk silinder dalam
bangunan mesin, untuk pembahasan selanjutnya harga akan dipandang sebagai komponen
silindris. Dengan demikian istilah lubang dan poros dapat diartikan lebih luas dengan maksud
menunujukkan ruang kosong dan ruang padat yang dibatasi oleh dua buah bidang singgung,
contohnya lebar alur dan tebal pasak.




Gambar 2.10 Poros dan Lubang
Sumber : Takeshi Sato, 2000 : 123

Poros dengan lubang yang berpasangan masing masing mempunyai ukuran yang
mengacu pada ukuran dasar yang sama. Mereka diimajinasikan menempel pada bagian di
bawahnya, dengan demikian muncul istilah atas dan bawah. Misalnya penyimpangan bawah
lubang dengan notasi EI dan penyimpangan bawah poros dengan penyimpangan ei sedangkan
untuk penyimpangan suatu ukuran atau dimensi bisa ditunjukkan pada gambar 2.11.


Gambar 2.11
Sumber : Taufiq Rachim, 2001 : 16


Untuk dimensi luar poros atau lubang harganya dinyatakan dengan angka yang
dituliskan di atas garis ukuran, jika dilihat sepintas maka A kurang memberikan informasi
dibanding dengan B dan C. Sedangkan untuk D, meskipun tidak secara langsung tetapi simbol
dan huruf angka mengandung informasi yang sangat bermanfaat yaitu sifat satuan bila
komponen bertemu dengan pasangannya, cara pembuatan, dan metode pengukuran.
Rincian mengenai penulisan tileransi yang benar adalah sebagai berikut:
1. Ukuran maksimum dituliskan di atas ukuran minimum. Meskipun memudahkan
penyetelan mesin perkakas yang mempunyai alat kontrol terhadap dimensi produk,
tetapi tidak praktis dipandang dari segi perancangan, yaitu dalam hal perhitungan
toleransi dan penulisan gambar teknik.
2. Dengan menuliskan ukuran dasar beserta harga harga penyimpangannya, penyimpangan
dituliskan di daerah atas penyimpangan bawah dengan jumlah amgka desimal yang
sama (kecuali untuk penyimpangan nol).
3. Serupa dengan cara 2, tetapi apabila toleransi terletak simetris terhadap ukuran dasar
maka harga penyimpangan harus ditulis sekali saja dengan didahului tanda I.
4. Cara penulisan ukuran (ukuran nominal) yang menjadi ukuran dasar bagi toleransi
dimensi, dinyatakan dengan kode atau simbol ISO.

Tabel 2.1 Tabel Toleransi Umum

Sumber : Taufiq Rachim, 2001









Tabel 2.2 Toleransi Untuk Radius dan Chamfer

Sumber : Taufiq Rachim, 2001

Toleransi ISO (International Organization for Standarization) menggunakan huruf
dan angka toleransi dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Golongan lubang, antara lain lebar alur pasak, lebar alur slot, lubang untuk pena.
b. Golongan poros, antara lain poros dan pasak slot.

Kedudukan daerah toleransi terhadap garis nol dilambangkan dengan huruf. Huruf
kapital untuk golongan lubang dan huruf kecil untuk golongan poros. Adapun huruf I, L, O,
Q, dan W beserta huruf kecilnya tidak digunakan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan
dengan angka ukur. Daerah H dijadikan sebagai patokan untuk perancangan bagian yang
berpasangan (suaian/fits) karena penyimpangan bawahnya berimpit dengan garis nol,
sedangkan daerah h penyimpangan atasnya yang berimpit dengan garis nol.

Tabel 2.3 Susaian Sistem Basis Lubang

Sumber : Taufiq Rachim, 2001








Tabel 2.4 Suaian Sistem Basis Poros

Sumber : Taufiq Rachim, 2011

Tabel 2.5 Suaian yang Sering Dibuat Basis Lubang

Sumber : Taufiq Rachim, 2001

Tabel 2.6 Basis Poros

Sumber : Taufiq Rachim, 2001

Contoh penulisan toleransi menggunakan standar ISO:
- 45g6: Artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm, posisi daerah toleransi
mengikuti aturan kode huruf g serta besar harga toleransinya mengikuti aturan kode
angka 6.
- 65H7: Artinya suatu lubang dengan ukuran dasar 65 mm, posisi daerah toleransi
mengikuti aturan kode huruf H serta besar harga toleransinya mengikuti aturan kode
angka 7.

- 45H8/g7: Artinya untuk ukuran dasar 45 mm, lubang dengan penyimpangan H
berkualitas toleransi 8, berpasangan dengan poros dengan penyimpangan berkualitas
toleransi 7.

1.3.2 Kualitas Lubang dan Poros
1. Toleransi Standar
Dalam sistem ISO telah ditetapkan 18 kelas toleransi (grades of tolerance) yang
dinamakan toleransi standar, yaitu mulai dari IT 01, IT 0, IT 1, sampai dengan IT 16.
Untuk kualitas 5 sampai 16 harga dari toleransi standar dapat dihitung dengan
menggunakan satuan toleransi i (tolerance unit), yaitu:


Keterangan:
I = Satuan toleransi (dalam m)
D = Diameter nominal (dalam mm)
Tabel 2.7 Tingkatan Diameter Nominal Sampai Dengan 500 mm (D 500 mm)
Tingkatan utama (dalam mm)
Tingkatan perantara (dalam mm)
Di atas Sampai dengan Di atas
Sampai dengan
3
6
3
6
10


10 18
10
14
14
18
18 30
18
24
24
30
30 50
30
40
40
50
50 80
50
65
65
80
80 120
80
100
100
120
120 180
120
140
160
140
160
180
180 250
180
200
200
225
225 250
250 315
250
280
280
315
315 400
315
355
355
400
400 500
400
450
450
500
Sumber : Taufiq Rachim, 2001






Tabel 2.8 Tingkatan Diameter Nominal Untuk Ukuran Besar (D 500 mm)

Sumber : Taufiq Rachim, 2001

Nilai D merupakan rata-rata geometris dari diameter minimum D
1
dan diameter
maksimum D
2
pada setiap tingkat diameter (=

). Selanjutnya berdasarkan
satuan toleransi i, besarnya toleransi standar dapat dihitung sesuai dengan kualitasnya
mulai dari 5 sampai dengan 16, dapat dilihat pada tabel.
Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat berikutnya.
Untuk kualitas sampai dengan 1, harga toleransi standar dapat langsung dihitung
dengan menggunakan rumus pada tabel 2.9.

Tabel 2.9 Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 01, 0, 1
Kualitas IT 01 IT 0
IT 1
Harga dalam m, sedankan D 0,3 + 0,5 + 0,8 +
dalam mm 0,008 D 0,012 D 0,020 D
Sumber : Taufiq Rachim, 2001





2. Penyimpangan Fundamental
Penyimpangan fundamental merupakan batas daerah toleransi yang paling dekat
dengan garis nol. Perhitungan untuk mencari harga penyimpangan fundamental ini
sama juga dengan perhitungan toleransi standar dengan diameter nominal sebagai
variabel utamanya.
Adapun rumus-rumus yang dipergunakan adalah rumus-rumus yang diperoleh
melalui penyelidikan dan pengujian. Rumus-rumus tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah. Dari tabel dapat dilihat bahwa mulai dari daerah toleransi a sampai g
penyimpangan fundamentalnya berarti penyimpangan atas (es) yang berharga negatif (-
). Sedang dari daerah toleransi k sampai zc merupakan penyimpangan bawah (ei) tapi
berharga positif (+). Apabila kualitas toleransi sudah ditentukan, maka batas toleransi
yang lain dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus berikut ini:
- Untuk daerah toleransi a sampai g
Ei = es IT (harganya negatif) dalam m

- Untuk daerah toleransi j sampai zc
Es = ei + IT (harganya positif) dalam m

Rumus-rumus di atas berlaku untuk poros. Untuk lubang, penyimpangan
fundamentalnya berarti penyimpangan bawah (EI) yang berharga positif (+), hal ini
hanya untuk daerah toleransi A sampai G. Sedangkan untuk daerah toleransi K sampai
ZC, penyimpangan fundamentalnya berarti penyimpangan atas (ES) yang berharga
negatif (-). Keadaan ini diturunkan dari penyimpangan fundamental untuk poros (es dan
ei) dengan simbol yang sama, lihat rumus berikut ini:
- Untuk daerah toleransi a sampai g
EI = -es (harganya positif)

- Untuk daerah toleransi j sampai zc
ES = -ei (harganya negatif)

Rumus di atas dibuat berdasarkan prinsip bahwa penyimpangan fundamental
lubang dan penyimpangan fundamental poros pada daerah toleransi yang sama (huruf
yang sama) adalah simetris terhadap garis nol.






Tabel 2.10 Toleransi Standar Untuk Diameter Sampai Dengan 500 mm


















Sumber : Taufiq Rachim, 2001
Tabel 2.11 Penyimpangan Fundamental Poros (D 500 mm)
Penyimpangan atas (es) Penyimpangan bawah (ei)
Nilai es dan ei dalam m untuk D dalam mm
a
= - (65 + ,3 ); untuk 0 j5 s/d j8 Tidak ada rumus
= - 3,5 D; untuk D > 120 k4 s/d k7 = + 0,6 D
1/3

b
= - (40 + 0,85 ); untuk 60
k 3
k 8
= 0
= - 1,8 D; untuk D > 160
m = + (IT7 IT6)
n = + 5 D
0,34

c
= - 52 D
0,2
; untuk 40 p = + IT7 + 0 s/d 5
= - (95 + 0,8 D); untuk D > 40 r
= rata-rata geometrik harga
ei untuk p dan s
cd
= rata-rata geometrik harga es untuk c
dan d
s
= + IT8 + 1 s/d 4; untuk
50
d = - 16 D
0,44

= IT7 + 0,4 D; untuk D > 50
t = + IT7 + 0,63 D
e = - 11 D
0,41
u = + IT7 + D
ef
= rata-rata geometrik harga es untuk e
dan f
v = + IT7 + 1,25 D
x = + IT7 + 1,6 D
f = - 5,5 D
0,41
y = + IT7 + 2 D
fg
= rata-rata geometrik harga es untuk f
dan g
z = + IT7 + 2,5 D
za = + IT8 + 3,15 D
g = - 2,5 D
0,34
zb = + IT9 + 4 D
h = 0 zc = + IT10 + 5 D
Untuk Js: kedua penyimpangan berharga sama yaitu: (IT/2)
Sumber : Taufiq Rachim, 2001

Penyimpangan fundamental untuk diameter lebih dari 500 mm, seperti pada
ukuran dasar 500 mm besarnya toleransi standar lebih dari 500 mm dihitung
berdasarkan satuan toleransinya harganya adalah: I= 0,004D + 2,1 m.






Tabel 2.12 Penyimpangan Fundamental Untuk Ukuran Besar ( D 500 mm)

Sumber : Taufiq Rachim, 2001

Contoh Perhitungan :
- Diameter rata rata (



- Standar Deviasi ( )




- Simpangan baku rata rata (



- Kesalahan relatif ( )





engan mengambil resiko kesalahan
Derajat bebas ( db ) = n 1
(

) Lihat tabel statistik


- Interval penduga kesalahan prosentase hasil pengukuran
(

|
.
|

\
|
+ s s
(

|
.
|

\
|
o
o
o
o
db t x x db t x ;
2
;
2

Anda mungkin juga menyukai