Anda di halaman 1dari 7

KASUS

Seorang bayi yang baru saja lahir pada usia kehamilan 32 minggu mengalami sianosis dengan
respirasi yang cepat. Bayi tersebut tidak menangis karena kemungkinan glotis yang tertutup.
Dokter mendiagnosa bayi mengalami Acute Respiratosy Distress Syndrome.
Subjective
Nama : -
Usia : -
Keluhan : Bayi tidak menangis karena kemungkinan glotis yang tertutup.
Objective
Bayi mengalami sianosis dengan respirasi yang cepat
Assesment
Berdasarkan diagnosa dokter, bayi mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome
Planing
Tujuan Terapi
Meminimalkan hipoksia neonatal.
Menjaga bayi tetap dalam suhu optimal.
Menghilangkan gejala sianosis.
Terapi Non Farmakologi
Memberikan lingkungan yang optimal dengan suhu 36,5 - 37C. Dengan cara meletakkan
bayi di dalam inkubator.
Jaga kecukupan oksigen dengan ventilasi mekanik -> dengan ventilator, jaga PPV (Positif
pressure ventilatior.
Terapi Farmakologi
Pemberian surfaktan eksogen -> surfaktan sintetis (eksosurf).
Diberikan metilksantin (kafein) setelah pemberhentian pemakaian ventilasi mekanik.
Tepat obat
Nama Obat Alasan Pemilihan obat Keterangan
Surfaktan sintetik(exsosurf) Lini pertama tepat obat
kafein Lini pertama setelah
pemberhentian ventilasi
Tepat obat



Tepat indikasi
Nama obat Indikasi keterangan
Surfaktan Bayi dengan sindrom gawat
nafas,bayi prematur dengan
resiko sindrom gawat
nafas,pasien dengan keadaan
kurang
surfaktan(pnemonia,perdaraahan
pulmonal)
Tepat indikasi
kafein Merangsang SSP,perangsang
pusat pernapasan dan
vasomotor,merangsang
pernapasan pada apnea bayi
Tepat indikasi
prematur

Tepat pasien
Nama Obat Kontraindikasi Keterangan
Surfaktan hepersensitivitas Tepat pasien
Kafein Gangguan hati dan ginjal Tepat pasien

Tepat dosis

Nama Obat Rekomendasi dosis Dosis yang diberikan keterangan
surfaktan 2x sehari selama 2 hari
dengan interval waktu
6 jam
67,5 mg/kg atau
5ml/kg
Tepat dosis
kafein 1xsehari 10 mg/kgBB Tepat dosis


Weso
Nama Obat Efek samping obat Keterangan(tindakan yang
dilakukan)
Surfaktan Perdarahan paru jika diberikan
lebih 5% dari dosis pemberian
Pemberian tidak melebihi dosis
penggunaan 5%
kafein Sekresi asam lambung dan
pepsin meningkat
Penurunan dosis

Mekanisme surfaktan: dengan meningkatkan tegangan permukaan dari lapisan fosfolipid.

KIE
Perlu dilakukan pemerisaan laboratorium lebih lanjut seperti,
Analisa gas darah arteri
Analisa tekanan paru arteri
Tes radiografi, gula darah
Tes lumbar punctur dll
Perlu di informasikan kepada orang tua bayi tentang pencegahan terjadinya ARDS berulang pada
kehamilan selanjutnya.
Kesimpulan
Berdasarkan diagnosa dokter,pasien mengalami ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome).
Penatalaksanaan dilakukan pemasangan ETT, pemberian surfaktan, pemasangan
ventilator mekanik PEEP, dan pemberian kafein.


SURFAKTAN
Adalah Suatu bahan senyawa kimia yang memiliki sifat permukaan aktif. Surfaktan pada
paru manusia merupakan senyawa lipoprotein dengan komposisi yang kompleks dengan variasi
berbeda sedikit diantara spesies mamalia. Senyawa ini terdiri
dari fosfolipid (hampir 90% bagian), berupa Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC) yang juga
disebut lesitin, dan protein surfaktan sebagai SPA, SPB, SPC dan SPD (10% bagian). DPPC
murni tidak dapat bekerja dengan baik sebagai surfaktan pada suhu normal badan 37C,
diperlukan fosfolipid lain (mis. fosfatidilgliserol) dan juga memerlukan protein surfaktan untuk
mencapai air liquid-interface dan untuk penyebarannya keseluruh permukaan

Jenis Surfaktan
Terdapat 2 jenis surfaktan , yaitu :3,29
1. Surfaktan natural atau asli, yang berasal dari manusia, didapatkan dari cairan amnion
sewaktu seksio sesar dari ibu dengan kehamilan cukup bulan
2. Surfaktan eksogen barasal dari sintetik dan biologik* Surfaktan eksogen sintetik terdiri
dari campuranDipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), hexadecanol, dan tyloxapol
yaitu Exosurf dan Pulmactant ( ALEC) dibuat dari DPPC 70% dan 18
Phosphatidylglycerol 30%, kedua surfaktan tersebut tidak lama di pasarkan di amerika
dan eropa.2,5
Ada 2 jenis surfaktan sintetis yang sedang dikembangkan yaitu KL4 (sinapultide)
dan rSPC ( Venticute),belum pernah ada penelitian tentang keduanya untuk digunakan
pada bayi prematur* Surfaktan eksogen semi sintetik, berasal dari campuran surfaktan
paru anak sapi dengan dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), tripalmitin, dan palmitic
misalnya Surfactant TA, Survanta * Surfaktan eksogen biologik yaitu surfaktan yang
diambil dari paru anak sapi atau babi, misalnya Infasurf, Alveofact, BLES, sedangkan
yang diambil dari paru babi adalah Curosurf.
Sampai saat ini surfaktan diberikan secara injeksi bolus intratrakeal, karena diharapkan
dapat menyebarkan sampai saluran napas bagian bawah. Surfaktan diberikan secara intratrakeal
melalui endotrakeal tube (ETT) dengan bantuan NG tube. Cateter (NG tube) dapat dimasukkan
tanpa melepas ventilator dengan melalui lubang penghisap sekret pada ETT. Sebagai
alternatif,NGT dapat dimasukkan dengan terlebih dahulu melepas dengan cepat sambugan antara
ETT dengan slang ventilator.
Dosis diberikan secara terbagi menjadi 4 dosis supaya pemberiannya homogen sampai ke
lobus paru bagian bawah. Setiap seperempat dosis diberikan dengan posisi yang berbeda.
Sebelum surfaktan dimasukkan ke dalam ETT melalui NGT pastikan bahwa ETT berada pada
posisi yang benar dan ventilator di atur pada kecepatan 60x/menit, waktu inspirasi 0,5 detik, dan
FiO21,0. ETT dilepaskan dari ventilator
Tekanan positif akhir ekspirasi (Postive end-expiratory pressure/PEEP), berfungsi untuk
mempertahankan tekanan positif jalan napas pada tingkatan tertentu selama fase ekspirasi. PEEP
dibedakan dari tekanan positif jalan napas kontinyu (continuous positive airway pressure/
CPAP) berdasarkan saat digunakannya. PEEP hanya digunakan pada fase ekspirasi, sementara
CPAP berlangsung selama siklus respirasi. Penggunaan PEEP selama ventilasi mekanik
memiliki manfaaat yang potensial. Pada gagal napas hipoksemia akut, PEEP meningkatkan
tekanan alveolar rata-rata, meningkatkan area reekspansi atelektasis dan dapat mendorong
cairan dari ruang alveolar menuju interstisial sehingga memungkinkan alveoli yang sebelumnya
tertutup atau terendam cairan, untuk berperan serta dalam pertukaran gas. Pada edema
kardiopulmonal, PEEP dapat mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri sehingga
memperbaiki kinerja jantung.
Pemberian kafein
Kafein merupakan derivat metilxantin yang kini sering digunakan untuk mencegah atau
mengurangi episode apne pada bayi prematur. Pada kebanyakan unit neonatus, kafein lebih
disukai daripada teofilin oleh karena kafein memberikan indeks terapeutik yang lebih besar,
stimulasi sentral yang lebih baik, pemberian satu kali per hari dengan fluktuasi yang lebih sedikit
di dalam konsentrasi plasma, dan efek samping yang lebih sedikit. Kafein lebih aman terhadap
denyut jantung,20 ekskresi natrium urin, gejala saluran cerna dan tingkah laku. Teofilin dapat
menyebabkan kejang pada konsentrasi plasma yang lebih rendah daripada kafein. Sekresi asam
lambung dan pepsin meningkat pada pemberian kafein per oral atau parenteral.Masa paruh
kafein lebih lama pada bayi premature dibandingkan pada anak/dewasa. Pada bayi premature
masa paruh berkisar 31-132 jam. Masa paruh yang sangat panjang merupakan akibat dari
kecepatan eliminasi yang rendah. Pada dewasa, umumnya kafein diubah menjadi xantin
demetilasi dan asam metilurat oleh hati. Pada neonatus, kafein diekskresi dalam urin dalam
bentuk utuh. Hal ini merupakan akibat defisiensi sistem enzim sitokrom P-448/450.10 Batas
terapeutik kafein yang dapatditerima untuk pengobatan apne adalah 520 ug/ml. Toksisitas
jarang dijumpai. Terapi dimulai dengan 10 mg/kg berat badan loading dose kafein basa (20 mg
kafein sitrat), diikuti dengan dosis pemeliharaan sebesar 2,5-5 mg/kg berat badan/hari kafein
basa, 1 kali perhari.Konsentrasi rendah sebesar 34 mg/L dapat mengontrol serangan apne. Bayi-
bayi yang gagal memberi respons dengan dosis ini harus mendapatkan peningkatan dosis dengan
monitoring konsentrasi plasma. Pengukuran nilai plasma dilakukan pada hari kelima atau ke-
enam setelah loading dose. Dari beberapa studi menunjukkan penurunan insidens efek samping
pada terapi kafein. Tidak dijumpai toksisitas terhadap kardiovaskular, SSP, dan gangguan
gastrointestinal sampai konsentrasi 50 mg/L.

Daftar pustaka
Ikawati, yullis.2008. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Pustaka Adipura: Yogyakarta.
Sukandar, E.Y, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan: Jakarta.
Wijayanti, V., dan Nawawi, A.M., Ventilasi Mekanik, Journal
Etika, R., dkk., Pemberian Surfaktan pada Bayi Prematur dengan Respiratury Distress
Syndrome,
Susanto, Y.S., dan Sari, F.R., Penggunaan Ventilasi Mekanis Invasif pada Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDs)

Anda mungkin juga menyukai