Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA


Sediaan Sirup Efedrin HCl

Disusun oleh:

NISA FITRIANI AR-RIFA


P17335113020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN D3 FARMASI
2014
Jl. Prof. Eyckman 24 Bandung

Sediaan Sirup Efedrin HCL

I.

TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan larutan yang mengandung bahan
aktif Efedrin HCl
2. Mengetahui permasalahan pada sediaan dan menentukan penyelesaian yang diambil
untuk sediaan.
3. Mengetahui efek farmakologi dan kegunaan dari bahan aktif dan bahan tambahan

lain.
4. Menentukan hasil evaluasi dari sediaan yang telah dibuat.

II.

PENDAHULUAN
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali
dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. {Farmakope Indonesia ed. III}
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. {Farmakope Indonesia ed. IV}
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali
dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih
dari 66,0%. {Farmakope Indonesia ed. III}
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
dengan kadar tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup
atau Sirup Simpleks. {Farmakope Indonesia ed. III}
Aturan umum dalam pembuatan larutan:
Larutan merupakan sistem satu fase sehingga perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

Kestabilan zat aktif dalam larutan

Kestabilan zat aktif / obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan
sifat dan karakterisktiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,
kekuatan, kualitas, dan kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan ( shelf-life).

Kelarutan zat aktif


Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat atau 1 ml zat cair dalam

sejumlah ml pelarut.
Jika kelarutan zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan
dengan istilah berikut :

Istilah kelarutan

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut

Kurang dari 1

Mudah larut

1 sampai 10

Larut

10 sampai 30

Agak sukar larut

30 sampai 100

Sukar larut

100 sampai 1000

Sangat sukar larut

1000 sampai 10000

Praktis tidak larut

Lebih dari 10000

(FI ed III,1979, hal XXX).

Dosis takaran
Kecuali dinyatakan lain, dosis merupakan dosis maksimum dewasa untuk pemakaian

melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal. (FI ed III, 1979, hal XXXIV). Konsentarsi
dalam larutan sirup harus homogen, sehingga takaran dosis tepat.

Penyimpanan
Obat harus disimpan sehingga mencegah cemaran dan peruraian, terhindar pengaruh

udara, kelembaban, panas, dan cahaya. Obat yang mudah menguap atau terurai dan bahan

obat yang mengandung bagian yang mudah menguap atau terurai, harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat. Obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat dan berisi kapur tohor. Obat yang dapat menyerap karbondioksida harus
disimpan dengan pertolongan kapur tohor atau zat lain yang cocok.
Disimpan terlindung dari cahaya berarti harus disimpan dalam wadah inaktinik.
Disimpan sangat terlindung dari cahaya berarti harus disimpan terlindung daricahaya
dan wadahnya masih harus di bungkus dengan kertas hitam atau kertas lain yang tidak
tembus cahaya. Disimpan pada suhu kamar adalah disimpan pada suhu 15 hingga 30.
Disimpan di tempat sejuk adalah disimpan pada suhu 5 hingga 15. Disimpan di tempat
dingin adalah disimpan pada suhu 0 hingg 5. Disimpan ditempat lewat dingin adalah
disimpan pada suhu -15 hingga 0. (FI ed III, 1979, hal XXXIV).

Keuntungan bentuk sediaan sirup :

Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk
bayi, anak-anak, dan usia lanjut.

Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses
disintegrasi dan pelarutan).

Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan (dosis seragam)


Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (cth: Aspirin, KCl),
karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.
Kerugian bentuk sediaan sirup :

Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut


dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat
dipergunakan.

Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk


sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.

Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu
memerlukan penambahan pengawet.

Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar.

Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam
larutan dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat
diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.

Bahan aktif yang digunakan dalam praktikum semi solid ini adalah Efedrin
HCl. Efedrin adalah alkaloid yang diperoleh dari tumbuhan Efedra. Farmakodinamik
Efedrin sama seperti amfetamin (tetapi efek sentralnya lebih lemah) atau mirip
epinefrin. Dibandingkan dengan epinefrin, efedrin dapat diberikan per oral, masa
kerjanya jauh lebih lama, efek sentralnya kuat, dan untuk terapi diperlukan dosis yang
jauh lebih besar dari dosis epinefrin. Efedrin bekerja merangsang reseptor , 1 dan
2. Efek perifer bekerja langsung dan tidak langsung (melalui pembebasan NE
endogen) pada efektor sel.
Seperti epinefrin, efedrin menimbulkan bronkodilatasi, tetapi efeknya lebih
lemah dan berlangsung lama. Hal ini digunakan untuk terapi asma bronchial.
Kegunaan Efedrin HCl adalah simpatomimetikum. Dua kelompok obat yang
mempengaruhu system saraf simpatis, adrenergic (simpatomimetik) dan penghambat
adrenergic (Para-simpatomimetik).

ADRENERGIK (SIMPATOMIMETIK)
Obat- obat yang merangsang saaf simpatis disebut dengan adrenergic, karena
obat ini menyerupai neurotransmitter simpatis (norepinefrin dan epinefrin). Obat- obat
ini bekerja pada satu tempat atau lebih dari reseptor adrenergik yang terdapat pada
sel- sel otot polos, seperti pada jantung, dinding bronkiolus, saluran gastrointestinal,
kandung kemih dan otot siliaris pada mata. Ada 4 reseptor adrenergic: 1, 2, 1 dan
2.
Reseptor adrenergic alfa terletak pada jaringan pembuluh darah dari otot
polos. Jika reseptor alfa dirangsang, arteriola dan venula mengalami konstraksi
sehingga meningkatkan resistensi perifer dan aliran darah ke jantung. Sirkulasi akan
bertambah baik dan tekanan darah akan meningkat. Jika terjadi terlalu banyak
perangsangan, aliran darah yang menuju ke organ vital akan berkurang. Reseptor 2
terdapat pada ujung saraf simpatis postganlionik, dan jika dirangsang akan
menghambat pelepasan nonrepinefrin. Ini akan mengakibatkan penurunan darah.
Reseptor adrenergic 1 terutama terdapat pada jantung. Perangsangan reseptor
1 meningkatkan kontraktilitas miokardium dan denyut jantung. Reseptor adrenergik
2 terutama terdapat pada otot polos paru- paru, arteriol otot rangka, dan otot uterus.
Perangsangan reseptor 2 menghasilkan: (1) Relaksasi otot polos paru- paru, sehingga

terjadi bronkodilatasi, (2) Menambah aliran darah ke otot rangka, dan (3) Relaksasi
otot uterus, sehingga kontrkasi uterus berkurang.
Reseptor adrenergik lain adalah dopaminergik dan terdapat pada arteri ginjal,
mesenterium, koroner dan serebral. Jika reseptor ini dirangsang, pembuluh darah
berdilatasi dan aliran darah bertambah. Hanya dopamin yang dapat mengaktivasi
reseptor ini.
Obat- obat simpatomimetik yang merangsang reseptor adrenergic
diklasifikasikan kedalam tiga golongan berdasarkan efeknya pada sel- sel organ:
1. Simpatomimetik yang bekerja langsung, yang langsung merangsang reseptor
adrenergik. Contoh: epinefrin atau norepinefrin.
2. Simpatomimetik yang bekerja tidak langsung, yang merangsang pelepasan
norepinefrin dari ujung saraf terminal. Contoh: Amfetamin.
3. Simpatomimetik yang bekerja campuran (baik langsung maupun tidak langsung) yang
merangsang reseptor adrenergik dan merangsang pelepasan norepinefrin dari ujung
saraf terminal.

Indikasi Klinis Efedrin


Dalam klinis, Efedrin digunakan sebagai:
1. Dekongestan diberikan per oral atau intranasal. Penggunaan yang terus menerus
menimbulkan toleran.
2. Pencegah enuresis, karena efeknya meningkatkan tonus sfinter vesika urinaria.
3. Midriatika untuk pemeriksaan mata.
4. Pengobatan bronkofasme (asma bronkial).
Dosis Efedrin HCl yang digunakan adalah 8 mg/ 5 cc dengan:

Dosis Lazim Anak


sekali

Sehari

0,8 mg/ kg
16 mg/ kg

Keterangan: Dibagi dalam 4 dosis. (FI III hal 933).


Dosis Maksimum
Sekali

Sehari

50 mg

150 mg
(FI III hal 968)

Sehingga dosis yang digunakan anak- anak dengan usia:


- 2-7 tahun :
sehari 4 x 1 sendok teh.
- 8-12 tahun :
sehari 4 x 2 sendok teh.

III.

FORMULASI
1. Bahan aktif
Zat Aktif

Efedrin HCl

Struktur

Rumus
molekul

C10H15NO

Titik lebur

217-220 {FI III hal. 237}

Pemerian

Hablur putih atau serbuk putih halus; tidak berbau; rasa pahit.
{FI III hal. 236}

Kelarutan

Larut dalam kurang lebih 4 bagian air, dalam lebih kurang 14


bagian etanol 95 % P, praktis tidak larut dalam eter P. {FI III
hal. 236}

Stabilitas

pH kelarutan; 1 gram dalam 20 ml air memperoleh pH 4,5


6,5. {Japan Pharmacope ed. 15}

Inkompabilitas

Lindungi semua bentuk sediaan dari cahaya. {FI III hal. 237}

Keterangan
lain

Kontra indikasi : sensitif terhadap efedrin HCl atau komponen


formulasi, aritmia, glaucoma. {Drug Information Hand Book
ed. 17}
Penekan nafsu makan, dekongestan, beta- agonis adrenoseptor
{BP 2007}

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. {FI III hal.
237}

Penggunaan

Simpatomimetikum. {FI III hal. 237}

2. Natrium Benzoat

Zat

Natrium Benzoat

Sinonim

Benzoic acid sodium salt; benzoate of soda; E211; natrii


benzoas; natrium benzoicum; sobenate; sodii benzoas; sodium
benzoic acid. {HOPE 6th 2009}

Struktur

Rumus
molekul

C7H5NaO2. {HOPE 6th 2009}

Titik lebur

Pemerian

Merupakan butiran putih atau Kristal, sedikit higroskopis,


tidak berbau atau berbau samar, rasanya manis dan asin tidak
menyenangkan. {HOPE 6th 2009}

Kelarutan

Larut dalam 2 bagian air. {FI III hal. 395}

Stabilitas

Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi. {HOPE


6th 2009}

Inkompabilitas

Tidak compatible dengan senyawa kuartener, gelatin, garam


besi, garam kalsium dan logam berat, aktifitas pengawetnya
berkurang jika berinteraksi dengan kaolin. {HOPE 6th 2009}

Keterangan
lain

Asupan harian maksimal Natrium Benzoat menurut WHO


adalah 5 mg/ kg berat badan. Efek sampingnya iritasi
lambung, ultikariahingga anafilaksis.

Penyimpanan

Larutan mungkin disterilkan dengan autoclave atau filtrasi.


{HOPE 6th 2009}

Kadar
penggunaan

Pengawet anti mikroba hingga 0,5%. {HOPE 6th 2009}

3. Propilenglikol
Zat

Propilenglikol

Sinonim

1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl


ethyl-ene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;
propylenglycolum. {HOPE 6th 2009}

Struktur

Rumus
molekul

C3H8O2 {HOPE 6th 2009}

Titik lebur

-590C. {HOPE 6th 2009}

Pemerian

Propilenglikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental,


praktis tidak berbau rasa sedikit tajam menyerupai gliserin.
{HOPE 6th 2009}

Kelarutan

Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan


air; larut pada 1: 6 bagian eter. {HOPE 6th 2009}

Stabilitas

Stabil saat dicampur dengan etanol 95%, gliserin, higroskopis,


terlindung dari cahaya. {HOPE 6th 2009}

Inkompabilitas

Tidak kompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium


permanganat. {HOPE 6th 2009}

Keterangan
lain

Kegunaan: Pengawet anti mikroba, desinfektan, ko-solven.

Penyimpanan

Stabil dalam wadah tertutup, di tempat dingin dan bila

{HOPE 6th 2009}

terbuka, cenderung teroksidasi. {HOPE 6th 2009}


Kadar
penggunaan

10-25% sebagai kosolven pada sediaan oral. {HOPE 6th 2009}

4. Sirupus Simplex
Zat

Sirupus simplex

Sinonim

Beet sugar; cane sugar;a-D-glucopyranosyl-b-D


fructofuranoside; refined sugar; saccharose; saccharum; sugar.
{HOPE 6th 2009}

Struktur

Rumus

C12H22O11

molekul
Titik lebur

16001860C (dengan dekomposisi). {HOPE 6th 2009}

Pemerian

Gula yang bersal dari Saccharum oficinarum Linne, Beta


vulgaris Linne. Berbentuk kristal tak berwarna, massa kristal
atau blok, bubuk kristal putih, tidak berbau, dan memiliki rasa
manis. {HOPE 6th 2009}

Kelarutan

Kelarutan dalam air 1 : 0,2 pada suhu 1000C, 1 : 400 dalam


etanol pada suhu 200C, 1 : 170 dalam etanol 95% pada suhu
200C, 1 : 400 dalam propan-2-ol, tidak larut dalam kloroform.
{HOPE 6th 2009}

Stabilitas

Stabilitas baik pada suhu kamar dan pada kelembaban yang


rendah. Sukrosa akan menyerap 1% kelembaban yang akan
melepaskan panas pada 90oC. Sukrosa akan menjadi karamel
pada suhu di atas 160oC. Sukrosa yang encer dapat
terdekomposisi dengan keberadaan mikroba. {HOPE 6th 2009}

Inkompabilitas

Bubuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan adanya logam


berat yang akan berpengaruh terhadap zat aktif seperti asam
askorbat. Sukrosa dapat terkontaminasi sulfit dari hasil
penyulingan. Dengan jumlah sulfit yang tinggi, dapat terjadi
perubahan warna pada tablet yang tersalut gula. Selain itu,
sukrosa dapat bereaksi dengan tutup aluminium. {HOPE 6th
2009}

Keterangan

Kegunaan: Pemanis, coating agent, granulating agent,

lain

suspending agent, tablet binder, sugar coating adjust,


peningkat viskositas. {HOPE 6th 2009}

Penyimpanan

Harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering. {HOPE 6th


2009}

Kadar

Sebagai pembawa oral sirup digunakan dengan kadar 20-60%.

penggunaan

{HOPE 6th 2009}

5. Aquadest
Zat

Aquadest

Sinonim

Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.{HOPE 6th 2009}

Struktur

Rumus

H2O {HOPE 6th 2009}

molekul
Titik lebur

00C. {HOPE 6th 2009}

Pemerian

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai


rasa.{FI III hal. 96}

Kelarutan

Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. {HOPE 6th


2009}

Stabilitas

Stabilitas baik pada keadaan fisik (padat, cair, gas). {HOPE 6th
2009}

Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan bahan tambahan


lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam
adanya air atau uap air) pada suhu yang tinggi. Air juga dapat
bereaksi dengan logam alkali seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Selain itu air juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida.{HOPE 6th
2009}
Keterangan

Kegunaan: Pelarut untuk pembuatan produk obat-obatan dan

lain

sediaan farmasi, tidak cocok untuk digunakan dalam


pembuatan produk parenteral. {HOPE 6th 2009}

Penyimpanan

Wadah yang dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme


dan mencegah kontaminasi kegunaan pelarut. {HOPE 6th
2009}

IV.

PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN


No.
1.

Permasalahan

Penyelesaian

Zat aktif berasa pahit.

Ditambah pemanis yaitu sirupus


simplex.

2.

Larutannya mengandung bahan Ditambahkan


tambahan

yang

ideal

pengawet

yaitu

untuk Natrium Benzoat.

ditumbuhi mikroorganisme.

3.

Viskositas larutan terlalu encer.

Penambahan zat penstabil yaitu


propilenglikol.

4.

Sediaan

harus

terlindung

dari Dengan pemakaian botol coklat.

cahaya.
5.

Sediaan ditujukan untuk anak- Ditambahkan escent stroberi.


anak.

V.

PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

1.

Efedrin HCl

0,16 %

Zat Aktif

2.

Natrium Benzoat

0,15 %

Pengawet {HOPE 6th 2009}

3.

Sirupus Simplex

20 %

Pemanis {FI III hal. 567}

4.

Propilenglikol

10 %

Pengental {HOPE 6th 2009}

5.

Aquadest

6.

Perasa Strawberry

64,69 %
qs

Pelarut
Pewarna, perasa, pengharum

VI.

PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat sediaan 8 botol (@ 60 ml) = 480 ml sisanya 20 ml di botol 30 ml.

No.

Nama Bahan

1.

Efedrin HCl

2.

Natrium Benzoat

3.

Sirupus Simplex

4.

Propilenglikol

5.

Aquadest

6.

Perasa Strawberry

Jumlah yang Ditimbang

120 gram

328,45 ml
15 tetes

Untuk membuat sirupus simplex 120 bagian:


No. Bahan
1.

Saccharum Album

2.

Aquadest

VII.

Jumlah

PROSEDUR PEMBUATAN

1. Kalibrasi beaker glass utama

Ukur air sebanyak 500 ml dalam gelas ukur 100 ml, lakukan sebanyak 5 kali.

Tuang kedalam beaker glass utama.

Beri tanda batas air di permukaan beaker glass.

Keluarkan air dari beaker glass, lalu keringkan.

2. Pembuatan Sirupus Simplex

Timbang sebanyak 78 gram sakarin album dalam cawan porselen.

Masukkan aquadest sebanyak 42 gram ke Erlenmeyer, panaskan hingga


mendidih.

Masukan sakarum album kedalam Erlenmeyer, aduk hingga terlarut lalu serkai
dengan kain batis, diamkan hingga dingin lalu ambil 100 ml.

3. Melarutkan Efedrin HCl

Timbang Efedrin HCl sebanyak 0,8 gram di kertas perkamen.

Larutkan Efedrin HCl dengan aquadest sebanyak 2 ml didalam beaker glass


kecil hingga terlarut sempurna.

Masukkan kedalam beaker glass utama, aduk hingga homogen.

Beaker glass kecil dibilas dengan aquadest sebanyak 2 ml, lakukan sebanyak 3
kali.

4. Melarutkan Natrium Benzoat

Timbang Natrium Benzoat sebanyak 0,75 gram di kertas perkamen.

Larutkan Natrium Benzoat dengan aquadest sebanyak 2 ml di dalam beaker


glass hingga terlarut sempurna.

Masukkan kedalam beaker glass utama, aduk hingga homogen.

Beaker Glass kecil dibilas dengan aquadest sebnayak 2 ml, lakukan sebanyak
3 kali.

5. Mengencerkan propilenglikol

Timbang propilenglikol sebanyak 50 gram kedalam beaker glass kecil.

Encerkan propilenglikol dengan 25 ml aquadest, aduk hingga tercampur

Masukkan kedalam beaker glass utama, aduk hingga homogen.

Beaker Glass kecil dibilas dengan aquadest sebayak 2 ml, lakukan sebanyak 3 kali

6. Masukan sirupus simplex yang telah dingin ke dalam beaker glass utama, aduk hingga
homogen.
7. Tambahkan aquadest hingga 500 ml ke dalam beaker glass utama, aduk hingga
homogen.
8. Masukan beberapa tetes essen strawberry, aduk sampai homogen.
9. Sediaan dimasukkan kedalam botol yang telah ditara 60 ml, kemas dan beri etiket.

VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

IX.

PEMBAHASAN
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis,
atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral yang
tidak mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau
aspartame, dan bahan pengental, seperti gom selulosa, sering digunakan untuk
penderita diabetes.
Pada percobaan ini dibuat formula sediaan sirup sebagai berikut: Efedrin HCl,
Natrium Benzoat, Sirupus Simpleks, Propilenglikol dan penambahan aquadest
sampai volume yang sudah ditentukan, selain itu juga ada penambahan essen
stroberi agar sediaan terlihat lebih menarik karena ditujukan untuk anak- anak.
Untuk melarutkan bahan- bahan yang sudah ditentukan dalam formula, kita
larutkan satu per satu pada beaker glass kecil sesuai kelarutannya. Setelah itu kita
masukkan kedalam beaker glass 500 ml yang sudah ditara.
Dalam pembuatan sediaan sirup ini ditambahkan sirupus simplex sebagai
pemanis. Sementara sirupus simplex itu sendiri merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri dan jamur, maka kedalam sediaan yang dibuat ditambahkan
pengawet Natrium Benzoat sebanyak 0,15%. Ditambahkannya pengawet kedalam
sediaan yang kita buat adalah untuk meningkatkan kemampuan spektrum
antimikroba, efek yang sinergis memungkinkan penggunaan pengawet dalam
jumlah kecil, sehingga kadar toksisitasnya menurun pula, dan mengurangi
kemungkinan terjadinya resistensi.
Karena tidak mungkin rasanya jika membuat sediaan sirup untuk anak- anak
tanpa ditambahkannya pemanis dan pewarna, maka kita tambahkan sirupus
simplex sebanyak 20% dan essen stroberi. Sirupus simplex dibuat dari 65%
sacharum album dan 35% aquadest. Dalam sediaan yang kita buat yaitu 78 gram
sacharum album dan 42 gram aquadest. Selain sebagai pemanis, kita gunakan
sirupus simplex ini sebagai pengental juga agar sediaan tidak terlalu encer
nantinya. Namun penggunaan sirupus simpleks dengan kadar 20% 35% dapat
menimbulkan kristalisasi pada leher botol.
Kristalisasi dapat terjadi karena gula yang terdapat dalam larutan mengalami
salting out. Biasanya kristal terbentuk pada leher botol setelah penuangan
berulang kali. Ketika botol ditutup kembali setelah penuangan, gula yang
tertinggal pada leher botol bergesekan dengan tutup botol dan akhirnya inti kristal

terbentuk. Proses mengkristalnya gula pada leher botol sediaan ini dikenal
sebagai caploking. Maka dari itu, untuk anticaploking agent kami menggunakan
propilenglikol 10 % kedalam sediaannya. Konsentrasi propilenglikol 15% dapat
mencegah pertumbuhan kristal gula di leher botol. Selain itu kita gunakan pula zat
tambahan ini untuk meningkatkan kekentalan (viskositas).
Setelah sediaan jadi dilakukan evaluasi. Dalam pengisian larutan kedalam
botol ditambahkan 3% dari 60 ml larutan sehingga volume total yang diisikan
kedalam botol adalah sebesar 61,8 ml atau dibulatkan menjadi 62 ml. Hal tersebut
dilakukan agar volume sediaan yang terpindahkan saat dituang dari botol
seluruhnya adalah tidak boleh kurang dari 100 % volume yang tertera pada etiket.
Dalam uji organoleptik setelah 1 minggu, sediaan diidentifikasi dari segi
warna, bau dan rasa. Dan hasilnya ada dalam tabel 2.1 .
Pada uji kejernihan dalam sediaan sirup ini terdapat tanda-tanda pertumbuhan
jamur dan adanya serat seperti lendir. Diperkirakan adanya jamur dan lendir ini
bisa jadi karena aquadest di laboratorium kurang steril, sehingga untuk
kedepannya kita harus memanaskan aquadest tersebut terlebih dahulu untuk
meminimalisir kekurangan kualitas pada sediaan yang dibuat.
Untuk sediaan larutan atau sirup harus memiliki stabilitas pH yang sama atau
perubahan pH nya tidak lebih dari 1 untuk kestabilan efek farmakologinya. Pada
sediaan sirup efedrin ini, setelah dilakukan uji pH ternyata 4 botol memiliki pH 7
dan 2 botol memiliki pH 6.

X.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang sudah kami lakukan dengan formula diatas, ditemukan
bahwa sediaan sirup tersebut ada yang tidak lolos uji. Misalnya pada evaluasi
kejernihan, ditemukan adanya mikroba dan lendir/ serat. Pada uji organoleptik pun
baunya tidak begitu bagus karena bau asam sehingga tidak lolos uji.

Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No. Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

1.

Efedrin HCl

0,16 %

Zat Aktif

2.

Methylparaben

0,18 %

Pengawet {HOPE 6th 2009}

XI.

Pengawet {HOPE 6th 2009}

3.

Prophylparaben

0,02 %

3.

Sirupus Simplex

20 %

Pemanis {FI III hal. 567}

4.

Propilenglikol

10 %

Pengental {HOPE 6th 2009}

5.

Aquadest

6.

Perasa Strawberry

64,69 %
qs

Pelarut
Pewarna, perasa, pengharum

DAFTAR PUSTAKA
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed, London:

Pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
British Pharmacopeia. Volume III. London: The Stationery Office; 2009.
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006, Drug Information
Handbook, 17th Edition.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI, Kumpulan Kuliah Farmakologi
Ed. 2, Jakarta, 2008, hal. 366.
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 1996 Farmakologi, Pendekatan Proses
Keperawatan Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes hal. 263.
Japanese Pharmacopoeia ed. 15th. Ministry of Health, Labour and Walfare: 2001

XII.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai