MAKALAH
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah Teknik
Informatika
Dosen : Tedi Sukmara ST
Disusun Oleh :
Nama: Dadi Rosmawan
NIM : 2108090049
Kelas : 1D
Prodi : DIKSATRASIA
PEMBAHASAN MASALAH
A. SASTRA INDONESIA
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya
sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling
melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah
tersebut.Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah
Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa
akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu
turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai
sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara
berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang
tinggal di Singapura.
Periodisasi
• lisan
• tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
Pujangga Lama
Sejarah
Hikayat
• Hikayat Abdullah
• Hikayat Kalila dan Damina
• Hikayat Aceh
• Hikayat Masydulhak
• Hikayat Amir Hamzah
• Hikayat Pandawa Jaya
• Hikayat Andaken Penurat
• Hikayat Pandja Tanderan
• Hikayat Bayan Budiman
• Hikayat Putri Djohar Manikam
• Hikayat Djahidin
• Hikayat Sri Rama
• Hikayat Hang Tuah
• Hikayat Tjendera Hasan
• Hikayat Iskandar Zulkarnain
• Tsahibul Hikayat
• Hikayat Kadirun
Syair
Kitab agama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan
daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam
dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.Balai Pustaka didirikan
pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang
dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian
(cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya
dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan
dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.Nur
Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab
banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para
pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.Pada masa itu, terbit
pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta
Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai
Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini
ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Angkatan 1945
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya, Sastra.Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan
sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang
berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis
dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
• Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
o Hati jang Damai (1960)
o Empat Kumpulan Sajak
• Sitor Situmorang (1961)
o Dalam Sadjak (1950) o Ia Sudah Bertualang
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga (1963)
sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di • Subagio Sastrowardojo
Paris (1956) o Simphoni (1957)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan
sadjak (1953) • Nugroho Notosusanto
o Wadjah Tak Bernama: o Hujan Kepagian (1958)
kumpulan sadjak (1955) o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)
• Mochtar Lubis
o Tak Ada Esok (1950) • Trisnojuwono
o Jalan Tak Ada Ujung (1952) o Angin Laut (1958)
o Tanah Gersang (1964) o Dimedan Perang (1962)
o Si Djamal (1964) o Laki-laki dan Mesiu
(1951)
• Marius Ramis Dayoh
o Putra Budiman (1951) • Toha Mochtar
o Pahlawan Minahasa (1957) o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan
• Ajip Rosidi Gerilya (1962)
o Tahun-tahun Kematian (1955) o Daerah Tak Bertuan
o Ditengah Keluarga (1956) (1963)
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua
(1957) • Purnawan Tjondronagaro
o Cari Muatan (1959) o Mendarat Kembali
o Pertemuan Kembali (1961) (1962)
o Kemarau (1967)
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar
Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya
sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit
Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada
masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto,
Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.Beberapa satrawan pada angkatan ini
antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto
Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu
Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa
tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas
diberbagai majalah dan penerbitan umum.Beberapa sastrawan yang dapat mewakili
angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha,
Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad
Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini
Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah
sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan
beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka,
Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada
novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana
tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.Mira W dan
Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis
yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel
mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang
masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan
untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an
biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.Namun yang tak boleh dilupakan,
pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah
novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya.
Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang
kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.Ada nama-nama terkenal
muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara
lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Angkatan Reformasi
• Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman
Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada
tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah
buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus
sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan
Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami
dan Dorothea Rosa Herliany.
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah
baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas
puisi lama dan puisi baru.
1. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
− Jumlah kata dalam 1 baris − Banyak suku kata tiap
− Jumlah baris dalam 1 bait baris
− Persajakan (rima) − Irama
1. Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima
2. Jenis Puisi Lama
Yang termasuk puisi lama adalah
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris,
tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2
baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri
dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
d) Seloka adalah pantun berkait
e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-
a, berisi nasihat
f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4
baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10
baris
4. Ciri-ciri dari jenis puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Bersifat lisan, sakti atau magis
Adanya perulangan
Metafora merupakan unsur penting
Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan
bicara) dan misterius
Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata,
baris dan persajakan.
b) Pantun
Ciri – ciri : Bersajak a – b – a –
Setiap bait terdiri 4 b
baris Setiap baris terdiri
Baris 1 dan 2 dari 8 – 12 suku
sebagai sampiran kata
Baris 3 dan 4 Berasal dari Melayu
merupakan isi (Indonesia)
c) Karmina
Ciri-ciri karmina
Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Bersajak aa-aa, aa-bb
Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Semua baris diawali huruf capital.
Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
d) Seloka
Ciri-ciri seloka
Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
e) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi.
f) Syair
Ciri-ciri syair
Terdiri dari 4 baris
Berirama aaaa
Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
g) Talibun
Ciri-ciri:
Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya
6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga
isi.
Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan
empat isi.
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
2. ISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola
yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2. Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
a) Distikon e) Sektet
b) Terzina f) Septime
c) Quatrain g) Oktaf/Stanza
d) Quint h) Soneta
4. Ciri-ciri dari Jenis Puisi Baru
Ciri puisi dari Jenis isinya :
a) Balada
Ciri-ciri balada
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8
(delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema
rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
b) Hymne
Ciri-ciri hymne
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang
pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne
diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap
sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang
bernafaskan ke-Tuhan-an.
c) Ode
Ciri-ciri ode
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada
anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik
terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
d) Epigram
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa
ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e) Romance
Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang,
rindu dendam, serta kasih mesra
f) Elegi
Ciri-ciri elegi
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah
karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
g) Satire
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena;
tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura,
rasuah, zalim etc)
Ciri puisi dari Jenis bentuknya :
a) Distikon d) Quint
• 2 baris; sajak 2 Pada asalnya, rima
seuntai Quint adalah /aaaaa/
• Distikon (Greek: 2 tetapi kini 5 baris
baris) dalam serangkap
• Rima – aa diterima umum
– bb sebagai Quint
b) Terzina (perubahan ini
Terzina (Itali: 3 irama) dikatakan berpunca
c) Quatrain dari kesukaran penyair
• Quatrain (Perancis: 4 untuk membina
baris) rima /aaaaa/
• Pada asalnya ada 4 e) Sextet
rangkap • sextet (latin: 6 baris)
• Dipelopori di • Dikenali sebagai
Malaysia oleh Mahsuri ‘terzina ganda dua’
S.N. • Rima akhir bebas
f) Septima g) Oktav
• septime (Latin: 7 • Oktaf (Latin: 8 baris)
baris) • Dikenali sebagai
• Rima akhir bebas ‘double Quatrain’
h) Soneta
ciri – ciri soneta :
• Terdiri atas 14 baris
• Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
• Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan
yang disebut octav.
• Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang
disebut isi yang disebut sextet.
• Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
• Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa
yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
• Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
• Penambahan baris pada soneta disebut koda.
• Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku
kata
• Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c –
d.
DAFTAR WEBSITE
• http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia
• http://zhi3pisces.wordpress.com/2009/02/12/puisi-lama-dan-
puisi-baru