Anda di halaman 1dari 64

Keperawatan menurut pandangan Islam

14 Votes

PENDAHULUAN
Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk dan struktur yang paling sempurna dibanding
mahluk-mahluk lainnya (QS, 95:4). Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal, dan dengan
akal itulah manusia bisa bernalar dan mengembangkan peradaban. Dengan kelebihan potensi
akal yang dimiliki manusia, manusia juga dibebani tugas yang lebih berat dibanding mahluk
lainnya yaitu untuk beribadah kepada Allah sang Pencipta (QS, 51:56). Amanah ibadah yang
diemban manusia adalah sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatul fil-ardy) dan sebagai
pemelihara bumi (riayatul ardy). Tugas ini merupakan tugas yang berat, dan manusia akan
diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Untuk menjalankan tugas yang berat manusia
perlu mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya secara baik.
Selain akal, potensi manusia lainnya adalah fisik (jasad) dan ruuh. Ketiga komponen; fisik, ruuh,
dan akal tersebut masing-masing memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar tercapai
keseimbangan dalam hidup manusia. Orang yang cenderung hanya memperhatikan aspek fisik
saja maka banyak yang terjebak pada kehidupan yang materialistik yang lebih mengutamakan
hal-hal yang bersifat kebendaan (materi) sebagai ukuran dari suatu keberhasilan. Disisi lain, yang
mengutamakan akal atau pikiran pun akan terjebak pada rasionalisme yang hanya menerima
sesuatu yang bisa dijangkau oleh akal pikirannya. Sehingga tidak jarang, kelompok ini tidak
percaya adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Kelompok berikutnya yang lebih
mengutamakan ruuh semata sehingga sampai pada kehidupan yang melepaskan dunia dan hanya
mengejar ketenangan diri dengan berkontemplasi dan terhindar dari kehidupan masyarakat pada
umumnya. Ajaran Islam menganjurkan agar ketida aspek tersebut dijalankan secara seimbang
(tawazun), proporsional, dan harmonis. Agar tercapai keseimbangan yang harmonis antara fisik,
akal, dan ruuh diperlukan pengenalan yang mendalam akan ketiga aspek tersebut dan selanjutnya
adalah memberikan perawatan yang sesuai karakteristik dan kebutuhannya.
Perhatian terhadap kebutuhan spiritual telah dinyatakan secara eksplisit dalam kesepakatan
lokakarya nasional keperawatan sejak tahun 1983. Namun jika dilihat penerapannya dalam
asuhan keperawatan pada klien, maka kita akan kesulitan untuk mencari bukti-bukti otentik
bagaimana pelayanan ini diberikan oleh para perawat. Disisi lain, jika dilihat dalam kurikulum
pendidikan perawat di Indonesia, muatan aspek spiritual klien pun sedikit sekali bobotnya
sehingga tidak mampu memberikan bekal yang memadai bagi para calon tenaga keperawatan.
Hal ini nampaknya mungkin disebabkan karena minimnya referensi tentang keperawatan
spiritual. Literature tentang keperawatan spiritual sebagian besar berdasar pada konteks budaya

barat yang bersumber pada filosofi sekularistik. Sedangkan aspek spiritual seseorang banyak
dipengaruhi oleh keyakinan, nilai-nilai, sosial, budaya, pengalaman, dan konteks masyarakat
atau siatuasi krisis dimana orang itu berada.
Orang yang hidup dalam tataran budaya Sunda yang mayoritas beragama Islam, akan berbeda
dalam memaknai spiritualnya dibanding dengan orang yang hidup dalam budaya lain dengan
keyakinan yang berbeda. Oleh karenanya pemenuhan kebutuhan spiritual bersifat unik untuk
setiap individu. Kondisi penyakit yang sedang diderita atau situasi kritis yang menimpa klien,
akan berpengaruh terhadap persepsi pemenuhan kebutuhan spiritualnya. Perawat sebagai tenaga
kesehatan yang memiliki kontak terlama dengan klien, perlu memahami bagaimana memberikan
asuhan keperawatan spiritual klien sesuai dengan latar belakang sosial budaya dan nilai-nilai
serta keyakinan klien.
SPIRITUAL DALAM LITERATURE KEPERAWATAN
Istilah spiritual berasal dari kata Latin; spiritus, spirit, yang berarti napas, udara, angin atau yang
menyebabkan hidupnya seseorang (Dombeck, 1995). Spiritual merupakan sumber kekuatan vital
yang memotivasi, mempengaruhi gaya hidup, perilaku, dan hubungan seseorang dengan yang
lainnya (Goldberg, 1998). Konsep spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
menghadapi situasi krisis, stress emosiaonal, penyakit fisik atau kematian.
Dalam konteks budaya barat, tidak semua orang yang ingin mencari jati diri, pemberdayaan diri,
dan aktualisasi diri harus melalui agama tertentu. Mereka bisa mencarinya melalui cara-cara lain.
Menurut Wright (1999), spiritualitas dapat dilihat sebagai perpaduan nilai-nilai yang
mempengaruhi proses interaksi seseorang dengan dunia sekitarnya, sedangkan agama merupakan
jalan (dalam bentuk praktik ritual dan keyakinan) untuk menuju tuhan-tuhan yang diyakininya
Dalam konsep ini, dapat dilihat adanya perbedaan antara konsep spiritualitas dan agama.
Spiritual dipandang sebagai konsep yang lebih luas dibanding agama, karena orang yang tidak
memeluk suatu agama pun pada dasarnya memiliki kebutuhan spiritual. Keyakinan spiritual
tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan jiwa seseorang (Fowler dalam
Kozier dkk., 1991).
Agar konsep spiritual ini bisa dikaji untuk merumuskan intervensi yang tepat, beberapa ilmuwan
keperawatan menjabarkan konsep spiritual kedalam beberapa dimensi, seperti; Stool (dalam
Taylor, 2002) membagi dimensi spiritual menjadi konsep tentang Tuhan, sumber kekuatan dan
harapan, praktik keagamaan, hubungan antara keyakinan dengan praktik kesehatan, sedangkan
Dossey (dalam Taylor, 2002), membagi dimensi spiritual menjadi makna dan tujuan hidup,
kekuatan dari dalam, dan keterkaitan (interconnections). Dari dimensi-dimensi tersebut
dikembangkan instrument untuk menilai atau mengkaji kondisi spiritual klien.
Misalnya, spiritual well-being scale yang dikembangkan oleh Ellison dan Palotzian (Kozier
dkk, 1991), spiritual assessment scale dari OBrien (1989).
Hasil pengkajian spiritual akan membantu dalam memformulasikan diagnosa keperawatan
spiritual yang relevan dengan kondisi klien. Beberapa diagnosa keperawatan yang berkaitan
dengan spiritual adalah spiritual distress yang meliputi spiritual pain, spiritual alienation,

spiritual anxiety, spiritual guilt, spiritual anger, dan spiritual despair (OBrien dalam Kozier
dkk, 1991).
Penelitian pun terus dilakukan untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan spiritual. Beberapa intervensi yang disebut dalam literature
diantaranya:
Mendengarkan aktif (Active listening)
Bibliotherapy (membaca buku-buku spiritual)
Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa
Menunjukan sikap penerimaan, menghargai, dan tidak menghakimi
Membangun hubungan saling percaya
Menunjukan sikap empati, peka, rendah hati, dan komitmen
Memfasilitasi ekspresi pikiran, perasaan
Memfasilitasi meditasi
Memfasilitasi praktik keagamaan
Memnggenggam tanga, sentuhan
Memberikan harapan, keyakinan
Mendengarkan musik
Menghadirkan diri
Merujuk pada petugas rohani
Komunikasi teapeutik
Klarifikasi nilai (terutama berhubungan dengan spiritual)
Meskipun konsep spiritualitas dalam keperawatan terus dikembangkan, namun dalam
pelaksanaannya di klinis terdapat beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut diantaranya:
Faktor personal,
Perawat memandang kebutuhan spiritual pasien sebagai urusan peribadi atau keluarga atau
tanggungjawab pemuka agama (Ustad, Pastur, Pendeta) bukan tanggungjawab perawat
Perawat merasa malu, kurang percaya diri, dantidak nyaman dengan spiritualitasnya sendiri
Perawat merasa tidak merasa nyaman berhadapan dengan situasi yang menyebabkan spiritual
distress seperti kematian, penderitaan, duka cita.
Faktor pengetahuan,
Perawat kurang cukup bekal pengetahuan tentang spiritualitas dan keyakinan agama yang
berlainan
Perawat keliru mengartikan kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan psikososial
Perawat memiliki sedikit pengetahuan tentang spiritual dan perawatan spiritual
Masih terbatasnya kepustakaan dan riset tentang intervensi keperawatan spiritual
Faktor lingkungan/institusi/ dan situasi,
Tidak cukup waktu untuk memberikan perawatan spiritual karena harus merawat kebutuhan
pasien lainnya
Kebijan institusi yang kurang mendukung, seperti tidak adanya SOP atau pedoman pelayanan
spiritual

Kondisi lingkungan yang kurang kondusif untuk pemberian perawatan spiritual seperti tehnologi
tinggi, bising, dan tidak terjaminnya privacy.
ISLAM DAN KESEHATAN SPIRITUAL
Islam adalah ad-diin yang universal mencakup seluruh aspek kehidupan. Para ulama memandang
bahwa ajaran Islam memiliki tujun untuk memelihara lima hal utama yaitu agama, jiwa (nafs),
akal, kehormatan (keturunan), dan kesehatan (Shihab, 1992). Islam memandang sehat dalam
konteks yang menyeluruh (holistic sense), jika suatu bagian tubuh sakit maka bagian tubuh
lainnya pun akan merasakan sakit. Komponen sehat yang baik tidak hanya sehat fisik (jasad),
melainkan juga sehat mental (nafs), sosial, dan spiritual (ruuh). Bagi seorang muslim, sehat
dipandang sebagai anugrah Allah yang harus disyukuri. Oleh karenanya, memelihara kesehatan
merupakan amanah yang harus ditunaikan sebagai wujud syukur kepada Allah.
Kebanyakan manusia lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek kesehatan fisik, dibanding
aspek kesehatan lainnya, padahal kesehatan komponen lainnya sama pentingnya dengan
kesehatan fisik bahkan dampaknya lebih berat ketimbang aspek fisik. Misalnya, sakit fisik atau
jasad akan berakhir ketika ajal tiba, namun ruhani yang sakit akan terbawa konsekuensinya
sampai kehidupan akhirat. Dengan demikian kesehatan ruhani sebenarnya merupakan esensi
dari kesehatan hidup seseorang.
Istilah spiritual identik dengan istilah ruuh (ruhani) atau soul. Para Ulama Islam lebih
merekomendasikan menggunakan istilah ruuh (ruhani) sebagaimana tersebut dalam Al Quran,
ketimbang istilah spiritual atau soul yang berakar pada keyakinan Yahudi-Nashrani. Manusia
dapat mengetahui hal-hal yang bersifat fisik-material dengan proses pengenalan melalui panca
indra yang dimilikinya. Proses pengenalan ini melahirkan suatu pengetahuan tentang suatu
fenomena fisik atau material. Untuk hal-hal yang immateri, seperti halnya ruuh, manusia tidak
dapat mengandalkan panca indra karena proses pengindraan sangatlah terbatas. Hakikat yang
sesungguhnya dari ruuh hanyalah Allah yang tahu, sebagaimana Allah SWT berfirman:

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruuh. Katakanlah; ruuh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (QS 17:85).
Manusia tidak bisa mengetahui secara nyata bagaimana sebenarnya ruuh, cara yang terbaik untuk
mengetahui ruuh ini adalah melalui wahyu atau informasi yang diberikan Allah, karena Allah
yang menciptakan ruuh dan Allah lah yang mengetahui secara pasti hakikat ruuh tersebut. Ruuh
dijelaskan oleh beberapa ulama sebagai substansi yang halus dari manusia, merupakan kebalikan
jasad, bersifat tinggi, suci, memiliki daya. Menurut Al-ghazali, ruuh merupakan penggerak jasad
yang mampu berfikir, mengingat, dan mengetahui. Ruuh inilah yang kelak akan diminta
pertanggungjawaban dihadapan Allah.
Perkembangan Spiritual (Ruuh)
Dalam konsepsi Islam, ruuh ditiupkan kedalam janin yang dikandung oleh ibu ketika usia
kehamilan mencapai 120 hari. Hal ini berdasar pada sebuah hadits:

Sesungguhnya awal kejadian seseorang diantara kamu (yaitu sperma dan ovum) berkumpul
dalam perut ibunya selama 40 malam, kemudian menjadi segumpal darah selama itu (juga), lalu
menjadi segumpal daging selama itu (juga). Kemudian Allah mengutus malaikat; setelah Allah
meniupkan ruuh kedalamnya, maka malaikat itu diperintahkan-Nya menulis empat kalimat, lalu
malaikat itu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau sengsaranya (HR Bukhari
dan Muslim)
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya Ruuh (ciptaan-Nya) dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur (QS 32:9)
Dengan ditiupkannya ruuh, berarti kehidupan janin sudah dimulai. Ketika janin itu lahir menjadi
seorang bayi, ruuh masih dalam keadaan fitrah, sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan:
Setiap bayi yang terlahir itu dalam keadaan suci (fitrah), orangtuanyalah yang membentuk anak
itu menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi
Kondisi fitrah sebenarnya merupakan kondisi dasar dari ruhani yang sehat. Fitrah seseorang
adalah untuk mengabdi pada penciptanya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam perkembangan selanjutnya fitrah ini bisa tercemari oleh perilaku-perilaku manusia akibat
beriteraksi dengan lingkungan termasuk didalamnya unsur-unsur syaithoniah atau dorongan akan
berbuat inkar terhadap pencipta-Nya. Islam diturunkan adalah untuk mengembalikan dan
menjaga manusia agar tetap pada fitrahnya. Firman Allah SWT:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitral Allah,
(itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS 30:30)
Dalam Al-Quran, ada beberapa istilah lain yang menurut para ulama memiliki esesnsi sama
dengan ruuh, yaitu nafs (jiwa), dan qalb (hati) (Kasule, 2005). Nafs merupakan gabungan antara
ruuh dan jasad, yang yang kedudukannya labil bisa cenderung pada kebaikan atau pada
kejahatan. Allah SWT berfirman:
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu. Dan merugilah orang-orang yang mengotorinya (QS 91:7-10)
Ada tiga tingkatan nafs yang disebutkan dalam Al-Quran, yaitu:
Nafs ammarah yang lebih besar kecenderungannya pada hal yang buruk, hedonis, dan syahwat
(QS 12:53). Sisi positif nafs ini adalah sebagai potensi untuk kehidupan biologis dan bertahan
hidup di dunia
Nafs Lawwamah yang cenderung pada penyesalan diri tetapi belum dapat memperbaikinya,
menyalahkan diri, penasaran, merasa lebih, tidak mudah percaya (QS 75:2). Sisi positif dari nafs

ini adalah sebagai gerbang kesadaran dan taubat, pintu keyakinan dan optimisme.
Nafs Muthmainah (QS 89: 27-28), cenderung pada ketenangan, kedamaian, kepuasan dan
keharmonisan diri. Tingkat ini merupakan tingkat perkembangan jiwa yang paling tinggi, karena
sudah menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan akan kembali kepada Allah
untuk menjalani kehidupan yang kekal di akhirat.
Selain nafs, hati pun dapat berubah-ubah kecenderungannya, bahkan dapat menjadi pusat
(central) bagi bagian tubuh lainnya. Dalam sebuah hadits disebutkan :
Dalam tubuh manusia, ada segumpal daging. Apabila baik daging tersebut, maka baiklah
tubuhnya, dan apabila buruk daging tersebut, maka buruklah tubuhnya. Ketahuilah daging itu
adalah hati (qolb)
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk suatu fungsi
tertentu, sedangkan sakitnya anggota badan menyebabkan tidak berfungsinya anggota badan
tersebut atau terjadi ketidakstabilan. Hati secara dzahir memiliki fungsi tersendiri, namun tidak
ada bukti ilmiah yang menyangkal bahwa hati juga memiliki fungsi spiritual. Fungsi spiritual
hati adalah untuk mengenal Penciptanya, mencintai-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Ketika fungsi ini tidak berjalan, maka dapat dipastikan hati pun sedang dalam kondisi sakit.
Manifestasi penyakit hati yang bisa dilihat dapat berupa; takabur dan sombong (al-kibr wa alghurur), ingin dipuji (al-riya), hasad, berburuk sangka, pemarah, bakhil, dan cinta dunia
(kekuasaan, harta, jabatan, keluarga) melebihi cintanya kepada Allah.
ISLAM, HEALING, DAN CARING
Konsepsi Islam terhadap spiritualitas berbeda dengan konsepsi barat yang membedakan spiritual
dengan agama. Dalam pandangan Islam, aspek spiritual dan agama (ad-diin) tidak dapat
dipisahkan. Konsep ad-diin merupakan payung dari spiritualitas. Dalam konteks Islam, tidak ada
spiritualitas tanpa keyakinan, ajaran, dan amal agama. Agama merupakan sistem hidup (way of
life) yang memberikan jalan spiritual untuk keselamatan dunia dan akhirat (Rassool, 2000).
Seorang muslim tidak mungkin mencapai derajat spiritual yang tinggi tanpa menjalankan
agamanya secara benar. Menurut Kasule (2005), hal ini bisa dijelaskan melalui tiga dasar pokok
agama (usul ad-diin) yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Islam berarti penyerahan diri kepada Sang
Pencipta, merupakan tahap awal dan bersifat dzahir (bisa dilihat), selanjutnya tahap yang lebih
tinggi yaitu Iman yang merupakan sikap bathiniah/hati. Ihsan merupakan tingkat tertinggi dari
keyakinan seorang muslim yang merupakan perpaduan antara keyakinan dan amal perbuatan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
Ihsan itu adalah beribadahlah kamu kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu
tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Ia melihatmu
Menurut para ulama, ihsan inilah merupakan kondisi tertinggi dari keyakinan spiritual. Seorang
muhsin, haruslah ia beriman, seorang mumin haruslah dia Islam, tapi tidak semua muslim
beriman, apalagi sampai pada tahap ihsan.

Islam sebagai Diin yang komprehensif (syamil dan muttakamil) meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia termasuk juga sehat dan kesembuhan. Islam memberikan tuntunan
bagaimana mencapai kesembuhan yang hakiki ketika ditimpa sakit. Allah SWT berfirman:
dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (QS 26:80)
Sehat dan sakit bagi seorang muslim bisa dipandang sebagai ujian atau kifarat bagi dosa-dosa
yang telah dilakukan, dan semua yang terjadi tidak luput dari kehendak Allah SWT. Sehingga
dalam mencari kesembuhan pun harus dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT, karena
hakikat kesembuhan adalah dari Allah SWT. Dokter, perawat, petugas kesehatan, obat, dan
pihak lainnya hanyalah perantara (instrument) bagi kesembuhan dari Allah. Healing berbeda
dengan Cure atau Recovery. Cure dan recovery lebih menekankan pada penyebuhan dan
pemulihan fisik seseorang setelah mengalami sakit. Healing lebih mengacu pada proses
pemulihan fungsi kehidupan secara totalitas dan holistik dari individu setelah mengalami suatu
penyakit atau stress. Healing bukan hanya meliputi aspek fisik tapi juga aspek emosional, sosial,
kultural, dan spiritual. Sehingga dalam konsepsi Islam, healing ini bisa dipandang sebagai upaya
dakwah yang menyeru serta membimbing manusia kejalan Allah dengan hikmah (ilmu) dan
cara-cara yang baik, hingga manusia tersebut mengingkari dari thagut dan beriman kepada Allah
yang mengeluarkan dari kegelepan jahiliyah ke cahaya Islam. Oleh karenanya perawat ruhani
Islam, pada hakikatnya juga seorang dai yang yang membantu proses penyembuhan secara
totalitas baik pada tingkat individu maupun masyarakat.
Aspek caring yang menurut Watson diartikan sebagai kesadaran penuh perawat untuk
membangun hubungan professional perawat-klien yang terapetik yang meliputi unsur-unsur
trust, touch, presence, love, compassion, empathy, dan competence. Dalam konteks Islam,
membangun hubungan caring dengan klien harus didasarkan pada nas atau ayat yang
diturunkan Allah SWT. Dalam hal ini, berarti segala aktvitas pelayanan kepada klien didasarkan
pada niat yang ikhlas untuk semata-mata beribadah kepada Allah, bukan hanya hubungan
kontrak professional yang bersifat jasa atau komersial. Caring merupakan manifestasi fitrah
(wujud asli) dari refleksi terhadap kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya yang mengajarkan
menyayangi yang lemah, membesarkan hati yang sedang menderita sakit, serta menyelamatkan
kehidupan dan tidak berbuat kerusakan. Sehingga caring dalam pandangan Islam adalah
keinginan untuk bertanggungjawab, sensitif, sadar akan niat dan perbuatan untuk beristiqomah di
jalan yang benar untuk mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat (Rassool, 2000).
PERAWATAN SPIRITUAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Perawatan spiritual atau ruhani dalam pandangan para ulama Islam merupakan proses
berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia. Islam mengajarkan bagaimana manusia menjalani
kehidupan dari mulai menyiapkan generasi penerus yang masih berupa janin didalam kandungan,
kemudian lahir sebagai seorang bayi, menjadi anak, dan tumbuh menjadi dewasa, sampai
menjelang ajal tiba. Dengan melaksanakan ajaran Islam secara totalitas sesuai tuntunan Quran
dan Sunnah Rasul, maka manfaat yang diperoleh adalah diantaranya terpeliharanya kesehatan
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Mengingat manusia pada awalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tujuan perawatan
spiritual Islam adalah bagaimana mengembalikan manusia kedalam fitrahnya agar bisa mengenal
Tuhannya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun,
kerena kehidupan manusia tidaklah steril dari kotoran atau penyakit, maka metoda yang
dianjurkan para ulama dalam menjaga kefitrahan diri dalah dengan melakukan penyucian jiwa
(Tazkiyat an-nafs). Tazkiyah merupakan dasar untuk peningkatan dan pengembangan
keperibadian. Tazkiyah juga merupakan proses panjang, proaktif, perjuangan yang sulit dalam
mengembalikan kedudukan manusia kedalam kontrak semula antara mahluk dan Khalik (Allah).
Allah SWT berfirman:
..Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk
kebaikan dirinya sendiri, Dan kepada Allahlah tempat kembali (QS 35:18)
Memperbaiki, dan meneguhkan akidah, ibadah, menghindari hal-hal yang dilarang, senantiasa
mengingat kekuasaan Yang Maha Pencipta, dan mentafakuri segala ciptaan Allah, merupakan
jalan tazkiyah yang dapat meningkatkan kepribadian, berahkak kharimah, asertif, dan percaya
diri. Hidup ditengah-tengan lingkungan yang sarat dengan nilai kebenaran dan keshalihan sangat
diperlukan untuk memotivasi penyucian jiwa. Islam adalah agama amal, mencapai tazkiyah pun
melalui amal perbuatan yang nyata.
Dalam kondisi seseorang sedang ditimpa musibah berupa sakit, maka Islam memberikan
bimbingan bagaimana mensikapi sakit dengan senatiasa berhusnudzan kepada Allah, berserah
diri kepada Allah, mengingat Allah (dizkr), sabar, berdoa dan berupaya dengan jalan yang
diridhai Allah. Perawat yang sehari-hari merawat klien yang sakit sangat berperan dalam
memberikan bimbingan ruhani sesuai batas kemampuan atau berupaya memfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ruhiyah bagi pasien yang sedang sakit. Beberapa intervensi
yang bisa dikembangkan oleh perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan ruhiyah kliennya
adalah diantaranya dengan mengucapkan salam kepada klien, menunjukan sikap ramah, kasih
saying, perhatian, mendoakan klien, memberikan tausiah, meluangkan waktu untuk berdiskusi
dengan klien, memfasilitasi kegitan ibadah klien, menghadirkan petugas kerohanian,
memberikan bimbingan sakaratul maut, serta menata kondisi lingkungan yang kondusif untuk
terpenuhinya kebutuhan ruhiyah klien.
PENUTUP
Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan fitrah insani bagi semua orang, tidak hanya bagi
mereka yang beragama, namun juga pada mereka yang tidak secara resmi berafiliasi pada
aagama tertentu. Mengingat kebutuhan spiritual bersifat uniq dan intangible (abstrak), maka
sangat besar adanya perbedaan cara pandang bagi berbagai individu atau kelompok masyarakat.
Bagi klien muslim, kebutuhan spiritual hendaknya dipenuhi dalam konteks ajaran Islam yang
tidak memisahkan aspek agama dengan aspek spiritual. Dengan demikian, tidak semua
paradigma perawatan spiritual yang dikemukakan dalam literature bisa diterapkan kepada klien,
namun perlu untuk disesuaikan dengan latar belakang budaya, nilai-nilai, keyakinan, agama,
serta kondiri klien yang kita rawat. Bagi perawat muslim sendiri, nampaknya perlu menggali
lebih dalam bagaimana konsep perawatan spiritual yang islami serta penerapannya dalam asuhan
keperawatan. Wallahualam bishawab.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. (2004). Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta: CV Penerbit 3-Art
Elizabeth Johnson Taylor. (2002). Spiritual Care, Nursing Theory, Research, and Practice.
Prentice Hall: New Jersey
G. Golberg. (1998). Connection: an exploration of spirituality in nursing care. Journal of
Advanced Nursing; 27, 836-842
G. Hussein Rassool. (2000). The Crescent and Islam : Healing, Nursing and The Spiritual
Dimension. Some Considerations Toward An Understanding of The Islamic Perspectives On
Caring. Journal of Advanced Nursing; 32(6), 1476-1484
H. Isep Zainal Arifin. (2004). Terapi Rohani Islam Sebagai Alternatif Pengobatan. Makalah.
Tidak dipublikasikan
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (1994). Sistem Kedokteran Nabi, diterjemahkan oleh HS Agil Husin
Al Munawar dan Abd. Rahman Umar. Semarang: Dina Utama Semarang
B.Kozier, G. Erb, R. Oliveri. (1991). Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice.
California: Addison Wesley
M.B. Dombeck. (1995). Dream-telling: A maens of spiritual awareness. Holistic Nursing
Practice. 9(2), 37-47
M. Quraish Shihab. (1992). Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan
Muzammil H. Siddiqi. (2003). Spiritual Diseases : Remedy. Islam Dialogue. Available in
http://www.islamonline.net
Omar Hasan Kasule. (2005). Spiritual, Ruuh, Nafs, Qolb, and Care in Islamic Perspective.
Personal correspondence.
Said bin Muhammad Daib Hawwa. (2005). Intisari Ihya Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan
Jiwa, diterjemahkan oleh Aunur Rafiq Shaleh Tahmid. Jakarta: Robbani Press

Perawat dalam Pandangan Islam


Free Blog Content

Jumat, 17 Juni 2011


ASUHAN KEPERAWATAN ISLAMI

Allah berfirman :
Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah
yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan
RasulNya." (Q.S. At-Taubah : 71)
Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya." (Q.S. Al-Maa-idah : 2) .
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." ( Q.S. Al-Israa : 7)
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu (Q.S. Al-Qashash : 77)
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu (Q.S. Ali Imran :159)

Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari kiamat,
maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan kesulitannya (HR. Muslim).
Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa yang dusukai
untuk dirinya. (HR. Ahmad)
Ayat-ayat Quran dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan keperawatan Islami
yang diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah dengan riwayat-riwayat wanita-wanita
di zaman Rasulullah dalam melakukan perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep
Caring dalam keperawatan Islam, bukan hanya asuhan kemanusiaan dengan lemah lembut
berdasarkan standar dan etika profesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada Allah dengan
menjankan perintah-Nya melalui ayat-ayat Al quran dengan tujuan akhir mendapatkan ridho
Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Asuhan Keperawatan Islami yang dikembangkan oleh kelompok kerja Keperawatan Islam
adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat menjadi acuan
pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari masukan, proses dan
keluaran yang seluruhnya dapat digali dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Quran dan
Hadist.

Masukan (input)
Dalam asuhan keperawatan Islami, masukan adalah segala sumber-sumber yang mendukung
terjadinya proses asuhan keperawatan Islami.
1. Al-Quran dan Hadist, sebagai keyakinan manusia yang beriman.
2. Manusia, dalam
paradigma
keperawatan
di
jelaskan
sebagai hamba dan
sebagai khalifah, sebagai pemimpin dan mengatur bumi, memakmurkan bumi,
menyebarkan keadilan dan kemaslahatan. Klien sebagai mahluk yang berpotensi secara
aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang mempunyai fitrah apakah sebagai perawat
ataupun klien, sebagaimana Allah berfirman : Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.(Q.S. Ar Ruum : 30).
3. Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan pelayanan
kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan Islami.
4. Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan media dawah amar
maruf nahi munkar.

Proses Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islami


a. Ihsan dalam beribadah
Bagi perawat muslim, pemahaman dan pengamalan terhadap rukun iman dan Islam belumlah
cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna dalam pengamalan agamanya, jika belum
menerapkan rukun iman dan Islam tersebut didasari oleh perbuatan yang ikhsan.
Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun Islam sebagai bangunannya, maka
ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah bangunan yang utuh, atap berfungsi sebagai
pelindung bangunan dari panas dan hujan yang menjaga agar bangunan tersebut tetap lestari,
takl retak, dan berlumut karena panas dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah bahwa perbuatan
baik yang berkualitas akan melahirkan dampak berupa keuntungan-keuntungan kepada siapa
saja yang melakukannya termasuk bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan
bukan keuntungan yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual. Tuntunan ikhsan dalam
Al-Quran sebagai berikut :
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami tidak akan menyianyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal (bekerja) dengan ikhsan." [QS. Al Kahfi : 30]
Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya serta kebahagiaan
akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja diantara kamu yang
berbuat ihsan pahala yang besar." [QS. Al Ahzab : 29]
Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga." [QS. Ar Rohman : 60]
Ketika Jibril menyamar sebagai manusia :
Wahai Muhammad terangkanlah terangkanlah kepadaku tentang ikhsan! Jawab Rasul :
Mengabdilah kamu kepada Allah, seakan kamu melihat Dia, jika kamu tidak melihat Dia,
Sesungguhnya Dia melihat kamu." (HR. Imam Muslim)
Dampak perbuatan ikhsan dalam asuhan keperawatan akan melahirkan :
1. Niat yang Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada Allah semata,
sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan memberikan barier
(benteng) bagi pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam garis-garis yang ditetapkan
agama dan profesi.
2. Pekerjaan yang rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang tinggi karena
merasakan segala sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT.
3. Penyelesaian hasil yang baik, artinya setelah berbuat maksimal atas segala aktivitas,
maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan yang baik atau memiliki kualitas yang
tinggi. Sehingga ikhsan dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah menentukan
mutu pelayanan."
Dalam garis besarnya, ikhsan ditetapan dalam hubungan dengan :

1. Tuhan, sebagaimana dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang dapat diartikan suatu
pengakuan atau manifestasi tentang kesyukuran manusia atas nikmat yang telah
dilimpahkan Tuhan.
2. Sesama manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai lingkup yang luas, tidak
terbatas pada satu lingkungan, keturunan, ikatan keluarga, agama,suku, bangsa,
sehingga ihsan itu sifatnya humanistis dan universal, ukurannya hanya satu sebagai
ummat manusia.
3. Terhadap Mahluk lain selain manusia, termasuk pada hewan dan lingkungan harus
disayangi oleh manusia.
b. Perlakuan

perilaku

dalam

asuhan

keperawatan

Implementasi
asuhan
keperawatan
selanjutnya
adalah
bagaimana
penjabaran
konsep Caring yang mendasari keperawatan Islam Mummarid yang telah diberikan contoh
oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia ners-klien yang didasari keimanan
dan ihsan, seorang perawat muslim dalam memberikan asuhan keperawatan Islami tentu harus
berlandaskan pada keilmuannya, Islam mementingkan professionalisme berpengetahuan dan
keterampilan
seperti
Allah
jelaskan
:

Amat besar kebencian disisi Allah, kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak
melakukannya." [QS. Ash-Shaff : 3]
Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya." [QS. An-Nahl : 43]
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui tentangnya.
Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya." [QS. Al Israa : 36]
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang berilmu
beberapa derajad. [QS. Al-Mujadillah : 11]
Apabila suatu urusan diserahkan
kehancurannya." [HR Bukhari]

kepada

yang

bukan

ahlinya,

Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islam perawat


Professional, juga harus berakhlaqul karimah, sesuai tuntunan Rasulullah.

maka

harus

tunggulah

bersikap

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu. [QS. AlAhzab : 21]
Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya." [HR Thabrani]
Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim : tulus Ikhlas, ramah, dan
bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan tidak tergopoh-gopoh, sabar dan tidak lekas

marah, bersih lahir batin, cermat dan teliti, memegang teguh rahasia, memiliki disiplin dan etos
kerja yang tinggi. Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat mencapai tujuan dari asuhan
keperawatan yang diberikannya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja sendiri tetapi
memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain hal ini didasarkan pada konsep
manusia dalam paradigma keperawatan islam ia adalah sebagai An-Nas (mahluk sosial) dan
juga kerjasama dan kemitraan adalah perintah Allah (QS. Al-Maidah : 2), (QS Al Hujarat : 10).

c. Bimbingan/Tausiah
Manusia adalah mahluk mulia, dan dengan kemuliaannya harus berbuat yang mula pula. Salah
satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan mengapa manusia diciptakan, tidak lain adalah
mengabdi dan menyembah kepada Allah [QS. Adz Dzariat : 56], kemuliaan lain adalah
menegakkan agama Allah, perintah Allah dalam hal ini adalah seperti firmanNya:
Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada kebajikan dan mencegah
yang munkar. [QS. Ali Imran :104]
Katakanlah, ini jalanku, aku dan pengikutku dengan sadar mendakwahkan kamu menuju
Allah.. [QS. Yusuf :108]
Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku meskipun hanya satu ayat." (Hadist)
Banyak lagi ayat-ayat Quran yang menyeru kita untuk berda'wah, dalam konteks keperawatan
Islam maka perawat selain melakukan pekerjaan professionalnya juga sebagai Dai untuk dapat
mengajak manusia (klien) dan lingkungannya menuju jalan Allah sehingga nilai spiritual yang
terintegrasi dalam asuhan keperawatan akan dapat menyentuh fitrah manusia dan pada
akhirnya
mencapai
tujuan
hidup
baik
perawat
ataupun
klien.

Keluaran (Output)
Output yang daiharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami adalah kualitas
asuhan, refleksi dari kualitas bagi semua (perawat dan Klien) adalah kepuasan.
Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat menyentuh fitrah
manusia.
Fitrah
manusia
dalam
Al
quran
:

Sebagai mahluk Mulia


Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." [QS. At
Tiin : 4]

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, Kami angkat mereka di daratan
dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan." [QS Al Israa :
70]
Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah kemuliaannya, tidak ada satu
manusiapun yang mau diposisikan lebih rendah dari kemulian manusia, oleh karena itu
nilai humanisme yang diterima klien sangatlah berarti bagi pencapaian kesehatan yang
sempurna seperti dijelaskan sebelumnya.
Sebagai mahluk Pengabdi
Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku." [QS. Adz Dzariat :
56]
Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk menyerahkan seluruh hidup dan
matinya hanya untuk Allah, keluaran ini menjadi fokus dari asuhan keperawatan Islami
sehingga klien dapat beribadah dengan baik untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah.
Sebagai mahluk yang Hanif
Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus) terkadang tidak disadari
oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya, sejahat-jahatnya manusia pasti mempunyai
hanif sehingga fitrah ini harus dapat disentuh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, syukur
bila perawat dapat menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini. Ayat-ayat Allah
tentang hanif dapat disimak pada [QS. Ar Ruum : 30], [QS. An Aam :161], [QS. Al Baqarah
:135], [QS. Ali Imran : 65], [QS. An Nisaa : 125], [QS. Yunus : 105].
Sebagai mahluk yang merdeka
Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang memimpin, mengatur
dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak hanya itu Allah juga memberikan kebebasan
kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas berbuat
sesuai dengan keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah
menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi. Allah berfirman :
Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin
beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim di neraka. [QS. Al Kahfi : 29]
Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan memutuskan sesuatu tentang
diri manusia adalah manusia itu sendiri sehingga fitrah manusia disini adalah mempunyai
kemerdekaan. Aspek penting dalam keperawatan Islam untuk dapat menghargai potensi klien
untuk mencapai kebaikan dari dirinya sendiri, tetapi perawat juga dapat mengajak atau
memberikan bimbingan kepada klien apabila keputusannya itu adalah tidak sesuai dengan

ajaran Islam maka kemerdekaan menjadi orang yang beriman adalah menjadi sasaran asuhan
keperawatan Islami.
Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligus mahluk dengan nilai-nilai komunal
Allah berfirman :
Hai Manusia, bertaqwalah kepada Kami yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya memperkembang biakkan lakilaki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." [QS. An Nisaa : 1]
Dalam Ayat lain [QS. Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS. Yunus : 10] menunjukkan
bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang selalu individual sehingga ada batas-batas
yang tidak bisa diketahui orang lain, tidak membutuhkan orang lain, tetapi dilain waktu manusia
sebagai mahluk sosial pasti tergantung pada orang lain dan lingkungan dan minta peltolongan.
Asuhan keperawatan Islami harus dapat menyentuh fitrah ini pada saat yang tepat klien dalam
situasi ingin sendiri (individual) dan saat membutuhkan orang lain dan lingkungan sesuai
dengan tuntunan Alquran.
Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam ikhtiarnya untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah bila klien sembuh maka akan timbul
rasa Syukur (tasyakur), bila ada ketidak sempurnaan dalam kondisinya klien akan
merasa Ridho, dan apabila dalam upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan lebih
buruk maka ia tidak akan merasa kecewa dan marah tetapi sabar dan Tawaqal kepada Allah
berserah diri pada apapun keputusan Allah dengan tetap dalam iman.
Pada akhirnya outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk mencapai Ridho
Allah Mardhotillah baik itu bagi klien maupun perawat sebagai sasaran akhir dari hidup
manusia
dimuka
bumi
ini.

Wallahu a'lam...
Diposkan oleh Ridwansyah di 08.14 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Senyum Perawat sebagai Pengamalan Pancasila untuk Penyembuhan Pasien
Senyum Tulus Perawat Merupakan Pengamalan Pancasila

1. Makna senyuman
Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk dilakukan. Senyuman
mengandung samudera hikmah atau kemanfaatan yang luar biasa baik bagi pemberi maupun
penerimanya.
Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan senyuman sebagai sebuah kekuatan universal yang menarik
sekali. Disebutnya demikian, karena ia berpandangan bahwa senyuman akan menunjukkan hal yang
positif. Senyum yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan
memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan (feeling) yang mudah menular. Juga
menunjukkan keterbukaan dengan orang lain. Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident) akan hidup
dan yang terasa lainnya, apapun yang dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan
menyenangkan bagi orang lain.
Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya Penampilan Pribadi yang Simpatik, menyatakan
bahwa disamping senyum itu murah, tidak usah membeli dan persediannya luar biasa banyaknya,
senyum ternyata memiliki daya ajaib seperti senyum dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan
semangat yang terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi kenyataan.

Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang tulus yang mampu memotivasi pasien-pasien
yang ditanganinya. Selain itu senyuman merupakan modal utama bagi seorang perawat dalam
bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit atau lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap
pasiennya sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman dalam menjalani
pengobatan.

Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu factor yang menunjang dalam bisnis dibidang
pelayanan kesehatan. Zig Zaglar mengatakan bahwa bila kita cukup memberikan apa yang diinginkan
oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita inginkan. Memberikan apa yang
diinginkan orang lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun dan
bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa sangat dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini
tidak saja dengan terapi medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah tamah, penuh
kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang tidak dibuat-buat.

2. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan Pancasila


Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-pasien yang bersifat profesional
dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan
dapat memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan pasien untuk bertanggung jawab
terhadap kondisi kesehatannya.
Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam menangani pasiennya,
yaitu dapat mengambil dari pengamalan Pancasila. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butirbutir yang memuat seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang memiliki bangsa
dan negara yang telah merdeka.
Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat mengamalkan beberapa dari butir-butir pengamalan
Pancasila tersebut. Salah satu profesi yang menuntut agar berpedoman pada Pancasila dalam
menjalankan tugasnya yaitu seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau
mahasiswa keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan Pancasila sebagai upaya
dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan bekerja
untuk sosial, berkecimpung di bidang kesehatan masyarakat, serta bersosialisasi dengan masyarakat.
Perawat maupun mahasiswa keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat yang sedang
menjalani pengobatan (pasien).
Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya disebutkan mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia. Ini berhubungan dalam bidang keperawatan. Karena dalam keperawatan
seorang perawat harus memiliki sifat saling mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling
mencintai dapat menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan
masyarakat. Dalam butir pancasila sila kelima mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Jadi
seorang perawat harus dapat menerima keadaan setiap pasien yang ditanganinya baik itu dari golongan
bawah maupun golongan atas.
Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien

Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan kesehatan. Impian masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini
sangat bertentangan dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan telah menomorduakan pasien dan
yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya dari pelayanannya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA) adalah usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi manajemen
rumah sakit itu sendiri dan para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah
rumah sakit. Bagi rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit mampu untuk
bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep ini, apabila para perawat yang
merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit tersebut dalam pelayananannya menunjukkan sikap
tidak profesional dengan tidak tersenyum saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah
bersaing dengan rumah sakit lainnya.
Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten,
dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya. Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang
sangat besar bagi sebuah rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus
Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga mengungkapkan beberapa hal tentang
senyum. Diantaranya adalah:
Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang baik
Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa merugikan yang memberi
Senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah berakhir selamanya, artinya
senyum yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai kesan yang mendalam seolah tidak akan bisa
terlupakan.
Agar suatu rumah sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah, perlu adanya beberapa
langkah konkrit untuk mencapai QA dalam hospitality in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh
Purwodadi, S.H (2008), yaitu: Mulailah dengan Senyum.
Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam lubuk hati, bukan senyum
yang dibuat-buat.
Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin sepuluh faktor kuratif yaitu:
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu
memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
Memberikan kepercayaan harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan
yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan kesehatan.

Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan
perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada
orang lain.
Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan
memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat memberikan
waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat
menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri, menetapkan
kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu
mengenali pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien.
Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan
komperhensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke
tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa
klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran
yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam
tentang diri sendiri.
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat
tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui
penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum mamahami
orang lain.
Diposkan oleh Ridwansyah di 08.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
TOKOH DUNIA KEPERAWATAN DALAM SEJARAH ISLAM

Rufaidah binti Saad Perawat muslim yang terlupakan..


Setelah Rasulullah menyampaikan risallah Islam banyak tokoh2 islam di bidang ilmu pengetahuan lahir,
pada saat itu islam memegang peranan penting di semua bidang ilmu pengetahuan seperti Filsafat,
Astronomi, Matematika dan bahkan di bidang kesehatan, untuk bidang kesehatan mereka adalah : Ibnu
Qoyyim Al-Jauzy, Ibnu Sina ( Avicenna ), Abu bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), Imam al Ghazali, Abu
Raihan Muhammad Al-Biruni dan tak ketinggalan untuk dunia keperawatan seorang tokoh muslimah
yang ikut membantu rasul untuk mengobati
kaum muslimin yang terluka yang bernama RUFAIDAH BINTI SA AD Al- Asalmiya, Ummu Attiyah, dan
masih banyak lagi tokoh2 ilmu pengetahuan dan keperawatan lainnya baik di jaman rasul maupun
sesudah kerasulan.
Banyak perawat2 muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa ad, mereka lebih mengenal tokoh
keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang
berasal dari Inggris.Apabila kwn2 mo menelaah lebih jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam
menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karnakan
kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia
lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami
kemajuan terutama dlm duni keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran
Islam yang beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai2 kesehatan seperti: pentingnya menjaga
kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa,
berwudhu dan lain sebagainya.
Rufaidah binti Saad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Saad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di
Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali
menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat
membantu ayahnya. Dansaat kota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat kaum
muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan saat
perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat
perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW

pun memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam perang Khibar
mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka
yang terluka dan rasul pun mengijinkannya. Inilah dimulainya awal mula dunia medis dan dunia
keperawatan.
Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim, penderita
gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur danempati sehingga memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi
seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan ( human touch ) jadi seimbang.
Itulah sejarah singkat tokoh keperawatan dalam sejarah Islam dan saya akan menjelaskan sejarah
perkembangan dunia keperawatan dalam dunia Islam
1. Masa penyebaran Islam ( The Islamic Period ) 570 - 632 M. Pada masa ini keperawatan sejalan dengan
perang kaum muslimin / jihad ( holy wars ), pada masa ini lah Rufaidah binti Sa ad memberikan
kontribusinya kepada dunia keperawatan.
2. Masa setelah Nabi ( Post prophetic era ) 632 - 1000 M. Masa ini setelah nabi wafat, pada masa ini
lebih di dominasi oleh kedokteran dan mulai muncul tokoh2 Islam dalam dunia kedokteran seperti Ibnu
Sinna ( Avicenna ), Abu bakar ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), bahkan Ar-Razi sendiri menulis dua
karangang tentang The Reason why some persons and common people leave a physician even if he is
clever
3. Masa pertengahan 1000 - 1500 M. Pada masa ini negara2 arab membangun RS dengan baik dan
mengenalkan perawatan orang sakit, dan di RS tsb dimulai pemisahan antara kamar perawatan laki2
dan perempuan dan sampai sekarang banyak di ikuti semua RS di seluruh dunia.
4. Masa Modern ( 1500 - sekarang ). Pada masa inilah perawat2 asing dari dunia barat mulai
berkembang dan mulai ada. Tapi pada masa ini seorang perawat bidan muslimah pada tahun 1960 yang
bernama Lutfiyyah Al-Khateeb mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.
Jadi, demikianlah sekelumit dunia keperawatan dalam Islam dan saya ingin mengajak para pembaca
terutama para perawat bahwa ilmu pengetahuan sudah dimulai oleh islam terutama dunia kesehatan
dan keperawatan sudah ada di jaman rasul.
Diposkan oleh Ridwansyah di 00.17 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

2011 (3)
o Juni (3)
ASUHAN KEPERAWATAN ISLAMI
Senyum Perawat sebagai Pengamalan Pancasila untuk ...
TOKOH DUNIA KEPERAWATAN DALAM SEJARAH ISLAM ...

Mengenai Saya
Ridwansyah
Lihat profil lengkapku
Template Travel. Gambar template oleh simonox. Diberdayakan oleh Blogger.

Keperawatan Muslim
Berdzikir, berfikir dan beramal dengan Kesungguhan Yakin Usaha Sampai

Beranda
Keperawatan Lintas Budaya

Keperawatan Islam
2 12 2009

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani,
harta, dan keturunannya.
Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan
bahwa islam amat kaya tentang tuntunan kesehatan.

Kesehatan merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan, islam pun memberikan
penjelasan-penjelasan lewat Al-Quran maupun hadits yang berkaitan tentang pentingnya
kesehatan. Firman Allah berkaitan tentang menjaga kesehatan:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang memberikan pelayanan kesehatan. Berkaitan
dengan hal tersebut kami membuat sebuah makalah yang berjudul Paradigma Keperawatan
Dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana sejarah keperawatan Islam?


Apa pengertian keperawatan?
Apa pengertian Paradigma Keperawatan dalam Islam ?
Apa saja komponen-komponen Paradigma Keperawatan dalam Islam?
Apa saja prinsip-prinsip Islam dalam Kesehatan?
Apa peran Keperawatan Islam?

C. Tujuan Penulisan
Pada penulisan kami ini memberikan sebuah penjelasan tentang paradigma keperawatan dalam
islam agar kita sebagai seorang muslim dapat mengaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Selain itu penulisan ini kami buat untuk memenuhi tugas pengantar profesi keperawatan.
Demikianlah penulisan ini kami buat semoga bermanfaat bagi semuanya terkhusus bagi penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Keperawatan Islam
Untuk dunia keperawatan seorang tokoh muslimah yang ikut membantu rasul untuk mengobati
kaum muslimin yang terluka yang bernama Rufaidah Binti Sa Ad Al- Asalmiya, Ummu
Attiyah, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan keperawatan lainnya baik
dijaman rasul maupun sesudah kerasulan.
Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa ad, mereka lebih mengenal
tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh
keperawatan yang berasal dari Inggris. Apabila kita mau menelaah lebih jauh lagi ke belakang
jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa
kegelapan dan kebodohan di karenakan kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak
menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab di mana
Islam telah diajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami kemajuan terutama dalam
dunia keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang

beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai-nilai kesehatan seperti: pentingnya menjaga
kebersihan diri (Personal Hygiene), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah
puasa, berwudhu dan lain sebagainya.
Rufaidah binti Saad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Saad Al Bani Aslam Al-Khazraj
yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yatsrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan
yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari
ilmu keperawatan saat membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang Rufaidah
mengabdikan dirinya merawat kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid
Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi
sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit
lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW juga memerintahkan agar para
korban yang terluka di bantu olehnya.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam perang
Khibar mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk
merawat mereka yang terluka dan rasul pun mengijinkannya. Inilah dimulainya awal mula dunia
medis dan dunia keperawatan.
Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim,
penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur danempati sehingga
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi
kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi
kemanusiaan (human touch) jadi seimbang.
Itulah sejarah singkat tokoh keperawatan dalam sejarah Islam dan kami akan menjelaskan
sejarah perkembangan dunia keperawatan dalam dunia Islam dari masa ke masa.
1. Masa penyebaran Islam (The Islamic Period) 570 632 M. Pada masa ini keperawatan sejalan
dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), pada masa inilah Rufaidah binti Sa ad
memberikan kontribusinya kepada dunia keperawatan.
2. Masa setelah Nabi (Post prophetic era) 632 1000 M. Masa ini setelah nabi wafat, pada masa
ini lebih di dominasi oleh kedokteran dan mulai muncul tokoh-tokoh Islam dalam dunia
kedokteran seperti Ibnu Sinna (Avicenna), Abu Bakar ibnu Zakariya Ar-Razi (Ar-Razi), bahkan ArRazi sendiri menulis dua karangang tentang The Reason why some persons and common
people leave a physician even if he is clever.
3. Masa pertengahan 1000 1500 M. Pada masa ini Negara-negara arab membangun rumah sakit
dengan baik dan mengenalkan perawatan orang sakit, dan di rumah sakit tersebut dimulai
pemisahan antara kamar perawatan laki-laki dan perempuan dan sampai sekarang banyak
diikuti semua rumah sakit di seluruh dunia.
4. Masa Modern ( 1500 sekarang ). Pada masa inilah perawat-perawat asing dari dunia barat
mulai berkembang dan mulai ada. Tapi pada masa ini seorang perawat bidan muslimah pada
tahun 1960 yang bernama Lutfiyyah Al-Khateeb mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.

Jadi, demikianlah sekelumit dunia keperawatan dalam Islam dan kami ingin mengajak para
pembaca terutama para perawat bahwa ilmu pengetahuan sudah dimulai oleh islam terutama
dunia kesehatan dan keperawatan sudah ada di jaman rasul.

Profesi keperawatan merupakan ladang ibadah kita, manakala kita lakukan dengan penuh
kesungguhan serta penuh keihklasan. Oleh karenanya untuk dapat melaksanakan tugas profesi
yang bernilai ibadah tentunya perlu dilandasasi oleh kaidah-kaidah agama yang kita yakini
bersama.
B. Pengertian Keperawatan
Pengertian keperawatan menurut Abdellah, F.G. (1960) Nursing is based upon art and science
which would the attitudes, intellectual competencies and technical skills of the individual nurse
into the desire and ability to help people sick or well cope with their health needs, and may be
carried out under general of specific medical direction
Menurut keperawatan Indonesia Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup selurug proses kehidupan
manusia.
Menurut keislaman adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional
dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan
dan amal.
Pengertian menurut keislaman nantinya dapat kita kaitkan kepada komponen paradigma
keparawatan dalam Islam. Oleh karena itu perlu kita memahami pengertiannya paradigma
keperawatan dalam Islam
C. Pengertian dan Komponen-Komponen Paradigma Keperawatan Dalam Islam
Paradigma keperawatan dalam Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan
konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan sepenuhnya
prinsip dan ajaran Islam.
Oleh karena itu paradigma keperawatan dalam Islam memiliki empat komponen yang dilandasi
oleh prinsip dan ajaran islam Yaitu:
1. Manusia Dan Kemanusiaan.
Firman Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(QS. At-Tiin: 4)
Berdasarkan dalil diatas , maka manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik bentuknya
dan dimuliakan Allah, terdiri dari : Jasad, Ruh, dan Psikologis,

dimana makhluk lainnya yang ada dilangit dan dibumi ditundukan oleh Allah kepada manusia
kecuali Iblis.
Dalam Al-Quran manusia diistilahkan dengan sebutan : Al-Basyar dan An-Naas.
Al-Basyar mengambarkan manusia dalam bentuk fisik : diciptakan dari tanah , dapat dilihat,
memakan sesuatu, mendengar, berjalan dan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
An-Naas. Mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk social.
Sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)
Manusia memiliki tiga komponen antara lain:
a. Jasad (fisik )
Artinya: Dan tidaklah kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan
tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (QS. Al-Anbiyaa: 8 )
b. Ruh.
Artinya: Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. (QS. Shaad: 72)
c. Nafs (jiwa)
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. ArRad: 28)
2. Lingkungan

Lingkungan Internal:

Lingkungan yang berada dalam diri manusia, meliputi:


Genetik, struktur dan tubuh, psikologis dan internal spiritual.

Lingkungan Eksternal:

Lingkungan sekitas yang berada diluar diri manusia yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kesehatan maupun perawatan, meliputi:
Lingkungan fisik, biologis, social, cultural dan spiritual
3. Sehat dan Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera , penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek jasmani,
rohani dan social.
Dilandasi oleh Firman Allah SWT:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. ArRad: 28)
Serta Hadist Tarmudzy dan Ibnu Majah Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya dan
punyamakanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugrahkan kepadanya
Upaya kesehatan adalah sebagai berikut:

Promotif

Firman Allah SWT:


Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195)

Prefentif

Firman Allah SWT:


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. ( QS. At-Tahrim : 6)

Kuratif

Firman Allah SWT:


Artinya: Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku, (QS. Asy-Syuara: 80)

Rehabilitatif.

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Radu: 11)
4. Keperawatan.
Adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional dan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.
D. Prinsip-prinsip Islam dalam Kesehatan
Dalam ilmu kesehatan islam pun mengajarkan beberapa prinsip tentang kesehatan. Prinsipprinsip ini adalah sebagai berikut:
1. Agama Islam bertujuan memelihara agama, jiwa, akal, kesehatan dan harta benda umat
manusia
2. Anggota badan dan jiwa manusia merupakan milik Allah
3. Justice
4. Mengutamakan peluang hidup yang lebih tinggi

E. Peran Keperawatan Islam


Sebagai seorang perawat islam perlu adanya peran terhadap ilmu keperawat tersebut. Peran yang
dapat kita lakukan antara lain:
Mengintegrasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan
Islam mengajarkan kita beberapa aspek nilai-nilai yang dapat menjadikan manusia itu terlihat
baik disisi Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai keislaman perlu di integrasikan terhadap ilmu
keperawatan yang berkembang pada saat ini. Adanya pengintegrasian ini dimaksudkan akan
terciptanya seorang perawat yang bercirikan agama Islam.
Mengaplikasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan
Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi dari pada nilai-nilai tersebut untuk
diaplikasikan terhadap praktik keperawatan.
Misalnya ketika seorang perawat mendapati pasien yang beragama islam, dan pasien tersebut
memiliki penyakit yang apabila terkena air maka penyakit tersebut bertambah. Maka seorang
perawat tersebut perlu untuk mengajarkan bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak
bertambah sakitnya, namun tidak pula meninggalkan ibadahnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya sebagai profesi tetapi sebagai
bentuk syiar islam, yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman serta mengaplikasikannya dalam
praktik keperawatan.
Oleh karena itu empat komponen dari paradigma keperawatan dalam Islam perlu untuk lebih
dicermati sehingga terciptanya seorang perawat professional yang Islami.
B. Penutup
Demikianlah penulisan kami ini semoga penulisan kami kali ini bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis. Dan kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan pada penulisan kami kali
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2005. AL-Quran dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media
Cipta
Shihab, M. Quraish. 1998. Wawasan Al-Quran Tafsir MaudhuI atas Barbagai Persoalan
Umat, Bandung: Penerbit Mizan
Rate this:

3 Votes
Like this:

Deoksihemoglobin dan oksihemoglobin Civic Education Resume

Tindakan

Komentar RSS
Lacak balik

Information

Tanggal : 2 Desember 2009


Kategori : Keperawatan

Tinggalkan Balasan

Cari

Tautan

1356
o

Jurnal-Jurnal Kesehatan dan Pendidikan


o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Shout mix
Asuhan Keperawatan Lengkap
Belajar Online
Critical Care Nurse
E-Book Medikal Bedah
FKMA blog
Joanna Briggs Institue
Jurnal Islam
Jurnal Keperawatan "Ansell"
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA
Jurnal Keperawatan UNPAD
MAteri Belajar Kimia
Medical Journal
Medikal Bedah

Update Informasi
o
o
o

AJN: American Journal of Nursing


Al-Asas 08
Assyaukanie.com

o
o
o
o
o

E-book kedokteran
iklan Perklik
info keperawatan transculture
Info Pemanasan Global

o
o
o
o
o
o

Journal of Advanced Nursing


Nursing Center Journal Articles
Resensi buku
The Online Journal of Issues in Nursing
WordPress.com
WordPress.org

Blog pada WordPress.com. Tema: Freshy oleh Jide.

Ikuti
Follow Keperawatan Muslim

Get every new post delivered to your Inbox.


Powered by WordPress.com

Butterfly on the sky

Senin, 11 Juni 2012


PERAWAT MODEREN DAN ISLAM

MAKALAH TAFSIR HADITS

KEPERAWATAN MODERN DAN ISLAM BESERTA


TOKOHNYA
(SUATU TINJAUAN HISTORIS FILOSOFIS)

OLEH :
NAMA

: SUMARTINI
NIM

KELAS

: 70300110121

: KEPERAWATAN C2

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2012

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb.


Al-Hamdulillahirabbil Alamin, Segala puja dan puji syukur senantiasa kami kembalikan kepada
Allah SWT, berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya, meskipun belum sempurna seperti yang diharapkan. Dan tak lupa selawat dan
salam teruntuk kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Selaku penulis, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.
Adapun keberadaan isi dalam makalah ini bukanlah hal yang begitu istimewa, namun upaya keras
telah kami lakukan demi kesempurnaan makalah ini. Terlepas dari permasalahan bahwa keberadaan
makalah ini merupakan tugas yang harus kami selesaikan, kami tetap berharap semoga isi makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan siapapun yang membutuhkannya.
Karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan dalam rangka
perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya kepada Allah jualah kami mengembalikan
segalanya dan semoga makalah ini dapat bernilai ibadah di sisi-Nya.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, JUNI 2012


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta,
dan keturunannya.
Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan
bahwa islam amat kaya tentang tuntunan kesehatan.
Kesehatan merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan, islam pun memberikan penjelasanpenjelasan lewat Al-Quran maupun hadits yang berkaitan tentang pentingnya kesehatan. Firman Allah
berkaitan tentang menjaga kesehatan:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)
Kita sebagai umat Islam terkadang tidak menegetahui apa fungsi Islam dalam bidang kesehatan, kita
hanya berfikir Islam adalah agama. Sebenarnya banyak sekali yang kita belum ketahui tentang Islam.

Islam merupakan salah satu agama yang membahas seluruh aspek kehidupan misalnya dalam hal
penyakit.
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna
menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk
bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar
setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa
dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan secara
sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di
bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak
kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab almaridh wa al-thib). Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan
keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin Maryam
dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah sebagai penyembuh
penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan
adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak
diketahuinya.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama
yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. Ada pula
yang mengenal sebagai Rufaidah binti Sa'ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan
publikasi menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi
Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim.
Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan modern. Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence
Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan
modern yang mengadopsi litelature barat. Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus
1910) adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The Lamp dalam bahasa

Inggris yang berarti "Sang Wanita dengan Lampu". Nama depannya, Florence merujuk kepada kota
kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian keperawatan ?
2. Apakah pengertian dan komponen-komponen paradigma keperawatan dalam islam ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip islam dan kesehatan ?
4. Bagaimana peran keperawatan islam ?
5. Bagaimana perawat sebagai profesi ?
6. Apa tujuan adanya perawat ?
7. Apa kemuliaan profesi perawat ?
8. Bagaimana perawatan spiritual dalam persfektif islam ?
9. Bagaimana pendekatan holistic dalam asuhan keperawatan ?
10. Bagaimana sejarah profesi keperawatan ?
11. Bagaimana sejarah perkembangan keprawatan dalam islam ?
12. Bagaimana sejarah dan perkembangan keperawatan di dunia ?
13. Bagaimana keperawatan, islam, masa kini dan mendatang ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keperawatan
Pengertian keperawatan menurut Abdellah, F.G. (1960) Nursing is based upon art and science
which would the attitudes, intellectual competencies and technical skills of the individual nurse into the
desire and ability to help people sick or well cope with their health needs, and may be carried out under
general of specific medical direction
Menurut keperawatan Indonesia Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu keluarga
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Menurut keislaman adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional
dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan
amal.
Pengertian menurut keislaman nantinya dapat kita kaitkan kepada komponen paradigma keparawatan
dalam Islam. Oleh karena itu perlu kita memahami pengertiannya paradigma keperawatan dalam Islam
B. Pengertian dan Komponen-Komponen Paradigma Keperawatan Dalam Islam

Paradigma keperawatan dalam Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan
konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan sepenuhnya prinsip
dan ajaran Islam.
Oleh karena itu paradigma keperawatan dalam Islam memiliki empat komponen yang dilandasi oleh
prinsip dan ajaran islam Yaitu:
1. Manusia Dan Kemanusiaan.
Firman Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. AtTiin: 4)
Berdasarkan dalil diatas, maka manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik bentuknya dan
dimuliakan Allah, terdiri dari: Jasad, Ruh, dan Psikologis, dimana makhluk lainnya yang ada dilangit dan
dibumi ditundukan oleh Allah kepada manusia kecuali Iblis.
Dalam Al-Quran manusia diistilahkan dengan sebutan : Al-Basyar dan An-Naas.
Al-Basyar mengambarkan manusia dalam bentuk fisik : diciptakan dari tanah , dapat dilihat, memakan
sesuatu, mendengar, berjalan dan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
An-Naas. Mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk social.
Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)
Manusia memiliki tiga komponen antara lain:
a. Jasad (fisik )

Artinya:Dan tidaklah kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu
orang-orang yang kekal. (QS. Al-Anbiyaa: 8)
b. Ruh
Artinya:Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; Maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. (QS. Shaad: 72)
c. Nafs (jiwa)
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Rad: 28)
2. Lingkungan

Lingkungan Internal:
Lingkungan yang berada dalam diri manusia, meliputi:
Genetik, struktur tubuh, psikologis dan internal spiritual.

Lingkungan Eksternal:
Lingkungan sekitar yang berada diluar diri manusia yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kesehatan maupun perawatan, meliputi:
Lingkungan fisik, biologis, social, cultural dan spiritual

3. Sehat dan Kesehatan


Sehat adalah suatu keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek jasmani, rohani
dan social.
Dilandasi oleh Firman Allah SWT:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Ar-Rad: 28)

Serta Hadist Tarmudzy dan Ibnu Majah Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya dan
punyamakanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugrahkan kepadanya
Upaya kesehatan adalah sebagai berikut:

Promotif
Firman Allah SWT:

Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195)

Prefentif
Firman Allah SWT:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. At-Tahrim: 6)

Kuratif
Firman Allah SWT:

Artinya: Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku, (QS. Asy-Syuara: 80)

Rehabilitatif
Firman Allah SWT:

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Radu: 11)
4. Keperawatan.
Adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional dan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.

C. Prinsip-prinsip Islam dalam Kesehatan


Dalam ilmu kesehatan islam pun mengajarkan beberapa prinsip tentang kesehatan. Prinsip-prinsip ini
adalah sebagai berikut:
1. Agama Islam bertujuan memelihara agama, jiwa, akal, kesehatan dan harta benda umat
manusia
2. Anggota badan dan jiwa manusia merupakan milik Allah
3. Justice
4. Mengutamakan peluang hidup yang lebih tinggi
D. Peran Keperawatan Islam
Sebagai seorang perawat islam perlu adanya peran terhadap ilmu keperawatan tersebut. Peran yang
dapat kita lakukan antara lain:
Mengintegrasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan
Islam mengajarkan kita beberapa aspek nilai-nilai yang dapat menjadikan manusia itu terlihat baik disisi
Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai keislaman perlu di integrasikan terhadap ilmu keperawatan yang
berkembang pada saat ini. Adanya pengintegrasian ini dimaksudkan akan terciptanya seorang perawat
yang bercirikan agama Islam.
Mengaplikasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan
Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi dari pada nilai-nilai tersebut untuk
diaplikasikan terhadap praktik keperawatan.
Misalnya ketika seorang perawat mendapati pasien yang beragama islam, dan pasien tersebut memiliki
penyakit yang apabila terkena air maka penyakit tersebut bertambah. Maka seorang perawat tersebut
perlu untuk mengajarkan bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak bertambah sakitnya, namun
tidak pula meninggalkan ibadahnya.
E. Perawat Sebagai Profesi
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna
menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk
bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar

setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
"Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu" (QS alBaqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan yang
sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya.
Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat
berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah
memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga
untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim).
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman.
Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang
kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak
mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau
kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain
bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan, dengan
selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan,
seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri
dan orang lain.
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko
perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan
perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan,
sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah
penyakit dan peperangan.

Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih
besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena
faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang
semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi peringatan
antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu
tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
F. Adanya Perawat
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa
dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan secara
sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern.
Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan sebagai pelayanan yang diterima
seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan
kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504).
Menurut Benjamin Lumenta (l989: l5)
* Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang sama, yang dilakukan oleh pranata sosial atau pranata politik
terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya. Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan
makrososial yang berlaku antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau
komunitas tertentu.
* Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit,
semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar
hubungan individual antara para ahli pelayanana medis dengan individu yang membutuhkannya.
Pelayanan medis ini merupakan kegiatan mikrososial yang berlaku antara orang perorangan (Lumenta,
l989: l5). Al Purwa Hadiwardoyo (l989: l6) menambahkan, pelayanan medis mengandung semangat
pelayanan dan usaha maksimal dengan mengutamakan kepentingan pasien dan mengandung nilai ethos
yang tidak egoistis dan materialistis.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau institusi kesehatan
dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan pelayanan medis lebih bersifat

hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat
dengan pengguna, pasien atau orang yang membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih
menekankankan

kepada

ethos

kerja

profesional

dan

tidak

materialistis.

Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga sama, yakni
mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan
dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi kebutuhan individu atau
masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua
penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan
medis normatif. Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan
partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan
pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan
institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para profesional di
bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan berhasil, bahkan akan
kontraproduktif.

Di tengah tingginya tuntutan kepada profesionalisme kerja sekarang serta daya kritis masyarakat yang
juga meningkat, setiap pekerjaan harus dijalankan secara profesional. Terlebih pekerja di bidang
kesehatan dan medis, sebab pekerjaan ini sangat berisiko dan berkaitan dengan hidup matinya manusia,
yang dalam sumpah dunia kedokteran, harus dilindungi dan diselamatkan sejak calon manusia itu masih
berada di dalam perut ibunya.
G. Mulianya Profesi Perawat
Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout (l973: l24), banyak sekali
petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi keperawatan. Perintah
untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit
menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik secara
tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia.
Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain
adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di
bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak

kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab almaridh wa al-thib). Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan
keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin Maryam
dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah sebagai penyembuh
penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan
adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak
diketahuinya.
Allah berfirman:
Iqra wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam yalam (Bacalah dan
Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia
mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya. (QS al-Alaq: 3-5).
Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme dan
anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen,
penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan
kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhlukNya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama kepada
masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan
kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa
melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara
untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi.
Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap warga negaranya.
Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan,
dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan pelayanan
harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas
dengan kesejahteraan dan kesenangan yang pantas. Status istimewa harus diberikan kepada pasien
selama ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat
perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan
pribadinya. Karena itulah dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya
mereka sudah bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya,

melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk
menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja yang menolong
saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah menentukannya, namun
manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi penyakitnya dengan bantuan dokter dan
perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan
usaha maksimal dan memberi semangat hidup para pasien bersangkutan.

H. Perawatan Spiritual Dalam Perspektif Islam


Perawatan spiritual atau ruhani dalam pandangan para ulama Islam merupakan proses
berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia. Islam mengajarkan bagaimana manusia menjalani
kehidupan dari mulai menyiapkan generasi penerus yang masih berupa janin didalam kandungan,
kemudian lahir sebagai seorang bayi, menjadi anak, dan tumbuh menjadi dewasa, sampai menjelang ajal
tiba. Dengan melaksanakan ajaran Islam secara totalitas sesuai tuntunan Quran dan Sunnah Rasul,
maka manfaat yang diperoleh adalah diantaranya terpeliharanya kesehatan baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual.
Mengingat manusia pada awalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tujuan perawatan spiritual
Islam adalah bagaimana mengembalikan manusia kedalam fitrahnya agar bisa mengenal Tuhannya,
melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun, kerena kehidupan
manusia tidaklah steril dari kotoran atau penyakit, maka metoda yang dianjurkan para ulama dalam
menjaga kefitrahan diri dalah dengan melakukan penyucian jiwa (Tazkiyat an-nafs). Tazkiyah merupakan
dasar untuk peningkatan dan pengembangan keperibadian. Tazkiyah juga merupakan proses panjang,
proaktif, perjuangan yang sulit dalam mengembalikan kedudukan manusia kedalam kontrak semula
antara mahluk dan Khalik (Allah). Allah SWT berfirman: ..Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya,
sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri, Dan kepada Allahlah tempat kembali
(QS 35:18).
Memperbaiki, dan meneguhkan akidah, ibadah, menghindari hal-hal yang dilarang, senantiasa
mengingat kekuasaan Yang Maha Pencipta, dan mentafakuri segala ciptaan Allah, merupakan jalan

tazkiyah yang dapat meningkatkan kepribadian, berahkak kharimah, asertif, dan percaya diri. Hidup
ditengah-tengan lingkungan yang sarat dengan nilai kebenaran dan keshalihan sangat diperlukan untuk
memotivasi penyucian jiwa. Islam adalah agama amal, mencapai tazkiyah pun melalui amal perbuatan
yang nyata.
Dalam kondisi seseorang sedang ditimpa musibah berupa sakit, maka Islam memberikan bimbingan
bagaimana mensikapi sakit dengan senatiasa berhusnudzan kepada Allah, berserah diri kepada Allah,
mengingat Allah (dizkr), sabar, berdoa dan berupaya dengan jalan yang diridhai Allah. Perawat yang
sehari-hari merawat klien yang sakit sangat berperan dalam memberikan bimbingan ruhani sesuai batas
kemampuan atau berupaya memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ruhiyah bagi pasien yang
sedang sakit. Beberapa intervensi yang bisa dikembangkan oleh perawat dalam membantu memenuhi
kebutuhan ruhiyah kliennya adalah diantaranya dengan mengucapkan salam kepada klien, menunjukan
sikap ramah, kasih saying, perhatian, mendoakan klien, memberikan tausiah, meluangkan waktu untuk
berdiskusi dengan klien, memfasilitasi kegitan ibadah klien, menghadirkan petugas kerohanian,
memberikan bimbingan sakaratul maut, serta menata kondisi lingkungan yang kondusif untuk
terpenuhinya kebutuhan ruhiyah klien.
I. Pendekatan Holistik Dalam Asuhan Keperawatan
Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi
fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh,
apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan
kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling
mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan
tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap
stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan.
Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam
menghadapi perubahan kabutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus
dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi
yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali
masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik bio, psiko maupun
sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan

konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas kepada klien.
Bicara tentang konsep holistic dari dulu perawat telah lama mengenal. Dalam literatur keperawatan
dikatakan perawat memandang manusia sebagai makhluk yang utuh bio,psiko, sosio, spiritual. Karena
konsep

yang

dibahas

cukup

luas

teman

saya

ada

yang

memplesetkan

sebagai

ipolesosbudhankamratanya perawat. Saking luasnya jangkauan yang harus dijangkau oleh perawat
bahkan ada yang bersikap skeptis.
J. Sejarah Profesi Keperawatan
Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar teoritis, melainkan
sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa awal perkembangan Islam
dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia
berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan
merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa
dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai
Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama,
maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai Nightingale dalam Islam.
Rufaidah binti Sa'ad (Ruafaidah Al-Asalmiya)
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing
Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang
diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat
profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama
Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati.
Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan
digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih
dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata,
namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social
worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.

Rufaidah binti Sa'ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di
Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di
Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu
ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang
sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud, Khandaq
dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan
mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri
memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al
Khandaq, Sa'ad bin Ma'adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah
hingga stabil/homeostatis (Omar Hassan, 1998).
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar
mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat
mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan
merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat
dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim,
atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah
digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal
yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch)
mesti seimbang.
Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia
Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi
pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health
education).
Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara,
Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal
sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan
Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi
perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al

Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al
Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.
Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka'ab bin Maziniyat, dia adalah ibu dari
Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang
keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan, dan andil dalam
perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12
kali, tangannya terputus dan dia meninggal dengan luka-lukanya. Dia terlibat dalam perang Uhud,
merawat korban yang luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan pedang
membela Nabi.
Florence Nightingale
Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan modern.
Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh
keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi
litelature barat. Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 13 Agustus 1910) adalah pelopor
perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti
Sang Wanita dengan Lampu. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze
dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Florence dilahirkan dalam keluarga berada dan tumbuh sebagai wanita yang menawan dan periang yang
mempunyai masa depan yang cerah. Bagaimanapun penderitaan yang dilihatnya semasa peperangan di
semenanjung Krim di Rusia tahun 1858, menyebabkan hati Florence Nightingale tersentuh melihat
penderitaan tentara yang luka dan dibiarkan saja dalam rumah sakit yang kotor. Florence Nightingale
dikenal sebagai perawat dan teoris pertama yang memiliki body of knowledge keperawatan. Nigtingale
menekankan fokus intervensi keperawatan adalah membuat lingkungan yang kondusif bagi manusia
untuk hidup sehat. Sebagian besar dari pemikiran Nightingale masih relevan dengan pendidikan
keperawatan di Indonesia pada masa sekarang maupun yang akan datang. (A.Yani, 2004)
Tentu saja perkembangan keperawatan di masa Rufaidah binti Saad (thn 570 632 SM ), dengan
perkembangan keperawatan era Florence Nightingale, dan perkembangan keperawatan era tahun 2000
akan tetap berbeda seiring dengan tuntutan pelayanan kesehatan. Kedua tokoh keperawatan tersebut

muncul di masa-masa peperangan, sedangkan saat ini keperawatan bergerak maju dalam suasana
damai, namun dengan kompleksitas tuntutan asuhan keperawatan dan beragam penyakit infeksi dan
penyakit degeneratif (double burden disease).
K. Sejarah Perkembangan Islam dalam Keperawatan
Masa sejarah perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat dipisahkan dalam konteks
perkembangan keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negara-negara di timur tengah umumnya.
Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan keperawatan di masa Islam dan di Arab
Saudi khususnya.
1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 632 M)
Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit
ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy
wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih
menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih
dominan. Hanya sedikit sekali lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang
perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti
Sa'ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994).
2. Masa Setelah Nabi/Post Prophetic Era (632 1000 M)
Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994).
Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai
seorang pendidik dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis
dua karangan tentang "The Reason Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even
if He Is Clever" dan "A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not
Within the Realm of Possibility." Di masa ini ada perawat diberi nama "Al Asiyah" dari kata Aasa yang
berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3. Masa Late to Middle Ages (1000 1500 M)
Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit.
Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini
hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita

merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy,
2004).
4. Masa Modern (1500 sekarang) Early Leaders in Nursings Development
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia,
India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang
keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris
Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi
King

Saud.

(Amreding,

2003).

Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan
Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di
tahun

1960

dia

membangun

Institusi

Keperawatan

di

Arab

Saudi.

Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah, sebenarnya telah dibangun di masa
Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak
tahun 1950 dengan dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab Saudi,
keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job training).

L. Sejarah & Perkembangan Keperawatan Di Dunia


Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai pada munculnya
Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban
manusia.
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan
pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc).
Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu
tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal

dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan
alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai
tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai
berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah
sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk
Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan lakilaki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat
penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah
Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan
perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas
dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene
dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti
pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari
Arab adalah Rufaidah.

5. Permulaan abad XVI


Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang,
eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat
ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai
dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi
kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak
positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak
tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti
suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K.
b.

Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang
sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :

1. Hotel Dieu di Lion


Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan
perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
2. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan
pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve
Bouquet.
3. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya
banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata
asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih
prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama The
Lady of the Lamp.

6. Perkembangan keperawatan di Inggris


Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan
besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat
modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :
a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d. Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan berlanjut bagi perawat.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai
pada masa kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat
penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat
berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga
orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan
tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan
Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan
Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk
kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat.
Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain :
- pencacaran umum
- cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
- kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun
1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu
RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 1942 berdiri rumah sakit rumah sakit hampir
bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS
Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di
Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik,
pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul
wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan.
Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP. Pendidikan
keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta
untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai
bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan
momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK
UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.

M. Keperawatan, Islam, Masa Kini Dan Mendatang

Dr. H Afif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Bandung 31/8/2004
mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak
akan bisa terbebas dari sakit. "Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan
perintah-perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang tidak
menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi
positif," jelasnya.
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi
menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan
hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya,
tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya.
Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya
semakin

saleh

yang

bisa

mendatangkan

"manjurnya"

doa.

Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran
dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik",
semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi
memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada
gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis
berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari
agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang
beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah
keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut
pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan
keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam
tercermin dalam budaya mereka.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat
berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit,
perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan
menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio,
spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya sebagai profesi tetapi sebagai bentuk
syiar islam, yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman serta mengaplikasikannya dalam praktik
keperawatan.

Keperawatan adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa
dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan secara
sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama
yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin.
Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan modern. Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence
Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan
modern yang mengadopsi litelature barat. Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus
1910) adalah pelopor perawat modern.

B. SARAN
Semoga makalah dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh umat manusia, khususnya mahasiswamahasiswi keperawatan.
Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi apabila manusia sudah menjadi
pemimpin terkadang mereka lupa dengan masyarakat yang dia pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam
bidang keperawatan atau kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien jangan membedabedakan, apakah sia kaya atau miskin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Agama RI. 2005. AL-Quran dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media Cipta
2. Shihab, M. Quraish. 1998. Wawasan Al-Quran Tafsir MaudhuI atas Barbagai Persoalan Umat,
Bandung: Penerbit Mizan
3. Nurdiansyah. 2009. Keperawatan Islam. http://nurdiansyah89.wordpress.com/category/keperawatan/
Last update
4. Cep maftuh. 2010. Profesi perawat dalam persfektif islam. http://cepmaftuh.blogspot.com/. Last update
14 Mei 2012 pukul 13.45
5. Joe, Suparto. 2009. Sejarah dan perkembangan keperawatan di dunia.
http: //perawattegal.wordpress.com/2009/09/09/sejarah-perkembangan-keperawatan-didunia/sejaah/. Last update 11 Juni 2012 pukul 20.26
6. Besti. 2007. Menelusuri Jejak Dunia Keperawatan dalam Sejarah Islam (Mengenal lebih dekat : Rufaidah
binti Sa'ad)
http://bestifyna04.multiply.com/journal/item/23?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Last
update 14 Mei 2012
7. Anesia Ayu Kusuma Pratiwi . 2010. Sejarah & Perkembangan Keperawatan di Dunia.
http://amelia.student.umm.ac.id. Last update 14 Mei 2012

Diposkan oleh Sumartini wahab di 06.54


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reaksi:

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

My Profil

Sumartini wahab
Perubahan membutuhkan tindakan, tanpa usaha cita-cita takkan tercapai so jgn pernah berhenti
belajar, berusaha, berdoa n bermimpi.
Lihat profil lengkapku

Star
Translator
Gadgets
powered by
Google

My @rsip

Juni (7)
Mei (8)
April (1)
Template Picture Window. Gambar template oleh konradlew. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai