Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan

Agama Islam
“Keterkaitan Antara Religion
Dalam Konteks Spiritual Care”
Disusun Oleh :
Adinda Salma
Dina Ambarwati
01 Maelani 02 ( SKA1202215 )
( SKA12022001 )

Rahmatika
Sindy Oktavia
Candra
03 Santriani 04 Maharani
( SKA12022028 ) ( SKA12022036 )

Kelompok 3 (Tiga)
Pengertian Spiritualisme dalam islam
Pengertian Spiritualisme dalam islam Secara etimologi kata "sprit" berasal dari kata Latin "spiritus", yang
diantaranya berarti "roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup." Dalam
perkembangan selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi.
1) Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan
seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek
kehidupan seseorang. Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman
hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Para filosuf, mengonotasian spirit dengan kekuatan yang
menganimasi dan memberi energi pada cosmos.
2) Kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi.
3) Makhluk immaterial
4) Wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian)
Spiritualisme di dalam agama adalah kepercayaan, atau praktek praktek yang berdasarkan kepercayaan
bahwa jiwa-jiwa yang berangkat (saat meninggal) tetap bisa mengadakan hubungan dengan jasad. Hubungan ini
umumnya dilaksanakan melalui seorang medium yang masih hidup. Ada keterlibatan emosional! yang kuat, baik
pada penolakan maupun penerimaan terhadap spiritualisme ini yang membuat sulitnya suatu uraian imparsial
dipakai untuk membuktikannya.
Tujuan Spritualisme Dalam Islam
Tujuan Spiritualisme dalam islam Tujuan utama spiritualisme antara manusia dan Tuhan yaitu:
a) peningkatan kualitas iman dan taqwa.
b) peningkatan kualitas ibadah.
c) peningkatan kualitas akhlak.
d) tercapainya perdamaian hakiki.
e) keselamatan dunia akhirat

Makna Spiritualisme Dalam Islam


SPIRITUALISME merupakan bentuk karakteristik sistem pemikiran yang meyakini eksistensi realitas immaterial
yang tidak dapat diserap oleh indera. Di Prancis, gerakan ini dirintis oleh Victor Cousin bersama Royer Collard, reaksi
melawan positivisme Auguste Comte abad ke-19. Di Amerika Serikat, spiritualisme bermula di tahun 1848, mengacu
pada gerakan yang menaruh minat terhadap hubungan dengan roh-roh orang mati. Di Italia, spiritualisme mengacu
pada gerakan abad ke-20, yang dikenal sebagai spiritualitas Kristen, yang berawal dari Gentile maupun
eksistensialisme religious.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk spiritual karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan
pertanyaan "mendasar" atau "pokok". SPIRITUAL juga mengandung makna rohaniah atau sesuatu yang
berkenaan dengan rohani atau batin.
Fungsi Spiritualisme Dalam Islam
Dalam sejarah islam terdapat khazanah spiritualisme yang sangat berharga, yakni sufisme, ia berkembang
mengikuti dialektika jaman sejak muhammad saw diutus sampai sekarang pada zaman islam klasik, tasawuf
merupakan kepentingan individual. Pada zaman pertengahan, ia berubah menjadi tarekat. Spiritualisme pada
generasi pertama Islam berfungsi untuk mendorong gerak sejarah ke depan dan pada saat yang sama membuat
hidup lebih seimbang, bagi masyarakat terbelakang. Peran spiritualisme dimasa masa mendatang menjadikan
Islam tidak sekedar ethical religion dimana Islam lebih berfungsi sebagai ajaran etika mendampingi proses
modernisasi dan sekularisasi. lebih dari itu, Islam memiliki kecenderungan sebagai civil religion yang dihayati dan
diamalkan sebagai reaksi terhadap perubahan masyarakat yang sangat cepat akibat kemajuan ilmu pengetahuan.
Kita optimis tasawuf dan tarekatnya akan muncul menjadi semangat jaman.

Aspek spiritualitas
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia
yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan
(Hawari, 2002).
Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
a) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.
b) Menemukan arti dan tujuan hidup.
c) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi
kewajiban agama serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Penjelasan Al-Qur'an tentang spiritual


Sebagaimana disebutkan bahwa ranah spiritual esensinya bukanlah materi atau jasadiah akan tetapi ia
merupakan konsep metafisika yang pengkajiannya melalui pendalaman kejiwaan yang seringkali disandarkan
pada wilayah agama. Islam sebagai salah satu agama yang diturunkan oleh Allah SWT juga tidak terlepas dari
ajaran spiritual yang melambangkan kesalahenan pribadi seorang muslim.
Seperti yang difirmankan Allah dalam QS.Al-Fajr: 27-30:
Artinya :
Wahai jiwa-jiwa yang tenang (27), kembalilah kepada Tuhanmu dengan
rela dan diridlai (28), masuklah ke dalam gelongan hamba-hamba-Ku (29),
masuklah ke dalam sorga-Ku (30) [Q. S. al-Fajr, 89: 27-30].
Perkembangan Spiritual Manusia Dalam
Persektif Al Ghazali
Manusia dalam perspektif Al Ghazali yang meliputi :
a) Hakikat Manusia
Hakikat berasal dari kata arab Al-haqiqat, yang berarti kebenaran dan esensi. Dalam pengertian ini, bahwa
hakikat mengandung makna sesuatu yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu identitas esensial yang
menyebakan suatu menjadi dirinya sendiri dan membedakanya dari yang lainya.
b) Hikayat Insan
Ia mempunyai dua sifat keadaan yang sangat menakjubkan bagi dirinya yaitu ilmu dan kemauan.
c) Sifat Manusia, Pengemabangan dan pengetahuanya
Menurut Al Ghazali adalah yag menyangkut kebebasan perbuatan manusia diliat dari segi efektivitasnya.
Konsep Spiritual Care Dalam Islam
Dalam konteks Islam, membangun hubungan 'caring' dengan klien harus didasarkan pada nas atau ayat yang
diturunkan Allah SWT.Dalam hal ini, berarti segala aktivitas pelayanan kepada klien didasarkan pada niat yang
ikhlas untuk semata mata beribadah kepada Allah, bukan hanya hubungan kontrak profesional yang bersifat jasa
atau komersial.Caring merupakan manifestasi fitrah (wujud asli) dari refleksi terhadap kecintaan kepada Allah dan
rasulnya yang mengajarkan menyayangi yang lemah, membesar hati yang sedang menderita sakit, serta
menyelamatkan kehidupan dan tidak berbuat kerusakan.Sehingga caring dalam pandangan Islam adalah
keinginan untuk bertanggungjawab, sensitif, sadar akan niat dan perbuatan untuk ber Istiqomah di jalan yang
benar untuk mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat (Rassool,2000).

Dasar pemikiran spiritual care dalam Islam


Dalam Kegiatan pelayanan keperawatan berkualitas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama
yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W , yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin.Elly Nurahmah,
(2001), Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti Sa'ad/Rufaidah Al-Asalmiya,yang memulai praktek
keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim (kasule,2003;Mansour Dan
Fikry,1987).
Urigensi dan Manfaat spritual
care dalam islam
Salah satu cara meningkatkan kesembuhan adalah denganmemberikan bimbingan
rohani dan spiritual bimbingan spiritual ternyata berdampak kepada peningkatan
kesembuhan dan motivasi pasien. Dalam konteks ini bimbingan spiritual merupakan
pelengkap pengobatan danpelayanan medis di rumah sakit.
Manfaat bimbingan rohani secara umum adalah sebagai berikut:
a. Membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
c. Membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan
lama.
d. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya
Urgensi Bimbingan Rohani Pasien Terhadap Kondisi Pasien:
a. Menyakinkan pasien untuk optimis terhadap kesembuhan penyakitnya.
b. Meyakinkan pasien untuk mengikuti proses perawatan dengan baik sampai sembuh.
c. Menyadarkan pasien perihal berbagai konsep sehat dan sakit menurut ajaran islam.
d. Memahamkan pasien bahwa kondisi kejiwaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jasmani.
e. Mengajak pasien untuk bersikap tenang dan sabar sebagai wujud terapi unuk mempercepat kesembuhan.
f. Membantu individu menyesuaikan diri terhadap gangguan kesehatan sepanjang siklus hidupnya
g. Memberikan pertolongan kepada pasien yang mengalami kegelisahan dalam mengahdapi penyakitnya.
h. Memberikan bimbingan tentang makna sakit secara agamis.
i. Menolong keluarga untuk dapat menerima kondisi atau kematian pasien.
j. Membantu pasien meyelesaikan segala permasalahan yang dapat menghambat kesembuhannya.
k. Mengajarkan kepada pasien untuk berikhtiar dalam menghadapi sakit yaitu berobat pada ahlinya(berikhtiar
dengan cara-cara yang benar).
l. Mengingatkan pasein agar tetap mejalankan ibadah sesuai dengan kemampuannya.
m. Mengusahakan agar pasien memperhatikan berbagai hal yang mendukung kesembuhan seperti kebersihan
pakaian dan tempat tidur Memberikan kekuatan moril kepada pasien yang akan menjalani operasi atau sedang
kesakitan.
n. Membantu pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah psikis sosial dan agama agar mempercepat
kesembuhan pasien.
o. Melakukan pendampingan/advokasi pada pasien dan keluarganya yang menderita trauma atau krisis.
Tujuan Manusia Diberi Sakit
1) Sakit adalah ujian.
2) Sakit adalah adzab.
3) Sakit sebagai penebus dosa dan kesalahan.
4) Sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan.
5) Sakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi.
6) Sakit merupakan bukti bahwa Allah SWT menghendaki kebaikan terhadap hamba-Nya.
7) Sakit membawa manusia kepada muhasabah (intropeksi diri).
8) Sakit menjadi penyebab kembalinya hamba kepada Rabb-Nya.
9) Sesungguhnya sakit itu memperbaiki hati.
10) Sesungguhnya sakit mengingatkan hamba terhadap nikmat sehat.

Kondisi yang dibangun pada pasien


Adapun bimbingan yang diberikan oleh petugas rohani kepada pasien terminal atqu
sakarotul maut adalah sebagai berikut:
1) Pasien dido'akan.
2) Pasien dituntun untuk mengucapkan kalimat Allah semampunya.
3) Pasien dibacakan surat Yasin sesering mungkin.
Selain itu, bagi pasien yang masih dalam kondisi normal yang artinya dapat diajak
berkomunikasi dengan baik maka pemberian bimbingan rohani dilakukan dengan cara:
1) Pasien dan keluarganya diajak berdo'a bersama yang dibimbing oleh petugas rohani
serta pasien dan keluarganya dianjurkan untuk selalu berdo'a sendiri.
2) Pasien diberi pengertian agar dapat memahami segala cobaan dan ujian yang sedang
dihadapinya dengan sabar dan ikhlas.
3) Pasien dan keluarganya selalu diingatkan agar selalu ingat kepada Allah SWT dan
tidak meninggalkan ibadah (solat, membaca Al-Qur'an).
4) Pasien diberi pengertian tentang penyakit yang sedang dialaminya berasal dari Allah
SWT dan hanya Allah SWT yang dapat menyembuhkannya.
5) Pasien dan keluarganya diberi pengertian dan dianjurkan untuk tidak berobat kepada
pengobatan yang dilarang oleh agama (pengobatan pada dukun, paranormal dsb).
6) Menumbuhkan sikap optimis kepada pasien bahwa penyakitnya akan segera sembuh.
7) Pasien diarahkan untuk tidak terlalu banyak berpikir, terutama bagi pasien yang
termasuk golongan ekonomi rendah, diarahkan untuk tidak memikirkan biaya
pengobatan terlebih dahulu.
Rangkuman
Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh spiritualisme dalam kehidupanya. Kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiapmanusia. Spiritual adealah suatu yang
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalam hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Masalah
spiritual ketika penyakit, kehilangan, dan nyeri menyerang seseorang.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keterkaitan agama dan spiritual tidak dapat
dinafikkan, keduanya menyatu dalam nilai-nilai moral yang menjadi inti ajaran setiap agama. Kepercayaan
pada sesuatu yang lebih besar dari dalam diri manusia adalah kekuatan yang menyatukan agama dan
spiritualitas.
Meski diakui bahwa pada sisi lain sekuler beranggapan bahwa orang dapat menjadi spiritualis tanpa
beragama, namun semua dapat setuju bahwa dimensi ‘spiritual’ berasal dari kemanusiaan yang terdalam.
Kaum atheis dan sekuler menemukan adanya ekspresi dalam aspirasi, kepekaan moral, kreativitas, cinta,
persahabatan, respons terhadap keindahan alam dan manusia, upaya ilmiah dan artistik, penghargaan akan
keindahan alam, pencapaian intelektual dan aktivitas fisik, mengatasi penderitaan dan penganiayaan, cinta
tanpa pamrih, pencarian makna dan nilai-nilai yang digunakan untuk hidup.
Spiritual kaum sekuler ‘berusaha menemukan makna dan tujuan dalam pengalaman manusia secara
universalJuga dan juga dipahami berkaitan dengan keutuhan, keterhubungan atau hubungan dengan diri
sendiri, dengan orang lain, dengan alam atau dunia, tetapi tidak harus dengan Tuhan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai