PENDAHULUAN
Masalah luka dan penyembuhan sudah ada
sejak mulainya kehidupan manusia, sebab pada
masa dulu untuk mempertahankan eksistensinya
manusia akan selalu dihadapkan pada risiko
terjadinya luka/perdarahan. Berkaitan dengan hal
ini dapat dikatakan bahwa ilmu bedah merupakan
ilmu Kedokteran yang paling tua, dimulai dengan
masalah mengatasi luka dan perdarahan. Dewasa ini
dengan makin meningkatnya mobilitas manusia dan
industrialisasi, maka risiko terjadinya luka pada
setiap orang makin besar. Demikian pula pada setiap
pembedahan, salah satu hal yang sangat penting
adalah bagaimana agar luka yang terjadi pada
pembedahan dapat sembuh dengan sebaik-baiknya
Oleh karena itu adalah sangat penting untuk
memahami masalah luka dan penyembuhannya
sebab bagi seorang dokter kapan saja dan dimana
saja dapat diperhadapkan pada hal tersebut.
PENGERTIAN
Luka = Vulnus dapat diartikan sebagai putusnya
atau hilangnya kontinuitas seluler dan anatomis atau
lebih singkat adalah hilangnya kontinuitas jaringan.
Disini terlihat
beraturan.
luka
yang
bentuknya
tida
FASE PROLIFERASI
Berlangsungnya mulai akhir fase inflamasi
sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Disebut juga
fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fibroblast berasal dari sel-sel
mesenkim yang belum berdiferensiasi. Fibroblast ini
berperan dalam pembentukan kolagen karena
menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin
dan prolin, yang merupakan bahan dasar kolagen.
Diketahui
bahwa
kolagen
inilah
yang
mempertautkan tepi luka, jadi menentukan kekuatan
adhesi luka.
Pada fase ini, luka akan dipenuhi oleh sel
radang, fibroblast dan kolagen, membentuk jaringan
yang berwarna kemerahan dengan permukaan yang
berbenjol halus / granuler, jaringan ini disebut
jaringan granulasi. Jika luka sudah cukup terisi
jaringan granulasi maka terjadi proses epitelisasi
dimana sel epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal
terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi
permukaan luka. Proses migrasi ini hanya boleh
terjadi ke arah yang rendah atau datar. Epitel tak
dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Jika
8
o Gizi kurang
o Kekurangan vitamin / mineral / asam
amino esensial.
o Vitamin C mempunyai peranan dalam
sintesa kolagen. Kekurangan kolagen
mengakibatkan kekuatan adhesi luka
kurang.
o Zinc. Diketahui bahwa Zinc mempengaruhi
fase proliferasi terutama sel-sel epitel.
o Gangguan metabolisme makanan (mis.
Penyakit hati)
o Keadaan umum kurang baik (mis. Umur
lanjut)
EKSOGEN
- Radiasi. Menyebabkan kerusakan sel dan
gangguan mitosis, juga radiasi menyebabkan
fibrosis yang menghalangi vaskularisasi.
- Sitostatik. Misalnya 5F.u, MTX, yang menekan
pembentukan fibroblast dan sintesa kolagen.
- Steroid. Preparat steroid menekan proses
inflamasi dan meningkatkan lysys kolagen,
terutama dalam 4 hari pertama.
- Imunosupresan, yaitu obat-obat yang menekan
reaksi imun, seperti yang dipakai setelah
transplantasi organ.
12
14
3.
15
16
17
Dengan
kata
lain,
debrideman
akan
menghasilkan satu luka baru dan bersih karena yang
tertinggal adalah jaringan yang sehat. Tanda dari
jaringan yang sehat adalah jika dipotong
menunjukkan perdarahan yang baik dan pada otot
terlihat kontraksi.
Perawatan luka paling baik jika dikerjakan
dalam 6 8 jam sesudah terjadi yang dikenal sebagai
golden period.
Secara berurutan tindakan pada luka sbb :
- Anestesi local atau umum
- Pembilasan luka
- Sterilisasi kulit sekitar luka
- Luka dikelilingi dengan kain steril
- Pembersihan luka (debrideman) :
o Kotoran
o Benda asing
o Eksisi jaringan mati
o Eksisi pinggir luka
- Hemostasis yang baik
- Kalau perlu : Ekplorasi kerusakan tendon,
saraf, pembuluh darah
- Luka :
o Ditutup penyembuhan primer
18
19
21
Parut Hipertrofik
TImbul
dalam
waktu beberapa
minggu
Terbatas
pada
bekas kerusakan
Hilang sendiri
Dapat timbul di
mana pun
Lebih
banyak
pada bangsa kulit
putih
Sering
Biasanya sangat
menganggu
- Kontraktur jaringan parut luka. Terjadi
pengerutan yan ghebat dari jaringan parut yang
dapat mengakibatkan cacat berat / gangguan
gerakan pada sendi misalnya pada luka bakar.
PENUTUP
Telah ditemukan hal-hal yang berhubungan
dengan luka dan proses penyembuhannya serta
keadaan-keadaan
yang
mempengaruhi
penyembuhan, demikian pula cara penanganannya.
Diharapkan dengan dasar pengetahuan ini maka
luka-luka dapat ditangani dengan baik dan benar,
dengan selalu bertolak dari keyakinan bahwa : The
is no antibiotic can substitute a good surgery.
22
23
1. Trauma
Penyebab yang paling sering dari patah
tulang. Trauma dapat mengakibatkan terjadinya
fraktur baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Trauma langsung : tulang patah pada
tempat dikenainya trauma, misalnya kena
benturan pada paha terjadi fraktur femur.
Trauma tidak langsung : terjadi patah
tulang jauh dari tempat yang kena benturan.
Misalnya seorang jatuh sambil bertopang pada
tapak tangan dapat mengalami fraktur dari ujung
distal radius, caput radii atau supracondyler
humerus. Seseorang yang jatuh berdiri dapat
mengalami fraktur tulang belakang.
Pada trauma sifat dan mekanisme trauma
akan menentukan jenis dari fraktur yang terjadi,
misalnya Crushing akan mengakibatkan fraktura
Comminutiva, kekerasan memutar menyebabkan
fraktur
spiral,
kekerasan
membengkok
menimbulkan fraktur transversal dsb.
2. Penyakit / keadaan patologik tulang.
Dalam hal ini tulang patah karena pada
dasarnya tulang itu sudah rapuh / tidak kuat
akibat suatu penyakit / kelainan tulang tsb. Pada
keadaan seperti ini, satu trauma / kekerasan yang
24
25
Hyperparathyroidisme
3. Stress
a. Fraktur komplit
b. Fraktur inkomplit
i. Fissura (crack / hair line fracture)
ii. Pada anak :
Buckle fracture (kompresi
pada bagian spongiosa dari
metafise)
Fracture green stick yaitu
fraktur dimana salah satu sisi
cortex tetap intak.
3. Menurut konfigurasi
a. Fraktur transversal
b. Fraktur obliqual
c. Fraktur spiral
d. Fraktur comminutiva (pada tempat fraktur
tulang itu hancur atau terjadi fragmentasi).
4. Menurut kedudukan fragmen satu dengan
lainnya.
a. Fraktur tanpa displacement (pergeseran)
b. Fraktur dengan displacement
Pergeseran antara fragmen fraktur satu terhadap
lainnya dapat berupa :
- Dislokasi ad latitudinem / dislokasi ad latum.
Terjadi pergeseran ke arah lintang / kedua
fragmen saling melebar.
27
5.
28
30
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
proses
penyembuhan fraktur :
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
kecepatan, intensitas dan kesempurnaan proses
penyembuhan patah tulang.
1.
Umur
Faktor umur jelas mempengaruhi kecepatan
penyembuhan (rate of union) makin muda
umur, makin cepat sembuh. Di samping
kecepatan, maka pada anak-anak daya swapugar
(remodeling) berlangsung lebih baik. Contoj
paling baik adalah fraktur femur.
31
Pendarahan
atau
vaskularisasi fragmen tulang.
Perdarahan atau vaskularisasi jaringan tulang
merupakan syarat mutlak penyatuan fraktur.
Perdarahan tulang bersumber dari :
- Periost
32
- Simpai sendi
- Arteri nutricia
Umumnya penyembuhan tulang-tulang
pendek sangat cepat, sebab vaskularisasi /
perdarahan cukup sedangkan pada tulang
panjang tergantung kepada sejauh mana
kerusakan perdarahan dari sumber-sumber tadi.
Ada beberapa fraktur yang salah satu
fragmen terancam nekrose akibat kehilangan
sumber perdarahan misalnya fraktur collum
femoris.
5.
34
Delayed union
Patah tulang itu sembuh tapi dalam waktu yang
lebih lama dari biasanya.
Non union
Patah tulang sama sekali tidak sembuh tidak
terjadi penyatuan dari fragmen tulang. Tidak
ada batasan waktu yang tepat untuk
menetapkan apakah terjadi delayed union atau
non union. Sebagai pegangan umum adalah
bahwa jika fragmen tulang tetap mobil satu
dengan lainnya sesudah 3-4 bulan maka terjadi
delayed union tapi jika keadaan tersebut menetap
lebih lama lagi, berbulan-bulan, berarti non
union.
35
36
38
Misalnya :
Seorang dengan jatuh berdiri boleh
menyebabkan fraktur calcaneus, fraktur
kedua melleolus, fraktur coll vertebrae
Jatuh dengan bertopang pada tapak
tangan dapat menyebabkan fraktur Colles,
fraktur caput radii, fraktur supracondyler
humeri dsb
39
40
42
Keadaan sirkulasi
Dalam hal ini diperiksa bagian distal dari tempat
fraktur. Hal ini dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan-pemeriksaan :
- Warna kulit dari bagian distal (pucat atau
sianosis)
- Perubahan suhu kulit
43
44
45
46
- TWO VIEWS :
Foto sekurang-kurangnya dalam 2 posisi yaitu AP
dan lateral. Pada beberapa fraktur terutama
tulang-tulang kecil dan vertebrae mungkin
diperlukan posisi obliqual.
- TWO OCCASIONS :
Kalau perlu foto dalam 2 kesempatan, sebab
kadang-kadang pada foto pertama segera
sesudah trauma tidak jelas adanya fraktur
sebaiknya sesudah kira-kira 10 hari, dibuat foto
ulangan, karena dengan resorbsi tulang pada
tempat fraktur maka garis fraktur jadi jelas. (mis
pada fraktur naviculare).
- TWO JOINS :
Bagian fraktur harus difoto sekaligus meliputi
dua sendi terdekat (satu proksimal dan satu
distal dari tempat fraktur).
- TWO LIMBS :
Sering perlu untuk perbandingan dilakukan foto
dari bagian yang sehat. Terutama pada anak-anak
misalnya trauma siku dimana epifise yang
normal dapat keliru sebagai satu fraktur, dan
48
49
B. Tindakan definitip
Pengobatan pada patah tulang pada prinsipnya
ditujukan untuk :
1. Menghilangkan nyeri
50
51
Traksi mekanis
53
2. Reposisi terbuka
Reposisi melalui pembedahan
Di samping reposisi sekaligus dikerjakan
fiksasi interna.
Bahaya : infeksi
Dikerjakan pada :
o Keadaan dimana reposisi tertutup tidak
berhasil
o Suatu reposisi tertutup memang sukar
untuk berhasil seperti :
Fraktur dengan fragmen kecil dan
terdapat displacement yang besar
misalnya
fraktura
epicondylus
humerus, atau fragmen itu masuk ke
dalam sendi.
54
55
Cara-cara imobilisasi :
1. Pembidaian eksternal (external splint)
2. Traksi kontinu (continous traction)
3. Fungtional bracing
4. Fiksasi interna (internal fixation)
5. Fiksasi eksterna
Pembidaian eksternal
Dipakai :
- Plester of Paris (gips)
- External splint lain seperti Cramer wire, Thomas
splint, dll.
Plester of Paris (gips)
Bahan dasar adalah gypsum, yang adalah
kalsium sulfat, berupa hemihydrated calcium sulphate
yang dengan air membentuk hydrated calcium
sulphate, dan reaksi ini adalah exothermic. Sebab itu
pada waktu baru dipasang gips, anggota badan yang
bersangkutan akan terasa panas.
56
Macam-macam gips :
Untuk anggota gerak
- U slabs, lempengan U, untuk patah tulang
humerus dimana dipasang lempengan gips dari
bahu ke distal melingkari siku, ke proksimal
sampai di bawah ketiak.
- Pembalut gips lengan penuh (Full length arm
plester) spt pd patah tulang lengan bawah yaitu
pembalut gips dari bawah ketiak sampai dekat
artikulasi metacarpophalangeal, siku fleksi 900.
- Pembalut gips kaki penuh / long leg plester.
Seperti pada fraktura cruris dimana pembalut
gips dari pangkal paha sampai pangkal jari-jari
kaki, lutut fleksi 5 100.
- Pembalut gips silinder (cylinder plester). Gips
dari pangkal paha sampai diatas malleoli.
58
59
60
Traksi Kulit
Traksi tidak langsung pada tulang, tapi melalui
plester yang dilekatkan pada kulit anggota ybs
bagian distal tempat fraktur.
Traksi kulit dikerjakan pada keadaan dimana :
- Tidak perlu beban tarikan besar
- Tidak perlu imobilisasi lama.
Oleh karena itu traksi kulit kebanyakan dilakukan
pada fraktur pada anak-anak.
Beban traksi sampai 5 kg selama 4 minggu.
Keuntungan traksi kulit : tidak ada resiko infeksi
Kerugian : ada yang tidak tahan plester.
62
- Calcaneus
Yang sering adalah pada proksimal tibia dan olecranon.
Macam traksi tulang :
a. Traksi tulang dengan Bohler Braum frame
Dikerjakan pada fraktur femur, dengan pin /
wire pada proksimal tibia atau fraktura cruris
trbuka dengan pin / wire pada calcaneus.
b. Balanced suspension traction
Merupakan traksi yang baik karena penderita
dapat lebih leluasa bergerak tanpa terjadi
perubahan besar traksi. Demikian pula fleksi
lutut dilakukan walaupun dalam keadaan traksi.
Functional Bracing
Salah satu masalah utama pada pemakaian gips
secara konvensional atau dengan traksi kontinu
adalah terjadinya kekakuan sendi akibat imobilisasi
yang lama. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian
external splint yang memungkinkan ferakan dari
sendi walaupun dalam keadaan imobilisasi, yang
disebut functional bracing, baik yang terbuat dari
gips sp. Sarmiento plaster untuk fraktur cruris, atau
yang trbuat dari plastic (orthoplast).
Penderita setelah reposisi tertutup lalu diimobilisasi
dengan gips selama 3-4 minggu, dimana nyeri dan
64
67
69
3.
Mal union
Juga
sudah
dibicarakan
dalam
proses
penyembuhan tulang.
Mal union dapat berupa :
- Angulasi
- Vagus atau varus deformity (misalnya cubitus
valgus)
- Pemendekan (shortening) akibat overriding atau angulasi hebat.
Pemendekan juga dapat terjadi akibat :
- Hilangnya sebagian tulang misalnya karena
kompresi hebat atau fraktura kominutiva.
- Epifisiolisis.
Tidak semua mal-union perlu koreksi, terutama
pada anak-anak dimana pemendekan atau
angulasi dalam batas tertentu tidak perlu
koreksi (kurang dari 2 cm atau 150).
Koreksi mal-union :
- Tertutup seperti wedging
- Terbuka (pembedahan) mis osteotomi, dll.
71
72
73
Kerusakan
Arteri
Ischaemia
Trauma
Langsun
Edema
sirkulasi darah
berkurang
Fasciotomi
Peningkatan
compartment
74
Pressure :
Painful
Puffiness
Paraesthesi / paralyse
Pulseless
Pallor
Saraf perifer hanya dapat bertahan terhadap iskemi
dalam 2-4 jam, tapi mempunyai daya regenerasi yang
baik, tapi otot-otot walaupun dapat bertahan sampai
6 jam tapi karena tidak mempunyai daya regenerasi
maka otot yang iskemi akan diganti oleh fibrous scar
tissue, hingga terjadi satu Compartment contracture
atau Volkmanns contracture.
Compartment Syndrome ini dapat akibat :
1. Proksimal (ekstracompartmental) oklusi dari main
arteri yang mensuplai compartment tsb.
2. Intracompartmental injury pada tulang atau
jaringan lunak atau keduanya.
Paling sering terjadi pada :
- Fraktura supracondyler humerus (dengan
displacement)
disertai
kerusakan
arteri
brachialis
- Fraktur proksimal tibia
- Traksi yang kuat sekali pada fraktur femur shaft
dari anak-anak yang sebabkan spasme arteri.
75
Klinis :
Gejala-gejala
permulaan
dari
ancaman
Volkmanns (compartment) iskemi adalah nyeri
hebat akibat iskemi otot. Terdapat kulit yang pucat
dan dingin serta pembengkakan dari tangan dan
kaki.
Akibat iskemi dari saraf perifer terdapat
parasthesia, hypaesthesia dan paralyse.
Jadi klinis akan didapatkan :
- Pain
- Pallor
- Puffiness
- Paralyse / paraesthesia
- Pulseless (pulsasi tak teraba) terutama pada
yang ekstra.
Peningkatan
tekanan
intracompartment,
sekarang ini dapat diketahui dengan mengukur
tekanan dari interstisial fluid intracompartment
dengan pemasangan satu catheter transcutaneus.
Tekanan normal 0 8 mmHg. Tekanan di atas 30
mmHg indikasi absolute untuk dekompresi.
Tindakan :
Tergantung apakah tanda-tanda kerusakan itu :
- Primer (ditemukan waktu penderita dating)
76
77
Terutama pada :
- Fraktur costa dimana dapat terjadi
kerusakan paru (mis haemopneumothorax)
- Fraktur pelvis :
Kerusakan urethrae
Kerusakan vesica urinaria, colon /
rectum
Pada keadaan ini tindakan terutama
ditujukan pada viscera.
3. Kerusakan saraf
Lebih sering terjadi dibandingkan
kerusakan pembuluh darah.
78
dengan
79
- Jari-jari
- Lutut
Adhesi sebagai penyebab kekakuan dapat :
- Intraartikular
- Periarticular (paling sering)
Adhesi Intraarticular :
Akibat fraktur yang mengenai fascies
articularis diresorbsi. Terjadi penumpukan
darah dalam sendi (haemarthrosis). Walaupun
diresorbsi kembali, tapi sering kali juga terdapat
sisa-sisa rangkaian fibrin yang kemudian
diorganisasi menjadi fibrotik adhesi antara
synovium dengan akibat kekakuan.
Peri atau extraarticular
Ini yang paling banyak sebabkan kekakuan.
Akibat penimbunan cairan oedema dalam
jaringan-jaringan mempersatukan serat-serat
jaringan konektip, dengan akibat hilangnya
elastisitet jaringan jaringan periarticular
(kapsul dan ligament-ligament) dan gangguangangguan gliding mechanisme dari serat-serat
otot, akhirnya timbul kekakuan.
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya adhesi
periartikular ini adalah :
81
83
84
85
Tindakan :
Penting pencegahan yaitu restorasi
anastomosis dari permukaan sendi serta
alogment yang normal dari tulang-tulang.
Ada gejala-gejala osteoarthritis : hindari
pekerjaan yang berlebihan dari sendi-sendi
yang bersangkutan. Pada kasus yang hebat
perlu arthrodesis.
6. Emboli lemak
Komplikasi pada patah yang serius tapi
jarang.
Disebabkan
karena
terdapatnya
sejumlah
partikel-partikel lemak dalam sirkulasi yang
merupakan emboli dapat terjadi pada trauma
yang hebat dari tulang panjang terutama femur.
Umumnya gejala-gejala terlihat dalam 3 hari
permulaan. Seringkali diagnosa terlambat.
Boleh mengenai semua system daam tubuh
tapi terutama fatal jika pada paru-paru, jantung
dan otak. Hati-hati pada penderita yang tak lama
sesudah
fraktur
(terutama
femur)
lalu
menunjukkan gejala-gejala mental, sirkulasi atau
respirasi yang serius.
86
DISLOKASI / LUKSASI
Dislokasi atau luksasi atau cerai sendi, secara
sederhana dapat diartikan sebagai putusnya atau
hilangnya kontinuitas sendi.
Ada 3 faktor yang berperan dalam menentukan
stabilitas sendi yaitu :
1. Kontur atau bentuk anatomi
2. Integritas fibrous kapsul dan ligament
3. Kekuatan proteksi dari otot-otot yang
menggerakkan sendi
87
88
89
91
92
93
INFEKSI BEDAH
PENGERTIAN
Infeksi merupakan ancaman terhadap hidup
manusia dan perjuangan serta upaya-upaya untuk
mencegah dan mengatasi infeksi sudah berlangsung
lama sekali.
Penelitian-penelitian mengenai bakteri sebagai
penyebab penyakit/infeksi mendapat kemajuan
mulai dengan dibuatnya mikroskop oleh Antony Van
Leeuwenhoek pada abad ke 16, dan kemudian oleh
karya Pasteur tentang sifat dasar fermentasi dan
94
98
yang
bertujuan
untuk
menghancurkan
mikroorganisme / bakteri tersebut, yang
dimuali dengan reaksi radang setempat
kemudian diikuti reaksi seluler dan humoral.
Reaksi radang setempat berupa terjadinya
vasodilatasi dan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah dengan mengakibatkan
eksudasi plasma dan keluarnya leuksit dari
pembuluh darah. Dengan ini timbul tanda-tanda
inflamasi yaitu tumor, calor, rubor dan dolor.
Reaksi seluler adalah terjadinya fagositosis
dan imunitas seluler sebagai hasil aktifitas
fagosit dan makrofag dalam sistim pertahanan
tubuh seluler.
Kemudian juga terjadi aktifitas fagositosis dalam
sistim limfoid yang ditandai dengan terjadinya
limfadenitis setempat berupa pembesaran
kelenjar limfe endothelial keseluruhannya
(limpa dan sistim limfatik).
Reaksi humoral melibatkan sistim komplemen
dan antibody.
Dalam proses pertahanan tubuh terlihat
bahwa penting sekali proses fagositosis (oleh
neutrofil dan sel-sel mononuclear) yang bersama
dengan antibody dan komplemen merupakan
daya tahan tubuh.
100
102
Demam / febris :
selama operasi :
- Infeksi sebelumnya (paru, ginjal, dll)
- Reaksi transfusi
- Krisis endokrin (mis hipertiroid)
Kurang dari 48 jam pasca bedah :
- Ateletaksis
- Infeksi jaringan lunak dini (Streptokokus,
Clostridia).
Hari ke 3-4 pasca bedah :
- Pneumonia
- Sepsis kateter intravaskuler
- Tromboflebitis
Hari ke 5-8 pasca bedah :
- Sepsis luka (Staphylococcus aureus, atau
enteric polimikroba)
Hari ke 9-14 pasca bedah :
- Abses intraabdomen
- Infeksi luka lanjut oleh bakteri virulensi
rendah (Stafilokokus epidermidis).
Meningkatnya jumlah leukosit (leukositosis)
biasanya menyertai infeksi bakteri yang akut. Pada
107
109
110
Syarat :
Antibiotika sesuai dengan organisme yang
diketahui sering menyebabkan infeksi misalnya
pada colon yaitu E. Coli, Klebsiella, operasi
tulang / sendi yaitu Stafilokokus dan
Streptokokus.
Cara pemberian : IV (Intra venous).
Ternyata pemberian dalam jumlah kecil
untuk waktu pendek (bolus) lebih baik dari
kontinu melalui infuse (drips), sebab dengan
pemberian bolus akan cepat mesuk dengan
kadar dalam serum yang tinggi dengan akibat
tingginya konsentrasi dini obat dalam cairan
luka.
111
Waktu pemberian :
Sebaiknya 1 jam sebelum operasi, dengan
maksud agar kadar obat selama operasi cukup.
Pada operasi lebih dari 4 jam boleh diberikan
ulang.
Dosis obat harus tepat.
TERAPI
Terapi dari infeksi bedah dapat berupa
intervensi
bedah
atau
pemberian
antimikroba/antibiotika atau kombinasi.
Intervensi bedah :
- Misalnya eksplorasi untuk membuang jaringan
nekrose, drainase, mengeluarkan nanah, dll.
Antibiotika
Syaratnya :
- Dosis dan jenis yang tepat
- Interval waktu pemberian yang teratur. Dalam
hal ini perlu pengetahuan farmakokinetik.
- Perubahan pemberian jenis tergantung pada :
o Respons klinik. Ini yang paling penting
112
o
o
113
Abses
Pengumpulan nanah setempat dalam jaringan.
Kebanyakan disebabkan oleh organisme pyogen,
paling sering stafilokokus aureus. Dapat terjadi
subkutan, pada mammae, peri rectal, dll. Pad yang
sub kutan jelas akan terlihat dimulai dengan satu
pembengkakan yang keras merah dan sakit,
seterusnya menjadi lunak oleh karena terbentuknya
nanah, dan pada keadaan ini tanda yang khas adalah
dengan palpasi terdapat fluktuasi. Nanah terdiri atas
debris setempat, leukosit yang mati serta komponenkomponen darah / plasma, dan bakteri.
Terapi satu satunya adalah insisi dan drainase
(penyaliran).
Proses-proses Supurasi Lainya.
Furunkel
adalah radang folikel rambut, sedangkan
karbunkel adalah beberapa furunkel yang menjadi
satu. Penyebab terutama adalah Staphylococcus
aureus. Pada daerah tidak berambut tidak pernah
terjadi furunkel/karbunkel. Furunkel biasanya
dimulai dengan infiltrat kecil, merah bentuk kerucut
dengan puncak putih. Kemudian menjadi lunak
karena proses supurasi, menjadi abses dan dapat
pecah melalui bagian yang lemah yaitu muara
114
demam,
nyeri
dan
Karbunkel
Sering terjadi pada belakang leher / bagian atas
punggung. Di sini terdapat terowongan-terowongan
subcutan yang menghubungkan furunkel-furunkel.
Sering pecah ke permukaan kulit membentuk sinus.
Banyak kali terjadi pada penderita dengan keadaan
umum jelek, diabetes melitus. Pengobatan dengan
antibiotika dan pada keadaan yang serius diperlukan
tindakan bedah.
Hidradenitis
Merupakan multiple abses dari kelenjar
keringat. Kebanyakan tidak berespons terhadap
antibiotika. Perlu eksisi dari bagian kulit yang kena.
Felon
Terjadinya tumpukan nanah pada phalanx distal
jari. Terlihat ujung jari sangat sakit oleh karena
penekanan. Bengkak minimal sebab kulit dan tulang
dihubungkan oleh fibrotic-bands. Perlu segera insisi
dan drainase.
115
TETANUS
Suatu infeksi akut dengan tanda-tanda
gangguan neuromuskuler akut, yang disebabkan
oleh kuman Clostridium tetani. Kuman dan toksin
Clostridium tetani ini dapat diisolasi oleh Kitasato
dan Nicolaier pada tahun 1889. Dasar metode
imunologi sebagai tindakan pencegahan dan
pengobatan tetanus dimulai dengan keberhasilan
imunisasi dan netralisasi toksin dengan antiserum
spesifik yang dilaporkan oleh Behring dan Kitasato.
Imunisasi aktif dengan tetabus toksoid
diperkenalkan oleh Ramon pada tahun 1925.
116
Uterus
akibat
abortus
provokatus
kriminalis
- Umbilicalis tetanus neonatorum, akibat
pemotongan tali pusat yang tidak
memperhatikan sterilitas.
- Otitis media
- Gigi lubang
118
119
Periode awal
Masa inkubasi
< 36 jam
> 36 jam
Kurang
diketahui
6 hari
> 6 hari
? (tidak
diketahui)
121
122
Fenobarbital (luminal)
Klorpromazin (largactil)
Perawatan penunjang :
o Nutrisi yang baik, baik secara parenteral atau
enteral kalau perlu melalui pipa lambung
o Perawatan
kulit
(cegah
dekubitus),
pengosongan buli-buli
o Bersihkan jalan nafas secara teratur serta
pemberian O2.
123
o
-
Mencegah penyulit
o Atasi anoksia otak dengan :
Mengatasi
kejang-kejang/
laringospasme
Bersihkan jalan nafas, kalau perlu
trakeostomi
Pemberian O2.
o Radang paru (pneumoni) :
Antibiotika
Pengaturan posisi berbaring penderita
Bersihkan jalan nafas
Pencegahan :
Pencegahan tetanus dapat dilakukan dgn cara:
- Perawatan luka adekuat
- Imunisasi
Kebanyakan
luka-luka
terkontaminasi
atau
cenderung untuk kena infeksi tetanus, debrideman
dan
antibiotika
tidak
cukup
memberikan
perlindungan terhadap tetanus.
124
Aktif
125
Luka-luka yg
126
Luka-luka yg
Klinis
Umur Luka
Konfigurasi luka
rata
Dalam luka
Mekanisme
trauma
Tanda infeksi
Jaringan mati
Bahan2x
kontaminasi
(debu, feses, liur,
dll)
Jar denervasi &/
jaringan iskemik
cenderung tidak
menyebabkan
tetanus
6 jam
Luka yang rata
(linear), abrasi
1 cm
Luka tajam,
misalnya pisau,
kaca
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
cenderung
menyebabkan
tetanus
> 6 jam
Luka yang
tidak (stella),
avulse
> 1 cm
Ada
Tidak ada
Ada
Luka yang
cenderung tidak
menyebabkan
127
Ada
Ada
Ada
terhadap
Luka yang
cenderung
menyebabkan
Toksoid
Tidak tahu
atau < tiga
tiga 2
tetanus
Td1
TIG
Ya
Tidak
Tidak 3
Tidak
tetanus
Td1
TIG
Ya
Tidak
Tidak 4
Tidak
Keterangan :
1. Untuk anak-anak < 7 tahun : DTP (DT, kalau ada
kontra indikasi vaksin pertusis) lebih baik dari
pada diberi tetanus toksoid saja. Untuk anakanak > 7 tahun dan orang dewasa : Td lebih
baik dari pada toksoid saja.
2. Kalau hanya tidak dosis toksoid cair telah
diterima, dosis ke-4 dari toksoid harus
diberikan bahkan lebih baik lagi bila diberikan
suatu absoebed toksoid.
3. Ya, kalau > 10 tahun sejak dosis paling akhir
4. Ya, kalau > 5 tahun sejak dosis paling akhir,
(bosters lebih sering tidak diperlukan, dan bias
meningkatkan efek samping)
Td
TIG
128
GAS GANGREN
Penyakit yang akhir-akhir ini sudah jarang
terjadi dan termasuk dalam kelompok necrotizing
soft tissue infection. Dibandingkan dengan infeksi
jaringan lunak lainnya, penyakit ini lebih jarang, tapi
lebih serius dengan mortalitas tinggi.
129
130
131
KELAINAN KULIT
Atheroma : Cyste sebaceous
* Obstruksi gland sebaseus Kiste rotensi
* Pada semua bagian tubuh kecuali telapak
tangan dan kaki.
133
Kiste / Dermoid
* Berasal dari sisa epitel yang tertinggal pada
garis-garis funembrional
* Kongenital
* Berisi
macam-macam struktur epidermal
(rambut material, sebaceous)
* Pada acini/pangkal hidung, sudut alis luar mata
* Klinis : tumor bulat, bebas dari kulit, melekat
pada dasar, konsistensi lunak
* Terapi : eksisi.
Ganglion
* Tumor cystic berasal dari selubung synovia,
sendi, tendon sheath
* Berisi cairan jernih, mukoid (gelatinous)
* Biasa pada dorsal manus / pergelangan tangan,
dorsum pedis
* Klinis : benjolan yang keras tetapi sedikit
fluktuasi, tidak begitu mobil. Kulit diatasnya
mobil, sering kontraksi / gerakan tendon.
* Terapi : Eksisi mungkin rekuren.
Lipoma
* Tumor jinak dr jaringan lemak, sering subcutan
* Satu
. multilokuler, dengan
fibrous dibungkus oleh satu kapsul tipis
* Klinis : tumor lunak, kulit diatasnya normal,
mobil lobulated kalau dipencet terlihat
cekungan-cekungan ( . kulit diatasnya
seperti jeruk).
* Terapi : ekstirpasi
Kista
K.
K.
Ganglion
Atheroma Dermoid epidermoid
Struktur
Ep.
Gl, sebasea ektoderm
synovia
asal
epidermis
Ttk di
+
135
pundak
Kulit
Dinding
Isi
Tipis
Rapuh
Sabun,
berbau
biasa
liat
Minyak
bahan
putih
biasa
tebal
Keratin
putih,
berbau
biasa
tipis
Cairan
jernih,
kental
Hemangioma
* Perkembangan setempat yang berlebihan dari
pembuluh darah berdinding tipis
* Diameter kecil : H. kapilaria
* Diameter besar : H. kavernosa
H. kapilaria
Port Wine Strains = seperti tumpahan anggur
- sejak lahir
- terutama pada wajah dan leher
- lesi tetap seumur hidup, berkembang sesuai
perkembangan anak
- lesi rata atau sedikit meninggi, warna merah
suram, ditekan jadi pucat
- Terapi : sukar : kecil eksisi
besar suntik
Radio tx : kurang baik
Srawberry : bentuk ke-2 dari H. kapilaria
- timbul tidak lama / segera sesudah lahir
- kambuh cepat (4 6 minggu)
136
Evans
Brooks
Baxter (Parkland)
NaCl
RL
RL
137
BEDAH ANAK
138
139
internal environment
fungsi ginjal
mis : muntah / diare
perdarahan
Volume darah :
Umur / sex
Vol
darah(ml/KA
)
0-2 thn
80
2-16 thn
70
Dws :
60
55
umumnya
dapat
140
anatomi (embryologi)
fisiologi
biokimia
fisika kedokteran
ANOMALI ESOFAGUS
141
Atresia esophagus
Malformasi trakeo esophagus
143
144
Pem Penunjang :
- masuk kateter 10-12 F cairan kontras
(lipiodol/biontosil) 1-2 cc foto lateral
- BNO = ada / tidak adanya udara pada lambung
dan usus
- Foto thoraks : pneumoni
Pengobatan :
prabedah
-cegah aspirasi secret / saliva :
bersihkan rongga mulut & kantong proksimal
(dg cara : pasang kateter hidung)
pengisapan
-gastrostomi = dekompresi; cegah refluks cairan
lambung.
-Tidur 45
-Antibiotika
-IUFD
145
146
147
148
Toxaemia
Bleeding
Diabetes
Hydramnion
Kontur usus (+)
Steifung usus (+) ; gerakan peristaltic yang
kelihatan
melalui
inspeksi
dinding
abdomen
Bile / stained / green : gejala pertama adanya
obstruksi usus.
Muntah tidak hijau didaerah diatas papilla
fatrii
Distensi abdomen yang difus dengan kulit
cyanotic gangrene usus
Auskultasi ; 5- 10 menit untuk membuat
pernyataan ada / tidak ada peristaltic,
meningkat / tdk
Peristaltik meningkat : metallic sound , obstruksi
Pengukuran lingkar perut melalui umbilicus
Pemeriksaan rectal
Nasogastric tube : green obstruction
Periksa anomaly lain
Rehydrasi
149
Etiologi :
belum diketahui secara pasti
teori :
1. hypoplasia
2. gangguan vaskularisasi
anomaly penyerta : syndrome VACTERL
V ertebral defect
A norectal malformasi
C ardiovaskular
T racheo esofangeal fistula
R enal anomaly
L imb defect
150
151
DUODENAL OBSTRUKSI
Stenosis / atresia
- distal ampula vater ( paling sering )
- proksimal ampula vater
Klinis :
cepat muntah ; hijau / (-) : 12-24 jam
tanda dehidrasi / aspirasi pn
pem fisis : kembung di epigastrium, kontur usus
(-), steifung usus (-)
foto : double bubble sign (polos perut tegak)
Terapi :
I. perbaiki KU
o rehydrasi
o koreksi elektrolit
o pemberian antibiotika
o pasang NGT
II.
KU baik operasi duodeno jejunostomi
152
153
INVAGINASI (Intussuception)
Adl : masuknya segmen usus proksimal ke dalam
lumen usus bagian distal ( teleskop)
Proksimal : intussceptum
Distal
: intussuscipiens
Dengan akibat :
Obstruksi usus
Gangrene
Perforasi
Sepsis
Insidens / frekuensi :
- pada segala usia : >> anak
- := 3:2
- umumnya bayi : < 1 tahun = 75%
< 2 tahun = 85%
154
Etiologi :
Idiopatis
Bayi / anak
95%
- alergi
- perub makanan
dewasa
5%
Ada sebab
5%
div. Maeckel
poly usus
lymphoma
duplikasi usus
hematoma
95%
Patologi :
- segmen proksimal ke distal
- 0,2% sebaliknya (pd neonatus : gerakan usus
belum terkoordinir)
- paling sering pada daerah terminal ileum / dekat
valv. Ileocaecal
- invaginasi edema obstruksi
pada derah terjepit :
155
156
Pemeriksaan fisik :
a. anak / bayi 4 10 bulan, sehat, gemuk
(bertentangan dengan Negara berkembang)
b. dehidrasi (mata cakumg, turgor kulit jelek)
c. abdomen :
tanda tanda ileus obstruksi
massa tumor (sausage shaped structure)
dances sign (region iliaca dextra kosong)
karena dg adanya invaginasi caecum akan
tertarik keatas
Tanda tanda ileus obstruksi :
- Steifung usus + ( peristaltic usus kelihatan)
- Metallic sound +
- Counter usus +
- Multiple buble appereance
157
158
159
OPERATIF :
milking ( distal ke prox)
reseksi anastomosis (potong dan sambung)
vorlagerung (dinding perut ditutup, usus
yang jelek / nekrosis diluar rongga perut,
bila keadaan sudah baik, usus tersebut
dipotong lalu dimasukkan kembali)
160
- Ba refluks ke ileum
- Ba keluar bersama feses ( flatus)
- Klinis : membaik (tanda ileus obstruksi (-),
massa tumor (-) )
- Kotoran kembali N
Bila rekurens ( 2 bulan ):
- batas umur idiopatis : Ba enema
- 2 mgg / 3 tahun : operasi
161
MORBUS HIRSCHPRUNG
162
TRIAS :
1. pengeluaran mekoneum terlambat (> 24 jam)
2. perut kembung
3. muntah warna hijau
akibatkan : bayi lemah / dehidrasi / BB tidak
Diagnosis :
1. Anamnesa : riwayat penyakit
2. P. F : abdomen / rectal touch
163
164
. Terminal kolostomi
B. DEFINITIF : operasi abdomino perineal pull
trough (Swenson, soave, duhamel )
Konservatif :
menghilangkan tanda obstruksi rendah
Anal tube , bilasan kolon, RT
Komplikasi M.H :
- obstruksi kronik / diare
- BB tak
- Enterokolitis
- Sepsis
- Post kolostum : prolaps, nekrosis & ulserasi,
diare persistant, intoleransi & sugar
Neonatus :
Diagnosa sukar : diare kronik warna hijau, BB tak
Stasis syndrome
165
anemi
diare)
MECONIUM
ILEUS
166
Bentuk patologi :
Mekonium ileus : simple & complicated
- bentuk simple : 15 20 cm distal ileum lumennya
mengecil & prox dr obstr akan dilatasi & dinding
jd tipis bias perforasi
167
- bentuk complicated
:
bisa menyebabkan
VOLVULUS (usus terputus) nekrosis
perforasi mekonium keluar intra abd disebut
mekonium peritonitis
bisa terjadi : KISTA,
ATRESIA,
KALSIFIKASI (dr mekonium yg mengeras)
Prinsip dasar:
Merupakan manifestasi Generalized Hereditary
Disease yang menyerang kel eksokrin, kel keringat,
kel liur, kel lakrimal, pancreas, intestinal, sist
respirasi
10 15 % manifestasi peny sistemik Polycystic
Disease Pancreas atrofi kel eksokrin sekresi
terhalang enzim mekonium tidak dicerna
mekonium pekat / keras.
Diagnosa :
1. Anamnesa :
- Riwayat polihidramnion
- Kegagalan pengeluaran mekonium pd 24 48
jam I
168
Terapi : perbaiki KU
Non operatif uncomplicated MI diberi
Gastrografin enema untuk mencerna
meconium sehingga encer dan hilang
obstruksinya
Operatif
KU baik reseksi anastomose
KU jelek vorlagerung atau
exteriorisasi ( setelah KU baik dilakukan
interiorisasi & reseksi anastomose )
169
170
171
d. uterus
e. cloaca muara tract digestif ?
- vagina (rektovaginalis)
-perineum (rektoperinealis)
-rekto urinarius ( jarang o/k interposisi uterus /
vagina )
173
174
Type III :
perineum sempit
anus anlage keriput
terasa impuls ( bila rendah)
Type IV : diagnosa sering sangat terlambat oleh
karena anus ada. RT = rectum buntu (atresia recti)
Diagnosa :
A. Pem klinik
1. muara rectum terdapat di :
- dinding dorsal vagina 1/3 bawah
- vest vag
- perineum
berarti : trans levator
2. penonjolan tempat anus / impuls waktu
palpasi : trans levator
3. satu lobang di daerah genital wanita.
- muara rectum dinding dorsal vag 1/3 atas
- pneumaturi / mekonium dengan urine
supra levator.
B. Pem penunjang (radiologist)
Invertogram (udara sebagai kontras)
Wangensteen- rice
175
Syarat :
1. usia 12 jam
2. jungkir 10 menit
3. fleksi maksimal sendi panggul
4. centrasi trochanter mayor
5. ujung perineum terlihat konveks
6. nilai garis : pubococcygeus (P-C line)
Bila meconeum keluar bersama urine fistula (+) tidak
perlu invertogram
Pengobatan :
Tujuan :
1. membuat perineal stoma / anus yang baik dan
adekuat
2. tempat rectum dan anus baru dalam sfingter
yang berfungsi
3. lipatan pantat sekitar mukosa rectum dapat
melindungi mukosa saat duduk / berdiri
4. tutup fistula (bila ada)
5. saraf dipertahankan
dengan kata lain :
1. menghilangkan obstruksi
2. memperoleh kontinensia
176
Type I :
Komplikasi colostomi :
- diare
- prolaps
- perdarahan
- ulserasi kulit
- stenosis
- gangrene (mesokolon terjahit / terjepit prolaps)
Komplikasi operasi :
DINI :
- syok
- aspirasi pneumoni
- broncho pn
- peritonitis
- obstruksi
- nekrosis kolon
- sepsis
LAMBAT :
-anaplasti terlepas
-stenosis
-prolaps
-inkontinensia
-obstruksi
178
179
sebelah kanan
defek antara pinggir iga dan sternum
sering strangulasi
sering ditemukan pada anak > atau secara
kebetulan pada waktu foto thoraks
HIATAL HERNIA
Hernia melalui lobang tempat esophagus dapat
berupa : sliding H / paraesofagus H
Gejala :
- muntah (menyolok) refluks eso - luka
kronis fibrosis striktura
- anak >
- refluks esofagitis striktura
- BB tak
Ro : Ba meal (minum Ba)
Th/ :
- fundo plikasi = nissen (bks eso bag distal)
- striktura : bouginase
Sliding H : cardia atas
Para esoph H : cardia dibawah
181
EVENTERASI DIAFRAGMA
peninggian sebagian letak diafragma yg letak lebih
tinggi dari N
sebab :
1. gagalnya
proses
penyembuhan
muskulatur diafragma
2. trauma n. phrenicus waktu lahir (plexus
brachialis) erb. Duschene
klinis :
- menyerupai congenital diafragmatik hernia
(CDH)
- anak > : sering serangan sesak nafas, batuk
kronis
- susah menelan
- BB tak
Ro : garis diafragma yang meninggi
Neonatus : primer / trauma n. phrenicus
Primer : H. diaf
Trauma : konservatif & operatif
182
Dapat berupa :
1. Hernia umbilicalis
2. Hernia paraumbilicalis
3. omphalocele
4. gastroschizis
HERNIA UMBILICALIS
o defek fascia, jarang inkarserasi
o defek dapat menutup spontan
o tanda / keluhan : penonjolan hilang / timbul pada
umbilicalis. Isi : > omentum, usus halus <
o Th/ : operasi
HERNIA PARAUMBILICALIS
o Fascia robek , jadi harus ditutup oleh karena tak
akan sembuh
o Tonjolan tak bulat tapi serupa dengan topi
o Th/ : operasi
OMPHALOCELE
183
184
terjadi
o Th/ :
1. konservatif :
Indikasi : defek ekstrim luas dimana tak
mungkin ditutup cara operasi atau neonatus
yang krisis. Prematur, komplikasi paru, kelainan
congenital lain.
Painting
kantong
amnion
dengan
mercurochrome 2% tiap 3 jam sampai jar eschar
steril terjadi dan vasc terjadi dibawah membrane
kontraksi kulit + dinding abd dan kulit dapat
tumbuh diatas jar granulasi.
Kerugiannya : resiko rupture potensial infeksi
/ nifas
2. Operatif :
- fetal : defek kecil, eksisi kantong omphalocele
dan otot otot dinding abdomen didekatkan.
- Embryogenic : kulit dibebaskan (inguinal,
pinggir costa) didekatkan pada mid line
185
GASTROSCHIZIS
(para omphalocele, laproscizis, abdominoschizis)
o jarang
o ditandai oleh :
full thickness defek dengan ventral lateral
abdomen (biasa kanan umbilicus)
tak ada amnion
antara jembatan kulit antara defek dan
umbilicus
usus halus / besar dapat keluar melalui defek
dan basah oleh cairan amnion
usus saling melekat satu sama lain
o 70 % premature
o dapat disertai kelainan congenital lain
o Th/ :
tutup dengan silastik
incisi midline antara proc xiphoid symphisis
bebaskan kulit sampai pinggir costa / lipat
paha lalu didekatkan
186
Berupa :
1. Hernia inguinalis lateralis, hidrokele
2. Hernia inguinalis medialis
3. Hernia femoralis
4. Kelainan dari testis
- mal desensus / undosensus
- refraktil
5. Kelenjar limfe (infeksi, neoplasma)
6. pembuluh darah : aneurisma
7. abses dingin (spondilitis TBC)
Paling sering pada anak :
1. H.I.L + hidrokele
2. testis
3. limfadenitis
Embriologi :
187
188
189
190
BEDAH GIT
PRINSIP
UMUM
ABDOMEN
PEMERIKSAAN
192
Periksa DALAM
melawan tahanan dinding perut
tangan / jari sedikit dibengkokkan
dengan dua tangan disusun
GUDING
Palpation
(angkat-turun-angkatturun)
INSPEKSI abdomen ( 1 menit )
timbul benjolan + peristaltic yang kelihatan di
kiri & kanan (PYLORIC STENOSIS)
respirasi thoracal perforasi PEPTIC ULCER
visible peristaltic obstruksi usus halus
distensi abdomen obstruksi usus besar
gb. Usus
PERKUSI benjolan
isi : gas / udara / usus, lambung, esophagus, dll
batas udara & cairan
bergerak waktu bernafas
pekak hati, dll
AUSKULTASI
BORBORYGMI
Umbilicus : kanan bawah
Bunyi usus : nada rendah / tinggi/ METALIC
sound (tek intraluminar me)
193
194
195
Gejala TRAUMA :
1. Upper Abd : cairan bebas, darah
organ yang rusak : limpa, hati, pancreas,
ginjal, lambung, duodenum
2. Mid Abd : udara bebas, cairan bebas
organ yang rusak : usus, lambung,
duodenum
3. Lower Abd : infiltrate, urine
organ yang rusak : vesika urinaria
note :
Organ padat / solid viscus
Organ berongga / bollow viscus
Pemb darah
Ureter
196
DINDING ABDOMEN
Inspeksi
1. Benjolan kelihatan : bergerak waktu bernafas, intra
2. Hernia Epigastrica
benjolan di linea mediana antara pusat dan prox
xyphoideus
periksa dengan cahaya dari samping
palpasi nyeri
3. Hernia Insisional ( Acatrixcialis )
periksa dalam posisi berdiri
Blowing test
Palpasi batas-batas defek pada dinding
abdomen
4. Luka operasi perut terbuka
impending (cairan) jingga
disrupsi (burst abd, eviserasi)
5. Infeksi dinding abdomen
Cellulites superfisial / dalam
197
Gangrene
198
Posisi penderita :
1. Posisi lututsiku (Knee-Elbow ) :
Posisi litotomi :
Viscera pelvis lebih jelas
Rectum lebih tinggi dari tungkai
Struktur anatomis :
1. Anal grove ( antara M Spincter Ani Int & Ext )
2. Anorectal ring 2,5 cm
post & lateral lebih gampang diperiksa karena
letak M. Puborectal
penting untuk lokalisir abses anorectal
3. Valvula Houston bag bawah Rectoscopy
4. Promontorium sacrum / tuber os. Ischii
5. Prostat & cervix uteri
200
Pemeriksaan ANORECTAL
Inspeksi :
1. Prolaps rectum
2. Pruritits ani + Cutaneus tags (lipatan kulit
berlebihan)
3. Trombotik pile (hemoroid ext) benjolan
lipatan kulit yang berisi bekuan darah
4. Fistula in ano
5. Hemoroid interna
6. Melanoma anus
201
202
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
- sigmoid intisusepsi
- invaginasi
Relaksasi spincter karena :
- congenital
- tabes dorsalis dalam penyakit medulla
spinalis
- kerusakan spincter sesudah lahir / operasi
Ca recti
Tumor jinak rectum : polip, adenomatous,
fibrous
Strictura benign rectum
Senile anal stenosis (penyempitan dubur pada
ortu)
Metastasis tumor A. Excavatio Recto Vesicalis
( cavum Douglasi)
Anorectal abses
PROBLEMA Abdominal akut / non akut
6. Anemia def Fe
7. Icterus obstruksi
8. Massa abd / tumor abd
1.
Nyeri Abdomen
Riwayat penyakit :
lokalisasi nyeri
berat ringan / sifat nyeri
variasi beratnya nyeri
periodisitas
Peny yg menyebabkan nyeri non akut:
batu kandung empedu
ulkus peptikum
pankreatitis kronik / Ca pankreas
Chrons
disease,
peny
divertikulus,
konstipasi
Batu sal kemih / ginjal, tumor
PID kronis, tumor ovarium
Kelainan non bedah
2.
Disfagia
Obstruksi dinding
Ca esophagus, striktura esophagus
Peptic esofagitis
Pl Vinion syndrome
Leiomyoma
204
BB, anoreksia
keganasan : Ca lambung, pancreas, hati, dll
Medik : sirosis, alcoholism, DM, hepatitis, inf
mononucleosis, renal failure, thyrotoxic
Psikiatrik : depresi, anoreksia nervosa
4.
5.
6.
7.
Ikterus obstruksi
Batu duktus koledokus, Ca caput pancreas
Tumor
periampuler, striktura benigna
duodenum
Cholangioma, obstruksi duktus biliaris
intrahepatik
Intrahepatik kolestasis
8.
206
TRAUMA ABDOMEN
Kerusakan intraabdominal yang tidak ditemukan
akibat trauma abdomen tetap sering merupakan
sebab kematian yang menyedihkan. Kematian
manusia sebenarnya dapat dicegah :
1. Tanda tanda peritoneal sering kurang jelas
2. Tanda tanda dikalahkan oleh nyeri trauma
ekstra abd
3. Ditutupi oleh tanda tanda trauma kepala /
intoksikasi
207
209
C. INTUBASI
Pipa Lambung (Nasogastric tube)
- Mengeluarkan isi lambung
* Volume lambung berkurang
* Tekanan lambung berkurang
* Aspirasi berkurang
- Diagnosa kerusakan trauma gastro intestinal
bagian atas (darah dalam esophagus dan
lambung).
210
211
* intoksikasi
* paraplegia
3. Pemeriksaan tak praktis oleh karena lamanya
pemeriksaan radiologi/CT-Scan
BIOMEKANIKA CEDERA
Fase Anamnesa :
1. Tipe trauma : - tabrakan
- jatuh
- luka tembus
2. Intensitas energi :
- kecepatan mobil
- ketinggian tempat jatuh
- kaliber senjata, dll.
3. Jenis trauma : mobil, pohon, pisau, peluru.
9.
diafragma
1. TRAUMA TUMPUL :
Trauma Tumpul perut
- Kecepatan/cara trauma :
* Benturan langsung
* Benturan tarikan
* Closed loop
- Sukar dinilai dan sukar didiagnosa
* Aneka ragam organ/sistem
* Perubahan-perubahan derajat kesadaran
* Variasi penanggaulangan Pra-RS bagian
emergency
- Diafragma
- Duodenum
- Pankreas
- Genitourinary
- Usus halus
Trauma tumpul dibagi atas :
215
a.
b.
Deceleration
(kecepatan
yang
tiba-tiba
berhenti), terjadi :
- fixasi organ kurang baik (ginjal, usus, limpa)
- laserasi intima trombosis
- hematoma submukosa (duodenum robek
obstruksi)
Kompresi terjadi :
- Robekan kapsula organ organ
- Laserasi organ hepar & lien
- Sering dengan fraktur pelvis
2. TRAUMA TAJAM :
- Oleh benda apa saja
- Potensial lethal
- Berbahaya bila kena p. drh besar
Luka tembak :
- Serius : jar sekitar rusak, tergantung dari :
jenis senjata, energi kinetic, kec peluru
- Frek kerusakan alat dalam paling sering
adalah limpa
Tiga prioritas RESUSITASI INITIAL dr penderita
dg TRAUMA BERAT :
Group I :
Gangguan fs fisiologis vital yang mengancam
hidup, spt : obstruksi jalan nafas, perdarahan
Tindakan dalam 5 10 setelah sampai RS
Group II :
217
PARACENTESIS
= abdominal tap
95 % akurat
aspirasi darah beku min 0,1 cc abd tap (+)
LAVAGE Peritoneal :
- trauma capitis
- gangguan kesadaran
218
Trauma tumpul
Peluru, pisau
Bila jelas perdarahan
indikasi explorasi abd
operasi
Bila dg syok & perut
laparotomi
kembung Emergency Kurang jelas tanda
explorasi abd
& px -> observasi di
Luka ddg abd
RS : px berulang,
foto roentgen abd
Explorasi luka ( tembus
berulang.
/ perut )
- Waktu kejadian
- Tipe senjata
- Jarak tembakan
- Frekwensi tusukan/tembakan
- Jumlah darah yang keluar saat itu
Luka pada dinding dada bagian bawah
diafragma :
- Putting susu depan sela iga IV full
expiration
- Ujung bawah scapula sela iga VII batas
belakang
kerusakan organ-organ intra abdomen.
Luka pada pinggang dan belakang :
- Sukar dievaluasi retroperitoneal
- kerusakan organ intra abdomen/kolon
Luka tembak :
- Serius : jar sekitar rusak, tergantung dari :
jenis senjata, energi kinetic, kec peluru
- Frek kerusakan alat dalam paling sering
adalah limpa
3 cara penanganan :
1. explorasi rutin semua penderita
2. terapi selektif
3. explorasi abd bila sudah ada kerusakan.
220
221
EXPLORASI LOKAL :
- luka tikam / tusuk : 30 % dengan kerusakan alat-alat
dalam perut
- luka tembak :
o 90% dengan kerusakan alat dalam perut,
mortalitas > 10x dari luka tikam
o Tidak dianjurkan untuk explorasi local,
penamggulangan selektif
o Segera setelah didx : Lavage peritoneal,
kerusakan intra abd (+)
resusitasi
explorasi Celiat (anjuran)
- anastesi local, luka diperlebar
- explorasi luka bila peritoneum tidak rusak
drainage, rawat jalan.
Bila tembus indikasi explorasi laparotomy
Px Rontgen :
1. foto ikhtisar perut tegak & terlentang
2. foto thorax free air, dll
3. IVP
4. Cystography/ S. angiography
5. Upper GI Barium
6. Sinography
ABDOMINAL COMPARTMENT
SYNDROME (ACS)
222
P e n e t r a t in g A b d o m in a l I n ju r y
Komplikasi DPL
U n s t a b le dinding abdomen
S t a b le
- Perdarahan
E v is c e r a t io n
- Peritonitis
P e r it o n e a l Skandung
ig n s
- Laserasi
kencing
- Kerusakan organ intra-abdomen/retroperitoneal
- Infeksi luka
E k s p lo r a t o r y
L a p a ra to m y
G unshot
W ound
S ta b W o u n d
E k s p lo r a t o r y
L a p a ra to m y
Lokal
E k s p lo r a t io n
( + ) P e r it o n e a l
V io la t io n
( - ) P e r it o n e a l
V io la t io n
P e r it o n e a l L a v a g e
O b s e rv e
( + ) E k s p 224
lo r a t o r y
L a p a ra to m y
(-) O b s e rv e
A L G O R I T H M F O R B LU N T I N JU R I E S TO S M A L L B O W E L
BLUNT
A B D O M IN A L
I N JU R Y
U N S TA B L E
S TA B L E
P E R IT O N E A L L A V A G E
C T- S can
(+)
(-)
(-)
E ksp l o rat o r y
L ap ar a t o m y
I d ent i f y an d t r e at
E xt r ap er i t o n eal S ource
O b serve
225
(+)
I s ol a t e d and C on t a i n ed
I n t r aperi t o n eal f l u i d S ol i d O rgan I n j u ry
m esent e ri c h em at o m a
b ow el w al l t h i c ken i n g
E xp l o r a t o ry
Lap ar a t o m y
O bser v e
KESIMPULAN
PENANGGULANGAN TRAUMA TUMPUL
DAN TRAUMA TEMBUS ABDOMEN.
226
PERDARAHAN GIT
227
1.
2.
228
o Pankreatitis
2. Mekanis :
o Hiatus hernia
o Telan corpus alienum
o Synd Mallory Weiss
o Prolaps mukosa gaster
o Hemato biliar
o Duplikasi gaster
o Hipersplenisme
3. Vaskuler :
o Varises esophagus
o Aneurysma aorta / lien
o Hemangioma
o Athero embolism
4. Sistemik / umum :
o Penyakit kolagen
o Amyloidosis
o Sarcoidosis
5. Neoplasma :
o Ca esophagus, gaster, pancreas,
hepatobiliaris, duodenum
o Polip multiple, single, sindrom Peutz
Jegner
o Leiomyoma / Leiomyo-sarcoma, carcinoid,
leukemia, sarcoma
229
230
231
GI Bleeding :
- ulcus duodeni
- hemoragik gastritis
- P. varises esophagus
- Mallory Weiss Syndr
- Ulcus Ventrikuli
- Esofagitis
- Cancer
: 25,0 %
: 17,9 %
: 14,9 %
: 7,7 %
: 10,3 %
: 3,6 %
: 1,6 %
Baring
TD Nadi
N
N
N
N
N
N/
N/
Duduk
TD
Nadi
N
N
N
N/
N/
232
PERDARAHAN
Kesadaran
Vol darah
tensi
COP
vasodilatasi arterioli
vasokonstriksi kulit dan splanchn
233
Pendekatan Diagnostik
1. Lavage lambung : lar NaCl os, evakuasi bekuan
darah
2. KU pend baik : Endoskopi esofagoscopi,
gastroscopi, duodenoscopi
3. bila masih berdarah dan Dx masih ?? selektif
angiografi
4. Upper GI series Barium
Komplikasi Klinik Hematemesis dan Melena :
1. Shock
2. Anoxemia delirium
3. Uremia
4. Kerusakan hepar
5. Trombosis cerebral dan coroner
6. Perforasi mendadak
Strategi penanggulangan Perdarahan Sal cerna Bag
Atas :
- criteria perdarahan yang berat
- tindakan resusitasi sirkulasi (akibat perdarahan)
- tindakan darurat
- rujukan untuk kasus perdarahan yang berlanjut
- tindakan-tindakan definitive perdarahan :
varises esophagus
234
ulcus pepticum
keganasan lambung
Penanganan yang aman untuk kasus perdarahan yg
berlanjut (th/ konservatif gagal) :
KU mengijinkan transport :
- tidak dalam keadaan shock
- tenang
- infuse terpasang
- dalam keadaan berbaring
Tindakan definitif :
- eksisi local
- reseksi P
- hemikolektomi
- abdomino perin R (Miles operasi)
- hemoroidektomi
1. Koreksi shock hipovolemik dengan darah /
plasma expander CEPAT
Sampai : TD dan nadi N, sirkulasi vol darah N,
hematokrit 25 %
2. Menentukan
sebab
perdarahan,
jumlah
perdarahan, perdarahan aktif / tidak
- anamnesa yang jitu
- data os sebelum dirawat dokter, sinar X, lab
- Lab : hematokrit, leukosit, BSP
235
Penanggulangan perdarahan
(hematemesis, melena) :
- cairan per os
- transfusi darah
- gastric lavage
- plasma expanders
- oxygen
- milk drip
- toxemi
mendadak
GIT
Details of management :
1. tenangkan penderita kalau perlu dengan
luminal inj
2. bila shock tingkatkan TT bag kaki
3. Nadi / jam, Hb periksa gol darah & cross
match
4. boleh minum air / NaCl + H2O
5. siapkan transfusi darah / Hb
6. siapkan px X-ray sesudah shock diatasi
7. diet makanan cair / 2 jam, susu malam
8. beri antasida
9. istirahat malam (kalau perlu diberi luminal
10. mobilisasi ringan bila perdarahan stop
11. suppositoria
12. tablet sulfas ferrosus paracetamol
236
Penanggulangan segera :
- setiap kasus masif hemorrhage dari GIT harus
dirawat di RS
- resusitasi dan px untuk Dx
- koreksi syok hipovolemik
- 2 tujuan dari terapi permulaan ini :
o mengganti vol darah yang hilang
o menentukan sumber dan jumlah perdarahan
- memperkirakan secara kasar / fisis jumlah darah
yang hilang
- px fisik : penyakit GI : hepar, lien, spider nevi,
sirkulasi kolateral perut / dada, nyeri tekan
epigastrium, dll
- CVP monitor : BL tipe / cross match
- Periksa lab: Hb / Ht , leukosit, protrombin time,
serum albumin
- Sesudah KU baik anamnesa perjalanan
penyakit (dapat data dari penderita)
- Untuk diagnosa :
o Lavage lambung
o Endoscopy
o Angiography (selektif)
o Barium (upper GI series)
237
vasopressin
perdarahan
TERUS
kurang berhenti
SB tube
CH A/B : Pembedahan
elektif
CH C : Skleroterapi
Perdarahan terus
238
CHILD C
: skeroterapi darurat
Perdarahan SMBB
Etiologi :
- tifus abdominalis
- megacolon toxic
- penyakit-penyakit peradangan usus
- tumor
- penyakit vaskuler
- diverticulosis
Pemeriksaan :
- anamnesa
- pengamatan jasmani
- tes diagnosa
- lab leukosit, Hb/Ht, PT,BT
- EKG
- BNO
Perdarahan
PEPTIK
Perdarahan aktif /STP
aktif
TUKAK
Perdarahan tidak
R/ endoscope
R/ Medik
Perdarahan ?
Perdarahan
239
Berulang Stop
Berulan Stop
Pembedahan
medikamentosa
R/
2.
3.
4.
5.
241
6.
242
OBSTRUKSI USUS
Pembagian klinik :
I. Obstr mekanis : lumen sempit
II. Obst ggn saraf : ileus paralitik
III. Obst ggn vaskuler
HAMBATAN SAL CERNA
= obstruksi usus = ileus obstruksi
tdd :
1. mekanik obstruksi usus / ileus obstruksi
2. paralitik saraf yang lumpuh / ileus paralitik
Obstruksi intestinalis
Mekanis peristaltic (+)
Etiologi :
243
gallstone, feses
meconeum
bezoar
2. Kelainan / kerusakan dinding usus (intrinsik) krn :
atresia
stenosis
duplikasi
striktura (Ca, radang, iatrogen, radio th/)
3. Ekstrinsik dari pada usus ok :
adhesi : operasi, radang, kinking, angulasi, pita
(hands)
hernia eksterna :
o H. inguinalis
o H. umbilicus
o H. femoralis
o H. incisional
Massa ekstrinsik : neoplasma, abses
Volvulus : - sebagian usus
- sebagian usus + obstruksi p. drh
Midgud volvulus
Caecal volvulus
Sigmoid volvulus
Adhesi usus volvulus
Patogenesa :
Simple obst intestinalis, ok :
o cairan ditelan
o sekresi pencernaan (saliva, as lambung, empedu)
244
simple obstruksi
strangulasi obstruksi
closed loop obstruksi : obstruksi bagian distal dan
Proksimal
Tubuh kehilangan H2O dan elektrolit
Distensi usus
dehidrasi azotemia
oliguria
hemokonsentrasi
- tek intraluminal me
- venous return tungkai me
- diafragma terdorong ke atas
gangguan ventilasi
- profil bakteri lebih cepat
isi usus : Feculens
245
takikardia, CVP , COP hipotensi
hipovolemia
Syok hipovolemik
246
- KOMPRESI/TEKANAN
B. ADHESI DAN PITA
C. HERNIA
D. VOLVULUS
E. INTUSSUSCEPTION
F. KELAINAN PERKEMBANGAN
II. OBST. GANGGUAN PERSARAFAN
A. ILEUS PARALYTIC/A-DYNAMIS
B. ILEUS SPASTIC/DYNAMIS
III. OBSTRUKSI VASKULER
TROMBOSIS MESENT / EMBOLI
OBSTRUKSI INTESTINALIS
OBSTRUKSI MEKANIS
I. TERSUMBAT LUMEN USUS
- TUMOR POLYPOID
- INTUSSUSCEPTION
- GALLSTONE, FECES
- MECONIUM, BEZOAR
II. KELAINAN/KERUSAKAN DINDING USUS
(INTRINSIK)
- ATRESIA, STENOSIS, DUPLIKASI
- STRICTURA: CARCINOMA
RADANG
IATROGEN
RADIOTERAPI
248
PEMBAGIAN PATOLOGIK
SIMPLEKS:
- MEKANIS ADHESI/PITA
- GANGGUAN PERSARAFAN
STRANGULASI:
- ADHESI/PITA
- HERNIA, VOLVULUS, INVAGINASI
249
250
(ZAT-
C. METABOLISME
- HIPOKALEMIA (GGN PERTUKARAN
ION-ION SELAMA KONTRAKSI OTOT USUS)
- ISKEMIA
PATOGENESIS :
SIMPL. M. OBST. INT
DISTENSI USUS :
1. MULA-MULA RANGSANG REFL. MUNTAH
MEMPERTINGGI SEKRESI USUS
MENGURANGI ABSORPSI
251
AKUMULASI CAIRAN
DEHIDRASI OLIGURIA
HEMOKONSENTRASI
TAKIKARDI CVP
C. O
SYOK HIPOVOLEMIK
2. TEKANAN INTRA ABD
= VENOUS RETURN TUNGKAI
= DIAFRAGMA TERDORONG GGN.
VENTILASI
= PROLIFERASI BAKTERI LEBIH CEPAT (ISI USUS
FECULENS)
PATOGENESA OBSTR. STRANGULASI
- SIRK. USUS YG OBSTR. TERGANGGU
TEK. INTRA (TERUS-TERUS)
OBSTR. CLOSED LOOP
252
SHOCK
253
PEMERIKSAAN FISIK
254
TAKIKARDIA
DEHIDRASI
DAN/ATAU HIPOTENSI
PERITONITIS
DEMAM KEMUNGKINAN STRANGULASI
TURGOR KULIT
KELEMBABAN KULIT
ABDOMEN :
- DISTENSI
- D. STEIFUNG (PERISTALTIC WAVES DI
DINDING ABD)
- SCARS (PASCA BEDAH)
- H. INCARSERATA (PD ORG GEMUK SAMARSAMAR)
- MASSA DLM ABD NEOPL, INTUSSUCEP,
ABSES
- NYERI TEKAN ABDOMEN +
- NYERI LOKAL
MUNGKIN
NYERI REBOUND
STRANGULASI
DEFENCE M.
- AUSK: HIGH PITCHED
TINKLING (MET. SOUND)
MUSICAL CHARACTER
- RECTAL EX:
* MASSA DLM LUMEN
255
NYERI KOLIK
256
- HYPERPERISTALTIK
- RETUM KOSONG/ DAN KEMBUNG
OBSTR. STRANG
- IRITASI PERITONEAL
- NYERI TEKAN ABD
- DEFENCE MUSC
- REBOUND PHEN.
- BUNYI USUS JARANG/HILANG
- KEGAGALAN SIRK. JELAS
GAMBARAN KLINIK OBSTRUKSI INTESTINAL
NYERI
DISTENSI MUNTAH
OBSTR. MEK.
++
+
+++
SIMPLEKS USUS
ABD
HALUS BGN
TENGAH
PROX
ATAS
OBSTR. MEK.
+++
+++
++
SIMPLEKS USUS
ABD
CEPAT
FECAL
HALUS BGN
TENGAH
DISTAL
KOLON
+++ ABD
+++
+++ FECAL
BWH
LAMBAT
STRANGULASI
++++
++
+++
TERUS2
TERUS2
257
ILEUS
+
++++
PARALITIK
OBSTR.
++++
+++ CEPAT
VASKULER
LAMPIRAN GAMBARAN KLINIS
+
+++
BUNYI NYERI
SUHU
USUS TEKAN
USUS HALUS
DIFUS,
< 37,70 C
BGN PROX
MINIMAL
. USUS HALUS
MINIMAL< 37,70 C
BGN DISTAL
KOLON
MINIMAL< 37,70 C
STRANGULASI , TDK JELAS,
< 37,70 C
TENTU LOKAL
ILEUS
DIFUS,
< 37,70 C
PARALITIK
MINIMAL
OBSTR.
JELAS,
> 37,70 C
VASKULER
DIFUS ,
MINIMAL
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
258
DISTENSI USUS
HALUS+BESAR
USUS HALUS BGN SENTRAL ABD
USUS BESAR BGN PERIFER ABD/PELVIS
OBSTR. KOLON + INCOMPETENSI VALV.
ILEO-CAECAL DISTENSI KOLON + USUS
HALUS
OBSTR. + COMPETENSI VALV. ILEO-CAECAL
DISTENSI KOLON DAN SEDIKIT GAS
DALAM USUS HALUS
TANDA RONTGENOLOGIK OBSTR. USUS
TANDAPARALITIK
TANDA
GAS DLM
+++
LAMBUNG
GAS DLM USUS+++, MERATA PP
USUS BESAR &
USUS HALUS
CAIRAN DLM +
USUS
GAMB. ANAK ++
TANGGA
DATAR
GAMB. ANAK +
259
O. MEKANIK
+
+ HANYA PROX DP
OBSTR
+++
+
++
TANGGA
TEGAK
BATAS UDARA- CENDERUNG
CENDERUNG PAD
CAIRAN PADA SAMA TINGGI
PERMUKAAN TAK
BELOKAN
PADA ABD. BGN SAMA, ADA LOOP
USUS (FOTO
TENGAH, ADA
BENTUK J
TEGAK
LOOP BENTUK U
DLM EVALUASI PENDERITA DENGAN SUSPECT
OBSTR. USUS:
1. APAKAH ADA OBSTR. USUS
2. BILA ADA DIMANA LOKALISASINYA
3. BGMN KEAD ANATOMIS/PATOLOGIK DP
LESI OBSTR. TERSEBUT
4. APAKAH SUDAH ADA STRANGULASI
5. BGM KEAD UMUM PENDERITA (BALANCE
ELEKTROLIT, PENYAKIT SISTEMIK LAIN)
TX DENGAN OBSTRUKSI USUS
SEHARUSNYA:
- SEGERA: CAIRAN IV (NaCL, GLUC 5%
PRODUKSI URIN CUKUP
- CAIRAN IV CUKUP C.V P 5-10 CM
- DARAH, PLASMA IV SHOCK
STRANG.
TINDAKAN OPERASI DIMULAI
260
261
PENANGGULANGAN:
PEMERIKSAAN2
RESUSITASI
OPERASI
262
PENDEKATAN OPERASI:
SELALU MELALUI LAPARATOMI (INSISI
GARIS TENGAH PERUT), KECUALI PD
OBSTR. OLEH HERNIA INGUINALIS
PENILAIAN SEGMEN USUS YANG VIABLE:
WARNA
MOTILITAS
PULSASI ARTERIAL
BILA RAGU KOMPRES NaCL 15
MASIH RAGU RESEKSI
TERAPI PEMBEDAHAN
263
PEMBEDAHAN DITUNDA/RAWAT
KONSERVATIF:
1. OBSTR. PYLORUS KOREKSI CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
2. OBSTR. PASCA BEDAH ABDOMEN
3. OBSTR. OLEH METASTASIS CARC. INTRA ABD
4. BAYI DGN INTUSSUSCEPTION HYDROST.
REDUCTION
5. VOLVULUS SIGMOIS SIGMOIDOSE
DECOMPRESI
264
USUS HALUS
Tek intraluminar
: 2 4 mmHg (istirahat)
Tek waktu peristaltik : 20 30 mmHg
jadi isi usus didorong ke distal dan akhirnya
keluar
tek
> 30 mmHg
> 50 mmHg
> 90 mmHg
120-230 mmHg
265
Obstruksi simpleks :
o Tekanan 5 20 mmHg
o Limfe drainage
o Mempercepat penimbunan caran limfe
o Tek regurgitasi via lambung
266
4.
perforasi
Efek umum :
1. vol ekstra sel
2. sirkulasi darah setempat
3. toxemia
4. peritonitis
Pemeriksaan Fisik
1. takikardia
karena dehidrasi / peritonitis
2. hipotensi
3. demam kemungkinan strangulasi
4. turgor kulit
5. kelembaban mukosa
6. abdomen : distensi
d. steifung (peristaltic waves dr ddg abdomen)
scars (pasca bedah) -> jar ikat
hernia incarserata (orang gemuk samar-samar)
massa dalam abdomen : neoplasma, intususepsi
nyeri tekan abdomen (+)
nyeri lokal
mungkin
nyeri rebound
strangulasi
defence musculorum
auskultasi : high pitched (nada tinggi)
tinkling (metal-metal sound)
musical character
267
Pemeriksaan Roentgen:
Untuk lebih tepat tentukan lokasi obstruksi
Multiple gas fluid levels pada usus dan distensi usus
Bentuk U terbalik foto tagak : gas diatas & cairan
dibawah.
Evaluasi penderita dgn suspect Obstruksi Usus :
1. apa ada obstruksi usus
2. bila ada dimana lokalisasinya
3. bagaimana keadaan anatomis / patologi dari
lesi obstruksi
268
memperbesar
permeabilitas
mukosa
(Bacterial Risk, Absorpsi Toxin)
- Stasis pertumbuhan bakteri me kan
konsentrasi bakteri dalam lumen usus. Insidens
peritonitis, abses, infeksi, luka me
SINDROM OBSTRUKSI INTESTINAL
269
Obstruksi simpleks
1. Distensi abdomen
2. Visible peristaltic /
Darm Steifung
3. Gb anak tangga
4. Rectum kosong & /
kembung
Obstruksi strangulasi
1. Iritasi peritoneal
2. Nyeri tekan abdomen
3. Defence musculair
4. Rebound fenomena
5. Bunyi usus jarang
hilang
6. Kegagalan sirkulasi
lebih jelas
Nyeri
Usus
halus
prox
Usus
halus
distal
++
abd
atas
+++
abd
tengah
+++
abd
bawah
++++
(terus)
Dis
tensi
Muntah Bunyi
usus
+++
+++
cepat
++
promoto
r pecah
+++
lambat
+
fecal
++
+++
(terus)
270
Nyeri
tekan
Suhu
Difus,
minim
al
Difus,
minim
al
Difus,
minim
al
Jelas,
ideal
<
37,7
C
<
37,7
C
<
37,7
C
<
37,7
tentu
+
++++
++++
+++
(kontinu
(cepat)
)
+++
Difus,
minim
al
Jelas,
difus
lokal
C
<
37,7
C
>
37,7
C
271
Obstruksi Mekanis
+++
+++
(merata pd usus
halus & colon)
+
++
+
cenderung sama
tinggi dengan
abdomen tengah
U
+
+
(hanya prox dr
obstr)
+++
+
++
cenderung pd
perm( sama
tinggi)
X-Ray plain :
legal
LLO / samping
272
- follow through
Faktor-faktor penunjang obstruksi strangulasi :
- Nyeri mendadak
Diagnosa dini Obstruksi intestinal:
- nyeri kolik (jejunum ileum) 3 5 (6-10)
- borborygmi didengar dengan stetoskop
- muntah : retrograde peristaltic
- dehidrasi
- distensi abdomen
- konstipasi akut
Penanganan dengan obstruksi usus
- seharusnya segera diberi cairan IV (NaCl, Gluc
5%) produksi urin cukup
- cairan IV cukup CVP 5 10 cc NaCl
- darah, plasma IV syok, strangulasi
274
Causa :
- Ca 90%
- Volvulus
- Faeces (orang tua)
Distensi timbul kemudian (> besar)
Muntah timbul kemudian
50 60 % distensi segmen usus halus
valv ileocoecal yang inkompeten
Tek intra luminer : 2 4 mmHg
Perlu 50 70 mmHg dapat pecah
Tanda / gejala sama dengan obstruksi usus halus
Hanya perlangsungan lebih lambat
Pembedahan Ditunda / Rawat Konservatif, bila :
1. stenosis pylorus koreksi cairan & elektrolit
2. Obstruksi intestinal pasca bedah abdomen
3. Obstruksi karena metastase Ca intra abdominal
4. Bayi dengan intisusepsi reduksi hidrostatika
5. Volvulus sigmoid sigmoidoscopy decompresi
6. Exaserbasi akut Chrons disease
7. Penderita dengan obstruksi usus parsial
menahun (Chronic partial obstruction)
Penanggulangan px, resusitasi, operasi
275
setelah
Obstruksi
COLON
276
Ileus ParalItIk
Etiologi :
1. Faktor neurologik refluks
intestinalis
2. Faktor metabolic hipokalemi
intestino-
gb anak tangga
dinding usus yang melebar tebal
fluid level yang kecil kecil dan multiple
277
Tindakan operasi
obstruksi belum dapat
dilakukan :
1. Stenosis pylorus koreksi cairan dan elektrolit
2. Obstruksi intestinalis pasca badah segera
3. Obstruksi karena metastase Ca abdomen
4. Invaginasi ileocaecum
5. Volvulus sigmoid
6. Obstruksi karena ileitis terminal Chrons
disease
Reseksi obstruksi
7. Obstruksi partialis
278
HERNIA
DEFENISI
Protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi
hernia.
Hernia dinamakan berdasarkan
Waktu :
H.Kongenital
H.Didapat (Akuisita)
Lokasi, mis :
H. Eksterna
H. Obturator
H. Interna
H. Diafragmatika
H. Inguinalis
H. Ventralis
H. Femoralis
H. Pudendal/Vaginal
Isi, mis :
H. Enterocele
H. Ricter (sebagian dinding usus)
H. Littre (divertikel Meckel)
H. Slidding
279
Kausa :
H. Traumatika
H. Insisional
Berdasarkan obstruksi :
H.Reponibilis
H.Irreponibilis
H.Inkarserata
H.Strangulata
HERNIA INGUINAL
Anatomi :
Membentuk cermin (mirror images)
Kanalis
inguinalis
dan
funikulus
spermatikus,MOI sebagai cermin.
Disebabkan oleh kelemahan lapisan dinding
abdomen dan berisi organ viscera
280
Skin
Fat
Fascia (Scarpas)
superf. stratum
Aponeurosis & muscle
(external oblique)
Inguinal canal, internal oblique M.and (mirror)
spermatic cord
Aponeurosis & muscle (transv.abd)
Fascia (transversalis)
Fat (Preperitoneal)
deep stratum
Peritoneum
FISIOLOGI
Normal : terdapat 2 mekanisme pertahanan
keutuhan kanalis inguinalis untuk mencegah
penonjolan/protusi isi abdomen melalui anulus
internus
I. Sphincter action
- Anulus internus melekat dgn M.Transv.
- abd. mll sling fasc transversalis memperkuat
bgn med & inf anulus
281
282
INDIREK
TONJOLAN BERBTK OVAL
BAYI/ANAK ; KONGENITAL KARENA TIDAK
MENUTUPNYA PROSESUS VAGINALIS
H. ING. MEDIAL (DIRECT)
DIDAPAT / AQUISITA
ORANG TUA (>50 THN)
TIMBUL CEPAT
HILANG CEPAT(SPONTAN)
TAKSKROTUM
JARANG STRANGULASI
IMPULS PADA PERMUKAAN JARI
283
HERNIA FEMORALIS
SERING PADA WANITA USIA TUA
PINTU KELUAR HERNIA ADALAH ANULUS
FEMORALIS KANALIS FEMORALIS
(SEJAJAR DENGAN V.FEMORALIS) FOSSA
OVALIS
PF : BENJOLAN DIBAWAH LIG. INGUINALIS
DI MEDIAL V.FEMORALIS DAN LATERAL
TUBERKULUM PUBIKUM
SERING TERJADI STRANGULATA
PENANGANAN:
H.LATERALIS ANAK/BAYI YANG
REPONIBILIS HERNIOTOMI
H.LATERALIS ANAK/BAYI YANG
STRANGULATA KONSERVATIF :
- BERI SEDATIF SAMPAI TIDUR
- POSISI TRENDELENBURG
284
- PUASA MAKANAN/CAIRAN
PARENTERAL
KANTONG ES DI LIPAT PAHA
HERNIOTOMI DENGAN PEMASANGAN
MESH DIKERJAKAN PADA :
- H. LATERALIS DEWASA REPONIBILIS
- H. LATERALIS DEWASA IREPONIBILIS
- H. INKARSERATA/STRANGULATA
- H. MEDIALIS & H. FEMORALIS
APENDISITIS
Adalah radang usus buntu
Insidens
-
285
Anatomi
INDONESIA : UMBAI CACING
BTK TABUNG
PJG KIRA-KIRA 10 CM
PANGKAL DI SEKUM
LUMEN SEMPIT DI PROKSIMAL BAYI
BERBENTUK KERUCUT
LTK INTRAPERITONEAL (60%)
PARASIMPATIS DARI N.VAGUS
SIMPATIS DARI N.TORAKALIS X
PERDARAHAN
DARI
ARTERI
APENDIKULARIS
CBG
DR
ARTERI
ILEOKOLIKA
Fisiologi :
MENGHASILKAN MUKUS 1-2 CC/HR
SEBAGAI GALT (GUT ASSOCIATED
LYMPHOID TISSUE) Ig A FGS
PELINDUNG DR INFEKSI
Patogenesa :
- obstruksi terjadi radang
- hyperplasia folikel limfe (submukosa appendiks) :
60% pd anak
- fecalith / fecal statis pada orang dewasa 35%
286
4%
1%
287
1.
2.
3.
4.
Isi lumen
derajat obstruksi
sekresi lanjutan mukus
serosa yang tak elastis
288
289
290
291
Pemeriksaan :
nyeri tekan lokal (Mc Burney)
nyeri lepas (Ron sign)
defence muscular
hiperestesi cutaneus
PSOAS SIGN
OBTURATOR SIGN
Nyeri daerah pelvic sebelah kanan (RT)
RARSINGS SIGN rectal tuse :
- Mengesampingkan kista ovarium & abses
tuba
- Nyeri pelvik bagian kanan (pelvic app +)
- Massa dalam pubis kanan (pelvic app -)
292
Darah
- Leukosit biasanya abN (korelasi bukan kel
appendix)
- Differential count
1/3 penderita leuko
normal
Diff count shift to the left (kebanyakan)
Urine
Beberapa leukosit
DD :
Anak :
293
Dewasa :
294
1. Akut divertikulitis
2. Perforasi ulkus duodeni
3. Perforasi ulkus vebtrikuli
4. Kolesistisis akut
5. Pankreatitis
6. Obstruksi intestinal
7. Perforasi Ca caecum
8. Perforasi divertikulum ileum
9. Oklusi pembuluh mesenteri
10. Ruptura aneurisma aorta
Insidens :
Perforasi : < 20% 24 jam pertama
> 70% > 48 jam
Appendisitis akut
Potong appendiks :
- mesoappendiks dipisahkan
- appendiks diangkat antegrad / retrograde
- peritung appendiks benamkan lalu dijahit Z /
Tune String
- ikat jahitan ganda / double bila edematous
Sebelum ditutup, tutup luka operasi & fossa
iliaka dekstra dengan larutan campuran
antibiotika
Drainage pemasangan drain
Penutupan
luka operasi : jahit + drain /
dibiarkan kulit dan subkutan terbuka
296
297
appendektomi
Pasang drain tube irigasi cairan + antibiotika
( 3 hari)
Luka operasi ditutup : jahit otot-otot, insisi kulit
(biarkan / tutup)
Perawatan cara Ochiner Sheeren selanjutnya 12 minggu
Appendektomi
Komplikasi pasca bedah :
- appendiks utuh 5%
- appendiks : gangrenosa
perforasi
30%
infeksi luka-luka
abses : pelvis, sub phrenis, intra peritoneal
fistula fecal
portal pyemi multiple abses hati
298
kembung
299
KOLESISTITIS AKUT
Terbagi atas 2 yaitu :
a. Kolesistitis Kalkulous
b. Kolesistitis Akalkulous
A. KOLESISTITIS AKUT KALKULOUS
300
PATOFISIOLOGI :
90 95 %
OBSTRUKSI DUKTUS SISTIKUS
PENYEBAB OBSTRUKSI :
- LUMPUR EMPEDU
- BATU EMPEDU
- DI NEG. BERKEMBAN : INF.HELMINTIASIS
( ASCARIS)
TEK. YG TINGGI AKIBAT OBSTRUKSI
BERSAMA-SAMA DENGAN CHOLESTEROL
SUPERSATURATED BILE MEMICU
RESPON INFLAMASI AKUT
TRAUMA AKIBAT BATU EMPEDU
STIMULASI SINTESA PROSTAGLANDIN I
DAN E , SBG MEDIA RESPON INFLAMASI.
KANDUNG EMPEDU DISTENSI, INFLAMASI
DAN EDEM ISKEMI DAN NEKROSI
BATU TERLEPAS
INFLAMASI MENURUN
MANIFESTASI KLINIK :
HIPOKONDRIKA KANAN :
- NYERI TEKAN
- DEFANS MUSKULAR
2
301
- MASSA
- TANDA MURPHY
LABORATORIUM
CAIRAN PERIKOLESISTIK
SENSITIFITAS 85 %
SPESIFISITAS 95 %
PENANGANAN
KONSERVATIF :
COOL OFF THE GALL BLADDER
302
KOMPLIKASI
EMPIEMA
KOLESISTITIS EMFISEMATOUS
( TERUTAMA PEND. DM )
PERFORASI :
PERITONITIS UMUM
MASSA PERIKOLESISTITIS
FISTEL KOLESISTENTERIK
B. KOLESISTITIS AKUT AKALKULOUS
5 10 % KASUS
>> FULMINAN
303
TEORI :
PUASA LAMA KOLONISASI BAKTERI
PENURUNAN PENGISIAN ARTERIOL &
KAPILER ( PD KALKULOUS TERJADI DILATASI )
PENANGANAN :
KOLESISTEKTOMI EMERGENSI
O.K : - INSIDEN GANGREN,PERFORASI,
EMPIEMA > 50 %
- MORTALITAS 40 %
KRIS n ADAM
BEDAH THORAX
304
TRAUMA TORAKS
Kelainan yang dapat timbul akibat trauma toraks,
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Trauma dinding toraks dan paru
a. Fraktur iga
b. Flail chest
c. Kontusio pulmoner
d. Pneumotoraks
e. Hematotoraks
f. Cedera trakea dan bronkus
2. Trauma jantung dan aorta
a. Kontusio miokardium
b. Tamponade jantung
c. Kelainan aorta
Penanganan umum :
Pertama-tama perhatikan A (airway), B (breathing),
dan C (circulation).
1. Anamnesis yang lengkap dan cepat. Yang perlu
ditanyakan adalah waktu kejadian, tempat
kejadian, jenis trauma (tertembak, tertusuk,
terpukul, dll), arah masuk keluar perlukaan,
bagaimana keadaan penderita selama dalam
perjalanan.
2. Pemeriksaan fisik
305
FRAKTUR IGA
306
FRAKTUR STERNUM
308
309
FLAIL CHEST
Trauma hancur pada sternum atau iga dapat
berakibat terjadinya pemisahan total dari suatu
bagian dinding dada, sehingga dinding dada
tersebut bersifat lebih mobil. Pada setiap gerakan
respirasi, maka fragmen yang mobil tersebut akan
terhisap ke arah dalam. Pengembangan normal
rongga pleura tidak dapat lagi berlangsung,
sehingga pertukaran gas respiratorik yang efektif
sangat terbatas.
Manifestasi klinis :
Biasanya karena ada pembengkakan jaringan
lunak
di
sekitar
dan
terbatasnya
gerak
pengembangan dinding dada, deformitas, dan
gerakan paradoksal flail chest yang ada akan
tertutupi. Pada mulanya, penderita mampu
mengadakan kompensasi terhadap pengurangan
cadangan respirasinya. Namun bila terjadi
penimbunan secret-sekret dan penurunan daya
pengembangan paru-paru akan terjadi anoksia berat,
hiperkapnea, dan akhirnya kolaps.
Penatalaksanaan :
310
KONTUSIO PULMONER
Flail chest dapat diperburuk oleh kontusio pulmoner,
walaupun kontusio pulmoner dapat saja terjadi
tanpa fraktur iga terutama pada anak-anak.
Manifestasi klinis :
Cairan dan darah dari pembuluh darah yang
mengalami ruptur memasuki alveolus, ruang
interstisial, dan bronkus, menghasilkan obstruksi
jalan nafas lokal. Daya kembang paru berkurang, dan
vemtilasi menjadi lebih sukar. Pada inspeksi terlihat
dispnu yang nyata dan penderita batuk dengan
sputum yang berbuih atau dengan darah. Perkusi
dada menunjukkan keredupan dengan bermacammacam derajat sebanding dengan beratnya
kerusakan paru-paru. Suara nafas melemah dan
311
Penatalaksanaan :
Membuat tekanan ventilasi positif pada akhir
ekspirasi dapat menolong dalam memperbaiki
kapasitas residu fungsional dan mengurangi pintas
intrapulmoner. Hindari pemberian cairan yang
berlebihan.
TENSION PNEUMOTHORAKS
Suatu Pneumotoraks progresif dan cepat akibat
Fenomena Ventil (One way valve) yang terjadi karena
udara yang keluar paru masuk ke rongga pleura
tidak dapat keluar, kemudian menyebabkan tekanan
intrapleura meningkat terus, paru kolaps, trakea dan
mediastinum terdorong ke sisi lain, venous return
menurun dan menekan paru sisi lainnya. Ruptur
bronkus-trakea dan ruptur esofagus dapat
merupakan penyebab tension pneumotoraks.
Penanggulangan pra rumah sakit :
312
Airway
l/menit.
Kontrol C-spine dengan Rigid Cervical collar.
Torakosintesis (Immediate Decompression).
Bantuan ventilasi setelah dekompresi dilakukan.
Repeated reassessment.
Chest Tube + WSD (Definitive treatment)
Cabut jarum torakosintesis
Infus cairan RL dengan 1-2 iv line
Monitoring
saturasi oksigen dengan Pulse
oxymetry
Monitoring pernafasan dan produksi WSD.
Kriteria Diagnosis :
Sesak nafas yang progresif, bertambah berat.
Frekuensi pernafasan meningkat, gelisah.
Deviasi
trakea, asimetris toraks, perkusi
hipersonor sampai timpani, suara nafas hilang,
distensi vena leher, hipotensi, sianosis.
Pemeriksaan Penunjang :
Foto toraks tidak boleh dikerjakan, dilakukan
setelah tindakan.
Diagnosis ditegakkan atas dasar pemeriksaan
klinis saja.
313
OPEN PNEUMOTHORAKS
(SUCKING CHEST WOUND)
Defek yang lebar pada dinding dada yang tetap
terbuka menyebabkan terjadinya pneumotoraks
terbuka atau sucking chest wound. Sarat diameter luka
> 2/3 diameter trakea.
Penanggulanga pra rumah sakit :
Airway, oksigenasi dan kontrol C-spine dijamin
aman.
Tutup defek dengan kasa / plastic steril, cukup
lebar sampai menutupi tepi, plester 3 sisi saja
(flutte-type valve effect).
Pasang chest tube secepatnya melalui defek/luka.
Bantu ventilasi
Pasang infuse dan ambil contoh arah untuk cross
match.
Monitor saturasi oksigen dengan pulse oxymetry
Pasang kateter dan NGT
Transfer.
315
Kriteria Diagnosis :
Luka tembus dinding dada, sesak, asimetris
toraks, paru kolaps, suara nafas hilang.
Pemeriksaan Penunjang : Tidak perlu
Diagnosis Banding : Tidak ada
Penanggulangan di rumah sakit :
Airway dan osigenasi dipertahankan baik
Kontrol C-spine dipertahankan
Chest tube dan WSD dipertahankan, jahit luka
kedap udara
Ventilasi dipertahankan adekuat
Infus cairan RL
Foto toraks, foto servikal
Monitoring
saturasi oksigen dengan pulse
oxymetry
Kateter uretra dan NGT dipertahankan
Konsultasi
Secondary survey.
Konsultasi : Spesialis Bedah Toraks
Tempat Pelayanan (Pusat Gawat Darurat) :
Pusat Gawat Darurat Tingkat I.
Masalah yang menyertai :
316
Hipoksia
Perdarahan
HEMOTORAKS MASIF
Terkumpulnya darah dengan cepat sebanyak 1500
mL di rongga toraks akibat trauma tajam atau
tumpul yang menyebabkan terputusnya a.
intercostalis, pembuluh darah hilus paru atau robek
parenkim paru atau jantung.
Penanggulangan pra rumah sakit :
Jalan nafas dibersihkan, oksigenasi 12 l/menit,
control C-spine dengan semirigid cervical collar.
Pasang
Chest
tube
dan
WSD
(Chest
Decompression).
Secara simultan lakukan resusitasi cairan,
pasang infus 2 iv-line denga jarum no 14 atau 16,
cairan RL 2000 ml dengan cepat, sebelumnya
ambil contoh darah untuk cross match. Monitor
hasil WSD : undulasi, jumlah darah dan bubble.
Bila perdarahan lebih besar atau 1500 mL.
Indikasi untuk dilakukan operasi torakotomi.
Monitor saturasi oksigen dengan pulse
317
318
BEDAH SARAF
A. CIDERA KEPALA
METABOLISME OTAK
Aerob dan anaerob
Integritas sel otak
Transmisi impuls
319
Morfologi
PENANGANAN DINI
a. ATLS
b. ABC
c. Ekstrakranial dan Intrakranial
CIDERA OTAK
PRIMER
SEKUNDER
-- Obstruksi jalan nafas
-- Syok hipovolemik
Tindakan Utama :
1. Sepsis-asepsis
2. Hentikan perdarahan
3. Debridemen
DIAGNOSIS
Ditentukan oleh : 1. Klasifikasi
2. Pemeriksaan Fisik
3. Alat bantu diagnostik
DERAJAT CIDERA KEPALA
DITENTUKAN OLEH GCS
A. RINGAN : 14-15
B. SEDANG : 9-13
321
C. BERAT : 3-8
Tanda klinis :
Brille hematom
Darah/CSF otorrhoe
Darah/CSF rhinorrhoe
Tinnitus & gangguan pendengaran
Lesi perifer saraf facialis
Anosmia
Battle sign
PENANGANAN
ABC
IV line
Analgesik
Antibiotika
322
Tindakan
bedah
menetap/meningkat
jika
kebocoran
CSF
Penanganan :
Eksplorasi
HEMATOMA EPIDURAL
323
Tanda Klinis :
1.Jejas di temporal
2.Nyeri kepala
3.Lucid Interval
4.Pupil an-isokor
5.Hemiparesa-plegi
6.Bradikardi
HEMATOMA SUBDURAL
324
TEKNIK BEDAH
= CEPAT
325
= AMAN
= TIDAK PERLU DARAH
PENANGANAN LANJUT
Ada 15 langkah untuk mencagah komplikasi
1.Kesadaran
2.Kelainan saraf
3.Pernafasan
4.Sirkulasi
5.Suhu badan
6.Kejang
7.Gelisah
8.Elektrolit dan nutrisi
9.Miksi
10.Defikasi
11.Kulit
12.Mata
13.Nyeri kepala
14.Fisioterapi
15.Lingkungan
KOMPLIKASI
INTRAKRANIAL : Perdarahan intracranial
EKSTRAKRANIAL : Pneumonia
RUJUKAN
Bilamana ?
326
ekstrakranial
KRIS n ADAM
327
Tatalaksana :
- ABC
- Imobilisasi
Pendekatan :
- Sel atau jaringan
- Struktur Penunjang
Manifestasi Klinis :
JEJAS
NYERI
SENSORIK-MOTORIK
PERNAFASAN ABDOMINAL
INKONTINENSIA URINE-ALVI
SYOK (SPINAL & NEUROGENIK
Skor dari FRANKEL
A : TIDAK ADA FS MOT & SENS
B : PLEGI ,SENS BAIK
C : PARESA BERAT
D : PARESA RINGAN
E : NORMAL
Diagnosa Klinis :
- Tanda Klinis
328
Level-Topikal
Diagnosis Bantu :
a. Radiologi
b. Mielografi
c. CT SCAN
d. MRI
Pengobatan :
IV LINE
ANALGESIK
ANTASIDA
KORTIKOSTEROID
Rehabilitasi Medik
Tindakan Bedah
BEDAH ORTOPEDI
329
KELAINAN BAWAAN
DEFINISI
VARIASI NORMAL
KELAINAN
BAWAAN
:
kelainan/defek pada perkembangan bentuk
dan atau fungsi tubuh yang terlihat pada
waktu lahir.
INSIDENS
- 3% ditemukan pada saat lahir
- 6% pada umur 1 tahun
ETIOLOGI
- Faktor genetic
- Faktor lingkungan
- Hormonal
- Zat kimia
- Obat
- Termis
- Defisiensi nutrisi
- Anoksia
- Radiasi
- Mekanik
- Infeksi
- Kombinasi faktor genetik & lingkungan
TIPE KELAINAN KONGENITAL
LOKAL
- APLASIA : kegagalan pembentukan suatu
bagian tubuh
- HIPOPLASIA : kegagalan pertumbuhan
pada ukuran yang normal
330
GENERAL
- Defek pertumbuhan lempeng epifisis,
mis.achondroplasia
- Ketidakseimbangan deposisi & resorbsi tulang:
osteogenesis imperfekta
- Kelainan metabolisme : rickets
DIAGNOSIS
PRENATAL/ANTENATAL
USG
Amniosentesis
Pemeriksaan vilus khorionik
POSTNATAL : orthopaedic check list
ORTHOPAEDIC CHECK LIST
Pemeriksaan umum :
- Sikap bayi
331
332
Pemeriksaan Radiologis :
- Terdapat gangguan maturitas kolagen
berupa ketidakmampuan osteoblas untuk
berdiferensiasi disebabkan o/k kerusakan
sel-sel osteoblas dgn akibat terjadi ggn
skeletal.
- Pd foto Rontgen: penitipasan korteks
tulang, diafisis tulang mengecil tetapi
ujung-ujung epifisi melebar.
Pengobatan :
- Pada prinsipnya tidak ada pengobatan
khusus u/ pykt ini.
- Pengobatan hanya bertujuan untuk :
a. Merawat bayi secara seksama shg
komplikasi fraktur
b. Mencegah deformitas yg tidak perlu
terjadimelalui penggunaan bidai yg baik
c. Mobilisasi untuk mencegah terjdinya
osteoporosis.
d. Koreksi deformitas jika perlu dilakukan
osteotomi dan fiksasi interna.
334
2. ACHONDROPLASIA
Diturunkan secara autosom dimana anggota gerak
penderita lebih pendek dari normal dan tulang
belakang biasanya tidak terkena.
Kegagalan pertumbuhan longitudinal pada
lempeng epifisis
Manifestasi : cebol/dwarfism KHAS
Patologi : berupa kegagalan osifikasi normal pd
tulang panjang dimana osifikasi pada tulang dapat
hanya mencapai separuhnya.
Tinggi badan penderita < 1,3 m dan intelegensia
penderita tidak terganggu.
3. NEUROFIBROMATOSIS
(VON RECKLINGHAUSEN)
Kelainan pada struktur jaringan saraf perifer
Diturunkan secara autosomal dominan
Klinis :
- Bercak pigmen kecoklatan/ caf-au-lait
- Neurofibroma
- Kelainan
muskuloskeletal:
skoliosis,
pseudoarthrosis tibia, gigantisma lokal
- Skoliosis yg tidak diketahui pnybabnya + ggn
neurology
335
equinus
Bilateral involvement : 50 %
336
Physical Examination
GENERAL
Examine entire body for other associated
anomalie orthopaedic check list
Associated anomalies : dwarfism, spina bifida,
myelomeningocele, arthrogryposis
Performed : initially & on evaluation
Position : knee in 90 of flexion
337
DEFORMITIES
Inversi pada kaki depan
Adduksi atau deviasi interna dari kaki depan
terhadap kaki belakang
Ekuinus atau plantar fleksi
Pengecilan dari otot-otot betis dan peroneal
Kaki tidak dapat digerakkan secara pasif pada
batas eversi dan dorsofleksi normal.
Radiology
Difficult, because
Difficult to position the foot
Ossific nuclei do not represent the true shape
Only talus, calcaneus & metatarsal are ossified (< 1
yo)
Rotation distorts the measured angle
Pada gambaran radiologis anteroposterior dalam
keadaan normal proyeksi garis yg melalui
pertengahan talus akan melewati metatarsal I.
Sedangkan pada talipes ekuinovarus akan bergeser
ke lateral (metatarasal III).
338
Classification
By etiology
Neurologic
Teratologic
Idiopathic
By severity :
mild, moderate, severe.
flexible, rigid, resistant.
Therapy :
1. Pengobatan Konservatif
- Bila dilakukan tindakan sedini mungkin, maka
hasil yg dicapai cukup memuaskan.
- Pd pemeriksaan awal nilai apakah kelainan
bersifat mobil atau rigid
shga dapat
diperkirakan bahwa tindakan koreksi dgn gips
bertahap tidak akan berhasil shga diperlukan
operasi yg lebih awal.
- Pengobatan harus dimulai pd hari-hari pertama
kelahiran bayi diagnosis harus sedini
mungkin
- Pengobatan dini 70% pend tidak memerlukan
operasi di kemudian hari.
339
340
OPERATIVE TREATMENT
Preoperative Assesment
To determine residual deformity.
If all components (+) : full posteromedial plantar
lateral release.
Persistent equinus : posterior release
Age
Two options
- Early : 3 6 mo.
- Late : 9 12 mo.
EARLY
Great deal of growth in foot
Lot of remodelling potential
LATE
Pathoanatomy is more obvious & components
are larger
surgery is easier to perform
341
Start to walk
early
recurrence of deformity
WB
to
prevent
342
343
344
345
Pengobatan
bertujuan
u/
mencegah
kebiasaan-kebiasaan d bayi dgn membuat
posisi tidur/ duduk yg sebaliknya.
11. GENU VARUM (BOW LEGS)
Kombinasi dari torsi interna dan varus tibia
bersama dengan torsi eksterna femur.
Terjadi segera setelah lahir yg berkaitan dg
posisi intra-uterin janian dan akan terkoreksi
secara spontan.
Dapat pula tidak dapat terkoreksi bila
posisi kebiasaan duduk dan posisi tidur yg
mendukung kelainan ini.
Kelainan ini dapat pula ditemukan pada
rakitis, tibia vara (pykt Blount) atau trauma
pd lempeng epifisis dimana kelainan ini
harus dibedakan dgn genu varum yg
fisiologis.
12. PENYAKIT PAGETS / OSTEITIS
DEFORMANS
o Kelainan tulang progresif yg bertahan pada
satu atau beberapa tulang.
o Kelainan ini berupa penebalan tulang dan
perubahan spongiosa tulang disertai
kecenderungan tulang untuk membengkok.
346
347
13. SINDAKTILI
Paling sering ditemukan. Mengenai jari-jari
tangan, dimana jari-jari tidak terpisah dan
bersatu dengan yg lain. Dapat terjadi satu
atau dua atau lebih hubungan kedua jarijari.
Hubungan kedua jari-jari dapat hanya pada
kulit dan jaringan lunak saja, tapi dapat
pula terjadi hubungan tulang dengan
tulang.
Pengobatan : tindakan operasi dengan
memisahkan jari-jari yang kemungkinan
diperlukan skin graft.
14. POLIDAKTILI
348
349
350
Manifestasi klinis :
Rubor
Tumor
351
Kalor
Dolor
Functio laesa
Kausa:
Stafilokokus aureus hemolitikus: 90 %
Hemofilus influenza: 5%, anak < 4 thn
352
Portal of entry
Kulit: luka infeksi
Sal. Nafas : infeksi hidung atau tenggorok
Predisposisi :
Umur: bayi & anak-anakSex: laki2 : perempuan = 3
:1
Lokasi : metafisis ---> ?
Trauma: hematom pasca trauma pada metafisis
Nutrisi, lingkungan, imunitas yang buruk
Tulang: femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula
Patologi dan Patogenesis :
Penyebaran umum:
Sirkulasi : bakteremia dan septikemia
Embolus infeksi
Penyebaran lokal:
Abses sub-periosteal
Selulitis
Artritis septik
Sekuestrum
353
Gambaran Klinis :
Gejala:
Nyeri:
o hebat dan konstan
o Nyeri tekan
o Nyeri gerak
Gejala
septikemia:
malaise,
anoreksia, demam
Pem. Fisik:
Nyeri tekan
354
355
Awal:
o Kematian: akibat septikemia
o Abses
o Artritis septic
o
o
o
o
Akhir:
Osteomielitis kronis
Fraktur patologis
Kontraktur sendi
Gangguan pertumbuhan
2. OSTEOMIELITIS KRONIS
Lanjutan osteomielitis akut
Setelah fraktur terbuka
Setelah operasi tulang
Bakteri kausa:
o Stafilokokus aureus: 75%
o E. coli
o Proteus
o Pseudomonas
357
Sklerosis tulang
Gambaran Klinis
menahun
timbul
Sinus:
mengeluarkan
cairan,
Pemeriksaan Penunjang
Lab:
o
LED meningkat
o
Lekositosis
o
Peningkatan titer antibodi stafilokokus
Radiologis:
o
Sekuestrum
o
Sklerosis tulang & reaksi periosteal
Penanganan
Antibiotika sesuai hasil kultur & tes sensitivitas
o
Cegah penyebaran infeksi
o
Kontrol eksaserbasi akut
Operatif:
o
Sekuestrektomi
o
Saucerization
358
Irigasi
Komplikasi
Kontraktur sendi
Fraktur patologis
Degenerasi maligna pada jaringan epidermis: Ca
epidermoid, ulkus Marjoling
Gangguan pertumbuhan krn kerusakan lempeng
epifisis
Staph. Aureus
Pada bayi: H. influenzae
359
Lain: streptokokus, E.
coli, proteus.
Pada
orang
dewasa:
gonokokus
Patologi
Efusi:
cairan
seropurulen
Destruksi kartilago
sendi
Efusi
sendi
meningkatkan tekanan intra-artikuler
mengganggu sirkulasi pada epifisis
nekrosis avaskuler pada tulang
360
361
Edema jaringan
Pelebaran ruang sendi efusi
Subluksasi/dislokasi
Lanjut: destruksi permukaan sendi
Diagnosis Banding
Osteomielitis akut
Sinovitis traumatik
Transient synovitis
Hemartrosis
Demam rematik
Gout
Penanganan
Kedaruratan bedah
Pemasangan
bidai
untuk
mrngistirahatkan sendi. Untuk mencegah dislokasi
mungkin perlu dilakukan traksi dalam posisi
abduksi dan fleksi 900
362
Komplikasi
Dini:
Kematian karena septikemia
Destruksi tlg rawan sendi
Dislokasi sendi
Nekrosis avaskuler epifisis
Lanjut:
Degenerasi sendi
Dislokasi permanen
Ankilosis fibrosa
Ankilosis karena kerusakan tulang
Gangguan pertumbuhan
4. OSTEOMIELITIS TUBERCULOSA
363
Patofisiologi :
Kumar membagi perjlanan pykt ini menjadi 5
stadium :
- Stadium implantasi : bakteri dalam tulang
bila daya tahan tubuh turun bakteri
berduplikas I bentuk koloni yg
364
365
Gejala klinis :
- sama dengan pend TBC : lemah/malaise.
Nafsu makan kurang, BB turun, suhu
sedikit meningkat/subfebrilterutama pd
malam hari serta sakit pd punggung.
- Pd anak disertai menangis pd malam
hari / night cries.
366
367
368
369
1. Debridemen fokal
2. Kosto-transversektomi
3. Debridemen fokal radikal yg
disertai BONE GFART di bagian
depan
b. Paraplegia
Penanganannya :
1. Pengobatan dgn kemoterapi
semata-mata
2. Laminektomi
3. Kosto-transversektomi
4. Operasi radikal
5. Osteotomi pada tulang baji secara
tertutup dari belakang.
Indikasi operasi :
Pd pemeriksaaan radiologis,
foto polos, mielografi, CT dan MRI
370
ditemukanadanya penekanan
langsung pd medulla spinalis.
c. Operasi kifosis
Dilakukan bila terjadi deformitas yg
hebat.
kifosis mempunyai tendensi untuk
bertambah berat terutama pd anak.
Tindakan operatif dapat berupa fusi
posterior atau melalui operasi radikal.
TB juga bisa mengenai sendi lutut dan sendi
panggul
6. PENYAKIT CAFFEY
Salah satu jenis periostitis yg mengenai anak
umur 6 bulan dan pybbnya belum diketahui.
Gejala klinis : malaise, nyeri disertai
pembengkakan pd tulang panjang, kadangkala
pada mandibula dan scapula.
Ro : didapatkan pembentukan periosteal
berupa tulang baru.
Penyakit ini seolah-olah diartikan dgn
osteomielitis atau pykt scurvy.
Pengobatan : sembuh secara spontan dlm
beberapa bulan. Pemberian penisilin 10-14 hari
menghasilkan hasil yg memuaskan.
371
372
373
DEFINISI
Neoplasma: Pembentukan sel baru & abnormal
Hamartoma : lesi terbentuk oleh sel komponen
lokal , tumbuh
lebih cepat & mencapai maturitas. Contoh: osteoma,
osteochondroma
INSIDENS
65,8% jinak
Ganas: 1,5% seluruh tumor ganas
Jinak: paling sering osteoma
Ganas: paling sering osteosarkoma
Umur :
Osteosarkoma: adolesens
Ewings sarkoma: adolesens & dewasa muda
Osteoklastoma,
khondrosarkoma,
fibrosarkoma:middle age
374
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Umur
Lama & progresifitas
Nyeri
Benjolan/pembengkakan
Klinis
Keadaan umum
Lokasi
Ukuran
Gangguan pergerakan sendi
Fraktur patologis
KLASIFIKASI
Asal: mesoderm
Soliter/multipel
375
MRI:
ekspansi
tumor
ke
jaringan
lunak/ekstraoseus
LABORATORIUM
Darah:
Rutin
LED
Fosfatase alkali: osteosarkoma
Elektroforesis protein: multipel
mieloma
Urine: protein Bence-Jones
BIOPSI
Tujuan : ambil material utk pemeriksaan histologis
--> diagnosis & staging tumor
Biopsi:
- Tertutup: FNAB
- Terbuka:
Insisi
Eksisi
STAGING
Tujuan:
376
- Menentukan prognosis
- Menentukan
rencana
terapi
yang
khemoterapi, radioterapi, reseksi, dsb.
- Menjadi standar
Menurut Enneking:
1. Low grade malignancy
Intrakompartmental
Ekstrakompartmental
2. High grade malignancy
Intrakompartmental
Ekstrakompartmental
3. Metastasis
tepat:
PRINSIP PENANGANAN
Diperlukan kerjasama multidisipliner:
bedah onkologi, bedah orthopedi, radiologi,
patologi, rehabilitasi medik
Penanganan
harus
berdasarkan
diagnosis yg akurat
Pertimbangkan prognosis: kuantitas
sisa hidup & kualitas hidup pasien
PENANGANAN BEDAH
1. Eksisi intralesional/intrakapsuler: kuretase.
2. Eksisi marginal: pengambilan tumor beserta
kapsul
377
Amputasi/disartikulasi
RADIOTERAPI
Biasanya diberikan dalam kombinasi dengan
tindakan bedah dan khemoterapi
Neodjuvant: diberikan sebelum tindakan bedah
Adjuvant: diberikan setelah tindakan op.
Paliatif: pada kondisi inoperable
KHEMOTERAPI
Keberhasilan tergantung pada:
Aktifitas antineoplastik
Mekanisme aksi
Biologi neoplasma
Efek toksik: neutropenia, trombositopenia, infeksi,
nausea, alopesia, dsb
KHEMOTERAPI
378
JENIS
Alkylating
agent:
siklofosfamide,
sisplatin
Antibodi
antineoplasma:
doksorubisin, aktinomisin D
Umur: 20-40 th
Operatif
379
graft/bone cement
-
Paling sering
Sangat ganas
Umur: 10-20 th
Lokasi: metafisis
Destruksi
tulang
Pembentukan
Reaksi
periosteal:
Kalsifikasi
380
tumor:
TERAPI
Kombinasi
Neoadjuvant khemoterapi
Eksisi radikal: amputasi/disartikulasi
Prognosis: sangat jelek
Metastasis: hematogen
KRIS n ADAM
A. TRAUMA UROGENITAL
10%dari seluruh trauma mengenai traktus
UG.
Hanya 2% khusus mengenai traktus UG
sendiri.
a. Pada saat datang ke UGD :
Vital sign yang tak stabil, yang segera
memerlukan tindakan.
381
c. Riwayat
a. Bisa berasal dari penderita sendiri, saksi
atau petugas emergensi.
b. Kehilangan kesadaran trauma kepala ?
c. Jatuh dari ketinggian ?
d. Bagian tubuh yang terkena : pinggang,
tulang kemaluan ?
e. KLL : kecepatan, lokasi, pakai seat belt ?
f. Luka tembak : jarak, kaliber, jenis senjata ?
d. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan vital sign : Stabil / tak stabil ?
b. Massa, Nyeri,ecchymosis , luka tembus :
i. Flank
382
ii. Pelvis
iii. Supra pubik
iv. Genetalia eksterna
c. Bloody discharge pada muara urethra
d. Floating prostate
e. Pemeriksaan laboratorium :
DL, RFT, Urinalisis.
383
1. TRAUMA GINJAL
a. Mekanisme :
Trauma tumpul : 80% - 90% kasus :
KLL, Jatuh dari ketinggian, pukulan
langsung pada abdomen, flank dan
punggung.
Trauma tembus : 10% - 20% kasus :
Luka tusuk atau tembak
Luka tembus abd 7%-10 kena ginjal
Luka tembus ginjal 77%-100% kena
abdomen.
Luka tembak high/low velocity
Anak anak (> 16 th) lebih rentan terhadap
trauma ginjal.
b. Hematuri :
- Tanda utama trauma ginjal.
- Derajad hematuri tidak berkaitan dengan
beratnya trauma ginjal.
- Tr pedikel ginjal 19%-40% tanpa
hematuri.
384
KLASIFIKASI
Renal injury scale of The American Association
for The Surgery of trauma
Grade
Description
I
Contusion Micros/gross
urologic studies normal
385
hematuria,
II
III
IV
386
387
DIAGNOSIS
Penentuan diagnosis / gradasi ini didasarkan atas
(berturut-turut paling tepat ) :
1. Autopsi
2. Penemuan intraoperatif
3. Pemeriksaan imajing / Radiologi
Pemeriksaan imajing / Radiologi
a.
Indikasi pemeriksaan radiologi
Trauma tumpul ginjal dengan hematuri.
Trauma tumpul ginjal dgn mikr hematuri +
shock
Aselerasi atau deselerasi
Gross/mikr hematuri karena luka
tusuk/tembak
Trauma pd anak anak dgn hematuri
Flank ecchymosis, fr costa bag bawah, fr
proc transversalis
b. IVU / IVP
Mengetahui batas kortek ginjal
Laserasi kortek ginjal
Hematom intrarenal
Daerah perfusi ginjal yang menurun.
Akurasi menentukan derajad tr ginjal 85%90%
388
389
PENATALAKSANAAN
Trauma tumpul ginjal
a. Bila hemodinamik stabil observasi ketat
observasi tanda vital.
periksa adanya massa di flank area.
periksa Hb dan hematuri berkala.
b. Bila hemodinamik tak stabil :
perubahan pada tanda vital.
penurunan hematokrit.
hematom flank yang meluas.
TEKNIK OPERASI
Approach: Transperitoneal (prosedur Mc
Anninch)
Mengenali dan menanggulangi trauma
intraabdominal lain
Isolasi pembuluh darah ginjal
390
391
392
393
REPAIR GINJAL
Trauma tembus
Dilakukan eksplorasi
80% luka tembus berhubungan dgn organ
lain.
KOMPLIKASI
a. Komplikasi dini :
Perdarahan:
pd 80-85% kasus berhenti spontan
obs ketat tanda vital dan hematokrit
persisten perdarahan dan gross hematuri
Operasi
394
b.Komplikasi lanjut :
Hipertensi
Hidronefrosis
AV shunt
Batu
Pyelonefritis
Perdarahan profus ( 1-4 minggu setelah
trauma )
Evaluasi
Monitoring BP
395
2. TRAUMA URETER
Jarang terjadi
Mobile dan berukuran kecil
Iatrogenik o/k operasi didaerah pelvis
Luka tembak
Deselerasi cepat avulsi ureter dari pelvis
ginjal
Manipulasi endoscopic basket
Mekanisme :
Ureter terligasi atau terpotong.
Ekstravasasi urin urinoma
Fistel ureterovagina atau ureterocutan
Ekstravasasi intraperitoneal
ileus/peritonitis
Luka tembak berkaitan dgn trauma
organ lain
Gejala klinis :
Demam
Nyeri flank / quadran bawah
Ileus, mual, muntah
Peritonitis
Hidronefrosis
396
Laboratorium :
Mikroskopis hematuri
Radiologi
BOF : ground glass app
IVP : Ligasi Delayed function /
nonvisualized
Hidronefrosis
Ruptur Ekstravasasi kontras
Hidronefrosis
RPG
: letak obstruksi atau ekstravasa
Penatalaksanaan
397
Repair ureter
Ureter proksimal
- Ureteroureterostomi
- Reimplantasi ke ginjal
Ureter tengah
- Ureteroureterostomi
- Transureteroureterostomi
398
Ureter distal
- Ureteroureterostomi
- Transureteroureterostomi
- Reimplantasi ureter ke buli buli + psoas
hitch
- Boari flap + psoas hitch
399
3. TRAUMA BULI
Mekanisme
= Fragmen fr pelvis perforasi pada buli
400
intraperitoneal
Gejala klinis :
o Riwayat trauma tumpul pada perut bag
bawah
o Luka tembak atau tusuk pada perut bag
bawah
o Nyeri pada pelvis atau perut bag bawah
o Retensi urin
o Gross hematuri
o RT teraba hematom yang luas
o Blaas test : positif
401
Laboratorium :
Mikroskopis s/d gross hematuri
Radiologi :
a. BOF fr pelvis
b. Sistografi
- pasang kateter
- buli diisi kontras sebanyak 300 ml
- plain foto abdomen bawah
- kontras dialirkan keluar
- plain foto abdomen bawah II
- tampak ekstravasasi kontras intra atau
ekstraperitoneal
Komplikasi :
- Ekstraperitoneal infeksi
- Intraperitoneal peritonitis
- Bladder neck
inkontinensia
Ruptur buli intra dan ekstra peritoneal
Penatalaksanaan :
402
1. Ekstraperitoneal :
i. Bila ruptur kecil pasang kateter selama
2 minggu
ii. Bila ruptur lebar eksplorasi + pasang
sistostomi dan kateter
2. Intraperitoneal :
eksplorasi transperitoneal
jahit lapis demi lapis
peritonealisasi
cuci cav. Peritoneum dg NS
pasang cystostomi
403
4. TRAUMA URETRA
404
405
406
Radiologi :
- BOF
gambaran fr
pelvis
- Uretrogram ekstravasasi
kontras
Penatalaksanaan :
KATETERISASI URETRA HARUS DIHINDARI
1. Penatalaksanaan segera
Sistostomi suprapubik menjamin
drainase urin.
Evaluasi buli buli.
407
408
Gejala klinis :
- Didahului adanya riwayat jatuh atau
instrumentasi.
- Bloody discharge pd MUE.
- Hematom perineal (Butterfly app).
- Retensi urin.
- Bila dapat miksi ekstravasasi urin pd
daerah trauma bahaya sepsis.
- Pembengkakan dan perubahan warna pada
kulit.
Laboratorium :
Bila terdapat infeksi/sepsis peningkatan
lekosit.
Radiologi :
Uretrogram kontusio : tak nampak
ekstravasasi kontras
ruptur : tampak ekstravasasi kontras
409
Penatalaksanaan
a.Kontusio uretra :
- Uretra tetap intak.
- Penderita dapat miksi spontan.
- Tanpa terapi tambahan.
b.Laserasi uretra :
- Hindari instrumentasi uretra.
- Sistostomi suprapubik.
- Ekstravasasi minimal 7 hari post
Sistostomi suprapubik coba miksi
spontan
- Ekstravasasi hebat BVUC untuk
menilai adanya striktur uretra.
*********** KRIS n ADAM *********
410
A. Definisi
BPH :Pembesaran jinak pada kelenjar Prostat
Prevalensi :
BPH vs Usia pria
- Otopsi :
60 tahun
: 50 %
80 tahun
: 90 %
Klinis :
50 -60 tahun : 21 %
80 tahun
: 53 %
B. Anatomi kelenjar prostate
Prostat terletak di rongga pelvis.
Anterior cavum Retzii
Posterior Ampulla recti.
Dasar prostat berhubungan dengan bladder
neck.
Apex terletak pada diaprahma urogenital.
Ukuran prostat : 3 x 4 x 2 cm.
Berat prostat : 20 gram.
Mc Neal membagi prostat menjadi 3 zona :
1. Zona Perifer 70% vol prostat.
60% 70% asal Ca prostat.
411
412
413
414
415
D. Gejala BPH
L U T S (Lower Urinary Tract Symptoms)
Obtruktif :
Nokturia
Rasa tak puas
Double voiding
Mengejan saat kencing
Dribbling
Irritatif :
Urgensi
Hesitansi
Frekwensi
IPSS
416
E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Colok dubur ( DRE / RT )
- TSA / BCR
- Ukuran
- Mobilitas
- Nodul
- konsistensi
- Nyeri
b. Uroflowmetri
Max.flow rate (ml/sec)
Interpretation
> 15 ml/sec
Normal
10 - 15 ml/sec
Mild obstructed
< 10 ml/sec
Obstructed
c. Cystometrogram
d.Urodynamic
e.Pressure flow study
f.Cystoscopy
417
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Urinalisis
: exclude inf / hematuri
Serum Cr
: Menilai fungsi ginjal
PSA
: Menyingkirkan Ca prostat
PSA value
Interpretation
0.5 - 4 ng/ml Normal
4 - 10 ng/ml 20% chance of Ca
> 10 ng/ml 50% chance of Ca
rise of > 20%/year Refer for biopsy
G. PEMERIKSAAN IMAGING
- Urinary tract imaging
- IVP
Bila ada riwayat / kecurigaan :
- USG Ginjal
Hematuri, UTI, Renal, Insuff. BSK
H. TRANSRECTAL ULTRASONOGRAPHY
(TRUS)
Accurate measurement of the prostate
Hypoechoic focus
Prostatic biopsy (if indicated)
418
J. DIAGNOSIS BANDING
- Striktur uretra
- Bladder neck contracture
- Batu buli buli
- Ca prostat
- Neurogenic bladder
K. PENATALAKSANAAN
1. Watchful waiting
Penderita BPH ringan
IPSS : 0 7 ; Qmax : > 15 ml/dt
Evaluasi : Tiap 3 bulan
IPSS (subyektif)
Uroflowmetri (obyektif)
2. Medikamentosa
Alpha blocker
Prazosin
Doxazosin ( Hytrin )
419
Terazosin ( Cardura )
Tamsulosin ( Harnal )
Supresi Androgen
5 alfa-reduktase inhibitor (finasteride)
Fitoterapi
Saw palmetto berry
Pygeum africanum
Echinacea purpurea
Hypoxis rooperi
* Kontra indikasi Tx medikamentosa
Retensi urin (akut atau kronik)
Insufisiensi renal
Dilatasi traktus atas
Hematuria berulang
ISK berulang
Batu buli-buli / divertikel
3. Pembedahan
Retensio Urin
Retensio Urine > 100 cc
420
Tx medikamentosa gagal
Flowmetri = Obstruktif
Operasi terbuka :
= Retro pubic open prostatectomy ( Millin s )
= Transvesical open prostatectomy ( Frayers )
= Perineal open prostatectomy
Endoskopic
Transurethral resection of the prostate ( TURP )
Transurethral incision of the prostate ( TUIP )
Terapi minimal invasif
- Laser
- Transurethral electrovaporization of the
prostate
- Transurethral needle ablation of the
prostate
- Hypertermia
- High intensity focused ultrasound
- Intraurethral stents
- Transurethral balloon dilation of the
prostate
421
A. WILMS TUMOR/NEPHROBLASTOMA
Karsinoma embrional yang berasal dari jaringan
ginjal imatur.
Tumor ginjal primer yang paling banyak
menyerang bayi dan anak anak.
Max Wilms (1899) mempelajari tumor ini secara
mendetail.
Pada mulanya selalu fatal.
1930-1940 pembedahan survival rate.
1950 Gross and Neuhansen tumor sensitive to
radiation therapy
1966 Farber melaporkan tumor sensitif thd
Actinomycin D survival rates rise to 80 %
7,8 / jt anak / th 500 kasus baru pertahun.
10 % dari seluruh keganasan pada anak anak.
median age: 3.5 th .lebih dari 80% penderita
diketahui sebelum berumur 5 tahun.
Anak laki laki : perempuan.
20 % herediter.
5 % bilateral.
422
423
- IVP
distorsi.
- USG
424
Gambaran PA :
Staging menurut NWTSG 5 sistem
425
Prognose :
Stage
I
II
III
IV
V
2Y Relapse free
88 %
78 %
70 %
48 %
30 %
2 YSR
95 %
90 %
84%
54%
87%
B. GRAWITZ' TUMOR
Renal cell Ca
Adeno Ca ginjal
Hypernephroma = Clear cell Ca
RCC, kira kira 3% seluruh tumor ganas orang
dewasa
kira kira 30,000 kasus baru RCC / tahun di USA,
dan 12,000 kasus meninggal / tahun.
Pria : Wanita = 2 : 1
Sering pada dekade 5 -6
Penyebab ?
Faktor resiko : merokok, analgesic, dll
Herediter : Von HippelLindau Disease
Staging menurut Robson
426
427
428
Terapi :
- Localized RCC
- Radical Nephrectomy
- Nephron-Sparing Surgery
- Renal Cryosurgery
- Locally Advanced Renal Cell Carcinoma
Inferior Vena Caval Involvement : 4% - 10%
pend
lower extremity edema
varicocele
superficial abdominal veins,
proteinuria,
pulmonary embolism,
right atrial mass
nonfunction of the involved kidney.
Radical nephrectomy + eksplorasi
thrombus.
- Metastatic Renal Cell Carcinoma
= Nephrectomy
= Hormonal Therapy medroxyprogesterone
acetate
= Chemotherapy RCC is a chemotherapyresistant tumor.
= Radiation Therapy adjuvant treatment after
radical nephrectomy and for palliation of metastatic
lesions.
429
430
431
- Nyeri tulang
Diagnosis :
IVP
filling defeck (50%-75%)
RPG / APG akurasi 75%
USG
membedakan antara tumor
dgn batu
CT Scan
Dx & stg
MRI
Dx & stg
Cystoscopi evaluasi buli
Cytopatologi akurasinya rendah: stg & gr
URS & Nephroscopy akurasi 86%-90%
Penatalaksanaan :
Nephroureterectomy + eksisi cuff of the
bladder
Ureterectomy distal + neoimplantasi ureter
Endoskopi reseksi , Fulgurasi , evaporasi.
Imunoterapi BCG
Kemoterapi Mitomycin C
Radioterapi
D. TUMOR BULI BULI
Tumor yang tumbuh dari epitel buli-buli
432
433
E. KARSINOMA PROSTAT
Karsinoma prostat adalah keganasan yang berasal
dari sel asinus prostate
Merupakan keganasan saluran kemih terbanyak
kedua sesudah keganasan kandung kemih.
Biasanya ditemukan di usia > 50 tahun
Insidens di Indonesia tidak diketahui
Insidens di negara barat :
- 30 % pada pria 70-80 tahun
- 75% pada pria > 80 tahun
Etiologi :
Jarang ditemukan kejadian keganasan prostat
yang tinggi dalam satu keluarga
Berhubungan dengan hormon androgen
Berhubungan dengan cadmium dan radias
Patologi :
434
Staging
AUA
TNM
A1
T1a
A2
T1b
B1
B2
T2a
T2b
T3
T4
N1
N2
N3
C1
C2
D1
D2
435
M1
Metastassis hematogen
Diagnosis :
Anamnesa :
- keluhan utama, lamanya keluhan, riwayat
pemeriksaan , pengobatan dan rujukan;
- gejala obstruksi infravesikal;
- tanda-tanda metastasis
Pemeriksaan klinis:
Status urologi :
- Inspeksi : tanda pembesaran kelenjar regional,
tanda invasi organ terdekat, tanda metastasis
- Palpasi : Kelenjar inguinal, kelenjar
hipogastrika, kelenjar Virchow, massa tumor di
supra pubik
- Colok Dubur : nodul, konsistensi prostat
berdungkul keras, mobilitas, invasi
perkontinuitatum ke vesika seminalis, rektum
Pemeriksaan Laboratorium
- Darah lengkap
- Faal hemostasis
- Faal hati
- Elektrolit
- Urinalisis
436
Interpretasi
Normal
4 10 ng/mL
>10 ng/mL
o
o
o
o
o
Radiasi eksterna
Radiasi implantasi (brachytherapy)
Terapi hormonal
Kemoterapi
Pengobatan paliatif
438
F. TUMOR TESTIS
Epidemiologi
Insiden : 2 3 / 100.000 / tahun
5 YSR : 30 tahun yang lalu : 64 %
sekarang
: 90 %
Etiologi :
a. Cryptorchismus :
= 7 10 % cryptorchismus
= Cryptorchismus 48 X lebih sering
= Cryptorchismus 5 10 % tumor testis
kontralateral
b. Endokrin
Gonadotrophin tumor testis
c. Trauma ?
Germ cell tumor :
439
440
- CEA
Pemeriksaan penunjang :
- Foto Thorax
- Tomografi thorax, bila N (+)
- I.V.P : - deviasi ureter ?
- anomali ginjal ?
- Lymphangiografi
- C.T. Scan
Penatalaksanaan :
1. Radical orchidectomy (initial treathment)
2. Seminoma : - Radiasi Dose : 25-30 Gy
- sitostatika
441
442
- sekresi
Urologi : mempelajari kelainan-kelainan mulai dari
kaliks-uretra faktor POST renal
faktor PRE renal : sirkulasi
faktor RENAL
: glomerolus
Untuk pemeriksaan fungsi ginjal :
a. ureum- kreatinin plasma maupun urine
keseimbangan metabolisme
b. pH urine keseimbangan asam-basa
Utk lihat bentuk anatomi ginjal dan saluran kencing :
Pemeriksaan Radiologis : Intravenous Pyelografi
(IVP)
Mulai kalix- uretra
OBSTRUKSI TRACTUS URINARIUS
Dapat dari meatus uretra sampai leher kaliks
(infundibulum)
Untuk kepentingan klinik dibagi 3 :
a. Obstruksi Bagian Atas : leher kalix-ureter
(uretro-vesikal junction)
b. Obstruksi Bagian Tengah : uretero vesical
junction-muara ureter
c. Obstruksi Bagian Bawah : leher buli-muara
uretra externa
443
BEDAH PLASTIK
PLASTIK (INDONESIA)
PLASTICOS (YUNANI)
444
CAKUPAN BIDANG
BEDAH PLASTIK :
1. P. ESTETIK
- AGING PROCESS
- NON AGING PROCESS
2. P. REKONSTRUKSI
- Cacat
- Trauma ( Tr.termis, L.Bakar,
Tr. Maxillofacial)
- Infeksi (Noma)
445
- Mutilasi tumor
- Bawaan Lahir (Hypospadia, Sumbling)
- Transexual
MODALITAS UTAMA
Aplikasi tehnik penjahitan, yg didasari oleh proses
penyembuhan luka secara alamiah.
Pemanfaatan jaringan tubuh (aplikasi tandur alih
kulit / jaringan / komponen tubuh tertentu)
Pemanfaatan bahan dari luar tubuh (Aplikasi
Implant)
Aplikasi dressing yg baik.
OPERASI PLASTIK
PLACING THE SCAR.
PREPARING THE WOUND
STIETCHCRAFT
POST OPERATIVE CARE
PLACING THE SCAR.
RANDOM :
NATURAL LINE
- LANGERS LINE
- WRINGKLES LINE
TERSEMBUNYI
- GRS ANATOMI KLT
- GRS LIPATAN KLT
446
- TERTUTUP BAJU
- DLM BATAS RAMBUT
PREPARING THE WOUND
o Be harmfull.
o Clean wound.
o More conservative approaach on extensive wound.
447
448
STIETCHCRAFT
449
INSTRUMEN
NEEDLE HOLDER
DESECTING FORCEPS
SCISSOR
SKIN HOOK
450
JARUM
1. EYE :
NON SWAGED
SWAGED
2. BODY:
LONGITUDINAL :
- STRAIGHT
- CURVE : FULL (1/2)
HALF (1/4)
VERTICAL :
- ROUND (TAPER)
- TRIANGLE (CUTTING)
- FLAT SIDE
3. POINT
- CONVENTIONAL CUTING
- REVERSE CUTTING
- SPATULLA
- BLUNT
451
452
453
ABSORBABLE SUTURES
COMPOSITION
- Silkworms Spun.
- Polyamide Polymer
- Polymer of Propylene
- Polyesther Fibers
- Iron, Nickel, Crom
454
ABSORPTION
KNOT
CAT GUT
1 MGG
GOOD
DEXON S 2 MGG
GOOD
VICRYL
3-4 MGG
GOOD
PDS
3-6 BLN
FAIR
SILK
LONG-TERM
Excellent
WIRE
PERMANENT
FAIR
NYLON
LONG-TERM
FAIR
PROLENE
PERMANENT
FAIR
ETYBOND LONG-TERM
GOOD
STRENGTH HANDLING
REACTION
FAIR
FAIR
Moderate
GOOD
FAIR
Min. to Mod.
GOOD
FAIR
Min. to Mod.
EXCELLENT
FAIRtoGood
Minimal
GOOD
Excellent
Mod.To High
EXCELLENT
Poor
Minimal
EXCELLENT
GOOD
Minimal
EXCELLENT
FAIRtoGood
Minimal
EXCELLENT
GOOD
Moderate
TEN PRINCIPLES
TEN PRINCIPLES
I. Understand a normal appearance, acquire a sense
of beauty.
It is important to identify what looks normal and what
looks beautiful.
II. Feel the sense of harmony among body
structures
Normal or beautiful means also that there are harmony
between structures.
III. Understand that it is difficult to beautify
something that is already beautiful.
One should know ones capability and should be frank to
the patient.
IV. Choose and decide the most effective and
efficient methode.
Should always keep up recent developments and
inventions.
V. Postpone work you can postpone.
Understand the natural history of healing process (do not
rush).
VI. Respect the patients wish.
456
KRIS n ADAM
457
IMPLANT MATERIAL
Dr. Jan Tumatar Ngantung, SpB, Sp.BP.
IMPLANT
FUNCTION :
- TO INSERT.
- EMBEDDED.
- FIXATION.
- PROSTHESIS.
TYPE :
- EXOGENOUS.
- AUTOGENOUS.
BAHAN AUTOGENOUS
CONTOH :
- Bone.
- Cartilage.
- Dermis
- Fascia.
- Fat.
- Muscle.
458
BAHAN EXOGENOUS
CONTOH :
- METAL (VITALIUM, TITANIUM)
- TEXTILE (PROPLAST, TEFLON)
- PLASTIC (POLY URETHANE)
- FLUID
(COLLAGEN, SILICONE)
- RUBBERY (COLLAGEN, SILICONE SOLID)
459
SILIKON
Tidak melekat.
Versatile.
460
MAMMARY IMPLANT
<== 1.SALINE FILLED
(PROFILE, SMOOTH
SURFACE, VALVE)
461
<==7. CRESCENT
TISSUE EXPANDER
KOLAGEN
Suatu produk protein yg merupakan serat jar
ikat antar sel.
KRIS n ADAM
462
SKIN GRAFT
KLASIFIKASI GRAFT
BERDASARKAN DONOR-NYA. :
- Autograft (tanpa factor immunogenetis).
- Isograft (pd twin yg identik).
- Homograft (dari individu lain, ada factor
immunogenis).
- Xenograft / Heterograft (dari mahluk lain, sangat
potensial utk factor immunogenis).
BERDASARKAN KETEBALAN KULIT.
a. Split thikness skin graft (STSG) :
- Thin split thikness skin graft. Olier (1972),
Thiersch (1974), ketebalannya : 8 12/1000 inchi.
463
464
465
466
RECIPIENT SITE
NO TAKE
TAKE
Grafted
- Bare Tendon
- Bare Bone
- Bare cartilage
Grafted
(-) CAPILLARY (+) - Periost
OUT
- Parafasial
GROWTh
- Muscle
- Bare fascial
- Paratenon
Ungrafted
Ungrafted
NO GRANULATION
GRANULATION
SYARAT UTAMA
467
468
469
KEGAGALAN GRAFT
Granulasi akibat inadequate pressure dressing.
Pertumbuhan granulasi dari pinggiran/raw
surface
Hematoma yg menghasilkan granulasi.
Necrotic collagen akibat perawatan yg salah.
Infeksi dari lapisan gelatin yg berlebihan.
Marginal bleeding. Inadequate immobilisation
(fixation / rest).
Inadequate vascularitation bad.
471
SKIN FLAP
Dr. Jan Tumatar Ngantung, SpB, SpBP.
SKIN FLAP
Adalah Suatu massa jaringan yg terdiri dari kulit dan
subcutan atau jar lainnya, yg dipindahkan dari satu
bgn tubuh /donor site ke bgn tubuh lainnya
/recipient site, dengan memperhatikan jaringan
vasculer sbg pedi-kel yg masih berhubungan dgn
donor site-nya.
SEJARAH FLAP
472
SKIN FLAPPING
Vascularisasi terjamin.
VASCULARITATION OF FLAP.
- Random Flap.
- Axial Flap.
SITE OF FLAP
- Local Flap.
- Distant Flap.
- With Tissue expander.
COMPOSITION OF FLAP.
- Homogenous.
- Heterogenous.
MORPHOLOGY OF FLAP
- Number of Pedicle
- Surfaced
- Open.
473
- Structured
- Tubed.
474
475
ADVANCEMENT FLAP.
ROTATIONAL FLAP.
TRANSPOSITIONAL FLAP.
INTERPOLATED FLAP.
ISLAND FLAP.
MACAM2 FLAP
- INTERPOLATED FLAP
- ADVANCEMENT FLAP
- ROTATIONAL FLAP
- TRANSPOSITIONAL FLAP
FLAP JAUH (DISTAND FLAP)
DIRECT FLAP :
- ABDOMINAL FLAP.
- CROSS FINGER FLAP.
- CROSS LEG FLAP.
- RADIAL FLAP.
INDIRECT FLAP :
- OPEN FLAP.
- TUBE FLAP.
- CATERPILLAR FLAP.
- WALSHING FLAP.
- FREE FLAP.
476
PENGGUNAAN FLAP
UNTUK :
477
Z PLASTY
478
479
Z PLASTY MODIFICATION
480
W - PLASTY
Infeksi Flap
482
483
EMBRIOLOGI
484
2 pendapat.
- Teori klasik ( His & Patten, 1926) :
Kegagalan fusi antara kedua lempengan maxilaris
dari lateral dan lempengan fronto nasalis pada bgn
medial, yang menyebabkan terjadinya kesumbingan
tersebut.
- Teori Victor Veau (1931)
Kegagalan penetrasi mesoderm dan penguraian
membran epitel yg tidak bisa ditembus oleh
mesoderm, dan bukannya krn ke gagalan fusi dari
lempengan nasalis dan lempengan maksilaris.
485
Pengaruh Genetik
Kekuatan Biomekanik
Efek Neurotropik
Bahan-bahan Induksi
PENYEBAB
GENETIKA (turunan).
- Gangguan pada Gen (tunggal).
- Gangguan pada kromosom.
AQCUIRED (didapat).
- Defisiensi mikronutrien.
- Bahan-bahan teratogenik.
- Trauma / Infeksi.
- Mutasi gen (multifaktorial).
UNKNOWN (tak diketahui).
EPIDEMIOLOGI
INSIDENS SUMBING di INDONESIA
DJOHANSYAH (SURABAYA)
A. HIDAYAT (MALANG)
486
0,82 permil
1 permil
DJAYASAPUTRA (JOGYAKARTA)
HARAHAP (PALEMBANG)
ANATOMI
487
1,67 permil
0,23 permil
A. NORMAL LIP
488
1. Alar Base.
2. Nostril Sill.
3. Philtrum Collumn.
4. Philtrum Dimple.
5. Vermilion.
6. Cupids Bow.
7. White Skin Roll.
B. UCL.
1. Dislocated Alar Cart.
2. Alar Web.
3. Alar Base (Flare).
4. Alveolus
5. Philtrum.
6. Lat. Componen.
7. White Skin Roll.
8. Vermilion.
C. INCOMPLETE BCL
1. Simonarts Band.
2. Prolabium.
3. Vermilion Prolabium.
4. Premaxilla.
D. Complete BCL
1. Collumela
4. Premaxilla
2. Prolabium
5. Lat. Componen
3. Vermilion Prolabium
KELAINAN ANATOMIS
489
CONTOH : P,F,Sm4/5,C1/1,f,bcl :
490
CODEING L A H S H A L SYSTEM
- L : LIP.
A : ALVEOLUS.
- H : HARD PALATE. S : SOFT PALATE.
- Sebelum S : Kanan Sesudah S : Kiri.
- Huruf besar : Complit Huruf kecil : Incomplit
- () : Bentuk Microform.
CONTOH --HS--- :
menurut VEAU
KLASS PEMBAGIAN
%
I
SOFT PALATE
20,8
II
SOFT PALATE & HARD PALATE
30,8
III
SOFT PALATE & HARD PALATE
PLUS UNILATERAL PREPALATAL
CLEFT
38,8
IV
SOFT PALATE & HARD PALATE
PLUS BIILATERAL PREPALATAL
CLEFT
9,6
KLASIFIKASI & INSIDENS SUMBING
menurut VEAU
492
PROBLEMATIKA
GANGGUAN FUNGSI :
- Pertumbuhan. - Pernafasan.
- Bicara.
- Pendengaran.
- Pencernaan
GANGGUAN ESTETIS.
GANGGUAN PSIKIS.
PENANGANAN OPERASI
DENGAN MEMPERHATIKAN :
493
Faktor Estetika.
Timing Operation.
TIMING OPERASI
a. CELAH BIBIR (UNI/BILATERAL) : 3 bln.
Saran :
- Tidur telungkup (miring pd sisi lesi).
- Elastic Head cup Traction/Stripping.
- Pakai alat bantu (obturator).
494
- Konsultasi Spesialistik.
BILA TANPA TINDAKAN
- Kelainan Kongenital yang berkembang.
- Pertumbuhan Badan yang lamban.
- Infeksi (ISPA/OMA).
- Tuli Konduktif.
- Gangguan Bicara.
- Malposisi Gigi / Rahang atas.
- Gangguan Psikologis.
- Gangguan Estetika.
PENCEGAHAN / SARAN
- Hindari Kawin Keluarga.
- Hindari Kawin dengan Sumbing.
- Hindari Bahan yang Teratogenik.
- Hindari stress / trauma psikis / phisik
- Lengkapi kebutuhan makanan harian.
PRESURGICAL ORTHODENTIS
KONSERVATIP :
- Dengan plester atau elastic bands (Head Cap
traction) :
terjadi sedikit perubahan pada dimensi A-P.
- Dengan atur posisi tidur : tengkurap dgn miring
kesisi
495
AGGRESSIVE :
- Dengan cara Letham.
- Dengan active appliance with screw.
- Approximasi: Bisa merusak pertumbuhan.
- Wiring dental arch: lama dan hasilnya bisa sama.
- Koreksi gangguan pada Chromosome.
MUSCULATURE
OF THE CLEFT LIP
ROSE-THOMPSON
(STRAIGHT LINE)
496
TENNISON-RANDALL
(TRIANGULAR FLAP)
RALPH MILLARD
(ROTATIONAL
ADVANCEMENT FLAP)
MANCHESTER
497
PALATUM
ANATOMI PALATUM
Palatum = langit-langit mulut, yaitu sekat yg
memisahkan R. Hidung dgn R. Mulut.
Berdasarkan embryologisnya maka Palatum
terbagi dua yaitu P. Primer & P. Sekunder.
Palatum Primer meliputi Bibir, Alveolus, dan Hard
Palate ( bgn depan dari For. Incisiva).
Palatum Sekunder = dari For. Incisiva kebelakang
meliputi Hard Palate dan Soft Palate.
Palatum terdiri atas bgn depan = Palatum Durum
dan bgn belakang = Palatum Molle.
Palatum Durum / bgn keras, meliputi : Os.
Palatum, Os. Maxilla, serta Os. Pterigoideus.
Pd garis tengah bgn depan tdpt For : Incisiva, pd
bgn lateral posterior kiri dan kanan tdpt Foramina
Palatine Mayor, tempat keluarnya pembuluh darah
/ syaraf.
Pada ujung Anterior Maxilla tdpt Spina Nasalis
Anterior dan pd bgn Posterior Palatum Durum
tdpt Spina Nasalis Posterior.(sering digunakan sbg
patokan pd study Sefalometrik)
Tulang akan ditutupi oleh mucosa yg melekat dgn
jaringan Fibrous dari Periostium.
498
499
500
ANATOMI PALATUM
501
PERTUMBUHAN
Mekanisme bicara,
Pendengaran,
502
OPERASI LANGIT-LANGIT
VON LANGENBECK
LANGENBECKMODIFICATION
INSITION
WARDILL-KILNER
WARDILL KILNARE
INCISION
504
Musculus Levator Palatine bisa dirubah arahnya dari arah vertical menjadi horizontal dgn
menggunakan z plasty (posterior muco muscular
flap).
Penutupan dgn insisi z plasty akan memberikan efek mobile convexity yg sangat
menguntungkan.
KOMPLIKASI
Pressure gauges.
Spirometer Test.
Cinefluorographyc techniques.
Nanendoscopy.
NANENDOSCOPY
Untuk Menilai :
Parut.
Dehiscence.
Fistula.
VPI (VELOPHARYNGEAL INCOMPETENCE)
Hypernasality.
Nasal emission.
Articulation.
507
Bunyi konsonan :
KRIS n ADAM
508
HIPOSPADIA
Dr.RAMLI DALI, Sp.BP.
PENDAHULUAN
509
510
EMBRIOLOGI
PATOLOGI ANATOMI
Penis bengkok
Chordae
512
513
F. PERINEAL : SCROTOPERINEAL
MODIFICATION.
514
EPISPADIA
515
KRIS ADAM
Standar Penanggulangan Gawat Darurat Trauma
516
Kriteria Diagnosis:
Lihat:
Perubahan status mental.
Agitasi/gelisah curiga hipoksia.
Obtundasi/penurunan
kesadaran
hiperkarbia atau hipoksia lanjut.
Sianosis menunjukkan hipoksia lanjut.
517
curiga
Dengar :
Adanya
suara nafas tambahan (gaduh)
menunjukkan sumbatan jalan nafas parsial.
Snoring
(mengorok/mendengkur) penyebab
sumbatan adalah lidah.
Gurgling
(berkumur) penyebab sumbatan
adalah cairan (darah, muntahan, sekret).
Crowing (stridor) penyebab sumbatan adalah
penyempitan jalan nafas.
Suara bicara yang jelas menunjukkan jalan
nafas bebas. Suara yang parau/disfoni
menunjukkan gangguan fungsi atau sumbatan
daerah laring.
Raba :
Ada tidaknya aliran hawa ekshaler, bila tak
teraba menunjukkan sumbatan jalan nafas
total.
Letak trakea, ditengah atau bergeser.
Resiko
terjadinya sumbatan jalan nafas
meningkat pada penderita :
518
Kesadaran menurun
Trauma kepala
Pengaruh alkohol/obat
Trauma torak
Trauma inhalasi
Tidak terdengar suara nafas/suara tambahan,
curiga sumbatan total
Pemeriksaan penunjang:
Pulse oxymetry
Analisa gas darah
End Tidal CO2
X-Ray
Diagnosis Banding: Tidak ada
Penanggulangan di rumah sakit:
Melanjutkan tindakan pra rumah sakit
Terapi Definitif
Konsultasi: Spesialis Bedah
Tempat Pelayanan (Pusat Gawat Darurat) :
Semua Pusat Gawat Darurat
Masalah yang menyertai:
Hipoksia dengan segala akibatnya
Hiperkarbia dengan segala akibatnya
519
Pneumonia aspirasi
Komplikasi dari tindakan pembebasan jalan
nafas
Prognosis:
Baik, bila segera diatasi, dan akan meninggal
bila terlambat.
520
Kriteria Diagnosis :
Riwayat trauma dengan gangguan penurunan
kesadaran dan pernafasan ; seperti trauma kepala,
maxillofacial, alcohol/obat-obatan, trauma toraks.
Pemeriksaan fisik :
Lihat :
521
522
523
SYOK HEMORHAGIK
Penanggulangan pra rumah sakit :
524
Kriteria Diagnosis :
Kesadaran menurun/gelisah atau tidak.
Pucat.
Keringat dingin.
Nadi lemah/cepat.
Adanya luka yang berdarah.
Adanya jejas di daerah toraks, abdomen, pelvis,
pinggang dan paha.
PERDARAHAN :
525
II
III
IV
Pemeriksaan Penunjang :
526
527
529
530