1.1
Luka
Pengertian Luka
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit
terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Luka adalah
suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
1.2
Histopatologi
Untuk keperluan forensic, pemeriksaan histology digunakan untuk menentukan
faktor:
1. Apakah luka yang ditemukan pada saat autopsy terjadi pada saat sebelum atau
sesudah kematian.
2. Apabila telah terjadi kematian, berapa lama kematian itu sudah terjadi.
Berikut ini adalah perubahan histologi akibat terjadinya luka:
1. 30 menit - 4 jam terjadi pengumpulan lekosit PMN pada luka & terbentuknya
benang-benang fibrin.
2. 4-12 jam terjadi udem jaringan & pembengkakan endotel PD.
3. 12-24 jam terdapat peningkatan jumlahMakrofag dan dimulainya pembersihan
jaringan mati.
4. 24-72 jam terdapat peningkatan jumlah leukosit sampai maksimal sekitar 48 jam,
perbaikan dimulai,fibroblast muncul,PD baru mulai terbentuk,untuk membuat
jaringan granulasi.
5. 3-6 hari, epidermis mulai tumbuh.
6. 10-15 hari, epidermis menjadi tipis & datar.
7. Minggu-bulan, proses penyembuhan jaringan berlanjut, jaringan granulasi terbentuk.
1.3
ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama
dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan.
kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih
kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua
energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan,
sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul
kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan
menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi
tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target
jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya sedikit
perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal,
sementara pada torsi mungkin tidaka memberikan efek pada jaringan adiposa
namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi luka:
Abrasi
Kontusi
Laserasi
Luka insisi
Anatomi forensik kulit
Bagian paling atas adalah lapisan sel keratinisasi stratum korneum yang
ketebalannya bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada tumit dan
telapak tangan adalah yang paling tebal sementara pada daerah yang terlindungi
seperti skrotum dan kelopak mata hanya pecahan dari millimeter. Berkaitan dengan
forensik pada perkiraan perlukaan penetrasi pada kulit.
Kemudian epidermis yang tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan epidermis
umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang masuk ke dalam
dermis. Demis (korium) terdiri dari jaringan ikat dengan adneksa kulit sperti folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Terdapat banyak pembuluh darah,
saraf pembuluh limfe serta ujung saraf taktil, tekan, panas.. bagian bawah dari
dermis terdapat jaringan adiposa dan (tergantung dari bagian tubuh) fascia, jaringan
lemak, dan otot yang berurutan di bawahnya.
Abrasi
Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus lapisan
epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah
terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel di
bawahnya akan menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan
eksudat jaringan.
Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti
kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna
kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna.
Tangensial atau abrasi geser
Abrasi Crushing
Ketika penekanan vertikal pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang terjadi
namun epidermis hancur dan obyek yang menghantam tercetak. Jika hantaman
tersebut kuat dan daerah permukaan kontak kecil akan terjadi luka berlubang kecil
dan abrasi hantaman terjadi. Kerusakan yang terjadi berupa penekanan hingga
depresi ringan dari permukaan atau paling tidak memar atau tonjolan oedem lokal.
Abrasi ini salah satu dari abrasi yang menunjukkan cetakan dari obyek yang
membuat luka.
Abrasi berpola
Abrasi yang terjadi mengikuti pola obyek . tidak hanya epidermis yang rusak, kulit
dapat tertekan mengikuti pola obyek, sehingga dapat terjadi memar intradermal.
Contohnya ketika ban motor melewati kulit, meninggalkan pola pada kulit dimana
kulit juga tertekan mengikuti alur ban tersebut.
Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan kapiler
hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari pembuluh darah
yang lebih besar dari kapiler. Kata memar mengacu pada lesi yang dapat dilihat
pada kulit atau yang terjadi pada subkutanea, sementara kontusio dapat terjadi
pada bagian tubuh mana saja seperti limpa, mesenterium atau otot. Penggunaan
kata memar lebih banyak digunakan dokter saat memberikan laporan atau
keterangan pada kalangan non-medik.
-
Memar Intradermal
Memar yang biasa terjadi akibat penekanan berada pada subkutanea, sering pada
jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan epidermis.
Namun kadang samara. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan obyek
berpola, perdarahan yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan
subepidermal. Jumlah darahnya sedkiti namun karena posisinya yang superfisial
dan lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga polanya dapat dibedakan. Memar
ini terjadi ketika obyek yang menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga kulit
dipaksa mengikuti alur dan bentuknya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Memar:
1.
Kebocoran pembuluh darah. Harus ada ruangan yang cukup untuk darah yang
keluar berakumulasi. Ini menjelaskna kenapa memar lebih mudah terjadi pada
skrotum daripada tumit dimana jaringan jaringan fibrosanya padat. Karena
banyaknya jaringan subkutanea pada orang yang gemuk, mereka lenih mudah
terjadi memar daripada orang yang kurus jika faktor lain seperti fragilitas pembuluh
dan umur sama.
2.
Jumlah darah yang keluar
3.
Ruangan yang cukup
4.
Kedalaman memar yang terjadi
5.
Fragilitas pembuluh darah
6.
Pada orang yang berbaring lama
Memar kecil pada deasa muda yang sehat akan menghilang dalam waktu 1
minggu.
Namun pada memar akibat gigitan asmara (cupang) akan menghilang dala waktu
beberapa hari, ini dikemukakan oleh nRoberts yang mengadakan penelitian.
Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:
Besarnya ekstravasasi
Umur korban
Idosinkrasi seseorang
Beberapa observasi yang ditemukan:
Jika ditemukan memar yang nampak baru tanpa disertai perubahan warna,
diperkirakan terjadi 2 hari sebelum kematian
Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi tidak lebih dari
18 jam sebelum kematian
Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti tidak
terjadi pada saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak.
mendeskripsikan secara penuh disbanding yang lain adalah leher, dimana kumpulan
dari darah antara esophagus dan tulang belakang servikal dapat menimbulkan
memar dari stranhulasi.
1.
2.
3.
4.
Luka gores/Laserasi
Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jringan yang rusak menyobek
bukan mengiris.
Laserasi dapat dibedakan dari luka iris:
Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga untuk
pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca penbesar.
Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian dalam
luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .
Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama jika yang
terluka daerah tulang tengkorak.
Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut akan
terdapat pada luka.
Laserasi terpola
Laserasi tidak menciptakan kembali bentuk dari alat yang melukai, tendangan dapat
menyebabkan laserasi khususnya jika menggunakan sepatu boot yang besar
dengan ujung kakinya yang keras. Pukulan yang sangat keras dapat menyebabkan
laserasi linier atau stellate.
Luka Iris
Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya mencakup seluruh
luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll. Ciri
yang paling penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit dan
jaringan dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan bersih dari
kerusakan apapun.
Luka potong
Adalah luka iris yang kedalamannya lebih panjang. Luka potong tidak lebih
berbahaya dibandingkan tikaman, sebagaimana ketidakdalaman luka tidak akan
terlalu mempengaruhi organ vital, khususnya target utama nya adalah tangan dan
muka.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
-
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menikam biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan
pembantaian.
Karakteristik dari alat tikam:
Panjang, lebar dan ketebalan pisau
Satu atau dua sisi
derajat dari ujung yang lancip
bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerisi/kotak)
Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau
Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau
Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau
Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:
Dimensi senjata
Tipe senjata
Kelancipan senjata
Gerakan pisau pada luka
Kedalaman luka
Arah luka
Banyaknya tenaga yang digunakan
Petunjuk dari luka tusuk
Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah pembunuhan
terutama sebagai persidangan, yang mengarah pada saat rekontruksi kejadian.
Kejadian-kejadian penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga korban jarang
dalam keadaan statis. Penjelasan mengenai petunjuk berdasarkan gambaran luka
dan jejak benda. Saat pisau dengan mata pisau kurang cukup besar, maka luka
sering tampak terpotong bagian bawahnya mengenai jaringan subkutan. Pada
autopsy, menjelaskan seperti pada luka tusuk didada, kadang saat di autopsy luka
terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa mengungkapkan
bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa . Informasi ini menjadi
petunjuk luka, mengambarkan jejak luka.
Perkiraan mengenai derajat kekuatan luka tusuk. Diberikan keterangan mengenai:
Bagian dari tulang atau pengerasan tulang rawan
Ketajaman dari ujung pisau
Kecepatan dating nya pisau
Kulit yang elastis lebih mudah ditembus
Variasi ketebalan kulit terhadap pisau, kulit telapak kaki lebih tebal dari bagian tubih
lain.
Luka tembus yang disebabkan tusukan
Sering ditemukan pada kejadian rumah tangga, dimana biasanya pelaku adalah
wanita, menggunakan senjata yang gampang, dikenal, mudah diraih. Gambaran
luka tergantung pada posisi gunting saat ditusukkan, terbuka atau tertutup. Pada
gunting yang terbuka, dengan satus sisi tertusuk, maka gambaran luka sukar
dibedakan dengan gambaran luka tusuk oleh pisau. Sedangkan untuk luka akibat
gunting yang tertutup, maka luka yang terbentuk seperti huruf Z atau seperti kilatan
cahaya.
-
Luka tangkis
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan pada
umumnya ditemukan pada telapak tangan, punggung tangan, jari-jari tangan,
punggung lengan bawah dan tungkai. Bila pada keadaan tangkis dengan cara
menangkap mata pisau dengan telapak tangan, maka luka yang terjadi akan
mengiris telapak tangan, melintasi lekukan jari, mengiris kulit, jaringan tendon atau
kadang teririsnya keempat jari tangan.
1.4
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Dalam waktu 24 jam, neutrofil akan muncul pada tepi insisi dan bermigrasi
menuju bekuan fibrin, sel basal pada tepi irisan epidermis mulai menunjukkan
peningkatan aktivitas mitosis dan berploriferasi disepanjang dermis dan
mendepositkan komponen membrane basalis saat dalam perjalanannya.
Pada hari ketiga, netrofil sebagian besar telah digantikan oleh makrofag, dan
jaringan granulasi secara progresif menginvasi ruang insisi. Timbul serat kolagen
pada tepi insisi dan proliferasi berlanjut menghasilkan suatu lapisan epidermis
penutup yang menebal.
Pada hari kelima, neovaskularisasi mencapai puncaknya karena jaringan
granulasi mengisi ruang insisi dan terjadi peningkatan jumlah serat kolagen.
Epidermis mengembalikan ketebalan normalnya karena diferensiasi sel permukaan
yang menghasilkan lapisan epidermis matur yang disertai keratinisasi permukaan.
Selama minggu kedua, penumpukkan kolagen dan proliferasi fibroblast masih
berlanjut. Infiltrate leukosit, edema dan peningkatan vaskularitas telah berkurang.
Proses pemulihan dimulai melalui peningkatan deposisi kolagen didalam jaringan
parut bekas insisi dan regresi pembuluh darah.
Pada akhi8ir bulan pertama, jaringan parut tersebut terdiri atas suatu jaringan
ikat sel yang sebagian besar tanpa disertai sel radang dan ditutupi oleh epidermis
normal.
2. Penyembuhan Sekunder
Penyembuhan sekunder terjadi jika kehilangan sel atau jaringan yang lebih
luas, seperti pada infark, ulserasi radang, pembentukan abses, atau bahkan luka
besar. Pada keadaan ini, regenerasi sel parenkim saja tidak bisa mengembalikna
arsitektur asal, akibatnya terjadi pertumbuhan jaringan granulasi yang luas kearah
dalam dari tepi luka, diikuti dengan penumpukkan ECM (matriks ekstraseluler) ,
serta pembentukan jaringan parut.
Secara intrinsic, kerusakan jaringan yang luas mempunyai jumlah debris
nekrotik, eksudat dan fibrin yang lebih besar yang harus disingkirkan. Akibatnya
reaksi radang menjadi lebih hebat, dan berpotensi lebih besar mengalami cedera
sekunder yang diperantarai radang.
Jaringan granulasi akan terbentuk dalam jumlah yang jauh lebih besar.
Kerusakan yang lebih luas meningkatkan jumlah jaringan granulasi yang lebih besar
untuk memperbaiki arsitektur epitel jaringan.
matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh
dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.
jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang
lunak dan mudah pecah.
c. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga
bekas luka merekat kuat.
A. Proses Penyembuhan Luka
Fase Koagulasi dan Inflamasi (0-3 hari).
Koagulasi merupakan respon yang
pertama terjadi sesaat setelah luka
terjadi dan melibatkan platelet.
Pengeluaran
platelet
akan
menyebabkan vasokonstriksi. Proses
ini bertujuan untuk homeostatis
sehingga mencegah perdarahan lebih
lanjut.
tebal kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka.
Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrks. Serabut kolagen menyebar
dengan saling terikat dan menyatu serta berangsur-angsur menyokong pemulihan
jaringan.
Akhir dari penyembuhan didapatkan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80 % dibanding kulit normal.
B. Tipe Penyembuhan Luka
1. Primary Intention Healing.
Jaringan yang hilang minimal, tepi luka dapat dirapatkan kembali melalui jahitan, klip
atau plester.
2. Delayed Primary Intention Healing.
Terjadi ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing yang menghambat
penyembuhan.
3. Secondary Healing.
Proses penyembuhan tertunda dan hanya bisa terjadi melalui proses granulasi,
kontraksi dan epitelisasi. Secondary healing menghasilkan scar.
TYPE PENYEMBUHAN
Primary Intention Healing
resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose
tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah
besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah).
Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak
lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada
orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Merokok
Merokok dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dan kerusakan
oksigenasi jaringan (DeLaune dan Ladner, 1998).
6. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
7. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin,
jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah (pus).
8. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
9. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
Menyempitnya pembuluh darah (perubahan mikrovaskular) dapat merusak perfusi
jaringan dan pengeriman oksigen ke jaringan. Peningkatan kadar glukosa darah
dapat merusak fungsi leukosit dan fagosiit. Lingkungan yang tinggi akan kandungan
glukosa adalah media yang bagus untuk perkembangan bakteri dan jamur (DeLaune
dan Ladner, 1998).
10. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
11. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat
membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
Steroid dapat menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
dan menghambat sintesa kolagen. Obat-obat antiinflamasi dapat menekan sintesa
protein, kontraksi luka, epitelisasi dan inflamasi (DeLaune dan Ladner, 1998)
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular. Penggunaan antibiotik jangka panjang
dengan disertai perkembangan bakteri yang resisten, dapat meningkatan resiko
infeksi (DeLaune dan Ladner).
1.5
Penatalaksanaan Luka
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan
luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik
seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2) Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam
konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium
dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut
dalam air dan stabil karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid dengan sifat
bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang
kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
3) Oksidansia
a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan
sifat oksidator.
b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam
luka dan membunuh kuman anaerob.
4) Logam berat dan garamnya
a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
b) Merkurokrom (obat merah) dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah,
mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts)
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,
mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan,
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah
yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia,
kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
1.6
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;
tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril
Luka bakar
2. Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi
luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat
alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
3. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko
infeksi
4. Kontusio
Luka tertutup: perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
d. Klasifikasi Luka Bedah
1. Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, pernafasan atau
system genitourinary, risiko infeksi rendah
2. Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary,
risiko infeksi
3. Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi
infeksi
4. Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
e. Kedalaman jaringan yang terlibat
1. Superficial
Hanya jaringan epidermis
2. Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
3. Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan
subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang
dibawahnya seperti otot.
f.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berdasarkan penyebab
Ekskoriasi atau luka lecet
Vulnus scisum atau luka sayat
Vulnus laseratum atau luka robek
Vulnus punctum atau luka tusuk
Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
Vulnus combotio atau luka bakar
g.
1.
2.
3.
3. Luka tercemar
a) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu, traktus genito
urinarius, urine
b) Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
4. Luka kotor
a) Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
b) Perforasi visera, abses, trauma lama.
2.
Sistem Imun
Imunitas Alami
Imunitas Didapat
Respon imun
nonspesifik
Respon imun
spesifik
Imunitas Humoral
Sistem Imun
Imunitas Seluler
Fungsi utama dari sistem imun adalah untuk mencegah atau membatasi infeksi
mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi, dan parasit. Sistem pertahanan pertama
melawan mikroorganisme adalah imunitas alami.
1. Imunitas Alami
Imunitas alami adalah resistensi yang timbul untuk mencegah pajanan mikroba.
Sifatnya non spesifik dan termasuk di antaranya adalah barrier untuk agen infeksius
(kulit dan membrane mukosa), sel tertentu (Natural Killer Cell), protein khusus
(komplemen) dan melibatkan proses seperti fagositosis dan inflamasi. Imunitas
alami tidak berkembang dengan adanya pajanan organism, berbeda dengan
imunitas didapat. Imunitas alami tidak memiliki kemampuan menyimpan memori.
2. Imunitas Didapat
Merupakan imunitas yang berfungsi melindungi tubuh secara spesifik namun
butuh waktu beberapa hari untuk menjadi aktif. Dua komponen dari imunitas didapat
adalah imunitas selular dan humoral.
B cells
T cells
Plasma cells
Antibodies
Activated helper
cells and
macrophages
Activated cytotoxic
cells
Complement
neutrophils
Kill bacteria
Inhibit intracellular
bacteria and fungi
Kill virus-infected
cells
Neutralize toxins
and viruses
Imunitas humoral
Imunitas humoral diperankan oleh limfosit B yang berada dalam jumlah besar di
dalam sumsum tulang, tetapi hanya 10-20% dari jumlah limfosit dalam darah tepi.
Limfosit B mensintesis imunoglibin yang dapat ditandai dengan ditemukannya
reseptor pada permukaan sel membrane secara imunoflouresensi. Limfosit B akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu memproduksi imunoglobin lebih
banyak daripada prekursornya. Terdapat 5 imunoglobin ialah IgG, IgA, IgM, IgD, dan
IgE dengan jumlah terbanyak IgG.
Imunitas selular
1.
2.
3.
4.
5.
Imunitas selular terutama terdiri atas limfosit T (T helper dan T cytotoxic), dimana
imunitas humoral terdiri atas antibody(immunoglobulin) dan limfosit B. Beberapa
fungsi utama dari antibody adalah (1) menetralkan toksin dan virus dan (2)
opsonisasi bakteri, membuat bakteri lebih mudah difagositosis. Opsonisasi adalah
suatu proses dimana IgG dan komplemen C3b meningkatkan fagositosis. Imunitas
selular mencegah pertumbuhan organism seperti fungi, parasit, dan bacteria
intraselular seperti Mycobacterium Tuberculosis. Selain itu, juga berperan
membunuh sel yang terinfeksi virus dan sel tumor.
Baik respon imunitas selular dan imunitas humoral dikarakterisasi oleh 3 hal
penting, yaitu: (1) diversitas/ keduanya berespon terhadap ribuan antigen yang
berbeda (2) memory/ keduanya akan berespon sampai bertahun-tahun setelah
pajanan pertama (3) specificity/ keduanya berespon terhadap organism yang
menginisiasinya.
Kombinasi dari berbagai sel (sel T, sel B, makrofag, dan neutrofil) dan protein
(interleukin, antibody, dan komplemen) menimbulkan respon inflamasi (satu dari
mekanisme pertahanan utama tubuh. Makrofag dan sel fagosit lainnya seperti sel
dendritik berpartisipasi dalam respon imun humoral dan selular, seumpama seperti
jembatan antara kedua jenis imunitas.
Sel-Sel yang berperan:
Makrofag
Memakan dan membunuh mikroorganisme atau benda asing yang masuk kedalam
tubuh
Sel Langerhans
Berfungsi sebagai APC, yang mempresentasikan antigen asing.
Leukosit
Bergranulasi: neutrofil, eosinofil, dan basofil
Agranulasi: monosit dan limfosit
Bagian utama dari imunitas didapat
Antibody
IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE
Sel mast
a. Tekanan hidorstatik
Tekanan hidrostatik meningkat akan memaksa cairan masuk kedalam ruang
interstisial tubuh.
b. Permeabilitas dinding pembuluh
Kenaikannya terhadap protein memungkinkan molekul-molekul besar ini lolos dari
pembuluh, dan secara osmotik cairan akan menyertainya. Merupakan bagian yang
mencolok dari peradangan akut.
2. Faktor Sistemik
Faktor sistemik dapat mempermudah terbentuknya edema. Karena
keseimbangan cairan bergantung pada sifat-sifat osmotik protein serum, maka
keadaan yg disertai penurunan konsentrasi protein ini dapat menyebabkan edema.
3.2 Eritema
Eritema adalah perubahan warna kulit menjadi merah. Eritema ini merupakan
ruam kulit primer.
3.3 Erosi
Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. Kulit tampak menjadi
merah dan keluar cairan serosa. Erosi merupakan ruam kulit skunder. Erosi yang
muncul pada pasien mungkin disebabkan oleh intervensi fisik seperti mengorekngorek atau menggaruk luka bekas operasi tersebut.
4.
a.
Golongan Fenol
Yang termasuk golongan fenol ini ialah: fenol, timol, resorsinol dan
heksaklorofen.
Fenol
Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptic obat lain sehingga daya
antiseptic dinyataka dengan koefisien fenol.
Dalam kadar 0,01%-1%, fenol bersifat bakteriostatik. Larutan 1,6% bersifat
bakteriostatik. Larutan 1,6% bersifat bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi
protein. Ikatan fenol dengan protein mudah lepas,sehingga fenol dapat berpenetrasi
ke dalam kulit utuh.Larutan 1,3% bersifat fungisid, berguna untuk sterilisasi ekskreta
dan alat kedokteran. Dalam toksikologi senyawa ini penting, karena sering
digunakan pada percobaan bunuh diri. Terhadap mukosa saluran cerna dan
mulut,bahan ini bersifat kaustik dan korosif. Terhadap SSP menyebabkan eksitasi
disusul depresi.
Intoksikasi fenol menyebabkan tremor dan eksitasi. Kematian biasanya
disebabkan perforasi atau depresi pusat vital,sehingga terjadi syok. Urin berwrna
b.
c.
d.
kehitam-hitaman, karena hasil oksidasi fenol.Juga terlihat silinder hialin dan sel
epitel.Pengobatan intoksikasi ini ialah segera melakukan bilas lambung dan
pemberian demulsen.
Timol
Obat ini mempunyai koefisien fenol 30,bersifat bakterisid,antelmintik dan
fungisid, terutama efektif untuk infeksi jamur ( aktinomikosis , blastomikosis,
koksidioidomikosis dan kandidiasis ). Sediaan timol terdapat dalam bentuk tingtur
(larutan dalam alkohol) 1% dan salep 10%(unguentum Whitfieldi).
Resorsinol
Sifat obat ini mirip fenol,berefek bakterisid dan fungisid. Dalam klinik
digunakan untuk mengobati infeksi jamur di kulit,eksim, psoriasis dan dermatitis
seboroik.Resorsinol bersifat keratolitik dan iritan ringan.
Heksaklorofen
Heksaklorofen ialah senyawa bisfenol yang mengandung klor. Penggunaan
obat ini secara berulang kali dapat menimbulkan superinfeksi kuman Gram-negatif.
Nanah dan serum menurunkan aktivitas heksaklorofen. Toksisitas sistemik dapat
timbul pada anak setelah penggunaan topical berupa bingung,diplopia ,letargi,
kejang, henti napas dan kematian. Karena itu penggunaan heksaklorofen untuk
memandikan bayi tidak dianjurkan.
Obat ini juga bersifat teratogenik. Heksaklorofen digunakan untuk
membersihkan kulit sebelum pembedahan. Heksaklorofen terdapat dalam bentuk
emulsi,larutan dan sponge 3%.
3.
Golongan Alkohol
Etanol 70% berpotensi antiseptic yang optimal.Alkohol meningkatkan
aktivitas antiseptic lain misalnya klorheksidin, yodium ,yodofor,heksaklorofen bila
diberikan dalam kombinasi.
Glikol dipakai untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang ditularkan
melalui udara (desinfektan udara).Bakteri ditularkan melalui udara dalam titik-titik air
yang halus,uap glikol akan larut dalam titik-titik air dan mematika bakteri tersebut.
4.
Golongan Aldehid
Prototip golongan ini ialah formaldehid.Larutan formalin 1% bersifat
bakterisid,tetapi perlu kontak lama.Formaldehid efektif terhadap kuman, jamur dan
virus, tetapi kerjanya lambat.Dalam kadar 0,5% diperlukan waktu 6-12 jam untuk
membunuh kuman, dan 2-4 hari untuk membunuh spora:bahkan dalam kadar 8%
diperlukan waktu 18 jam untuk membunuh spora.Formadehid digunakan sebagai
desinfektan alat-alat hemodialisis dan endoskopi karena sifat non korosifnya.
Formalin digunakan untuk mengawetkan mayat dan specimen penelitian.
5.
a.
Golongan Halogen
Klorheksidin.
Klorheksidin ialah suatu guanid, mempunyai aktivitas antiseptic yang cukup
kuat.Obat ini merupakan salah satu antiseptic pada operasi terutama kedokteran
gigi. Penggunaannya sebagai dental gel dan obat kumur dapat mengubah warna
lidah dan gigi.
b.
c.
d.
Yodium
Yodium ialah suatu zat yang bersifat bakteriostatik non selektif. Sediaan yang
mengandung zat ini ialah yodium tingtur dan lugol. Yodium tingtur berwarna
coklat,dapat menyebabkan iritasi vesikulasi kulit,kadang-kadang kulit dapat
mengelupas . Bila intoksikasi akan timbul iritasi saluran cerna ,kolik , muntah ,diare,
syok dan kematian
Povidon Yodium
Iodoform
6.
7.
8.
9.
Golongan Peroksidan
Logam Berat dan Garamnya
Penurun Tegangan Permukaan (Surface Active Agents)
Zat Warna