PENDAHULUAN
Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas,
dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak
terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang,
sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan seharihari (Fausiah & Widury, 2007). Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan
atau dorongan-dorongan intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba
ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran
atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu
merasa lega. Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
ketidak berdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu
rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau
hubungan dengan teman atau anggota keluarga (Durand & Barlow,2005). Menurut
APA & Taylor, gangguan obsesif-kompulsif dialami 2 % sampai 3% masyarakat
umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka (Nevid, dkk.2005). Menurut Skoog,
suatu studi di Swedia menemukan bahwa meskipun kebanyakan pasien OCD
menunjukkan perbaikan, banyak juga yang terus berlanjut mempunyai simtom gangguan
hidup ini sepanjang hidup mereka (Nevid,et all.,2005). DSM IV membuat diagnosis
gangguan obsesif kompulsif bila orangterganggu oleh obsesi atau kompulsi yang
berulang, atau keduanya sedemikian rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata,
1
memakan waktu lebih satu jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu halhal rutin yang normal, mengganggu fungsi kerja atau sosial. Gangguan obsesif
kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa setelah fobia, gangguan
penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat.
Referat ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang apa yangdimaksud dengan
gangguan obsesif kompulsif, bagaimana mendiagnosisnya danterapi apa yang harus
diberikan kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas,
dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetapdan tidak
terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang,
sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan seharihari (Fausiah & Widury, 2007). Obsesi kompulsi adalah suatu kondisi heterogen yang
melibatkan pikirandistress yang tidak diinginkan dan ritual kompulsif mengenai satu
atau beberapatema-tema umum seperti kontaminasi, agama, simetri.Dalam DSM-IV
TR obsesi didefinisikan sebagai berikut :
1. Pikiran, impuls,
atau
bayangan
menetap
dari
pikirannya
sendiri
(tidak
3
disebabkan
dari
luar
seperti
atau
tindakan
mental
ditujukan
untuk
mencegah
atau
menghitung, berdoa dan seterusnya). Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana
pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol,
dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga
menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
(Fausiah & Widury, 2007).
B. Epidemiologi
Prevalensi gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2
sampai 3 persen. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan obsesifkompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik.
Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis
psikiatrik tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat,
dan gangguan depresif berat (Kaplan & Saddock, 1993).
Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena, tetapi untuk
remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan
perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Secara keseluruhan, kirakira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang
dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup
sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang
C. Etiologi
1. Aspek Biologis
a. Neurotransmiter. Davison & Neale menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang
mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di
otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Data menunjukkan bahwa obat
serotonergik lebih efektif dibandingkan obat lain yang mempengaruhi sistem
neurotransmiter lain. Tetapi apakah serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan
obsesif-kompulsif belum jelas. (Kaplan & Saddock, 1993)
b. Genetik. Penelitian pada anak kembar untuk gangguan obsesif-kompulsif
telahsecara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang lebih tinggisecara bermakna
pada kembar monozigotik dibandingkan kembardizigotik. Penelitian keluarga pada
D. Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:
1. Salah satu obsesi atau kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
b.
2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa
obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak
berlaku bagi anak-anak
3.
4.
Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas
padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat
gangguan
d. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengandepresi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
10
isi
pikiran
tersebut
berbeda-beda,
umumnya
11
hampir
12
E. Gambaran Klinis
Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:
a. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan
terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.
b.
Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral dan
seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan
gagasan atau impuls awal.
c.
Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai
suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk
psikologis.
d.
Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsitersebut, orang
biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
e.
Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu
dorongan yang kuat untuk menahannya.
Tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap
kompulsi. Kira-kira 80 persen dari semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah
irasional ( Kaplan & Saddock, 1993).
Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada anak-anak dan remaja.
Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan berubah dengan berjalannya
13
waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif memiliki empat pola gejala yang utama.
Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi tentang kontaminasi, diikuti
oleh mencuci disertai penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan
terkontaminasi. Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari, sebagai contoh
feses, urin, debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit
tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu
pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan adalah respon
emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti,rasa malu dan rasa jijik
yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien denganobsesi kontaminasi biasanya
percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang oleh
kontak ringan. ( Kaplan & Saddock, 1993).
Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan yang
kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan, seperti lupa mematikan
kompor atau tidak mengunci pintu. Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan
pasien pulang beberapa kali kerumah untuk memeiksa kompor. Pasien memiliki
keragu-raguan terhadap diri sendiri yang obsesional, saat mereka selalu merasa
bersalah karena melupakanatau melakukan sesuatu. ( Kaplan & Saddock, 1993)
Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan semata-mata pikiran obsesional yang
mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya berupa pikiran berulang
akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh pasien. Pola keempat yang
tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau ketepatan, yang dapat menyebabkan
perlambatan kompulsi. Pasien secaraharfiah menghabiskan waktu berjam-jam untuk
14
F. Terapi
a. Farmakoterapi
Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk mengobati
gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis
yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat sampai enam minggu
pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu delapan sampai enam belas minggu
untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan
dengan obat antidepresan adalah masih kontroversial, sebagian pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan
tampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah
memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine (Anafranil) atau
inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin specificreuptake
inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac) ( Kaplan & Saddock, 1993).
Clomipramine.
Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat
ditingkatkan dengan peningkatan 25mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai
dosis maksimum 250 mg sehariatau tampak efek samping yang membatasi dosis.
15
Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping
berupa sedasi,hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti
mulutkering ( Kaplan & Saddock, 1993).
SSRI
Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada
terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin.
Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya:
fluoxetine) pada transporter ambilankembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi
neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan
menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan
SelectiveSerotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki
perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan halhal rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alasan utama
pemilihan obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan
terapi. Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea,
disfunfsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik
disebabkan oleh karena sifatselektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi
dengan reseptorneurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan
kasusserial terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejalagejala disruptif, dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari denganpengamatan.
16
Perbaikan paling nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejala cemas (Pinzon
dkk.,2006). Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil,
banyak ahli terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan
dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoaminoksidase
(MAOI,
monoamine
oxidase
inhibitor),
khususnya
Phenelzine
(Nardil)
17
waktu jangka panjang akanberakibat buruk pada anak OCD. Seluruh anggota
keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi menggunakan semua data anggota
keluarga seperti tingkah laku individu dalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap
anggota keluarga yang mempengaruhi tingkah laku yang baik dan membina
pengaruh tingkah laku yang positif dari setiap individu.
d.
obsesi
muncul,
maka
terapi
akan
meminta
pasien
untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau
18
menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di
rumahatau di mana saja.
dorongan
untuk
melakukan
tindakan
kompulsif.
Jika
c. Penurunan kecemasan
Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala
obsesif dan kompulsif. Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara
sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan
(misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara
pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:
Bagian
Ilmu
22
23