A. Pendahuluan
Hukum perkalian menghendaki setiap peristiwa adalah independen, yaitu suatu
peristiwa terjadi tanpa harus menghalangi peristiwa lain terjadi. Peristiwa A dan B
independen apabila peristiwa A terjadi, maka tidak menghalangi terjadinya peristiwa B.
Perlu diingat bahwa untuk penjumlahan menghendaki peristiwa saling lepas, sedang
untuk perkalian menghendaki peristiwa independen.
Peristiwa Independen adalah terjadinya suatu peristiwa atau
kejadian tidak mempengaruhi probabilitas terjadinya peristiwa
lainnya.
Hukum perkalian untuk probabilitas kejadian A dan B yang saling independen
dinyatakan sebagai berikut.
P(A dan B) = P(A) x P(B)
Untuk menggambarkan hukum perkalian dan peristiwa yang saling independen
diberikan contoh berikut:
a.
b.
Anda melakukan tiga transaksi jual beli saham. Pada transaksi pertama
Anda menjual, pada transaksi kedua dan ketiga Anda bisa menjual atau membeli
saham. ini juga menunjukkan bahwa probabilitas pada peristiwa kedua dan ketiga
tidak dipengaruhi peristiwa pertama.
Contoh. Aqpabila Anda melemparkan uang logam dua kali keudara, berapa
probabilitas kedua lemparan tersebut menghasilkan gambar.
Penyelesaian:
Probabilitas gambar = dan probabilitas angka . Pada lemparan pertama
probabilitas gambar P(A) = . Pada lemparan kedua probabilitas gambar P(B) = .
Oleh sebab itu, probabilitas P(A) dan P(B)
P(A dan B) = P(A) x P(B)
1
= x
=
Kemungkinan seluruh hasil adalah sbb.
Probabilitas Peristiwa
1
2
3
4
Lemparan ke-1
Gambar
Gambar
Angka
Angka
Lemparan ke-2
Gambar
Angka
Gambar
Angka
Bila dua uang dilemparkan sekali maka ada 4 kemungkinan yang terjadi. Oleh
sebab itu, munculnya gambar-gambar mempunyai probabilitas karena dari 4 hasil
akan terjadi 1 kejadian.
Seorang investor di BEJ melakukan sebanyak 2 transaksi. Berapa probabilitas
bahwa kedua transaksi tersebut adalah transaksi jual saham?
Peristiwa
1
2
3
4
Transaksi 1
Jual
Jual
Beli
Beli
Transaksi 2
Jual
Beli
Jual
Beli
Ada 4 kemungkinan hasil, serta peristiwa keduanya jual ada 1, maka probabilitasnya
adalah yang diperoleh dari = x =
B. Probabilitas Bersyarat
Probabilitas bersyarat adalah probabilitas suatu peristiwa akan terjadi dengan
ketentuan peristiwa yang lain telah terjadi. Probabilitas bersyarat dilambangkan
dengan P(A B) yaitu probabilitas peristiwa A, dengan syarat peristiwa B telah terjadi.
Probabilitas bersyarat adalah probabilitas suatu peristiwa akan
terjadi dengan ketentuan peristiwa lain telah terjadi
Hukum perkalian untuk probabilitas bersyarat dinyatakan sebagai berikut.
P(A dan B) = P(A) x P(B A)
Peristiwa probabilitas bersyarat dapat dicontohkan: (a) berapa probabilitas kejadian
menjual saham BCA? Pada peristiwa ini kejadian saham BCA terjadi setelah peristiwa
jual
Apabila probabilitas jual adalah P(A) dan probabilitas saham BCA = P(D), maka
probabilitas bersyaratnya dinyatakan P(D A), (b) berapa probabilitas kejadian saham
BCA terjual? Pada peristiwa ini kejadian jual terjadi setelah kejadian saham BCA, maka
probabilitas bersyaratnya adalah P(A D).
Contoh. Berapa probabilitas terjualnya saham BCA, P(D A) dan berapa probabilitas
saham BCA terjual, P(A D), serta berapa probabilitas peristiwa terjadinya penjualan
dan yang dijual adalah saham BCA, P(A dan D)?
Kegiatan
Jual (A)
Beli (B)
Jumlah
BCA (D)
30
40
70
Perusahaan
BLP (E)
50
30
80
BNI (F)
40
10
50
Jumlah
120
80
200
Jumlah transaksi jual 120 dan saham BCA yang dijual ada 30, maka P(D A) = 30/120
= 0,25. Jumlah transaksi saham BCA ada 70 dan saham BCA yang terjual ada 30,
maka P(A D) = 30/70 = 0,43.
P(A dan D) = P(A) x P(D A)
= 120/200 x 30/120
= 0,15
Langkah awal yang dimulai dengan angka 1. Tahap ini diumpamakan sebagai
pohon, yaitu kegiatan di bursa saham. Nilai probabilitas pada tahap ini = 1
2.
Membuat cabang. Kegiatan di bursa ada 2 yaitu kegiatan jual dan beli saham.
Probabilitas jual = 0,6 dan beli = 0,4. Nilai probabilitas pada cabang = 0,6 + 0,4 =
1,0
3
3.
Membuat ranting. Pada setiap cabang baik jual maupun beli ada 3 ranting jenis
saham yaitu BCA, BLP, dan BNI. Nilai probabilitas setiap ranting = 0,35 + 0,40 +
0,25 = 1,0
4.
Jenis saham
Probabilitas bersama
Probabilitas bersyarat
BCA P(D)
0,35
BRI P(E)
0,40
BNI P(F)
0,25
BCA P(D)
0,35
Beli
BRI P(E)
0,40
0,4
P(B)
BNI P(F)
0,25
Jual
0,6
P(A)
1
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Melalui diagram pohon dapat dengan mudah diketahui nilai probabilitas suatu kejadian.
Probabilitas terjualnya saham BLP, P(E A) = 0,24, probabilitas dibelinya saham BNI,
P(F B) = 0,10. Probabilitas peristiwa terjadi penjualan P(A) dan saham yang terjual
adalah saham BNI P(F A) adalah:
P(A dan F) = P(A) x P(F A)
= 0,6 x 0,15
= 0,09
Contoh. Hasil penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 60% dari usaha kecil dan
menengah tidak berbadan hukum, sedang sisanya berbadan hukum. Bank sebagai
lembaga pembiayaan dengan memperhatikan aspek kehati-hatian, memberika
probabilitas 80%
Berbadan
Hukum
0,40
0,4
1
Tidak Ber
badan
Hukum
0,60
0,6
Jadi probabilitas UKM untuk mendapatkan kredit sebesar = 0,32 + 0,12 = 0,44
D. Teorema Bayes
Teorema ini dikembangkan oleh Thomas Bayes abad ke-18. Bayes yang seorang pendeta
bertanya apakah Tuhan ada dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada di dunia. Jadi bila
Tuhan ada, maka ada fakta sebagai ciptaan Tuhan.
Apabila fakta dilambangkan dengan P(A 1) untuk suatu fakta dan P(A 2) untuk fakta yang lain,
sedang keberadaan Tuhan dinyatakan dengan P(B), maka teorema Bayes dinyatakan sebagai
berikut.
P(A1 B) =
P(A1 ) x P(B A1 )
P(A1 ) x P(B A1 ) P(A 2 ) x P(B A 2 )
Tuhan ada. Mengingat bahwa di bumi banyak sekali fakta dari fakta A1 sampai fakta Ai
maka Teorema Bayes dperluas menjadi:
P(Ai B) =
P(A i ) x P(B A i )
P(A1)
.....
.....
80
P(A2)
.....
.....
.....
Jumlah
100
.....
400
P(B1)
P(B2)
P(A1)
40
40
80
P(A2)
60
260
320
Jumlah
100
300
400
= 80/400
= 320/400
= 40/80
= 60/320
=
=
=
=
0,20
0,80
0,50
0,19
0,20 x 0,50
= 0,40
(0,20 x 0,50) (0,80 x 0,19)
Dari tabel juga bisa dicari langsung probabilitas eksekutif berpendidikan teknik
informatika dengan probabilitas bersyarat, yaitu = 40/100 = 0,40
adalah
cara
pemilihan
objek
yang
bersangkutan
tanpa
BAC
BCA
CAB
CBA
P3 = 6
BA,
AC,
CA,
BC,
n
CB
P2 = 6
Cara
N
(n-1)
(n-2)
(n-r-1)
Pr =
n!
Faktorial n
(n - r)! Faktorial (n - r)
Contoh:
5
P4 = 5 x 4 x 3 x 2 = 120
P4 =
5! 5 x 4 x 3 x 2
120
1!
1
10
10
P4 = 10 x 9 x 8 x 7 = 5040
P4 =
10 x 9 x 8 x 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1
= 5040
6 x 5 x 4 x 3 x 2 x1
3. Kombinasi
Jika 4 orang buruh pabrik A, B, C, D akan dipilih secara random 3 orang untuk
diinterview berapa cara pemilihan terhadap buruh tersebut dapat terjadi?
Kombinasi
ABC
ABD
ACD
BCD
ABC
ABD
ACD
BCD
ACB
ADB
ADC
BDC
Permutasi
BAC BCA
BAD BDA
CAD CDA
CBD CDB
CAB
DAB
DAC
DBC
CBA
DBA
DCA
DCB
P3 = 4 x 3 x 2 = 24
P3
4 x 3 x 2 x1
24
1
Kombinasi dari n butir yang berbeda yang diambil sebanyak r setiap kalinya adalah:
n
Cr
C2
10
Pr
n!
r!
r ! (n - r) !
3!
3x 2 x1
=3
2 ! (3 - 2) ! (2 x 1) (1)
C6
10 !
10 x 9 x 8 x 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1
= 210
6 ! (10 - 6) ! (6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1) (4 x 3 x 2 x 1)
10
C6
10
C10 -6
10
C4
10 x 9 x 8 x 7
= 210
4 x 3 x 2 x1