Anda di halaman 1dari 9

TEORI PROBABILITAS II

A. Pendahuluan
Hukum perkalian menghendaki setiap peristiwa adalah independen, yaitu suatu
peristiwa terjadi tanpa harus menghalangi peristiwa lain terjadi. Peristiwa A dan B
independen apabila peristiwa A terjadi, maka tidak menghalangi terjadinya peristiwa B.
Perlu diingat bahwa untuk penjumlahan menghendaki peristiwa saling lepas, sedang
untuk perkalian menghendaki peristiwa independen.
Peristiwa Independen adalah terjadinya suatu peristiwa atau
kejadian tidak mempengaruhi probabilitas terjadinya peristiwa
lainnya.
Hukum perkalian untuk probabilitas kejadian A dan B yang saling independen
dinyatakan sebagai berikut.
P(A dan B) = P(A) x P(B)
Untuk menggambarkan hukum perkalian dan peristiwa yang saling independen
diberikan contoh berikut:
a.

Anda melemparkan dua buah mata uang ke udara. pada lemparan


pertama muncul gambar, maka pada lemparan kedua bisa muncul gambar lagi
atau angka. Ini menunjukkan bahwa hasil lemparan pertama tidak mempengaruhi
probabilitas kejadian kedua.

b.

Anda melakukan tiga transaksi jual beli saham. Pada transaksi pertama
Anda menjual, pada transaksi kedua dan ketiga Anda bisa menjual atau membeli
saham. ini juga menunjukkan bahwa probabilitas pada peristiwa kedua dan ketiga
tidak dipengaruhi peristiwa pertama.

Contoh. Aqpabila Anda melemparkan uang logam dua kali keudara, berapa
probabilitas kedua lemparan tersebut menghasilkan gambar.
Penyelesaian:
Probabilitas gambar = dan probabilitas angka . Pada lemparan pertama
probabilitas gambar P(A) = . Pada lemparan kedua probabilitas gambar P(B) = .
Oleh sebab itu, probabilitas P(A) dan P(B)
P(A dan B) = P(A) x P(B)
1

= x
=
Kemungkinan seluruh hasil adalah sbb.
Probabilitas Peristiwa
1
2
3
4

Lemparan ke-1
Gambar
Gambar
Angka
Angka

Lemparan ke-2
Gambar
Angka
Gambar
Angka

Bila dua uang dilemparkan sekali maka ada 4 kemungkinan yang terjadi. Oleh
sebab itu, munculnya gambar-gambar mempunyai probabilitas karena dari 4 hasil
akan terjadi 1 kejadian.
Seorang investor di BEJ melakukan sebanyak 2 transaksi. Berapa probabilitas
bahwa kedua transaksi tersebut adalah transaksi jual saham?
Peristiwa
1
2
3
4

Transaksi 1
Jual
Jual
Beli
Beli

Transaksi 2
Jual
Beli
Jual
Beli

Ada 4 kemungkinan hasil, serta peristiwa keduanya jual ada 1, maka probabilitasnya
adalah yang diperoleh dari = x =

B. Probabilitas Bersyarat
Probabilitas bersyarat adalah probabilitas suatu peristiwa akan terjadi dengan
ketentuan peristiwa yang lain telah terjadi. Probabilitas bersyarat dilambangkan
dengan P(A B) yaitu probabilitas peristiwa A, dengan syarat peristiwa B telah terjadi.
Probabilitas bersyarat adalah probabilitas suatu peristiwa akan
terjadi dengan ketentuan peristiwa lain telah terjadi
Hukum perkalian untuk probabilitas bersyarat dinyatakan sebagai berikut.
P(A dan B) = P(A) x P(B A)
Peristiwa probabilitas bersyarat dapat dicontohkan: (a) berapa probabilitas kejadian
menjual saham BCA? Pada peristiwa ini kejadian saham BCA terjadi setelah peristiwa
jual

Apabila probabilitas jual adalah P(A) dan probabilitas saham BCA = P(D), maka
probabilitas bersyaratnya dinyatakan P(D A), (b) berapa probabilitas kejadian saham
BCA terjual? Pada peristiwa ini kejadian jual terjadi setelah kejadian saham BCA, maka
probabilitas bersyaratnya adalah P(A D).

Contoh. Berapa probabilitas terjualnya saham BCA, P(D A) dan berapa probabilitas
saham BCA terjual, P(A D), serta berapa probabilitas peristiwa terjadinya penjualan
dan yang dijual adalah saham BCA, P(A dan D)?
Kegiatan
Jual (A)
Beli (B)
Jumlah

BCA (D)
30
40
70

Perusahaan
BLP (E)
50
30
80

BNI (F)
40
10
50

Jumlah
120
80
200

Jumlah transaksi jual 120 dan saham BCA yang dijual ada 30, maka P(D A) = 30/120
= 0,25. Jumlah transaksi saham BCA ada 70 dan saham BCA yang terjual ada 30,
maka P(A D) = 30/70 = 0,43.
P(A dan D) = P(A) x P(D A)
= 120/200 x 30/120
= 0,15

C. Diagram Pohon Probabilitas


Diagram pohan merupakan suatu diagram yang menyerupai pohon dimulai dari
batang kemudian ranting dan daun. Diagram pohon dimaksudkan untuk membantu
menggambarkan probabilitas atau probabilitas bersyarat dan probabilitas bersama.
Diagram sangat berguna untuk menganalisis keputusan-keputusan bisnis di mana
terdapat tahapan-tahapan pekerjaan. Berikut diagram pohon untuk kegiatan jual beli
saham di bursa.
Tahap-tahap menyusun diagram pohon.
1.

Langkah awal yang dimulai dengan angka 1. Tahap ini diumpamakan sebagai
pohon, yaitu kegiatan di bursa saham. Nilai probabilitas pada tahap ini = 1

2.

Membuat cabang. Kegiatan di bursa ada 2 yaitu kegiatan jual dan beli saham.
Probabilitas jual = 0,6 dan beli = 0,4. Nilai probabilitas pada cabang = 0,6 + 0,4 =
1,0
3

3.

Membuat ranting. Pada setiap cabang baik jual maupun beli ada 3 ranting jenis
saham yaitu BCA, BLP, dan BNI. Nilai probabilitas setiap ranting = 0,35 + 0,40 +
0,25 = 1,0

4.

Menghitung probabilitas bersama (joint probability) antara kejadian pertama A


dan B dengan kejadian kedua D, E, dan F. Kita bisa menghitung probabilitas
P(D A) atau P(E B) secara langsung. Nilai probabilitas keseluruhan pada tahap ini
=1

Keputusan jual atau beli

Jenis saham

Probabilitas bersama

Probabilitas bersyarat
BCA P(D)

0,35

P(D A) 1 x 0,6 x 0,35 = 0,21

BRI P(E)

0,40

P(E A) 1 x 0,6 x 0,40 = 0,24

BNI P(F)

0,25

P(F A) 1 x 0,6 x 0,25 = 0,15

BCA P(D)

0,35

P(D B) 1 x 0,4 x 0,35 = 0,14

Beli

BRI P(E)

0,40

P(E B) 1 x 0,4 x 0,40 = 0,16

0,4
P(B)

BNI P(F)

0,25

P(F B) 1 x 0,4 x 0,25 = 0,10

Jual

0,6
P(A)
1

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Jumlah : 0,21 + 0,24 + 0,15 + 0,14 + 0,16 + 0,10 = 1,0

Melalui diagram pohon dapat dengan mudah diketahui nilai probabilitas suatu kejadian.
Probabilitas terjualnya saham BLP, P(E A) = 0,24, probabilitas dibelinya saham BNI,
P(F B) = 0,10. Probabilitas peristiwa terjadi penjualan P(A) dan saham yang terjual
adalah saham BNI P(F A) adalah:
P(A dan F) = P(A) x P(F A)
= 0,6 x 0,15
= 0,09

Contoh. Hasil penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 60% dari usaha kecil dan
menengah tidak berbadan hukum, sedang sisanya berbadan hukum. Bank sebagai
lembaga pembiayaan dengan memperhatikan aspek kehati-hatian, memberika
probabilitas 80%

kepada UKM berbadan hukum untuk mendapatkan kredit,

sedangkan yang tidak berbadan hukum masih mempunyai kesempatan mendapatkan


kredit sebesar 20%. Hitunglah berapa persen UKM mendapatkan kredit dari Bank.

Dapat kredit = 0,8

1 x 0,4 x 0,8 = 0,32

tidak dapat kredit =


0,2

1 x 0,4 x 0,2 = 0,08

Dapat kredit = 0,2

1 x 0,6 x 0,2 = 0,12

Tidak dapat kredit =


0,8

1 x 0,6 x 0,8 = 0,48

Berbadan
Hukum
0,40
0,4
1
Tidak Ber
badan
Hukum
0,60
0,6

Jadi probabilitas UKM untuk mendapatkan kredit sebesar = 0,32 + 0,12 = 0,44

D. Teorema Bayes
Teorema ini dikembangkan oleh Thomas Bayes abad ke-18. Bayes yang seorang pendeta
bertanya apakah Tuhan ada dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada di dunia. Jadi bila
Tuhan ada, maka ada fakta sebagai ciptaan Tuhan.
Apabila fakta dilambangkan dengan P(A 1) untuk suatu fakta dan P(A 2) untuk fakta yang lain,
sedang keberadaan Tuhan dinyatakan dengan P(B), maka teorema Bayes dinyatakan sebagai
berikut.

P(A1 B) =

P(A1 ) x P(B A1 )
P(A1 ) x P(B A1 ) P(A 2 ) x P(B A 2 )

Rumus di atas merupakan probabilitas bersyarat, suatu kejadian terjadi setelah


kejadian lain ada. P(A1 B) menyatakan bahwa fakta-fakta di bumi akan ada apabila

Tuhan ada. Mengingat bahwa di bumi banyak sekali fakta dari fakta A1 sampai fakta Ai
maka Teorema Bayes dperluas menjadi:
P(Ai B) =
P(A i ) x P(B A i )

P(A1 ) x P(B A1 ) P(A 2 ) x P(B A 2 ) ....... P(A i ) x P(B A i )


Contoh. Perusahaan PT PSK Jaya yang bergerak dalam industri komputer di
Tanggerang memperkerjakan 400 orang. Dari jumlah karyawan tersebut, 100 orang
merupakan sarjana teknik informatika P(B1) dan jumlah eksekutif perusahaan mulai
dari kepala bagian sampai direksi ada 80 orang P(A1). Karena merupakan perusahaan
software, maka ditentukan bahwa 50% dari eksekutif haruslah berpendidikan teknik
informatika. Tentukanlah probabilitas karyawan yang berpendidikan teknik informatika
sebagai eksekutif pada perusahaan tersebut.
Penyelesaian:
P(B1)
P(B2)

P(A1)
.....
.....
80

P(A2)
.....
.....
.....

Jumlah
100
.....
400

P(B1)
P(B2)

P(A1)
40
40
80

P(A2)
60
260
320

Jumlah
100
300
400

Dari tabel diketahui bahwa:


P(A1)
P(A2)
P(B1 A1)
P(B1 A2)

= 80/400
= 320/400
= 40/80
= 60/320

=
=
=
=

0,20
0,80
0,50
0,19

Bila dimasukkan dalam teorema Bayes, maka:


P(A1 B1) =

0,20 x 0,50
= 0,40
(0,20 x 0,50) (0,80 x 0,19)

Dari tabel juga bisa dicari langsung probabilitas eksekutif berpendidikan teknik
informatika dengan probabilitas bersyarat, yaitu = 40/100 = 0,40

E. Beberapa Prinsip Menghitung


1. Faktorial
Faktorial digunakan untuk mengetahui berapa banyak cara yang mungkin
dalam mengatur sesuatu dalam suatu kelompok. Bila kita mempunyai 3 bank yaitu
BCA, BLP dan BNI, ada berapa cara menyusun urutan ketiga bank tersebut?
BCA, BLP, BNI

BCA, BNI, BLP


6

BLP, BCA, BNI

BLP, BNI, BCA

BNI, BCA, BLP

BNI, BLP, BCA

Jadi ada 6 cara untuk mengurutkan nama bank.


Bagaimana kalau ingin mengurutkan sesuatu yang jumlahnya banyak? Kalau 3
saja ada 6 cara, maka berapa cara mengurutkan nama kalau 10 buah?
Untuk menjawab permasalahan tersebut sebenarnya terdapat pola yang dapat diikuti.
Bila urutan pertama Anda tentukan misalnya BCA, maka urutan kedua tinggal 2 pilihan
yaitu BLP dan BNI. Bila urutan kedua Anda pilih BLP, maka urutan ketiga hanya ada
satu pilihan yaitu BNI. Dengan demikian banyaknya urutan adalah perkalian dari
pilihan tersebut, yaitu:
3 x 2 x 1 = 6 cara
Dalam matematika, perhitungan ini dikenal dengan faktorial yang biasa dilambangkan
dengan ( ! ). 0! didefiniskan dengan 1, sedang n! = n x (n-1) x (n-2) x ..... 2 x 1
Contoh. Ada berapa cara menyusun urutan dari 5 perusahaan yang memberikan
deviden terbsar?
5! = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120
Permutasi dan Kombinasi
a. Permutasi adalah setiap pengaturan urutan objek yang berbeda
b. Kombinasi

adalah

cara

pemilihan

objek

yang

bersangkutan

tanpa

menghiraukan urutan objek tersebut


2. Permutasi
Contoh: Permutasi tiga huruf A, B, C yang diambil bersamaan adalah:
ABC

BAC

BCA

CAB

CBA

P3 = 6

angka 3 di kiri atas = banyaknya butir yang akan diatur


angka 3 di kanan bawah = banyaknya butir yang digunakan untuk setiap pengaturan
Dengan cara yang sama, 3 huruf A, B, C diambil 2 huruf pada setiap pengambilan
AB

BA,

AC,

CA,

Secara umum untuk menghitung

BC,
n

CB

P2 = 6

Pr , yaitu banyaknya permutasi dari n butir yang

berbeda yang diambil sebanyak r setiap kalinya, dapat diteleaah sbb.

Untuk r posisi dalam setiap urutan pengaturan:


Tempat
Pertama
Kedua
ketiga
Ke-r

Cara
N
(n-1)
(n-2)
(n-r-1)

Oleh karena itu, r tempat dapat diisi melalui:


n(n-1) (n-2) .............. (n-r-+1) cara
atau

Pr = n(n-1) (n-2) .............. (n-r = 1) atau

Pr =

n!
Faktorial n

(n - r)! Faktorial (n - r)

Contoh:
5

P4 = 5 x 4 x 3 x 2 = 120

P4 =

5! 5 x 4 x 3 x 2

120
1!
1

10

10
P4 = 10 x 9 x 8 x 7 = 5040
P4 =
10 x 9 x 8 x 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1
= 5040
6 x 5 x 4 x 3 x 2 x1

3. Kombinasi
Jika 4 orang buruh pabrik A, B, C, D akan dipilih secara random 3 orang untuk
diinterview berapa cara pemilihan terhadap buruh tersebut dapat terjadi?
Kombinasi
ABC
ABD
ACD
BCD

ABC
ABD
ACD
BCD

ACB
ADB
ADC
BDC

Permutasi
BAC BCA
BAD BDA
CAD CDA
CBD CDB

CAB
DAB
DAC
DBC

CBA
DBA
DCA
DCB

Ada 4 macam kombinasi, tiap kombinasi menciptakan 3 ! = 6 permutasi = 24 permutasi


4

P3 = 4 x 3 x 2 = 24

P3

4 x 3 x 2 x1
24
1

Kombinasi dari n butir yang berbeda yang diambil sebanyak r setiap kalinya adalah:
n

Cr

C2

10

Pr
n!

r!
r ! (n - r) !

3!
3x 2 x1

=3
2 ! (3 - 2) ! (2 x 1) (1)

C6

10 !
10 x 9 x 8 x 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1

= 210
6 ! (10 - 6) ! (6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1) (4 x 3 x 2 x 1)

untuk lebih mudah, bisa juga dilakukan dengan: n Cr n Cn - r

10

C6

10

C10 -6

10

C4

10 x 9 x 8 x 7
= 210
4 x 3 x 2 x1

Anda mungkin juga menyukai