PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap organisasi tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Namun dalam
menggapai tujuan tersebut, banyak hal yang mungkin terjadi dan bisa menghambat, menunda
atau menggagalkan tercapainya tujuan. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi pasti
berhadapan dengan risiko. Risiko dalam berbagai wujud dan sumber menciptakan tantangan
dan sekaligus ketidakpastian. Kesadaran untuk mengelola risiko menjadi sebuah peluang
adalah impian semua instansi, tetapi risiko menjadi sangat tidak sederhana karena memiliki
kecenderungan ketidakpastian yang tinggi. Oleh karena itu, perlunya manajemen risiko untuk
membantu organisasi dalam mengelola setiap risiko yang mungkin terjadi dan berdampak
pada pencapaian tujuan organisasi.
Setiap perusahaan mempunyai strategi manajemen untuk memaksimalkan nilai
usahanya dengan efektif dan efisien. Tidak dapat dipungkiri, pajak merupakan indikator
aktifitas perusahaan dalam peningkatan nilai usaha. Oleh sebab itu dibutuhkan strategi
manajemen pajak sebagai sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan secara benar, tanpa
melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan risiko pajak yang
minimal sehingga perusahaan dapat memaksimalkan seluruh potensi usaha yang ada untuk
meraih keuntungan dan likuiditas sesuai dengan tujuan perusahaan.
Fakta yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban perpajakan saat ini, masih banyak
Wajib Pajak menggunakan cara penghindaran pajak secara ilegal yang berdampak pada risiko
keuangan, reputasi, operasional, dan kelangsungan usaha.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan.
Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen risiko. Peran dari
manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya risiko yang sangat berlebihan
yang dapat membuat perusahaan gulung tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal
yang lebih terarah, salah satunya dengan mengukur dimensi risiko yang akan terjadi pada diri
sendiri pada khususnya dan pada perusahaan pada umunya.
Manajemen
risiko
sebenarnya
dapat
pula
diterapkan
di
berbagai
bidang
termasuk perpajakan. Manajemen risiko mempunyai tujuan tunggal yaitu menekan risiko
yang meliputi aneka manfaat yakni Pertama, mampu memberikan informasi dan perspektif
kepada manajemen tentang semua profil risiko, perubahan mendasar mengenai produk dan
pasar, serta lingkungan bisnis dan perubahan yang diperlukan dalam proses manajemen
risiko. Kedua, mampu menyampaikan isu sentral tentang formulasi kebijakan manajemen
risiko dan review-nya. Ketiga, mampu menghitung dan mengukur besarnya risk exposure.
Keempat, mampu menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko dengan
lebih tepat. Kelima, mampu membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko
yang sudah diukur dan dihitung. Dan keenam, mampu menghindari potensi kerugian yang
relatif lebih besar.
Dalam
perpajakan
nasional,
risiko
operasional
(operational
risk ) paling relevan untuk diterapkan dibandingkan dengan risiko pasar (market risk ), risiko
kredit (credit risk ), dan risiko likuiditas (liquidity risk ). Lalu, apa itu risiko operasional?
Michel Crouhydan Galai & Robert Mark (2000) mendefinisikan risiko operasional sebagai
risiko yang berkaitan dengan operasional bisnis.
Risiko ini meliputi dua komponen risiko. Pertama, risiko kegagalan operasional
(operational failure risk ) atau risiko intern terdiri dari risiko yang bersumber dari sumber
daya manusia, proses, dan teknologi. Kedua, risiko strategi operasional (operational strategic
risk ) atau risiko ekstern yang berasal dari faktor-faktor antara lain politik, pajak, regulasi,
pemerintah, masyarakat, kompetisi. Yang jadi pertanyaan, risiko operasional apa saja yang
dihadapi perpajakan nasional? Ada beberapa risiko yang dihadapi, seperti risiko karyawan
(people risk ). Konkretnya, persis seperti kasus pajak yang diduga melibatkan Gayus
Halomoan Tambunan.
Salah satu potensi risiko adalah pada sengketa pajak. Sengketa pajak adalah sengketa
yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan
pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan
2
banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak. Hal itu diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan
Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU Pengadilan Pajak Nomor 14
Tahun 2002 pasal 1). Dalam hal ini, dituntut karyawan yang bukan hanya ahli dalam
bidangnya tetapi juga berintegritas tinggi. Mengapa? Karena, di sana tersimpan berlaksa
godaan yang bisa timbul dari wajib pajak dan/atau pejabat pajak. Kemudian, risiko reputasi.
Apa itu risiko reputasi?
Risiko reputasi merupakan risiko yang antara lain disebabkan publikasi atau persepsi
negatif terkait dengan aktivitas bisnis. Risiko tersebut tidak terkait langsung dengan kerugian
finansial. Tetapi, lebih sulit diselesaikan dan makan waktu lama. Tanpa disadari, Ditjen Pajak
kini sedang menderita risiko reputasi yang berawal dari risiko operasional, berupa main
mata beberapa karyawannya. Risiko reputasi juga dapat berbentuk keengganan wajib pajak
untuk mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Hal itu merupakan penurunan tingkat
kepercayaan masyarakat luas terhadap kinerja instansi tersebut. Sejatinya, Ditjen Pajak sudah
menyadarinya dengan slogannya, Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dari penjelasan sebelumnya, maka identifikasi masalah
1.3
manajemen risiko,
manajemen pajak,
Kegunaan Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI DAN LANDASAN HUKUM
2.1
Manajemen,
Konsep
Risiko,
Manajemen Risiko,
Manajemen Pajak,
dan
Para pakar mendefinisikan manajemen sebagai suatu ilmu dan seni dalam melakukan serangkaian
kegiatan yang saling berkaitan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Adapun pernyataan beberapa pakar, sebagai berikut:
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Hasibuan S.P. Malayu
(2007 : 1)
Manajemen adalah suatu proses untuk memperoleh kegiatan menyeluruh secara efisien dan efektif
dengan dan melalui orang lain. Stephen P.Robbins (2005:8)
2.1.2
Pengertian Risiko
Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai
dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Memahami konsep risiko secara luas
merupakan dasar yang esensial untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh
karena itu dengan mempelajari berbagai definisi yang ditemukan dalam berbagai literatur
diharapkan pemahaman tentang konsep risiko semakin jelas.
Vaughan (1978) mengemukan beberapa definisi risiko adalah sebagai berikut:
1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kesempatan dari kerugian)
Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat
suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.
Sebaliknya
jika
disesuaikan
dengan
istilah
yang
dipakai
dalam
Statistik,
mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh
efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman;
suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber
daya.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.09/2008, manajemen
risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi
ketidakpastian.
Manajemen risiko perusahaan merupakan sebuah proses yang diterapkan pada
lingkup strategi perusahaan dan seluruh proses yang ada pada perusahaan yang dilakukan
oleh jajaran direksi, manajer, serta personel-personel lainnya. Perencanaan manajemen risiko
dilakukan dengan mengidentifikasi risiko kejadian potensial yang akan timbul dan dapat
memengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Manajemen risiko perusahaan yang terintegrasi
dengan seluruh organ perusahaan dapat membentuk budaya risiko yang baik. Pengelolaan
risiko sesuai dengan selera dan toleransi perusahaan dapat lebih memberikan kepastian atau
keyakinan pada pencapaian tujuan perusahaan.
2.1.3.1 Proses Manajemen Risiko
6
Manajemen Pajak
Pemerintah pada saat ini melakukan upaya habis-habisan dalam bidang perpajakan. Karena itulah,
pengusaha harus menanggapinya dengan cara habis-habisan juga, yaitu dengan menempuh manajemen
pajak. Bagaimanapun juga pajak bagi perusahaan tetap sebagai beban (biaya). Jika pengelolaan pajak tidak
dilakukan dengan baik, kemungkinan di kemudian hari perusahaan terpaksa gulung tikar (Rugi).
Manajemen pajak yang tidak benar telah dapat dirasakan oleh pengusaha pada saat ini, hal ini
terungkap dalam seminar perpajakan baru-baru ini. Jika FISKUS (Pemerintah) melakukan pengecekan data,
kemungkinan dosa-dosa (kejahatan yang terselubung selama ini) yang dilakukan oleh beberapa perusahaan
(oknum) akan terungkap.
Pengelakan pajak adalah cermin dari keengganan untuk ikut melaksanakan sikap Kegotongroyongan
Nasional. Oleh sebab itulah, strategi dibidang perpajakan sebaiknya disebut dengan istilah Manajemen Pajak.
Tujuannya, bukan untuk mengelak membayar pajak, tapi mengatur sehingga pajak yang di bayar tidak lebih
dari jumlah yang semestinya.
Pada dasarnya manajemen pajak merupakan usaha penghematan pajak oleh wajib
pajak yang selalu berusaha meminimalkan beban pajak dan menunda pembayaran pajak
selambat mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan. Meminimalkan beban
pajak sekecil mungkin dapat dilakukan dengan menekan penghasilan-penghasilan dan/atau
memperbesar biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan (deductible) sehingga
Penghasilan Kena Pajak menjadi lebih kecil atau memanfaatkan hal-hal yang belum diatur
dalam peraturan perpajakan.
Tujuan manajemen pajak pada dasarnya sama saja dengan tujuan manajemen keuangan yaitu samasama bertujuan untuk memperoleh likuiditas (kelancaran) dan laba yang cukup. Kita juga dapat
mendefinisikan bahwa manajemen pajak sebagai kewajiban perpajakan dengan benar, tapi jumlah pajak dapat
ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Dengan demikian, dimasa
yang akan datang tidak akan terjadi yang namanya Restitusi pajak (kurang bayar) yang berakibatkan denda
dan sebagainya.
menyimpang dari peraturan yang ada maka hal tersebut telah menyimpang dari tujuan
manajemen pajak. Tujuan utama manajemen pajak sebenarnya adalah agar perusahaan
(wajib pajak) tidak menyimpang dari ketentuan.
3. Pengendalian pajak (Tax Control)
Pengendalian pajak adalah tahap pekerjaan untuk memastikan bahwa peraturan
perpajakan telah dilaksanakan. Dalam pengendalian pajak yang paling penting adalah
pengecekan saat pembayaran pajak. Pengendalian pajak di dalamnya termasuk juga
pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari pada pajak terutang.
Apabila jumlah pajak yang dibayar telah melampaui pajak yang terutang segera
mengajukan permohonan kepada FISKUS untuk mendapatkan izin agar tidak membayar
pajak lebih lanjut. Apabila pajaknya sudah terlanjur dibayar lebih besar dari pada pajak
yang terutang, perusahaan dapat segera mengupayakan untuk mengajukan permohonan
restitusi.
Menurut pengalaman orang, pengurus restitusi tidak semudah yang diatur dalam
ketentuan. Karena itu pengurusan Restitusi harus dipantau sedemikian rupa sehingga restitusi
dapat diterima pada waktunya.
2.1.5
yang berdampak serius terhadap kelangsungan usaha korporat. Risiko yang ditimbulkan dari
aspek perpajakan tidak saja berdampak pada risiko keuangan namun dapat meluas menjadi
risiko reputasi, risiko operasional, risiko bisnis dan pada akhirnya jika tidak dapat dilakukan
mitigasi dengan optimal dapat berdampak serius terhadap kelangsungan usaha/hidup
perusahaan.
Terkuaknya kasus Gayus Tambunan (GT) semakin menyadarkan kita bahwa pajak
memiliki dampak yang sangat serius jika risiko perpajakan tidak dikelola dengan baik.
Optimalisasi manajemen risiko perpajakan dapat membebaskan korporat dari lilitan
urusan pajak, karena semua risiko perpajakan akan diantisipasi dan dapat dideteksi secaradini. Kalaupun terjadi risiko, akan dapat dilakukan mitigasi untuk menghindari/mengurangi
dampak yang lebih serius dari risiko yang timbul dari perpajakan. Dengan pengelolaan risiko
perpajakan korporat yang optimal, diharapkan:
1. Upsize Risk atau risiko tidak tercapainya benefit/manfaat keuntungan dari aspek
perpajakan bagi korporat dapat dikelola sehingga manfaat pajak yang diharapkan untuk
meningkatkan nilai korporat dapat tercapai
2. Downsize Risk atau risiko buruk dari perpajakan yang merugikan korporat, dapat
dihindari/dikurangi seminimal mungkin dan jika terjadi risiko tersebut dapat dilakukan
mitigasi, sehingga sisa risiko (residual risk) yang timbul tidak berdampak signifikan
terhadap kelangsungan usaha korporat.
Tax Planning yang sampai saat ini menjadi sandaran utama untuk mengefisienkan
beban pajak ternyata tidak cukup untuk menjawab perkembangan
dunia
bisnis
dan
perpajakan yang terus berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di
lingkungannya. Diperlukan perpaduan Tax Planning dan Tax Risk Management untuk lebih
mengoptimalkan upaya-upaya meningkatkan nilai perusahaan, dan itulah tujuan utama
pelatihan ini.
Manajemen
risiko
sebenarnya
dapat
pula
diterapkan
di
berbagai
bidang
termasuk perpajakan. Manajemen risiko mempunyai tujuan tunggal yaitu menekan risiko
yang meliputi aneka manfaat yakni:
1. Mampu memberikan informasi dan perspektif kepada manajemen tentang semua profil
risiko, perubahan mendasar mengenai produk dan pasar, serta lingkungan bisnis
dan perubahan yang diperlukan dalam proses manajemen risiko.
2. Mampu menyampaikan isu sentral tentang formulasi kebijakan manajemen risiko dan
review-nya.
3. Mampu menghitung dan mengukur besarnya risk exposure.
4. Mampu menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko dengan
lebih tepat.
5. Mampu membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang sudah
diukur dan dihitung.
6. Mampu menghindari potensi kerugian yang relatif lebih besar.
2.2
10
Adanya risiko PPh pasal 21 pada perusahaan disebabkan karena perusahaan memiliki
kewajiban untuk memotong pajak untuk karyawan-karyawannya. Sistem yang digunakan
tersebut yaitu with holding system. Jika ada kesalahan dalam pemotongan, penyetoran,
dan pelaporan pajak karyawan merupakan tanggung jawab perusahaan sebagai pemotong.
Risiko PPh Pasal 21 memiliki variabel antara lain:
a. Status pegawai
Setiap pegawai harus dijelaskan status kepegawaiannya di dalam perusahaan. Jenis
status pegawai yaitu pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai.
Setiap status pegawai memiliki metode perhitungan PPh pasal 21 yang berbeda-beda.
b. Kebijakan pembayaran PPh
Perusahaan harus memberi kebijakan pembayaran PPh para karyawannya dengan cara
dibayar pegawai itu sendiri atau ditanggung oleh perusahaan atau diberikan
tunjangan.
c. Bukti potong dan kuitansi gaji
Setelah perusahaan memotong PPh pasal 21 para karyawan, harus memberikan bukti
potong
PPh
pasal
21
tersebut.
Bukti
potong
tersebut
dapat
berupa
kuitansi atau bukti potong tersendiri atau dalam daftar gaji karyawan.
d. SPT Masa dan SPT Masa Desember
Perusahaan harus melaporkan PPh pasal 21 dalam SPT masa Januari sampai
dengan November, SPT pembayaran bonus/THR, dan SPT Masa Desember.
2. Risiko PPN
Dari setiap transaksi penjualan dan pembelian akan terkena PPN. Sedangkan di
dalam perusahaan pasti ada transaksi penjualan dan pembelian dari Barang Kena Pajak
maupun Jasa Kena Pajak. sehingga perusahaan pasti memiliki risiko PPN.
3. Risiko PPh Badan
11
Risiko PPh Badan adalah risiko yang ada di setiap perusahaan untuk membayar Pajak
Penghasilan. Pajak Penghasilan dari tiap perusahaan yaitu pajak yang terkait dengan
transaksi organisasi dan akuntansi secara keseluruhan, meliputi:
a. Penerimaan/pendapatan
Setiap
transaksi
pembelian
maupun
penjualan
yang
memiliki
bukti
c. PPh Pasal 4 (2): Kesalahan pemotongan dan Tidak tepat waktu dan tercecer.
5. Risiko Pemeriksaan
Setiap Wajib Pajak orang pribadi maupun badan perusahaan memiliki risiko pemeriksaan,
karena sistem pajak di Indonesia menganut Self Assessment System. Sistem tersebut yang
dapat menimbulkan adanya sengketa pajak antara fiskus dan wajib pajak, sehingga
menimbulkan adanya pemeriksaan pajak. Namun bobot risiko pemeriksaan tergantung
pada jenis pemeriksaannya, antara lain:
a. Pemeriksaan Pengujian Kepatuhan
Pemeriksaan yang dilakukan pengujian terhadap bukti-bukti pembukuan yang
mendukung transaksi yang terjadi, sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem
dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai
efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian manajemen dengan
melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa
diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah
dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.
b. Pemeriksaan Tujuan Lain
Pemeriksaan pajak yang dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan tertentu
dalam aturan perpajakan yang bukan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan
produk hukum yang dihasilkan dari pemeriksaan pajak untuk tujuan lain bukanlah
selalu surat ketetapan pajak seperti pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP.
Artinya, bisa juga diterbitkan SKP atau STP kepada WP tersebut.
c. Pemeriksaan Bukti Permulaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
6. Risiko Keberatan
Pengajuan keberatan walaupun merupakan hak WP yang dapat dimanfaatkan untuk
memperjuangkan keadilan, namun demikian tetap mengandung risiko. Risiko yang
melekat dengan pengajuan keberatan adalah, adanya kemungkinan keputusan keberatan
yang berbeda:
a. Diterima
13
b. Diterima Sebagian
c. Ditolak
d. Ditambah Jumlah Pajak Terutang
e. Keputusan keberatan akan menimbulkan sanksi yang dapat mengganggu cash
flow perusahaan.
7. Risiko Banding
Sama halnya dengan pengajuan keberatan, pengajuan banding walaupun merupakan hak
Wajib Pajak yang dapat dimanfaatkan untuk memperjuangkan keadilan, namun demikian
tetap mengandung risiko. Risiko yang melekat dalam pengajuan banding adalah adanya
sanksi yang berat apabila banding ditolak (sanksi 100%).
2.3
Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah selanjutnya dalam manajemen risiko
adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka
konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian besar. Berbagai cara
pengelolaan risiko:
a. Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah dengan menghindar.
Tetapi cara semacam ini tidak optimal.
Contoh: Jika ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus
keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
b. Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut
(menahan risiko tersebut/ risk retention).
c. Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi
pada satu atau dua eksposur saja.
Contoh: Memegang aset tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi,
properti). Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh
keuntungan dari aset yang lainnya.
d. Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita
alihkan ke tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat
14
menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko
tersebut.
Contoh: Membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan
menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.
e. Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau
kejadian yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara
melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: Untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm
merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
f. Pendanaan Risiko
Mempunyai arti bagaimana mendanai kerugian yang terjadi jika suatu risiko
muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai
cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti
perubahan nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran.
Contoh: Jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran
tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan. Sebuah perbankan
mempunyai kebijakan harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga
jumlah perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan nilai tukar dapat diantisipasi.
2.4
Sanksi Perpajakan
Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah
15
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya,
jika kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa
terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.
Menurut Mardiasmo (2011:59), sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
(norma
perpajakan)
akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat untuk
memperkeras peraturan perundang-undangan perpajakan agar dituruti/ditaati/dipatuhi.
Dalam Undang-Undang perpajakan ada 2 macam Sanksi Perpajakan yaitu:
1. Sanksi Administrasi terdiri dari:
a. Sanksi Adrninistrasi Berupa Denda
Sanksi administrasi berupa denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan
dalam UU perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu,
persentase dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana.
Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa
atau disengaja.
b. Sanksi Administrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan
utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu
dari suatu jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat
diterima dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa dengan bunga
utang paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk
(bunga berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung
berdasarkan bunga majemuk.
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang tidak/kurang
dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Pajak hanya membayar sebagian atau tidak membayar
sanksi bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka
sanksi bunga tersebut dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi.
16
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui. Jangka
waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian
tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka waktu 10
(sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan
17
yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu selama 10 (sepuluh)
tahun.
BAB III
KASUS
3.1
Kasus
18
Rp2,97 triliun atau 57,29 dari target dan pajak bumi dan bangunan (PBB) Rp1,06 triliun atau
4,87% dari target.Dilihat dari sektor usaha, tercatat industri pengolahan menduduki urutan
pertama pemasukan pajak sebesar Rp201,27 triliun, posisi kedua perdagangan besar dan
eceran Rp81,3 triliun, urutan ketiga adalah jasa keuangan dan asuransi Rp72,24 triliun, serta
posisi keempat ditempati pertambangan dan penggalian sebesar Rp36,38 triliun.Melihat
angka-angka realisasi penerimaan pajak tersebut, jelas mengundang kekhawatiran akan
tercapai target yang dipatok dalam APBN-P 2014 yang sudah dikoreksi dari target
sebelumnya di APBN 2014. Nah, penetapan target pajak untuk tahun depan sepertinya
pemerintah cenderung tidak berpijak pada kondisi perpajakan dari tahun ke tahun.
BAB IV
KESIMPULAN
Manajemen risiko perpajakan harus di kelola dengan baik, dimulai dari pendekatan
para pegawai pajak untuk selalu menghimbau agar wajib pajak dapat menyetor pajak yang
seharusnya terhutang, dan menyadarkan masyarakat kepedulian tentang pajak karena pajak
itu penting. Tidak hanya dari pegawai pajak saja yang harus mengelola tetapi kita sebagai
20
wajib pajak harus ikut serta dengan mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Agar dapat
tercapainya target pajak.
p.s
Singkatnya, intensifikasi seakan menimpakan beban pertambahan target pajak kepada mereka
yang tak patuh dengan mengeksploitasi ketidakpatuhannya, dan peningkatan pajak akan
meningkat seiring dengan meningkatnya kepatuhan dari wajib pajak yang tidak patuh (karena
yang sudah patuh tidak akan terpengaruh dengan ini). Sedangkan ekstensifikasi seakan
menimpakan beban pertambahan target pajak kepada mereka yang patuh dengan menambah
jumlah beban pajaknya (karena yang tidak patuh tidak akan banyak terpengaruh dengan ini)
DAFTAR PUSTAKA
21
http://hikmawati92.blogspot.com/2013/07/manajemen-risiko-konsep-dasar-teknik_2.html
http://rahmatulliza43.blogspot.com/2012/11/manajemen-pajak.html
http://indahhandy.blogspot.com/2010/01/manajemen-resiko-dalam-mengelola-dan.html
http://akhwatassyari.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://rezafrachman.blogspot.com/2011/08/18-pengelolaan-risiko.html
http://ngapackers.blogspot.com/2008/11/teknik-teknik-manajemen-resiko.html
http://www.scribd.com/doc/220908777/Tax-Risk-Management-Word
http://konsultanpajak-aaa.com/mengenal-sanksi-pajak.html
http://www.pajak.go.id/content/news/menghadapi-ketidakpastian-dengan-manajemen-risiko
http://www.bppk.depkeu.go.id/berita-pekanbaru/16050-mengenal-lebih-jauh-manajemenrisiko-dalam-perpajakan
http://pratamaindomitra.co.id/tax-risk-management.html
http://abhymujahidmuda.blogspot.com/2012/04/makalah-manajemen-risiko.html
http://nasional.sindonews.com/read/892935/16/target-pajak-naik-terus
22