Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

SEMINAR
PERPAJAKAN
Mata Kuliah ini membahas konsep-
konsep dan teknik penyelesaian
masalah dalam bidang Seminar
Perpajakan. Pembahasan tentang
Manajemen Risiko Pajak.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi Bisnis Akuntansi Tim Dosen

06
Abstract Kompetensi
manajemen risiko adalah pendekatan Mahasiswa memiliki kemampuan
untuk memahami & menjelaskan
sistematis untuk menentukan
manajemen risiko perpajakan.
tindakan terbaik dalam kondisi
ketidakpastian.
5.1 Manajemen, Konsep Risiko, Manajemen Risiko, Manajemen Pajak, dan
Manajemen Risiko Perpajakan

5.1.1 Pengertian Manajemen


Para pakar mendefinisikan manajemen sebagai suatu ilmu dan seni dalam melakukan serangkaian
kegiatan yang saling berkaitan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Adapun pernyataan beberapa pakar, sebagai berikut:
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”Hasibuan S.P. Malayu
(2007 : 1)

“Manajemen adalah suatu proses untuk memperoleh kegiatan menyeluruh secara efisien dan efektif
dengan dan melalui orang lain.” Stephen P.Robbins (2005:8)

5.1.2 Pengertian Risiko


Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai
dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Memahami konsep risiko secara luas
merupakan dasar yang esensial untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh
karena itu dengan mempelajari berbagai definisi yang ditemukan dalam berbagai literatur
diharapkan pemahaman tentang konsep risiko semakin jelas.
Vaughan (1978) mengemukan beberapa definisi risiko adalah sebagai berikut:
1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kesempatan dari kerugian)
Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat
suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.
Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam Statistik,
maka “chance” sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan
satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai
sehari-hari. Akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis
secara kuantitatif.
3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)

‘20 Seminar Perjakan


2 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian
(uncertainty) yaitu adanya risiko, karena adanya ketidakpastian.

5.1.2.1 Tipe-Tipe Risiko


Risiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi
kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh: kecelakaan, kebakaran, kebanjiran dsb.
Salah satu cara menghindari risiko murni ini adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. Itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan
istilah risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk).
2. Risiko spekulatif adalah suatu risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Contoh: usaha bisnis, membeli saham.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah risiko bisnis.

5.1.3 Pengertian Manajemen Risiko


Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta
mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh
efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman;
suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber
daya.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.09/2008, manajemen
risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi
ketidakpastian.

Manajemen risiko perusahaan merupakan sebuah proses yang diterapkan pada


lingkup strategi perusahaan dan seluruh proses yang ada pada perusahaan yang dilakukan
oleh jajaran direksi, manajer, serta personel-personel lainnya. Perencanaan manajemen risiko
dilakukan dengan mengidentifikasi risiko kejadian potensial yang akan timbul dan dapat
memengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Manajemen risiko perusahaan yang terintegrasi
dengan seluruh organ perusahaan dapat membentuk budaya risiko yang baik. Pengelolaan
risiko sesuai dengan selera dan toleransi perusahaan dapat lebih memberikan kepastian atau
keyakinan pada pencapaian tujuan perusahaan.

‘20 Seminar Perjakan


3 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
5.1.3.1 Proses Manajemen Risiko
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan
dilakukan.
b. Identifikasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
c. Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi.
Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel
tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan
risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika
tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang
dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
pengendalian.
e. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko dan lain-lain.
f. Pemantauan dan telaah ulang
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g. Koordinasi dan komunikasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk
tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.

5.1.4 Manajemen Pajak


Pemerintah pada saat ini melakukan upaya habis-habisan dalam bidang perpajakan. Karena itulah,
pengusaha harus menanggapinya dengan cara habis-habisan juga, yaitu dengan menempuh manajemen
pajak. Bagaimanapun juga pajak bagi perusahaan tetap sebagai “beban (biaya)”. Jika pengelolaan pajak tidak
dilakukan dengan baik, kemungkinan di kemudian hari perusahaan terpaksa gulung tikar (Rugi).

‘20 Seminar Perjakan


4 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Manajemen pajak yang tidak benar telah dapat dirasakan oleh pengusaha pada saat ini, hal ini
terungkap dalam seminar perpajakan baru-baru ini. Jika FISKUS (Pemerintah) melakukan pengecekan data,
kemungkinan “dosa-dosa (kejahatan yang terselubung selama ini) yang dilakukan oleh beberapa perusahaan
(oknum) akan terungkap.
Pengelakan pajak adalah cermin dari keengganan untuk ikut melaksanakan sikap Kegotongroyongan
Nasional. Oleh sebab itulah, strategi dibidang perpajakan sebaiknya disebut dengan istilah Manajemen Pajak.
Tujuannya, bukan untuk mengelak membayar pajak, tapi mengatur sehingga pajak yang di bayar tidak lebih
dari jumlah yang semestinya.
Pada dasarnya manajemen pajak merupakan usaha penghematan pajak oleh wajib
pajak yang selalu berusaha meminimalkan beban pajak dan menunda pembayaran pajak
selambat mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan. Meminimalkan beban
pajak sekecil mungkin dapat dilakukan dengan menekan penghasilan-penghasilan dan/atau
memperbesar biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan (deductible) sehingga
Penghasilan Kena Pajak menjadi lebih kecil atau memanfaatkan hal-hal yang belum diatur
dalam peraturan perpajakan.

Tujuan manajemen pajak pada dasarnya sama saja dengan tujuan manajemen keuangan yaitu sama-
sama bertujuan untuk memperoleh likuiditas (kelancaran) dan laba yang cukup. Kita juga dapat
mendefinisikan bahwa manajemen pajak sebagai kewajiban perpajakan dengan benar, tapi jumlah pajak
dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Dengan demikian,
dimasa yang akan datang tidak akan terjadi yang namanya Restitusi pajak (kurang bayar) yang berakibatkan
denda dan sebagainya.

5.1.4.1 Fungsi Manajemen Pajak


Fungsi-fungsi manajemen pajak adalah:
1. Perencanaan pajak (Tax Planning)
Perencanaan pajak adalah tahap pertama dalam penghematan pajak, strategi
penghematan pajak disusun pada saat perencanaan.
2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (Tax Implementation)
Pelaksanaan kewajiban pajak baik yang formal maupun material, harus dipastikan
bahwa pelaksanaan kewajiban itu telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan. Jika pelaksanaannya
menyimpang dari peraturan yang ada maka hal tersebut telah menyimpang dari tujuan

‘20 Seminar Perjakan


5 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
manajemen pajak. Tujuan utama manajemen pajak sebenarnya adalah agar perusahaan
(wajib pajak) tidak menyimpang dari ketentuan.
3. Pengendalian pajak (Tax Control)
Pengendalian pajak adalah tahap pekerjaan untuk memastikan bahwa peraturan
perpajakan telah dilaksanakan. Dalam pengendalian pajak yang paling penting adalah
pengecekan saat pembayaran pajak. Pengendalian pajak di dalamnya termasuk juga
pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari pada pajak terutang.
Apabila jumlah pajak yang dibayar telah melampaui pajak yang terutang segera
mengajukan permohonan kepada FISKUS untuk mendapatkan izin agar tidak membayar
pajak lebih lanjut. Apabila pajaknya sudah terlanjur dibayar lebih besar dari pada pajak
yang terutang, perusahaan dapat segera mengupayakan untuk mengajukan permohonan
restitusi.

Menurut pengalaman orang, pengurus restitusi tidak semudah yang diatur dalam
ketentuan. Karena itu pengurusan Restitusi harus dipantau sedemikian rupa sehingga restitusi
dapat diterima pada waktunya.

5.1.5 Manajemen Risiko Perpajakan


Perpajakan korporasi jika tidak dikelola dengan optimal dapat menimbulkan risiko
yang berdampak serius terhadap kelangsungan usaha korporat. Risiko yang ditimbulkan dari
aspek perpajakan tidak saja berdampak pada risiko keuangan namun dapat meluas menjadi
risiko reputasi, risiko operasional, risiko bisnis dan pada akhirnya jika tidak dapat dilakukan
mitigasi dengan optimal dapat berdampak serius terhadap kelangsungan usaha/hidup
perusahaan.
Terkuaknya kasus Gayus Tambunan (GT) semakin menyadarkan kita bahwa pajak
memiliki dampak yang sangat serius jika risiko perpajakan tidak dikelola dengan baik.
Optimalisasi manajemen risiko perpajakan dapat membebaskan korporat dari lilitan
urusan pajak, karena semua risiko perpajakan akan diantisipasi dan dapat dideteksi secara-
dini. Kalaupun terjadi risiko, akan dapat dilakukan mitigasi untuk menghindari/mengurangi
dampak yang lebih serius dari risiko yang timbul dari perpajakan. Dengan pengelolaan risiko
perpajakan korporat yang optimal, diharapkan:
1. Upsize Risk atau risiko tidak tercapainya benefit/manfaat keuntungan dari aspek
perpajakan bagi korporat dapat dikelola sehingga manfaat pajak yang diharapkan untuk
meningkatkan nilai korporat dapat tercapai

‘20 Seminar Perjakan


6 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2. Downsize Risk atau risiko buruk dari perpajakan yang merugikan korporat, dapat
dihindari/dikurangi seminimal mungkin dan jika terjadi risiko tersebut dapat dilakukan
mitigasi, sehingga sisa risiko (residual risk) yang timbul tidak berdampak signifikan
terhadap kelangsungan usaha korporat.
Tax Planning yang sampai saat ini menjadi sandaran utama untuk mengefisienkan
beban pajak ternyata tidak cukup untuk menjawab perkembangan dunia bisnis dan
perpajakan yang terus berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di
lingkungannya. Diperlukan perpaduan Tax Planning dan Tax Risk Management untuk lebih
mengoptimalkan upaya-upaya meningkatkan nilai perusahaan, dan itulah tujuan utama
pelatihan ini.
Manajemen risiko sebenarnya dapat pula diterapkan di berbagai bidang
termasuk perpajakan. Manajemen risiko mempunyai tujuan tunggal yaitu menekan risiko
yang meliputi aneka manfaat yakni:
1. Mampu memberikan informasi dan perspektif kepada manajemen tentang semua profil
risiko, perubahan mendasar mengenai produk dan pasar, serta lingkungan bisnis
dan perubahan yang diperlukan dalam proses manajemen risiko.
2. Mampu menyampaikan isu sentral tentang formulasi kebijakan manajemen risiko dan
review-nya.
3. Mampu menghitung dan mengukur besarnya risk exposure.
4. Mampu menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko dengan
lebih tepat.
5. Mampu membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang sudah
diukur dan dihitung.
6. Mampu menghindari potensi kerugian yang relatif lebih besar.

5.2 Risiko Pajak di Perusahaan


Ada berbagai macam risiko pajak di perusahaan. Risiko pajak yang sering muncul
di perusahaan terdiri dari:
1. Risiko PPh Pasal 21
Adanya risiko PPh pasal 21 pada perusahaan disebabkan karena perusahaan memiliki
kewajiban untuk memotong pajak untuk karyawan-karyawannya. Sistem yang digunakan
tersebut yaitu with holding system. Jika ada kesalahan dalam pemotongan, penyetoran,
dan pelaporan pajak karyawan merupakan tanggung jawab perusahaan sebagai pemotong.
Risiko PPh Pasal 21 memiliki variabel antara lain:

‘20 Seminar Perjakan


7 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
a. Status pegawai
Setiap pegawai harus dijelaskan status kepegawaiannya di dalam perusahaan. Jenis
status pegawai yaitu pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai.
Setiap status pegawai memiliki metode perhitungan PPh pasal 21 yang berbeda-beda.
b. Kebijakan pembayaran PPh
Perusahaan harus memberi kebijakan pembayaran PPh para karyawannya dengan cara
dibayar pegawai itu sendiri atau ditanggung oleh perusahaan atau diberikan
tunjangan.
c. Bukti potong dan kuitansi gaji
Setelah perusahaan memotong PPh pasal 21 para karyawan, harus memberikan bukti
potong PPh pasal 21 tersebut. Bukti potong tersebut dapat berupa
kuitansi atau bukti potong tersendiri atau dalam daftar gaji karyawan.
d. SPT Masa dan SPT Masa Desember
Perusahaan harus melaporkan PPh pasal 21 dalam SPT masa Januari sampai
dengan November, SPT pembayaran bonus/THR, dan SPT Masa Desember.
2. Risiko PPN
Dari setiap transaksi penjualan dan pembelian akan terkena PPN. Sedangkan di
dalam perusahaan pasti ada transaksi penjualan dan pembelian dari Barang Kena Pajak
maupun Jasa Kena Pajak. sehingga perusahaan pasti memiliki risiko PPN.

3. Risiko PPh Badan


Risiko PPh Badan adalah risiko yang ada di setiap perusahaan untuk membayar Pajak
Penghasilan. Pajak Penghasilan dari tiap perusahaan yaitu pajak yang terkait dengan
transaksi organisasi dan akuntansi secara keseluruhan, meliputi:
a. Penerimaan/pendapatan
Setiap transaksi pembelian maupun penjualan yang memiliki bukti
pembelian/penjualan akan menghasilkan pendapatan/penerimaan yang mempengaruhi
pajak penghasilan perusahaan. Jika semakin banyak pendapatan/penerimaan
perusahaan, akan menambah pajak penghasilan perusahaan. Sebaliknya jika semakin
sedikit pendapatan/penerimaan perusahaan, akan mengurangi pajak penghasilan
perusahaan.
b. Pembayaran beban operasional
Setiap transaksi pasti ada bukti pendukung yang memberikan daftar beban operasional
yang harus dibayar perusahaan. Jika semakin banyak beban operasional yang dibayar

‘20 Seminar Perjakan


8 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
perusahaan, akan menambah pajak penghasilan perusahaan. Sebaliknya jika semakin
banyak beban operasional perusahaan, akan mengurangi pajak penghasilan
perusahaan.
c. Perhitungan penyusutan
Setiap aset tetap yang dimiliki perusahaan pasti mengalami penyusutan,
perhitungan penyusutan tersebut memiliki beberapa metode perhitungan yang
hasilnya dapat mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan. Laporan laba rugi
perusahaan mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan.
d. Penjualan barang/jasa yang bukan aktivitas utama
Penjualan barang/jasa yang dilakukan perusahaan disamping aktivitas utama
perusahaan memiliki tarif pajak yang berbeda dengan penjualan pada aktivitas utama
perusahaan. Sehingga penjualan tersebut dapat mempengaruhi pajak penghasilan
perusahaan.
e. Laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban
Jumlah laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban perusahaan
mempengaruhi jumlah akhir penghasilan kena pajak perusahaan pada perhitungan
koreksi fiskal perusahaan, sehingga mempengaruhi ke pajak penghasilan perusahaan.

4. Risiko Pemotongan/Pemungutan Pihak Ketiga


a. PPh Pasal 22 Bendaharawan: Tidak tepat waktu dan tercecer.
b. PPh Pasal 23: Kesalahan pemotongan dan Tidak tepat waktu dan tercecer.
c. PPh Pasal 4 (2): Kesalahan pemotongan dan Tidak tepat waktu dan tercecer.

5. Risiko Pemeriksaan
Setiap Wajib Pajak orang pribadi maupun badan perusahaan memiliki risiko pemeriksaan,
karena sistem pajak di Indonesia menganut Self Assessment System. Sistem tersebut yang
dapat menimbulkan adanya sengketa pajak antara fiskus dan wajib pajak, sehingga
menimbulkan adanya pemeriksaan pajak. Namun bobot risiko pemeriksaan tergantung
pada jenis pemeriksaannya, antara lain:
a. Pemeriksaan Pengujian Kepatuhan
Pemeriksaan yang dilakukan pengujian terhadap bukti-bukti pembukuan yang
mendukung transaksi yang terjadi, sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem
dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai

‘20 Seminar Perjakan


9 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian manajemen dengan
melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa
diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah
dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.
b. Pemeriksaan Tujuan Lain
Pemeriksaan pajak yang dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan tertentu
dalam aturan perpajakan yang bukan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan
produk hukum yang dihasilkan dari pemeriksaan pajak untuk tujuan lain bukanlah
selalu surat ketetapan pajak seperti pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP.
Artinya, bisa juga diterbitkan SKP atau STP kepada WP tersebut.
c. Pemeriksaan Bukti Permulaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

6. Risiko Keberatan
Pengajuan keberatan walaupun merupakan hak WP yang dapat dimanfaatkan untuk
memperjuangkan keadilan, namun demikian tetap mengandung risiko. Risiko yang
melekat dengan pengajuan keberatan adalah, adanya kemungkinan keputusan keberatan
yang berbeda:
a. Diterima
b. Diterima Sebagian
c. Ditolak
d. Ditambah Jumlah Pajak Terutang
e. Keputusan keberatan akan menimbulkan sanksi yang dapat mengganggu cash
flow perusahaan.

7. Risiko Banding
Sama halnya dengan pengajuan keberatan, pengajuan banding walaupun merupakan hak
Wajib Pajak yang dapat dimanfaatkan untuk memperjuangkan keadilan, namun demikian
tetap mengandung risiko. Risiko yang melekat dalam pengajuan banding adalah adanya
sanksi yang berat apabila banding ditolak (sanksi 100%).

5.3 Pengelolaan Risiko

‘20 Seminar Perjakan


10 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah selanjutnya dalam manajemen risiko
adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka
konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian besar. Berbagai cara
pengelolaan risiko:
a. Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah dengan menghindar. Tetapi
cara semacam ini tidak optimal.
Contoh: Jika ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus
keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
b. Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut
(menahan risiko tersebut/ risk retention).
c. Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi
pada satu atau dua eksposur saja.
Contoh: Memegang aset tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi,
properti). Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh
keuntungan dari aset yang lainnya.
d. Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita
alihkan ke tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat
menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko
tersebut.
Contoh: Membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan
menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.
e. Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian
yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan
kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: Untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm
merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran
f. Pendanaan Risiko
Mempunyai arti bagaimana “mendanai” kerugian yang terjadi jika suatu risiko muncul.
Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan

‘20 Seminar Perjakan


11 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
(reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti perubahan nilai
tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran.
Contoh: Jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran
tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan. Sebuah perbankan
mempunyai kebijakan harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga
jumlah perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan nilai tukar dapat diantisipasi.

‘20 Seminar Perjakan


12 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

http://hikmawati92.blogspot.com/2013/07/manajemen-risiko-konsep-dasar-teknik_2.html
http://rahmatulliza43.blogspot.com/2012/11/manajemen-pajak.html
http://indahhandy.blogspot.com/2010/01/manajemen-resiko-dalam-mengelola-dan.html
http://akhwatassyari.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://rezafrachman.blogspot.com/2011/08/18-pengelolaan-risiko.html
http://ngapackers.blogspot.com/2008/11/teknik-teknik-manajemen-resiko.html
http://www.scribd.com/doc/220908777/Tax-Risk-Management-Word
http://konsultanpajak-aaa.com/mengenal-sanksi-pajak.html
http://www.pajak.go.id/content/news/menghadapi-ketidakpastian-dengan-manajemen-risiko
http://www.bppk.depkeu.go.id/berita-pekanbaru/16050-mengenal-lebih-jauh-manajemen-
risiko-dalam-perpajakan
http://pratamaindomitra.co.id/tax-risk-management.html
http://abhymujahidmuda.blogspot.com/2012/04/makalah-manajemen-risiko.html
http://nasional.sindonews.com/read/892935/16/target-pajak-naik-terus

‘20 Seminar Perjakan


13 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
‘20 Seminar Perjakan
14 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai