33 88 1 PB
33 88 1 PB
Abstrak
Telah diteliti profil ketersediaan hayati tiga macam tablet natrium diklofenak salut enterik
(DR-50, FR-50, dan VN-50) pada 6 sukarelawan sehat Indonesia dengan disain percobaan
cara silang lengkap ("three-way crossover design"). Hasil yang teramati menunjukkan
adanya perbedaan kecepatan dan efisiensi absorpsi yang diberikan oleh masing-masing
sediaan. Lag-time yang dihasilkan oleh masing-masing sediaan bervariasi dari 1-2 jam untuk
DR-50, 0,5-2 jam untuk FR-50, dan 1,5-2 jam untuk VN-50. Kadar puncak dalam plasma 1,16
+ 0,59, 2,06 + 1,03 dan 0,68 + 0,3 g/ml dicapai dalam waktu 3,3 + 1,4, 1,9 + 0,9, dan 3,8 +
1,2 jam setelah pemberian DR-50, FR-50 dan VN-50. Luas di bawah kurva kinetik adalah
3,81 + 1,60 g/ml.jam untuk DR-50, 3,87 + 0,89 g/ml.jam untuk FR-50, dan 3,13 +1,33
g/ml.jam untuk VN-50. Waktu paro eliminasi natrium diklofenak yang teramati bervariasi
dari 2,1 - 6,9 jam dengan rataan 3,7 + 1,5 jam.
Abstract
Pharmacokinetic and bioavailability studies of three enteric coated 50-mg sodium diclofenac
tablets marketed in Indonesia (DR-50, FR-50 and VN-50) have been carried out in six healthy
Indonesian volunteers with three-way crossover design. The results obtained showed that
there were significant differences in the bioavailability parameters of the three products
tested. The lag-time observed varied from 1 to 2 hours for DR-50, 0.5 to 2 hours for FR-50,
and 1.5-2 hours for VN-50. Peak plasma levels of 1.16 + 0.59, 2.06 + 1.03, and 0.68 + 0.3
g/ml were reached in 3.3 + 1.4, 1.9 + 0.9, and 3.8 + 1.2 hours following administration of
DR-50, FR-50 and VN-50, respectively. The area under the curve given by each product were
3.81 + 1.60 g/ml.hr for DR-50, 3.87 + 0.89 g/ml.hr.for FR-50, and 3.13 + 1.33 g/ml.hr for
VN-50. The elimination half life of diclofenac observed varied from 2.1 to 6.9 hours with a
mean value of 3.7 + 1.5 hours.
1. Pendahuluan
Natrium diklofenak adalah suatu senyawa anti-inflamasi non-steroid yang bekerja
sebagai analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Senyawa ini sangat merangsang lambung
sehingga untuk mencegah efek samping ini bentuk sediaan oral (tablet) natrium diklofenak
disalut enterik1,2).
47
48
2.2 Subyek
Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 orang sukarelawan sehat
Indonesia yang berumur antara 20 s/d 33 tahun, bobot badan antara 46 s/d 57 kg), dengan
tinggi badan yang bervariasi antara 154-166 cm, seperti dapat dilihat pada tabel 1.
49
Umur
Bobot badan
Tinggi Badan
Subyek No.
(tahun)
(kg)
(cm)
33
57
159
29
46
154
26
57
162
22
57
159
20
52
166
22
50
160
Rata-rata
25
53
160
S.D.
2.4 Sampling
Sampel darah diambil beberapa menit sebelum pemberian obat dan dalam satu seri
waktu sampai 8 jam setelah pemberian dengan memakai Venoject vacuum blood collector
yang mengandung heparin. Plasma dipisahkan dan langsung dianalisis atau disimpan beku
pada suhu -20C sebelum dianalisis.
50
51
52
1,4
1,2
0,8
FR-50
VN-50
DR-50
0,6
0,4
0,2
0
0
0,5
1,5
2,5
3,5
4,5
5,5
6,5
7,5
Waktu (jam)
Gambar 1. Perkembangan kadar asam diklofenak dalam plasma (rata-rata pada 6 sukarelawan)
setelah pemberian masing-masing sediaan.
53
dalam plasma berlainan untuk tiap macam sediaan obat yang dicoba. Tablet FR-50
memberikan lag-time yang singkat (antara 0,5 sampai 1 jam) sedangkan untuk tablet DR-50
dan VR-50 lag-time yang teramati jauh lebih lambat (di atas 1 jam), dan yang paling lambat
adalah yang diberikan oleh VR-50 (di atas 1,5 jam).
Dilihat dari segi ketersediaan hayati, tablet VR-50 yang memiliki lag-time yang paling
besar menghasilkan ketersediaan hayati yang paling kecil. Luas di bawah kurva (AUC) yang
dihasilkan adalah 3,81 + 0,86, 3,87 + 0,89 dan 3,13 + 1,33, berturut-turut untuk DR-50, FR50 dan VR-50. Dibandingkan dengan lag-time yang dihasilkan oleh masing-masing sediaan,
rendahnya ketersediaan hayati yang diberikan oleh VR-50 kemungkinan disebabkan oleh
adanya keterlambatan absorpsi akibat adanya keterlambatan pelepasan obat. Hal ini dapat
dilihat dengan jelas pada tabel 3 untuk sukarelawan 4 di mana tablet VR-50 yang absorpsinya
sangat lambat memberikan luas di bawah kurva yang sangat rendah.
Pada tabel 4 dapat dilihat ketersediaan hayati relatif antara masing-masing tablet pada
setiap sukarelawan serta selang kepercayaan untuk = 0,05. Jika memakai kriteria
penerimaan bioekivalensi dengan selang kepercayaan ketersediaan hayati relatif antara 80%
s/d 120%5), dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tablet DR dapat dinyatakan
bioekivalen dengan tablet FR, sedangkan tablet VR belum dapat dinyatakan apakah
bioekivalen atau tidak bioekivalen dengan tablet DR dan FR karena meskipun harga rata-rata
nilai ketersediaan hayati relatifnya jauh di luar rentang 80%-120% (132,8% dan 137,5%),
tetapi karena variasinya yang sangat besar maka dengan jumlah sukarelawan yang terbatas (6
sukarelawan) status bioekivalensi dari tablet VR terhadap 2 sediaan uji lainnya belum bisa
dinyatakan secara tegas .
54
DR vs. VR
FR vs. VR
DR vs. FR
140
112
125
113
123
92
97
90
108
216
246
88
102
112
91
129
142
91
Rata-rata
132,8
137,5
99,2
S.D.
43,8
55,8
14,5
Selang
86,8 176,6
78,9 193,3
84,0 114,4
kepercayaan
( = 0,05)
Analisis statistik setiap parameter ketersediaan hayati dengan memakai paired t-test,
yang hasilnya diperlihatkan pada tabel 5, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal
harga parameter ketersediaan hayati natrium diklofenak yang dihasilkan oleh ketiga sediaan
tablet yang dicoba. Dengan hanya memperhitungkan parameter AUC yang merupakan
parameter ketersediaan hayati utama, terlihat bahwa tablet DR-50 bioekivalen dengan tablet
FR-50, sedangkan tablet VR-50 memiliki ketersediaan hayati yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan kedua sediaan lainnya. Meskipun harga rataan AUC tablet VR-50 jauh
lebih kecil dibandingkan harga AUC tablet DR-50 dan FR-50, secara statistik perbedaan
tersebut tidak bermakna karena harga variasi yang ada cukup besar.
Jika memperhatikan parameter lag-time dan Tmaks, tablet FR-50 memperlihatkan
kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan tablet DR-50, meskipun harga AUC keduanya
sama. Untuk parameter Tmaks perbedaan yang ada cukup berarti (p<0,05).
55
Tabel 5. Hasil uji statistik "paired t-test" tiap parameter ketersediaan hayati
antara tiap sediaan
Sediaan yang dibandingkan
Parameter
DR vs. FR
DR vs. VR
FR vs. VR
Cmaks
p = 0,0591
p = 0,0265
p = 0,0120
Tmaks
p = 0,0132
p = 0,2448
p = 0,0019
AUC0-
p = 0,3925
p = 0,0428
p = 0,0610
Lag-time
p = 0,1446
p = 0,2325
p = 0,0421
4. Kesimpulan
Dari hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1.
Ketiga sediaan yang dicoba memberikan lag-time di atas 0,5 jam, yang menunjukkan
adanya hambatan pelepasan obat dari sediaannya akibat adanya salut enterik. Asam
diklofenak diabsorpsi dengan cepat dari saluran cerna begitu lepas dari sediaan tabletnya.
2.
Terdapat perbedaan kecepatan dan efisiensi absorpsi asam diklofenak dari ketiga sediaan
obat yang dicoba. Tablet DR-50 bioekivalen dengan tablet FR-50, tetapi asam diklofenak
dapat diabsorpsi lebih cepat dari tablet FR-50. Tablet VR-50 dengan lag-time dan Tmaks
paling lambat menghasilkan ketersediaan hayati yang relatif rendah.
3.
56
Referensi :
1.
Reynolds, J.E.F. (Ed.), "Martindale The Extra Pharmacopoeia", 29th ed., The
Pharmaceutical Press, London, 1989, p. 12.
2.
Loke, E. and Wee A. (Eds.), "Indonesia Index of Medical Specialities", MIMS Asia,
Wanchai, Hongkong, 1996.
3.
4.
Abdou, H., "Dissolution, Bioavailability and Bioequivalence", Mack Publ. Co., Easton,
1989.
5.
Steinijans, V.W. and Diletti E., "Statistical analysis of bioavailability studies: parametric
and non-parametric confidence intervals", Eur. J. Clin. Pharmacol., 24, 1983, 127-136.
6.
United States Pharmacopeial Convention, "The United States Pharmacopeia", 22nd rev.,
United States Pharmacopeial Convention Inc., Rockville, 1990, p. 1795.
7.
Ditjen POM Depkes RI, "Farmakope Indonesia", ed. IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta, 1995, hlm. 1024.