Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM PARAMETER FARMAKOKINETIK

DISUSUN OLEH:

NAMA : YEMIMA PUJILESTARI SIMAK


NIM : N011211102
KELOMPOK : II (DUA)
GOLONGAN : KAMIS PAGI (A)
ASISTEN PJ : NUR ATISA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023/2024
SOAL
1. Jelaskan perbedaan parameter farmakokinetik primer, sekunder, tersier!
2. Jelaskan pengertian dari simbol Ka, Ke, Cl, t1/2, F, AUC, Cpss, DL, R, Vd,
Cp, Db beserta satuannya!
3. Jelaskan perbedaan aspirin, natrium salisilat dan salisilat!
4. Jelaskan tahapan farmakokinetika dari aspirin!
5. Tuliskan nilai t1/2elim, t1/2abs, Vd, Ka, K, dan AUC dari aspirin!
6. Jelaskan rute-rute pengambilan darah!
7. Jelaskan dengan menggunakan bahasa sendiri perbedaan dari
penggunaan semilog 1 cycle, 2 cycle, 3 cycle dan 4 cycle!

JAWABAN
1. Parameter farmakokinetik primer yakni parameter farmakokinetik yang
bergantung pada fisiologi tubuh dan sifat fisikokimia obat, meliputi klirens
(Cl), volume distribusi (Vd), dan konstanta laju absorbsi (Ka). Sementara
itu, parameter farmakokinetik sekunder bergantung pada parameter
primer karena dihitung dari hasil parameter primer, meliputi waktu paruh
(t1/2) dan konstanta laju eliminasi (Ke). Selain itu, parameter
farmakokinetik tersier atau turunan yakni parameter farmakokinetik yang
bergantung pada dosis dan kecepatan pemberian obat, meliputi waktu
maksimum (tmaks), kadar maksimum (Cpmaks), dan area di bawah kurva
(AUC) (Shargel dkk., 2005).
2. Parameter farmakokinetik:
- Ka (absorption rate constant) yakni fraksi obat yang diserap di tempat
penyerapan (biasanya pada saluran gastroinstestinal) per satuan
waktu dengan satuan jam-1 (hr-1) (DiPiro dkk., 2005).
- Ke (elimination rate constant) yakni konstanta laju eliminasi obat dari
kompartemen sentral ke luar tubuh dengan satuan jam-1 (hr-1) (DiPiro
dkk., 2005).
- Cl (clearance) yakni jumlah obat yang dieliminasi per satuan waktu
dengan menggunakan satuan mL/menit (Kelly dan Halaby, 2018;
Kandukoori dkk., 2020).
- t1/2 yakni waktu yang diperlukan agar konsentrasi obat berkurang
50% dari konsentrasi awal dengan satuan jam (hour) (Kelly dan
Halaby, 2018; Kandukoori dkk., 2020).
- F (bioavailability) yakni fraksi obat yang diserap yang mencapai
sirkulasi sistemik tanpa menggunakan satuan (0bat terserap 100% (F
= 1) (DiPiro dkk., 2005).
- AUC (Area Under Curve) yakni area di bawah konsentrasi obat plasma
versus kurva waktu yang menggambarkan jumlah total obat di dalam
tubuh dalam periode waktu tertentu dengan satuan mg/L (DiPiro dkk.,
2005).
- Cpss (drug concentration in plasma at steady state) atau konsentrasi
obat dalam plasma pada kondisi tunak (tetap konsisten tetap berada
dalam batas terapeutik untuk jangka waktu yang lama). Cpss
menggunakan satuan µg/mL (Wadhwa dan Cascella, 2023),
- DL (loading dose) atau dosis muat yakni dosis yang lebih besar dari
dosis lazim yang diberikan untuk mencapai konsentrasi obat terapeutik
dengan cepat atau segera memberikan respons klinis. Dosis muat
menggunakan satuan mg (Miniaci dan Gupta, 2023).
- R yakni kecepatan infus obat dalam satuan milligram per jam
(mg/hour) (DiPiro dkk., 2005).
- Vd (Volume of distribution) yakni konstanta proporsionalitas yang
menghubungkan antara konsentrasi obat dalam plasma dengan
konsentrasi obat dalam tubuh pada suatu waktu dengan satuan mL
(Kelly dan Halaby, 2018; Kandukoori dkk., 2020).
- Cp yakni konsentrasi puncak keadaan tunak segera setelah
pemberian IV dosis infus dengan menggunakan satuan mg/L (DiPiro
dkk., 2005).
- Db yakni jumlah dosis yang dihitung berdasarkan berat badan dengan
menggunakan satuan gram per berat badan (g/kgBB) (Fadilla dkk.,
2023).
3. Aspirin (asam asetil salisilat) merupakan senyawa sintetis turunan asam
salisilat yang biasanya digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala,
demam, dan peradangan, sedangkan natrium salisilat merupakan
senyawa garam sintetis dari asam salisilat yang biasanya digunakan
untuk meredakan nyeri dan demam. Sementara itu, salisilat merupakan
senyawa alami dari asam salisilat yang ditemukan alami pada tumbuhan
dan banyak dimanfaatkan untuk penggunaan topikal (Rahmadita dan
Sumarno, 2019).
4. Tahapan farmaokinetika aspirin meliputi (Abidin dan Mardiyantoro, 2020):
- Absorpsi, aspirin diserap dengan cepat di lambung dan duodenum dan
biovailabilitasnya 50-75%.
- Distribusi, aspirin terdistribusi pada volume 170 ml/kgBB dan banyak
terdistribusi pada jaringan. Pada konsentrasi rendah, sekitar 90%
terikat pada albumin dan pada konsentrasi tinggi atau overdosis hanya
sekitar 30% yang terikat terikat pada albumin.
- Metabolisme, aspirin dimetabolisme hampir segera setelah pemberian
dan utamanya dihidrolisis menjadi salisilat yang berikatan dengan
glycine menjadi salycyluric acid oleh enzim esterase yang terdapat
pada mukosa saluran cerna, eritrosit, cairan sinovial, dan pada plasma
darah. Waktu paruh aspirin yakni 15-20 menit.
- Eliminasi, aspirin dieliminasi melalui urin 75% dalam bentuk salycyluric
acid dan 10% dalam bentuk asam salisilat.
5. Profil farmakokinetika aspirin:
- t1/2elim yakni 1,88±0,76 hours (Shargel dan Yu, 2016)
- t1/2abs yakni 14 menit (Rowland dan Tozer, 1995)
- Vd yakni 40 L (Shargel dkk., 2005)
- Ka yakni 0.85±0.12 h–1 (Shargel dan Yu, 2016)
- K yakni 0,14±0,02 h–1 (Shargel dan Yu, 2016)
- AUC yakni 127,46±8,9 µg.h/mL (Shargel dan Yu, 2016)
6. Rute pengambilan darah pada hewan coba meliputi (Lebang, 2023):
- Mata, yakni dilakukan melalui cela retroorbitalis (sinus retroorbitalis)
mata dengan menggunakan tabung hematokrit. Sebelum pengambilan
darah melalui rute ini, terkadang dilakukan anestesi dengan
meneteskan cairan anestesi ke mata hewan coba.
- Ekor, yakni dilakukan melalui vena pada ekor menggunakan jarum
ukuran 26 gauge dengan bantuan restrainer. Sebelum dilakukan
pengambilan darah, ekor hewan coba digosok terlebih dahulu dengan
menggunakan alkohol atau dicelupkan ke dalam air hangat (40 oC).
Pada mencit, pengambilan darah dari ekor juga dapat dilakukan
melalui ujung ekor yang dipotong sekitar 1 mm dari ujung lalu dipijat
dari pangkal ke ujung dan drah ditampung. Namun, rute ini tidak
direkomendasikan untuk diterapkan pada tikus karena dapat
menimbulkan kerusakan yang permanen pada ekor tikus.
- Telinga, yakni dilakukan melalui vena margitalis yang terletak pada
bagian tepi telinga. Prosedur ini dilakukan pada kelinci dengan cara
insisi dengan menggunakan jarum suntik ukuran 26 gauge.
- Jantung/intrakardiak, yakni darah diambil dari ventrikel jantung dengan
menggunakan jarum suntik ukuran 19-25 gauge dan bantuan syringe
ukuran 1-5 ml. Prosedur ini berkemungkinan sangat besar
menyebabkan kematian hewan coba sehingga biasanya dilakukan di
akhir proses pengujian dan membutuhkan banyak sampel darah.
Sebelum prosedur dilakukan, hewan coba harus dianestesi terlebih
dahulu.
7. Terdapat 4 semilog yang digunakan dalam farmakokinetika, semilog 1
cycle digunakan apabila data konsentrasi yang diperoleh hanya terdiri dari
angka satuan, semilog 2 cycle digunakan apabila data konsentrasi yang
diperoleh terdiri dari angka satuan dan puluhan atau dalam bentuk satuan
dan angka decimal, semilog 3 cycle digunakan apabiladata konsentrasi
yang diperoleh terdiri dari angka satuan, puluhan, dan ribuan, serta
semilog 4 cycle jarang digunakan dalam farmakokinetik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z.Z. dan Mardiyantoro, F. 2020. Buku Ajar: Diagnosis dan Tata
Laksana Perdarahan Rongga Mulut, Malang: UB Press.

Fadilla, R., Ibrahim, A., dan Indriyanti, N. 2023. Skrining Fitokimia dan
Aktivitas Antikoagulan Sari Buah Melon (Cucumis melo L) Secara In
Vivo. Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.), 5(3): 260-267.

Kandukoori, N.R., Uppu, P., dan Yellu, N.R. 2020. Study of Alterations in
Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Saxagliptin in the
Presence of Rutin: An Interaction Study in Rats. Journal of Applied
Pharmaceutical Science,10(11):081-086.

Kelly, W.K. dan Halabi, S. 2018. Oncology Clinical Trials Successful Design,
Conduct, and Analysis. Second Edition. New York: Demos Medical
Publishing.

Lebang, J.S. 2023. Pengujian Farmakologi di Laboratorium. Klaten: Lakeisha.

Miniaci, A. dan Gupta, V. 2023. Loading Dose. Treasure Island (FL):


StatPearls Publishing.

Rahmadita, F.F dan Sumarno. 2019. Kajian Pustaka Efek Samping Aspirin:
Aspirin-Exacerbated Respiratory Disease (AERD). Pharmaceutical
Journal of Indonesia, 5(10): 1-5.

Rowland, M.R. dan Tozer, T.N. 1995. Clinical Pharmacokinetics Concepts


and Applications, Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

Shargel, L. dan Yu, A.B.C. 2016. Applied Biopharmaceutics &


Pharmacokinetics, 7th Edition. New York: McGraw-Hill’s.
Shargel, L., Wu-Pong, S., dan Yu, A.B.C. 2005. Applied Biopharmaceutics &
Pharmacokinetics, 5th Edition. New York: McGraw-Hill’s.

Wadhwa, R.R., dan Cascella, M. 2023. Steady State Concentration.Treasure


Island (FL): StatPearls Publishing.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai