Anda di halaman 1dari 8

10 BERSAUDARA BINTANG AL-QURAN (Kisah Nyata Membesarkan Anak

Menjadi Hafiz Al-Quran dan Berprestasi)


Posted by Ahmad Khan on 2/11/2011 03:29:00 PM

Diceritakan dalam buku yang berjudul Sepuluh Bersaudara Bintang AlQuran, karya Izzatul Jannah & Irfan Hidayatullah, adalah pasangan Ibu
Wirianingsih dan Pak Mutamimul Ula yang mampu melahirkan dan mencetak
genarasi unggul yaitu genarasi Qurani yang berinteraksi dengan al-quran secara
intensif dan dan menjadikan Al-quran sebagai basis dan ilmu pertama anak-anak
mereka sebelum mereka berinteraksi dengan ilmu-ilmu lainnya.Kedua pasangan ini

mengukir azam dan melukis tekad yang kuat untuk menjadikan keluarga mereka
sebagai bagian dari penjaga Al-Quran yaitu dengan menghafalnya dan
mewarnai seluruh kehidupan mereka dengan Al-Quran. Ditengah tontonan dan
arus informasi yang serba egosentris dan hedonis seperti sekarang ini, keluarga ini
mampu mengukir cita-cita mulia, dan membuktikan bahwa Al-quran adalah solusi
segala problema hidup, bisa mendidik genarasi mencintai dan beinteraksi secara
intensif dengan Al-Quran.
Kedua pasangan suami istri ini adalah pasangan yang kesehariannya jarang
sekali dirumah mendampingi anak-anak mereka yang jumlahnya sepuluh, karena
saking sibuk dan padatnya jadwal meraka untuk berdakwah dan menunaikan tugastugas untuk membina umat.Yang satu adalah adalah pemimpin tertinggi salah satu
organisasi muslimah yang cabangnya meliputi 150 kota di Indonesia, sementara
yang satu adalah anggota DPR-RI. Namun demikian, ditengah kesibukan
kesehariannya, mereka berdua mampu melahirkan dan membina anak-anak mereka
bak bintang-bintang yang cemerlang. Sebagian besar dari kesepuluh anaknya hafal
Al-quran. Lebih dari itu anak-anak tersebut berprestasi luar biasa didunia
akademisnya.
Pasangan ini mengubah cara pandang mengenai prestasi, dimana orang hanya
bangga dan mementingkan akan prestasi akademis (prestasi dunia ) saja, namun
bagi pasangan ini adalah bagaimana menanamkan akan pentingnya prestasi

ukhrawi (salah satunya hafal Al-Quran) bagi anak- anak meraka disamping juga
prestasi duniawinya. Meraka mendidik anak meraka berdasarkan keyakinan akan
janji Allah untuk memiliki prestasi ukhrawi kemudian akan membuahkan prestasi
duniawi berupa kecerdasan dan kesuksesan akademis. Itulah yang terjadi pada
keluarga Mutamimul Ula dan Wirianingsih. Keyakinan kuat akan keutamaan
menghafal Al-Quran telah mendorong kesepuluh putra-putrinya tumbuh menjadi
penghafal Al-Quran yang tidak hanya mampu melafazkan Al-Quran, tetapi juga
memiliki prestasi kademis yang membanggakan.

-Afzalurahman putra pertama, hafal Al-Quran 30 juz pada usia 13 tahun, bisa
membaca dan mulai menghafal Al-quran pada usia 5 tahun. Lahir pada 23 April
1986, tercatat sebagai mahasiswa ITB Bandung, fakultas teknik pertambangan dan
Perminyakan, jurusan Teknik Geofisika.Ketua Pembina Majelis Taklim Salman
ITB dan terpilih sebagai peserta Pertamina Youth Programe 2007. Prestasi yang
pernah diraih: Peringkat I di kelas ( SDIT), perwira brigade terbaik SDIT (1998),
Ketua PMR/Paskibra MTs (1999), Ketua Osis Mts (2000), Peringkat I ( kelas 1 dan
2 se-MTs), Juara Nasyid pelajar se-Solo (2003).

-Faris Jihady Hanifa putra kedua,lahir tahun 1987. Hafal Al-Quran 30 juz pada
usia 10 tahun tahun dengan predikiet mumtaz dalam rentang 2 tahun 10 bulan.saat tulisan ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk semester tujuh Fakultas Syariat
LIPIA- Torehan prestasi yang pernah diraihnya adalah; Peraih juara 1 lomba tahfiz
Al-quran yang diselenggarakan oleh kerajaan Arab Saudi di Jakarta tahun 2003,
menjadi imam shalat taraweh di pesantren pada usia 12 tahun, juara olimpiade IPS
tingkat SMA yang diselengggrakan UNJ tahun 2004, Ketua OSIS MA Al Hikmah
tahun 2003,dikampus ia menjadi Sekum KAMMI Jakarta.

-Putri ketiganya Maryam Qanitat , hafal Al-Quran 30 juz pada usia 16 tahun ,
lahir tahun 1988. Kuliah di jurusan Hadis Fakultas Ushuludin Universitas Al Azhar
Kairo, mendapatkan sanad Rasullullah dari Syeikh Al Azhar.Pelajar teladan dan
lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah tahun 2006.

- Afifah putri keempat, yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas hukum UI.Dia
menyelesaikan hafalan 29 juz saat lulus SMA. Preatasinya yaitu juara III lomba
murottal Quran tingkat SMA se Jakarta selatan (2004) dan sebagai pelajar teladan
SMPIT Al Hikmah 2004.

-Ahmad Rasikh Ilmi anak kelima, kelahiran tahun 1991. Mulai menghafal usia
5 tahun jumlah juz yang dihafal 15 juz. Prestasi yang diperoleh , pelajar teladan
SDIT Al-Hikmah 2000, Lulusan terbaik SMPIT Al Kahfi 2006, juara I Kompetisi
English Club Al Kahfi 2003. Musyrif Bahasa Arab MA husnul Khatimah.

- Ismail Ghulam Alim anak keenam lahir tahun 1993, hafal 13 juz Al-Quran.
Merupakan santri teladan, santri favorit, juara umum, tahfiz terbaik tiga tahun
berturut-turut., juara sejumlah kompetisi seperti olimpiade, cerdas cermat, lomba
pidato bahasa Arab dan pramuka.

- Yusuf Zaim hakim, anak ke -7,lahir tahun 1994, hafal 9 juz Al-Quran. Juara I
di SDIT dan SMP, Finalis kompetisi fisika tingkat Kabupaten Bogor.

- Muhammad Syahihul Basyir, kelahiran Juanuari 1994. Yang istimewa adalah


putra kedelapan ini.Waktu duduk di SDIT Al Hikamh, dia sempat berazam untuk
memecahkan rekor hafal Al-Quran saat lulus SD. Pada saat itu, dia telah hafal AlQuran 25 juz dan azzam itu tercapai, ia hafiz Al-Quran 30 juz.

-Hadi Sabila Rosyad dan Himmary Musyarah masing-masing anak ke-9


kelahiran 1997dan ke-10 kelahiran 1999, hafal Al-quran 2 juz.

Yang menjadi pertanyaan kita, bagaimana mereka bisa mendidik putraputrinya untuk menghafal Al-Quran? Ternyata jawabannya sederha, tetapi
memiliki makna dan perjuangan luar biasa.Keyakinan yang kuat dan kecintaan
untuk kembali kepada kalamullah (Al-Quran) itu saja yang mendasari pasangan
ini untuk membuat anak-anaknya menjadi penghafal Al-Quran. Keyakinan bahwa
Al-Quran sebagai pedoman hidup dilekatkan dalam hati dan jiwa putra-putrinya.
Putra-putri mereka seluruhnya mengawali masa kanak-kanak mereka dengan
bergaul secara intensif bersama Al-Quran. Pasangan ini secara sistematis telah
merancang kurikulum berbasis Al-Quran bagi putra-putrinya. Untuk menuju dan
mencapai cita-cita mulia tersebut tentu saja tidak mudah, tentu memerlukan ikhtiar
yang tidak mudah, pasangan ini terutama sang Ibu, menemani, mendorong,
menghibur, serta memotivasi kesepuluh putra-putri mereka untuk menghafal AlQuran.
Maka dalam rangka merealisasikan cita-cita besar ini, pasangan ini berusaha
membangun keluarga yang kokoh dan shalih. Ada visi dan aturan yang jelas yang
diterapkan dalam keluarga meraka, dimana semua aturan itu tertulis dan wajib
dilaksanakan oleh setiap anggota kelurga. Dalam masa-masa awal putra-putrinya

menghafal, mereka tidak mempunyai Televisi dirumah, yang lebih banyak berisi
tontotan yang tidak mendidik.Tidak ada gambar-gambar syubhat dirumah, tidak
ada music-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan diganti dengan
nasyid islami. Keluarga ini melakukan pembiasaan dan menajemen waktu yang
memanfaatkan waktu-waktu utama untuk menghafal dan berinteraksi dengan AlQuran, dimana ada 2 dua waktu yang tidak boleh dilanggar dari program yang
mereka tetapkan, yaitu waktu setelah shubuh dan setelah magrib, pada kedua
waktu itu mereka membiasakan dan mengistiqamahkan agenda agar putra-putrinya
mereka berinteraksi dengan Al-Quran selama 1 jam. Dan memanfaatkan masa
emas untuk menghafal Al-Quran yaitu, masa kecil. Dalam sebuah kesempatan sang
Ibu berkata, Saya tidak melewatkan masa-masa penting usia emas perkembangan
anak. Saya selalu berdoa setiap hari, setiap saat, dari anak kesatu sampai anak
kesepuluh agar mereka menjadi generasi unggul. Pada saat usia mereka masih
balita, Ibunya senantiasa membaca Al-Quran dekat putra-putrinya, mengajarkan
huruf demi huruf Al-Quran kepada meraka dengan metode belajar sambil
bermain, satu hari satu huruf Al-Quran. Kedua pasangan ini menerapkan metode
dan pendekatan yang berbeda untuk masing-masing putra-putri mereka. Ada yang
dimasukkan pesantren Tahfiz, ada yang hanya menghafal dirumah dan Sekolah
Islam Terpadu. Penguatan positif yang diterapkan pasangan suami istri ini adalah

dengan memberi reward atau hadiah-hadiah kecil yang disukai masing-masing


putra-putri mereka.
Demikianlah sepasang suami istri yang merajut asa dan menguklir azam dan
tekad untuk menjadikan anak-anak meraka generasi pewaris dan penghafal AlQuran. Meraka telah memulai, lalu bagaimana dengan kita, bagaimana dengan
keluarga kita. Adakah dalam diri kita, bagian dari ayat-ayat Al-Quran yang terukir
dan terpahat dalam Kalbu kita. Adakah Al-Quran dihati kita, atau sudahkah kita
memprogram dan mencita-citakan untuk menghafal Al-Quran.?

Ditulis ulang dan diringkas oleh:


Ahmad Bin Ismail Khan

Anda mungkin juga menyukai