AKTUAL HALAQAH
Solusi praktis mengelola
pengajian kelompok, talim, usrah, dan mentoring
PRAKATA
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sholawat dan salam kepada
teladan manusia, Nabi Muhammad saw, beserta para sahabatnya dan orang-orang
sholih yang mengikuti risalah beliau.
Buku berjudul 77 Problematika Aktual Halaqah ini ditulis karena banyaknya
pertanyaan tentang cara mengatasi problem halaqah yang disampaikan pada penulis,
baik secara langsung maupun melalui forum formal, seperti ceramah dan seminar,
dimana penulis menjadi pembicaranya. Dari berbagai pertanyaan tersebut, penulis
merasa perlu untuk membukukannya agar para aktivis dakwah memiliki tambahan
rujukan dalam memecahkan masalah di halaqahnya.
Penulisan buku ini juga juga dilatarbelakangi oleh kondisi saat ini yang menuntut
para aktivis untuk lebih serius dalam berdakwah. Salah satunya dengan
mengintensifkan pembinaan melalui halaqah, sebagai ajang pembinaan yang paling
mumpuni dalam membentuk syakhsiyah Islamiyah (pribadi Islami).
Halaqah adalah kelompok pengajian Islam dengan jumlah anggota terbatas
(biasanya tidak lebih dari 12 orang). Beberapa aktivis dakwah ada yang menyebut
halaqah dengan istilah pengajian kelompok, mentoring, talim, usrah, tarbiyah, dan
lain-lain. Apapun istilahnya, yang jelas halaqah sangat strategis untuk menumbuhkan
kader-kader dakwah berkualitas. Hal ini sudah dibuktikan oleh berbagai kelompok
pergerakan Islam (harakah) di seluruh dunia.
Namun dalam realitanya, membina halaqah bukanlah pekerjaan mudah. Ada
berbagai kendala dan persoalan yang menghadang perjalanan halaqoh. Sayangnya,
persoalan itu acapkali kurang ditanggapi serius. Bahkan mungkin dibiarkan selesai
dengan waktu. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil pembinaan yang kurang
optimal.
Oleh karena itu, di dalam buku ini penulis mencoba menawarkan solusi untuk
memecahkan berbagai persoalan yang muncul dalam perjalanan halaqah. Dengan
harapan agar para pembaca khususnya mereka yang akan atau telah membina
halaqahmenjadi semakin terampil membina halaqah.
Teknik penulisan buku ini disusun dengan gaya tanya jawab. Dimisalkan yang
bertanya adalah seorang murobbi (pembina, ustadz, mentor, naqib) dalam halaqah.
Dapat dikatakan buku ini disusun dalam perspektif murobbi yang mencoba
menyelesaikan persoalan halaqahnya. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca
seolah-olah menjadi murobbi dan merasa dekat dengan persoalan-persoalan yang
terdapat di halaqah. Mudah-mudahan hal itu membuat pembaca menjadi termotivasi
untuk menjadi murobbi yang lebih baik dan lebih peduli kepada madunya (peserta
halaqah).
Penulis juga berupaya membahas berbagai problem halaqah ini dengan
pembahasan praktis serta menghindari teori yang bertele-tele. Disusun dalam enam
bab, yang masing-masing bab membahas persoalan halaqah menurut objek atau
waktu terjadinya problem. Buku ini juga disertai boks berisi kata kunci agar mudah
diingat.
Apabila para pembaca telah berkesempatan membaca buku ini, silakan beri
penulis umpan balik. Umpan balik para pembaca begitu penting sehingga penulis
merasa perlu memasukkan Formulir Umpan Balik pada akhir buku ini. Anda bisa
DAFTAR ISI
Kata Pengantar H.M.Ihsan Tanjung
Prakata
Bab I - Problem Rekrutmen
1. Enggan Membina Halaqah
2. Tidak Percaya Diri Untuk Membina
3. Kurang Mampu Merekrut
4. Ketiadaan waktu untuk merekrut
5. Tidak bertahan lama dalam membina
6. Prioritas orang yang perlu direkrut
Bab II - Problem Di Awal Pembinaan
7. Gugup di awal halaqoh
8. Cara menarik simpati
9. Cara menumbuhkan kepercayaan
10. Cepat memahami pribadi peserta
11. Memproritaskan halaqoh
12. Menghilangkan kebiasaan merokok
13. Kendala tempat pertemuan
14. Kendala waktu pertemuan
15. Masih pacaran
16. Dilarang orang tua ikut halaqoh
17. Mantan pecandu narkoba
18. Komposisi peserta terlalu heterogen
19. Tidak dapat membaca Al Quran
Bab III - Problem Komunikasi
20. Mendominasi pembicaraan
21. Kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat
22. Memotong pembicaraan
23. Salah paham terhadap materi yang disampaikan
24. Pendengar yang buruk
25. Kurang antusias mendengarkan
26. Terlalu banyak bertanya
27. Bertanya di luar topik
Bab IV - Problem Personal
28. Peserta jarang hadir
29. Peserta sering terlambat
30. Iri terhadap keberhasilan orang lain
31. Peserta yang mengantuk
32. Enggan berinfaq
33. Tidak melaksanakan tugas
34. Lambat memahami materi
35. Lambat mencatat materi
BAB I
PROBLEM REKRUTMEN
1. Enggan Membina Halaqah
Sebagai murobbi, apa yang perlu saya lakukan jika peserta enggan membina
halaqoh?
Peserta yang tidak mau membina halaqah perlu dimotivasi secara berulangulang tentang urgensi membina. Anda dapat mengemukan beberapa urgensi
membina halaqah di bawah ini:
1. Membina halaqah adalah kewajiban syari
Menuntut ilmu wajib hukumnya dalam Islam. Apalagi jika yang dituntut itu
ilmu Islam. Cara yang paling efektif menuntut ilmu Islam adalah melalui
halaqah, seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Menurut kaidah
fiqih, jika pelaksanaan kewajiban membutuhkan sarana, maka sarana itu
menjadi wajib untuk diadakan. Logikanya, jika menuntut ilmu Islam itu wajib
dan cara yang paling efektif menuntut ilmu Islam adalah halaqah, maka
halaqah menjadi wajib diadakan.
Halaqoh tidak bisa berjalan tanpa adanya dua pihak, pengajar
(murobbi) dan peserta (madu). Karena itu, menjadi murobbi dan peserta
menjadi wajib juga. Allah berfirman : ..Hendaklah kamu menjadi orangorang robbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya (QS. 3 :79). Pada ayat tersebut, Allah
memerintahkan setiap muslim menjadi murobbi (mengajarkan Al Kitab) dan
sekaligus menjadi peserta halaqah (mempelajari Al Kitab). Tidak boleh hanya
mau menjadi peserta, tapi tidak mau menjadi murobbi. Jadi kesimpulannya,
setiap muslim wajib mengupayakan dirinya untuk menjadi murobbi.
2. Membina halaqah adalah sunnah Rasul
Membina halaqah berarti melaksanakan sunnah Rasul, sebab Rasulullah saw
senantiasa membina para sahabatnya dalam majelis zikir atau halaqah. Selama
hidupnya, Rasulullah saw selalu membina halaqah, baik ketika di Mekah
(contohnya di Darul Arqom) maupun di Madinah (contohnya majelis talim di
Masjid Nabawi). Jadi, membina halaqah adalah melaksanakan sunnah rasul.
3. Membina halaqah bisa mendatangkan pahala berlipat ganda
Barang siapa yang mengajarkan Islam kepada orang lain maka ia akan
mendapatkan pahala. Semakin efektif sarana pengajarannya, semakin berlipat
ganda pahala yang akan didapatkan. Halaqah adalah sarana paling efektif
untuk mengajarkan Islam. Karena itu dengan menjadi murobbi, seseorang
akan meraih pahala yang berlipat ganda.
4. Membina halaqah adalah sarana untuk mencetak pribadi-pribadi unggul
Nabi Muhammad saw adalah murobbi yang telah berhasil mencetak generasi
terbaik sepanjang masa. Karena itu, dengan menjadi murobbi berarti kita telah
Setelah Anda memotivasi dan menerangkan cara merekrut, Anda juga perlu
membuat program rekrutmen bersama. Tugaskan kepada setiap peserta untuk
merekrut beberapa orang sampai batas waktu tertentu. Kalau perlu buat kesepakatan
dengan peserta untuk memberikan sangsi bagi yang belum merekrut sampai batas
waktu tertentu. Evaluasi perkembangan rekrutmen mereka setiap pertemuan halaqah.
Beri motivasi dan jalan keluar jika mereka mengalami kesulitan merekrut. Hasil
rekrutmen bisa dipegang (dibina) oleh yang merekrut atau diberikan kepada ikhwah
lain.
(Jangan anggap rekrutmen sebagai aktivitas luar biasa dan sulit. Ia sama dengan
aktivitas mempengaruhi orang lain seperti yang kita lakukan tiap hari, hanya saja
rekrutmen memasukkan nilai-nilai Islam)
4. Ketiadaan Waktu Untuk Merekrut
Bagaimana sikap saya bila menghadapi peserta halaqah yang sangat antusias
membina, tapi merasa tidak memiliki waktu dan kesempatan karena kesibukan di
tempat kerja?
Jika peserta merasa tidak memiliki waktu untuk merekrut karena kesibukan di
tempat kerja berarti ia belum cukup jeli melihat peluang rekrutmen. Anda perlu
menjelaskan kepadanya bahwa rekrutmen dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja, walau waktunya sempit. Rekrutmen tidak hanya berarti mengajak orang lain
kepada Islam dengan waktu khusus, tapi juga mengajak orang lain kepada Islam pada
waktu sempit. Caranya adalah dengan menyampaikan nilai-nilai Islam sedikit demi
sedikit. Mulai dari mengucapkan salam, lalu jika ketemu lagi dilanjutkan dengan
menanyakan kabar. Seterusnya obrolan ringan dengan membicarakan nilai-nilai Islam
yang mudah dipahami, diskusi tentang Islam, sampai akhirnya mengajak orang itu
ikut halaqah. Sasaran rekrutmen juga bisa siapa saja, termasuk orang-orang yang
dijumpai sesaat di mana saja. Jadi sebenarnya tidak ada alasan kurang waktu untuk
rekrutmen, karena rekrutmen bisa dilakukan berangsur-angsur dengan memanfaatkan
setiap peluang dan waktu yang ada.
(Merekrut persis seperti menabung, sedikit tapi pasti)
5. Tidak Bertahan Lama dalam Membina
Peserta di halaqah saya ada yang tidak pernah awet dalam membina halaqah. Apa
sebabnya dan bagaimana caranya supaya awet dalam membina halaqah?
Ada beberapa sebab mengapa halaqah tidak bertahan lama :
1. Murobbi tidak mampu menarik simpati peserta
2. Murobbi sering tidak hadir
3. Murobbi tidak mampu memotivasi peserta
4. Peserta lebih memprioritaskan kegiatan lain
5. Peserta terlalu tergantung pada teman halaqahnya yang dianggap sebagai
motivator
Anda bisa meminta peserta yang tidak pernah awet membina tersebut agar
menganalisa penyebabnya, kemudian memperbaikinya. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki adalah :
1. Murobbi tidak mampu menarik simpati peserta
BAB II
PROBLEM DI AWAL PEMBINAAN
dengan banyaknya
persiapan dan
tangan Anda menyentuh erat telapak tangannya. Jangan hanya sekedar menyentuh
tangan, karena hal itu terkesan tidak tulus, tidak peduli atau tidak percaya diri.
6. Berbicaralah dengan lemah lembut dan sopan. Pembicaraan yang lembut dan
sopan menunjukkan kedewasaan Anda dan penghargaan Anda kepada orang lain.
Hindari kata-kata yang terlalu mengkritik dan menggurui. Apalagi mencaci atau
menghina. Pada dasarnya orang tidak suka jika terlalu digurui dan dikritik. Jika ingin
memberi kritik kepada peserta, sampaikan dengan kalimat sindiran atau kalimat
pertanyaan yang membuat mereka berpikir untuk mencari jawabnya. Hal itu lebih
menjaga harga diri peserta daripada Anda mengkritiknya secara langsung dan vulgar.
Selain cara jangka pendek, Anda juga perlu melakukan cara jangka panjang untuk
menarik simpatik peserta. Cara ini dilakukan simultan dengan cara jangka pendek.
Cara ini akan membuat simpatik peserta kepada Anda lebih lama dan permanen.
Cara jangka panjang hanya satu, yakni tumbuhkan kepercayaan peserta. Hanya
dengan kepercayaan, orang dapat simpati kepada Anda secara permanen. Tanpa
kepercayaan, simpati tidak akan bertahan lama dan mudah rapuh oleh kepentingan
dan situasi. Bahkan kepercayaan akan membuat Anda lebih mudah mempengaruhi
orang lain, sehingga mudah pula bagi Anda untuk meminta orang lain mengikuti
keinginan Anda.
(Simpati pada pandangan pertama menentukan keberlangsungan hubungan)
9. Cara Menumbuhkan Kepercayaan
Apa yang perlu saya lakukan agar peserta cepat mempercayai saya sebagai
murobbinya?
Tidak ada cara cepat dan instan agar seseorang percaya kepada Anda. Anda
membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan kepercayaan peserta kepada
Anda. Namun Anda dapat mengakselarasi kepercayaan tersebut jika Anda melakukan
beberapa kiat berikut ini:
1. Memberikan keteladanan
Biasanya orang akan percaya kepada mereka yang konsisten melakukan apa yang
mereka katakan atau yakini. Para nabi dan para pemimpin dunia yang melegenda,
seperti Umar bin Khatab, Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, atau Hitler sekalipun,
adalah orang-orang yang konsisten melakukan apa yang mereka yakini kebenarannya.
Mereka rela berkorban apa saja, termasuk nyawa mereka sendiri, untuk
mempertahankan konsistensi antara kata dengan perbuatan. Mereka mampu
memberikan keteladanan.
Karena itu, jadikan keteladanan sebagai dasar menumbuhkan kepercayaan peserta
kepada Anda. Keteladanan merupakan cara yang paling efektif untuk menumbuhkan
kepercayaan. Orang akan percaya kepada mereka yang mampu memberikan
keteladanan (konsisten antara kata dengan perbuatan) daripada orang yang plin-plan
dan berbeda antara kata dan perbuatannya.
2. Rajin memberikan setoran
Yang dimaksud setoran adalah setiap tindakan yang dapat membuat peserta merasa
simpati dan berhutang budi kepada Anda. Contoh setoran adalah menepati janji,
meminta maaf, mengucapkan terima kasih, meminjamkan atau memberikan sesuatu,
memberikan pertolongan, dan lain-lain. Jika Anda rajin memberikan setoran, secara
otomotis peserta akan merasa simpati dan berhutang budi kepada Anda. Hal ini akan
berdampak pada tumbuhnya kepercayaan terhadap Anda.
Namun perlu diingat, setoran harus diberikan secara ikhlas tanpa pamrih.
Setoran yang diberikan secara pamrih akan membuat peserta merasa ada udang, di
balik batu, sehingga bukannya kepercayaan yang Anda dapatkan, tapi malah
ketidakpercayaan.
3. Terlebih dahulu percaya kepada peserta
Kepercayaan kepada Anda tumbuh bersamaan dengan tingkat kepercayaan Anda
kepada peserta. Anda tidak mungkin membuat peserta percaya kepada Anda, jika
Anda sendiri tidak percaya kepada mereka.
Kepercayaan harus timbal balik. Tidak hanya satu arah. Karena kepercayaan
merupakan masalah hati. Isi hati akan terlihat pada sikap. Walaupun Anda berupaya
menutupi isi hati Anda, namun akan terlihat juga melalui sikap Anda. Jika Anda tidak
percaya kepada peserta, lama kelamaan ia akan mengetahuinya. Kemudian ia akan
bereaksi serupa dengan Anda, yakni tidak mempercayai Anda. Karena itu, percayalah
kepada peserta terlebih dahulu, niscaya ia akan mempercayai Anda.
Salah satu cara untuk menunjukkan kepercayaan Anda kepada mereka adalah
dengan memberikan tugas-tugas kepada mereka. Terutama tugas yang mereka tahu
hal itu merupakan wewenang Anda (misal tugas membuka dan menutup halaqah,
tugas memimpin diskusi, tugas menghubungi ikhwah lain, tugas menggantikan Anda
ceramah di tempat lain, dan lain-lain).
Cara lainnya adalah dengan memberikan informasi eksklusif kepada mereka.
Misalnya informasi tentang perkembangan dakwah yang tidak ada di media massa,
informasi tentang diri Anda yang jarang diketahui orang lain, informasi tentang
rencana Anda terhadap halaqah, dan lain-lain. Namun jangan sampai informasi yang
Anda berikan merupakan informasi amniyah (keamanan) dakwah atau menceritakan
aib seseorang.
4. Sabar menjelaskan pentingnya kepercayaan.
Anda juga perlu dengan sabar menjelaskan pentingnya kepercayaaan. Peserta akan
mempercayai Anda, jika Anda mampu menjelaskan dengan sabar mengapa mereka
harus percaya kepada Anda. Sampaikan hal itu dengan berbagai dalil naqli (Al Quran
dan Hadits) dan aqli (logis). Sampaikan hal itu dalam berbagai kesempatan, tapi
dengan cara yang variatif. Selain itu, sampaikan juga manfat dan kerugian yang akan
dialami jika ia tidak percaya kepada Anda.
Namun perlu diingat, jangan sekali-kali Anda mencoba memaksa mereka untuk
percaya kepada Anda. Cara paksaan hanya akan membuat mereka lari dari Anda.
Kepercayaan tidak dapat dibangun dengan cara paksaan, tapi dengan cara persuasif.
4. Tunjukkan kompetensi di bidang agama dan dakwah.
Kepercayaan juga tumbuh, jika Anda dianggap memiliki kompetensi di bidang agama
dan dakwah. Hal ini amat penting terutama untuk peserta pemula. Karena itu,
tunjukkan kepada peserta bahwa Anda memiliki kompetensi dalam agama dan
dakwah. Contohnya, ketika memberikan materi sampaikan dalil-dalil yang Anda hapal
di luar kepala. Sampaikan materi dengan menyertakan bahasa Arabnya. Bisa juga
dengan menceritakan pengalaman Anda dalam dakwah.
Namun jika Anda sendiri belum memiliki pengetahuan agama yang cukup dan
belum memiliki pengalaman yang memadai dalam dakwah, jangan sekali-kali terlalu
merendahkan diri di hadapan peserta. Tunjukkan saja sikap bahwa Anda akan
sungguh-sungguh belajar untuk meningkatkan pengetahuan Anda.
5. Tampil dengan berwibawa.
Penampilan tak boleh dilupakan dalam menumbuhkan kepercayaan. Penampilan
terdiri dari cara berjalan, cara duduk, gerakan tubuh, ekspresi wajah, intonasi suara,
sampai dengan pakaian dan perhiasan yang Anda kenakan. Atur agar semua itu
nampak berwibawa dan kharismatis di hadapan peserta.
Pakaian dan perhiasan yang Anda kenakan perlu disesuaikan dengan pakaian atau
perhiasan yang pantas dipakai oleh seorang murobbi. Misalnya, sering tampil di
hadapan peserta dengan pakaian ustadz (baju koko, gamis, peci, dan semacamnya).
Jangan tampil dengan pakaian semaunya. Apalagi dengan pakaian yang bertentangan
dengan status Anda sebagai murobbi. Misalnya memakai celana jeans belel, kaos
oblong yang kusam, atau kemeja yang terlalu ketat dan funky.
Cara-cara menumbuhkan kepercayaan seperti yang disebutkan di atas tentu saja
perlu Anda lakukan secara sungguh-sungguh, berkesinambungan dan simultan agar
Anda dapat memetik hasilnya. Ingat hukum tanaman, hanya yang ditanam dan
dipelihara dengan sungguh-sungguh yang akan dipanen.
(Keteladanan kunci kepercayaan)
10. Cepat Memahami Pribadi Peserta
Apa saja yang perlu dilakukan agar saya cepat memahami pribadi peserta?
Cepat atau tidaknya memahami pribadi peserta tergantung dari tingkat interaksi
Anda terhadap mereka. Semakin sering Anda berinteraksi dengan mereka, semakin
cepat Anda memahami mereka. Begitu pun sebaliknya, semakin kurang interaksi
Anda dengan mereka, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memahami
mereka.
Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan agar cepat memahami peserta:
1. Minta peserta untuk menyerahkan daftar riwayat hidup (biodata). Kalau perlu
contoh formulir biodatanya dari Anda agar Anda dapat memperoleh informasi
sesuai kebutuhan Anda. Beberapa informasi pada biodata yang dapat dijadikan
bahan untuk memahami pribadi peserta adalah riwayat pekerjaan, aktivitas,
suku, hobi, jumlah saudara, pekerjaan orang tua, penyakit yang pernah
diderita, riwayat tarbiyah, daftar hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai,
dan lain-lain.
2. Ajak mereka untuk mabit, rihlah atau melakukan perjalanan jauh. Umar bin
Khatab ra menganjurkan cara ini untuk memahami pribadi orang lain.
Kegiatan tersebut perlu dirancang sedemikian rupa, sehingga peserta dapat
berekspresi secara bebas. Jangan dirancang terlalu formal dan kaku. Berikan
juga waktu luang yang cukup agar Anda dapat mengetahui kecenderungan
masing-masing peserta dalam mengisi waktu luang.
3. Pancing mereka untuk curhat (mencurahkan isi hati) kepada Anda. Caranya
dengan terlebih dahulu menceritakan diri Anda dan kepribadian Anda apa
adanya (kecuali aib) kepada mereka. Cara lainnya dengan secara terbuka
menyampaikan kepada mereka bahwa Anda siap mendengarkan dan
membantu persoalan mereka. Sampaikan juga bahwa Anda siap menyimpan
rahasia pribadi mereka, jika memang itu diperlukan.
4. Beri mereka tugas tertentu yang sesuai dengan kepribadian yang ingin Anda
ketahui. Misalnya tugas hapalan untuk mengetahui kemampuan daya ingat
mereka, tugas kliping untuk mengetahui tingkat ketekunan mereka, tugas
membedah buku untuk mengetahui daya analisa mereka, tugas mengisi dauroh
untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri mereka, tugas dengan jadwal ketat
untuk mengetahui tingkat stres mereka, dan lain-lain.
5. Kunjungi rumah atau tempat kerja mereka. Kondisi rumah dan tempat kerja
dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Misalnya, jika di rumah atau di
kamarnya banyak terdapat poster bintang film berarti pribadinya mungkin
masih mencerminkankan pribadi bintang film tersebut. Atau jika meja
kerjanya berantakan, mungkin menunjukkan kepribadian yang sembrono.
6. Perhatikan pakaian, isi tas, perhiasan dan asesoris kendaraan yang mereka
pakai. Semua itu dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui
keperibadian seseorang. Sebagai misal, jika ada stiker Islam di dalam
mobilnya mungkin dapat mununjukkan ghirohnya terhadap Islam. Jika
memakai cincin dengan lambang horoscope tertentu, mungkin pribadinya
masih percaya dengan takhyul atau mitos. Anda bisa membaca buku-buku
psikologi untuk menambah wawasan Anda mengenai kepribadian manusia dan
hubungannya dengan apa yang disukai dan dikenakannya.
(Memahami orang lain berarti menghargai mereka)
11. Memproritaskan Halaqah
Bagaimana memberikan kesadaran kepada peserta agar ia memprioritaskan
halaqah?
Memperioritaskan halaqah berarti mengutamakan hadir untuk pertemuan halaqah
dan jika jadwal halaqah berbenturan dengan acara lain, maka yang diutamakan adalah
halaqah (kecuali jika uzur syar'i). Dengan memperioritaskan halaqah, peserta akan
hadir secara rutin. Hal ini akan mempercepat akselarasi pembentukan fikroh (pola
pikir) Islam dibandingkan jika peserta hadirnya tidak rutin. Selain itu, kehadiran yang
rutin juga menunjukkan kesungguh-sungguhan peserta untuk mempelajari dan
mengamalkan Islam.
Namun bagi peserta pemula, mereka belum dapat memahami pentingnya
memprioritaskan halaqah. Mereka sering menganggap halaqah tak ubahnya
pengajian biasa yang pesertanya boleh hadir atau tidak. Mereka juga masih terbiasa
dengan kegiatan-kegiatan yang orientasinya keuntungan jangka pendek atau yang
sesuai mood (perasaan) mereka.
Untuk menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya memperioritaskan halaqah,
Anda perlu menyampaikannya secara sabar dan berulang-ulang. Baik melalui materi,
diskusi maupun nasehat secara langsung. Sampaikan kepada peserta mengenai
berbagai manfaat memprioritaskan halaqah dan konsekuensinya jika tidak
memprioritaskan halaqah. Sampaikan juga apa yang disebut uzur syar'i dan
bagaimana cara mengatur waktu agar jadwal halaqah tidak berbenturan dengan acara
lain.
Anda juga harus memberikan teladan tentang memprioritaskan halaqah.
Keteladanan adalah cara yang paling ampuh untuk mempengaruhi orang lain. Anda
sendiri harus memberikan contoh kepada peserta bahwa Anda mengutamakan
halaqah daripada acara-acara lain. Suatu hal yang naif, jika Anda menuntut peserta
untuk hadir secara rutin dan memprioritaskan halaqah, tapi Anda sendiri sebagai
murobbi tidak hadir secara rutin dalam halaqah.
Yang juga perlu diingat, jangan terlalu cepat menuntut peserta memprioritaskan
halaqah. Memprioritaskan halaqah membutuhkan proses dan waktu yang lama. Jika
Anda tergesa-gesa menuntut peserta memprioritaskan halaqah, mereka akan merasa
terkekang, sehingga akhirnya hengkang dari halaqah.
Tempat tinggal peserta yang berjauhan satu sama lain bukanlah penghalang dari
terlaksananya halaqah. Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengupayakan
agar tempat halaqah berada di tempat strategis, sehingga mudah dijangkau oleh para
peserta yang tempat tinggalnya berjauhan. Tempat tersebut bisa saja merupakan
rumah Anda atau rumah salah seorang peserta. Bahkan jika tidak ada rumah yang
strategis, bisa digunakan tempat-tempat umum, seperti mesjid, taman, dan
semacamnya. Idealnya, tempat halaqah itu berpindah-pindah tempat, tapi jika situasi
tidak memungkinkan karena tempat tinggal peserta berjauhan satu sama lain, tempat
halaqah dapat ditentukan di satu tempat yang strategis dan mudah dijangkau.
Jika pun ingin berpindah-pindah tempat dengan alasan agar tidak jenuh dan untuk
lebih saling mengenal tempat tinggal satu sama lain, hal tersebut bisa dilakukan secara
insidental, misalnya ditetapkan dalam sebulan tiga kali pertemuan di tempat strategis
dan satu kali pertemuan di rumah salah seorang peserta yang kurang strategis.
Kemudian bulan berikutnya, jatah satu kali pertemuan di tempat yang kurang strategis
itu digilir ke tempat peserta lainnya yang juga kurang strategis, demikian seterusnya.
Yang penting, Anda sebagai murobbi tidak memaksakan kehendak dengan
menentukan tempat halaqah di tempat Anda atau di tempat yang mudah Anda
jangkau, padahal bagi kebanyakan peserta tempat tersebut kurang strategis. Apalagi
untuk halaqah dengan peserta pemula, maka Anda perlu lebih banyak mengalah
mengenai penentuan tempat halaqah. Sebab mereka belum memiliki kesadaran dan
kemauan yang tinggi untuk menghadiri halaqah di tempat yang jauh. Musyawarahkan
masalah tempat halaqah kepada peserta pemula dan biarkan mereka yang
memutuskan.
Jika halaqah sudah berjalan stabil dan peserta telah hadir secara rutin, barulah
Anda mulai memotivasi peserta agar mau hadir ke tempat halaqah yang jaraknya
jauh. Anda bisa mengungkapkan tentang pahala besar yang Allah berikan kepada
orang-orang yang menghadiri majelis zikir di tempat yang jauh. Bisa juga dengan
menyebutkan kisah para sahabat dan para ulama yang mau bersusah payah untuk
menghadiri majelis zikir walau jaraknya jauh. Bisa juga dengan menyampaikan
bahwa orang yang memilih-milih majelis zikir (sebagai sarana berjuang di jalan
Allah) hanya berdasarkan jaraknya yang dekat dapat terjerumus menjadi orang yang
binasa dan berdusta, seperti yang Allah sebutkan di surah At Taubah ayat 42. Kalau
yang kamu serukan kepada mereka itu perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah
mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka.
Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: Jikalau kami sanggup tentulah kami
berangkat bersama-samamu. Mereka membinasakan diri mereka sendiri; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta
(QS. 9 :42).
Tahap selanjutnya, Anda bisa mencoba untuk memindahkan tempat halaqah ke
tempat yang jauh dan kurang strategis, misalnya ke rumah Anda atau ke rumah salah
seorang peserta. Jika kehadiran mereka tetap konsisten, berarti mereka telah memiliki
kesadaran yang tinggi tentang pentingnya halaqah. Namun jika setelah dipindahkan
ke tempat yang kurang strategis kehadiran peserta menjadi berkurang, maka Anda
jangan memaksakannya. Kembalikan halaqah ke tempat semula yang mudah
dijangkau peserta. Lalu terus beri motivasi peserta agar mau hadir ke tempat halaqah
yang jauh. Kemudian coba lagi di lain waktu untuk memindahkan halaqah ke tempat
yang jauh. Jika kehadiran mereka berkurang, kembalikan lagi halaqah ke tempat
semula yang mudah dijangkau dan beri motivasi lagi. Begitu seterusnya, sampai
berupa kemaksiatan. Allah memerintahkan setiap muslim untuk menuntut ilmu Islam
dan halaqah adalah sarana efektif untuk menuntut ilmu Islam. Oleh sebab itu orang
tua tidak berhak melarang anaknya mengikuti halaqah sebab halaqah merupakan
sarana menuntut ilmu Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim.
Namun karena seorang anak perlu bersikap ihsan (baik) kepada orang tuanya,
Anda perlu menganjurkan agar cara penolakannya harus sebaik mungkin. Lakukan
dengan beberapa tahapan berikut ini:
1. Jelaskan kepada orang tua secara persuasif dan berulang-ulang pentingnya
menuntut ilmu Islam dan pentingnya halaqah sebagai sarana efektif untuk menuntut
ilmu Islam.
2. Jika orang tua belum mengizinkan juga, jelaskan secara lebih tegas bahwa
anak dengan berat hati terpaksa tidak bisa memenuhi perintah orang tua untuk
tidak ikut halaqah.
3. Jika orang tua masih melarang juga, anak dapat mengikuti halaqah secara diamdiam (tidak perlu memberitahu orang tua).
4. Kalau pun suatu ketika ketahuan masih ikut halaqah dan orang tua marah besar,
anak harus tetap konsisten untuk ikut halaqah secara diam-diam. Biarlah kemarahan
orang tua menjadi salah satu ujian yang akan menambah tabungan pahala di hari
akhirat.
(Halaqah harus diikut dengan atau tanpa izin orang tua)
17. Mantan pecandu narkoba
Ada peserta di dalam halaqoh saya yang mantan pecandu narkoba. Bagaimana
saya harus bersikap?
Kondisi peserta yang pernah menjadi pecandu narkoba amat rentan. Ia mungkin
saja bisa kembali lagi memakainya jika tidak ada kemauan yang kuat darinya. Oleh
karena itu, Anda perlu memberikan motivasi padanya untuk benar-benar bertaubat
meninggalkan narkoba. Anda juga perlu mengawasinya secara ketat dengan siapa dia
bergaul dan bagaimana pergaulannya di luar halaqah. Sebab lingkungan pergaulan
sangat mempengaruhi seorang mantan pecandu narkoba untuk kembali atau tidak
memakai narkoba. Anda perlu menasehati dia untuk tidak lagi bergaul dengan temanteman lamanya sesama pecandu narkoba. Ia harus betul-betul menjauhi diri dari
teman-teman lamanya kalau mau sembuh.
Selain itu, Anda juga perlu segera membantu permasalahannya jika ia ada
masalah. Sebab jiwa seorang mantan pecandu narkoba masih labil dan tidak tahan
dengan tekanan masalah. Kalau sudah tidak tahan bisa saja ia kembali lagi memakai
narkoba. Karena itu, ia perlu dibantu untuk menyelesaikan masalahnya.
(Jiwa seorang mantan pecandu narkoba sangat rentan terhadap tekanan. Karena itu, ia
perlu dibantu untuk menyelesaikan masalahnya)
18. Komposisi peserta terlalu heterogen
Saya baru membina sebuah halaqah, tapi pesertanya terlalu heterogen, baik dari
sisi pendidikan, sosial, maupun pemahaman. Saya khawatir akan sulit menangani
mereka. Bagaimana cara membina peserta halaqah yang terlalu heterogen?
(Jika ada peserta yang belum bisa membaca Al Quran, jangan memulai halaqah
dengan tilawah Al Quran secara bergiliran)
BAB III
PROBLEM KOMUNIKASI
buruk karena kurang menghargai dan dapat menimbulkan salah paham tentang pesan
yang disampaikan.
Jika salah satu peserta ada yang memiliki tabiat seperti itu, Anda perlu
memberikan taujih tentang dampak negatif memotong pembicaraan orang. Sampaikan
hal ini berulang-ulang dalam berbagai kesempatan sampai kebiasaan memotong
pembicaraan tersebut hilang.
Jika setelah diberi taujih berulang-ulang ternyata kebiasaan buruk itu masih ada,
Anda perlu bertindak tegas dengan meminta peserta tersebut untuk tidak memotong
pembicaraan orang lain.
(Memotong pembicaraan berarti memotong tali silaturahmi)
23. Salah Paham terhadap Materi yang Disampaikan
Setiap saya memberikan materi seringkali ada peserta yang salah paham dalam
memahaminya. Mengapa hal itu dapat terjadi dan bagaimana cara
memperbaikinya?
Salah paham terhadap materi yang diberikan disebabkan adanya hambatan
komunikasi antara Anda sebagai komunikator (pembicara) dengan peserta sebagai
komunikan (pendengar). Hambatan komunikasi dapat terjadi pada diri komunikator,
saluran yang digunakan, atau pada diri komunikan.
Pada diri komunikator bisa disebabkan karena pemilihan kata yang sulit dipahami,
suara yang kurang jelas atau terlalu cepat, uraian kalimat yang tidak sistematis,
argumentasi dan contoh yang kurang, dan lain-lain. Pada saluran atau media yang
digunakan biasanya hanya kebisingan yang patut diperhitungkan. Sedang sebab lain
jarang. Hal ini karena pertemuan halaqah merupakan media tatap muka langsung,
sehingga hambatan lainnya, seperti jarak, kurang berfungsinya alat yang digunakan,
dapat ditiadakan. Hambatan komunikasi karena faktor komunikan bisa terjadi karena
beberapa hal, antara lain wawasan dan pengalaman yang kurang, sulit konsentrasi,
pendengaran kurang baik, merasa sudah tahu sehingga tidak mau mendengarkan, dan
mengantuk.
Untuk memperbaiki kesalahpahaman dalam memberikan materi, Anda perlu
memperbaiki kemampuan komunikasi Anda agar lebih efektif. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan agar komunikasi lebih efektif :
1. Gunakan pilihan kata yang mudah dimengerti
Sesuaikan pilihan kata Anda dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya
peserta. Jangan terjebak untuk memilih kata-kata yang asing di telinga mereka, walau
bagi Anda sendiri kata-kata tersebut sudah biasa. Ingatlah, Anda sedang
menyampaikan pesan, bukan sedang menjual kepandaian. Tak ada gunanya Anda
memakai kata-kata yang kelihatannya canggih dan ilmiah tapi tidak dimengerti oleh
pendengar Anda. Jika pun terpaksa menggunakan kata-kata yang baru dan asing,
berikan penjelasan mengenai arti kata tersebut.
2. Berikan argumentasi yang cukup
Ketika menyampaikan suatu pendapat, sertakan argumentasinya. Jangan hanya
menyampaikan sesuatu sekedar kesimpulannya saja tanpa alasan yang kuat. Hal ini
dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang apa yang Anda maksudkan. Argumentasi
sebaiknya menggunakan dua perspektif. Pertama, argumentasi dari perspektif naqli
(Al Quran dan Hadits), dan kedua, argumentasi dari perspektif aqli (logika). Kedua
perspektif itu perlu Anda sampaikan agar pendapat Anda kuat dan dapat dipahami.
mendengarkan sama sekali apa yang dibicarakan oleh pembicara. Ia asyik melamun
dengan pikirannya sendiri.
3. Pendengar selektif
Pendengar tipe ini mendengarkan hanya yang disukainya saja dari apa yang
disampaikan pembicara. Konsentrasinya sering terpecah, sehingga ia tidak
menangkap seluruh pesan yang disampaikan pembicara.
4. Pendengar atentif
Pendengar tipe ini adalah pendengar yang lebih baik dari ketiga tipe pendengar di
atas. Ia dapat berkonsentrasi mendengarkan seluruh pembicaraan. Namun fokus
pendengarannya hanya pada bahasa verbal, dan tidak memperhatikan bahasa non
verbal dari pembicara. Ia bisa saja memahami pesan yang disampaikan pembicara,
tapi seringkali tidak empati terhadap apa yang disampaikan.
5. Pendengar empati
Orang tipe ini bukan hanya memahami pesan yang disampaikan, tapi juga empati
terhadap pesan tersebut. Hal itu karena ia bukan hanya mendengarkan seluruh bahasa
verbal pembicara, tapi juga memperhatikan bahasa non verbal dari si pembicara,
sehingga lebih menghayati pesan tersebut. Inilah pendengar terbaik. Pendengar yang
menghargai orang lain, sehingga orang lain juga menghargainya dan mengakui
pengaruhnya.
Pendengar yang buruk bukanlah pendengar empati. Ia mungkin pendengar atentif,
selektif, pura-pura, bahkan mengabaikan. Cara mengatasi pendengar yang buruk
adalah dengan menjelaskan kepadanya dampak negatif dari kurang mendengarkan
pembicaraan orang lain. Dampak negatif itu antara lain, terjadinya salah pengertian
(miscommunication) yang dapat memicu konflik dan permusuhan.
Selain itu, beri tahu juga kepadanya bagaimana caranya menjadi pendengar
empati. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi pendengar empati adalah :
1. Tumbuhkan minat untuk mendengar
Minat mendengar akan tumbuh jika seseorang menyadari manfaat mendengar, antara
lain memahami pesan yang disampaikan, menghindari salah paham, menghargai, dan
mempengaruhi orang lain.
2. Perhatikan bahasa verbal dan non verbal
Memperhatikan bahasa verbal dan non verbal membutuhkan konsentrasi tinggi.
Diperlukan kemampuan untuk menepis gangguan-gangguan yang terjadi saat
mendengarkan, seperti keinginan melamun, kegaduhan lingkungan, dan kebosanan.
Memperhatikan bahasa verbal membutuhkan konsentrasi pendengaran, sedang
memperhatikan bahasa non verbal membutuhkan konsentrasi penglihatan.
3. Menjaga kontak mata dan posisi tubuh
Untuk membantu konsentrasi mata dan penglihatan, sekaligus agar pembicara merasa
lebih dihargai, menjaga kontak mata dan posisi tubuh dengan pembicara perlu
dilakukan secara konsisten. Tatap mata pembicara sesering mungkin dengan
pandangan yang menyiratkan penghargaan dan minat untuk mendengarkan
pembicaraannya. Jaga juga posisi tubuh agar tetap menghadap kepada pembicara atau
setidak-tidaknya condong kepadanya.
4. Merefleksikan bahasa verbal dan bahasa non verbal
Merefleksikan berarti meniru bahasa verbal (kata-kata) dan bahasa non verbal
pembicara sehingga pendengar seakan-akan menjadi bayangan atau cermin bagi
pembicara. Namun hal ini bukan berarti meniru bahasa verbal dan bahasa non verbal
pembicara secara persis sama dan pada waktu yang sama, tetapi meniru dengan cara
yang sedikit berbeda dengan bahasa verbal dan non verbal pembicara dan dengan jeda
waktu yang tidak bersamaan. Misalnya, bila pembicara berkata, saya senang maka
refleksi bahasa verbalnya adalah oooAnda sedang bergembira atau jika
pembicara mimiknya sedih, maka refleksinya adalah menujukkan wajah yang sedih
juga.
5. Tidak memotong pembicaraan
Jangan memotong pembicaraan. Sebab hal ini hanya berakibat kepada
kesalahpahaman dan terkesan tidak menghargai pembicara. Jika terpaksa harus
memotong, gunakan dengan isyarat non verbal (misalnya dengan mengacungkan jari
atau dengan melihat ke arah jam). Jika pembicara tetap bicara, hargai ia dan
dengarkan terus apa yang disampaikan.
6. Mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti
Jika pembicaraan telah selesai, ajukan pertanyaan bila ada hal-hal yang kurang
dimengerti. Jangan malu untuk bertanya jika kurang mengerti. Kesalahpahaman dapat
terjadi jika pendengar mencoba menyimpulkan apa yang dimaksud pembicara,
padahal ada hal-hal yang belum dimengertinya.
(Orang sukses bukanlah orang yang banyak bicara, tapi banyak mendengar)
25. Kurang Antusias Mendengarkan
Bagaimana cara mengatasi peserta yang kurang antusias mendengarkan ketika
saya menyampaikan materi karena ia merasa sudah tahu tentang materi itu?
Peserta yang kurang antusias mendengarkan karena merasa sudah tahu tampak
pada sikapnya yang kurang memperhatikan dan terkesan angkuh. Ini merupakan
salah satu penyakit dakwah yang perlu diobati karena di dalamnya terkandung
kesombongan dan ujub (kebanggaan pada diri sendiri). Lagi pula ajaran Islam
adalah ajaran yang perlu disampaikan berulang-ulang, sehingga sudah
sepatutnya pula perlu didengarkan berulang-ulang.
Untuk mengatasinya, Anda perlu menyampaikan taujih tentang bahaya
kesombongan dan apa saja karakteristik orang sombong. Salah satu karakteristik
orang sombong adalah tidak mau mendengarkan pembicaraan orang lain, karena
merasa sudah tahu. Sampaikan juga bahwa seringkali manusia bukan memperhatikan
apa yang dibicarakan, tapi siapa yang bicara. Ini adalah penyakit komunikasi yang
dapat merugikan orang itu sendiri, karena dapat terjebak pada figuritas tanpa bersikap
kritis terhadap kebenaran yang disampaikan.
Selain memberikan taujih, Anda juga perlu melakukan instrospeksi terhadap cara
penyampaian materi Anda. Mungkin yang Anda sampaikan terlalu monoton dan
kurang variatif, sehingga terkesan tidak ada yang baru dari apa yang Anda sampaikan.
Sebenarnya Anda dapat memancing perhatian peserta dengan cara memberikan
sentuhan baru terhadap materi yang Anda berikan. Misalnya dengan memasukan
data, dalil, ilustrasi atau contoh baru.
(Tidak mau mendengarkan orang lain karena merasa sudah tahu merupakan ciri orang
yang sombong)
26. Terlalu Banyak Bertanya
Bagaimana cara mengatasi peserta yang terlalu banyak bertanya pada pertemuan
halaqah?
Peserta yang bertanya di luar topik biasanya karena ia mempunyai masalah yang
mendesak untuk dipecahkan. Sikap Anda adalah melayani dan menjawab pertanyaan
tersebut. Hal ini karena sudah menjadi tugas Anda sebagai murobbi untuk membantu
persoalan yang dihadapi peserta. Namun Anda tidak perlu menjawabnya dengan
panjang lebar, sehingga banyak menyita waktu. Jawablah seperlunya. Jika ia kurang
puas, ajak ia untuk membicarakan hal tersebut di luar forum.
Namun ada juga peserta yang sering bertanya di luar topik materi karena
keinginan untuk menonjol (populer), sehingga ia mencari-cari pertanyaan. Jika bahan
pertanyaan tak ia dapatkan dari topik materi yang disampaikan, ia mencari-cari bahan
pertanyaan lain walau tidak relevan dengan topik materi. Cara mengatasi peserta yang
seperti ini adalah membuat aturan bahwa pertanyaan yang diajukan harus sesuai
dengan topik yang disampaikan, kecuali bila ada masalah yang mendesak maka baru
boleh bertanya di luar topik materi yang disampaikan.
(Pandai mengatur hidup dimulai dari pandai mengatur pertanyaan)
BAB IV
PROBLEM PERSONAL
mengurangi jatah takdir orang lain sedikit pun. Maka orang yang iri pada dasarnya
adalah orang yang memiliki pemahaman yang sempit terhadap takdir Allah.
Hal inilah yang perlu Anda jelaskan kepada peserta yang iri tersebut. Mudahmudahan ia segera sadar dan bertaubat, sehingga hatinya menjadi bersih dari penyakit
iri.
(Takdir kita tidak akan tertukar dengan takdir orang lain. Lalu mengapa kita iri
terhadap keberhasilan orang lain?)
31. Peserta yang Mengantuk
Saat halaqah sedang berjalan, ada peserta yang sering mengantuk. Bagaimana cara
mengatasinya?
Biasanya, peserta yang sering mengantuk karena terlalu lelah, suasana yang
monoton, atau memang mempunyai kebiasaan ngantukan. Ada beberapa alternatif
untuk mengatasi peserta yang suka mengantuk :
1. Mengubah suasana monoton menjadi dinamis. Metode penyampaian Anda
perlu diubah, dari yang tadinya monoton dan satu arah (analog) menjadi variatif dan
dua arah (dialog). Misalnya, metode penyampaian tidak melulu ceramah, tapi dengan
metode diskusi, studi kasus, games (permainan), simulasi, bermain peran (role play),
dan lain-lain. Ditunjang juga dengan intonasi suara, mimik wajah, dan gerakan tubuh
yang ekspresif.
2. Meminta peserta yang suka mengantuk duduk di dekat Anda atau Anda
sendiri yang duduk di dekatnya. Dengan berada di dekatnya, Anda membuat dia
sungkan untuk mengantuk. Paling tidak suara Anda akan terdengar lebih jelas
olehnya, sehingga mencegahnya untuk mengantuk.
3. Memintanya untuk cuci muka atau berwudhu.
4. Bila sering mengantuk karena terlalu lelah, Anda perlu menasehatinya untuk
istirahat yang cukup sebelum datang pada pertemuan halaqah.
5. Merubah waktu pertemuan halaqah ke waktu yang lebih fresh. Misalnya, peserta
sering mengantuk jika waktu pertemuannya malam hari. Anda perlu mencoba untuk
memindahkan waktu pertemuan menjadi sore hari atau pagi hari (bada subuh).
6. Ketika acara halaqah tengah berlangsung dan ada peserta yang mengantuk,
sesekali Anda perlu memberi keleluasaan padanya untuk tidur beberapa saat. Setelah
itu bangunkan ia. Biasanya hal ini akan membuatnya merasa lebih segar, karena sudah
diberi waktu untuk tidur.
(Sampai taraf tertentu, mengantuk bisa dikalahkan dengan motivasi yang tinggi)
32. Enggan Berinfaq
Ada peserta halaqoh saya yang enggan berinfaq, termasuk berinfaq untuk kas
halaqoh. Bagaimana cara saya menyadarkannya tentang pentingnya berinfaq?
Peserta yang enggan berinfaq merupakan indikasi dari sifat pelitnya (bakhil).
Enggan berinfak juga merupakan indikasi enggan berkorban. Padahal menjadi muslim
dan dai membutuhkan pengorbanan yang tinggi. Khusus untuk kas halaqah, infaq ini
bermanfaat untuk membiayai kegiatan-kegiatan amal jamai (aktivitas bersama)
halaqah. Produktivitas amal jamai salah satunya ditentukan oleh jumlah infaq
halaqah yang berhasil dikumpulkan.
Karena itu sebagai murobbi, salah satu tugas Anda adalah mendidik peserta agar
gemar berinfak. Walaupun peserta kurang mampu dari segi ekonomi, Anda tetap perlu
menumbuhkan kebiasaan gemar berinfak pada diri peserta. Sebab dalam infak yang
penting bukan jumlah infaknya, tapi keikhlasannya.
Cara mengatasi peserta yang enggan berinfak adalah dengan memberikan taujih
tentang urgensi infaq dalam Islam. Kalau perlu topik ini disampaikan berulang-ulang
pada berbagai kesempatan sampai kegemaran berinfaq peserta tumbuh.
Selain itu, Anda juga perlu menciptakan lingkungan halaqah yang kondusif untuk
berinfaq, antara lain dengan cara :
1. Menetapkan agenda acara khusus untuk berinfaq. Pada agenda tersebut, halaqah
dapat melakukan berbagai kegiatan infaq, seperti memungut infaq dari peserta,
melaporkan jumlah infaq halaqah, memberikan taujih singkat tentang infaq,
mengevaluasi infaq peserta di luar halaqah, dan membicarakan pemberdayaan infaq
dari peserta atau dari sumber di luar halaqah.
2. Menentukan batas minimal infaq halaqah setiap pertemuan. Hal ini untuk melatih
peserta mau berinfaq dan juga mengakselarasi pertambahan jumlah kas halaqah untuk
kegiatan amal jamai.
3. Membuat aturan tata tertib halaqah yang salah satu sangsinya adalah berinfaq.
4. Sesekali, perlu juga membacakan jumlah infaq halaqah dari masing-masing
peserta pada periode tertentu. Hal ini bukan untuk riya, tapi untuk memberikan
motivasi kepada peserta agar memperbanyak infaq.
5. Mengubah cara memungut infaq halaqah dari tertutup menjadi terbuka. Misalnya,
dahulu infaq halaqah dikumpulkan dengan menggunakan kotak yang diedarkan
(tertutup), maka sekarang uang infaq diletakkan di tengah-tengah halaqah tanpa
ditutup-tupi (terbuka).
6. Menganjurkan agar peserta memberikan zakatnya kepada halaqah. Bahkan untuk
halaqah yang telah memiliki kesadaran infaq tinggi dapat diharuskan untuk
menyerahkan zakatnya kepada halaqah. Namun hal ini perlu ditunjang dengan
mekanisme pemungutan dan penyaluran zakat yang adil dan tegas.
(Infaq bukan pengeluaran (cost), tapi investasi)
33. Tidak Melaksanakan Tugas
Untuk lebih memahami materi dan meningkatkan kedisiplinan, saya sering
memberikan tugas kepada peserta. Namun ada di antara peserta yang sering tidak
melaksanakan tugas. Bagaimana sikap saya terhadapnya?
Anda perlu secara tegas menanyakan kepadanya mengapa ia tidak melaksanakan
tugas tersebut. Anda perlu mendapatkan penjelasan yang logis darinya. Kalau perlu
Anda membicarakannya secara khusus dengan memanggilnya di luar halaqah.
Ada beberapa murobbi yang membiarkan peserta halaqahnya tidak melaksanakan
tugas dan tidak menanyakan alasannya. Hal ini dapat berdampak pada pengabaian
tugas selanjutnya. Peserta menjadi meremehkan tugas dan berbuat seenaknya,
sehingga sulit diatur. Padahal salah satu esensi halaqah adalah membentuk kader
dakwah yang taat kepada pemimpinnya (dalam hal ini murobbi), sehingga mereka
menjadi barisan yang teratur seakan-akan bangunan yang kokoh. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh (QS. 61 : 4).
cara persuasif atau sindiran. Namun orang yang tidak sensitif perasaannya, bisa Anda
perintah dengan cara yang lebih keras dan langsung.
5. Sebab : Peserta tidak sempat mengerjakan tugas karena sibuk atau ada masalah.
Cara mengatasinya : Jika peserta tidak bisa melaksanakan tugas karena sibuk atau ada
masalah, maka Anda perlu menelitinya apakah kesibukan atau masalahnya termasuk
mendesak dan penting atau tidak. Contoh kesibukan atau masalah yang mendesak dan
penting, antara lain adalah sakit, mempersiapkan ujian kuliah, mengurus anak yang
sakit, isteri melahirkan, tugas mendadak dari kantor, mempersiapkan walimah, atau
menghadiri acara penting keluarga. Jika termasuk penting dan mendesak, Anda
sebagai murobbi perlu memakluminya. Namun jika setelah diteliti ternyata
kesibukannya tidak penting dan tidak mendesak, Anda perlu menasehatinya agar
menyediakan waktu dan perhatian untuk dapat melaksanakan tugas yang Anda
berikan.
6. Sebab : Pemberian tugas kurang jelas, sehingga peserta bingung
melaksanakannya.
Cara mengatasinya : Anda perlu membuat tugas yang jelas. Beberapa faktor yang
perlu Anda perhatikan dalam memberikan tugas adalah :
a. Jelaskan tujuan yang ingin dicapai
b. Jelaskan sarana yang dapat digunakan
c. Jelaskan larangan yang tidak boleh dilanggar
d. Jelaskan jadwal penyelesaian tugas
Sebaiknya semua faktor diatas dibuat dengan terukur (kuantitatif) dan ditulis,
sehingga menjadi jelas dan tidak menimbulkan interprestasi berbeda.
7. Sebab : Terlalu banyak memberikan tugas
Cara mengatasinya : Jangan terlalu banyak memberikan tugas. Apalagi memberikan
tugas secara simultan dan beruntun. Hal ini dapat membuat peserta menjadi
kewalahan, bosan, dan stres. Akhirnya, mereka masa bodoh terhadap tugas yang
diberikan. Berikan tugas secara wajar. Tidak terlalu sering, tapi juga tidak terlalu
jarang. Sebab jarang memberi tugas juga akan membuat wawasan dan pengalaman
peserta menjadi lambat berkembang. Selain itu, lama kelamaan peserta akan merasa
kurang diperhatikan dan kurang diberdayakan oleh murobbinya. Bisa jadi ia akhirnya
merasa kurang dihargai dan kurang diakui keberadaannya dalam dakwah.
(Mengabaikan ketaatan berarti mengabaikan kekuatan jamaah)
34. Lambat Memahami Materi
Mengapa kadang ada peserta yang lambat memahami materi, meski saya telah
menyampaikannya dengan jelas dan gamblang? Bagaimana cara mengatasinya?
Peserta yang lambat memahami materi bukan berarti kecerdasannya kurang.
Tetapi ia mungkin belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan potensi
kecerdasannya. Saat ini ilmu pengetahuan modern telah berhasil mengidentifikasi
kecerdasan manusia menjadi beragam. Tidak hanya faktor IQ (Intelectual Quotient)
saja seperti dulu. Kecerdasan manusia dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu
kecerdasan analitik, bahasa, kinestetik, visual, audio, interpersonal, dan intrapersonal.
Jadi jika ada peserta yang lambat memahami materi, mungkin ia belajar dengan cara
yang tidak sesuai dengan tipe kecerdasannya. Sebagai contoh, jika Anda sering
menyampaikan materi dengan metode ceramah, maka orang yang memiliki
kecerdasan kinestetik atau visual akan sulit memahami. Metode ceramah hanya cocok
untuk mereka yang memiliki kecerdasan audio. Karena itu, Anda perlu
menyampaikan materi dengan berbagai metode belajar (tidak hanya ceramah),
sehingga dapat lebih dipahami oleh banyak orang dengan tipe kecerdasan yang
berbeda-beda.
Namun bisa jadi peserta yang lambat memahami materi itu adalah orang yang
kecerdasannya sangat kurang (agak idiot). Jika ini yang terjadi, Anda perlu
menanganinya secara khusus. Berikan ia waktu tambahan untuk mengaji privat
dengan Anda. Disitu Anda perlu memberikan materi dengan kecepatan bicara yang
lambat, kalimat yang diulang-ulang, bahasa yang sangat sederhana, serta ditunjang
dengan tulisan, gambar atau alat peraga yang cukup. Bisa juga ditambah dengan
tugas-tugas sederhana yang sesuai dengan materi. Misalnya, untuk memahami materi
mengenal Allah (marifatullah), ia diberi tugas menulis nama-nama Allah (asmaul
husna) dalam bahasa Indonesia. Untuk memahami materi mengenal Al Quran
(marifatul quran), ia diberi tugas menghapal nama-nama Al Quran.
(Pada dasarnya setiap orang cerdas. Cara belajar yang salah yang membuat
orang tidak cerdas)
35. Lambat Mencatat Materi
Jika saya menyampaikan materi dengan menggunakan tulisan Arab, ada di antara
peserta yang lambat dan selalu ketinggalan mencatat materi. Bagaimana sikap
saya terhadap peserta yang lambat mencatat materi?
Lambat mencatat materi disebabkan peserta kurang terbiasa mencatat atau karena
ia harus mencatat dalam bahasa yang asing baginya (bahasa Arab). Peserta yang
lambat mencatat dapat membuat ia kurang konsentrasi mendengarkan Anda
menjelaskan materi, karena ia harus mencatat sambil mendengarkan. Sebetulnya
lambat mencatat dapat teratasi dengan sendirinya jika peserta semakin terbiasa
mencatat. Namun sementara ia menyesuaikan diri dengan belajar mencatat lebih
cepat, Anda perlu membantunya dengan memberikan kesempatan padanya untuk
mencatat. Artinya, Anda perlu memberi waktu jeda padanya untuk mencatat dan tidak
langsung menerangkan atau beralih ke topik lain. Anda juga jangan terlalu banyak
mencatat di papan tulis tanpa memberikan waktu kepadanya untuk menyalinnya.
Cara lain yang dapat Anda lakukan adalah membuat tulisan mengenai pokokpokok pikiran yang akan Anda sampaikan di kertas. Kemudian bagikan kertas tersebut
kepada peserta, sehingga mereka hanya tinggal menambahkan catatan tambahan di
kertas tersebut. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak ketinggalan dalam
mencatat materi. Selain itu juga memberi kesempatan lebih banyak kepada mereka
untuk mendengarkan apa yang Anda sampaikan.
(Semakin terbiasa kita melakukan sesuatu, semakin cepat kita mengerjakannya)
35. Emosi yang Labil
Bagaimana cara mengatasi peserta yang emosinya labil (cepat berubah-ubah)?
Peserta yang emosinya berubah-ubah dan labil terlihat pada sikapnya yang cepat
gembira, tapi juga cepat sedih. Cepat menyukai seseorang, tapi cepat juga membenci.
Ia juga tidak tahan terhadap tekanan, sehingga cepat patah semangat dan stres.
Quran. Kursus tersebut sekarang sudah ada dimana-mana dan dengan biaya
yang cukup murah.
(Jika setiap hari membaca Al Quran, niscaya kita akan lancar membaca Al
Quran)
37. Lemahnya Ibadah Harian
Ketika saya mengevaluasi ibadah harian peserta, ternyata ada beberapa peserta
yang lemah dalam pelaksanaan ibadah harian, misalnya jarang sekali melakukan
sholat tahajud. Bagaimana sikap saya terhadap peserta yang lemah dalam
pelaksanaan ibadah harian?
Lemahnya ibadah harian, seperti sholat tepat waktu, tilawah Al Quran, zikir,
sholat sunat, qiyamul lail, dan lain-lain, dapat merupakan indikasi dari lemahnya iman
dan amal seseorang. Seorang muslim tidak mungkin imannya mantap dan amalnya
ikhlas kalau ibadah hariannya lemah. Oleh karena itu, cara yang paling efektif bagi
murobbi untuk mengetahui tingkat iman dan amal peserta adalah dengan memantau
perkembangan ibadah hariannya.
Cara mengatasi lemahnya ibadah harian peserta dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, dengan memberikan taujih berulang-ulang tentang pentingnya ibadah harian
dalam Islam. Kedua, dengan mengevaluasi ibadah harian peserta secara tertulis dan
lisan pada pertemuan halaqah. Sebelum Anda mengevaluasi ibadah harian peserta,
Anda perlu menyepakati bersama peserta jenis ibadah harian apa yang akan dievaluasi
dan berapa banyak target minimalnya. Setelah itu, Anda membuat formulir evaluasi
ibadah harian yang harus diisi pada setiap pertemuan halaqah. Formulir ini berisi
laporan aktivitas ibadah harian sepekan sebelumnya. Minta peserta mengisinya secara
jujur dan rutin.
Jika evaluasi tertulis ternyata belum mampu meningkatkan aktivitas ibadah harian
peserta, Anda perlu melakukan evaluasi secara lisan. Buat agenda acara khusus dalam
halaqah untuk mengevaluasi ibadah harian peserta secara lisan. Waktunya cukup 5
atau 10 menit dan tidak perlu mengevaluasi seluruh ibadah harian. Cukup satu atau
dua jenis ibadah harian yang dipilih secara acak dari daftar evaluasi ibadah harian.
Pada acara itu, Anda perlu menanyakan kepada peserta tentang berapa kali ibadah
harian yang mereka lakukan dalam sepekan. Jika kurang dari target, tanyakan apa
sebabnya dan beri motivasi untuk meningkatkannya di waktu mendatang. Kalau perlu,
Anda bisa membuat aturan sangsi bagi peserta yang ibadah hariannya kurang
memenuhi target. Hal ini terutama berlaku untuk halaqah yang pesertanya sudah
percaya (tsiqoh) kepada Anda dan sudah cukup lama usia tarbiyahnya.
(Cara efektif untuk mengetahui tingkat iman seseorang adalah dengan
mengetahui sejauh mana tingkat ibadah hariannya)
38. Sombong dan Ujub
Bagaimana cara mengatasi peserta halaqah yang masih memiliki sifat sombong
dan ujub?
Sombong dan ujub dapat diatasi dengan memberikan taujih tentang bahaya sifat
tersebut dalam Islam. Selain itu, Anda dapat melakukan beberapa kiat berikut :
waktu yang sama. Anda katakan padanya jika ia terus pacaran maka ia belum layak
untuk mengikuti halaqah. Karena halaqah adalah tempat bagi mereka yang serius
mengislamkan dirinya. Lalu jika setelah diberi peringatan sebanyak tiga kali, ia masih
pacaran juga, maka Anda keluarkan ia dari halaqah dengan cara yang baik.
(Pacaran tidak akan membuat orang yang menjalaninya serius mengamalkan Islam)
42. Tidak Memberi Kabar Jika Tidak Hadir
Bagaimana mengatasi peserta yang sering tidak memberi kabar jika tidak hadir
dalam halaqah?
Jika peserta tidak hadir tanpa kabar, Anda perlu menanyakan pada pertemuan
selanjutnya tentang alasan ketidakhadirannya. Jika alasannya layak dan sesuai syari,
Anda dapat memakluminya. Tapi jika tidak, Anda perlu menjadikan hal tersebut
sebagai bahan evaluasi perkembangan peserta.
Peserta yang sering tidak memberi kabar pada waktu tidak hadir dalam halaqah
dapat berdampak pada suzhon (sangka buruk) dari peserta lain atau dari Anda sendiri.
Selain itu, dapat dijadikan indikasi bahwa dia kurang serius mengikuti halaqah.
Yang perlu Anda lakukan adalah membuat aturan yang disepakati bersama bahwa
jika peserta tidak hadir dalam halaqah harus memberi kabar. Kabar tersebut bisa
disampaikan langsung ke Anda, bisa juga disampaikan melalui teman satu halaqah.
Tergantung dari kesepakatan. Kalau perlu aturan tersebut ditambah dengan pemberian
sangsi. Sangsi yang diberikan bisa berupa denda, push up, hafalan, dan sebagainya.
Jika setelah dibuat aturan ternyata masih ada juga peserta yang tidak memberi
kabar, Anda perlu mengingatkannya. Jika setelah diingatkan masih melanggar juga
(walau dengan berbagai alasan), Anda perlu menjadikan hal tersebut sebagai bahan
evaluasi perkembangan peserta.
(Sangka buruk dapat muncul dari ketidakjelasan informasi)
44. Tidak Hadir dalam Waktu yang Lama Tanpa Kabar
Saya mempunyai peserta halaqah yang sekarang ini tidak pernah hadir lagi tanpa
kabar. Bagaimana seharusnya sikap saya?
Sebenarnya peserta yang keluar dari halaqah tanpa kabar sama sekali jarang
terjadi. Namun jika hal itu terjadi mungkin disebabkan beberapa alasan berikut :
1. Terjadi kekecewaan mendalam pada diri peserta. Kekecewaan tersebut bisa
terhadap Anda, aturan/mekanisme halaqah, atau terhadap peserta lain.
Mungkin kekecewaan tersebut sudah dipendamnya sejak lama.
2. Kesibukan di tempat kerja atau kegiatan lain yang mendadak, sehingga ia
tidak sempat memberi kabar.
3. Pindah tempat tinggal atau pekerjaan ke kota lain yang cukup jauh.
4. Jenuh atau tidak tertarik lagi mengikuti halaqah.
Apa pun alasannya, jika ia tidak memberi kabar dalam waktu yang lama tentang
ketidakhadirannya pada halaqah, maka hal itu merupakan indikasi kurangnya
keseriusan dan penghargaannya terhadap halaqah. Mestinya ia memberi kabar
(meminta izin) kepada Anda atau melalui teman satu halaqahnya mengenai
ketidakhadirannya.
Anda sendiri mestinya juga tidak menunggu terlalu lama membiarkan ia tidak
hadir tanpa kabar. Anda perlu proaktif menghubunginya dan menanyakan sebab
ketidakhadirannya. Jika Anda sibuk, Anda dapat mendelegasikannya dengan meminta
teman satu halaqah yang dekat dengannya untuk menghubunginya dan menanyakan
sebab ketidakhadirannya.
(Jika Anda tidak tahu tentang kabar seseorang, segeralah mencari tahu!)
45.Tidak Hadir karena Sibuk
Peserta di halaqah saya sudah lama tidak hadir tanpa kabar. Setelah saya selidiki
ternyata ia tidak hadir karena kesibukan yang luar biasa di tempat kerjanya. Apa
yang perlu saya lakukan?
Anda perlu membiarkannya menyelesaikan kesibukannnya. Biarkan ia tidak hadir
dalam halaqah untuk beberapa lama. Anggap ia cuti dari halaqah. Namun Anda
sebaiknya terus memelihara kontak dengannya. Minta juga agar teman satu
halaqahnya memelihara kontak denganya. Mudah-mudahan dengan tetap memelihara
kontak dengannya, ia tetap merasa dekat dengan Anda atau teman satu halaqahnya.
Jika kesibukannya telah usai, ada tiga kemungkinan yang terjadi :
1. Ia akan menghubungi Anda untuk mengabarkan kesediaannya mengikuti halaqah
lagi.
Sikap Anda adalah menerimanya kembali. Kalau bisa kelompokkan ia ke halaqah asal
(sebelum ia cuti). Namun jika waktu cutinya terlalu lama, sehingga marhalah
(tingkat pemahaman) halaqah tersebut sudah berbeda dengannya, kelompokkan ia ke
halaqah lain yang pemahamannya sama dengannya. Jika Anda tidak memiliki
halaqah lain yang tingkat pemahamannya sama dengannya, pindahkan ia ke murobbi
lain.
2. Ia tidak menghubungi Anda karena tidak mau lagi ikut halaqah.
Sikap Anda adalah merelakannya keluar dari halaqah. Doakan ia supaya menjadi
muslim yang baik dan suatu ketika tergerak hatinya untuk ikut halaqah kembali.
3. Ia tidak menghubungi Anda, tapi menghubungi ikhwah lain untuk ikut halaqah di
tempat lain.
Sikap Anda adalah mengikhlaskannya bergabung dengan murobbi lain. Jangan merasa
tersinggung dan sakit hati, apalagi bersikap posesif. Sudah merupakan takdir Allah ia
bergabung dengan halaqah lain.
(Seringkali kontak-kontak yang sederhana namun sering lebih berharga
daripada kontak yang intim tapi jarang)
46. Kekecewaan terhadap Murobbi
Apa yang harus saya lakukan bila ada peserta halaqah yang kecewa terhadap saya
sebagai murobbinya?
Ada banyak alasan yang menyebabkan peserta kecewa terhadap murobbinya. Tapi
acapkali kekecewaan tersebut disimpan sendiri oleh peserta, dan seiring dengan
berjalannya waktu, ia bisa melupakan kekecewaan terhadap murobbinya.
Sebaiknya, sejak awal Anda memberikan pemahaman tentang posisi murobbi yang
hanya manusia biasa dengan segala kekurangan. Anda sampaikan kepada peserta
bahwa jika ada perbedaan pendapat atau sifat dengan Anda, selayaknya diselesaikan
dengan komunikasi terbuka dan kelapangan dada. Jangan disimpan sendiri karena hal
itu dapat menimbulkan kesalahpahaman dan permusuhan.
Namun ada juga peserta yang tingkat kekecewaan terhadap murobbinya sudah
begitu mendalam. Biasanya hal itu karena perbedaan pendapat atau sifat yang terlalu
mencolok. Kekecewaan tersebut ditunjukkan dengan cara jarang berkomunikasi
dengan Anda, jarang hadir, atau tidak hadir lagi dalam halaqah. Sikap Anda terhadap
peserta yang memiliki kekecewaan mendalam adalah :
1. Mencari informasi sebab yang lebih spesifik mengapa ia kecewa dengan Anda.
Perkataan, sikap atau peristiwa apa yang membuat ia kecewa. Anda dapat
mengetahuinya dengan menanyakan langsung kepadanya atau meminta ikhwah lain
yang dekat dengannya untuk membantu Anda mencari informasi.
2. Setelah Anda mengetahuinya, lakukan instrospeksi apakah kekecewaan peserta
tersebut disebabkan kesalahan Anda atau bukan. Jika disebabkan kesalahan Anda,
Anda perlu merubah perilaku Anda terhadapnya. Bila perlu Anda meminta maaf
kepadanya. Namun jika bukan merupakan kesalahan Anda, Anda perlu melakukan
klarifikasi (penjelasan) lebih lanjut kepadanya tentang persoalan yang membuat ia
kecewa. Jelaskan dengan persuasif. Jika ia mengkritik Anda, terimalah dengan lapang
dada. Bukan merupakan aib jika murobbi dikritik peserta halaqahnya. Bahkan
murobbi yang baik akan bersedia menerima kritik peserta yang tidak bertentangan
dengan syari atau kebijakan jamaah.
3. Jika setelah dilakukan langkah di atas ternyata ia masih kecewa juga, maka Anda
perlu memindahkannya ke murobbi lain. Sebab hubungan Anda dengannya sudah
kurang harmonis. Jika dipaksakan, dampaknya kurang baik untuk perkembangan jiwa
Anda dan dia. Lebih baik pindahkan ia ke murobbi lain yang karakternya lebih cocok
dengan peserta.
(Kekecewaan dapat terhapus dengan kebaikan yang banyak)
47. Pindah Tempat Tinggal ke Kota (Negara) Lain
Apa yang harus saya lakukan jika peserta pindah kerja atau tempat tinggal ke kota
(negara) lain?
Jika peserta pindah ke kota atau negara lain tanpa memberi kabar, maka Anda
tidak dapat berbuat apa-apa. Doakan saja agar disana ia tetap ikut halaqah. Namun
jika ia memberitahu kepindahannya kepada Anda, beri motivasi agar ia tetap ikut
halaqah di tempatnya yang baru. Pindahkan ia melalui prosedur baku pemutasian
yang berlaku dalam jamaah. Biasanya prosedur ini membutuhkan waktu yang agak
lama.
Alternatif lain yang dapat Anda lakukan adalah menghubungi ikhwah yang Anda
kenal di tempat itu. Minta ia membantu menempatkan peserta di sana. Jika Anda tidak
mempunyai kenalan ikhwah di tempat itu, cari informasi tentang ikhwah yang dapat
Anda hubungi di tempat itu. Hubungi ikhwah tersebut dan minta bantuannya untuk
menempatkan peserta disana.
(Dimana pun Anda berada, sebisa mungkin Anda harus halaqah)
48. Jenuh dan Tidak Tertarik Lagi Ikut Halaqah
Bagaimana jika ada peserta yang tidak hadir lagi ke halaqah dengan alasan sangat
jenuh dan tidak tertarik lagi ikut halaqah? Apa yang harus saya lakukan?
Anda perlu menghubunginya dan minta waktu untuk bertemu dengannya. Setelah
bertemu, beri motivasi agar ia kembali mau mengikuti halaqah. Anda juga bisa minta
kepada teman satu halaqah yang dekat dengannya untuk menghubunginya dan
memotivasinya. Katakan padanya bahwa rasa jenuh adalah hal yang lumrah. Tapi jika
terlalu lama hanyut dengan kejenuhan maka bisa merugikan diri sendiri. Di antara
kerugiannya adalah menunda datangnya hidayah Allah dan menunda datangnya
kesuksesan.
Jika setelah diberi motivasi ia masih tidak mau hadir dalam halaqah, relakan ia
dengan keputusannya. Doakan ia agar menjadi orang yang baik dan suatu ketika
hatinya tergerak untuk ikut halaqah kembali.
(Terlalu lama hanyut dalam kejenuhan berarti terlalu lama hanyut dalam
kubangan kegagalan)
49. Peserta yang Baru Dipindahkan
Saya baru mendapatkan transfer peserta dari murobbi lain. Peserta tersebut saya
satukan ke halaqah yang telah berjalan cukup lama. Bagaimana caranya supaya
peserta yang baru dipindahkan tersebut cepat berinteraksi dengan teman-teman
satu halaqahnya?
Peserta yang baru dipindahkan ke halaqah yang sudah lama berjalan perlu dibantu
untuk cepat berinteraksi dengan teman-teman satu halaqahnya. Cara yang dapat Anda
lakukan untuk mempercepat interaksi tersebut adalah :
1. Mengadakan acara taaruf (perkenalan), dimana peserta yang baru dipindahkan
bisa mengetahui biodata teman-teman satu halaqahnya, begitu pula sebaliknya. Lebih
baik lagi jika dalam acara taaruf dapat diungkapkan tentang karakter masing-masing.
2. Memberitahu kepadanya tentang sistem atau mekanisme yang ada dalam halaqah.
3. Meminta peserta yang baru dipindahkan untuk berperan aktif dalam pertemuan
halaqah (misal: memintanya untuk kultum, membuka/menutup acara, kesempatan
pertama untuk bertanya/mengemukakan pendapat, dan lain-lain). Dengan cara ini
diharapkan ia lebih cepat dikenal dan merasa diakui keberadaannya.
4. Mengadakan acara di dalam halaqah yang dapat membuat suasana cepat akrab
antara peserta yang baru bergabung dengan peserta lama (misalnya, permainan,
simulasi, dan lain-lain).
5. Mengadakan acara khusus di luar halaqah yang dapat membuat suasana cepat
akrab antara peserta yang baru dengan peserta lama (misalnya, rihlah, mukhoyyam,
mabit, dan lain-lain).
(Bantulah orang lain mengenali teman-temannya,
membantunya mengenali dirinya sendiri)
maka
Anda
telah
bersifat langgeng. Betapa banyak orang yang terpedaya dengan kecantikan yang
akhirnya terjerumus pada fitnah dan penderitaan.
Namun jika ia terus melangkah, Anda katakan padanya bahwa Anda dan
jamaah tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada pernikahannya
kelak.
(Kecantikan fisik itu semu, kecantikan rohani itu sejati)
52. Problem Suami Isteri
Apa yang harus saya lakukan jika peserta mempunyai persoalan rumah tangga
dengan suami/isterinya?
Jika Anda mendengar peserta mempunyai persoalan rumah tangga dengan
suami/isterinya, Anda jangan tergesa-gesa untuk ikut campur. Berikan kesempatan
kepadanya untuk menyelesaikan persoalannya. Anda hanya perlu memantau dan
melihat hasilnya. Namun jika peserta meminta nasehat dari Anda, berikan nasehat
Anda.
Jika persoalan tersebut berkembang menjadi besar dan berlarut-larut, baru Anda
ikut campur dengan membantu menyelesaikannya. Ada beberapa cara yang dapat
Anda lakukan untuk membantu :
1. Memanggil peserta dan meminta ia menyampaikan persoalan rumah
tangganya secara terus terang. Lalu beri ia masukkan untuk menyelesaikan
persoalannya.
2. Jika langkah pertama tidak menyelesaikan persoalan, hubungi murobbi dari
suami/isterinya untuk melakukan koordinasi mengenai persoalan rumah tangga
peserta. Minta juga agar murobbi suami/istri dari peserta memberikan nasehat
kepada suami/isteri peserta yang ditanganinya.
3. Jika belum selesai juga, minta peserta dan suami/isterinya untuk melakukan
musyawarah didampingi Anda dan murobbi suami/istrinya sebagai penengah.
(Untuk melatih kemandirian, biarkan seseorang menyelesaikan persoalannya
sendiri)
BAB V
PROBLEM SISTEM
disiplin kehadiran yang lemah bisa disebabkan tidak adanya aturan tentang
kedisiplinan, sehingga peserta menganggap dirinya boleh saja tidak hadir atau
terlambat tanpa uzur syari. Kalau pun aturan tersebut ada, tapi tidak dijalankan
secara tegas dan rutin, sehingga disiplin menjadi kendor dan tidak lagi diperhatikan.
Karena itu, aturan tentang disiplin kehadiran perlu dibuat dan dijalankan dengan
rutin. Di dalamnya terdapat sangsi bagi yang tidak disiplin kehadirannya (terlambat
atau tidak hadir tanpa uzur syari). Juga ada penghargaan bagi yang disiplin
kehadirannya. Sebaiknya, ketika menetapkan aturan disiplin dimusyawarahkan
dengan peserta agar mereka mempunyai rasa memiliki terhadap aturan tersebut.
Bentuk sangsi dari aturan disiplin harus bersifat mendidik. Juga jangan terlalu
berat atau terlalu ringan. Misalnya, setiap satu menit keterlambatan tanpa alasan yang
layak dan syari diberikan sangsi berupa denda uang dalam jumlah tertentu atau push
up satu kali. Jika tidak hadir tanpa alasan yang layak dan syari dikenakan sangsi
berupa denda uang dalam jumlah tertentu atau push up dua puluh kali. Sebaliknya,
penghargaan juga diberikan kepada peserta yang disiplin. Misalnya, jika hadir tepat
waktu selama tiga kali berturut-turut diberikan hadiah berupa uang atau barang. Jika
dalam sebulan tidak pernah absen, diberikan penghargaan berupa buku atau uang
dalam jumlah tertentu.
Namun disamping membuat aturan disiplin dengan sangsi dan penghargaan, Anda
juga perlu menciptakan lingkungan halaqah yang memotivasi peserta untuk hadir
(motivasi ekstrinsik). Beberapa ciri lingkungan yang memotivasi adalah :
1. Menghargai prakarsa dan kritik peserta
2. Berusaha memenuhi kebutuhan peserta
3. Membudayakan musyawarah/mufakat
4. Memberikan penghargaan/pujian
5. Saling mempercayai
6. Memelihara sikap adil (tidak berat sebelah)
7. Memperkuat identitas bersama
8. Melakukan pengawasan secara wajar (tidak terlalu ketat)
9. Mendorong inisiatif dan kreativitas peserta
(Allah membuat dosa untuk meningkatkan kualitas manusia. Pemimpin
membuat sangsi untuk meningkatkan kualitas anggota)
57. Sulit Bekerjasama
Bagaimana cara mengatasi sebuah halaqah yang pesertanya sulit bekerjasama
satu sama lain?
Ada dua faktor yang menyebabkan peserta halaqah sulit bekerjasama, yaitu
kesibukan masing-masing induvidu dan perbedaan karakter. Jika masalahnya terletak
pada kesibukan masing-masing induvidu, Anda perlu memakluminya dan tidak usah
memaksakan mereka untuk seluruhnya terlibat dalam amal jamai. Cukup mereka
yang masih memiliki waktu luang yang mengerjakan program amal jamai. Sedang
yang lainnya memberikan kontribusi pemikiran atau dana.
Anda perlu memahami bahwa yang dimaksud amal jamai bukan berarti
semuanya harus terlibat dalam kegiatan operasional. Namun yang dimaksud amal
jamai adalah kegiatan yang dimusyarawahkan dan disepakati bersama. Mengenai
pelaksananya bisa sebagian orang saja, sedang yang lainnya memberikan kontribusi
pemikiran atau dana.
permainan (games), demonstrasi, studi kasus, bedah buku, dan lain-lain. Anda dapat
berkreasi sebebas mungkin untuk penggunaan metode belajar ini. Yang penting
metode belajar yang dipakai harus sesuai dengan sasaran yang akan dicapai,
kepribadian peserta, fasilitas yang ada, waktu yang tersedia, dan tempat yang
digunakan.
3. Media belajar yang tepat
Media belajar yang sering digunakan di halaqah adalah papan tulis. Sebenarnya
masih banyak media belajar lain yang dapat Anda gunakan untuk menarik perhatian
peserta, misalnya media tulisan (makalah), media visual (Over Head Projector, Slide
Projector), media audio (tape recorder), media audio visual (televisi), media peraga,
dan lain-lain. Namun untuk menggunakan media selain papan tulis membutuhkan
persiapan dan biaya. Disinilah seringkali murobbi tidak punya waktu dan dana untuk
menyediakannya. Mungkin hal ini dapat diatasi dengan bekerjasama bersama peserta
untuk menyiapkan media belajar yang dikehendaki.
4. Cara penyajian yang terampil
Ada beberapa keterampilan penyampaian materi yang perlu dimiliki murobbi, antara
lain adalah keterampilan menjelaskan, memberikan ilustrasi/contoh, meyakinkan,
memberikan penghargaan, bertanya, dan humor. Keterampilan tersebut dapat
dipelajari dan ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan dan pengalaman.
Seringkali penyampaian yang monoton dan membosankan disebabkan murobbi tidak
memiliki berbagai keterampilan penyajian tersebut.
5. Penampilan penyajian yang ekspresif dan mempesona
Materi yang menarik juga tergantung dari bagaimana penampilan Anda. Ada beberapa
aspek yang perlu Anda perhatikan dalam penampilan penyajian., yakni ekspresi
wajah, intonasi suara, gerakan tubuh, dan pakaian/perhiasan yang dikenakan. Anda
perlu memperhatikan berbagai aspek penampilan itu dan menggunakannya dengan
tepat sesuai dengan pesan yang akan Anda sampaikan.
(Tema lama yang disampaikan dengan menarik lebih terkesan daripada tema baru
yang disampaikan dengan tidak menarik)
59. Keterbatasan Media
Saya sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi karena keterbatasan
media, misalnya tidak ada papan tulis. Bagaimana mengatasi keterbatasan media
yang ada?
Jika tidak ada media yang dapat digunakan, seperti tidak adanya papan tulis, Anda
perlu mengandalkan penjelasan materi kepada cara penyampaian yang menarik, yakni
dengan keterampilan menjelaskan, memberikan ilustrasi/contoh, menguatkan/
meyakinkan, memberikan penghargaan, bertanya, dan humor. Keterampilan tersebut
dapat dipelajari dan ditingkatkan kemampuannya melalui buku bacaan, pelatihan dan
pengalaman (Anda juga dapat membaca buku Murobbi Skills (Keterampilan untuk
Murobbi) oleh Satria Hadi Lubis untuk penjelasan lebih lanjut).
Selain itu, Anda juga dapat menggunakan metode belajar yang variatif, seperti
diskusi, seminar, simulasi, permainan (games), demonstrasi, studi kasus, bedah buku,
dan lain-lain. Anda dapat berkreasi sebebas mungkin untuk penggunaan metode
belajar ini. Yang penting Anda harus tetap berupaya agar penyajian Anda menarik,
walau dengan keterbatasan media yang ada.
(Media belajar yang paling penting adalah diri Anda sendiri)
dalam satu lahan dakwah), Anda perlu membuat mekanisme koordinasi baru, yakni
koordinasi antar halaqah.
Jika Anda khawatir ada peserta yang futur (patah semangat) jika dipisah karena belum
mandiri, Anda perlu mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu. Jika Anda khawatir
halaqah akan kehilangan motivator kalau dipisah, Anda perlu mengkader motivator
baru sebagai pengganti motivator lama. Jika Anda sulit memisahkan mereka karena
jumlahnya kurang untuk membentuk satu halaqah baru, Anda perlu mencari peserta
tambahan. Jika peserta tambahan tidak didapat, Anda harus rela menyerahkan mereka
ke murobbi lain. Jika Anda mengalami kesulitan waktu untuk memegang halaqah
baru hasil pemisahan, Anda dapat memindahkan halaqah itu ke murobbi lain. Namun
jika Anda masih ingin memegangnya, Anda perlu menjadwal kembali kegiatan Anda
agar dapat memegang halaqah baru tersebut.
Jadi intinya Anda harus memindahkan peserta sesuai dengan tingkat (marhalah)
pemahamannya. Namun pemindahan tersebut sebaiknya dilakukan setelah segala
kendala terselesaikan, sehingga pemisahan dapat berjalan dengan mulus.
(Tempatkanlah seseorang sesuai dengan kemampuannya)
63. Amniyah yang Kendor atau Kaku
Saya mempunyai peserta yang terlalu ketat terhadap amniyah (keamanan)
dakwah. Tapi sebaliknya ada juga peserta yang terlalu kendor terhadap amniyah.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Amniyah adalah hal-hal yang perlu dirahasiakan dan tidak boleh diketahui oleh
sembarang orang. Amniyah merupakan salah satu unsur dalam halaqah yang perlu
dipahami peserta. Sebab amniyah terkait dengan keberlangsungan perjalanan halaqah
dan jamaah. Tanpa amniyah, halaqah dan jamaah akan mengalami hambatan dari
para penentang dakwah. Bahkan pada kondisi minah (tribulasi), bocornya amniyah
dapat berakibat pada hancurnya eksistensi jamaah.
Hal-hal yang termasuk amniyah bersifat temporer. Tergantung dari situasi dan
kondisi di sekitar halaqah dan jamaah. Dalam kondisi sulit dimana penentang
dakwah berusaha menghancurkan jamaah, hal-hal yang termasuk amniyah bisa
semakin banyak. Namun ketika kondisi lapang dan aman, hal-hal yang termasuk
amniyah bisa menjadi sedikit atau bahkan tidak ada.
Dalam prakteknya, ada peserta yang terlalu ketat atau kendor dengan amniyah.
Hal itu disebabkan tidak jelasnya batasan-batasan amniyah yang dibuat oleh jamaah
atau murobbi, sehingga peserta mempunyai persepsi sendiri-sendiri tentang batasan
amniyah. Karena itu sebagai murobbi, Anda perlu dengan jelas menyampaikan kepada
peserta tentang apa saja batasan-batasan amniyah dan kepada siapa saja amniyah
tersebut harus dijaga. Kalau bisa penjelasan tersebut disertai contoh-contoh kasus
tentang mana yang melanggar amniyah dan mana yang tidak. Penjelasan tersebut juga
perlu didukung dengan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan dalil naqli maupun
aqli, sehingga peserta betul-betul paham dan turut bertanggung jawab terhadap
amniyah. Selain itu, pemahaman tentang amniyah juga perlu disampaikan berulangulang, terutama ketika peserta mulai kelihatan lengah dan agak mengabaikannya.
(Terlalu ketat terhadap amniyah membuat dakwah menjadi eksklusif, terlalu
kendor terhadap amniyah membuat dakwah menjadi hancur)
Jika sebabnya karena kurang serius membina, maka Anda perlu meningkatkan
keseriusan. Anda harus menjadi murobbi yang profesional. Anda harus yakin bahwa
Anda sedang membina calon-calon pemimpin bangsa dan umat, sehingga tidak bisa
tidak serius dalam membina.
Jika sebab kurang kreatifnya Anda karena kurang berani mencoba, maka Anda
perlu berani mencoba. Dengan berani mencoba, Anda akan mendapatkan pengalaman
baru. Jika pun gagal, Anda akan menjadi lebih tahu mana yang salah dan mana yang
benar dalam membina halaqoh, sehingga Anda menjadi semakin terampil dalam
membina.
70. Mengatasi konflik
Bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi di antara peserta halaqoh?
Konflik adalah suatu pertentangan antar dua pihak yang dimulai jika satu pihak
merasa pihak lain mempengaruhi secara negatif sesuatu yang dianggap penting oleh
pihak yang lain. Konflik yang terjadi di dalam halaqoh disebabkan ketersinggungan
perasaan yang berawal dari perbedaan karakter antar dua pihak dalam berbicara,
bersikap dan berperilaku. Konflik tidak akan terjadi jika perasaan salah satu pihak
tidak tersinggung. Tapi kalau perasaan sudah tersinggung konflik akan potensial
terjadi. Bahkan jika tidak cepat diselesaikan akan berkembang menjadi konflik yang
besar.
Konflik dalam halaqoh tidak selamanya berdampak negatif. Ada juga konflik yang
berdampak positif, yaitu konflik yang dapat meningkatkan kemampuan instrospeksi
diri dari pihak yang berkonflik. Dari instrospeksi diri tersebut, pihak yang berkonflik
akan termotivasi untuk meningkatkan kekompakkan dan produktivitas. Yang perlu
dihindari adalah konflik yang berdampak negatif pada kekompakkan dan
produktivitas. Hal ini misalnya dapat dilihat dari komunikasi yang macet, tidak mau
kerjasama, seringnya terjadi perdebatan kosong, saling menjatuhkan dan memfitnah,
sampai dengan benturan fisik.
Sebagai murobbi, Anda perlu memiliki kemampuan untuk mengelola konflik
dalam halaqoh, sehingga konflik berdampak positif. Ada beberapa cara mengelola
konflik dalam halaqoh yang perlu Anda ketahui:
1. Kompetisi, yakni memenangkan salah satu pihak dan mengalahkan pihak
lain (jika Anda sendiri yang berkonflik dengan madu berarti memenangkan
Anda dan mengalahkan madu)
Cara ini diambil jika : salah satu pihak jelas salah, tindakan cepat diperlukan,
persoalannya prinsip, pilihan lainnya mustahil dilaksanakan, salah satu pihak
tidak mau bekerjasama.
2. Penghindaran, yakni menghindar dari konflik (membiarkan konflik terjadi)
Cara ini diambil jika : yakin konflik akan berdampak positif, persoalannya
terlalu remeh, ada persoalan lain yang lebih mendesak, memberikan kesempatan
untuk instrospeksi diri, butuh waktu untuk mengumpulkan informasi, orang
lain lebih mampu menyelesaikan konflik.
3. Penyesuaian diri, yakni mengalah terhadap pihak lain (jika Anda sendiri
yang berkonflik dengan madu berarti mengalah terhadap madu).
Cara ini diambil jika : berada pada pihak yang salah, ingin membangun
dukungan orang lain yang kelak bermanfaat, memperkecil kerugian, mendidik
pihak lain belajar dari dari kesalahan.
atau karena tidak naik kelas. Alasan semacam itu dapat membuat peserta menjadi
patah semangat, sehingga menjadi apatis terhadap halaqoh.dan dakwah..
72. Murobbi malas dan bosan
Sebagai murobbi, saya kadangkala malas dan bosan datang ke halaqoh? Bagaimana
cara mengatasi kemalasan dan kebosanan saya?
Malas dan bosan datang ke halaqoh bukan hanya bisa terjadi pada diri peserta, tapi
juga murobbi. Hal itu terkait dengan masalah motivasi. Motivasi adalah dorongan
yang untuk melakukan sesuatu. Motivasi akan tinggi jika ada dorongan yang kuat dari
diri dan lingkungan. Tapi jika dorongan yang kuat tidak ada, maka akan muncul
perasaan malas dan bosan.
Oleh karena itu, yang perlu Anda lakukan adalah memperkuat dorongan ketika ingin
datang ke halaqoh. Cara yang paling efektif adalah dengan membangkitkan mortivasi
intrinsik di dalam diri Anda. Diantaranya dengan cara:
1. Mengingat-ingat bahwa Anda akan mendapat pahala yang besar karena membina
halaqoh.
2. Mengingat-ingat bahwa Anda berdosa jika tidak hadir ke halaqoh tanpa uzur
syari.
3. Mencari tahu manfaat membina halaqoh sebanyak-banyaknya.
4. Bayangkan wajah-wajah peserta yang sangat berharap untuk mendapatkan
bimbingan dari Anda
5. Jika pikiran Anda ingin membuat alasan rasional agar tidak hadir ke halaqoh,
maka sadari itu sebagai godaan syetan. Kemudian buang jauh-jauh berbagai alasan
tersebut.
6. Bayangkan bahwa Anda akan sukses mengisi halaqoh.
7. Lakukan persiapan yang akan Anda sampaikan di halaqoh. Persiapan
menimbulkan motivasi untuk hadir.
8. Segarkan badan Anda dengan istrirahat yang cukup sebelum mengisi halaqoh.
Badan yang segar akan membangkitkan motivasi dan menghilangkan perasaan malas.
Bisa juga Anda mandi atau berwudhu sebelum mengisi halaqoh untuk menyegarkan
kondisi fisik Anda.
9. Sadari bahwa motivasi melakukan pekerjaan seringkali bukan muncul sebelum
melakukan pekerjaan, tapi ketika melakukan pekerjaan. Karena itu jangan menunggu
termotivasi, datang saja ke halaqoh walau merasa berat. Nanti di sana Anda akan
termotivasi dengan sendirinya. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan sempit
adatau lapang (QS. 9)
Selain dengan membangkitkan motivasi intrinsik, Anda juga perlu membuat
lingkungan halaqoh yang memotivasi Anda untuk hadir. Seringkali kemalasan dan
kebosananan murobbi disebabkan lingkungan halaqoh tidak memotivasi, misalnya
peserta yang hadir tidak pernah lengkap, peserta lambat perkembangannya, ada
kekecewaan dengan peserta tertentu, dan lain-lain. Kondisi peserta yang seperti itu
jangan menjadi alasan untuk tidak hadir. Perangi perasaan itu. Karena hal itu
merupakan godaan syetan. Syetan menginginkan agar Anda tidak sungguh-sungguh
membina. Tugas Anda sebagai murobbi memang mendidik orang-orang yang banyak
kekurangannya. Anda harus sabar dan pantang kecewa ketika membina mereka.
Beberapa cara untuk menciptakan lingkungan yang memotivasi Anda untuk hadir
adalah :
1. Lakukan variasi agenda acara. Bisa variasi susunan agenda acara atau variasi
agenda acara.
2. Lakukan variasi tempat halaqoh. Bisa dari rumah ke rumah, dari tempat tertutup
(indoor) ke tempat terbuka (outdoor), atau dari rumah ke mesjid.
3. Lakukan variasi waktu halaqoh. Bisa pagi, siang, sore, atau malam.
4. Lakukan kegiatan halaqoh yang banyak dialognya (interaktif).
5. Buat suasana halaqoh menjadi hangat, akrab dan terbuka.
6. Buat suasana halaqoh yang lebih banyak menyampaikan berita gembira
(optimis) bukan berita sedih (pesimis).
BAB VI
PROBLEM KEAKHWATAN
Sebaiknya yang memberitahukan kepadanya adalah teman dekatnya. Anda bisa minta
bantuan kepadanya.
77. Ingin berkarir
Bagaimana sikap saya bila peserta (akhwat) ingin berkarir di tempat kerjanya?
Katakan padanya bahwa berkarir di tempat kerja dibolehkan dalam Islam selama
tidak mengganggu pekerjaan utamanya, yakni mengasuh anak. Di dalam Islam,
pekerjaan utama wanita adalah di rumah (mengasuh anak dan suami) bukan di luar
rumah. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu (QS. 33 : 33). Jika karir di tempat
kerja telah mengganggu karir di rumah, maka ia harus berani mengorbankan karir di
tempat kerja demi anak-anaknya. Jika ia tidak mau, maka ia berdosa karena telah
menelantarkan pekerjaan utamanya (yakni mengasuh anak).
BAB VII
PROBLEM LAIN-LAIN
1. Kaderisasi yang proporsional
2. Rekrutmen dengan cara dijebak
3. Peserta direkrut oleh harakah lain
4. Merekrut orang yang sudah tarbiyah di halaqah lain
5. Mekanisme komunikasi di dalam dan diluar halaqoh
Bagaimana cara membuat mekanisme komunikasi di dalam halaqoh?
6. Peserta terlalu tertutup tentang permasalahan yang dihadapi
Ada peserta di halaqah saya yang terlalu tertutup terhadap permasalahan yang ia
hadapi? Ia tidak mau menceritakan masalahnya kepada saya sebagai murobbi?
Bagaimana sikap saya semestinya?
6. Batasan iqob (sangsi) dari murobbi dan cara memberikan iqob kepada
mutarobbi? Bolehkan memvakumkan dari halaqah sebagai iqob?
7. Batasan memberikan kritik dan mentaati murobbi
8. Mengkompromikan antara kegiatan dari murobbi dengan kegiatan dakwah
lainnya
9. Mengadakan acara mabit atau mukhoyyam bagi akhwat
Bolehkah akhwat mengadakan acara mabit atau mukhoyyam?
Jawab :
10. Menikah dengan aktivis harakah lain
Bolehkah seorang aktivis dakwah menikah dengan aktivis dakwah dari harakah
yang berbeda?
Jawab :
Idealnya seorang aktivis dakwah menikah dengan aktivis dakwah dari harakah
yang sama. Sebab menikah dengan aktivis dakwah dari harakah lain kemungkinan
besar akan berdampak pada:
1. Terjadinya tarik menarik pengaruh antar suami isteri untuk mengajak
pasangannya mengikuti harakahnya.
2. Terjadinya perbedaan sudut pandang dalam melihat sesuatu karena masingmasing mendapatkan pengajaran (pembinaan) yang berbeda dari harakahnya.
3. Terjadinya perbedaan uslub (tata cara) dan manhaj (metode) dalam berdakwah
dan mengurus rumah tangga/anak.
4. Terjadinya perbedaan kepentingan antar suami isteri dalam mantaati murobbi
masing-masing. Apalagi jika perintah murobbi diberikan pada saat bersamaan.
5. Terjadinya komunikasi dakwah yang tidak terbuka, karena masing-masing
pihak harus menyimpan amniyah (keamanan) dakwah dari harakahnya
masing-masing.
6. Terjadinya kesenjangan pergaulan dengan teman suami atau isteri, karena
berasal dari harakah yang berbeda.
Semua hal itu akan berdampak pada kurang harmonisnya hubungan suami
isteri dan terbengkalainya kerja-kerja dakwah yang bersifat amal jamai antar
suami isteri. Karena itu, sangat disarankan agar para aktivis menikah dengan
aktivis dari harakah yang sama.
[Menikah bukan hanya menyatukan cinta, tapi juga menyatukan
pemahaman dan pengamalan]
--Biografi Singkat Penulis:
Satria Hadi Lubis, MM., MBA lahir di Jakarta pada 19 September 1965 adalah
Direktur Eksekutif Lembaga Manajemen LP2U yang bergerak dalam bidang
pemberdayaan manusia (Human Resources). Selain sebagai wirausahawan dan
dosen, aktivitas ayah dari lima orang anak ini juga menjadi trainer pelatihan tentang
manajemen dan kepemimpinan dengan lebih dari 3000 jam pelatihan, penceramah
agama (Islam) dan pembicara di berbagai seminar. Peraih gelar Magister
Manajemen (MM) dari STIE-IPWI (1997) dan Master of Business Administartion
(MBA) dari American World University (AWU) tahun 1998 ini aktif di berbagai
kegiatan dan organisasi Islam sejak mahasiswa tahun pertama. Termasuk aktif
membina berbagai halaqoh selama lebih kurang 14 tahun (1988 sampai sekarang).
Selain buku ini, ia juga tengah menyusun buku serial halaqoh lainnya; Manajemen
Halaqoh, Keterampilan-Keterampilan Murobbi (Murobbi Skills), 99 Tips Menjadi
Murobbi Sukses, dan 77 Kiat Mengatasi Problema Halaqoh Jilid II. Juga tengah
menyusun buku serial pengembangan pribadi, diantaranya: Cara Mudah Mengatur
Waktu, Sukses dengan Kepercayaan Diri Permanen, dan Kreativitas Plus.