Anda di halaman 1dari 67

77 PROBLEMATIKA

AKTUAL HALAQAH
Solusi praktis mengelola
pengajian kelompok, talim, usrah, dan mentoring

Satria Hadi Lubis

PRAKATA
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sholawat dan salam kepada
teladan manusia, Nabi Muhammad saw, beserta para sahabatnya dan orang-orang
sholih yang mengikuti risalah beliau.
Buku berjudul 77 Problematika Aktual Halaqah ini ditulis karena banyaknya
pertanyaan tentang cara mengatasi problem halaqah yang disampaikan pada penulis,
baik secara langsung maupun melalui forum formal, seperti ceramah dan seminar,
dimana penulis menjadi pembicaranya. Dari berbagai pertanyaan tersebut, penulis
merasa perlu untuk membukukannya agar para aktivis dakwah memiliki tambahan
rujukan dalam memecahkan masalah di halaqahnya.
Penulisan buku ini juga juga dilatarbelakangi oleh kondisi saat ini yang menuntut
para aktivis untuk lebih serius dalam berdakwah. Salah satunya dengan
mengintensifkan pembinaan melalui halaqah, sebagai ajang pembinaan yang paling
mumpuni dalam membentuk syakhsiyah Islamiyah (pribadi Islami).
Halaqah adalah kelompok pengajian Islam dengan jumlah anggota terbatas
(biasanya tidak lebih dari 12 orang). Beberapa aktivis dakwah ada yang menyebut
halaqah dengan istilah pengajian kelompok, mentoring, talim, usrah, tarbiyah, dan
lain-lain. Apapun istilahnya, yang jelas halaqah sangat strategis untuk menumbuhkan
kader-kader dakwah berkualitas. Hal ini sudah dibuktikan oleh berbagai kelompok
pergerakan Islam (harakah) di seluruh dunia.
Namun dalam realitanya, membina halaqah bukanlah pekerjaan mudah. Ada
berbagai kendala dan persoalan yang menghadang perjalanan halaqoh. Sayangnya,
persoalan itu acapkali kurang ditanggapi serius. Bahkan mungkin dibiarkan selesai
dengan waktu. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil pembinaan yang kurang
optimal.
Oleh karena itu, di dalam buku ini penulis mencoba menawarkan solusi untuk
memecahkan berbagai persoalan yang muncul dalam perjalanan halaqah. Dengan
harapan agar para pembaca khususnya mereka yang akan atau telah membina
halaqahmenjadi semakin terampil membina halaqah.
Teknik penulisan buku ini disusun dengan gaya tanya jawab. Dimisalkan yang
bertanya adalah seorang murobbi (pembina, ustadz, mentor, naqib) dalam halaqah.
Dapat dikatakan buku ini disusun dalam perspektif murobbi yang mencoba
menyelesaikan persoalan halaqahnya. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca
seolah-olah menjadi murobbi dan merasa dekat dengan persoalan-persoalan yang
terdapat di halaqah. Mudah-mudahan hal itu membuat pembaca menjadi termotivasi
untuk menjadi murobbi yang lebih baik dan lebih peduli kepada madunya (peserta
halaqah).
Penulis juga berupaya membahas berbagai problem halaqah ini dengan
pembahasan praktis serta menghindari teori yang bertele-tele. Disusun dalam enam
bab, yang masing-masing bab membahas persoalan halaqah menurut objek atau
waktu terjadinya problem. Buku ini juga disertai boks berisi kata kunci agar mudah
diingat.
Apabila para pembaca telah berkesempatan membaca buku ini, silakan beri
penulis umpan balik. Umpan balik para pembaca begitu penting sehingga penulis
merasa perlu memasukkan Formulir Umpan Balik pada akhir buku ini. Anda bisa

mengirimkannya melalui faks ke Lembaga Manajemen LP2U (021) 53678452, atau


email: lp2u_center@lycos.com.
Bagi pembaca yang ingin berkonsultasi atau mengikuti pelatihan yang khusus
membahas apa yang disampaikan buku ini, silakan menghubungi kami di Lembaga
Manajemen LP2U Jl. Anggrek Nelimurni Blok B No. 12 Slipi Jakarta Barat Telp.
(021) 5494719.
Akhirnya, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya
penulisan buku ini. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada
Kingkin Anida, isteri setia yang selalu memberikan dukungan dan masukan berharga.
Juga kepada Bang Tizar orang yang jauh di mata, dekat di hati-- dan rekan-rekan
lainnya yang tak dapat kami sebutkan satu persatu.
Ittaqullaha haqqo tuqotihi.
Selamat beraktivitas!

Satria Hadi Lubis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar H.M.Ihsan Tanjung
Prakata
Bab I - Problem Rekrutmen
1. Enggan Membina Halaqah
2. Tidak Percaya Diri Untuk Membina
3. Kurang Mampu Merekrut
4. Ketiadaan waktu untuk merekrut
5. Tidak bertahan lama dalam membina
6. Prioritas orang yang perlu direkrut
Bab II - Problem Di Awal Pembinaan
7. Gugup di awal halaqoh
8. Cara menarik simpati
9. Cara menumbuhkan kepercayaan
10. Cepat memahami pribadi peserta
11. Memproritaskan halaqoh
12. Menghilangkan kebiasaan merokok
13. Kendala tempat pertemuan
14. Kendala waktu pertemuan
15. Masih pacaran
16. Dilarang orang tua ikut halaqoh
17. Mantan pecandu narkoba
18. Komposisi peserta terlalu heterogen
19. Tidak dapat membaca Al Quran
Bab III - Problem Komunikasi
20. Mendominasi pembicaraan
21. Kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat
22. Memotong pembicaraan
23. Salah paham terhadap materi yang disampaikan
24. Pendengar yang buruk
25. Kurang antusias mendengarkan
26. Terlalu banyak bertanya
27. Bertanya di luar topik
Bab IV - Problem Personal
28. Peserta jarang hadir
29. Peserta sering terlambat
30. Iri terhadap keberhasilan orang lain
31. Peserta yang mengantuk
32. Enggan berinfaq
33. Tidak melaksanakan tugas
34. Lambat memahami materi
35. Lambat mencatat materi

36. Emosi yang labil


37. Kurang lancar membaca Al Quran
38. Lemahnya ibadah harian
39. Sifat sombong dan ujub
40. Menyimpan kemarahan
41. Mengkultuskan murobbi
42. Ketahuan pacaran
43. Tidak memberi kabar jika tidak hadir
44. Tidak hadir dalam waktu yang lama tanpa kabar
45. Tidak hadir karena sibuk
46. Kekecewaan terhadap murobbi
47. Pindah tempat tinggal ke kota (negara) lain
48. Jenuh dan tidak tertarik lagi ikut halaqoh
49. Peserta yang baru dipindahkan
50. Peserta ingin menikah
51. Memilih jodoh berdasarkan kecantikan/kegantengan
52. Problem suami isteri
Bab V - Problem Sistem
53. Tidak tercapainya sasaran tarbiyah
54. Materi tidak sistematis
55. Pengulangan materi
56. Disiplin kehadiran yang lemah
57. Sulit bekerjasama
58. Penyampaian materi yang kurang menarik
59. Keterbatasan media
60. Kesulitan mengetahui dan mengembangkan potensi peserta
61. Perkembangan pemahaman yang berbeda
62. Penanganan terhadap peserta yang berbeda pemahaman
63. Amniyah yang kendor atau kaku
64. Pelanggaran amniyah
65. Solid, tapi tidak produktif
66. Produktif, tapi tidak solid
67. Tidak solid dan tidak produktif
68. Suasana yang membosankan
69. Kreativitas dalam membina
70. Mengatasi konflik
71. Memindahkan peserta
72. Murobbi malas dan bosan
Bab VI - Problem Keakhwatan
73. Enggan memakai jilbab
74. Tabaruj dalam penampilan
75. Lambat menikah
76. Bau badan yang mengganggu
77. Ingin berkarir

BAB I
PROBLEM REKRUTMEN
1. Enggan Membina Halaqah
Sebagai murobbi, apa yang perlu saya lakukan jika peserta enggan membina
halaqoh?
Peserta yang tidak mau membina halaqah perlu dimotivasi secara berulangulang tentang urgensi membina. Anda dapat mengemukan beberapa urgensi
membina halaqah di bawah ini:
1. Membina halaqah adalah kewajiban syari
Menuntut ilmu wajib hukumnya dalam Islam. Apalagi jika yang dituntut itu
ilmu Islam. Cara yang paling efektif menuntut ilmu Islam adalah melalui
halaqah, seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Menurut kaidah
fiqih, jika pelaksanaan kewajiban membutuhkan sarana, maka sarana itu
menjadi wajib untuk diadakan. Logikanya, jika menuntut ilmu Islam itu wajib
dan cara yang paling efektif menuntut ilmu Islam adalah halaqah, maka
halaqah menjadi wajib diadakan.
Halaqoh tidak bisa berjalan tanpa adanya dua pihak, pengajar
(murobbi) dan peserta (madu). Karena itu, menjadi murobbi dan peserta
menjadi wajib juga. Allah berfirman : ..Hendaklah kamu menjadi orangorang robbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya (QS. 3 :79). Pada ayat tersebut, Allah
memerintahkan setiap muslim menjadi murobbi (mengajarkan Al Kitab) dan
sekaligus menjadi peserta halaqah (mempelajari Al Kitab). Tidak boleh hanya
mau menjadi peserta, tapi tidak mau menjadi murobbi. Jadi kesimpulannya,
setiap muslim wajib mengupayakan dirinya untuk menjadi murobbi.
2. Membina halaqah adalah sunnah Rasul
Membina halaqah berarti melaksanakan sunnah Rasul, sebab Rasulullah saw
senantiasa membina para sahabatnya dalam majelis zikir atau halaqah. Selama
hidupnya, Rasulullah saw selalu membina halaqah, baik ketika di Mekah
(contohnya di Darul Arqom) maupun di Madinah (contohnya majelis talim di
Masjid Nabawi). Jadi, membina halaqah adalah melaksanakan sunnah rasul.
3. Membina halaqah bisa mendatangkan pahala berlipat ganda
Barang siapa yang mengajarkan Islam kepada orang lain maka ia akan
mendapatkan pahala. Semakin efektif sarana pengajarannya, semakin berlipat
ganda pahala yang akan didapatkan. Halaqah adalah sarana paling efektif
untuk mengajarkan Islam. Karena itu dengan menjadi murobbi, seseorang
akan meraih pahala yang berlipat ganda.
4. Membina halaqah adalah sarana untuk mencetak pribadi-pribadi unggul
Nabi Muhammad saw adalah murobbi yang telah berhasil mencetak generasi
terbaik sepanjang masa. Karena itu, dengan menjadi murobbi berarti kita telah

turut membina terwujudnya pribadi-pribadi unggul harapan umat dan bangsa.


Sangat disayangkan jika seorang muslim tidak mau menjadi murobbi padahal
ia sebenarnya sedang melakukan tugas besar dan penting bagi masa depan
umat dan bangsa.
5. Membina halaqah merupakan sarana mempelajari berbagai keterampilan
Dengan membina, seorang murobbi akan belajar tentang berbagai hal.
Misalnya, ia akan belajar tentang bagaimana cara meningkatkan kepercayaan
diri, komunikasi, bergaul, mengemukakan pendapat, mempengaruhi orang
lain, merencanakan sesuatu, menilai orang lain, mengatur waktu,
mengkreasikan sesuatu, mendengar pendapat orang lain, mempercayai orang
lain, dan lain sebagainya. Pembelajaran tersebut tak akan didapatkan di
sekolah formal. Dari sisi manfaat, pembelajaran itu bukan hanya akan
meningkatkan kualitas pembinaan selanjutnya, tapi juga bermanfaat untuk
kesuksesan hidupnya di masa mendatang.
6. Membina halaqah adalah sarana meningkatkan iman dan taqwa
Dengan menjadi murobbi, seseorang dapat meningkatkan iman dan taqwanya
kepada Allah SWT. Secara psikologis, seseorang yang mengajarkan orang lain
akan merasa seperti menasehati dirinya sendiri. Ia akan berupaya
meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah seperti yang ia ajarkan kepada
orang lain. Dampaknya, hidupnya akan menjadi tenang karena dekat dengan
Allah dan terhindar dari kemaksiatan.
7. Membina halaqah adalah sarana merasakan manisnya ukhuwah
Untuk mencapai sasaran-sasaran halaqoh, murobbi dituntut untuk bisa
bekerjasama dengan peserta halaqah. Kerjasama ini akan mewujudkan jalinan
ukhuwah Islamiyah di antara murobbi dan peserta halaqah. Betapa banyak
orang Islam yang tak dapat merasakan manisnya ukhuwah. Namun dengan
menjadi murobbi, seorang muslim akan mendapat kesempatan untuk
merasakan manisnya ukhuwah.
Dengan menjelaskan urgensi membina, Anda memotivasi peserta yang
enggan membina agar mau membina.
Khusus bagi peserta yang sudah lama halaqah, selain dengan memberikan
motivasi, Anda juga perlu memberikan perintah yang tegas agar mereka mau
membina. Anda perlu tegaskan kepada peserta yang sudah lama halaqah bahwa
semua orang pada dasarnya berbakat untuk membina. Tak ada alasan untuk tidak
membina walau seseorang telah gagal berulang kali dalam membina. Kegagalan
bukanlah alasan untuk mengatakan ketidakbakatan terhadap sesuatu. Bahkan ia
merupakan sarana untuk mengetahui jalan-jalan keberhasilan, termasuk jalan
untuk berhasil dalam membina halaqah.
Oleh karena itu, Anda perlu memberikan perintah yang tegas kepada peserta
yang sudah lama halaqah untuk membina. Jika perlu, perintah tersebut disertai
dengan target waktu kapan mereka harus membina. Selama waktu itu Anda
melakukan evaluasi secara rutin tentang apa yang telah mereka upayakan untuk
membina. Setelah waktunya habis, Anda dapat memberikan sangsi yang mendidik
untuk mereka, misalnya kultum secara terus menerus selama belum membina,
membayar denda uang dalam jumlah tertentu, menghafal Al Quran dan Hadits,
atau mengajar anak-anak sebagai ajang latihan untuk membina.
(Tidak mau membina berarti mengabaikan kesempatan menjadi orang besar)

2. Tidak Percaya Diri Untuk Membina


Bagaimana mengatasi peserta yang tidak percaya diri untuk membina?
Peserta yang tidak percaya diri untuk membina mungkin merasa dirinya memiliki
banyak kekurangan. Kekurangan yang sering diungkapkan adalah kurangnya ilmu
Islam, kurang lancar berkomunikasi, malu menghadapi banyak orang, kurang mampu
memimpin, merasa belum baik (sholeh), merasa terlalu banyak dosa, dan takut gagal
dalam membina. Namun sebenarnya kekurangan tersebut terlalu dibesar-besarkan
olehnya, sehingga menutupi kelebihan yang dimiliki.
Cara mengatasi peserta yang tidak percaya diri untuk membina adalah :
1. Menjelaskan kepadanya cara menumbuhkan kepercayaan diri, yakni dengan :
- Meyakini bahwa setiap manusia adalah makluk Allah yang mulia dan memiliki
banyak kelebihan
- Memfokuskan diri pada kelebihan, bukan pada kekurangan
- Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dimiliki dengan cara belajar dan
berlatih
- Menumbuhkan kesadaran bahwa manusia bisa lebih baik dari yang ia duga
- Menghindari alasan karena sebagian besar alasan adalah fiktif dan dibuat-buat
- Meyakini bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan adalah penting
- Melakukan persiapan dan perencanaan sebelum melakukan kegiatan
- Meyakini bahwa kegalan adalah jalan kesuksesan
- Meyakini bahwa Allah lebih cinta kepada orang yang mau memperbaiki diri
daripada orang yang merasa sudah baik
2. Melatih peserta agar meningkat kepercayaan dirinya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menugaskan ia untuk membuka/menutup
acara halaqah, kultum (ceramah singkat), mengisi daurah, membina pengajian anakanak, mengisi halaqah di tempat lain, memimpin rapat, mengikuti atau memimpin
diskusi kelompok.
(Orang yang percaya diri mencari alasan untuk berbuat. Orang yang tidak percaya diri
mencari alasan untuk tidak berbuat)
3. Kurang Mampu Merekrut
Apa yang perlu dilakukan bila mnghadapi peserta halaqah yang merasa kurang
mampu merekrut?
Anda perlu meyakinkan peserta tersebut bahwa ia mampu merekrut. Merekrut
adalah mempengaruhi orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya setiap
orang selalu mempengaruhi orang lain. Namun hal itu sering tidak disadari. Karena
itu, Anda perlu memotivasi peserta tersebut agar tidak menganggap rekrutmen sebagai
aktivitas luar biasa dan sulit. Anda perlu meyakinkan dirinya bahwa rekrutmen adalah
aktivitas biasa seperti yang biasa ia lakukan sehari-hari dalam mempengaruhi orang
lain. Ia hanya tinggal mengubah kegiatan mempengaruhinya yang telah dilakukan tiap
hari dengan memasukkan nilai-nilai Islam.
Jelaskan juga kepadanya tentang cara mempengaruhi orang lain (akan dijelaskan
pada problem nomor 8 dan 9 --Cara Menarik Simpati dan Cara Menumbuhkan
Kepercayaan). Berikan juga kepadanya buku-buku fiqhud dawah (cara berdakwah),
khususnya tentang dawah fardiyah (dakwah interpersonal). Bisa juga buku-buku
tersebut dijadikan bahan diskusi untuk acara bedah buku di halaqah.

Setelah Anda memotivasi dan menerangkan cara merekrut, Anda juga perlu
membuat program rekrutmen bersama. Tugaskan kepada setiap peserta untuk
merekrut beberapa orang sampai batas waktu tertentu. Kalau perlu buat kesepakatan
dengan peserta untuk memberikan sangsi bagi yang belum merekrut sampai batas
waktu tertentu. Evaluasi perkembangan rekrutmen mereka setiap pertemuan halaqah.
Beri motivasi dan jalan keluar jika mereka mengalami kesulitan merekrut. Hasil
rekrutmen bisa dipegang (dibina) oleh yang merekrut atau diberikan kepada ikhwah
lain.
(Jangan anggap rekrutmen sebagai aktivitas luar biasa dan sulit. Ia sama dengan
aktivitas mempengaruhi orang lain seperti yang kita lakukan tiap hari, hanya saja
rekrutmen memasukkan nilai-nilai Islam)
4. Ketiadaan Waktu Untuk Merekrut
Bagaimana sikap saya bila menghadapi peserta halaqah yang sangat antusias
membina, tapi merasa tidak memiliki waktu dan kesempatan karena kesibukan di
tempat kerja?
Jika peserta merasa tidak memiliki waktu untuk merekrut karena kesibukan di
tempat kerja berarti ia belum cukup jeli melihat peluang rekrutmen. Anda perlu
menjelaskan kepadanya bahwa rekrutmen dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja, walau waktunya sempit. Rekrutmen tidak hanya berarti mengajak orang lain
kepada Islam dengan waktu khusus, tapi juga mengajak orang lain kepada Islam pada
waktu sempit. Caranya adalah dengan menyampaikan nilai-nilai Islam sedikit demi
sedikit. Mulai dari mengucapkan salam, lalu jika ketemu lagi dilanjutkan dengan
menanyakan kabar. Seterusnya obrolan ringan dengan membicarakan nilai-nilai Islam
yang mudah dipahami, diskusi tentang Islam, sampai akhirnya mengajak orang itu
ikut halaqah. Sasaran rekrutmen juga bisa siapa saja, termasuk orang-orang yang
dijumpai sesaat di mana saja. Jadi sebenarnya tidak ada alasan kurang waktu untuk
rekrutmen, karena rekrutmen bisa dilakukan berangsur-angsur dengan memanfaatkan
setiap peluang dan waktu yang ada.
(Merekrut persis seperti menabung, sedikit tapi pasti)
5. Tidak Bertahan Lama dalam Membina
Peserta di halaqah saya ada yang tidak pernah awet dalam membina halaqah. Apa
sebabnya dan bagaimana caranya supaya awet dalam membina halaqah?
Ada beberapa sebab mengapa halaqah tidak bertahan lama :
1. Murobbi tidak mampu menarik simpati peserta
2. Murobbi sering tidak hadir
3. Murobbi tidak mampu memotivasi peserta
4. Peserta lebih memprioritaskan kegiatan lain
5. Peserta terlalu tergantung pada teman halaqahnya yang dianggap sebagai
motivator
Anda bisa meminta peserta yang tidak pernah awet membina tersebut agar
menganalisa penyebabnya, kemudian memperbaikinya. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki adalah :
1. Murobbi tidak mampu menarik simpati peserta

Cara memperbaikinya dengan mengubah sikap. Mungkin murobbi terlalu kaku,


sombong atau menggurui. Ubah sikap itu dengan sikap yang lebih rileks, ramah,
rendah hati dan persuasif. Pertemuan di awal-awal halaqah sangat menentukan untuk
menarik simpati peserta. Karena itu, seorang murobbi harus bersikap simpati sejak
awal.
2. Murobbi sering tidak hadir
Cara memperbaikinya adalah dengan hadir lebih rutin. Kalau perlu tunda acara lain
demi menghadiri pertemuan halaqah secara rutin. Murobbi hanya boleh tidak hadir
jika ada uzur syari (alasan yang sesuai syari). Jangan sampai tidak hadir karena
perasaan malas atau jenuh. Jika ia tidak hadir tanpa uzur syari berarti ia ingkar janji.
Sebab seorang murobbi sejak awal sudah berjanji kepada peserta untuk menghadiri
halaqah secara rutin.
3. Murobbi tidak mampu memotivasi peserta
Cara memperbaikinya adalah dengan meningkatkan kemampuan komunikasi yang
mampu memotivasi orang lain. Belajarlah berbicara dengan semangat dan ekspresif.
Selain itu, keteladanan juga sangat penting ketika memotivasi orang lain.
4. Peserta lebih memprioritaskan kegiatan lain
Cara memperbaikinya dengan menjelaskan tentang pentingnya halaqah dan membuat
aturan tentang kedisiplinan yang disepakati bersama (lihat problem nomor 11Memprioritaskan Halaqah).
5. Peserta terlalu tergantung pada peserta lain yang dianggap sebagai motivator.
Hal ini dapat menjadi sebab ketidakawetan halaqah jika sang motivator tak lagi hadir
di halaqah. Cara memperbaikinya dengan memberikan taujih (arahan) tentang
pentingnya bersifat mandiri. Jangan tergantung pada orang lain untuk menuju
kebaikan. Jika sang motivator pergi, murobbi perlu segera melakukan pendekatan
kepada peserta lain untuk menjadi motivator pengganti bagi teman-teman satu
halaqahnya.
(Murobbi yang mampu menarik simpati, mampu memotivasi dan hadir secara rutin
merupakan kunci awal suksesnya halaqah)
6. Prioritas Orang yang Perlu Direkrut
Apa kriteria orang yang perlu diprioritaskan untuk direkrut?
Sebenarnya setiap orang berhak untuk direkrut. Namun ada kalanya orang-orang
tertentu perlu diprioritaskan untuk direkrut. Hal ini jika waktu orang yang merekrut
terbatas atau ingin melakukan akselerasi dakwah di suatu tempat. Kriteria orang yang
perlu diprioritaskan untuk direkrut adalah :
1. Orang yang memiliki sifat ikhlas, berani dan cerdas
2. Orang yang menjadi tokoh atau pemimpin masyarakat
3. Orang yang menjadi pejabat pemerintah/ atau pemimpin perusahaan
4. Orang yang berpendidikan tinggi
5. Orang yang memiliki kekayaan ekonomi
Mereka ini perlu diprioritaskan karena perannya yang sangat besar untuk
mempengaruhi orang banyak. Jika berhasil dibina, mereka akan menjadi agen perubah
(agent of change) yang efektif bagi masyarakat.
(Orang yang memiliki unsur perubah (agent of change) dalam masyarakat merupakan
prioritas rekrutmen)

BAB II
PROBLEM DI AWAL PEMBINAAN

7. Gugup di Awal Halaqah


Ketika pertama kali mengisi halaqah, saya gugup dan merasa minder. Bagaimana
cara mengatasi perasaan tersebut?
Gugup dan minder di awal mengisi halaqah merupakan hal yang wajar. Bahkan
murobbi yang jam terbangnya sudah lama masih mengalami perasan gugup dan
minder ketika mengisi halaqah. Gugup merupakan reaksi alami dari diri karena
berada di hadapan orang banyak dan suasana baru.
Biasanya gugup dan minder juga terkait dengan kurang persiapan. Baik itu
persiapan bahan materi yang akan disampaikan, maupun persiapan mental dan fisik.
Murobbi yang siap dengan materi, mental dan fisik, tingkat kegugupannya akan jauh
berkurang daripada murobbi yang tidak siap. Karena itu, sebelum mengisi halaqah
siapkanlah materi yang akan Anda sampaikan. Siapkan juga mental dan fisik Anda.
Jangan mengisi halaqah dengan jadwal mendadak. Hal itu dapat membuat mental
Anda kurang siap. Juga kurangi kegiatan yang melelahkan sebelum mengisi halaqah
agar ketika mengisi halaqah fisik Anda masih segar.
Jika persiapan sudah cukup, tapi Anda masih merasa gugup dan minder, mungkin
kiat praktis berikut ini bisa membantu :
1. Yakinkan diri Anda bahwa selama Anda masih beriman kepada Allah, Anda tidak
boleh merasa gugup atau minder. Anda diperintah langsung oleh Allah untuk selalu
percaya diri. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman (QS. 3 : 139).
2. Ingatkan diri Anda terus menerus bahwa Anda memiliki kelebihan dibandingkan
peserta (Anda perlu lebih spesifik mengingat-ingat kelebihan Anda, misalnya :
kelebihan Anda dalam pengalaman dakwah, dalam keahlian tertentu, dalam usia,
dalam pendidikan, dan lain-lain). Jika muncul pikiran bahwa Anda juga memiliki
kekurangan, segera buang pikiran semacam itu. Yakinkan diri Anda bahwa setiap
orang pasti memiliki kekurangan, termasuk peserta di depan Anda.
3. Lakukan visualisasi tentang akhir yang sukses dari halaqah yang Anda isi.
Misalnya, Anda memvisualisasikan di akhir halaqah, para peserta akan tersenyum
puas mendengarkan penyampaian Anda. Mereka antusias untuk membicarakan
pertemuan selanjutnya dan mengucapkan selamat kepada Anda dengan tulus.
Visualisasikan sejelas dan senyata mungkin. Semakin jelas dan nyata visualisasi yang
Anda lakukan, semakin membuat Anda percaya diri dan semakin hilang rasa minder
Anda.
4. Bisa juga Anda melakukan visualisasi tentang peserta di depan Anda. Bayangkan
mereka dengan bayangan yang lebih rendah daripada Anda. Misalnya,
membayangkan mereka adalah bayi-bayi kecil yang lucu, anak-anak yang lincah, atau
kakek nenek yang sudah uzur. Walaupun visualisasi semacam ini kedengarannya aneh
dan lucu, tapi ternyata pernah dilakukan oleh para pembicara kondang dan hasilnya
cukup ampuh untuk menghilangkan rasa gugup dan minder.

5. Untuk menghilangkan kegugupan, sebagian murobbi melakukannya dengan cara


tidak memandang peserta. Cara ini salah dan justru membuat semakin gugup.
Pandanglah mata peserta satu per satu secara merata, acak dan tidak terlalu cepat.
Pandanglah mereka dengan pandangan yang ramah dan bersahabat. Hal ini akan
mengurangi rasa gugup Anda dan membuat Anda terlihat percaya diri di hadapan
peserta. Jika Anda tetap gugup untuk memandang peserta, pandanglah bagian atas
batang hidung mereka. Niscaya mereka tidak tahu perbedaannya. Mereka menduga
Anda tetap menatap mereka.
6. Agar kegugupan Anda tidak terlihat, jangan terlalu banyak melakukan gerakan
non verbal, misalnya dengan menggerakan tangan atau kaki, meremas ujung kertas
atau memutar-mutar pena Anda. Ingatkan pikiran Anda agar jangan terlalu banyak
bergerak. Selain hal itu akan membuat Anda terlihat gugup dan gemetaran, juga akan
mengganggu konsentrasi perhatian peserta.
7. Untuk menghilangkan kegugupan, bisa juga dengan melakukan tarikan napas
panjang. Kalau perlu lakukan berulang-ulang sampai hati Anda merasa lebih tenang.
8. Berdoalah kepada Allah agar Anda sukses mengisi halaqah. Berdoalah agar Allah
membantu mengatasi kegugupan dan minder Anda. Luruskan niat bahwa Anda
melakukan hal ini semata-mata untuk mencari ridho Allah, bukan karena yang lain.
(Kegugupan akan berkurang bersamaan
pengalaman)

dengan banyaknya

persiapan dan

8. Cara Menarik Simpati


Apa yang perlu saya lakukan untuk menarik simpati peserta halaqah?
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menarik simpati peserta halaqah, yaitu
cara jangka pendek dan cara jangka panjang.
Cara jangka pendek adalah cara agar peserta simpatik kepada Anda dengan cepat
dan pada pandangan pertama di awal halaqah. Cara ini bersifat sementara, tapi
penting dan sangat menentukan keberlangsungan perjalanan halaqah selanjutnya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya:
1. Tampillah dengan pakaian yang bersih dan rapi, serta sesuai dengan latar belakang
peserta. Utamakan memakai baju yang memberi kesan ustadz, seperti memakai baju
koko, gamis, sorban, peci, dan sebagainya. Tapi jangan memakai pakaian yang terlalu
berat, sehingga peserta merasa minder terhadap Anda. Boleh juga memakai wangiwangian untuk menghilangkan bau badan Anda.
2. Perbanyaklah senyum. Senyum membuat Anda terkesan ramah dan bersahabat.
Seyumlah dengan tulus, bukan senyum yang dipaksakan. Buatlah hati Anda
tersenyum, niscaya senyum Anda akan terlihat lebih tulus.
3. Untuk menarik simpatik peserta, banyaklah mendengar dan jangan terlalu
mendominasi pembicaraan. Orang akan lebih simpatik kepada mereka yang pandai
mendengarkan, bukan hanya pandai berbicara.
4. Tampillah dengan penuh percaya diri. Siapkan materi, mental dan fisik untuk
berjumpa dengan mereka. Kalau perlu materi berikut dalil-dalilnya Anda hapal di luar
kepala, sehingga terkesan Anda kompeten dan layak membina mereka.
5. Jika berjabat tangan, jabatlah tangan mereka dengan erat dan jangan dilepaskan
sebelum mereka lebih dahulu melepaskan. Rasulullah saw juga melakukan hal ini
untuk menarik simpati orang lain. Jabat tangan yang hangat adalah ketika telapak

tangan Anda menyentuh erat telapak tangannya. Jangan hanya sekedar menyentuh
tangan, karena hal itu terkesan tidak tulus, tidak peduli atau tidak percaya diri.
6. Berbicaralah dengan lemah lembut dan sopan. Pembicaraan yang lembut dan
sopan menunjukkan kedewasaan Anda dan penghargaan Anda kepada orang lain.
Hindari kata-kata yang terlalu mengkritik dan menggurui. Apalagi mencaci atau
menghina. Pada dasarnya orang tidak suka jika terlalu digurui dan dikritik. Jika ingin
memberi kritik kepada peserta, sampaikan dengan kalimat sindiran atau kalimat
pertanyaan yang membuat mereka berpikir untuk mencari jawabnya. Hal itu lebih
menjaga harga diri peserta daripada Anda mengkritiknya secara langsung dan vulgar.
Selain cara jangka pendek, Anda juga perlu melakukan cara jangka panjang untuk
menarik simpatik peserta. Cara ini dilakukan simultan dengan cara jangka pendek.
Cara ini akan membuat simpatik peserta kepada Anda lebih lama dan permanen.
Cara jangka panjang hanya satu, yakni tumbuhkan kepercayaan peserta. Hanya
dengan kepercayaan, orang dapat simpati kepada Anda secara permanen. Tanpa
kepercayaan, simpati tidak akan bertahan lama dan mudah rapuh oleh kepentingan
dan situasi. Bahkan kepercayaan akan membuat Anda lebih mudah mempengaruhi
orang lain, sehingga mudah pula bagi Anda untuk meminta orang lain mengikuti
keinginan Anda.
(Simpati pada pandangan pertama menentukan keberlangsungan hubungan)
9. Cara Menumbuhkan Kepercayaan
Apa yang perlu saya lakukan agar peserta cepat mempercayai saya sebagai
murobbinya?
Tidak ada cara cepat dan instan agar seseorang percaya kepada Anda. Anda
membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan kepercayaan peserta kepada
Anda. Namun Anda dapat mengakselarasi kepercayaan tersebut jika Anda melakukan
beberapa kiat berikut ini:
1. Memberikan keteladanan
Biasanya orang akan percaya kepada mereka yang konsisten melakukan apa yang
mereka katakan atau yakini. Para nabi dan para pemimpin dunia yang melegenda,
seperti Umar bin Khatab, Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, atau Hitler sekalipun,
adalah orang-orang yang konsisten melakukan apa yang mereka yakini kebenarannya.
Mereka rela berkorban apa saja, termasuk nyawa mereka sendiri, untuk
mempertahankan konsistensi antara kata dengan perbuatan. Mereka mampu
memberikan keteladanan.
Karena itu, jadikan keteladanan sebagai dasar menumbuhkan kepercayaan peserta
kepada Anda. Keteladanan merupakan cara yang paling efektif untuk menumbuhkan
kepercayaan. Orang akan percaya kepada mereka yang mampu memberikan
keteladanan (konsisten antara kata dengan perbuatan) daripada orang yang plin-plan
dan berbeda antara kata dan perbuatannya.
2. Rajin memberikan setoran
Yang dimaksud setoran adalah setiap tindakan yang dapat membuat peserta merasa
simpati dan berhutang budi kepada Anda. Contoh setoran adalah menepati janji,
meminta maaf, mengucapkan terima kasih, meminjamkan atau memberikan sesuatu,
memberikan pertolongan, dan lain-lain. Jika Anda rajin memberikan setoran, secara
otomotis peserta akan merasa simpati dan berhutang budi kepada Anda. Hal ini akan
berdampak pada tumbuhnya kepercayaan terhadap Anda.

Namun perlu diingat, setoran harus diberikan secara ikhlas tanpa pamrih.
Setoran yang diberikan secara pamrih akan membuat peserta merasa ada udang, di
balik batu, sehingga bukannya kepercayaan yang Anda dapatkan, tapi malah
ketidakpercayaan.
3. Terlebih dahulu percaya kepada peserta
Kepercayaan kepada Anda tumbuh bersamaan dengan tingkat kepercayaan Anda
kepada peserta. Anda tidak mungkin membuat peserta percaya kepada Anda, jika
Anda sendiri tidak percaya kepada mereka.
Kepercayaan harus timbal balik. Tidak hanya satu arah. Karena kepercayaan
merupakan masalah hati. Isi hati akan terlihat pada sikap. Walaupun Anda berupaya
menutupi isi hati Anda, namun akan terlihat juga melalui sikap Anda. Jika Anda tidak
percaya kepada peserta, lama kelamaan ia akan mengetahuinya. Kemudian ia akan
bereaksi serupa dengan Anda, yakni tidak mempercayai Anda. Karena itu, percayalah
kepada peserta terlebih dahulu, niscaya ia akan mempercayai Anda.
Salah satu cara untuk menunjukkan kepercayaan Anda kepada mereka adalah
dengan memberikan tugas-tugas kepada mereka. Terutama tugas yang mereka tahu
hal itu merupakan wewenang Anda (misal tugas membuka dan menutup halaqah,
tugas memimpin diskusi, tugas menghubungi ikhwah lain, tugas menggantikan Anda
ceramah di tempat lain, dan lain-lain).
Cara lainnya adalah dengan memberikan informasi eksklusif kepada mereka.
Misalnya informasi tentang perkembangan dakwah yang tidak ada di media massa,
informasi tentang diri Anda yang jarang diketahui orang lain, informasi tentang
rencana Anda terhadap halaqah, dan lain-lain. Namun jangan sampai informasi yang
Anda berikan merupakan informasi amniyah (keamanan) dakwah atau menceritakan
aib seseorang.
4. Sabar menjelaskan pentingnya kepercayaan.
Anda juga perlu dengan sabar menjelaskan pentingnya kepercayaaan. Peserta akan
mempercayai Anda, jika Anda mampu menjelaskan dengan sabar mengapa mereka
harus percaya kepada Anda. Sampaikan hal itu dengan berbagai dalil naqli (Al Quran
dan Hadits) dan aqli (logis). Sampaikan hal itu dalam berbagai kesempatan, tapi
dengan cara yang variatif. Selain itu, sampaikan juga manfat dan kerugian yang akan
dialami jika ia tidak percaya kepada Anda.
Namun perlu diingat, jangan sekali-kali Anda mencoba memaksa mereka untuk
percaya kepada Anda. Cara paksaan hanya akan membuat mereka lari dari Anda.
Kepercayaan tidak dapat dibangun dengan cara paksaan, tapi dengan cara persuasif.
4. Tunjukkan kompetensi di bidang agama dan dakwah.
Kepercayaan juga tumbuh, jika Anda dianggap memiliki kompetensi di bidang agama
dan dakwah. Hal ini amat penting terutama untuk peserta pemula. Karena itu,
tunjukkan kepada peserta bahwa Anda memiliki kompetensi dalam agama dan
dakwah. Contohnya, ketika memberikan materi sampaikan dalil-dalil yang Anda hapal
di luar kepala. Sampaikan materi dengan menyertakan bahasa Arabnya. Bisa juga
dengan menceritakan pengalaman Anda dalam dakwah.
Namun jika Anda sendiri belum memiliki pengetahuan agama yang cukup dan
belum memiliki pengalaman yang memadai dalam dakwah, jangan sekali-kali terlalu
merendahkan diri di hadapan peserta. Tunjukkan saja sikap bahwa Anda akan
sungguh-sungguh belajar untuk meningkatkan pengetahuan Anda.
5. Tampil dengan berwibawa.
Penampilan tak boleh dilupakan dalam menumbuhkan kepercayaan. Penampilan
terdiri dari cara berjalan, cara duduk, gerakan tubuh, ekspresi wajah, intonasi suara,

sampai dengan pakaian dan perhiasan yang Anda kenakan. Atur agar semua itu
nampak berwibawa dan kharismatis di hadapan peserta.
Pakaian dan perhiasan yang Anda kenakan perlu disesuaikan dengan pakaian atau
perhiasan yang pantas dipakai oleh seorang murobbi. Misalnya, sering tampil di
hadapan peserta dengan pakaian ustadz (baju koko, gamis, peci, dan semacamnya).
Jangan tampil dengan pakaian semaunya. Apalagi dengan pakaian yang bertentangan
dengan status Anda sebagai murobbi. Misalnya memakai celana jeans belel, kaos
oblong yang kusam, atau kemeja yang terlalu ketat dan funky.
Cara-cara menumbuhkan kepercayaan seperti yang disebutkan di atas tentu saja
perlu Anda lakukan secara sungguh-sungguh, berkesinambungan dan simultan agar
Anda dapat memetik hasilnya. Ingat hukum tanaman, hanya yang ditanam dan
dipelihara dengan sungguh-sungguh yang akan dipanen.
(Keteladanan kunci kepercayaan)
10. Cepat Memahami Pribadi Peserta
Apa saja yang perlu dilakukan agar saya cepat memahami pribadi peserta?
Cepat atau tidaknya memahami pribadi peserta tergantung dari tingkat interaksi
Anda terhadap mereka. Semakin sering Anda berinteraksi dengan mereka, semakin
cepat Anda memahami mereka. Begitu pun sebaliknya, semakin kurang interaksi
Anda dengan mereka, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memahami
mereka.
Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan agar cepat memahami peserta:
1. Minta peserta untuk menyerahkan daftar riwayat hidup (biodata). Kalau perlu
contoh formulir biodatanya dari Anda agar Anda dapat memperoleh informasi
sesuai kebutuhan Anda. Beberapa informasi pada biodata yang dapat dijadikan
bahan untuk memahami pribadi peserta adalah riwayat pekerjaan, aktivitas,
suku, hobi, jumlah saudara, pekerjaan orang tua, penyakit yang pernah
diderita, riwayat tarbiyah, daftar hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai,
dan lain-lain.
2. Ajak mereka untuk mabit, rihlah atau melakukan perjalanan jauh. Umar bin
Khatab ra menganjurkan cara ini untuk memahami pribadi orang lain.
Kegiatan tersebut perlu dirancang sedemikian rupa, sehingga peserta dapat
berekspresi secara bebas. Jangan dirancang terlalu formal dan kaku. Berikan
juga waktu luang yang cukup agar Anda dapat mengetahui kecenderungan
masing-masing peserta dalam mengisi waktu luang.
3. Pancing mereka untuk curhat (mencurahkan isi hati) kepada Anda. Caranya
dengan terlebih dahulu menceritakan diri Anda dan kepribadian Anda apa
adanya (kecuali aib) kepada mereka. Cara lainnya dengan secara terbuka
menyampaikan kepada mereka bahwa Anda siap mendengarkan dan
membantu persoalan mereka. Sampaikan juga bahwa Anda siap menyimpan
rahasia pribadi mereka, jika memang itu diperlukan.
4. Beri mereka tugas tertentu yang sesuai dengan kepribadian yang ingin Anda
ketahui. Misalnya tugas hapalan untuk mengetahui kemampuan daya ingat
mereka, tugas kliping untuk mengetahui tingkat ketekunan mereka, tugas
membedah buku untuk mengetahui daya analisa mereka, tugas mengisi dauroh
untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri mereka, tugas dengan jadwal ketat
untuk mengetahui tingkat stres mereka, dan lain-lain.

5. Kunjungi rumah atau tempat kerja mereka. Kondisi rumah dan tempat kerja
dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Misalnya, jika di rumah atau di
kamarnya banyak terdapat poster bintang film berarti pribadinya mungkin
masih mencerminkankan pribadi bintang film tersebut. Atau jika meja
kerjanya berantakan, mungkin menunjukkan kepribadian yang sembrono.
6. Perhatikan pakaian, isi tas, perhiasan dan asesoris kendaraan yang mereka
pakai. Semua itu dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui
keperibadian seseorang. Sebagai misal, jika ada stiker Islam di dalam
mobilnya mungkin dapat mununjukkan ghirohnya terhadap Islam. Jika
memakai cincin dengan lambang horoscope tertentu, mungkin pribadinya
masih percaya dengan takhyul atau mitos. Anda bisa membaca buku-buku
psikologi untuk menambah wawasan Anda mengenai kepribadian manusia dan
hubungannya dengan apa yang disukai dan dikenakannya.
(Memahami orang lain berarti menghargai mereka)
11. Memproritaskan Halaqah
Bagaimana memberikan kesadaran kepada peserta agar ia memprioritaskan
halaqah?
Memperioritaskan halaqah berarti mengutamakan hadir untuk pertemuan halaqah
dan jika jadwal halaqah berbenturan dengan acara lain, maka yang diutamakan adalah
halaqah (kecuali jika uzur syar'i). Dengan memperioritaskan halaqah, peserta akan
hadir secara rutin. Hal ini akan mempercepat akselarasi pembentukan fikroh (pola
pikir) Islam dibandingkan jika peserta hadirnya tidak rutin. Selain itu, kehadiran yang
rutin juga menunjukkan kesungguh-sungguhan peserta untuk mempelajari dan
mengamalkan Islam.
Namun bagi peserta pemula, mereka belum dapat memahami pentingnya
memprioritaskan halaqah. Mereka sering menganggap halaqah tak ubahnya
pengajian biasa yang pesertanya boleh hadir atau tidak. Mereka juga masih terbiasa
dengan kegiatan-kegiatan yang orientasinya keuntungan jangka pendek atau yang
sesuai mood (perasaan) mereka.
Untuk menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya memperioritaskan halaqah,
Anda perlu menyampaikannya secara sabar dan berulang-ulang. Baik melalui materi,
diskusi maupun nasehat secara langsung. Sampaikan kepada peserta mengenai
berbagai manfaat memprioritaskan halaqah dan konsekuensinya jika tidak
memprioritaskan halaqah. Sampaikan juga apa yang disebut uzur syar'i dan
bagaimana cara mengatur waktu agar jadwal halaqah tidak berbenturan dengan acara
lain.
Anda juga harus memberikan teladan tentang memprioritaskan halaqah.
Keteladanan adalah cara yang paling ampuh untuk mempengaruhi orang lain. Anda
sendiri harus memberikan contoh kepada peserta bahwa Anda mengutamakan
halaqah daripada acara-acara lain. Suatu hal yang naif, jika Anda menuntut peserta
untuk hadir secara rutin dan memprioritaskan halaqah, tapi Anda sendiri sebagai
murobbi tidak hadir secara rutin dalam halaqah.
Yang juga perlu diingat, jangan terlalu cepat menuntut peserta memprioritaskan
halaqah. Memprioritaskan halaqah membutuhkan proses dan waktu yang lama. Jika
Anda tergesa-gesa menuntut peserta memprioritaskan halaqah, mereka akan merasa
terkekang, sehingga akhirnya hengkang dari halaqah.

Sebetulnya, proses penyadaran memprioritaskan halaqah akan sejalan dengan


proses kepercayaan yang tumbuh pada diri peserta kepada Anda. Semakin percaya
kepada Anda, semakin mudah bagi Anda untuk menuntut peserta memprioritaskan
halaqah. Bahkan jika Anda betul-betul telah dipercaya oleh mereka, Anda boleh
menerapkan sangsi terhadap mereka agar mau memprioritaskan halaqah.
(Kesadaran untuk memprioritaskan halaqah harus dimulai dari Anda sebagai
murobbi)
12. Menghilangkan Kebiasaan Merokok
Bagaimana sikap saya jika ada di antara peserta halaqah yang masih merokok?
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan mental dan fisik.
Secara mental, kebiasaan merokok membuat seseorang tergantung kepada sesuatu
(rokok). Ketergantungan itu kadangkala sampai pada tingkat berlebihan, sehingga ia
tak bisa melakukan aktivitas tertentu tanpa merokok. Ketergantungan berlebihan ini
dapat membuat seseorang melakukan kesyirikan kecil. Selain itu secara fisik,
merokok dapat membahayakan kesehatan. Para ahli kesehatan telah membeberkan
sekian banyak penyakit yang dapat diidap karena rokok.
Karena itu, seharusnya peserta tidak merokok. Sangat musykil jika seseorang yang
ingin berislam dengan baik, tapi membiarkan kesehatan dirinya rusak. Lagi pula,
bagaimana ia dapat menjaga dan memberi manfaat kepada orang lain kalau ia sendiri
tak mampu menjaga dan memberi manfaat kepada dirinya sendiri dengan membiarkan
kesehatan dirinya rusak karena rokok?
Peserta yang masih merokok perlu disadarkan secara perlahan untuk berhenti
merokok. Ia tidak bisa dipaksa untuk berhenti seketika. Sebab rokok bagaikan candu
baginya, yang membutuhkan waktu untuk menghentikannya. Berikan pemahaman
tentang bahaya merokok secara perlahan-lahan, tapi makan lama makin tegas. Kalau
perlu, Anda juga memberikan terapi tentang cara menghentikan kebiasaan merokok.
Berikan juga motivasi dan dukungan agar ia mau menghentikan kebiasaan
merokoknya. Menurut para ahli, kebiasaan merokok dapat dihentikan jika ada
kemauan yang besar dari pelakunya serta ada dukungan yang kuat dari
lingkungannya.
Kalau setelah diberikan pemahaman ia tetap merokok, Anda sebagai murobbi
tidak bisa memaksanya. Apalagi mengeluarkan ia dari halaqah. Tindakan
mengeluarkan seseorang dari halaqah gara-gara merokok merupakan tindakan kurang
bijaksana. Berarti Anda bukan menyelesaikan masalah, tapi menyingkirkan masalah.
Biarkan ia tetap dalam halaqah walau masih tetap merokok. Hanya saja marhalah
(tingkat) halaqahnya tidak perlu dinaikkan. Mudah-mudahan dengan membiarkan ia
tetap dalam halaqah, ada lingkungan yang senantiasa mengingatkannya untuk
berhenti merokok. Mungkin suatu ketika, berkat hidayah Allah, ia akan berhenti dari
kebiasaan merokok.
(Sangat musykil jika seseoarng ingin berislam dengan baik, tapi membiarkan
kesehatannya rusak karena rokok)
13. Kendala Tempat Pertemuan
Bagaimana mengatasi peserta yang tempat tinggalnya berjauhan satu sama lain?

Tempat tinggal peserta yang berjauhan satu sama lain bukanlah penghalang dari
terlaksananya halaqah. Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengupayakan
agar tempat halaqah berada di tempat strategis, sehingga mudah dijangkau oleh para
peserta yang tempat tinggalnya berjauhan. Tempat tersebut bisa saja merupakan
rumah Anda atau rumah salah seorang peserta. Bahkan jika tidak ada rumah yang
strategis, bisa digunakan tempat-tempat umum, seperti mesjid, taman, dan
semacamnya. Idealnya, tempat halaqah itu berpindah-pindah tempat, tapi jika situasi
tidak memungkinkan karena tempat tinggal peserta berjauhan satu sama lain, tempat
halaqah dapat ditentukan di satu tempat yang strategis dan mudah dijangkau.
Jika pun ingin berpindah-pindah tempat dengan alasan agar tidak jenuh dan untuk
lebih saling mengenal tempat tinggal satu sama lain, hal tersebut bisa dilakukan secara
insidental, misalnya ditetapkan dalam sebulan tiga kali pertemuan di tempat strategis
dan satu kali pertemuan di rumah salah seorang peserta yang kurang strategis.
Kemudian bulan berikutnya, jatah satu kali pertemuan di tempat yang kurang strategis
itu digilir ke tempat peserta lainnya yang juga kurang strategis, demikian seterusnya.
Yang penting, Anda sebagai murobbi tidak memaksakan kehendak dengan
menentukan tempat halaqah di tempat Anda atau di tempat yang mudah Anda
jangkau, padahal bagi kebanyakan peserta tempat tersebut kurang strategis. Apalagi
untuk halaqah dengan peserta pemula, maka Anda perlu lebih banyak mengalah
mengenai penentuan tempat halaqah. Sebab mereka belum memiliki kesadaran dan
kemauan yang tinggi untuk menghadiri halaqah di tempat yang jauh. Musyawarahkan
masalah tempat halaqah kepada peserta pemula dan biarkan mereka yang
memutuskan.
Jika halaqah sudah berjalan stabil dan peserta telah hadir secara rutin, barulah
Anda mulai memotivasi peserta agar mau hadir ke tempat halaqah yang jaraknya
jauh. Anda bisa mengungkapkan tentang pahala besar yang Allah berikan kepada
orang-orang yang menghadiri majelis zikir di tempat yang jauh. Bisa juga dengan
menyebutkan kisah para sahabat dan para ulama yang mau bersusah payah untuk
menghadiri majelis zikir walau jaraknya jauh. Bisa juga dengan menyampaikan
bahwa orang yang memilih-milih majelis zikir (sebagai sarana berjuang di jalan
Allah) hanya berdasarkan jaraknya yang dekat dapat terjerumus menjadi orang yang
binasa dan berdusta, seperti yang Allah sebutkan di surah At Taubah ayat 42. Kalau
yang kamu serukan kepada mereka itu perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah
mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka.
Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: Jikalau kami sanggup tentulah kami
berangkat bersama-samamu. Mereka membinasakan diri mereka sendiri; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta
(QS. 9 :42).
Tahap selanjutnya, Anda bisa mencoba untuk memindahkan tempat halaqah ke
tempat yang jauh dan kurang strategis, misalnya ke rumah Anda atau ke rumah salah
seorang peserta. Jika kehadiran mereka tetap konsisten, berarti mereka telah memiliki
kesadaran yang tinggi tentang pentingnya halaqah. Namun jika setelah dipindahkan
ke tempat yang kurang strategis kehadiran peserta menjadi berkurang, maka Anda
jangan memaksakannya. Kembalikan halaqah ke tempat semula yang mudah
dijangkau peserta. Lalu terus beri motivasi peserta agar mau hadir ke tempat halaqah
yang jauh. Kemudian coba lagi di lain waktu untuk memindahkan halaqah ke tempat
yang jauh. Jika kehadiran mereka berkurang, kembalikan lagi halaqah ke tempat
semula yang mudah dijangkau dan beri motivasi lagi. Begitu seterusnya, sampai

akhirnya mereka betul-betul menyadari pentingnya halaqah dan tidak lagi


mempersoalkan masalah jauh atau dekatnya tempat halaqah.
(Tempat halaqah yang jauh akan terasa dekat, bila ada keikhlasan)
14. Kendala Waktu Pertemuan
Bagaimana cara mengatur jadwal halaqah agar semua peserta dapat hadir?
Bagi peserta halaqah pemula, mereka masih belum dapat membedakan mana
kegiatan penting dan mana kegiatan kurang penting yang dapat dijadikan alasan
untuk tidak hadir dalam halaqah. Seringkali kegiatan yang sebetulnya kurang
penting, seperti kegiatan olahraga, menonton tivi atau rekreasi, bagi mereka lebih
penting daripada menghadiri halaqah. Karena itu, Anda jangan memaksa mereka
agar mengikuti jadwal Anda dalam menentukan pertemuan halaqah. Anda perlu
mengalah dan membiarkan mereka yang menentukan jadwal pertemuan halaqah.
Jika setelah dimusyawarahkan oleh peserta, ternyata ada sebagian kecil peserta
yang tidak bisa hadir karena waktunya berbenturan dengan kegiatan yang dianggap
penting oleh peserta tersebut, maka jadwal pertemuan dapat dibuat fleksibel (berubahubah). Sekali waktu sesuai dengan waktu yang dapat dihadiri sebagian besar peserta
dan waktu yang lain disesuaikan dengan waktu yang dapat dihadiri oleh sebagian
kecil peserta. Konsekuensinya, jumlah yang hadir juga akan berubah-ubah. Tapi hal
ini dapat dimaklumi untuk halaqah pemula yang mengalami kesulitan dalam
menentukan jadwal halaqah.
Sambil halaqah terus berjalan, Anda lalu memberikan pengertian kepada mereka
tentang apa yang dimaksud kegiatan penting yang dapat dijadikan uzur syari. Paling
tidak ada tiga alasan yang membuat suatu kegiatan lebih penting daripada halaqah :
1. Jika kegiatan tersebut merupakan kegiatan mencari nafkah (bekerja)
2. Jika kegiatan tersebut bersifat mendesak dan darurat
3. Jika kegiatan tersebut merupakan tugas dari struktur dakwah yang lebih tinggi
Kemudian Anda meminta kepada mereka untuk mempertimbangkan mana
kegiatan mereka yang penting dan mana yang kurang penting sesuai dengan tiga
kriteria di atas. Lalu minta mereka menentukan kembali beberapa alternatif jadwal
halaqah yang waktunya tidak berbenturan dengan tiga kriteria diatas. Pilihlah waktu
halaqah yang seluruh peserta bisa menghadirinya. Jika tidak ada, pilihlah waktu
halaqah yang sebagian besar peserta bisa menghadirinya. Jadikan pilihan waktu itu
sebagai jadwal rutin pertemuan halaqah dan minta mereka untuk tidak
membenturkannya dengan kegiatan lain.
Bagi peserta yang tetap tidak bisa menyesuaikan waktunya dengan jadwal
halaqah yang telah ditetapkan, Anda memberikan mereka dua alternatif. Pertama, beri
kesempatan kepada mereka menyesuaikan waktu kegiatannya yang berbenturan
dengan jadwal halaqah hingga batas waktu tertentu. Dan selama waktu itu, ia boleh
tidak menghadiri halaqah. Kedua, pindahkan halaqahnya ke halaqah lain yang
jadwalnya lebih cocok untuk peserta tersebut. Alternatif kedua ini adalah alternatif
terakhir, jika peserta tersebut tetap tidak bisa menyesuaikan waktunya dengan jadwal
halaqah yang telah ditetapkan.
(Manusia yang mengatur waktu, bukan waktu yang mengatur manusia)
15. Masih Pacaran

Bagaimana sikap saya menghadapi peserta yang masih pacaran?


Islam melarang pacaran karena dampak negatifnya lebih banyak dari dampak
positifnya. Semestinya taujih tentang hukum pacaran dalam Islam diberikan dalam
halaqah, sehingga peserta mengetahuinya. Namun untuk halaqah pemula, taujih
tentang pacaran jangan dilakukan pada pertemuan-pertemuan awal. Kecuali jika ada
pertanyaan tentang pacaran dan itupun dijawab dengan sindiran saja, tidak perlu tegas.
Hal ini karena peserta halaqah pemula masih awam terhadap ajaran Islam. Jika tema
pacaran diberikan di awal halaqah, dikhawatirkan akan terjadi salah paham. Bisa jadi
mereka menganggap ajaran Islam terlalu keras.
Jika ada peserta yang masih pacaran di awal halaqah, Anda belum saatnya
mempersoalkan hal itu. Sebab jika langsung dilarang, ia bisa ngambek dan tidak
mau datang lagi ke halaqah. Biarkan pemahamannya terhadap nilai-nilai dasar Islam
tumbuh dahulu. Nanti ia sendiri yang akan mengintrospeksi dirinya apakah pacaran
yang dilakukannya sesuai tidak dengan ajaran Islam.
Jika materi tentang dasar-dasar Islam telah diberikan dan ia masih tetap pacaran.
Barulah Anda memberi taujih tentang pacaran sebagai tema khusus. Lalu lihat
reaksinya. Jika ia masih pacaran juga, maka Anda dapat menasehatinya secara
langsung dalam pertemuan empat mata. Nasehati ia tentang dampak negatif pacaran.
Beri ia jalan keluar untuk memutuskan pacarnya. Kalau perlu, Anda memberi waktu
kepadanya untuk memutuskan pacarnya.
Jika setelah dinasehati secara langsung ia masih terus pacaran, maka beri
peringatan sebanyak dua kali lagi pada rentang waktu yang sama. Anda katakan
padanya jika ia terus pacaran maka ia belum layak mengikuti halaqah. Karena
halaqah adalah tempat bagi mereka yang serius mengislamkan dirinya. Lalu jika
setelah diberi nasehat sebanyak tiga kali ia masih pacaran juga, Anda keluarkan ia dari
halaqah dengan cara yang baik atau pindahkan ia ke pengajian umum.
(Islam melarang pacaran, karena dampak negatifnya lebih besar daripada dampak
positifnya)
16. Dilarang Orang Tua ikut Halaqah
Bagaimana caranya menghadapi peserta yangdilarang orang tuanya mengikuti
halaqah?
Ada beberapa alasan mengapa orang tua melarang anaknya ikut halaqah:
1. Khawatir anaknya mengikuti aliran sesat
2. Khawatir mengganggu pelajaran atau pekerjaan anaknya yang dianggap orang tua
penting
3. Jadwal halaqah berbenturan dengan waktu orang tua ketika membutuhkan
anaknya
Jika ada peserta yang dilarang orang tuanya ikut halaqah, Anda perlu
memberikan pemahaman kepadanya bahwa halaqah adalah sarana menuntut
ilmu Islam yang paling efektif. Dalam Islam, menuntut ilmu (Islam) itu wajib
hukumnya. Menurut kaidah fiqih, jika untuk melakukan kewajiban dibutuhkan sarana,
maka sarana tersebut menjadi wajib juga untuk diadakan. Jadi mengikuti halaqah
menjadi wajib jika halaqah dipandang sebagai sarana yang paling efektif untuk
memenuhi kewajiban menuntut ilmu Islam.
Dalam Islam juga diajarkan bahwa mematuhi perintah orang tua ada batasnya.
Yakni selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah dan tidak

berupa kemaksiatan. Allah memerintahkan setiap muslim untuk menuntut ilmu Islam
dan halaqah adalah sarana efektif untuk menuntut ilmu Islam. Oleh sebab itu orang
tua tidak berhak melarang anaknya mengikuti halaqah sebab halaqah merupakan
sarana menuntut ilmu Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim.
Namun karena seorang anak perlu bersikap ihsan (baik) kepada orang tuanya,
Anda perlu menganjurkan agar cara penolakannya harus sebaik mungkin. Lakukan
dengan beberapa tahapan berikut ini:
1. Jelaskan kepada orang tua secara persuasif dan berulang-ulang pentingnya
menuntut ilmu Islam dan pentingnya halaqah sebagai sarana efektif untuk menuntut
ilmu Islam.
2. Jika orang tua belum mengizinkan juga, jelaskan secara lebih tegas bahwa
anak dengan berat hati terpaksa tidak bisa memenuhi perintah orang tua untuk
tidak ikut halaqah.
3. Jika orang tua masih melarang juga, anak dapat mengikuti halaqah secara diamdiam (tidak perlu memberitahu orang tua).
4. Kalau pun suatu ketika ketahuan masih ikut halaqah dan orang tua marah besar,
anak harus tetap konsisten untuk ikut halaqah secara diam-diam. Biarlah kemarahan
orang tua menjadi salah satu ujian yang akan menambah tabungan pahala di hari
akhirat.
(Halaqah harus diikut dengan atau tanpa izin orang tua)
17. Mantan pecandu narkoba
Ada peserta di dalam halaqoh saya yang mantan pecandu narkoba. Bagaimana
saya harus bersikap?
Kondisi peserta yang pernah menjadi pecandu narkoba amat rentan. Ia mungkin
saja bisa kembali lagi memakainya jika tidak ada kemauan yang kuat darinya. Oleh
karena itu, Anda perlu memberikan motivasi padanya untuk benar-benar bertaubat
meninggalkan narkoba. Anda juga perlu mengawasinya secara ketat dengan siapa dia
bergaul dan bagaimana pergaulannya di luar halaqah. Sebab lingkungan pergaulan
sangat mempengaruhi seorang mantan pecandu narkoba untuk kembali atau tidak
memakai narkoba. Anda perlu menasehati dia untuk tidak lagi bergaul dengan temanteman lamanya sesama pecandu narkoba. Ia harus betul-betul menjauhi diri dari
teman-teman lamanya kalau mau sembuh.
Selain itu, Anda juga perlu segera membantu permasalahannya jika ia ada
masalah. Sebab jiwa seorang mantan pecandu narkoba masih labil dan tidak tahan
dengan tekanan masalah. Kalau sudah tidak tahan bisa saja ia kembali lagi memakai
narkoba. Karena itu, ia perlu dibantu untuk menyelesaikan masalahnya.
(Jiwa seorang mantan pecandu narkoba sangat rentan terhadap tekanan. Karena itu, ia
perlu dibantu untuk menyelesaikan masalahnya)
18. Komposisi peserta terlalu heterogen
Saya baru membina sebuah halaqah, tapi pesertanya terlalu heterogen, baik dari
sisi pendidikan, sosial, maupun pemahaman. Saya khawatir akan sulit menangani
mereka. Bagaimana cara membina peserta halaqah yang terlalu heterogen?

Di awal berjalannya halaqah, peserta halaqah yang terlalu heterogen merupakan


hal lumrah. Anda tidak perlu mempermasalahkannya. Yang perlu Anda lakukan adalah
mengenal kebutuhan mereka yang beragam. Upayakan agar Anda dapat memenuhinya
secara adil. Misalnya, pada pertemuan tertentu Anda memberikan materi aqidah untuk
memenuhi kebutuhan sebagian peserta, tapi pada pertemuan berikutnya Anda
memberikan materi dakwah untuk memenuhi kebutuhan peserta lainnya. Upayakan
juga perhatian dan pelayanan yang adil. Jangan mengistimewakan beberapa orang
yang Anda anggap memiliki potensi daripada yang lain. Sebab kadangkala yang
dianggap memiliki potensi malah tidak bertahan lama di halaqah.
Namun setelah beberapa waktu, halaqah yang terlalu heterogen perlu dipisahkan
sesuai dengan tahapan kriteria sebagai berikut :
1. Persamaan marhalah (tingkat) pemahaman
2. Persamaan tempat tinggal
3. Persamaan lama tarbiyah
4. Persamaan usia
5. Persamaan pendidikan/latar belakang sosial
Alasan pemisahan berdasarkan kriteria di atas adalah agar mereka dapat
berkembang lebih maksimal. Tahapan kriteria di atas menunjukkan semakin ke atas
semakin penting memisahkan peserta berdasarkan kriteria tersebut.
Jika Anda tidak memiliki halaqah lain untuk menampung mereka sesuai dengan
kriteria, Anda harus rela menyerahkan peserta ke murobbi lain yang memiliki halaqah
lebih sesuai dengan kriteria.
(Bila peserta halaqah terlalu heterogen, upayakan agar Anda dapat memenuhi
kebutuhan mereka dengan adil)
19. Tidak Dapat Membaca Al Quran
Apa yang perlu saya lakukan jika di antara peserta halaqah ada yang belum
mampu membaca Al Quran?
Sebaiknya Anda mencari informasi terlebih dahulu siapa diantara peserta yang
sudah bisa membaca Al Quran dan siapa yang belum. Jika ternyata ada satu atau
lebih yang belum mampu membaca Al Quran, jangan memulai halaqah dengan
tilawah Al Quran. Sebab hal itu akan membuat peserta yang tidak bisa membaca Al
Quran menjadi minder. Mungkin ia tidak mau lagi datang ke halaqah pada
pertemuan selanjutnya.
Lalu untuk memotivasi peserta agar mau belajar membaca Al Quran, Anda bisa
memberikan taujih tentang pentingnya tilawah Al Quran. Tawarkan kepadanya untuk
belajar Al Quran dengan Anda atau belajar di tempat lain. Jika mereka sibuk,
tawarkan untuk belajar dengan Anda pada waktu pertemuan halaqah. Jadi di dalam
halaqah, ada acara khusus untuk belajar membaca Al Quran. Namun jika pesertanya
hanya satu atau dua orang, sebaiknya waktunya dipisah dengan waktu halaqah agar
tidak terkesan terlalu mengistimewakan peserta yang belum bisa membaca Al Quran.
Setelah seluruh peserta bisa membaca Al Quran (walau masih ada yang terbatabata), barulah Anda membuat acara tilawah Al Quran secara bergilir di awal acara
halaqah.

(Jika ada peserta yang belum bisa membaca Al Quran, jangan memulai halaqah
dengan tilawah Al Quran secara bergiliran)

BAB III
PROBLEM KOMUNIKASI

20. Mendominasi Pembicaraan


Bagaimana cara mengatasi peserta yang selalu mendominasi pembicaraan di
dalam halaqah?
Ada beberapa sebab mengapa seorang peserta mendominasi pembicaraan dalam
halaqah :
1. Ia memiliki kebiasaan banyak bicara. Kebiasaan ini ia lakukan dimana saja. Ciri
orang semacam ini biasanya sering nyeletuk tanpa makna, berbicara keluar dari topik
yang dibicarakan, berkomentar tentang sesuatu yang sudah dibahas atau yang sudah
jelas.
2. Ia ingin terlihat pintar dan populer. Biasanya orang semacam ini terlihat dari katakatanya yang sering menyelipkan istilah-istilah ilmiah atau asing, berlebihan dalam
menyampaikan data dan dalil, atau menambahkan data dan dalil dari pendapat orang
lain.
3. Ia ingin mempengaruhi dan menguasai kelompok. Biasanya terlihat dari nada
bicaranya yang memaksakan pendapat, mengajak berdebat, dan sering menyimpulkan
pendapat orang lain.
Sebagai murobbi, Anda perlu memahami terlebih dahulu apa yang menyebabkan
seorang peserta mendominasi pembicaraan. Bisa saja ketiga sebab tersebut ada pada
diri peserta.
Setelah mengetahui sebabnya, Anda lalu memberi pengertian melalui taujih
tentang adab berbicara dalam halaqah. Salah satunya tentang mengapa kita tidak
boleh mendominasi pembicaraan dalam halaqah. Anda dapat menggunakan dalil
naqli dan aqli untuk memperkuat argumentasi Anda. Berikan pengertian tentang adab
berbicara ini berulang-ulang sampai peserta yang mendominasi pembicaraan
menyadarinya dan merubah perilakunya.
Jika setelah diberi taujih ternyata belum juga berubah, Anda perlu membuat
mekanisme tentang tata tertib berbicara dalam halaqah. Misalnya, jika ingin berbicara
harus terlebih dahulu izin dengan mengacungkan jari, setiap berbicara dibatasi
waktunya, setiap peserta hanya mendapatkan giliran berbicara sebanyak satu atau dua
kali, dan lain-lain. Mekanisme ini berguna untuk mencegah ada peserta tertentu saja
yang mendominasi pembicaraan.
(Mendominasi pembicaraan merupakan tanda dari orang yang kurang menghargai
orang lain)
21. Kurang Percaya Diri dalam Mengemukakan Pendapat

Ada peserta di halaqah saya yang minder mengemukakan pendapat. Ia lebih


banyak diam dan mendengarkan. Bagaimana kiat agar ia lebih aktif dan percaya
diri dalam mengemukakan pendapat?
Peserta yang minder mengemukakan pendapat biasanya karena khawatir
pendapatnya salah, sehingga akan ditertawakan atau dianggap remeh. Biasanya
mereka juga termasuk orang yang kurang percaya diri. Mungkin pengalaman masa
lalu membuat mereka trauma menyampaikan pendapat.
Untuk mengatasinya, Anda perlu menciptakan lingkungan halaqah yang membuat
peserta berani mengemukakan pendapat. Lingkungan seperti itu biasanya memiliki
ciri sebagai berikut :
1. Apabila ada peserta yang mengemukakan pendapat atau bertanya, peserta lainnya
tidak boleh mencemooh dan mentertawakan.
2. Apabila ada peserta mengemukakan pendapat atau bertanya, peserta lainnya harus
mendengarkan dan tidak boleh memotong pembicaraan.
3. Anda sebagai murobbi perlu memberikan respon positif terhadap pendapat atau
pertanyaan dari peserta.
4. Menghindari suasana yang menjurus kepada perdebatan. Apalagi kalau masingmasing pihak sudah emosi. Lebih baik tunda pembahasan tersebut di lain waktu,
walau sebenarnya belum selesai.
5. Menghindari sikap menyalahkan secara langsung terhadap pendapat yang
dikemukakan, walau pendapat tersebut memang salah. Lebih baik berikan
argumentasi lain yang lebih kuat.
6. Sering memberikan dukungan dan pujian kepada peserta yang bertanya atau
mengemukakan pendapat.
7. Memberikan waktu khusus kepada peserta yang jarang mengemukakan pendapat
atau bertanya untuk berbicara. Kalau perlu, sebut namanya dan beri dukungan,
misalnya dengan mengatakan bahwa halaqah membutuhkan kontribusi pendapatnya.
Lingkungan yang cirinya seperti di atas membuat peserta yang minder akan berani
mengemukakan pendapat. Kepercayaan dirinya bisa pulih dan ia tidak lagi takut
menyampaikan pendapat. Sebaliknya, jika lingkungan halaqah jauh dari ciri-ciri di
atas peserta akan takut mengemukakan pendapat. Bahkan boleh jadi, peserta yang
tadinya berani dan percaya diri bisa berubah menjadi takut dan minder untuk
mengemukakan pendapat.
(Lingkungan menentukan keberanian orang untuk mengemukakan pendapat)
22. Memotong Pembicaraan
Bagaimana mengatasi peserta yang sering memotong pembicaraan saya atau
pembicaraan peserta lainnya?
Ada beberapa sebab mengapa seseorang suka memotong pembicaraan orang lain,
antara lain karena sulit konsentrasi mendengarkan pembicaraan orang lain, tidak sabar
mendengarkan, merasa sudah tahu maksud pembicaraan, ingin segera menjawab,
keinginan untuk dianggap pintar, dan ingin menonjolkan diri.
Memotong pembicaraan sebenarnya hanya dapat dilakukan jika orang yang
berbicara terlalu lama bicara, sehingga tidak memberi kesempatan kepada yang
lainnya untuk bicara. Atau jika pembicaraannya telah menyinggung perasaan orang
lain. Namun pada dasarnya, memotong pembicaraan merupakan suatu kebiasaan

buruk karena kurang menghargai dan dapat menimbulkan salah paham tentang pesan
yang disampaikan.
Jika salah satu peserta ada yang memiliki tabiat seperti itu, Anda perlu
memberikan taujih tentang dampak negatif memotong pembicaraan orang. Sampaikan
hal ini berulang-ulang dalam berbagai kesempatan sampai kebiasaan memotong
pembicaraan tersebut hilang.
Jika setelah diberi taujih berulang-ulang ternyata kebiasaan buruk itu masih ada,
Anda perlu bertindak tegas dengan meminta peserta tersebut untuk tidak memotong
pembicaraan orang lain.
(Memotong pembicaraan berarti memotong tali silaturahmi)
23. Salah Paham terhadap Materi yang Disampaikan
Setiap saya memberikan materi seringkali ada peserta yang salah paham dalam
memahaminya. Mengapa hal itu dapat terjadi dan bagaimana cara
memperbaikinya?
Salah paham terhadap materi yang diberikan disebabkan adanya hambatan
komunikasi antara Anda sebagai komunikator (pembicara) dengan peserta sebagai
komunikan (pendengar). Hambatan komunikasi dapat terjadi pada diri komunikator,
saluran yang digunakan, atau pada diri komunikan.
Pada diri komunikator bisa disebabkan karena pemilihan kata yang sulit dipahami,
suara yang kurang jelas atau terlalu cepat, uraian kalimat yang tidak sistematis,
argumentasi dan contoh yang kurang, dan lain-lain. Pada saluran atau media yang
digunakan biasanya hanya kebisingan yang patut diperhitungkan. Sedang sebab lain
jarang. Hal ini karena pertemuan halaqah merupakan media tatap muka langsung,
sehingga hambatan lainnya, seperti jarak, kurang berfungsinya alat yang digunakan,
dapat ditiadakan. Hambatan komunikasi karena faktor komunikan bisa terjadi karena
beberapa hal, antara lain wawasan dan pengalaman yang kurang, sulit konsentrasi,
pendengaran kurang baik, merasa sudah tahu sehingga tidak mau mendengarkan, dan
mengantuk.
Untuk memperbaiki kesalahpahaman dalam memberikan materi, Anda perlu
memperbaiki kemampuan komunikasi Anda agar lebih efektif. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan agar komunikasi lebih efektif :
1. Gunakan pilihan kata yang mudah dimengerti
Sesuaikan pilihan kata Anda dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya
peserta. Jangan terjebak untuk memilih kata-kata yang asing di telinga mereka, walau
bagi Anda sendiri kata-kata tersebut sudah biasa. Ingatlah, Anda sedang
menyampaikan pesan, bukan sedang menjual kepandaian. Tak ada gunanya Anda
memakai kata-kata yang kelihatannya canggih dan ilmiah tapi tidak dimengerti oleh
pendengar Anda. Jika pun terpaksa menggunakan kata-kata yang baru dan asing,
berikan penjelasan mengenai arti kata tersebut.
2. Berikan argumentasi yang cukup
Ketika menyampaikan suatu pendapat, sertakan argumentasinya. Jangan hanya
menyampaikan sesuatu sekedar kesimpulannya saja tanpa alasan yang kuat. Hal ini
dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang apa yang Anda maksudkan. Argumentasi
sebaiknya menggunakan dua perspektif. Pertama, argumentasi dari perspektif naqli
(Al Quran dan Hadits), dan kedua, argumentasi dari perspektif aqli (logika). Kedua
perspektif itu perlu Anda sampaikan agar pendapat Anda kuat dan dapat dipahami.

3. Tambahkan dengan ilustrasi atau contoh


Penggunaan ilustrasi atau contoh mempermudah pendengar untuk memahami sesuatu,
apalagi jika yang Anda sampaikan adalah konsep yang abstrak. Ilustrasi dapat berupa
permisalan (seperti menjelaskan bagian-bagian dari ajaran Islam dengan sebuah
rumah), gambar yang Anda buat di papan tulis, atau kisah fiktif. Sedangkan contoh
bisa berupa peristiwa nyata yang dialami oleh Anda sendiri atau orang lain. Bisa juga
merupakan contoh kasus yang sesuai dengan tema yang Anda sampaikan, atau alat
peraga yang Anda tunjukkan di depan peserta.
4. Uraian yang sistematis
Anda perlu menyampaikan materi secara sistematis, tidak berputar-putar atau
melompat-lompat. Ada beberapa metode yang dapat Anda gunakan untuk
menyampaikan materi secara sistematis, antara lain metode 5W-1H (What, Why, Who,
Where, When, How), metode deduktif (mulai dari kesimpulan, lalu diuraikan data dan
fakta pendukungnya), metode induktif (mulai dari data dan fakta, lalu disimpulkan),
metode proses (input-proses-output), dan metode sintesa (memaparkan pernyatan
yang saling bertentangan lalu dicari jalan tengahnya).
5. Ekspresikan dengan bahasa non verbal yang tepat
Pesan menjadi efektif bila ditunjang oleh bahasa non verbal yang tepat. Bahasa non
verbal (bahasa tubuh) terdiri dari gerak-gerik tubuh, mimik wajah, dan intonasi suara.
Sesuaikan apa yang Anda sampaikan dengan bahasa non verbal yang wajar. Jangan
berlebihan, tapi juga jangan terlalu kalem, sehingga tidak terlihat ekspresi bahasa non
verbal Anda.
Jika Anda merasa telah melakukan komunikasi efektif dengan menerapkan lima
hal di atas, tapi ternyata masih ada peserta yang kurang memahami apa yang Anda
sampaikan berarti masalahnya bukan pada Anda tapi pada peserta tersebut. Untuk
mengatasinya, Anda perlu mengetahui apa sebabnya peserta tersebut sulit memahami
materi yang Anda sampaikan. Beberapa sebab yang dapat dikemukakan disini adalah
peserta tersebut mungkin termasuk pendengar yang buruk (sulit konsentrasi dalam
mendengarkan pembicaraan orang), fungsi pendengarannya kurang baik, merasa
sudah tahu sehingga tidak mau mendengarkan, dan mengantuk.
(Agar salah paham tidak terjadi, tempatkan diri Anda di posisi orang yang Anda
ajak bicara)
24. Pendengar yang Buruk
Bagaimana cara mengatasi peserta yang kurang menyimak dan termasuk kategori
pendengar yang buruk?
Selain kemampuan berbicara, komunikasi efektif juga dipengaruhi oleh
kemampuan mendengar. Setiap orang memiliki kemampuan mendengar yang
berbeda-beda tergantung dari tipenya. Tipe pendengar ada lima, yaitu :
1. Pendengar mengabaikan
Orang yang termasuk tipe ini sama sekali tidak mendengarkan apa yang dibicarakan.
Bahkan seringkali tidak melihat kepada yang berbicara. Ia asyik dengan kegiatannya
sendiri, seperti mencoret-coret, mengobrol, dan melamun.
2. Pendengar pura-pura
Pendengar tipe ini terlihat seperti mendengarkan, karena matanya tertuju kepada si
pembicara. Bahkan kadangkala ia bereaksi positif dengan apa yang dibicarakan,
seperti mengangguk-angguk atau bergumam. Namun sebenarnya, ia tidak

mendengarkan sama sekali apa yang dibicarakan oleh pembicara. Ia asyik melamun
dengan pikirannya sendiri.
3. Pendengar selektif
Pendengar tipe ini mendengarkan hanya yang disukainya saja dari apa yang
disampaikan pembicara. Konsentrasinya sering terpecah, sehingga ia tidak
menangkap seluruh pesan yang disampaikan pembicara.
4. Pendengar atentif
Pendengar tipe ini adalah pendengar yang lebih baik dari ketiga tipe pendengar di
atas. Ia dapat berkonsentrasi mendengarkan seluruh pembicaraan. Namun fokus
pendengarannya hanya pada bahasa verbal, dan tidak memperhatikan bahasa non
verbal dari pembicara. Ia bisa saja memahami pesan yang disampaikan pembicara,
tapi seringkali tidak empati terhadap apa yang disampaikan.
5. Pendengar empati
Orang tipe ini bukan hanya memahami pesan yang disampaikan, tapi juga empati
terhadap pesan tersebut. Hal itu karena ia bukan hanya mendengarkan seluruh bahasa
verbal pembicara, tapi juga memperhatikan bahasa non verbal dari si pembicara,
sehingga lebih menghayati pesan tersebut. Inilah pendengar terbaik. Pendengar yang
menghargai orang lain, sehingga orang lain juga menghargainya dan mengakui
pengaruhnya.
Pendengar yang buruk bukanlah pendengar empati. Ia mungkin pendengar atentif,
selektif, pura-pura, bahkan mengabaikan. Cara mengatasi pendengar yang buruk
adalah dengan menjelaskan kepadanya dampak negatif dari kurang mendengarkan
pembicaraan orang lain. Dampak negatif itu antara lain, terjadinya salah pengertian
(miscommunication) yang dapat memicu konflik dan permusuhan.
Selain itu, beri tahu juga kepadanya bagaimana caranya menjadi pendengar
empati. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi pendengar empati adalah :
1. Tumbuhkan minat untuk mendengar
Minat mendengar akan tumbuh jika seseorang menyadari manfaat mendengar, antara
lain memahami pesan yang disampaikan, menghindari salah paham, menghargai, dan
mempengaruhi orang lain.
2. Perhatikan bahasa verbal dan non verbal
Memperhatikan bahasa verbal dan non verbal membutuhkan konsentrasi tinggi.
Diperlukan kemampuan untuk menepis gangguan-gangguan yang terjadi saat
mendengarkan, seperti keinginan melamun, kegaduhan lingkungan, dan kebosanan.
Memperhatikan bahasa verbal membutuhkan konsentrasi pendengaran, sedang
memperhatikan bahasa non verbal membutuhkan konsentrasi penglihatan.
3. Menjaga kontak mata dan posisi tubuh
Untuk membantu konsentrasi mata dan penglihatan, sekaligus agar pembicara merasa
lebih dihargai, menjaga kontak mata dan posisi tubuh dengan pembicara perlu
dilakukan secara konsisten. Tatap mata pembicara sesering mungkin dengan
pandangan yang menyiratkan penghargaan dan minat untuk mendengarkan
pembicaraannya. Jaga juga posisi tubuh agar tetap menghadap kepada pembicara atau
setidak-tidaknya condong kepadanya.
4. Merefleksikan bahasa verbal dan bahasa non verbal
Merefleksikan berarti meniru bahasa verbal (kata-kata) dan bahasa non verbal
pembicara sehingga pendengar seakan-akan menjadi bayangan atau cermin bagi
pembicara. Namun hal ini bukan berarti meniru bahasa verbal dan bahasa non verbal
pembicara secara persis sama dan pada waktu yang sama, tetapi meniru dengan cara
yang sedikit berbeda dengan bahasa verbal dan non verbal pembicara dan dengan jeda

waktu yang tidak bersamaan. Misalnya, bila pembicara berkata, saya senang maka
refleksi bahasa verbalnya adalah oooAnda sedang bergembira atau jika
pembicara mimiknya sedih, maka refleksinya adalah menujukkan wajah yang sedih
juga.
5. Tidak memotong pembicaraan
Jangan memotong pembicaraan. Sebab hal ini hanya berakibat kepada
kesalahpahaman dan terkesan tidak menghargai pembicara. Jika terpaksa harus
memotong, gunakan dengan isyarat non verbal (misalnya dengan mengacungkan jari
atau dengan melihat ke arah jam). Jika pembicara tetap bicara, hargai ia dan
dengarkan terus apa yang disampaikan.
6. Mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti
Jika pembicaraan telah selesai, ajukan pertanyaan bila ada hal-hal yang kurang
dimengerti. Jangan malu untuk bertanya jika kurang mengerti. Kesalahpahaman dapat
terjadi jika pendengar mencoba menyimpulkan apa yang dimaksud pembicara,
padahal ada hal-hal yang belum dimengertinya.
(Orang sukses bukanlah orang yang banyak bicara, tapi banyak mendengar)
25. Kurang Antusias Mendengarkan
Bagaimana cara mengatasi peserta yang kurang antusias mendengarkan ketika
saya menyampaikan materi karena ia merasa sudah tahu tentang materi itu?
Peserta yang kurang antusias mendengarkan karena merasa sudah tahu tampak
pada sikapnya yang kurang memperhatikan dan terkesan angkuh. Ini merupakan
salah satu penyakit dakwah yang perlu diobati karena di dalamnya terkandung
kesombongan dan ujub (kebanggaan pada diri sendiri). Lagi pula ajaran Islam
adalah ajaran yang perlu disampaikan berulang-ulang, sehingga sudah
sepatutnya pula perlu didengarkan berulang-ulang.
Untuk mengatasinya, Anda perlu menyampaikan taujih tentang bahaya
kesombongan dan apa saja karakteristik orang sombong. Salah satu karakteristik
orang sombong adalah tidak mau mendengarkan pembicaraan orang lain, karena
merasa sudah tahu. Sampaikan juga bahwa seringkali manusia bukan memperhatikan
apa yang dibicarakan, tapi siapa yang bicara. Ini adalah penyakit komunikasi yang
dapat merugikan orang itu sendiri, karena dapat terjebak pada figuritas tanpa bersikap
kritis terhadap kebenaran yang disampaikan.
Selain memberikan taujih, Anda juga perlu melakukan instrospeksi terhadap cara
penyampaian materi Anda. Mungkin yang Anda sampaikan terlalu monoton dan
kurang variatif, sehingga terkesan tidak ada yang baru dari apa yang Anda sampaikan.
Sebenarnya Anda dapat memancing perhatian peserta dengan cara memberikan
sentuhan baru terhadap materi yang Anda berikan. Misalnya dengan memasukan
data, dalil, ilustrasi atau contoh baru.
(Tidak mau mendengarkan orang lain karena merasa sudah tahu merupakan ciri orang
yang sombong)
26. Terlalu Banyak Bertanya
Bagaimana cara mengatasi peserta yang terlalu banyak bertanya pada pertemuan
halaqah?

Terlalu banyak bertanya disebabkan beberapa hal, antara lain :


1. Keingintahuan yang besar
Orang dengan tipe semacam ini bertanya dengan pertanyaan yang semakin lama
semakin mendalam dan seringkali tidak puas dengan jawaban yang diberikan. Ia juga
seringkali bertanya tentang sesuatu yang tidak relevan lagi dengan kepentingannya.
Untuk mengatasinya, Anda perlu bersikap tegas dengan menghentikan pertanyaannya
sampai pada apa yang relevan untuk kepentingannya. Katakan padanya bahwa
keingintahuan yang besar merupakan hal yang positif, tapi tidak semua yang ingin
diketahui dapat sekaligus terjawab pada saat itu juga. Sebab bisa jadi kalau dijawab
sekaligus malah membingungkan dan menjadi beban baginya, seperti ibroh yang
terdapat pada kisah Khidr dan Nabi Musa as pada surah Al Kahfi ayat 60-82.
2. Suka berandai-andai
Orang yang suka berandai-andai seringkali mengajukan pertanyaan yang sulit untuk
dijawab karena ia berandai-andai dengan sesuatu yang belum terjadi atau yang tidak
mungkin terjadi. Cara mengatasinya adalah dengan menegurnya bahwa Nabi
Muhammad saw sendiri tidak suka dengan orang yang suka berandai-andai karena
akan mempersulit dirinya sendiri. Bahkan dapat berdampak pada kekufuran.
3. Menguji kemampuan
Biasanya orang yang termasuk tipe ini, ketika bertanya tidak puas hanya dengan
jawaban singkat. Biasanya ia menuntut data dan dalil yang beragam. Jika Anda tidak
bisa menjawabnya, kadangkala ia yang malah menjawabnya. Untuk mengatasinya,
Anda perlu memberikan taujih tentang adab bertanya. Salah satunya tentang kurang
terpujinya maksud bertanya jika sekedar untuk mengetes orang lain. Sikap tersebut
merupakan sikap pengecut, karena bisa menjatuhkan orang lain dengan cara yang
curang. Orang lain tidak akan menaruh simpati kepada mereka yang bertanya padahal
ia sudah tahu jawabannya dan hanya sekedar mengetes orang yang ditanya.
4. Menegaskan pendapat
Pertanyaan orang tipe ini seringkali mengulang-ulang apa yang sudah jelas
jawabannya. Ia kurang puas dengan jawaban yang kurang sesuai dengan pendapatnya,
sehingga ia mengulangnya dengan harapan lama kelamaan mendapatkan jawaban
yang sesuai dengan pendapatnya. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan
jawaban yang konstan dan tegas, serta tidak terpengaruh dengan pendapatnya. Ia juga
perlu diberikan penjelasan bahwa tujuan bertanya adalah untuk mencari kebenaran.
Pendapat bisa saja benar atau salah. Orang yang bersikukuh dengan pendapatnya
walau salah adalah orang yang takabur dan keras kepala. Ia dapat terjerumus pada
kesesatan, seperti terjadi pada kisah Bani Israil yang terus bertanya kepada Nabi Musa
as ketika diperintahkan untuk memotong sapi betina (QS. Al Baqarah : 67-74).
Seorang muslim sudah sepatutnya menerima kebenaran walau tidak sesuai dengan
pendapatnya. Orang yang selamat di dunia dan akhirat adalah orang yang bersedia
menerima kebenaran dari siapa saja tanpa sikap keras kepala terhadap pendapatnya
sendiri.
(Malu bertanya sesat di jalan, terlalu banyak bertanya sesat pemahaman)
27. Bertanya di luar topik
Bagaimana cara mengatasi peserta yang sering bertanya di luar topik materi yang
disampaikan?

Peserta yang bertanya di luar topik biasanya karena ia mempunyai masalah yang
mendesak untuk dipecahkan. Sikap Anda adalah melayani dan menjawab pertanyaan
tersebut. Hal ini karena sudah menjadi tugas Anda sebagai murobbi untuk membantu
persoalan yang dihadapi peserta. Namun Anda tidak perlu menjawabnya dengan
panjang lebar, sehingga banyak menyita waktu. Jawablah seperlunya. Jika ia kurang
puas, ajak ia untuk membicarakan hal tersebut di luar forum.
Namun ada juga peserta yang sering bertanya di luar topik materi karena
keinginan untuk menonjol (populer), sehingga ia mencari-cari pertanyaan. Jika bahan
pertanyaan tak ia dapatkan dari topik materi yang disampaikan, ia mencari-cari bahan
pertanyaan lain walau tidak relevan dengan topik materi. Cara mengatasi peserta yang
seperti ini adalah membuat aturan bahwa pertanyaan yang diajukan harus sesuai
dengan topik yang disampaikan, kecuali bila ada masalah yang mendesak maka baru
boleh bertanya di luar topik materi yang disampaikan.
(Pandai mengatur hidup dimulai dari pandai mengatur pertanyaan)

BAB IV
PROBLEM PERSONAL

28. Peserta Jarang Hadir


Bagaimana cara memotivasi peserta halaqah yang jarang hadir?
Peserta yang jarang hadir dalam pertemuan halaqah biasanya karena
motivasi yang rendah. Ada dua faktor yang menyebabkan motivasi menjadi
rendah, yaitu faktor orang itu sendiri (intrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Jika motivasi yang rendah berasal dari orang itu sendiri, maka hal
itu bisa karena kurang menyadari pentingnya halaqah, kurang disiplin, pemalas,
pembosan, dan kurang mandiri. Namun biasanya peserta yang jarang hadir
tidak memberikan alasan sebenarnya saat ditanya. Mereka akan menjawab
dengan seribu satu alasan yang sesuai syari tentang ketidakhadirannya dalam
halaqah. Anda sebagai murobbi tentu perlu memahami bahwa sebagian besar
alasan tersebut bukanlah alasan sebenarnya. Alasan sebenarnya adalah
kurangnya motivasi.
Cara mengatasi peserta semacam itu adalah dengan memberikan motivasi agar
mau hadir secara rutin. Anda juga perlu memberikan taujih tentang kiat meningkatkan
motivasi terhadap diri sendiri (motivasi intrinsik). Kiat ini diberikan agar peserta
dapat memotivasi diri sendiri untuk hadir dalam halaqah. Kiat tersebut antara lain :
1. Mengetahui manfaatnya
Dengan mengetahui manfaat mengerjakan sesuatu, seseorang akan termotivasi untuk
mengerjakannya. Kalau bisa, cari tahu manfaat dari mengerjakan sesuatu yang sesuai
dengan kebutuhan, niscaya akan semakin besar motivasi untuk melakukannya.
Manfaat ini perlu dingat-ingat dan diyakini perolehannya agar motivasi tak pernah
padam.
2. Hindari alasan
Sebagian besar alasan adalah mengada-ada. Banyak orang yang berlindung pada
alasan agar tidak melakukan sesuatu. Padahal kalau direnungkan alasan tersebut tidak
tepat dan mengada-ada. Biasanya alasan mulai muncul ketika seseorang menunda
melakukan sesuatu. Semakin ditunda semakin banyak alasan yang akan dibuat,
sehingga semakin merasa logis untuk tidak mengerjakannya. Karena itu, jangan
menunda pekerjaan agar alasan tidak sempat muncul.
3. Lakukan sekarang juga
Semakin menunda untuk melakukan sesuatu, semakin menumpuk pekerjaan yang
harus dilakukan, sehingga semakin malas untuk mengerjakannya. Karena itu, lakukan
sekarang juga walau dalam keadaan berat dan terpaksa. Sebab motivasi itu seringkali
muncul bukan sebelum melakukan pekerjaan, tapi pada saat sedang melakukan
pekerjaan. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa
berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. At Taubah: 41)
4. Miliki sikap kemandirian
Orang yang mandiri akan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu daripada orang
yang tidak mandiri. Sebab orang yang mandiri sadar bahwa masa depannya
tergantung pada dirinya sendiri bukan dari orang lain. Hal ini akan membuat ia

bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu tanpa melemparkan tanggung jawab


kepada orang lain. Ia menjadi termotivasi melakukan sesuatu yang menjadi tanggung
jawabnya.
Selain menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri peserta, Anda juga perlu
menumbuhkan motivasi ekstrinsik dengan mewujudkan lingkungan halaqah yang
berciri :
1. Menghargai prakarsa dan kritik peserta
2. Berusaha memenuhi kebutuhan peserta
3. Membudayakan musyawarah/mufakat
4. Memberikan penghargaan/pujian
5. Mempercayai peserta
6. Memelihara sikap adil (tidak berat sebelah)
7. Memperkuat identitas bersama
8. Melakukan pengawasan secara wajar (tidak terlalu ketat)
9. Mendorong inisiatif dan kreativitas peserta
Bila Anda berhasil mewujudkan lingkungan dengan ciri di atas, kemudian Anda
juga rajin mengingatkan peserta untuk memiliki motivasi intrinsik, niscaya peserta
yang tadinya jarang hadir akan menjadi lebih rajin untuk hadir dalam halaqah.
(Jangan tunggu termotivasi, baru berbuat. Berbuatlah! Niscaya Anda
termotivasi)
29. Peserta Sering Terlambat
Apa yang perlu saya lakukan jika beberapa peserta halaqoh sering datang
terlambat?
Cara mengatasinya sama seperti yang harus dilakukan untuk menghadapi peserta
yang jarang hadir tersebut di atas. Yakni dengan menumbuhkan motivasi intrinsik
pada diri peserta dan menciptakan lingkungan yang dapat memotivasi peserta
(motivasi ekstrinsik). Selain itu, Anda bisa juga membuat aturan atau sangsi yang
tegas tentang masalah keterlambatan dan menjalankannya dengan konsisten.
(Biasakanlah terlambat! Niscaya Anda biasa juga kehilangan kesempatan)
30. Iri terhadap Keberhasilan Orang Lain
Salah seorang peserta pernah curhat (mencurahkan isi hati) kepada saya bahwa ia
seringkali iri dengan keberhasilan orang lain. Bagaimana merubah sifatnya?
Anda perlu menjelaskan kepadanya tentang hakekat iri. Iri adalah salah satu
penyakit hati. Orang yang iri hatinya akan selalu gelisah terhadap keberhasilan orang
lain. Ia mempunyai anggapan bahwa keberhasilan orang lain akan mempersempit
peluang dirinya untuk berhasil. Paradigmanya tentang dunia seperti orang berebut
kue. Jika orang lain mendapatkan kue, maka peluangnya untuk mendapatkan kue
tersebut menjadi kurang. Karena jatah kuenya berkurang, lalu ia menjadi iri terhadap
keberhasilan orang lain. Padahal Allah telah menentukan takdir setiap orang bukan
seperti paradigma berebut kue. Setiap orang pada dasarnya menjalankan takdirnya
masing-masing. Takdir seseorang tidak akan tertukar dengan takdir orang lain. Jika
ada orang yang berhasil, sesungguhnya ia hanya menjalankan takdirnya sendiri tanpa

mengurangi jatah takdir orang lain sedikit pun. Maka orang yang iri pada dasarnya
adalah orang yang memiliki pemahaman yang sempit terhadap takdir Allah.
Hal inilah yang perlu Anda jelaskan kepada peserta yang iri tersebut. Mudahmudahan ia segera sadar dan bertaubat, sehingga hatinya menjadi bersih dari penyakit
iri.
(Takdir kita tidak akan tertukar dengan takdir orang lain. Lalu mengapa kita iri
terhadap keberhasilan orang lain?)
31. Peserta yang Mengantuk
Saat halaqah sedang berjalan, ada peserta yang sering mengantuk. Bagaimana cara
mengatasinya?
Biasanya, peserta yang sering mengantuk karena terlalu lelah, suasana yang
monoton, atau memang mempunyai kebiasaan ngantukan. Ada beberapa alternatif
untuk mengatasi peserta yang suka mengantuk :
1. Mengubah suasana monoton menjadi dinamis. Metode penyampaian Anda
perlu diubah, dari yang tadinya monoton dan satu arah (analog) menjadi variatif dan
dua arah (dialog). Misalnya, metode penyampaian tidak melulu ceramah, tapi dengan
metode diskusi, studi kasus, games (permainan), simulasi, bermain peran (role play),
dan lain-lain. Ditunjang juga dengan intonasi suara, mimik wajah, dan gerakan tubuh
yang ekspresif.
2. Meminta peserta yang suka mengantuk duduk di dekat Anda atau Anda
sendiri yang duduk di dekatnya. Dengan berada di dekatnya, Anda membuat dia
sungkan untuk mengantuk. Paling tidak suara Anda akan terdengar lebih jelas
olehnya, sehingga mencegahnya untuk mengantuk.
3. Memintanya untuk cuci muka atau berwudhu.
4. Bila sering mengantuk karena terlalu lelah, Anda perlu menasehatinya untuk
istirahat yang cukup sebelum datang pada pertemuan halaqah.
5. Merubah waktu pertemuan halaqah ke waktu yang lebih fresh. Misalnya, peserta
sering mengantuk jika waktu pertemuannya malam hari. Anda perlu mencoba untuk
memindahkan waktu pertemuan menjadi sore hari atau pagi hari (bada subuh).
6. Ketika acara halaqah tengah berlangsung dan ada peserta yang mengantuk,
sesekali Anda perlu memberi keleluasaan padanya untuk tidur beberapa saat. Setelah
itu bangunkan ia. Biasanya hal ini akan membuatnya merasa lebih segar, karena sudah
diberi waktu untuk tidur.
(Sampai taraf tertentu, mengantuk bisa dikalahkan dengan motivasi yang tinggi)
32. Enggan Berinfaq
Ada peserta halaqoh saya yang enggan berinfaq, termasuk berinfaq untuk kas
halaqoh. Bagaimana cara saya menyadarkannya tentang pentingnya berinfaq?
Peserta yang enggan berinfaq merupakan indikasi dari sifat pelitnya (bakhil).
Enggan berinfak juga merupakan indikasi enggan berkorban. Padahal menjadi muslim
dan dai membutuhkan pengorbanan yang tinggi. Khusus untuk kas halaqah, infaq ini
bermanfaat untuk membiayai kegiatan-kegiatan amal jamai (aktivitas bersama)
halaqah. Produktivitas amal jamai salah satunya ditentukan oleh jumlah infaq
halaqah yang berhasil dikumpulkan.

Karena itu sebagai murobbi, salah satu tugas Anda adalah mendidik peserta agar
gemar berinfak. Walaupun peserta kurang mampu dari segi ekonomi, Anda tetap perlu
menumbuhkan kebiasaan gemar berinfak pada diri peserta. Sebab dalam infak yang
penting bukan jumlah infaknya, tapi keikhlasannya.
Cara mengatasi peserta yang enggan berinfak adalah dengan memberikan taujih
tentang urgensi infaq dalam Islam. Kalau perlu topik ini disampaikan berulang-ulang
pada berbagai kesempatan sampai kegemaran berinfaq peserta tumbuh.
Selain itu, Anda juga perlu menciptakan lingkungan halaqah yang kondusif untuk
berinfaq, antara lain dengan cara :
1. Menetapkan agenda acara khusus untuk berinfaq. Pada agenda tersebut, halaqah
dapat melakukan berbagai kegiatan infaq, seperti memungut infaq dari peserta,
melaporkan jumlah infaq halaqah, memberikan taujih singkat tentang infaq,
mengevaluasi infaq peserta di luar halaqah, dan membicarakan pemberdayaan infaq
dari peserta atau dari sumber di luar halaqah.
2. Menentukan batas minimal infaq halaqah setiap pertemuan. Hal ini untuk melatih
peserta mau berinfaq dan juga mengakselarasi pertambahan jumlah kas halaqah untuk
kegiatan amal jamai.
3. Membuat aturan tata tertib halaqah yang salah satu sangsinya adalah berinfaq.
4. Sesekali, perlu juga membacakan jumlah infaq halaqah dari masing-masing
peserta pada periode tertentu. Hal ini bukan untuk riya, tapi untuk memberikan
motivasi kepada peserta agar memperbanyak infaq.
5. Mengubah cara memungut infaq halaqah dari tertutup menjadi terbuka. Misalnya,
dahulu infaq halaqah dikumpulkan dengan menggunakan kotak yang diedarkan
(tertutup), maka sekarang uang infaq diletakkan di tengah-tengah halaqah tanpa
ditutup-tupi (terbuka).
6. Menganjurkan agar peserta memberikan zakatnya kepada halaqah. Bahkan untuk
halaqah yang telah memiliki kesadaran infaq tinggi dapat diharuskan untuk
menyerahkan zakatnya kepada halaqah. Namun hal ini perlu ditunjang dengan
mekanisme pemungutan dan penyaluran zakat yang adil dan tegas.
(Infaq bukan pengeluaran (cost), tapi investasi)
33. Tidak Melaksanakan Tugas
Untuk lebih memahami materi dan meningkatkan kedisiplinan, saya sering
memberikan tugas kepada peserta. Namun ada di antara peserta yang sering tidak
melaksanakan tugas. Bagaimana sikap saya terhadapnya?
Anda perlu secara tegas menanyakan kepadanya mengapa ia tidak melaksanakan
tugas tersebut. Anda perlu mendapatkan penjelasan yang logis darinya. Kalau perlu
Anda membicarakannya secara khusus dengan memanggilnya di luar halaqah.
Ada beberapa murobbi yang membiarkan peserta halaqahnya tidak melaksanakan
tugas dan tidak menanyakan alasannya. Hal ini dapat berdampak pada pengabaian
tugas selanjutnya. Peserta menjadi meremehkan tugas dan berbuat seenaknya,
sehingga sulit diatur. Padahal salah satu esensi halaqah adalah membentuk kader
dakwah yang taat kepada pemimpinnya (dalam hal ini murobbi), sehingga mereka
menjadi barisan yang teratur seakan-akan bangunan yang kokoh. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh (QS. 61 : 4).

Setelah Anda menanyakan kepadanya apa sebabnya ia tidak melaksanakan tugas,


barulah Anda mencari jalan keluarnya. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan
adalah :
1. Sebab : Peserta belum memiliki pemahaman tentang ketaatan kepada
murobbi
Cara mengatasinya : memberikan taujih tentang ketaatan kepada murobbi. Anda perlu
menjelaskan bahwa murobbi adalah pemimpin dakwah, sehingga perlu ditaati. Jika
murobbi sebagai pemimpin tidak ditaati, maka barisan dakwah akan kacau balau.
Ketaatan kepada murobbi sebagai pemimpin hanya bisa batal jika perintahnya
bertentangan dengan syari. Murobbi tetap perlu ditaati walau perintahnya
bertentangan dengan pendapat peserta. Inilah esensi ketaatan dalam dakwah dan
jamaah yang perlu Anda jelaskan secara berangsur dan berulang-ulang kepada
peserta, sehingga peserta memiliki pemahaman yang utuh tentang ketaatan terhadap
murobbi.
2. Sebab : Peserta merasa sulit melaksanakan tugas
Cara mengatasinya : Tanyakan kepada peserta apakah ia telah mencobanya. Jika
jawabannya belum, minta ia mencobanya terlebih dahulu. Beri motivasi kepadanya
agar tidak cepat menyerah dan menyimpulkan tugas itu sulit padahal belum
dicobanya. Seringkali suatu tugas itu sulit dalam bayangan, tapi ternyata tidak sulit
ketika dikerjakan. Namun jika ia telah mencobanya dan ternyata memang sulit, Anda
perlu merevisi tugas tersebut agar lebih mudah dikerjakan.
Yang perlu dipahami, tidak semua orang dapat memikul beban tugas yang sama.
Berikan tugas sesuai dengan kemampuan orang yang diberi tugas. Jika pun Anda
ingin melatihnya untuk mendapatkan tugas yang lebih berat, lakukan secara bertahap
agar ia tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakannya.
3. Sebab : Peserta tidak sependapat dengan tugas yang diberikan
Cara mengatasinya : Beri kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pendapatnya. Peserta bisa tidak sependapat dengan murobbi pada aspek tujuan,
strategi, teknis pelaksanaan atau partner tugas. Bila perlu, Anda mengalah pada
pendapatnya selama hal itu tidak menyimpang dari prinsip Islam dan dakwah. Jika
pendapatnya sudah menyimpang dari prinsip, nasehati ia agar taat pada perintah Anda.
Tegaskan posisi Anda sebagai pemimpin dakwah. Berikan dalil aqli dan naqli untuk
mendukung perintah Anda. Jika ia tetap membantah, sampaikan kepadanya bahwa
Anda kecewa (dapat dilakukan dengan kata-kata atau dengan isyarat non verbal).
Untuk sementara Anda dapat menyimpulkan bahwa peserta tersebut belum paham
tentang ketaatan kepada murobbi. Anda perlu waktu lebih banyak lagi untuk
membimbingnya.
Sebagai tambahan, jika peserta tersebut sudah lama halaqah dan ia telah berkalikali tidak melaksanakan tugas semata-mata karena berbeda pendapat dengan Anda.
Anda perlu memberikan sangsi kepadanya secara bertahap. Mulai dari yang ringan,
seperti peringatan lisan, sampai kepada yang berat, seperti memindahkannya ke
murobbi lain.
4. Sebab : Peserta tersinggung dengan cara murobbi memberikan tugas
Cara mengatasinya : Ada juga peserta yang tidak mau melaksanakan tugas karena ia
tersinggung dengan cara murobbinya memberikan tugas. Mungkin kata-kata murobbi
terlalu kasar, menyinggung harga diri atau terlalu menggurui. Karena itu sebagai
murobbbi, Anda perlu menyesuaikan cara memerintah Anda dengan karakter orang
yang Anda perintah. Orang yang sensitif perasaannya perlu diberi perintah dengan

cara persuasif atau sindiran. Namun orang yang tidak sensitif perasaannya, bisa Anda
perintah dengan cara yang lebih keras dan langsung.
5. Sebab : Peserta tidak sempat mengerjakan tugas karena sibuk atau ada masalah.
Cara mengatasinya : Jika peserta tidak bisa melaksanakan tugas karena sibuk atau ada
masalah, maka Anda perlu menelitinya apakah kesibukan atau masalahnya termasuk
mendesak dan penting atau tidak. Contoh kesibukan atau masalah yang mendesak dan
penting, antara lain adalah sakit, mempersiapkan ujian kuliah, mengurus anak yang
sakit, isteri melahirkan, tugas mendadak dari kantor, mempersiapkan walimah, atau
menghadiri acara penting keluarga. Jika termasuk penting dan mendesak, Anda
sebagai murobbi perlu memakluminya. Namun jika setelah diteliti ternyata
kesibukannya tidak penting dan tidak mendesak, Anda perlu menasehatinya agar
menyediakan waktu dan perhatian untuk dapat melaksanakan tugas yang Anda
berikan.
6. Sebab : Pemberian tugas kurang jelas, sehingga peserta bingung
melaksanakannya.
Cara mengatasinya : Anda perlu membuat tugas yang jelas. Beberapa faktor yang
perlu Anda perhatikan dalam memberikan tugas adalah :
a. Jelaskan tujuan yang ingin dicapai
b. Jelaskan sarana yang dapat digunakan
c. Jelaskan larangan yang tidak boleh dilanggar
d. Jelaskan jadwal penyelesaian tugas
Sebaiknya semua faktor diatas dibuat dengan terukur (kuantitatif) dan ditulis,
sehingga menjadi jelas dan tidak menimbulkan interprestasi berbeda.
7. Sebab : Terlalu banyak memberikan tugas
Cara mengatasinya : Jangan terlalu banyak memberikan tugas. Apalagi memberikan
tugas secara simultan dan beruntun. Hal ini dapat membuat peserta menjadi
kewalahan, bosan, dan stres. Akhirnya, mereka masa bodoh terhadap tugas yang
diberikan. Berikan tugas secara wajar. Tidak terlalu sering, tapi juga tidak terlalu
jarang. Sebab jarang memberi tugas juga akan membuat wawasan dan pengalaman
peserta menjadi lambat berkembang. Selain itu, lama kelamaan peserta akan merasa
kurang diperhatikan dan kurang diberdayakan oleh murobbinya. Bisa jadi ia akhirnya
merasa kurang dihargai dan kurang diakui keberadaannya dalam dakwah.
(Mengabaikan ketaatan berarti mengabaikan kekuatan jamaah)
34. Lambat Memahami Materi
Mengapa kadang ada peserta yang lambat memahami materi, meski saya telah
menyampaikannya dengan jelas dan gamblang? Bagaimana cara mengatasinya?
Peserta yang lambat memahami materi bukan berarti kecerdasannya kurang.
Tetapi ia mungkin belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan potensi
kecerdasannya. Saat ini ilmu pengetahuan modern telah berhasil mengidentifikasi
kecerdasan manusia menjadi beragam. Tidak hanya faktor IQ (Intelectual Quotient)
saja seperti dulu. Kecerdasan manusia dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu
kecerdasan analitik, bahasa, kinestetik, visual, audio, interpersonal, dan intrapersonal.
Jadi jika ada peserta yang lambat memahami materi, mungkin ia belajar dengan cara
yang tidak sesuai dengan tipe kecerdasannya. Sebagai contoh, jika Anda sering
menyampaikan materi dengan metode ceramah, maka orang yang memiliki
kecerdasan kinestetik atau visual akan sulit memahami. Metode ceramah hanya cocok

untuk mereka yang memiliki kecerdasan audio. Karena itu, Anda perlu
menyampaikan materi dengan berbagai metode belajar (tidak hanya ceramah),
sehingga dapat lebih dipahami oleh banyak orang dengan tipe kecerdasan yang
berbeda-beda.
Namun bisa jadi peserta yang lambat memahami materi itu adalah orang yang
kecerdasannya sangat kurang (agak idiot). Jika ini yang terjadi, Anda perlu
menanganinya secara khusus. Berikan ia waktu tambahan untuk mengaji privat
dengan Anda. Disitu Anda perlu memberikan materi dengan kecepatan bicara yang
lambat, kalimat yang diulang-ulang, bahasa yang sangat sederhana, serta ditunjang
dengan tulisan, gambar atau alat peraga yang cukup. Bisa juga ditambah dengan
tugas-tugas sederhana yang sesuai dengan materi. Misalnya, untuk memahami materi
mengenal Allah (marifatullah), ia diberi tugas menulis nama-nama Allah (asmaul
husna) dalam bahasa Indonesia. Untuk memahami materi mengenal Al Quran
(marifatul quran), ia diberi tugas menghapal nama-nama Al Quran.
(Pada dasarnya setiap orang cerdas. Cara belajar yang salah yang membuat
orang tidak cerdas)
35. Lambat Mencatat Materi
Jika saya menyampaikan materi dengan menggunakan tulisan Arab, ada di antara
peserta yang lambat dan selalu ketinggalan mencatat materi. Bagaimana sikap
saya terhadap peserta yang lambat mencatat materi?
Lambat mencatat materi disebabkan peserta kurang terbiasa mencatat atau karena
ia harus mencatat dalam bahasa yang asing baginya (bahasa Arab). Peserta yang
lambat mencatat dapat membuat ia kurang konsentrasi mendengarkan Anda
menjelaskan materi, karena ia harus mencatat sambil mendengarkan. Sebetulnya
lambat mencatat dapat teratasi dengan sendirinya jika peserta semakin terbiasa
mencatat. Namun sementara ia menyesuaikan diri dengan belajar mencatat lebih
cepat, Anda perlu membantunya dengan memberikan kesempatan padanya untuk
mencatat. Artinya, Anda perlu memberi waktu jeda padanya untuk mencatat dan tidak
langsung menerangkan atau beralih ke topik lain. Anda juga jangan terlalu banyak
mencatat di papan tulis tanpa memberikan waktu kepadanya untuk menyalinnya.
Cara lain yang dapat Anda lakukan adalah membuat tulisan mengenai pokokpokok pikiran yang akan Anda sampaikan di kertas. Kemudian bagikan kertas tersebut
kepada peserta, sehingga mereka hanya tinggal menambahkan catatan tambahan di
kertas tersebut. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak ketinggalan dalam
mencatat materi. Selain itu juga memberi kesempatan lebih banyak kepada mereka
untuk mendengarkan apa yang Anda sampaikan.
(Semakin terbiasa kita melakukan sesuatu, semakin cepat kita mengerjakannya)
35. Emosi yang Labil
Bagaimana cara mengatasi peserta yang emosinya labil (cepat berubah-ubah)?
Peserta yang emosinya berubah-ubah dan labil terlihat pada sikapnya yang cepat
gembira, tapi juga cepat sedih. Cepat menyukai seseorang, tapi cepat juga membenci.
Ia juga tidak tahan terhadap tekanan, sehingga cepat patah semangat dan stres.

Kemauannya juga berubah-ubah, misalnya sekarang mengatakan iya, tidak lama


kemudian mengatakan tidak. Pendek kata orang lain mengalami kesulitan untuk
memahami perasaannya, karena perasaannya cepat berubah-ubah dan labil.
Cara mengatasi peserta yang emosinya labil adalah dengan memberikan taujih
tentang pengendalian emosi dan ketahanan mental. Di dalam taujih, Anda bisa
selipkan kisah para nabi, sahabat atau ulama yang hidupnya penuh dengan cobaan tapi
mampu menghadapinya dengan mental yang kuat.
Selain taujih, Anda perlu memberikan latihan-latihan yang dapat memperkuat
emosinya. Beberapa cara dan sarana latihan yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengikutkan ia pada pelatihan-pelatihan pengembangan pribadi, terutama
pelatihan kecerdasan emosi, motivasi, konsep diri, pengendalian stres, dan
manajemen diri.
2. Mengadakan acara simulasi atau games di dalam halaqah yang terkait
dengan pengembangan emosi.
3. Mengadakan acara mukhayyam atau rihlah yang didalamnya terkandung
pelajaran tentang kerjasama, pengendalian diri, sabar, dan kemampuan
bertahan hidup (survival).
4. Meminta ia ikut serta dalam organisasi/kepanitiaan, sehingga ia bisa belajar
menghadapi berbagai karakter orang.
5. Meminta ia membimbing anak-anak, misalnya mengajar TPA atau pengajian
anak-anak. Disitu ia dituntut untuk sabar dan mampu mengendalikan diri.
6. Memberikan tugas mengisi dauroh/ceramah yang tempatnya agak jauh dan
sulit ditempuh, sehingga ia belajar tentang kesabaran dan keuletan.
Cara dan sarana di atas hanyalah contoh. Anda dapat melakukan cara lain yang
berbeda. Tapi intinya Anda harus melatih emosi dan mentalnya supaya lebih kuat dan
tahan uji. Melatih emosi orang membutuhkan waktu yang panjang. Karena itu, Anda
harus sabar dan konsisten membimbingnya.
(Emosi yang terlatih membuat orang tampak bijaksana)
36. Kurang Lancar Membaca Al Quran
Ada peserta yang meski sudah bertahun-tahun halaqoh, tapi ia tetap tidak lancar
membaca Al Quran. Bagaimana caranya agar ia dapat lebih lancar membaca Al
Quran?
Peserta yang tidak lancar membaca Al Quran disebabkan kurang rutin membaca
Al Quran. Jika setiap hari ia membaca Al Quran dengan jumlah tertentu, niscaya
akan lancar membaca Al Quran.
Hal yang perlu Anda lakukan adalah memantau bacaan Qurannya di luar halaqah
Anda misalnya dapat membuat formulir evaluasi ibadah harian yang salah satunya
berisi tentang aktivitas membaca Al Quran. Minta peserta untuk mengisinya setiap
pertemuan halaqah sebagai laporan aktivitas ibadah harian mereka sepekan yang lalu.
Bisa juga dengan cara sering menanyakan kepada mereka tentang berapa kali mereka
mambaca Al Quran dalam sepekan. Jika ada peserta yang belum rutin membaca Al
Quran setiap hari, motivasi mereka dengan taujih tentang pentingnya membaca Al
Quran secara rutin.
Cara lainnya adalah dengan meminta peserta yang lambat dan kurang
lancar membaca Al Quran untuk mengikuti kursus tilawah dan tahsin Al

Quran. Kursus tersebut sekarang sudah ada dimana-mana dan dengan biaya
yang cukup murah.
(Jika setiap hari membaca Al Quran, niscaya kita akan lancar membaca Al
Quran)
37. Lemahnya Ibadah Harian
Ketika saya mengevaluasi ibadah harian peserta, ternyata ada beberapa peserta
yang lemah dalam pelaksanaan ibadah harian, misalnya jarang sekali melakukan
sholat tahajud. Bagaimana sikap saya terhadap peserta yang lemah dalam
pelaksanaan ibadah harian?
Lemahnya ibadah harian, seperti sholat tepat waktu, tilawah Al Quran, zikir,
sholat sunat, qiyamul lail, dan lain-lain, dapat merupakan indikasi dari lemahnya iman
dan amal seseorang. Seorang muslim tidak mungkin imannya mantap dan amalnya
ikhlas kalau ibadah hariannya lemah. Oleh karena itu, cara yang paling efektif bagi
murobbi untuk mengetahui tingkat iman dan amal peserta adalah dengan memantau
perkembangan ibadah hariannya.
Cara mengatasi lemahnya ibadah harian peserta dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, dengan memberikan taujih berulang-ulang tentang pentingnya ibadah harian
dalam Islam. Kedua, dengan mengevaluasi ibadah harian peserta secara tertulis dan
lisan pada pertemuan halaqah. Sebelum Anda mengevaluasi ibadah harian peserta,
Anda perlu menyepakati bersama peserta jenis ibadah harian apa yang akan dievaluasi
dan berapa banyak target minimalnya. Setelah itu, Anda membuat formulir evaluasi
ibadah harian yang harus diisi pada setiap pertemuan halaqah. Formulir ini berisi
laporan aktivitas ibadah harian sepekan sebelumnya. Minta peserta mengisinya secara
jujur dan rutin.
Jika evaluasi tertulis ternyata belum mampu meningkatkan aktivitas ibadah harian
peserta, Anda perlu melakukan evaluasi secara lisan. Buat agenda acara khusus dalam
halaqah untuk mengevaluasi ibadah harian peserta secara lisan. Waktunya cukup 5
atau 10 menit dan tidak perlu mengevaluasi seluruh ibadah harian. Cukup satu atau
dua jenis ibadah harian yang dipilih secara acak dari daftar evaluasi ibadah harian.
Pada acara itu, Anda perlu menanyakan kepada peserta tentang berapa kali ibadah
harian yang mereka lakukan dalam sepekan. Jika kurang dari target, tanyakan apa
sebabnya dan beri motivasi untuk meningkatkannya di waktu mendatang. Kalau perlu,
Anda bisa membuat aturan sangsi bagi peserta yang ibadah hariannya kurang
memenuhi target. Hal ini terutama berlaku untuk halaqah yang pesertanya sudah
percaya (tsiqoh) kepada Anda dan sudah cukup lama usia tarbiyahnya.
(Cara efektif untuk mengetahui tingkat iman seseorang adalah dengan
mengetahui sejauh mana tingkat ibadah hariannya)
38. Sombong dan Ujub
Bagaimana cara mengatasi peserta halaqah yang masih memiliki sifat sombong
dan ujub?
Sombong dan ujub dapat diatasi dengan memberikan taujih tentang bahaya sifat
tersebut dalam Islam. Selain itu, Anda dapat melakukan beberapa kiat berikut :

1. Perlakukan ia secara wajar, jangan diistimewakan, termasuk dalam sapaan dan


perhatian.
2. Jangan puji dirinya, terutama ketika ia sedang memamerkan kesombongannya.
3. Adakan acara bedah buku tentang sombong. Minta peserta yang Anda indikasikan
memiliki sifat sombong untuk menjadi pembahasnya. Cara ini bertujuan agar ia dapat
menasehati dirinya sendiri.
4. Beri tugas kepada halaqah untuk menghapal doa-doa agar terhindar dari penyakit
ujub. Evaluasi hapalan mereka. Minta mereka untuk sering membaca doa tersebut.
5. Minta kepada peserta yang memiliki sifat sombong untuk menghadiri acara yang
didalamnya ada renungan (muhasabah) tentang sombong dan ujub..
6. Berikan kepadanya buku-buku atau kaset ceramah tentang bahaya sombong dan
ujub dalam Islam.
7. Ikut sertakan ia pada acara sejenis ploncoan agar ia merasa direndahkan dan
dihina.
8. Buat acara ke tempat-tempat kumuh atau ke panti-panti sosial agar ia merasa
bersyukur terhadap nikmat Allah yang diberikan kepadanya.
9. Tempatkan ia pada halaqah yang pesertanya dibawah dirinya, baik dalam
pemahaman maupun status sosial. Hal ini dimaksudkan agar ia merasa dirinya tidak
sehebat yang ia duga.
10. Nasehati ia secara langsung dalam pertemuan empat mata tentang sifat sombong
dan ujubnya.
(Sombong perlu dilawan dengan kesadaran bahwa hanya Allah SWT yang boleh
sombong)
39. Menyimpan Kemarahan
Akibat suatu kejadian, ada peserta yang sangat kecewa dan marah dengan teman
satu halaqahnya. Perasaan tersebut disimpannya dan tidak pernah
dikomunikasikan. Hal ini membuat ia menjauhi teman satu halaqahnya, sehingga
berdampak pada amal jamai dalam halaqah. Bagaimana cara mengatasinya?
Peserta yang menyimpan kemarahan harus segera diobati, karena hal itu
dapat menimbulkan dendam dan dengki. Cara mengatasinya dengan
memintanya untuk curhat (mencurahkan isi hati) kepada Anda sebagai
murobbinya. Jika ia merasa sungkan untuk curhat kepada Anda, Anda dapat
mengutus ikhwah lainnya untuk mendekatinya sampai ia mau curhat kepada
ikhwah tersebut. Dengan curhat, mudah-mudahan kemarahannya dapat
terlampiaskan, sehingga ia tidak lagi menyimpan kemarahannya.
Lebih baik lagi jika Anda atau ikhwah yang Anda utus bisa memberikan nasehat
kepadanya agar ia mau islah (melakukan perbaikan) dengan teman satu halaqahnya
yang telah membuatnya kecewa. Bisa juga islah tersebut diperantarai oleh Anda.
Biasanya, dengan cara mempertemukan langsung, permasalahan bisa jelas dan selesai.
Permasalahn menjadi besar dan berlarut-larut karena adanya kebuntuan komunikasi.
Masing-masing pihak tidak mau mengambil inisiatif untuk menyelesaikannya. Karena
itu, Anda perlu aktif untuk membantu menyelesaikannya.
(Keterbukaan dapat menghilangkan kemarahan)
40. Mengidolakan Murobbi

Bagaimana cara mengatasi peserta yang terlalu mengidolakan murobbinya?


Sebagai muslim kita hanya boleh mengidolakan Nabi Muhammad saw. Peserta
yang terlalu mengidolakan murobbinya merupakan salah satu penyakit dakwah,
kecuali jika peserta tersebut sekedar mengagumi murobinya, maka hal tersebut tidak
masalah.
Cara mengatasi peserta yang terlalu mengidolakan murobbinya adalah dengan
memberi taujih tentang dampak negatif dari sikap pengidolaan tersebut, antara lain :
1. Hilangnya sikap kritis dan tumbuhnya taqlid buta.
2. Hilangnya suasana saling menasehati antara murobbi dan peserta
3. Hanya mau menerima pendapat dan nasehat dari murobbi saja
4. Wawasan peserta menjadi sempit
5. Hilangnya sikap toleran terhadap perbedaan pendapat
6. Terlalu tergantung kepada murobbi
7. Hilangnya inisiatif dan kreativitas peserta
8. Sulit diajak beramal jamai di luar halaqah
9. Sulit dipindahkan, jika tiba saatnya harus pindah murobbi
Murobbi secara tak sadar bisa membuat peserta mengidolakannya. Misalnya,
dengan sikapnya yang terlalu memanjakan peserta. Persis seperti orang tua yang
memanjakan anaknya, sehingga anak menjadi tidak mandiri dan kehilangan rasa
percaya diri.
Ada juga murobbi yang secara sadar malah membiarkan peserta
mengidolakannya. Dengan alasan agar mudah diatur dan mudah disuruh-suruh.
Namun tanpa disadarinya, ia menjerumuskan peserta pada ketidakdewasaan sikap dan
perilaku.
(Tidak ada manusia yang patut diidolakan, kecuali Nabi Muhammad saw)
41. Ketahuan Pacaran
Bagaimana sikap saya jika ada di antara peserta di halaqoh saya yang ketahuan
pacaran, padahal ia sudah lama ikut halaqah?
Peserta yang pacaran, padahal sudah lama mengikuti halaqah, berarti tergoda
dengan bujuk rayu setan. Setan berupaya menggoda para dai dengan berbagai cara.
Salah satunya dengan pacaran agar sang dai bergelimang maksiat.
Jika infomasi ia pacaran Anda dapatkan dari ikhwah lain sebaiknya Anda meminta
ikhwah tersebut untuk menasehatinya secara langsung. Tapi jika ikhwah tersebut
sungkan, Anda yang harus berani menasehatinya dalam pertemuan empat mata.
Namun sebelum Anda memanggil dan menasehatinya, Anda harus yakin terlebih
dahulu tentang kebenaran informasi tersebut dengan mengumpulkan berbagai bukti
pendukung.
Peserta halaqah yang pacaran perlu diberikan alternatif pemecahan sebagai
berikut :
1. Segera menikah dengan pacarnya (sebaiknya tenggat waktunya tidak lebih
dari 6 bulan).
2. Jika ia belum segera mau menikah, ia harus memutuskan pacarnya.
Apapun alternatif yang ia pilih, Anda perlu memantau pelaksanaanya (termasuk
tenggat waktunya). Jika ia plin-plan (tidak segera menikahi pacarnya tapi juga tidak
memutuskannya), Anda perlu memberi peringatan sebanyak tiga kali pada rentang

waktu yang sama. Anda katakan padanya jika ia terus pacaran maka ia belum layak
untuk mengikuti halaqah. Karena halaqah adalah tempat bagi mereka yang serius
mengislamkan dirinya. Lalu jika setelah diberi peringatan sebanyak tiga kali, ia masih
pacaran juga, maka Anda keluarkan ia dari halaqah dengan cara yang baik.
(Pacaran tidak akan membuat orang yang menjalaninya serius mengamalkan Islam)
42. Tidak Memberi Kabar Jika Tidak Hadir
Bagaimana mengatasi peserta yang sering tidak memberi kabar jika tidak hadir
dalam halaqah?
Jika peserta tidak hadir tanpa kabar, Anda perlu menanyakan pada pertemuan
selanjutnya tentang alasan ketidakhadirannya. Jika alasannya layak dan sesuai syari,
Anda dapat memakluminya. Tapi jika tidak, Anda perlu menjadikan hal tersebut
sebagai bahan evaluasi perkembangan peserta.
Peserta yang sering tidak memberi kabar pada waktu tidak hadir dalam halaqah
dapat berdampak pada suzhon (sangka buruk) dari peserta lain atau dari Anda sendiri.
Selain itu, dapat dijadikan indikasi bahwa dia kurang serius mengikuti halaqah.
Yang perlu Anda lakukan adalah membuat aturan yang disepakati bersama bahwa
jika peserta tidak hadir dalam halaqah harus memberi kabar. Kabar tersebut bisa
disampaikan langsung ke Anda, bisa juga disampaikan melalui teman satu halaqah.
Tergantung dari kesepakatan. Kalau perlu aturan tersebut ditambah dengan pemberian
sangsi. Sangsi yang diberikan bisa berupa denda, push up, hafalan, dan sebagainya.
Jika setelah dibuat aturan ternyata masih ada juga peserta yang tidak memberi
kabar, Anda perlu mengingatkannya. Jika setelah diingatkan masih melanggar juga
(walau dengan berbagai alasan), Anda perlu menjadikan hal tersebut sebagai bahan
evaluasi perkembangan peserta.
(Sangka buruk dapat muncul dari ketidakjelasan informasi)
44. Tidak Hadir dalam Waktu yang Lama Tanpa Kabar
Saya mempunyai peserta halaqah yang sekarang ini tidak pernah hadir lagi tanpa
kabar. Bagaimana seharusnya sikap saya?
Sebenarnya peserta yang keluar dari halaqah tanpa kabar sama sekali jarang
terjadi. Namun jika hal itu terjadi mungkin disebabkan beberapa alasan berikut :
1. Terjadi kekecewaan mendalam pada diri peserta. Kekecewaan tersebut bisa
terhadap Anda, aturan/mekanisme halaqah, atau terhadap peserta lain.
Mungkin kekecewaan tersebut sudah dipendamnya sejak lama.
2. Kesibukan di tempat kerja atau kegiatan lain yang mendadak, sehingga ia
tidak sempat memberi kabar.
3. Pindah tempat tinggal atau pekerjaan ke kota lain yang cukup jauh.
4. Jenuh atau tidak tertarik lagi mengikuti halaqah.
Apa pun alasannya, jika ia tidak memberi kabar dalam waktu yang lama tentang
ketidakhadirannya pada halaqah, maka hal itu merupakan indikasi kurangnya
keseriusan dan penghargaannya terhadap halaqah. Mestinya ia memberi kabar
(meminta izin) kepada Anda atau melalui teman satu halaqahnya mengenai
ketidakhadirannya.

Anda sendiri mestinya juga tidak menunggu terlalu lama membiarkan ia tidak
hadir tanpa kabar. Anda perlu proaktif menghubunginya dan menanyakan sebab
ketidakhadirannya. Jika Anda sibuk, Anda dapat mendelegasikannya dengan meminta
teman satu halaqah yang dekat dengannya untuk menghubunginya dan menanyakan
sebab ketidakhadirannya.
(Jika Anda tidak tahu tentang kabar seseorang, segeralah mencari tahu!)
45.Tidak Hadir karena Sibuk
Peserta di halaqah saya sudah lama tidak hadir tanpa kabar. Setelah saya selidiki
ternyata ia tidak hadir karena kesibukan yang luar biasa di tempat kerjanya. Apa
yang perlu saya lakukan?
Anda perlu membiarkannya menyelesaikan kesibukannnya. Biarkan ia tidak hadir
dalam halaqah untuk beberapa lama. Anggap ia cuti dari halaqah. Namun Anda
sebaiknya terus memelihara kontak dengannya. Minta juga agar teman satu
halaqahnya memelihara kontak denganya. Mudah-mudahan dengan tetap memelihara
kontak dengannya, ia tetap merasa dekat dengan Anda atau teman satu halaqahnya.
Jika kesibukannya telah usai, ada tiga kemungkinan yang terjadi :
1. Ia akan menghubungi Anda untuk mengabarkan kesediaannya mengikuti halaqah
lagi.
Sikap Anda adalah menerimanya kembali. Kalau bisa kelompokkan ia ke halaqah asal
(sebelum ia cuti). Namun jika waktu cutinya terlalu lama, sehingga marhalah
(tingkat pemahaman) halaqah tersebut sudah berbeda dengannya, kelompokkan ia ke
halaqah lain yang pemahamannya sama dengannya. Jika Anda tidak memiliki
halaqah lain yang tingkat pemahamannya sama dengannya, pindahkan ia ke murobbi
lain.
2. Ia tidak menghubungi Anda karena tidak mau lagi ikut halaqah.
Sikap Anda adalah merelakannya keluar dari halaqah. Doakan ia supaya menjadi
muslim yang baik dan suatu ketika tergerak hatinya untuk ikut halaqah kembali.
3. Ia tidak menghubungi Anda, tapi menghubungi ikhwah lain untuk ikut halaqah di
tempat lain.
Sikap Anda adalah mengikhlaskannya bergabung dengan murobbi lain. Jangan merasa
tersinggung dan sakit hati, apalagi bersikap posesif. Sudah merupakan takdir Allah ia
bergabung dengan halaqah lain.
(Seringkali kontak-kontak yang sederhana namun sering lebih berharga
daripada kontak yang intim tapi jarang)
46. Kekecewaan terhadap Murobbi
Apa yang harus saya lakukan bila ada peserta halaqah yang kecewa terhadap saya
sebagai murobbinya?
Ada banyak alasan yang menyebabkan peserta kecewa terhadap murobbinya. Tapi
acapkali kekecewaan tersebut disimpan sendiri oleh peserta, dan seiring dengan
berjalannya waktu, ia bisa melupakan kekecewaan terhadap murobbinya.
Sebaiknya, sejak awal Anda memberikan pemahaman tentang posisi murobbi yang
hanya manusia biasa dengan segala kekurangan. Anda sampaikan kepada peserta
bahwa jika ada perbedaan pendapat atau sifat dengan Anda, selayaknya diselesaikan

dengan komunikasi terbuka dan kelapangan dada. Jangan disimpan sendiri karena hal
itu dapat menimbulkan kesalahpahaman dan permusuhan.
Namun ada juga peserta yang tingkat kekecewaan terhadap murobbinya sudah
begitu mendalam. Biasanya hal itu karena perbedaan pendapat atau sifat yang terlalu
mencolok. Kekecewaan tersebut ditunjukkan dengan cara jarang berkomunikasi
dengan Anda, jarang hadir, atau tidak hadir lagi dalam halaqah. Sikap Anda terhadap
peserta yang memiliki kekecewaan mendalam adalah :
1. Mencari informasi sebab yang lebih spesifik mengapa ia kecewa dengan Anda.
Perkataan, sikap atau peristiwa apa yang membuat ia kecewa. Anda dapat
mengetahuinya dengan menanyakan langsung kepadanya atau meminta ikhwah lain
yang dekat dengannya untuk membantu Anda mencari informasi.
2. Setelah Anda mengetahuinya, lakukan instrospeksi apakah kekecewaan peserta
tersebut disebabkan kesalahan Anda atau bukan. Jika disebabkan kesalahan Anda,
Anda perlu merubah perilaku Anda terhadapnya. Bila perlu Anda meminta maaf
kepadanya. Namun jika bukan merupakan kesalahan Anda, Anda perlu melakukan
klarifikasi (penjelasan) lebih lanjut kepadanya tentang persoalan yang membuat ia
kecewa. Jelaskan dengan persuasif. Jika ia mengkritik Anda, terimalah dengan lapang
dada. Bukan merupakan aib jika murobbi dikritik peserta halaqahnya. Bahkan
murobbi yang baik akan bersedia menerima kritik peserta yang tidak bertentangan
dengan syari atau kebijakan jamaah.
3. Jika setelah dilakukan langkah di atas ternyata ia masih kecewa juga, maka Anda
perlu memindahkannya ke murobbi lain. Sebab hubungan Anda dengannya sudah
kurang harmonis. Jika dipaksakan, dampaknya kurang baik untuk perkembangan jiwa
Anda dan dia. Lebih baik pindahkan ia ke murobbi lain yang karakternya lebih cocok
dengan peserta.
(Kekecewaan dapat terhapus dengan kebaikan yang banyak)
47. Pindah Tempat Tinggal ke Kota (Negara) Lain
Apa yang harus saya lakukan jika peserta pindah kerja atau tempat tinggal ke kota
(negara) lain?
Jika peserta pindah ke kota atau negara lain tanpa memberi kabar, maka Anda
tidak dapat berbuat apa-apa. Doakan saja agar disana ia tetap ikut halaqah. Namun
jika ia memberitahu kepindahannya kepada Anda, beri motivasi agar ia tetap ikut
halaqah di tempatnya yang baru. Pindahkan ia melalui prosedur baku pemutasian
yang berlaku dalam jamaah. Biasanya prosedur ini membutuhkan waktu yang agak
lama.
Alternatif lain yang dapat Anda lakukan adalah menghubungi ikhwah yang Anda
kenal di tempat itu. Minta ia membantu menempatkan peserta di sana. Jika Anda tidak
mempunyai kenalan ikhwah di tempat itu, cari informasi tentang ikhwah yang dapat
Anda hubungi di tempat itu. Hubungi ikhwah tersebut dan minta bantuannya untuk
menempatkan peserta disana.
(Dimana pun Anda berada, sebisa mungkin Anda harus halaqah)
48. Jenuh dan Tidak Tertarik Lagi Ikut Halaqah

Bagaimana jika ada peserta yang tidak hadir lagi ke halaqah dengan alasan sangat
jenuh dan tidak tertarik lagi ikut halaqah? Apa yang harus saya lakukan?
Anda perlu menghubunginya dan minta waktu untuk bertemu dengannya. Setelah
bertemu, beri motivasi agar ia kembali mau mengikuti halaqah. Anda juga bisa minta
kepada teman satu halaqah yang dekat dengannya untuk menghubunginya dan
memotivasinya. Katakan padanya bahwa rasa jenuh adalah hal yang lumrah. Tapi jika
terlalu lama hanyut dengan kejenuhan maka bisa merugikan diri sendiri. Di antara
kerugiannya adalah menunda datangnya hidayah Allah dan menunda datangnya
kesuksesan.
Jika setelah diberi motivasi ia masih tidak mau hadir dalam halaqah, relakan ia
dengan keputusannya. Doakan ia agar menjadi orang yang baik dan suatu ketika
hatinya tergerak untuk ikut halaqah kembali.
(Terlalu lama hanyut dalam kejenuhan berarti terlalu lama hanyut dalam
kubangan kegagalan)
49. Peserta yang Baru Dipindahkan
Saya baru mendapatkan transfer peserta dari murobbi lain. Peserta tersebut saya
satukan ke halaqah yang telah berjalan cukup lama. Bagaimana caranya supaya
peserta yang baru dipindahkan tersebut cepat berinteraksi dengan teman-teman
satu halaqahnya?
Peserta yang baru dipindahkan ke halaqah yang sudah lama berjalan perlu dibantu
untuk cepat berinteraksi dengan teman-teman satu halaqahnya. Cara yang dapat Anda
lakukan untuk mempercepat interaksi tersebut adalah :
1. Mengadakan acara taaruf (perkenalan), dimana peserta yang baru dipindahkan
bisa mengetahui biodata teman-teman satu halaqahnya, begitu pula sebaliknya. Lebih
baik lagi jika dalam acara taaruf dapat diungkapkan tentang karakter masing-masing.
2. Memberitahu kepadanya tentang sistem atau mekanisme yang ada dalam halaqah.
3. Meminta peserta yang baru dipindahkan untuk berperan aktif dalam pertemuan
halaqah (misal: memintanya untuk kultum, membuka/menutup acara, kesempatan
pertama untuk bertanya/mengemukakan pendapat, dan lain-lain). Dengan cara ini
diharapkan ia lebih cepat dikenal dan merasa diakui keberadaannya.
4. Mengadakan acara di dalam halaqah yang dapat membuat suasana cepat akrab
antara peserta yang baru bergabung dengan peserta lama (misalnya, permainan,
simulasi, dan lain-lain).
5. Mengadakan acara khusus di luar halaqah yang dapat membuat suasana cepat
akrab antara peserta yang baru dengan peserta lama (misalnya, rihlah, mukhoyyam,
mabit, dan lain-lain).
(Bantulah orang lain mengenali teman-temannya,
membantunya mengenali dirinya sendiri)

maka

Anda

50. Peserta ingin Menikah


Bagaimana sikap saya jika ada peserta yang ingin menikah?
Jika peserta ingin menikah, maka pertimbangkanlah hal-hal berikut ini :
1. Apakah ia telah siap secara mental (jiwanya sudah mantap dan dewasa)

telah

2. Apakah ia telah siap secara fikroh (mengetahui tujuan menikah, mengetahui


hak dan kewajiban suami isteri)
3. Apakah ia telah siap secara fisik (tidak ada penyakit yang dapat mengganggu
aktivitas seksualnya)
4. Apakah ia telah siap secara ekonomi (memiliki uang untuk membiayai
pernikahan dan rumah tangganya)
Jika ia telah siap, bantu ia untuk menikah. Jika belum siap, minta ia untuk
mempersiapkannya lebih dahulu.
Jika ia telah siap, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk
membantu peserta menikah:
1. Mencarikan jodoh yang sesuai dengannya. Prosesnya berawal dari meminta ia
membuat biodata (disertai foto) dan kriteria jodoh yang diinginkannya, mencarikan
jodoh dengan bantuan ikhwah/akhwat lain, jika cocok dilanjutkan dengan taaruf
(perkenalan), khitbah (melamar) dan akhirnya menikah (ijab qobul/walimah). Kalau
bisa seluruh proses ini tidak berlangsung lama. Waktu yang ideal adalah kurang dari
enam bulan.
2. Meminta ia mencari jodoh dengan perantara lain (ikhwan/akhwat di sekitarnya).
Prosesnya hampir sama denga cara pertama, bedanya hanya yang melakukan itu
semua adalah ikhwan/akhwat lain. Anda sebagai murobbi hanya mengawasi proses
tersebut dan memberi masukan jika perlu. Jika Anda kurang setuju dengan pilihannya,
Anda harus menyampaikan kepadanya tanpa sungkan dan dengan alasan yang kuat.
Anda tidak boleh berlepas tangan. Sebagai murobbi, Anda harus tetap bertanggung
jawab atas pilihannya. Sebab jika ia salah memilih jodoh, bukan hanya ia dan Anda
yang menyesal, tapi juga bisa menjadi beban dakwah di kemudian hari.
Dua cara tersebut bisa Anda ajukan kepadanya untuk memilihnya. Jika ia memilih
cara di luar dua cara tersebut (misalnya pacaran, pendekatan langsung kepada lawan
jenis, atau ngetekin), Anda harus melarangnya. Sebab hal tersebut tidak sesuai
dengan syari dan lebih banyak mudharatnya.
(Indahnya pernikahan dini, indahnya pernikahan tanpa pacaran)
51. Memilih Jodoh Berdasarkan Kecantikan/Kegantengan
Ada peserta halaqah yang memilih jodoh berdasarkan kecantikan/kegantengan
saja. Apa yang perlu saya lakukan?
Pemilihan jodoh berdasarkan kecantikan/kegantengan saja menunjukkan
kurangnya pemahaman terhadap cara mencari jodoh menurut Islam. Juga
menunjukkan dominasi syahwatnya. Ia terpesona dengan yang nisbi dan melupakan
yang esensi, yakni dien (agama). Biasanya peserta seperti ini tidak
mengungkapkannya secara terus terang. Namun hal itu dapat dilihat dari gelagatnya
yang sering menolak jodoh yang ditawarkan tanpa alasan jelas. Atau bersikukuh
dengan pilihannya walau ada masukkan kurang baik terhadap pilihannya.
Yang perlu Anda lakukan adalah menasehatinya dengan tegas. Katakan kepadanya
bahwa Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk memilih jodoh berdasarkan dien.
Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya dan diennya. Dapatkanlah wanita yang memiliki din, niscaya kedua
tanganmu akan penuh dengan debu (banyak rezeki) (HR. Bukhari-Muslim).
Anda katakan juga bahwa kecantikan bersifat fana dan memperdayakan, sedang dien

bersifat langgeng. Betapa banyak orang yang terpedaya dengan kecantikan yang
akhirnya terjerumus pada fitnah dan penderitaan.
Namun jika ia terus melangkah, Anda katakan padanya bahwa Anda dan
jamaah tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada pernikahannya
kelak.
(Kecantikan fisik itu semu, kecantikan rohani itu sejati)
52. Problem Suami Isteri
Apa yang harus saya lakukan jika peserta mempunyai persoalan rumah tangga
dengan suami/isterinya?
Jika Anda mendengar peserta mempunyai persoalan rumah tangga dengan
suami/isterinya, Anda jangan tergesa-gesa untuk ikut campur. Berikan kesempatan
kepadanya untuk menyelesaikan persoalannya. Anda hanya perlu memantau dan
melihat hasilnya. Namun jika peserta meminta nasehat dari Anda, berikan nasehat
Anda.
Jika persoalan tersebut berkembang menjadi besar dan berlarut-larut, baru Anda
ikut campur dengan membantu menyelesaikannya. Ada beberapa cara yang dapat
Anda lakukan untuk membantu :
1. Memanggil peserta dan meminta ia menyampaikan persoalan rumah
tangganya secara terus terang. Lalu beri ia masukkan untuk menyelesaikan
persoalannya.
2. Jika langkah pertama tidak menyelesaikan persoalan, hubungi murobbi dari
suami/isterinya untuk melakukan koordinasi mengenai persoalan rumah tangga
peserta. Minta juga agar murobbi suami/istri dari peserta memberikan nasehat
kepada suami/isteri peserta yang ditanganinya.
3. Jika belum selesai juga, minta peserta dan suami/isterinya untuk melakukan
musyawarah didampingi Anda dan murobbi suami/istrinya sebagai penengah.
(Untuk melatih kemandirian, biarkan seseorang menyelesaikan persoalannya
sendiri)

BAB V
PROBLEM SISTEM

53. Tidak Tercapainya Sasaran Tarbiyah


Apa saja sasaran tarbiyah dan bagaimana jika sasaran itu belum tercapai?
Anda terlebih dahulu harus mengetahui apa yang dimaksud sasaran tarbiyah.
Sasaran tarbiyah adalah sasaran yang harus dicapai peserta pada tingkat (marhalah)
tarbiyah tertentu. Secara umum sasaran tarbiyah adalah :
1. Tercapainya aqidah yang bersih (salimul aqidah)
2. Tercapainya ibadah yang benar (shohihul ibadah)
3. Tercapainya akhlaq yang kokoh (matinul khuluq)
4. Tercapainya penghasilan yang baik dan cukup (qodirul alal kasbi)
5. Tercapainya pikiran yang berwawasan (mutsafaqul fikr)
6. Tercapainya tubuh yang kuat (qowiyul jism)
7. Tercapainya kemampuan memerangi hawa nafsu (mujahidu linafsihi)
8. Tercapainya kemampuan mengatur segala urusan (munazhom fi syuunihi)
9. Tercapainya kemampuan memelihara waktu (haritsun ala waqtihi)
10. Tercapainya manfaat bagi orang lain (nafiun lighoirihi)
Setelah mengetahui sasaran tarbiyah, barulah Anda berupaya mencapainya.
Namun ada kalanya sasaran tarbiyah tidak tercapai atau tercapai dalam waktu yang
sangat lama. Hal tersebut karena :
1. Murobbi tidak mengetahui sasaran tarbiyah.
2. Murobbi sudah mengetahui sasaran tarbiyah, tapi tidak melaksanakannya dengan
konsekuen.
3. Jalannya halaqah tidak lancar, karena murobbi sering tidak hadir.
4. Pemberian materi sering tidak sesuai dengan sasaran tarbiyah.
5. Halaqah hanya asal jalan. Tidak memiliki sistem pengendalian yang baik.
6. Pribadi peserta yang lambat atau sulit berubah ke arah sasaran tarbiyah.
Cara mengatasinya dengan memperbaiki segala kekurangan di atas, yakni dengan:
1. Mengetahui sasaran tarbiyah dan mengetahui indikator keberhasilan untuk setiap
sasaran.
2. Mewarnai setiap program halaqah dengan sasaran-sasaran tarbiyah. Jangan terlalu
banyak program yang menyimpang dari sasaran tarbiyah.
3. Memperbaiki tingkat kehadiran murobbi, sehingga lebih rutin hadir dalam
halaqah.
4. Memberikan materi yang sesuai dengan sasaran tarbiyah. Jangan terlalu banyak
memberikan materi yang kurang sesuai dengan sasaran tarbiyah.
5. Membuat sistem pengendalian dan evaluasi yang terukur dan dilaksanakan secara
konsisten. Kalau perlu buat aturan penghargaan dan sangsinya (reward and
punishment).
6. Memberikan motivasi terus menerus kepada peserta untuk mau dan tidak
menunda-nunda merubah dirinya ke arah sasaran tarbiyah. Hal ini perlu ditunjang
dengan keteladanan dari murobbi.

(Fokuskanlah pada sasaran, nikmatilah prosesnya)


54. Materi Tidak Sistematis
Bagaimana cara menghindari pemberian materi yang kurang sistematis?
Pemberian materi yang kurang sistematis disebabkan faktor keinginan murobbi
untuk memberikan materi sesuai dengan kebutuhan peserta. Atau karena materi yang
telah diberikan tidak dicatat (didokumentasikan) dengan baik oleh murobbi.
Pemberian materi yang kurang sistematis dapat berdampak pada kurang tertatanya
pemahaman peserta dan tidak tercapainya sasaran tarbiyah.
Selain itu, pemberian materi yang kurang sistematis mempersulit peserta untuk
mentransfernya ke orang lain (ketika ia kelak menjadi murobbi). Karena itu sebagai
murobbi, sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan urutan pemberian materi.
Jika Anda ingin memberikan materi tidak berurutan disebabkan kebutuhan peserta,
Anda perlu memberitahu urutan materi tersebut kelak, yakni ketika mereka sudah tiba
saatnya untuk memegang halaqah. Suatu ketika (misalnya pada acara dauroh), Anda
juga perlu mengulang dengan singkat (talaqi) materi yang telah Anda berikan sambil
memberitahu urutannya. Hal ini agar alur pemahaman peserta terhadap materi benar
dan tertata.
Anda juga perlu mencacat materi yang telah Anda berikan agar tidak lupa mana
materi yang telah diberikan dan mana yang belum. Tidak dicatatnya materi
menyebabkan terjadinya pengulangan materi dan kurang sistematisnya Anda dalam
memberikan materi.
(Hidup yang tertata berawal dari pemahaman yang tertata)
55. Pengulangan Materi
Bolehkan saya sebagai murobbi mengulang materi yang telah saya sampaikan
pada waktu yang lalu?
Pengulangan materi sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan kejenuhan.
Selain itu, dapat mengurangi kredibilitas Anda sebagai murobbi karena terkesan hanya
memiliki stock materi terbatas. Pengulangan materi hanya boleh dilakukan jika
alasannya adalah:
1. Sebagian besar peserta tidak hadir ketika materi tersebut disampaikan di waktu
lalu.
2. Ada permintaan dari sebagian besar peserta untuk mengulang materi tersebut
karena dianggap penting dan menarik
3. Anda merasa perlu untuk mengulangnya sebagai solusi terhadap permasalahan
peserta. Namun Anda perlu melengkapinya dengan dalil dan ilustrasi yang baru agar
tidak membosankan.
(Hindari kejenuhan dengan melakukan sesuatu yang baru)
56. Disiplin Kehadiran yang Lemah
Bagaimana cara meningkatkan disiplin kehadiran dalam halaqah?
Anda perlu menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri peserta (telah diterangkan
pada problem nomor 28-Peserta Jarang Hadir). Namun perlu juga dipahami bahwa

disiplin kehadiran yang lemah bisa disebabkan tidak adanya aturan tentang
kedisiplinan, sehingga peserta menganggap dirinya boleh saja tidak hadir atau
terlambat tanpa uzur syari. Kalau pun aturan tersebut ada, tapi tidak dijalankan
secara tegas dan rutin, sehingga disiplin menjadi kendor dan tidak lagi diperhatikan.
Karena itu, aturan tentang disiplin kehadiran perlu dibuat dan dijalankan dengan
rutin. Di dalamnya terdapat sangsi bagi yang tidak disiplin kehadirannya (terlambat
atau tidak hadir tanpa uzur syari). Juga ada penghargaan bagi yang disiplin
kehadirannya. Sebaiknya, ketika menetapkan aturan disiplin dimusyawarahkan
dengan peserta agar mereka mempunyai rasa memiliki terhadap aturan tersebut.
Bentuk sangsi dari aturan disiplin harus bersifat mendidik. Juga jangan terlalu
berat atau terlalu ringan. Misalnya, setiap satu menit keterlambatan tanpa alasan yang
layak dan syari diberikan sangsi berupa denda uang dalam jumlah tertentu atau push
up satu kali. Jika tidak hadir tanpa alasan yang layak dan syari dikenakan sangsi
berupa denda uang dalam jumlah tertentu atau push up dua puluh kali. Sebaliknya,
penghargaan juga diberikan kepada peserta yang disiplin. Misalnya, jika hadir tepat
waktu selama tiga kali berturut-turut diberikan hadiah berupa uang atau barang. Jika
dalam sebulan tidak pernah absen, diberikan penghargaan berupa buku atau uang
dalam jumlah tertentu.
Namun disamping membuat aturan disiplin dengan sangsi dan penghargaan, Anda
juga perlu menciptakan lingkungan halaqah yang memotivasi peserta untuk hadir
(motivasi ekstrinsik). Beberapa ciri lingkungan yang memotivasi adalah :
1. Menghargai prakarsa dan kritik peserta
2. Berusaha memenuhi kebutuhan peserta
3. Membudayakan musyawarah/mufakat
4. Memberikan penghargaan/pujian
5. Saling mempercayai
6. Memelihara sikap adil (tidak berat sebelah)
7. Memperkuat identitas bersama
8. Melakukan pengawasan secara wajar (tidak terlalu ketat)
9. Mendorong inisiatif dan kreativitas peserta
(Allah membuat dosa untuk meningkatkan kualitas manusia. Pemimpin
membuat sangsi untuk meningkatkan kualitas anggota)
57. Sulit Bekerjasama
Bagaimana cara mengatasi sebuah halaqah yang pesertanya sulit bekerjasama
satu sama lain?
Ada dua faktor yang menyebabkan peserta halaqah sulit bekerjasama, yaitu
kesibukan masing-masing induvidu dan perbedaan karakter. Jika masalahnya terletak
pada kesibukan masing-masing induvidu, Anda perlu memakluminya dan tidak usah
memaksakan mereka untuk seluruhnya terlibat dalam amal jamai. Cukup mereka
yang masih memiliki waktu luang yang mengerjakan program amal jamai. Sedang
yang lainnya memberikan kontribusi pemikiran atau dana.
Anda perlu memahami bahwa yang dimaksud amal jamai bukan berarti
semuanya harus terlibat dalam kegiatan operasional. Namun yang dimaksud amal
jamai adalah kegiatan yang dimusyarawahkan dan disepakati bersama. Mengenai
pelaksananya bisa sebagian orang saja, sedang yang lainnya memberikan kontribusi
pemikiran atau dana.

Jika yang menyebabkan sulitnya kerjasama adalah faktor perbedaan karakter,


maka Anda perlu mengatasinya dengan cara :
1. Menjelaskan kepada mereka bahwa perbedaan karakter merupakan hal yang biasa
dan alami.
2. Menjelaskan kepada mereka bahwa perbedaan karakter bukanlah penghalang
amal jamai. Para sahabat dan para dai sepanjang masa dapat melakukan amal
jamai walau karakter mereka berbeda-beda.
3. Menjelaskan kepada mereka bahwa perbedaan karakter disebabkan perbedaan
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing manusia. Karena itu
perbedaan karakter merupakan unsur kekuatan amal jamai, bukannya penghalang
amal jamai. Sebab esensi amal jamai adalah saling memberikan kelebihan masingmasing dan saling menutupi kekurangan masing-masing.
4. Menempatkan mereka pada posisi tugas/jabatan yang sesuai kelebihan masingmasing, bukan kekurangan masing-masing.
5. Memilih pemimpin amal jamai yang karakternya disukai oleh sebagian besar
anggota amal jamai.
6. Menempatkan orang-orang yang karakternya tidak jauh berbeda pada
tugas/jabatan yang berdekatan, misalnya sekertaris umum dengan sekertaris I.
Sebaliknya, orang-orang yang karakternya sangat berbeda ditempatkan pada
tugas/jabatan yang berjauhan dan kurang interaksinya, misalnya bagian publikasi
dengan bagian konsumsi.
(Perbedaan adalah faktor kekuatan jamaah, asalkan bisa mengelolanya)
58. Penyampaian Materi yang Kurang Menarik
Bagaimana agar materi yang saya sampaikan selalu menarik bagi peserta?
Penyampaian materi yang menarik tergantung dari berbagai aspek :
1. Tema materi
Tema materi yang menarik adalah tema materi yang sesuai dengan kebutuhan dan
minat peserta. Kebutuhan adalah masalah yang sedang dipikirkan peserta dan belum
memperoleh pemecahannya. Misalnya, peserta yang belum menikah kebutuhannya
adalah materi tentang pergaulan atau cara mencari jodoh yang Islami. Peserta yang
bekerja di kantor membutuhkan materi tentang etos kerja, pengembangan karir, atau
komunikasi. Minat adalah apa yang disenangi peserta berdasarkan sifat, keterampilan
atau hobinya, misalnya peserta yang kuliah di jurusan eksakta akan berminat dengan
materi tentang Islam dan Sunnatullah, berpikir ilmiah, atau Islam dan ilmu
pengetahuan. Madu yang berminat dalam bisnis akan tertarik dengan materi tentang
etika bisnis dalam Islam, metode Rasulullah dalam berdagang atau keutamaan
mencari rezeki dalam Islam.
Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui kebutuhan dan minat peserta. Cara
mengetahuinya dengan meminta mereka mengisi biodata, melalui obrolan informal,
menanyakan kepada temannya tentang masalah dan minat mereka, memperhatikan
aktivitas mereka, memperhatikan apa yang sering mereka bicarakan, dan lain-lain.
2. Metode belajar yang menarik
Metode belajar yang sering dipakai di halaqah adalah ceramah. Metode belajar ini
paling mudah digunakan, tapi juga paling potensial membuat peserta bosan. Karena
itu sebagai murobbi, Anda perlu menggunakan berbagai metode belajar agar peserta
tidak bosan. Contoh metode belajar yang lain adalah diskusi, seminar, simulasi,

permainan (games), demonstrasi, studi kasus, bedah buku, dan lain-lain. Anda dapat
berkreasi sebebas mungkin untuk penggunaan metode belajar ini. Yang penting
metode belajar yang dipakai harus sesuai dengan sasaran yang akan dicapai,
kepribadian peserta, fasilitas yang ada, waktu yang tersedia, dan tempat yang
digunakan.
3. Media belajar yang tepat
Media belajar yang sering digunakan di halaqah adalah papan tulis. Sebenarnya
masih banyak media belajar lain yang dapat Anda gunakan untuk menarik perhatian
peserta, misalnya media tulisan (makalah), media visual (Over Head Projector, Slide
Projector), media audio (tape recorder), media audio visual (televisi), media peraga,
dan lain-lain. Namun untuk menggunakan media selain papan tulis membutuhkan
persiapan dan biaya. Disinilah seringkali murobbi tidak punya waktu dan dana untuk
menyediakannya. Mungkin hal ini dapat diatasi dengan bekerjasama bersama peserta
untuk menyiapkan media belajar yang dikehendaki.
4. Cara penyajian yang terampil
Ada beberapa keterampilan penyampaian materi yang perlu dimiliki murobbi, antara
lain adalah keterampilan menjelaskan, memberikan ilustrasi/contoh, meyakinkan,
memberikan penghargaan, bertanya, dan humor. Keterampilan tersebut dapat
dipelajari dan ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan dan pengalaman.
Seringkali penyampaian yang monoton dan membosankan disebabkan murobbi tidak
memiliki berbagai keterampilan penyajian tersebut.
5. Penampilan penyajian yang ekspresif dan mempesona
Materi yang menarik juga tergantung dari bagaimana penampilan Anda. Ada beberapa
aspek yang perlu Anda perhatikan dalam penampilan penyajian., yakni ekspresi
wajah, intonasi suara, gerakan tubuh, dan pakaian/perhiasan yang dikenakan. Anda
perlu memperhatikan berbagai aspek penampilan itu dan menggunakannya dengan
tepat sesuai dengan pesan yang akan Anda sampaikan.
(Tema lama yang disampaikan dengan menarik lebih terkesan daripada tema baru
yang disampaikan dengan tidak menarik)
59. Keterbatasan Media
Saya sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi karena keterbatasan
media, misalnya tidak ada papan tulis. Bagaimana mengatasi keterbatasan media
yang ada?
Jika tidak ada media yang dapat digunakan, seperti tidak adanya papan tulis, Anda
perlu mengandalkan penjelasan materi kepada cara penyampaian yang menarik, yakni
dengan keterampilan menjelaskan, memberikan ilustrasi/contoh, menguatkan/
meyakinkan, memberikan penghargaan, bertanya, dan humor. Keterampilan tersebut
dapat dipelajari dan ditingkatkan kemampuannya melalui buku bacaan, pelatihan dan
pengalaman (Anda juga dapat membaca buku Murobbi Skills (Keterampilan untuk
Murobbi) oleh Satria Hadi Lubis untuk penjelasan lebih lanjut).
Selain itu, Anda juga dapat menggunakan metode belajar yang variatif, seperti
diskusi, seminar, simulasi, permainan (games), demonstrasi, studi kasus, bedah buku,
dan lain-lain. Anda dapat berkreasi sebebas mungkin untuk penggunaan metode
belajar ini. Yang penting Anda harus tetap berupaya agar penyajian Anda menarik,
walau dengan keterbatasan media yang ada.
(Media belajar yang paling penting adalah diri Anda sendiri)

60. Kesulitan Mengetahui dan Mengembangkan Potensi Peserta


Setiap orang memiliki potensi berbeda-beda. Bagaimana cara agar saya
mengetahui dan mengembangkan potensi yang beragam dari peserta halaqah?
Potensi adalah kelebihan dari setiap orang yang masih terpendam (belum
aplikatif). Sebagai murobbi, tugas Anda adalah mengetahui dan mengembangkan
potensi peserta. Memang ada juga murobbi yang mengabaikan potensi peserta.
Namun hal ini tak perlu Anda tiru. Anda perlu berupaya mengembangkan potensi
peserta, sehingga mereka merasa dihargai dan diberdayakan. Dampaknya, mereka
juga akan merasa betah berhalaqah.
Cara praktis untuk mengetahui potensi peserta adalah menanyakan secara
langsung kepada peserta tentang potensinya. Tapi kadangkala peserta juga tidak tahu
potensinya sendiri. Karena itu Anda perlu membantu peserta menemukan potensi
mereka, yakni dengan cara mengetahui hobinya, keterampilan yang dimiliki, sifat
utamanya, atau prestasi masa lalunya. Dari keempat aspek itu, Anda dapat menarik
kesimpulan tentang apa potensi peserta. Jika Anda masih kesulitan untuk mengetahui
potensinya, Anda bisa meminta peserta untuk mengikuti pelatihan pengembangan
potensi atau berkonsultasi dengan ahli psikologi untuk mengetahui potensi yang
dimiliki. Sekarang ini, sudah banyak pelatihan dan konsultasi semacam itu di berbagai
kota dengan biaya yang relatif murah.
Setelah mengetahui potensinya, Anda perlu membantu untuk mengembangkan
potensinya. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengembangkan potensi
peserta adalah :
1. Memintanya mengikuti/melanjutkan pendidikan formal yang sesuai
potensinya.
2. Memintanya mengikuti pelatihan atau pendidikan informal yang sesuai
potensinya.
3. Memintanya banyak mambaca buku-buku yang sesuai dengan potensinya.
4. Memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan potensinya.
5. Memintanya bergaul dengan orang-orang yang sesuai dengan potensinya.
6. Memintanya menambah pengalaman/magang yang sesuai potensinya.
7. Memintanya mencari pekerjaan yang sesuai potensinya.
(Anda tidak akan bahagian, jika Anda belum mengembangkan potensi yang
Anda miliki)
61. Perkembangan Pemahaman yang Berbeda
Setelah halaqah berjalan sekian lama, perkembangan pemahaman dan
pengamalan keislaman di antara peserta menjadi berbeda-beda. Padahal tadinya
mereka berangkat dari pemahaman yang relatif sama. Faktor apa yang
menyebabkan perbedaan perkembangan pemahaman tersebut?
Perkembangan pemahaman yang berbeda di antara peserta merupakan hal yang
wajar. Hal ini disebabkan perbedaan dalam :
1. Tingkat kemauan untuk berubah
2. Tingkat dukungan dari lingkungan rumah/pergaulan
3. Tingkat interaksi peserta dengan para ikhwah
4. Tingkat interaksi peserta dengan murobbi
5. Tingkat kecerdasan yang dimiliki

6. Tingkat ibadah mahdhoh (khusus) yang dilakukan


7. Tingkat ketaatan (tidak maksiat) yang dilakukan
8. Tingkat akses lahan dawah yang dikelola
9. Tingkat interaksi dengan madu (halaqah yang dibinanya)
10. Tingkat kegemaran membaca dan mengikuti perkembangan kontemporer
11. Tingkat interaksi dengan masyarakat
Semakin tinggi nilai pada masing-masing aspek di atas, biasanya semakin cepat
perkembangan pemahaman dan pengamalan peserta. Sebaliknya, semakin kurang
nilai pada masing-masing aspek di atas, semakin lambat pemahaman dan pengamalan
peserta terhadap Islam. Oleh karena itu sebagai murobbi, Anda perlu memotivasi dan
mendukung peserta untuk meningkatkan diri dalam berbagai aspek di atas.
(Pemahaman seseorang tergantung dari pengamalannya)
62. Penanganan terhadap Peserta yang Berbeda Pemahaman
Setelah halaqah berjalan satu tahun, ternyata tingkat pemahaman dan
pengamalan keislaman peserta menjadi heterogen. Ada yang cepat, tapi ada juga
yang lambat. Bagaimana cara menangani halaqah yang perkembangan
pemahaman masing-masing peserta berbeda?
Sebaiknya peserta yang perkembangannya berbeda dipisahkan sesuai dengan
tingkat (marhalah) perkembangannya. Yang cepat disatukan dalam satu halaqah dan
yang lambat disatukan dalam halaqah lain. Namun ada beberapa murobbi yang tidak
memisahkan peserta yang berbeda pemahaman karena alasan berikut:
1. Peserta berasal dari lahan dawah atau aktivitas yang sama, sehingga
memisahkan mereka akan mempersulit koordinasi.
2. Ada peserta yang kehadirannya belum mandiri (masih tergantung dengan
peserta lain yang ingin dipisah).
3. Peserta yang ingin dipisah masih dibutuhkan perannya sebagai motivator
dalam halaqah.
4. Jika dipisah, jumlahnya tidak memadai untuk terbentuknya satu halaqah
baru.
5. Jika dipisah ada kesulitan waktu dari murobbi.
Semua alasan tersebut dapat saja ditolerir untuk memisahkan peserta berdasarkan
tingkat pemahamannya. Namun hal itu hanya sementara. Pada dasarnya Anda harus
memisahkan mereka. Sebab jika Anda tidak memisahkan mereka berarti telah
bertindak tidak adil dan tidak proporsional. Karena peserta yang lambat
perkembangannya dipaksa untuk bersaing dengan peserta yang cepat
perkembangannya. Dampaknya, peserta yang lambat akan merasa minder, sehingga
mungkin tidak akan hadir lagi dalam halaqah. Sebaliknya, peserta yang cepat
perkembangannya akan bosan karena harus menyesuaikan diri dengan peserta yang
lambat perkembangannya. Mereka bisa merasa kurang dihargai. Mereka mungkin saja
akan pindah mencari murobbi lain. Semua dampak itu perlu Anda pertimbangkan jika
ingin tetap menyatukan peserta yang berbeda pemahamanan dalam satu halaqah.
Sebaiknya Anda memindahkan mereka sesuai dengan tingkat pemahamannya.
Namun agar tidak menimbulkan kendala seperti di atas, Anda perlu menyelesaikan
kendala tersebut terlebih dahulu. Misalnya, jika Anda khawatir koordinasi di antara
mereka tidak berjalan dengan baik setelah mereka dipisah (karena mereka berada

dalam satu lahan dakwah), Anda perlu membuat mekanisme koordinasi baru, yakni
koordinasi antar halaqah.
Jika Anda khawatir ada peserta yang futur (patah semangat) jika dipisah karena belum
mandiri, Anda perlu mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu. Jika Anda khawatir
halaqah akan kehilangan motivator kalau dipisah, Anda perlu mengkader motivator
baru sebagai pengganti motivator lama. Jika Anda sulit memisahkan mereka karena
jumlahnya kurang untuk membentuk satu halaqah baru, Anda perlu mencari peserta
tambahan. Jika peserta tambahan tidak didapat, Anda harus rela menyerahkan mereka
ke murobbi lain. Jika Anda mengalami kesulitan waktu untuk memegang halaqah
baru hasil pemisahan, Anda dapat memindahkan halaqah itu ke murobbi lain. Namun
jika Anda masih ingin memegangnya, Anda perlu menjadwal kembali kegiatan Anda
agar dapat memegang halaqah baru tersebut.
Jadi intinya Anda harus memindahkan peserta sesuai dengan tingkat (marhalah)
pemahamannya. Namun pemindahan tersebut sebaiknya dilakukan setelah segala
kendala terselesaikan, sehingga pemisahan dapat berjalan dengan mulus.
(Tempatkanlah seseorang sesuai dengan kemampuannya)
63. Amniyah yang Kendor atau Kaku
Saya mempunyai peserta yang terlalu ketat terhadap amniyah (keamanan)
dakwah. Tapi sebaliknya ada juga peserta yang terlalu kendor terhadap amniyah.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Amniyah adalah hal-hal yang perlu dirahasiakan dan tidak boleh diketahui oleh
sembarang orang. Amniyah merupakan salah satu unsur dalam halaqah yang perlu
dipahami peserta. Sebab amniyah terkait dengan keberlangsungan perjalanan halaqah
dan jamaah. Tanpa amniyah, halaqah dan jamaah akan mengalami hambatan dari
para penentang dakwah. Bahkan pada kondisi minah (tribulasi), bocornya amniyah
dapat berakibat pada hancurnya eksistensi jamaah.
Hal-hal yang termasuk amniyah bersifat temporer. Tergantung dari situasi dan
kondisi di sekitar halaqah dan jamaah. Dalam kondisi sulit dimana penentang
dakwah berusaha menghancurkan jamaah, hal-hal yang termasuk amniyah bisa
semakin banyak. Namun ketika kondisi lapang dan aman, hal-hal yang termasuk
amniyah bisa menjadi sedikit atau bahkan tidak ada.
Dalam prakteknya, ada peserta yang terlalu ketat atau kendor dengan amniyah.
Hal itu disebabkan tidak jelasnya batasan-batasan amniyah yang dibuat oleh jamaah
atau murobbi, sehingga peserta mempunyai persepsi sendiri-sendiri tentang batasan
amniyah. Karena itu sebagai murobbi, Anda perlu dengan jelas menyampaikan kepada
peserta tentang apa saja batasan-batasan amniyah dan kepada siapa saja amniyah
tersebut harus dijaga. Kalau bisa penjelasan tersebut disertai contoh-contoh kasus
tentang mana yang melanggar amniyah dan mana yang tidak. Penjelasan tersebut juga
perlu didukung dengan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan dalil naqli maupun
aqli, sehingga peserta betul-betul paham dan turut bertanggung jawab terhadap
amniyah. Selain itu, pemahaman tentang amniyah juga perlu disampaikan berulangulang, terutama ketika peserta mulai kelihatan lengah dan agak mengabaikannya.
(Terlalu ketat terhadap amniyah membuat dakwah menjadi eksklusif, terlalu
kendor terhadap amniyah membuat dakwah menjadi hancur)

64. Pelanggaran Amniyah


Pada saat kapan seorang peserta dianggap melanggar amniyah? Dan bagaimana
sikap saya sebagai murobbi terhadap pelanggaran amniyah tersebut?
Hal-hal yang dikatakan melanggar amniyah akan berbeda dalam setiap kondisi.
Dalam kondisi dakwah yang sulit dan banyak tribulasi, sesuatu yang tadinya bukan
amniyah bisa menjadi amniyah. Sebaliknya dalam kondisi lapang, sesuatu yang
tadinya amniyah bisa tidak lagi menjadi amniyah.
Namun yang penting, sebelum Anda mengatakan peserta telah melanggar
amniyah, Anda sendiri harus paham betul tentang batasan amniyah pada suatu
kondisi. Jangan sampai Anda terlalu ketat menerapkan amniyah, padahal kondisinya
lapang atau sebaliknya terlalu kendor menerapkan amniyah padahal kondisinya sulit.
Pada prinsipnya batasan pelanggaran amniyah adalah perbuatan menginformasikan
sesuatu yang bila diketahui orang yang tidak berhak mengetahuinya dapat secara
langsung atau tidak langsung menghambat atau menghentikan perjalanan dakwah dan
jamaah mencapai cita-citanya. Biasanya batasan amniyah dalam suatu kondisi sudah
ditentukan oleh jamaah dan telah disebarluaskan secara internal.
Setelah Anda memahami betul batasan amniyah dalam suatu kondisi, barulah
Anda melakukan langkah-langkah berikut :
1. Mengevaluasi apakah yang dilakukan peserta sudah termasuk pelanggaran
amniyah atau tidak.
2. Jika dari evaluasi Anda, ternyata betul peserta telah melanggar amniyah, maka hal
yang perlu Anda lakukan adalah memperkirakan dampak dari pelanggaran amniyah
peserta.
3. Jika ternyata dampaknya cukup berbahaya bagi dakwah dan jamaah, maka Anda
perlu melakukan peringatan keras kepada peserta. Kalau perlu disertai sangsi yang
proporsional. Juga perlu melakukan langkah-langkah koordinasi dengan ikhwah yang
berwenang dalam hal tersebut untuk mengamankan dakwah dan jamaah.
4. Jika ternyata dampaknya tidak cukup berbahaya, maka Anda perlu menasehati
peserta agar tidak mengulanginya lagi. Kalau perlu sampaikan juga konsekuensinya,
jika ia melanggar amniyah lagi. Anda juga perlu memantau dampaknya agar tidak
semakin berbahaya bagi dakwah dan jamaah.
Semua langkah di atas, sebaiknya Anda musyawarahkan dengan ikhwah yang
terpercaya di sekitar Anda.
(Pelanggaran amniyah perlu disikapi dengan bijaksana dan proporsional)
65. Solid, tapi tidak produktif
Halaqah saya sangat solid tapi kurang produktif. Bagaimana cara meningkatkan
produktivitas halaqah?
Sebelumnya Anda perlu mengetahui apa yang dimaksud halaqoh solid dan
halaqoh produktif. Halaqoh solid adalah halaqoh yang anggotanya memiliki tingkat
ukhuwah dan kekompakkan yang tinggi. Sedang halaqoh yang produktif adalah
halaqoh yang anggotanya mencapai tingkat sasaran (muwashofat) tarbiyah yang tinggi
dan rata-rata anggota telah memiliki akses terhadap lahan dakwah tertentu atau
memiliki halaqoh.
Ditinjau dari aspek soliditas dan produktivitas, ada empat tipe halaqoh :
1. Halaqoh solid dan produktif

2. Halaqoh solid, tapi tidak produktif


3. Halaqoh tidak solid, tapi produktif
4. Halaoqh tidak solid dan tidak produktif
Halaqoh solid dan produktif adalah halaqoh yang anggotanya memiliki tingkat
ukhuwah yang tinggi, mencapai tingkat sasaran tarbiyah yang tinggi dan rata-rata
anggota telah memiliki lahan dakwah atau halaqoh. Inilah halaqoh ideal yang menjadi
idaman setiap murobbi.
Halaqoh yang solid, tapi tidak produktif adalah halaqoh yang anggotanya
memiliki tingkat ukhuwah yang tinggi, tapi rata-rata anggota tidak memiliki lahan
dakwah atau halaqoh. Cara meningkatkan halaqoh solid, tapi tidak produktif adalah
dengan meningkatkan produktivitas halaqoh tersebut. Beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah:
1. Memberikan motivasi terus menerus kepada peserta agar meningkatkan
produktivitas.
2. Merancang program peningkatan pencapaian sasaran tarbiyah dan
mengevaluasinya dengan sungguh-sungguh.
3. Merancang program peningkatan keterampilan dakwah umum dan khusus serta
mengevaluasinya dengan sungguh-sungguh.
4. Merancang program peningkatan rekrutmen dan mengevaluasinya dengan
sungguh-sungguh.
5. Membuat target pencapaian yang terukur dan jadwal waktu yang ditepati untuk
masing-masing program.
6. Membuat sistem penghargaan dan sangsi (reward dan punishment) yang terkait
dengan peningkatan produktivitas dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh.
7. Melakukan studi banding dengan mendatangi atau mengundang ikhwah lain yang
halaqohnya produktif
8. Memberikan keteladanan kepada madu tentang produktivitas (murobbi sendiri
harus produktif dan hal itu perlu diketahui oleh peserta)
66. Produktif, tapi tidak solid
Sebaliknya, halaqoh saya yang lain sangat produktif, karena peserta banyak yang
memiliki halaqoh dan aktif dalam dakwah. Namun mereka kurang solid dan kurang
akrab satu sama lain. Perasaan ukhuwah di antara mereka juga kurang. Mengapa
begitu dan bagaimana solusinya?
Halaqoh yang produktif tapi tidak solid disebabkan semangat dakwah yang tinggi,
tapi tidak diiringi dengan kemauan untuk menyediakan waktu bagi aktivitas bersama
(amal jamai). Hal ini tentu saja perlu diperbaiki agar kekompakkan meningkat dan
anggota dapat merasakan manisnya ukhuwah. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan soliditas halaqoh adalah:
1. Memberikan motivasi terus menerus kepada peserta agar meningkatkan soliditas.
2. Memperbanyak program amal jamai dan meminta peserta menyediakan waktu
untuk aktivitas bersama (amal jamai) tersebut.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan di dalam halaqoh yang dapat menambah keakraban
dan keterbukaan.
4. Membuat suasana halaqoh yang santai dan menyenangkan, tapi tetap serius.
5. Membuat program silaturahmi antar anggota halaqoh dan mengevaluasinya
dengan sungguh.
6. Membuat atribut-atribut untuk memperkuat identitas bersama.

7. Membuat mekanisme komunikasi yang terbuka di dalam maupun di luar halaqoh.


8. Memberikan keteladanan kepada peserta tentang soliditas (murobbi sendiri harus
menunjukkan kekompakan yang tinggi kepada madunya).
67. Tidak solid dan tidak produktif
Lalu jika halaqoh tidak solid dan tidak produktif, bagaimana cara mengatasinya?
Halaqoh yang tidak solid dan tidak produktif merupakan halaqoh yang tidak sehat.
Halaqoh yang paling tidak diharapkan oleh setiap murobbi. Halaqoh yang sehat
adalah halaqoh yang dapat mencapai tujuan pembentukan halaqoh, yaitu:
1. Tercapainya sepuluh sasaran tarbiyah (salimul aqidah, shohihul ibadah, matinul
khuluq, qodirul alal kasbi, mutsafaqul fikr, qowiyul jism, mujahidu linafsihi,
munazhom fi syuunihi, haritsun ala waqtihi, nafiun lighoirihi)
2. Tercapainya ukhuwah Islamiyah
3. Tercapainya kaderisasi dan estafeta dakwah (anggota halaqoh mampu membina
halaqoh lagi dan memiliki lahan dakwah)
4. Tercapainya pengembangan potensi anggota secara maksimal
Cara mengatasi halaqoh yang tidak solid dan tidak produktif adalah dengan
menggabungkan cara-cara meningkatkan kekompakkan dan produktivitas halaqoh
seperti yang telah dibahas pada problem nomor 65 dan 66 di atas.
68. Suasana yang membosankan
Sebagian besar peserta halaqoh saya mengeluh bahwa suasana halaqoh akhir-akhir ini
membosankan, tidak seperti dulu yang menarik dan menggairahkan. Mengapa hal itu
terjadi dan bagaimana sikap saya?
Terjadinya suasana yang membosankan dalam halaqoh disebabkan banyak faktor,
antara lain adalah :
1. Halaqoh terjebak pada kegiatan rutinitas, tanpa variasi dan inovasi.
2. Halaqoh kurang melakukan amal jamai.
3. Halaqoh kurang mengadakan kegiatan yang kental dengan nuansa ruhiyah.
4. Adanya konflik berkepanjangan di antara anggota halaqoh.
5. Anggota memiliki pemahaman terhadap Islam dan dakwah yang timpang dan
terlalu heterogen.
6. Sebagian besar anggota memiliki masalah pribadi yang berkepanjangan.
7. Kurangnya komunikasi di dalam dan di luar halaqoh antara anggota halaqoh
(termasuk dengan murobbinya).
8. Murobbi kurang meningkatkan wawasan dan ilmu keislaman, sehingga
pendapatnya tidak lagi aktual.
9. Murobbi kurang meningkatkan keterampilan membina halaqoh, sehingga
pembawaannya monoton.
10. Murobbi jarang hadir, sehingga halaqoh sering berjalan tanpa kehadiran murobbi
Suasana yang membosankan akibat satu atau beberapa sebab di atas dapat
berakibat pada hilangnya kekompakkan dan produktifitas halaqoh. Dengan kata lain,
dapat berdampak pada tidak tercapainya tujuan halaqoh. Oleh karena itu, sebagai
murobbi Anda perlu mengatasi suasana yang membosankan dalam halaqoh. Beberapa
cara yang dapat Anda lakukan adalah:
1. Buat kegiatan halaqoh menjadi variatif dan inovatif

2. Perbanyak kegiatan-kegiatan amal jamai yang dapat melibatkan seluruh atau


sebagian besar anggota halaqoh
3. Perbanyak kegiatan-kegiatan yang bernuansa ruhiyah seperti mabit, dauroh
ruhiyah, dauroh Quran, ziarah kubur, zikrul maut, melawat orang mati, menjenguk
orang sakit, itikaf, zikir bersama, sahur dan buka puasa bersama, dan lain-lain.
4. Atasi konflik dengan manajemen konflik yang tepat
5. Pindahkan anggota yang memiliki perbedaan terlalu heterogen ke halaqoh lain
6. Bantu permasalahan anggota agar masalah mereka tidak berkepanjangan
7. Lakukan komunikasi di dalam dan di luar halaqoh. Kalau perlu buat
mekanismenya.
8. Sebagai murobbi, tingkatkan wawasan dan ilmu keislaman Anda.
9. Sebagai murobbi, tingkatkan keterampilan membina Anda.
10. Intensifkan kehadiran Anda, sehingga tidak sering bolos halaqoh
69. Kreativitas dalam membina
Sebagai murobbi saya sering kehilangan ide untuk mendinamiskan halaqoh saya.
Bagaimana caranya supaya saya dapat lebih kreatif dalam membina halaqoh?
Halaqoh yang dinamis membutuhkan kreativitas murobbi. Kurang kreativitasnya
murobbi menyebabkan halaqoh terjebak pada rutinitas yang dapat berdampak pada :
1. Jalannya halaqoh menjadi membosankan
2. Pencapaian sasaran tarbiyah menjadi lambat
3. Kreativitas dan inisiatif madu menjadi berkurang
4. Potensi madu tidak berkembang dengan maksimal
5. Kehadiran madu menjadi kurang rutin
Kurang kreatifnya murobbi disebabkan beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Kurangnya waktu untuk mengadakan persiapan mengisi halaqoh.
2. Kurangnya wawasan dan pengalaman dakwah murobbi.
3. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya membina halaqoh secara kreatif.
4. Kurang terbiasanya melakukan aktivitas harian secara kreatif.
5. Kurangnya motivasi untuk membina secara serius (halaqoh hanya sekedar jalan).
6. Kurangnya keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru.
Semua faktor di atas semestinya tidak dijadikan penghalang bagi Anda untuk
menjadi murobbi kreatif. Anda perlu mengetahui dari seluruh faktor di atas mana yang
merupakan sebab dari kurang kreatifnya Anda dalam membina dan kemudian
berupaya mengatasinya.
Jika sebabnya karena Anda kurang waktu dalam persiapan, maka Anda harus
menyediakan waktu untuk persiapan mengisi halaqoh. Minimal Anda perlu
menyediakan waktu 60 menit untuk persiapan halaqoh.
Jika sebab kurang kreatifnya Anda karena kurang wawasan dan pengalaman, maka
Anda perlu memperbanyak wawasan dengan membaca dan rajin diskusi dengan
sesama ikhwah. Sedang mengenai pengalaman, Anda dapat menambahnya dengan
memperbanyak aktivitas dakwah.
Jika sebabnya karena kurang kesadaran tentang pentingnya membina secara
kreatif, maka Anda perlu memahami manfaat membina secara kreatif dan kerugian
membina secara tidak kereatif.
Jika sebabnya karena Anda tidak terbiasa kreatif, Anda perlu mengikuti pelatihan
tentang kreativitas atau membaca buku tentang cara meningkatkan krerativitas dalam
kehidupan sehari-hari.

Jika sebabnya karena kurang serius membina, maka Anda perlu meningkatkan
keseriusan. Anda harus menjadi murobbi yang profesional. Anda harus yakin bahwa
Anda sedang membina calon-calon pemimpin bangsa dan umat, sehingga tidak bisa
tidak serius dalam membina.
Jika sebab kurang kreatifnya Anda karena kurang berani mencoba, maka Anda
perlu berani mencoba. Dengan berani mencoba, Anda akan mendapatkan pengalaman
baru. Jika pun gagal, Anda akan menjadi lebih tahu mana yang salah dan mana yang
benar dalam membina halaqoh, sehingga Anda menjadi semakin terampil dalam
membina.
70. Mengatasi konflik
Bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi di antara peserta halaqoh?
Konflik adalah suatu pertentangan antar dua pihak yang dimulai jika satu pihak
merasa pihak lain mempengaruhi secara negatif sesuatu yang dianggap penting oleh
pihak yang lain. Konflik yang terjadi di dalam halaqoh disebabkan ketersinggungan
perasaan yang berawal dari perbedaan karakter antar dua pihak dalam berbicara,
bersikap dan berperilaku. Konflik tidak akan terjadi jika perasaan salah satu pihak
tidak tersinggung. Tapi kalau perasaan sudah tersinggung konflik akan potensial
terjadi. Bahkan jika tidak cepat diselesaikan akan berkembang menjadi konflik yang
besar.
Konflik dalam halaqoh tidak selamanya berdampak negatif. Ada juga konflik yang
berdampak positif, yaitu konflik yang dapat meningkatkan kemampuan instrospeksi
diri dari pihak yang berkonflik. Dari instrospeksi diri tersebut, pihak yang berkonflik
akan termotivasi untuk meningkatkan kekompakkan dan produktivitas. Yang perlu
dihindari adalah konflik yang berdampak negatif pada kekompakkan dan
produktivitas. Hal ini misalnya dapat dilihat dari komunikasi yang macet, tidak mau
kerjasama, seringnya terjadi perdebatan kosong, saling menjatuhkan dan memfitnah,
sampai dengan benturan fisik.
Sebagai murobbi, Anda perlu memiliki kemampuan untuk mengelola konflik
dalam halaqoh, sehingga konflik berdampak positif. Ada beberapa cara mengelola
konflik dalam halaqoh yang perlu Anda ketahui:
1. Kompetisi, yakni memenangkan salah satu pihak dan mengalahkan pihak
lain (jika Anda sendiri yang berkonflik dengan madu berarti memenangkan
Anda dan mengalahkan madu)
Cara ini diambil jika : salah satu pihak jelas salah, tindakan cepat diperlukan,
persoalannya prinsip, pilihan lainnya mustahil dilaksanakan, salah satu pihak
tidak mau bekerjasama.
2. Penghindaran, yakni menghindar dari konflik (membiarkan konflik terjadi)
Cara ini diambil jika : yakin konflik akan berdampak positif, persoalannya
terlalu remeh, ada persoalan lain yang lebih mendesak, memberikan kesempatan
untuk instrospeksi diri, butuh waktu untuk mengumpulkan informasi, orang
lain lebih mampu menyelesaikan konflik.
3. Penyesuaian diri, yakni mengalah terhadap pihak lain (jika Anda sendiri
yang berkonflik dengan madu berarti mengalah terhadap madu).
Cara ini diambil jika : berada pada pihak yang salah, ingin membangun
dukungan orang lain yang kelak bermanfaat, memperkecil kerugian, mendidik
pihak lain belajar dari dari kesalahan.

4. Kompromi, yakni kedua pihak sama-sama mendapatkan keuntungan dengan


mengorbankan sebagian dari kepentingan masing-masing.
Cara ini dimabil jika : sasaran penting, tapi usaha untuk mencapainya butuh
pengorbanan, meraih penyelesaian sementara dari persoalan yang rumit, ingin
mendapat pemecahan masalah secara bijaksana di bawah tekanan waktu.
5. Kolaborasi, yakni kedua pihak sama-sama untung tanpa masing-masing
pihak melakukan pengorbanan.
Cari ini diambil jika : ingin memperoleh pemecahan masalah yang menyeluruh
dan dua kepentingan terlalu penting untuk dikompromikan, ingin memadukan
pendapat banyak orang yang pendapatnya beragam, ingin memperoleh
komitmen dengan menggunakan semua kepentingan menjadi keputusan
konsensus, ingin membereskan perasaan yang terganggung oleh satu hubungan.
71. Memindahkan peserta
Bagaimana cara memindahkan peserta ke halaqoh lain tanpa menimbulkan prasangka
negatif?
Prasangka negatif yang mungkin timbul dalam pemindahan peserta adalah
anggapan dari peserta bahwa murobbi telah bertindak pilih kasih. Anggapan ini wajar
muncul jika murobbi tidak mampu menjelaskan secara rasional tentang sebab
kepindahan peserta. Untuk itu, Anda perlu menjelaskan kepada madu, baik yang akan
dipindahkan maupun kepada madu yang ditinggalkan, bahwa pemindahan madu
merupakan hal yang wajar sehingga tak perlu dipersoalkan.
Jelaskan juga bahwa pemindahan halaqoh memiliki alasan syari dan rasional.
Anda perlu mengemukakan alasan pemindahan tersebut dengan bahasa diplomatis
(tidak berbohong, tapi juga tidak terlalu polos). Juga dengan bahasa yang sesuai
pemahaman peserta. Biasanya timbulnya prasangka negatif dari peserta akibat
murobbi tidak mampu menjelaskan pemindahan peserta dengan alasan yng kuat dan
rasional. Bahkan ada murobbi yang memindahkan peserta tanpa alasan rasional sama
sekali, hanya dengan alasan ketaatan (samina wa athona). Cara ini kurang bijaksana
dan dapat menimbulkan prasangka negatif.
Sebagai murobbi, Anda perlu pandai mengemukakan alasan yang syari dan
rasional tentang pemidahan peserta. Beberapa alasan yang bisa Anda kemukakan
antara lain adalah :
1. Alasan kebutuhan dakwah. Katakan pada peserta bahwa dakwah
membutuhkannya untuk pelaksanaan tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Dan
agar pelaksanaan tugas tersebut dapat berjalan lebih optimal dan lebih terkoordinasi
maka perlu dipindahkan.
2. Alasan menempatkan orang sesuai dengan tempatnya (the right man on the right
place). Anda kemukakan bahwa pemindahan halaqoh dalam rangka menempatkan
orang sesuai dengan kemampuannya. Jika tidak ditempatkan sesuai dengan tempatnya
berarti telah bertindak tidak amanah dan dapat menghambat perkembangan peserta.
3. Bersikap adil dan proporsional. Setiap orang perlu diperlakukan dengan adil.
Karena itu pemindahan dilakukan agar peserta mendapatkan pembinaan dengan adil
sesuai prestasinya. Sebaliknya jika tidak dipindahkan berarti murobbi telah berlaku
kurang adil kepada peserta.
Namun perlu diingat, jangan sekali-kali Anda menjelaskan kepada peserta bahwa
alasan pemindahannya karena alasan negatif, misalnya karena telah berlaku buruk

atau karena tidak naik kelas. Alasan semacam itu dapat membuat peserta menjadi
patah semangat, sehingga menjadi apatis terhadap halaqoh.dan dakwah..
72. Murobbi malas dan bosan
Sebagai murobbi, saya kadangkala malas dan bosan datang ke halaqoh? Bagaimana
cara mengatasi kemalasan dan kebosanan saya?
Malas dan bosan datang ke halaqoh bukan hanya bisa terjadi pada diri peserta, tapi
juga murobbi. Hal itu terkait dengan masalah motivasi. Motivasi adalah dorongan
yang untuk melakukan sesuatu. Motivasi akan tinggi jika ada dorongan yang kuat dari
diri dan lingkungan. Tapi jika dorongan yang kuat tidak ada, maka akan muncul
perasaan malas dan bosan.
Oleh karena itu, yang perlu Anda lakukan adalah memperkuat dorongan ketika ingin
datang ke halaqoh. Cara yang paling efektif adalah dengan membangkitkan mortivasi
intrinsik di dalam diri Anda. Diantaranya dengan cara:
1. Mengingat-ingat bahwa Anda akan mendapat pahala yang besar karena membina
halaqoh.
2. Mengingat-ingat bahwa Anda berdosa jika tidak hadir ke halaqoh tanpa uzur
syari.
3. Mencari tahu manfaat membina halaqoh sebanyak-banyaknya.
4. Bayangkan wajah-wajah peserta yang sangat berharap untuk mendapatkan
bimbingan dari Anda
5. Jika pikiran Anda ingin membuat alasan rasional agar tidak hadir ke halaqoh,
maka sadari itu sebagai godaan syetan. Kemudian buang jauh-jauh berbagai alasan
tersebut.
6. Bayangkan bahwa Anda akan sukses mengisi halaqoh.
7. Lakukan persiapan yang akan Anda sampaikan di halaqoh. Persiapan
menimbulkan motivasi untuk hadir.
8. Segarkan badan Anda dengan istrirahat yang cukup sebelum mengisi halaqoh.
Badan yang segar akan membangkitkan motivasi dan menghilangkan perasaan malas.
Bisa juga Anda mandi atau berwudhu sebelum mengisi halaqoh untuk menyegarkan
kondisi fisik Anda.
9. Sadari bahwa motivasi melakukan pekerjaan seringkali bukan muncul sebelum
melakukan pekerjaan, tapi ketika melakukan pekerjaan. Karena itu jangan menunggu
termotivasi, datang saja ke halaqoh walau merasa berat. Nanti di sana Anda akan
termotivasi dengan sendirinya. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan sempit
adatau lapang (QS. 9)
Selain dengan membangkitkan motivasi intrinsik, Anda juga perlu membuat
lingkungan halaqoh yang memotivasi Anda untuk hadir. Seringkali kemalasan dan
kebosananan murobbi disebabkan lingkungan halaqoh tidak memotivasi, misalnya
peserta yang hadir tidak pernah lengkap, peserta lambat perkembangannya, ada
kekecewaan dengan peserta tertentu, dan lain-lain. Kondisi peserta yang seperti itu
jangan menjadi alasan untuk tidak hadir. Perangi perasaan itu. Karena hal itu
merupakan godaan syetan. Syetan menginginkan agar Anda tidak sungguh-sungguh
membina. Tugas Anda sebagai murobbi memang mendidik orang-orang yang banyak
kekurangannya. Anda harus sabar dan pantang kecewa ketika membina mereka.
Beberapa cara untuk menciptakan lingkungan yang memotivasi Anda untuk hadir
adalah :

1. Lakukan variasi agenda acara. Bisa variasi susunan agenda acara atau variasi
agenda acara.
2. Lakukan variasi tempat halaqoh. Bisa dari rumah ke rumah, dari tempat tertutup
(indoor) ke tempat terbuka (outdoor), atau dari rumah ke mesjid.
3. Lakukan variasi waktu halaqoh. Bisa pagi, siang, sore, atau malam.
4. Lakukan kegiatan halaqoh yang banyak dialognya (interaktif).
5. Buat suasana halaqoh menjadi hangat, akrab dan terbuka.
6. Buat suasana halaqoh yang lebih banyak menyampaikan berita gembira
(optimis) bukan berita sedih (pesimis).

BAB VI
PROBLEM KEAKHWATAN

73. Enggan memakai jilbab


Bagaimana sebaiknya sikap saya terhadap peserta yang enggan memakai jilbab?
Sikap terhadap peserta yang enggan memakai jilbab adalah :
1. Jika ia peserta pemula (halaqoh masih baru), Anda tidak perlu memaksanya untuk
memakai jilbab. Peserta tersebut masih perlu waktu untuk mengamalkan Islam.
Biarkan ia mengikuti halaqoh, walau belum berjilbab. Perlakukan ia sama dengan
teman satu halaqohnya yang sudah berjilbab. Jangan dianaktirikan. Yang penting,
Anda terus memberikan materi dasar-dasar Islam kepadanya. Nanti setelah ia
memahami Islam dan memahami kewajiban seorang muslim (termasuk kewajiban
memakai jilbab) dengan sendirinya ia akan memakai jilbab.
2. Jika ia peserta yang sudah lama halaqoh, maka Anda perlu bersikap lebih tegas.
Sebab ia telah mendapatkan materi tentang Islam dan tentang kewajiban seorang
muslim. Termasuk telah mengetahui tentang kewajiban memakai jilbab. Tidak ada
alasan baginya untuk tidak memakai jilbab. Anda perlu memberikan peringatan
kepadanya untuk memakai jilbab. Jika ia tetap menolak, berikan peringatan dua kali
lagi. Jika ia tetap tidak mau berjilbab, keluarkan ia dari halaqoh dengan cara yang
baik. Ia belum layak ikut halaqoh karena belum serius mengislamkan dirinya.

74. Tabaruj dalam penampilan


Walaupun peserta telah memakai jilbab, tapi ia masih suka berdandan yang berlebihan
(tabaruj). Bagaimana cara saya menasehatinya?
Anda perlu jelaskan kepadanya tentang larangan tabaruj (dandan berlebihan)
dalam Islam. dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
jahiliyah yang dahulu.. (QS. 33 : 33). Allah melarang muslimah (termasuk muslim)
untuk tabaruj seperti orang jahiliyah. Hal itu disebabkan :
1. Tabaruj merendahkan derajat manusia
2. Tabaruj menghilangkan rasa malu
3. Tabaruj menghilangkan harga diri
4. Tabaruj membangkitkan hasrat syahwat orang yang melihatnya
5. Tabaruj identik dengan bermewah-mewahan
6. Tabaruj membawa kepada sifat riya (sombong)
Semua dampak negatif itu sudah cukup menjadi alasan agar setiap muslimah
menjauhi tabaruj.
Anda juga perlu memberi penjelasan kepada peserta tentang batasan tabaruj.
Menurut Al Quran dan Hadist batasan tabaruj untuk muslimah adalah :
1. Memperlihatkan bagian tubuh, kecuali muka dan telapak tangan
2. Memakai pakaian ketat yang membentuk tubuh
3. Memakai pakaian transparan
4. Memakai pakaian yang terlalu mewah
5. Memakai pakaian yang bagian bawahnya terhampar sampai ke tanah
6. Memakai kosmetik yang terlalu mencolok
7. Memakai wangi-wangian yang tercium baunya
8. Memakai tato pada bagian tubuh tertentu
9. Memakai rambut palsu
Setelah Anda menjelaskan kepada peserta tentang larangan dan batasan tabaruj,
minta ia untuk menjauhi tabaruj. Jika ia tetap tabaruj, Anda ulangi nasehat Anda
berkali-kali. Anda juga bisa meminta bantuan teman satu halaqoh yang dipercayainya
untuk menasehatinya.
75. Lambat menikah
Bagaimana sikap saya terhadap peserta yang lambat menikah, padahal usianya sudah
di atas 30 tahun?
Ada beberapa alasan mengapa peserta lambat menikah, diantaranya :
1. Terlalu selektif memilih jodoh
Cara mengatasinya : minta ia menurunkan kriteria jodohnya. Sadarkan ia tidak ada
manusia yang ideal. Setiap manusia pasti ada kekurangannya. Justru pernikahan
merupakan ajang bagi masing-masing pihak untuk memperbaiki kekurangannya. Jadi
jika ia terlalu selektif memilih jodoh, hal itu ibarat pungguk merindukan bulan.
Apalagi dirinya pun punya kekurangan.
2. Belum mendapat izin orang tua
Cara mengatasinya: minta agar peserta bertanya kepada orang tuanya apa alasan
mereka tidak mengizinkannya menikah. Jelaskan pada orang tua bahwa Islam
menganjurkan setiap muslim untuk menikah dini. Memperlambat menikah berarti
mrmperbanyak maksiat. Orang tua seharusnya mempercepat pernikahan anak, bukan
memperlambatnya.

3. Sibuk meniti karir


Cara mengatasinya: Anda katakan padanya bahwa menikah adalah jalan memperoleh
kebahagiaan. Memperlambat nikah berarti memperlambat kebahagiaan. Karir di
tempat kerja bukanlah segala-galanya bagi muslimah. Justru menikah dan membentuk
keluarga harmonis yang merupakan karir seorang muslimah sesungguhnya.
4. Fisik kurang cantik/cacat
Cara mengatasinya : Minta peserta agar memperbaiki penampilannya. Ajari ia
berdandan yang Islami, tapi tidak tabaruj. Minta ia agar rajin berolahraga. Sebab
olahraga membuat penampilan seseorang menjadi lebih segar dan cantik. Minta juga
agar ia mempercantik rohaninya. Sebab kecantikan rohani akan memancar keluar dan
membuat orang nampak lebih cantik.
5. Trauma untuk menikah
Cara mengatasinya : Cari tahu mengapa ia trauma menikah. Apakah karena melihat
contoh pernikahan yang gagal dari orang di sekitanya, apakah dahulu ia pernah gagal
ketika dijodohkan, pernah disakiti pria, atau sebab lainnya. Setelah tahu sebabnya,
beri motivasi kepadanya bahwa apa yang dilihat atau dialaminya di masa lalu belum
tentu terjadi lagi kepadanya. Nasehati ia agar tidak terpaku ke masa lalu. Hidup akan
lebih berarti jika berani menerima kegagalan dan mencobanya lagi. Jika setelah
dinasehati ia tetap tidak bisa menghilangkan traumanya, minta ia agar konsultasi
dengan ahlinya (psikolog/psikiater).
6. Kurang supel dalam pergaulan
Cara mengatasinya: Ajari ia agar supel bergaul. Sekarang ini telah banyak buku-buku
tentang cara bergaul. Minta ia membacanya. Minta juga ia agar memperluas
pergaulannya. Kalau perlu, tunjukkan padanya dimana tempat-tempat bergaul yang
cocok untuknya.
7. Memiliki sifat buruk
Cara mengatasinya : Tunjukkan pada peserta apa sifat buruknya. Minta ia agar
memperbaiki sifat buruknya. Jika ia mengatakan bahwa sifat tersebut sulit diubah,
yakinkan bahwa tidak ada sifat yang sulit diubah. Persoalannya adalah mau atau tidak
merubah sifat buruk.
8. Ujian dari Allah
Cara mengatasinya : Jika semua alasan diatas tidak ada, besarkan hatinya bahwa
mungkin lambatnya ia menikah karena ujian dari Allah SWT. Allah Maha Tahu
bagaimana cara menguji hamba-Nya. Ujian dari Allah pasti bertujuan baik dan suatu
ketika orang yang diuji akan mengetahui hikmahnya.
Anda perlu berbicara kepadanya dari hati ke hati tentang mana saja alasan yang
menyebabkan peserta lambat menikah. Minta ia melakukan instrospeksi diri dan
memperbaikinya.
76. Bau badan yang mengganggu
Walaupun hal ini sepele, tapi cukup mengganggu kalau dibiarkan. Bagaimana cara
memberitahu peserta yang bau badannya mengganggu (terlalu bau)?
Bau badan yang mengganggu dapat berdampak pada pergaulan. Orang lain jadi
enggan berdekatan dengan orang yang bau badannya mengganggu. Di dalam halaqoh,
bau badan yang terlalu bau juga dapat menggangu konsentarasi dan membuat suasana
jadi tidak nyaman. Ironisnya orang yang bau badannya mengganggu itu sering tidak
menyadarinya. Ia acuh saja terhadap bau badannya. Karena itu, perlu ada orang lain
yang memberitahukannya. Tapi hal ini sensitif dan dapat membuat orang tersinggung.

Sebaiknya yang memberitahukan kepadanya adalah teman dekatnya. Anda bisa minta
bantuan kepadanya.
77. Ingin berkarir
Bagaimana sikap saya bila peserta (akhwat) ingin berkarir di tempat kerjanya?
Katakan padanya bahwa berkarir di tempat kerja dibolehkan dalam Islam selama
tidak mengganggu pekerjaan utamanya, yakni mengasuh anak. Di dalam Islam,
pekerjaan utama wanita adalah di rumah (mengasuh anak dan suami) bukan di luar
rumah. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu (QS. 33 : 33). Jika karir di tempat
kerja telah mengganggu karir di rumah, maka ia harus berani mengorbankan karir di
tempat kerja demi anak-anaknya. Jika ia tidak mau, maka ia berdosa karena telah
menelantarkan pekerjaan utamanya (yakni mengasuh anak).

BAB VII
PROBLEM LAIN-LAIN
1. Kaderisasi yang proporsional
2. Rekrutmen dengan cara dijebak
3. Peserta direkrut oleh harakah lain
4. Merekrut orang yang sudah tarbiyah di halaqah lain
5. Mekanisme komunikasi di dalam dan diluar halaqoh
Bagaimana cara membuat mekanisme komunikasi di dalam halaqoh?
6. Peserta terlalu tertutup tentang permasalahan yang dihadapi
Ada peserta di halaqah saya yang terlalu tertutup terhadap permasalahan yang ia
hadapi? Ia tidak mau menceritakan masalahnya kepada saya sebagai murobbi?
Bagaimana sikap saya semestinya?
6. Batasan iqob (sangsi) dari murobbi dan cara memberikan iqob kepada
mutarobbi? Bolehkan memvakumkan dari halaqah sebagai iqob?
7. Batasan memberikan kritik dan mentaati murobbi
8. Mengkompromikan antara kegiatan dari murobbi dengan kegiatan dakwah
lainnya
9. Mengadakan acara mabit atau mukhoyyam bagi akhwat
Bolehkah akhwat mengadakan acara mabit atau mukhoyyam?
Jawab :
10. Menikah dengan aktivis harakah lain

Bolehkah seorang aktivis dakwah menikah dengan aktivis dakwah dari harakah
yang berbeda?
Jawab :
Idealnya seorang aktivis dakwah menikah dengan aktivis dakwah dari harakah
yang sama. Sebab menikah dengan aktivis dakwah dari harakah lain kemungkinan
besar akan berdampak pada:
1. Terjadinya tarik menarik pengaruh antar suami isteri untuk mengajak
pasangannya mengikuti harakahnya.
2. Terjadinya perbedaan sudut pandang dalam melihat sesuatu karena masingmasing mendapatkan pengajaran (pembinaan) yang berbeda dari harakahnya.
3. Terjadinya perbedaan uslub (tata cara) dan manhaj (metode) dalam berdakwah
dan mengurus rumah tangga/anak.
4. Terjadinya perbedaan kepentingan antar suami isteri dalam mantaati murobbi
masing-masing. Apalagi jika perintah murobbi diberikan pada saat bersamaan.
5. Terjadinya komunikasi dakwah yang tidak terbuka, karena masing-masing
pihak harus menyimpan amniyah (keamanan) dakwah dari harakahnya
masing-masing.
6. Terjadinya kesenjangan pergaulan dengan teman suami atau isteri, karena
berasal dari harakah yang berbeda.
Semua hal itu akan berdampak pada kurang harmonisnya hubungan suami
isteri dan terbengkalainya kerja-kerja dakwah yang bersifat amal jamai antar
suami isteri. Karena itu, sangat disarankan agar para aktivis menikah dengan
aktivis dari harakah yang sama.
[Menikah bukan hanya menyatukan cinta, tapi juga menyatukan
pemahaman dan pengamalan]
--Biografi Singkat Penulis:
Satria Hadi Lubis, MM., MBA lahir di Jakarta pada 19 September 1965 adalah
Direktur Eksekutif Lembaga Manajemen LP2U yang bergerak dalam bidang
pemberdayaan manusia (Human Resources). Selain sebagai wirausahawan dan
dosen, aktivitas ayah dari lima orang anak ini juga menjadi trainer pelatihan tentang
manajemen dan kepemimpinan dengan lebih dari 3000 jam pelatihan, penceramah
agama (Islam) dan pembicara di berbagai seminar. Peraih gelar Magister
Manajemen (MM) dari STIE-IPWI (1997) dan Master of Business Administartion
(MBA) dari American World University (AWU) tahun 1998 ini aktif di berbagai
kegiatan dan organisasi Islam sejak mahasiswa tahun pertama. Termasuk aktif
membina berbagai halaqoh selama lebih kurang 14 tahun (1988 sampai sekarang).
Selain buku ini, ia juga tengah menyusun buku serial halaqoh lainnya; Manajemen
Halaqoh, Keterampilan-Keterampilan Murobbi (Murobbi Skills), 99 Tips Menjadi
Murobbi Sukses, dan 77 Kiat Mengatasi Problema Halaqoh Jilid II. Juga tengah
menyusun buku serial pengembangan pribadi, diantaranya: Cara Mudah Mengatur
Waktu, Sukses dengan Kepercayaan Diri Permanen, dan Kreativitas Plus.

Anda mungkin juga menyukai