Anda di halaman 1dari 97

Perpustakaan Unika

Rancangan Pengendalian Kualitas Produk


pada Perusda Percetakan Kota Semarang

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang

Disusun Oleh :
Baskoro Dwi Widodo

04.30.0199

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2009

Perpustakaan Unika

HalamanMottodanPersembahan

Semuayangbesarmulaidarisesuatuyang
kecil

Orangyangselaluragutidakakansukses
dalampekerjaanatauusahanya

SkripsiiniKupersembahkanKepada:
SemuaOrangyangKukasihi
ii

Perpustakaan Unika

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul

: Rancangan Pengendalian Kualitas Produk pada Perusda


Percetakan Kota Semarang

Disusun Oleh:
Nama

: Baskoro Dwi Widodo

NIM

: 04.30.0199

Program Studi : Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik


Soegijapranata
Telah disetujui dan diterima pada: Februari 2009

Disetujui di Semarang, Februari 2009


Pembimbing,

(Veronica Kusdiartini,SE,MSi)

iii

Perpustakaan Unika

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul

: Rancangan Pengendalian Kualitas Produk pada Perusda


Percetakan Kota Semarang

Disusun Oleh:
Nama

: Baskoro Dwi Widodo

NIM

: 04.30.0199

Program Studi : Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik


Soegijapranata

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada tanggal: Februari 2009

Tim Penguji,
Koordinator

(Anggota)

(A.Eva Maria Sukesi,SE,MM)

Anggota,

(Meniek Srining Prapti,SE,MSi) (Veronica Kusdiartini,SE,MSi)

Dekan
Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Soegijapranata

iv

Perpustakaan Unika

(DR. Andreas Lako)


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Baskoro Dwi Widodo

NIM

: 04.30.0199

Fakultas

: Ekonomi

Jurusan

: Manajemen

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri. Apabila
dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan atau bentukbentuk kecurangan yang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dalam bentuk
apapun dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Semarang, Maret 2009

(Baskoro Dwi Widodo)

Perpustakaan Unika

KATA PENGANTAR

Pengendalian kualitas produk merupakan hal yang penting bagi sebuah


perusahaan sebab akan menentukan besar kecilnya produk cacat yang nantinya
akan berdampak pada besarnya penerimaan laba yang diperoleh sebuah
perusahaan. Maka penelitian ini akan menganalisis rancangan pengendaian
kualitas produk pada Perusda Percetakan Kota Semarang.
Pada kesempatan ini, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, peneliti akhirnya berhasil
menyelesaikan skripsi yang berjudul: RANCANGAN PENGENDALIAN
KUALITAS

PRODUK

PADA

PERUSDA

PERCETAKAN

KOTA

SEMARANG ini.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana S-l pada Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen,
Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.
Tentunya di dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang
dialami oleh penulis, oleh sebab itu dukungan dari berbagai pihak sangat
dibutuhkan. Oleh sebeb itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain kepada:
1. Bapak

DR. Andreas Lako,

selaku

Dekan

Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

vi

Fakuitas

Ekonomi

Perpustakaan Unika

2. Ibu Veronica Kusdiartono, SE, MSi, selaku dosen pembimbing yang


telah memberikan bimbingan kepada peneliti selama ini.
3. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Soegijapranata, Semarang.
4. Pihak Perusda Percetakan Kota Semarang atas kesediaannya dalam
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
5. Seluruh keluarga dan teman-temanku yang

selama

ini

telah

memberikan dukungan yang luar biasa besarnya.


6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga tersusunnya skripsi ini.
Pada akhir kata peneliti ingin memohon maaf jika ada kesalahan baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Semarang, Maret 2009


Peneliti

vii

Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ..... i
Halaman Motto ...... ii
Halaman Persetujuan Skripsi .... iii
Halaman Pengesahan Skripsi ....iv
Pernyataan Keaslian Skripsi . v
Kata Pengantar . vi
Daftar Isi viii
Daftar Gambar ..................................................................................................... x
Daftar Tabel .... xi
Abstrak.........xv
BAB I: PENDAHULUAN ........ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..1
1.2 Perumusan Masalah..4
1.3. Batasan Masalah..5
1.4. Tujuan.5
1.5. Manfaat...5
1.6. Sistematika Penulisan........................................................................................6
BAB II: LANDASAN TE0RI.7
2.1 Tinjauan Pustaka7

viii

Perpustakaan Unika

2.1.1 Pengertian Pengendalian Kualitas ..7


2.1.2 Pengertian Six Sigma..8
2.1.3 Manfaat Six Sigma.9
2.1.4 Keunggulan Six Sigma.11
2.1.5 Konsep Kunci Sistem Six Sigma .12
2.1.6 Pengukuran Baseline Kinerja (Performance Baseline)14
2.1.7 Langkah-langkah Implementasi Peningkatan Kualitas Six Sigma..16
2.2. Kerangka Pikir26
2.3. Definisi Operasional...27
BAB III: METODE PENELTIAN ......................................................................28
3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian...28
3.2 Jenis Data.28
3.3 Metode pengumpulan Data.29
3.4 Metode Analisis Data..30
BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................36
4.1.1. Sejarah Perusahaan ......................................................................................36
4.1.2 Lokasi Perusahaan ........................................................................................37
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan....................................................................38
4.1.4 Proses Produksi.............................................................................................43
4.2 Analisis Hasil Penelitian ..............................................................................45
BAB V: KESIMPULAN......................................................................................79
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................79
5.2. Saran...............................................................................................................80

ix

Perpustakaan Unika

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Sebab Akibat Berdasarkan kategori sumber penyebab


dari masalah kualitas ....24
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian..26
Gambar 3.1 Diagram Sebab Akibat Berdasarkan kategori sumber penyebab
dari masalah kualitas ....34
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Perusda Percetakan Kota Semarang.......39
Gambar 4.2 Diagram Pareto..................................................................................51
Gambar 4.3. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Berdasarkan Kategori
Penyebab Cacat Kertas Miring........................................................53
Gambar 4.4. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Berdasarkan Kategori
Penyebab Cacat Warna Tidak Jelas................................................54
Gambar 4.5. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Berdasarkan Kategori
Penyebab Cacat Balur Hitam (Bercak Hitam)...............................54
Gambar 4.6. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Berdasarkan Kategori
Penyebab Cacat Kertas Terlipat....................................................55
Gambar 4.7. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Berdasarkan Kategori
Penyebab Cacat Plat, Klise / Film Tidak Optimal.........................55
Gambar 4.8. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Berdasarkan Kategori
Penyebab Cacat..............................................................................56

Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Tingkat Produk Rusak Produk Buku Perusda Percetakan Kota
Semarang Desember 2007-November 2008.....3
Tabel 3.1 Kapabilitas Sigma dan DPMO .32
Tabel 3.2. Hasil Analisis Pareto Jenis CTQ..33
Tabel 4.1. Pegawai Menurut Pendidikan..............................................................43
Tabel 4.2. Tingkat Produk Cacat Minggu I IV Bulan Januari 2009 pada
Perusda Percetakan Kota Semarang.45
Tabel 4.3. Data hasil produksi Januari 2009 dan CTQ Potensial Pada
Perusda Percetakan Kota Semarang.48
Tabel 4.4. Kapabilitas Sigma dan DPMO dari Proses Produksi pada
Perusda Percetakan Kota Semarang49
Tabel 4.5. Menghitung frekuensi dari setiap CTQ..............................................50
Tabel 4.6. Faktor Penyebab Kecacatan .....52
Tabel 4.7. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Man Kertas Miring............................58
Tabel 4.8. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Man Warna Tidak Jelas ....................59
Tabel 4.9. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Man Balur Hitam/Bercak Hitam.........60

xi

Perpustakaan Unika

Tabel 4.10. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan


Rencana Tindakan Pada Faktor Man Kertas Terlipat ..........................61
Tabel 4.11. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Man Plat, Klise atau Film
Tidak Optimal (Setting Tidak Pas)....................................................62
Tabel 4.12. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Machine Warna Tidak Jelas ............63
Tabel 4.13. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Machine Balur Hitam/Bercak
Hitam...................................................................................................64
Tabel 4.14. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Machine Kertas Terlipat...................65
Tabel 4.15. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Machine Plat, Klise atau Film
Tidak Optimal (Setting Tidak Pas)....................................................66
Tabel 4.16. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Methods Kertas Miring.....................67
Tabel 4.17. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Methods Kertas Terlipat....................68
Tabel 4.18. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Methods Plat, Klise, atau
Film Tidak Optimal (Setting Tidak Pas).............................................69
Tabel 4.19. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan

xii

Perpustakaan Unika

Rencana Tindakan Pada Faktor Material Warna Tidak Jelas............70

Tabel 4.20. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan


Rencana Tindakan Pada Faktor Material Balur Hitam/Bercak
Hitam..................................................................................................71
Tabel 4.21. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Material Plat, Klise atau Film
Tidak Optimal (Setting Tidak Pas)......................................................72
Tabel 4.22. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Environment Kertas Miring.............73
Tabel 4.23. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Environment Kertas Terlipat............74
Tabel 4.24. Penggunaan Metode 5W-1H Untuk Mengembangkan
Rencana Tindakan Pada Faktor Environment Plat,Klise(Film)
Tidak Optimal....................................................................................75
Tabel 4.25. Rencana Tindakan dan Alat Control Untuk Mengatasi Produk Cacat
(Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur hitam, Kertas terlipat, Plat,
Klise atau film tidak optimal) pada faktor Man................................76
Tabel 4.26. Rencana Tindakan dan Alat Control Untuk Mengatasi Produk Cacat
(Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur hitam, Kertas terlipat, Plat,
Klise atau film tidak optimal) pada faktor Machine...........................77

xiii

Perpustakaan Unika

Tabel 4.27. Rencana Tindakan dan Alat Control Untuk Mengatasi Produk Cacat
(Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur hitam, Kertas terlipat, Plat,
Klise atau film tidak optimal) pada faktor Method..........................77
Tabel 4.28. Rencana Tindakan dan Alat Control Untuk Mengatasi Produk Cacat
(Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur hitam, Kertas terlipat, Plat,
Klise atau film tidak optimal) pada faktor Material............................78
Tabel 4.29. Rencana Tindakan dan Alat Control Untuk Mengatasi Produk Cacat
(Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur hitam, Kertas terlipat, Plat,
Klise atau film tidak optimal) pada faktor Environment.....................78

xiv

Perpustakaan Unika

ABSTRAK
Perkembangan dunia usaha yang semakin maju telah memunculkan
persaingan yang semakin tajam pula. Persaingan dalam dunia bisnis dapat berupa
persaingan dalam kualitas produk, pelayanan maupun harga produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Perusda Percetakan Kota Semarang adalah perusahaan
yang merupakan milik pemerintah kota Semarang yang bergerak di bidang
percetakan dan offset, untuk memenuhi dan melayani kebutuhan pemerintah
Daerah dan masyarakat. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
adalah kertas, tinta, film dan lain-lain yang proses produksinya menggunakan
teknologi yang cukup tinggi. Tetapi kenyataanya dalam proses produksinya tidak
terlepas dari
cacat produk. Penelitian ini akan menganalisis rancangan
Pengendalian Kualitas Produk pada Perusda Percetakan Kota Semarang
dengan menggunakan metode Six Sigma.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana
rancangan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh Perusda Percetakan Kota
Semarang?
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : untuk
mengetahui rancangan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh Perusda
Percetakan Kota Semarang dengan menggunakan metode Six Sigma.
Penelitian ini dilakukan di Perusda Percetakan Kota Semarang yang
berlokasi di Kelurahan Kalicari Kecamatan Pedurungan Semarang. Alasan dipilih
Perusda Percetakan Kota Semarang sebagai obyek penelitian karena biaya bahan
tiap tahun tidak mengalami penurunan karena produk yang dihasilkan oleh
Perusda Percetakan Kota Semarang masih cukup banyak yang cacat dan sudah
melewati batas standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu 5%. Oleh
karena itu, dengan adanya penelitian ini perusahaan dapat mencoba melakukan
pengendalian kualitas dengan menggunakan metode Six Sigma dengan membuat
suatu program pengendalian kualitas yang terencana diharapkan dapat
mengurangi produk cacat dalam perusahaan.
Jenis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Data Primer dan
Data Sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan
3 cara yaitu : Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Metode Analisis Data
menggunakan metode Six Sigma.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Perusda Percetakan Kota Semarang hingga saat ini
masih belum menerapkan Six Sigma secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat
karena di dalam prakteknya Perusda Percetakan Kota Semarang masih belum
dapat mencapai dan mengatasi tingkat produk cacat yang dihasilkannya di bawah
5% sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.

xv

Perpustakaan Unika

Maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : (1) Pada tahap Define, Perusda Percetakan Kota Semarang telah
melakukan pendefinisian kriteria kualitas, tetapi dalam metode Six Sigma,
pelaksanaan perusahaan dalam tahap define belum mencakup keseluruhan tahap
define yaitu menyangkut rencana tindakan yang harus dilakukan seperti pelatihan
dan pemahaman kepada karyawan. (2) Pada tahap Measure, produk buku
memiliki kapabilitas sigma sebesar 2,50 dengan DPMO 12.359 yang artinya
masih dalam kategori buruk dan perlu untuk ditingkatkan, dan terdapat 5
karakteristik kunci yang menyebabkan produk ini tidak memenuhi harapan
pelanggan yaitu : Kertas miring, Warna tidak jelas, Balur hitam, atau bercak tinta,
Kertas terlipat, Plat, klise, atau film yang tidak optimal (setting tidak pas).
(3) Pada tahap Analyze, diperoleh kesimpulan yaitu jenis CTQ yang tidak dapat
dipenuhi oleh perusahaan adalah kertas miring, warna tidak jelas, balur hitam atau
bercak tinta, kertas terlipat, dan plat, klise, atau film yang tidak optimal (setting
tidak pas). Faktor terbesar penyebab produk cacat adalah kertas miring, yaitu
sebesar 25,10%. (4) Pada tahap Improve (berupa rancangan), dapat disimpulkan
perusahaan perlu melakukan rencana tindakan pengendalian dan peningkatan
kualitas Six Sigma berdasar pada 5W-1H yaitu what, why, where, when, who, dan
how dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas dengan
melakukan rencana tindakan perbaikan untuk faktor man, machine, methods,
material dan environment sehingga dapat menurunkan persentase produk cacat
perusahaan. (5) Pada tahap Control (berupa rancangan) yaitu perusahaan
melakukan pengontrolan setiap 1-2 bulan sekali untuk mengurangi hasil produk
cacat pada produk buku, pada faktor man, machine, methods, material dan
environment.
Dari hasil penelitian dan analisis ini, maka peneliti sedikit memberi saran
bagi perusahaan, yaitu sebagai berikut: (1) Pada tahap define maka perusahaan
sebaiknya melakukan pelatihan dan pemahaman kerja untuk meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan seperti bagaimana memilih dan membedakan bahan
baku yang baik, penanganan bahan dengan benar karena banyak cacat yang
diakibatkan oleh karyawan yang kurang hati-hati dalam menangani bahan,
ketrampilan dalam perawatan mesin secara teratur, memberi pedoman kerja, serta
kesadaran karyawan tentang pentingnya kualitas produk yang dihasilkan. (2) Pada
tahap measure maka perusahaan sebaiknya melakukan pembenahan dalam
berbagai hal seperti mesin yaitu apakah perlu adanya perbaikan atau tidak.
(3) Pada tahap analyze, sebaiknya perusahaan memperhatikan jenis kerusakan dan
penyebab cacat yang terjadi, seperti cacat yang paling potensial atau paling sering
terjadi pada tiap proses produksi tanpa mengesampingkan penyebab cacat yang
lain dengan cara membuat pedoman dan standar kerja bagi karyawan. (4) Pada
tahap improve sebaiknya perusahaan menerapkan pengendalian kualitas dengan
pendekatan sigma berdasarkan 5W-1H, yaitu produk apa yang paling sering cacat,
mengapa sering terjadi cacat, pada bagian proses mana cacat sering terjadi, kapan
terjadi cacat, siapa penyebab cacat, serta bagaimana terjadinya cacat. (5) Pada
tahap control sebaiknya perusahaan terus melakukan pengontrolan setiap satu
minggu sekali agar mengetahui produk cacat yang terjadi.

xvi

1
Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia usaha yang semakin maju telah memunculkan persaingan
yang semakin tajam pula. Persaingan dalam dunia bisnis dapat berupa persaingan
dalam kualitas produk, pelayanan maupun harga produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Hampir semua perusahaan manufaktur mempunyai tujuan yang sama
yaitu kesuksesan dalam mempertahankan dan mengembangkan barang yang
diproduksi agar produk yang dihasilkan memiliki kelangsungan hidup jangka
panjang. Setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk dengan kualitas
yang baik agar dapat memperoleh pangsa pasar yang luas. Kualitas suatu produk
perusahaan tidak dapat diabaikan jika perusahaan ingin mengembangkan produknya
dan bersaing dengan perusahaan lain, hal ini disebabkan perusahaan ingin membuat
produk yang terbaik bagi konsumen. Untuk mencapai produk yang berkualitas
perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas
produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas memiliki
makna bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen mendapatkan produk yang
terbaik dari harga yang mereka bayar. Sedangkan bagi produsen kualitas merupakan
hal yang sangat penting bagi kelangsungan produsen. Pengendalian kualitas
dilakukan karena dalam proses produksinya sangat bervariasi pada cara kerja
manusia, cara kerja mesin, bahan baku maupun metode yang digunakan, hal itu
berpengaruh pada hasil akhir produksi.

2
Perpustakaan Unika

Perusda Percetakan Kota Semarang adalah perusahaan yang merupakan milik


pemerintah kota Semarang yang bergerak di bidang percetakan dan offset, untuk
memenuhi dan melayani kebutuhan pemerintah Daerah dan masyarakat. Bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi adalah kertas, tinta, film dan lainlain yang proses produksinya menggunakan teknologi yang cukup tinggi. Tetapi
kenyataanya dalam proses produksinya tidak terlepas dari cacat produk.
Perusahaan ini dalam melakukan proses produksinya memperhatikan
kualitas yang dihasilkan. Namun demikian, kenyataan yang ada perusahaan tidak
dapat menjamin semua produk yang dihasilkan telah sesuai dengan standar
perusahaan. Adapun karakteristik terjadinya produk cacat antara lain :
1. Kertas miring.
2. Warna tidak jelas,
3. Bercak tinta,
4. Kertas terlipat.
5. Plat, klise, atau film yang tidak optimal atau seting tidak pas.
Perusahaan harus memikirkan solusinya untuk meminimalkan produk
cacat yang ada pada saat proses produksi berlangsung, sehingga dengan melalui
pengendalian kualitas diharapkan perusahaan dapat lebih menciptakan produk
yang berkualitas bagi konsumen.

3
Perpustakaan Unika

Tabel 1.1.
Tingkat Produk Rusak Produk Buku
Perusda Percetakan Kota Semarang Desember 2007-November 2008
Bulan

Rencana Produksi dalam


eksemplar

Realisasi Produksi dalam


eksemplar

Rusak

Persentase
Rusak

Des-07

6.107.640

4.580.730

288.800

6,30

Jan-08

6.205.653

4.654.240

317.680

6,83

Feb-08

6.182.764

4.637.073

259.920

5,61

Mar-08

6.477.181

4.857.886

301.796

6,21

Apr-08

6.377.127

4.782.845

222.376

4,65

Mei-08

6.187.039

4.640.279

270.028

5,82

Jun-08

6.477.181

4.857.886

268.598

5,53

Jul-08

5.608.601

4.206.451

235.401

5,60

Agust-08

6.182.764

4.637.073

243.946

5,26

Sep-08

6.719.191

5.039.393

266.851

5,30

Okt-08

5.879.040

4.409.280

289.089

6,56

Nop-08

6.182.764

4.637.073

243.025

5,24

55.940.209

267.293

5,74

Total
74.586.946
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat kerusakan


produk masih diatas standar toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 5%.
Adapun kategori produk cacat yang dihasilkan Perusda Percetakan Kota
Semarang adalah : kertas miring, warna tidak jelas, bercak tinta, kertas terlipat.
Jadi pengendalian kualitas bagi perusahaan sangat penting dengan tujuan
memperkecil jumlah produk cacat agar sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Maka oleh sebab itu dibutuhkan sistem pengendalan kualitas produk yang tepat
untuk mengatasi permasalahan banyaknya produk cacat pada perusahaan, yaitu
dengan menggunakan analisis Six Sigma.
Terdapat berbagai metode dalam melakukan pengendalian kualitas,
seperti Six Sigma, USE PDSA (continuous improvement), atau TQM. Pada
pengendalian kualitas USE PDSA hanya menggunakan 7 tahapan untuk

4
Perpustakaan Unika

meningkatkan kualitas produk atau mengurangi produk cacat sedangkan pada


TQM hanya dilakukan pengendalian kualitas produk secara global untuk
mengurangi produk cacat dengan melibatkan semua bagian atau divisi terkait.
Sedangkan kelebihan Six Sigma dibandingkan dengan metode lainnya adalah
metode ini dapat mengurangi tingkat kecacatan produk hingga 0,002 DPMO pada
tingkat 6 Sigma. Jadi alasan digunakannya metode ini adalah karena metode Six
Sigma merupakan suatu sistem komprehensif dan fleksibel untuk mencapai,
mempertahankan, dan memaksimalkan kesuksesan suatu bisnis. Six Sigma memiliki
metode yang unik untuk dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap
kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis
statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola memperbaiki dan menanamkan
kembali proses bisnis (Gasperz, 2001: 304). Dalam metode Six Sigma ini tujuan
utama yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui
pengurangan tingkat kesalahan dan waktu siklus, serta lebih tinggi tingkat
ketelitiannya dibandingkan dengan metode lain.
Melihat uraian diatas dan melihat karakteristik serta tingkat cacat produk
yang dihasilkan maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul
"Rancangan Pengendalian Kualitas Produk pada Perusda Percetakan Kota
Semarang.

1.2. Perumusan Masalah


Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
perusahaan dalam mencegah terjadinya produk rusak sehingga dapat bersaing

5
Perpustakaan Unika

dalam lingkungan yang selalu berubah. Adapun perumusan masalah dalam


penelitian ini, yaitu bagaimana rancangan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh
Perusda Percetakan Kota Semarang?

1.3. Batasan Masalah


Untuk membatasi ruang lingkup penelitian supaya tidak terlalu kompleks,
maka dilakukan pembatasan masalah, yaitu pada produk yang diteliti yaitu pada
produk buku karena produk buku ini memiliki persentase cacat terbesar daripada
produk lainnya (Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran).

1.4. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui rancangan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh Perusda
Percetakan Kota Semarang dengan menggunakan metode Six Sigma.

1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi perusahaan.
Sebagai pedoman dan pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan
rancangan pegendalian kualitas sehingga perusahaan dapat mengantisipasi
produk rusak.
b. Bagi pihak lain.
Hasil penelitian ini akan menambah wawasan bagi pembaca untuk

6
Perpustakaan Unika

mengenal dan memahami pengendalian kualitas dengan metode Six Sigma.


c. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat membuat peneliti lebih memahami cara kerja
rancangan pengendalian kualitas dengan menggunakan Six Sigma.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini dibahas tentang konsep teoritis sebagai dasar untuk
menganalisis permasalahan yang ada yang merupakan hasil studi
pustaka, kerangka pikir, dan definisi operasional.
BAB III: METODE PENELITIAN
Metode penelitian meliputi: obyek penelitian, jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Meliputi gambaran umum perusahaan, serta hasil analisa data.
BAB V: PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan dan saran.

7
Perpustakaan Unika

BAB II
LANDASAN TE0RI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Pengertian Pengendalian Kualitas
Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi tentang pengendalian.
Pengendalian merupakan proses mengukur dan mengevaluasi pelaksanaan nyata
setiap komponen organisasi dan melaksanakan tindakan korektif jika diperlukan.
(Sugiyono, 2001: 10) Dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpanganpenyimpangan yang akan terjadi dapat dihindari dan dapat dihasilkan produk baru
sesuai standar yang telah ditetapkan.
Pengendalian dilakukan untuk melihat sebab-sebab timbulnya penyimpangan,
oleh sebab itu perencanaan atau standard yang telah ditetapkan harus dilaksanakan
sesuai dengan perencanaanya, supaya tujuan yang ditetapkan dapat terlaksana.
Kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera konsumen pada suatu barang atau
produk. Suatu produk dikatakan berkualitas jika

produk tersebut memiliki

kecocokan penggunaan bagi dirinya. Kualitas merupakan sesuatu yang relatif


kompleks bergantung pada upaya untuk mengembangkan dan mengendalikannya
secara terus menerus, menyeluruh dan terpadu. Beberapa pendapat mengenai definisi
kualitas produk antara lain sebagai berikut :
1. Kualitas diartikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus
menerus pada level operasi atau proses, dari setiap area fungsional dari suatu
organisasi, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan modal yang ada.

8
Perpustakaan Unika

(Gasperz, 2001 : 5)
2. Kualitas dapat didefinisikan sebagai jumlah dan jasa atribut atau sifat
sebagaimana didefinisikan di dalam produk yang bersangkutan. (Ahyari, 2003 :
239)
3. Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan
produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk tersebut
di produksi. (Handoko, 2000 : 54)
4. Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang
tampak jelas maupun yang tersembunyi. (Render, 2001 : 92)
Oleh sebab itu berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
kualitas adalah standar atau kualifikasi yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan
dalam produksi suatu barang. Sedangkan definisi pengendalian kualitas adalah
proses pengukuran dan evaluasi dalam melakukan proses produksi sehingga sesuai
dengan keinginan konsumen dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan, jika
terdapat

penyimpangan

maka

akan

dilakukan

tindakan

perbaikan

untuk

memperbaikinya.

2.1.2 Pengertian Six Sigma


Menurut beberapa ahli, Six Sigma dapat diartikan sebagai berikut :
1. Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan
kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen
kualitas. (Gaspersz, 2001 : 301)

9
Perpustakaan Unika

2. Six Sigma adalah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai,
mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma secara unik
dikendalikan olah pemahaman yang kuat terhadap fakta, data, dan analisis
statistik, serta perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan
menanamkan proses bisnis. (Pande, 2002 : 11)
3. Six Sigma adalah konsep statistik yang mengukur suatu proses yang berkaitan
dengan cacat. Six Sigma pun merupakan falsafah manajemen yang berfokus
untuk menghapus cacat dengan cara menekankan pemahaman, pengukuran, dan
perbaikan proses. (Brue, 2002 : 2)
Berdasarkan pngertian di atas dapat disimpulkan bahwa Six Sigma
merupakan suatu metode atau teknik dalam hal pengendalian dan peningkatan
produk dimana sistem ini sangat komprehensif dan fleksibel untuk mencapai,
mempertahankan, dan memaksimalkan kesuksesan suatu usaha.

2.1.3 Manfaat Six Sigma


Menurut Pande (2002), terdapat beberapa manfaat Six Sigma bagi perusahaan
yaitu :
A. Menghasilkan sukses yang berkelanjutan
Cara untuk melanjutkan dan tetap menguasai pertumbuhan sebuah pasar yang
aman adalah dengan terus menerus berinovasi dan membuat kembali organisasi.
Six Sigma menciptakan keahlian dan budaya untuk terus menerus bangkit
kembali.

10
Perpustakaan Unika

B. Mengatur tujuan kinerja untuk setiap orang


Dalam sebuah perusahaan, membuat setiap orang bekerja dalam arah yang sama
dan berfokus satu tujuan bersama. Masing-masing fungsi, unit bisnis, dan
individu mempunyai sasaran dan target yang berbeda-beda. Sekalipun demikian,
ada hal yang dimiliki oleh semua orang di dalam maupun di luar perusahaan.
Six Sigma menggunakan hal tersebut untuk menciptakan sebuah tujuan yang
konsisten.
C. Memperkuat nilai pada pelanggan.
Dengan persaingan yang ketat di setiap industri, biaya pengiriman produk dan
jasa yang bermutu ataupun bebas cacat tidaklah menjamin sukses. Fokus pada
pelanggan dan merencanakan bagaimana menkirimkannya kepada mereka secara
menguntungkan.
D. Mempercapat tingkat perbaikan
Dengan teknologi informasi yang menentukan kecepatan langkah, maka harapan
pelanggan terhadap perbaikannya semakin nyata. Perusahaan yang tercepat
melakukan perbaikan, kemungkinan besar akan memenangkan persaingan,
dengan menjamin alat-alat dan ide-ide dari banyak disiplin ilmu, Six Sigma
membantu pekerjaan untuk tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga
meningkatkan perbaikan.
E. Mempromosikan pembelanjaan
Six Sigma merupakan suatu pendekatan yang meningkatkan dan mempercepat
perkembangan dan penyebaran ide-ide baru di sebuah organisasi keseluruhan.
Orang-orang yang terlatih dengan keahlian dalam banyak proses serta bagaimana

11
Perpustakaan Unika

mengelola dan memperbaiki proses, dapat dipindah ke devisi lain dengan


kemampuan untuk menerapkan proses dengan lebih cepat.
F. Melakukan perbahan strategi
Memperkenalkan produk baru, meluncurkan kerja sama baru, memasuki pasar
baru, merupakan aktivitas-aktivitas bisnis sehari-hari yang biasa dilakukan oleh
perusahaan. Dengan lebih memahami proses dan prosedur perusahaan, akan
memberikan kemampuan yang lebih besar untuk melakukan penyesuaian kecil
maupun penyesuaian besar.

2.1.4 Keunggulan Six Sigma


Six Sigma merupakan solusi bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya
dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dan sebagai strategi bisnis yang
menitikberatkan fokus kegiatan atau proses usaha pada penciptaan value produk dan
jasa yang mendekati sempurna. Tujuan utama yang ingin dicapai Six Sigma selalu
berusaha meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pengurangan tingkat kesalahan
(defect) dan waktu siklus. (Gaspersz, 2001 : 304)
Six Sigma memiliki keunggulan, secara konseptual keunggulannya adalah
sebagai berikut : (Pande et.al, 2002 : 11-14)
1.

Terdapat atau adanya hubungan ke lini dasar bisnis dan personal, dimana
penempatan manajemen proses, perbaikan dan pengukuran kedalam tindakan
sebagai bagian dari tanggungjawab sehari-hari terutama menajer produksi.

2.

Kepemimpinan dibarisan depan, dimana kesiapan bagi sebuah perusahaan untuk


masuk ke dalam Six Sigma adalah hanya ketika orang-orang atasnya membuat

12
Perpustakaan Unika

suatu keputusan bahwa perusabahan adalah penting bagi sukses terus menerus.
3.

Mengadaptasi alat dan tingkat kekakuan lingkungan, dimana penggunaan alat


dan

pendekatan

yang

mendatangkan

hasil

dengan

kemudahan

dan

kesederhanaan paling besar.


4.

Six Sigma merupakan suatu perubahan inkremental eksponensial, dimana


perbaikan kecil maupun besar adalah bagian penting dari siklus bisnis.

2.1.5 Konsep Kunci Sistem Six Sigma


Pengetahuan tentang pelanggan dan ukuran-ukuran yang efektif merupakan
bahan bakar dalam sistem six sigma. Keduanya mendorong mesin yang terdiri dari
tiga unsur dasar (perbaikan proses, desain atau desain ulang proses, dan menajemen
proses) yang sebelumya berfokus pada proses organisasi. Hubungan pendekatanpendekatan tersebut merupakan salah satu inovasi penting yang membuat six sigma
berhasil. Ketiga unsur dasar tersebut adalah : (Nasfiendry, 2003 : 278)
1. Perbaikan proses
Menemukan solusi-solusi target. Istilah perbaikan proses merujuk pada sebuah
strategi membangun solusi terfokus untuk mengeliminasi akar penyebab dari
masalah kinerja bisnis. Pada dasarnya, usaha perbaikan proses berusaha
menyelesaikan sebuah masalah sementara meninggalkan struktur dasar dan
proses kerja yang utuh.
2. Desain ulang proses
Membangun bisnis yang lebih baik. Six Sigma membawa bersama-sama baik
perbaikan proses maupun perancangan ulang, menggabungkannya sebagai

13
Perpustakaan Unika

strategi paling penting yang komplementer untuk meraih sukses terus menerus.
Pada model desain ulang sasarannya bukanlah untuk memperbaiki melainkan
untuk mengganti dengan proses yang baru.
3. Manajemen proses
Infrastruktur untuk kepemimpinan six sigma merupakan strategi yang paling
revolusioner karena melibatkan suatu perubahan fokus, dari kekeliruan dan arah
fungsi-fungsi kepada memahami dan memfasilitasi proses-proses, aliran kerja
yang memberikan nilai kepada pelanggan dan para pemegang saham.
Terdapat 6 hal yang harus diperhatikan bila konsep kunci six sigma akan
diterapkan dalam perusahaan manufaktur, yaitu :
1. Indentifikasi produk yang akan memuaskan pelanggan
2.

Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical To


Quality) individual.

3. Menetapkan apakah setiap CTQ dapat dikendalikan melalui pengendalian


material, mesin-mesin, proses kerja dan lain-lain.
4. Menentukan batas maksimum toleransi CTQ sesuai dengan yang diinginkan
pelanggan.
5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (nilai maksimal standar
deviasi).
6. Mengubah desain produk atau proses sedemikian hingga agar mencapai nilai
target six sigma.

14
Perpustakaan Unika

2.1.6 Pengukuran Baseline Kinerja (Performance Baseline)


1. Pengukuran baseline kinerja pada tingkat proses.
Pengukuran ini dilakukan jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses.
Pengukuran baseline kinerja menjelaskan masalah-masalah kualitas yang tidak
tampak jelas jika pengukuran kinerjanya hanya dilakukan pada tingkat output.
2. Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output
Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output dilakukan secara langsung pada
produk akhir (barang/jasa) yang akan diserahkan kepada pelanggan. Pengukuran
pada tingkat ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana output akhir dari
proses dapat memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan sebelum sampai ketangan
pelanggan.
3. Pengukuran baseline kinerja pada tingkat outcome
Pengukuran ini dilakukan secara langsung pada pelanggan yang menerima output
dari proses. Aktivitas ini dalam program peningkatan kualitas Six Sigma disebut
sebagai : Mendengarkan Suara Pelanggan, pada umumnya terdapat 6 cara
untuk mendengarkan suara pelanggan, ke enam cara itu adalah :
a. Survey kepuasan global, merupakan suatu survey berskala besar kepada
pelanggan, pada umumnya menggunakan ukuran contoh/sampel siza).
b. Survey transaksi mengikuti suatu kegiatan, sebagai misal, seorang pelanggan
mungkin disurvey setelah adanya panggilan telepon untuk perbaikan,
instalasi, atau ketika mengajukan suatu keluhan (complaint).
c. Data keluhan (complaint data), yang diperoleh melalui pelanggan yang
mengeluhkan tentang isu-isu yang berkaitan dengan produk dan pelayanan.

15
Perpustakaan Unika

d. Analisis kehilangan pelanggan yang membutuhkan survey terhadap


pelanggan yang telah berpindah atau memindahkan bisnis mereka kepada
pesaing lain.
e. Kontak proaktif yang menanyakan lebih jauh kepada pelanggan tentang
bagaimana mereka menggunakan produk itu serta persepsi mereka tentang
produk dan pelayanan yang diterima.
f. Kebanyakan

organisasi

memiliki

pelanggan-pelanggan

kunci

yang

menentukan sukses dari organisasi. Pelanggan-pelanggan ini membutuhkan


perlakuan khusus dan hubungan yang lebih akrab.
Langkah-langkah untuk melakukan baseline kinerja (Gaspersx : 2002) adalah :
a. Menetapkan periode waktu yang akan diuji.
b. Menuliskan jumlah produk yang akan diperiksa selama periode no. 1 pada
kolom tabel B.
c. Menuliskan jumlah produk cacat dalam kolom tabel C.
d. Menuliskan jumlah CTQ potensial penyebab kecacatan produk pada
kolom D.
e. Menghitung dan menuliskan DPMO dengan menggunakan rumus :
DPMO =

(C )
X 1.000.000
( B) X ( D)

Ket :
C : Jumlah produk cacat
B : Jumlah produk yang diperiksa
D : Jumlah CTQ potensial
f. Mengkonvensi DPMO menjadi nilai Sigma dengan menggunakan tabel

16
Perpustakaan Unika

konveksi hasil bebas cacat ke nilai sigma dan DPMO.

2.1.7 Langkah-langkah Implementasi Peningkatan Kualitas Six Sigma


Menurut Gaspersz (2002), langkah-langkah implementasi peningkatan
kualitas Six Sigma terdiri dari lima langkah yaitu :
1. Define
Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six
Sigma. Pada bidang operasional sasaran tersebut dapat berupa penurunan tingkat
produk cacat dan biaya operasional serta peningkatan output produksi dan
produktivtas. Langkah ini juga mendefinisikan rencana tindakan yang harus
dilakukan untuk melakukan penigkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci. Define
merupakan langkah operasional pertama dalam proyek peningkatan kualitas
Six Sigma, yang meliputi :
a. Mendefinisikan kriteria pemilihan proyek Six Sigma
Dalam langkah ini, pemilihan proyek terbaik berdasarkanpada identifikasi proyak
yang

terbaik sepadan dengan kebutuhan, kapabilitas, dan tujuan organisasi.

Secara umum setiap proses Six Sigma yang terpilih harus memenuhi kategori :
1). Memberikan manfaat bisnis atau hasil-hasil
2) Kelayakan
3) Memberikan dampak positif pada organisasi
b. Mendefinisikan peran orang-orang yang terllihat dalam Six Sigma
Dilangkah kedua ini, didefiniskan peran orang-orang yang terlibat dalam proyek
implementasi Six Sigma adalah :

17
Perpustakaan Unika

1) Dewan kepemimpinan
2) Champions
3) Master Black Belts
4) Black Belts
5) Green Belts
6) Anggota-anggota Tim Proyek Six Sigma
c. Mendefinisikan kebutuhan pelatihan dalam proyek Six Sigma
Proses transformasi pengetahuan dan metodologi Six Sigma yang paling efektif
adalah dengan menciptakan sistem pelatihan Six Sigma yang terstruktur dan
sistematik. Sistem ini diberikan kepada orang yang telah terpilih berdasarkan
kriteria pemilihan proyek Six Sigma yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa
organisasi harus secara terus menerus mengenai informasi dan pandangan baru
dari pelanggannya, lingkungan eksternal dan proses-proses.
d. Mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dari proyek Six Sigma
Proyek Six Sigma yang telah ditentukan, harus didefinisikan dalam proses kunci
dan pelanggan yang terlibat dalam proses tersebut. Sebelum melakukan langkah
ini perlu diketahui model proses SIPOC (Suppliers Inouts Processes Outputs
Customers) sebagai berikut :
1) Suppliers, merupakan kelompok orang yang memberikan informasi kunci,
material, atau sumber daya lain kepada proses.
2) Inputs, merupakan segala hal yang diberikan oleh supplier pada proses
3) Processes, merupakan langkah-langkah transformasi untuk menambah nilai
padainputs.

18
Perpustakaan Unika

4) Output, merupakan produk berupa barang dan jasa dari suatu proses.
5) Customers, merupakan kelompok orang yang menerima outputs.
e. Mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan yang terlihat dalam proyek
Six Sigma
Dalam mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan, terdapat dua
persyaratan kritis, yaitu :
1) Persyaratan output.
Merupakan karakteristik produk akhir (barang/jasa) yang diserahkan kepada
pelanggan pada akhir suatu proses yang berkaitan dengan efektivitas produk
akhir tersebut. Dalam persyaratan ini tim proyek Six Sigma harus mampu
mendaftar semua persyaratan output yang diinginkan oleh pelanggan.
2) Persyaratan pelayanan
Petunjuk bagaimana pelanggan sebaiknya diperalkukan selama eksekusi dari
proses tersebut. Misalnya melakukan pelanggan dengan ramah.
Setelah persyaratan output dan persyaratan pelayanan tersebut didefinisikan
langkah selanjutnya adalah mengendalikan kualitas dan mendefinisikan
melakui karakteristik kualitas, yang disebut sebagai Critical to Quality.
f. Mendefinisikan pernyataan tujuan proyek Six Sigma
Mendefinisikan tujuan dari proyek Six Sigma harus mengikuti prinsip SMART
sebagai berikut :
1) Specific (spesifik)
Tujuan dari proyek Six Sigma harus dinyatakan secara spesifik dan tegas,
sehingga tidak menimbulkan pengertian yang rancu.

19
Perpustakaan Unika

2) Measureble (dapat diukur)


Tujuan dari proyek Six Sigma dapat diukur dengan memakai indikator
pengukuran yang tepat untuk mencapai keberhasilan, peninjauan ulang atau
tindakan perbaikan dimasa yang akan datang.
3) Achievable (dapat dicapai)
Tujuan dari proyek Six Sigma harus dapat dicapai atau terjangkau oleh semua
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
4) Result-oriented (berfokus pada hasil)
Tujuan dari proyek Six Sigma harus berorientasi pada hasil-hasil yang berupa
pencapaian target-target kualitas yang harus ditetapkan, yang ditunjukkan
melalui penurunan Defect Per Million Opportunities, peningkatan Process
Capability, dan lain-lain.
5) Time bound (adanya batas waktu)
Tujuan dari proyek Six Sigma harus memiliki batas waktu untuk mencapai
batas waktu yang telah ditentukan. Target yang telah ditentukan harus dicapai
secara tepat waktu.
Struktur persyaratan masalah atau isu-isu yang diangkat dalam proyek Six
Sigma

sebaiknya

mampu

menjawab

beberapa

pertanyaan

berikut

yang

dikelompokkan ke dalam 5W-2H yaitu :


1. What, masalah penting apa yang akan dipecahkan dan rencana tindakan apa
yang dilaksanakan.
2. Where, dalam tahap proses mana rencana tindakan itu akan diterapkan.
3. When, periode waktu pelaksaan rencana tindakan itu. Misalnya : hari, bulan,

20
Perpustakaan Unika

sebelum atau sesudah implementasi proyek dan lain-lain.


4. Who, adalah siapa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan rencana
tindakan itu.
5. Why, mengapa rencana tindakan itu dipilih.
6. How, bagaimana rencana tindakan itu akan diterapkan dan bagaimana
mencari solusi masalah.
7. How much, berapa banyak yang harus dikeluarkan untuk menerapkan rencana
tindakan itu, berapa manfaat yang akan diperoleh.

2. Measure
Tahap measure merupakan tahap dimana melakukan pemetaan proses,
pengevaluasian sistem pengukuran dan menaksir kemampuan baseline kinerja dalam
perusahaan.
Terdapat tiga hal pokok dalam tahap measure :
a. Menetapkan karakteristik kualitas (Critical to Quality) kunci
Dalam menentapkan karakteristik kualitas kunci harus mempertimbangkan setiap
aspek dan proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang
nilai kuaitas. Perusahaan harus melakukan pengukuran terhadap hal-hal yang
memiliki keterkaitan dengan kepuasan konsumen dan strategi bisnis perusahaan.
Penerapan karakteristik berkaitan langsung dengan kebutuhan pelanggan akan
sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari masing-masing perusahaan.
Dalam hal ini perusahaan harus mempertahankan aspek internal dan aspek
eksternalnya.

21
Perpustakaan Unika

b. Mengembangkan rencana pengumpulan data


Pada dasanya pengumpulan karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga
tingkat.
1) Pengukuran pada tingkat proses
Pengukuran ini mengukur aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas
input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang mempengaruhi
karakteristik kualitas putput yang diinginkan.
Tujuan dari pengukuran ini untuk mengidentifikasikan perilaku yang
mengatur

setiap

langkah

dalam

proses

untuk

mengendalikan

dan

meningkatkan proses serta memperkirakan output sebelum output diproduksi


dan diserahkan kepada pelanggan.
2) Pengukuran pada tingkat output
Pengukuran ini mengukur karakteristik kualitas output yang dihasilkan dari
suatu proses dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik kualitas yang
diinginkan pelanggan.
3) Pengukuran pada tingkat outcome
Pengukuran ini mengukur bagaimana baiknya suatu prodeuk dapat memenuhi
kebutuhan spesifik dari pelanggan.
c. Pengukuran baseline kinerja (performance baseline)
Sebelum proyek Six Sigma dimulai, perusahaan harus mengetahui tingkat kinerja
yang sekarang (baseline kinerja). Setelah ini maka peningkatan yang dicapai
dapat diukur sepanjang jalannya proyek Six Sigma. Baseline kinerja dalam Six
Sigma dapat ditentukan dengan menggunakan suatu pengukuran DPMO (Defect

22
Perpustakaan Unika

Per Million Opportunities) dan tingkat kapabilitas Sigma (sigma level).


Ada tiga baseline kinerja yaitu :
1) Pengukuran Baseline kinerja pada tingkat proses
Pengukuran ini dilakukan jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses.
Pengukuran baseline kinerja menjelaskan masalah-masalah kualitas yang
tidak tampak jelas jika pengukuran kinerjanya hanya dilakukan pada tingkat
output.
2) Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output
Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output dilakukan secara langsung
pada produk akhir (barang/jasa) yang akan diserahkan kepada pelanggan.
Pengukuran pada tingkat ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana
output akhir dari proses dapat memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan,
sebelum sampai ketangan pelanggan.
3) Pengukuran baseline kinerja pada tingkat outcome
Pengukuran ini dilakukan secara langsung pada pelanggan yang menerima
output dari proses.

3. Analisis
Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan harus mencari dan memahami
mengapa produk-produk cacat dapat terjadi. Dengan kata lain pada tahap ini,
perusahaan melalui Six Sigma mereka, mencari input mana saja yang mempengaruhi
kualitas output.
Pada tahap ini perusahaan harus melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut :

23
Perpustakaan Unika

a. Menentukan stabilitas dan kemampuan (kapabilitas) proses


Proses produksi harus merupakan sebagai suatu proses peningkatan yang terus
menerus (continues improvement), yang dimulai dari ide-ide untuk menghasilkan
suatu produk, mengembangkan produk, proses produksi, sampai pada distribusi
kepada pelanggan..
b. Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas (Critical to Quality)
kunci.
Setelah melakukan analisis stabilitas dan kemampuan proses, maka harus
ditetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas (CTQ) kunci untuk
ditingkatkan selama masa proyek Six Sigma. Penetapan ini mempertimbangkan
kemajuan proses dan kesiapan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan.
c. Mengidentifikasikasi sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas
Perusahaan harus memahami produk penyebab cacat kemudian merincinya
menjadi berbagai alasan yang jelas.
Penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya produk cacat adalah :
a) Penyebab yang tidak dapat dikendalikan
Penyebab ini ada dua macam yaitu yang pertama penyebab yang dapat
diperkirakan

sehingga

memungkinkan

pihak

manajemen

untuk

mengantisipasi dan mencegahnya. Sedangkan yang kedua adalah penyebab


yang tidak dapat diperkirakan karena tidak adanya pengetahuan tentang
kejadian itu sebelumnya.
b) Penyebab yang dapat dikendalikan
Penyebab ini berada pada lingkup tanggung jawab dan wewenang manajemen

24
Perpustakaan Unika

sehingga dapat diambil tindakan untuk menghilangkan penyebab tersebut.

Methods

Machines

Akibat

Akar
penyebab
Manpower
Materials

Environment

Gambar 2.1
Diagram Sebab Akibat
Berdasarkan ketegori sumber penyebab dari masalah kualitas
(Sumber : Gasperz, 2002)

Sumber-sumber penyebab berdasarkan 5 M, yaitu :


1. Man Power (tenaga kerja) : kelelahan, stress, kekurangan pengetahuan
dan ketrampilan.
2. Machine (mesin) atau peralatan : tidak ada sistem perawatan prefentif
terhadap mesin-mesin produksi.
3. Methods (metode kerja) : tidak ada prosedur dan metode kerja yang jelas
dan benar.
4. Materials (bahan baku dan bahan penolong) : tidak ada kesesuaian dan
spesifikasi kualitas bahan baku dan bahan baku penolong yang digunakan.
5. Environment (media) : tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan
aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja, ventilasi dan lain-lain.

25
Perpustakaan Unika

4. Improve
Pada langkah ini ditetapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas Six Sigma. Tim peningkatan kualitas harus mengetahui target yang harus
dicapai, mengapa rencana tindakan itu harus dilakukan, siapa penanggung jawab
rencana tindakan itu, bagaimana melaksanakan rencana tindakan itu.

5. Control
Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan
disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses
distandarsasikan dan disebarluaskan, dan dijadikan pedoman kerja standar, serta
kepemimpinan atas tanggung jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada pemilik
atau penanggung jawab proses.

26
Perpustakaan Unika

2.2. Kerangka Pikir


Dengan meilhat proses produksi pada Perusda Percetakan Kota Semarang
akan dilakukan pengendalian kualitas produk offset/cetak karena tingkat kerusakan
relatif besar dan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Adapun metode yang dilakukan adalah menggunakan Six Sigma yaitu DMAIC.
Proses Produksi
(Offset/cetak)

Produk

Produk yang diperiksa

Produk cacat

Pengendalian kualitas
dengan metode Sig Sixma:
Define
Measure
Analyze
Improve
Control

Implikasi Manajerial

Gambar 2.2
Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan :
= berupa rancangan

27
Perpustakaan Unika

2.3.

Definisi Operasional

a. Produk perusda percetakan kota semarang


Produk yang dihasilkan oleh Perusda Percetakan Kota Semarang yaitu berupa
hasil cetakan yang berupa buku yang merupakan pesanan pelanggan baik partai
besar maupun kecil.
b. Produk cacat
Merupakan persentase kecacatan produk buku cetakan yang dihasilkan oleh
Perusda Percetakan Kota Semarang dimana persentasenya masih melebihi batas
toleransi yang ditetapkan yaitu 5%. Cacat produknya disebabkan karena kertas
miring, warna tidak jelas, bercak tinta, kertas terlipat, dan plat, klise atau film
yang tidak optimal (setting tidak pas).

28
Perpustakaan Unika

BAB III
METODE PENELTIAN

3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Perusda Percetakan Kota Semarang yang berlokasi
di Kelurahan Kalicari Kecamatan Pedurungan Semarang. Alasan dipilih Perusda
Percetakan Kota Semarang sebagai obyek penelitian karena biaya bahan tiap tahun
tidak mengalami penurunan karena produk yang dihasilkan oleh Perusda Percetakan
Kota Semarang masih cukup banyak yang cacat dan sudah melewati batas standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu 5%. Oleh karena itu, dengan adanya
penelitian ini perusahaan dapat mencoba melakukan pengendalian kualitas dengan
menggunakan metode Six Sigma dengan membuat suatu program pengendalian
kualitas yang terencana diharapkan dapat mengurangi produk cacat dalam
perusahaan.

3.2 Jenis Data


Jenis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya, tidak
melalui media perantara (Indriantoro et.al., 2002 : 146)
Data Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Masalah-masalah yang dihadapi
2. Proses produksi
3. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi

29
Perpustakaan Unika

4. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi


5. Data penyebab terjadinya produk cacat
b. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melakui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan
dan tidak dipublikasikan. (Indriantoro et.al ; 2002 : 147)
Dari penelitian ini yang termasuk data sekunder :
1) Volume produksi selama bulan Desember 2007 November 2008
2) Volume produk cacat Desember 2007 November 2008
3) Presentase produk cacat Desember 2007 November 2008
4) Produksi Desember 2007 November 2008
5) Frekuensi dari masalah yang diteliti.
6) Struktur Organisasi Perusda Percetakan Kota Semarang.

3.3 Metode pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan 3 cara
yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek, atau kegiatan yang
sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu
yang diteliti (Indriantoro et.al., 2002 : 157)
Metode observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung dan mencatat
segala sesuatu yang diperlukan pada saat berlangsungnya proses produksi kertas

30
Perpustakaan Unika

cetakan.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah cara pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penelitian (Husein Umar, 2001: 35)
Metode wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data primer
berupa bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan akar penyebab
cacat produk selama proses produksi berlangsung.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik untuk memperoleh data penelitian yang berupa
faktor, jurnal, surat-surat, notilen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan
program. (Indriantoro et.al., 2002 : 146)
Metode dokumentasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu
data mengenai jumlah atau produksi kertas cetakan untuk jenis buku.
3.4 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan sebagai alat analisis dengan
terapan sebagai berikut :
1.

Define

Mendefinisikan masalah-masalah standar kualitas yang ditentukan oleh pimpinan


perusahaan, yaitu kertas miring, balur hitam, bercak tinta, kertas terlipat, dan plat,
klise, atau film yang tidak optimal atau seting tidak pas. Persentase produk cacat
ditentukan perusahaan adalah 5% per bulan. Cara perhitungan persentase produk
cacat adalah dengan membagi jumlah produk cacat dengan jumlah produk

31
Perpustakaan Unika

dikalikan 100%. Karena jumlah produk cacat masih di atas standar yang
menunjukkan proses produksi belum berjalan dengan baik.
2.

Measure

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap measure ini adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan karakteristik kualitas (CTQ) kunci
Langkah ini menetapkan karakteristik kunci apa saja yang dapat
menyebabkan hasil kertas tidak memenuhi harapan pelanggan.
b. Melakukan pengukuran baseline kinerja
Pada langkah ini dilakukan pengukuran tingkat kinerja perusahaan untuk
meningkatkan kualitas Six Sigma, sehingga kemajuan peningkatan yang
dicapai dapat diukur sepanjang berlangsungnya proyek Six Sigma.
Pengukuran baseline kinerja ini menggunakan pengukuran pada tingkat
output.
Langkah-langkah untuk melakukan baseline kinerja (Gaspersz : 2002)
adalah :
1. Menetapkan periode waktu yang akan diuji
2. Menuliskan jumlah produk yang akan diperiksa selama periode no. 1 pada
kolom tabel B.
3. Menuliskan jumlah produk cacat dalam kolom tabel C.
4. Menuliskan jumlah CTQ potensial penyebab kecacatan produk pada
kolom D.
5. Menghitung dan menuliskan DPMO dengan menggunakan rumus :
DPMO =

(C )
X 1.000.000
( B) X ( D)

32
Perpustakaan Unika

Keterangan :
C : Jumlah produk cacat
B : Jumlah produk yang diperiksa
D : Jumlah CTQ potensial
6. Mengkonversi DPMO menjadi nilai Sigma dengan menggunakan tabel
konveksi hasil bebas cacat ke nilai sigma dan DPMO.
Bentuk tabel yang digunakan dalam pengukuran adalah sebagai berikut :

Periode
(A)

Tabel 3.1
Kapabilitas Sigma dan DPMO
Banyaknya
Banyaknya
Banyaknya
CTQ
produk
produk
potensial
DPMO
yang
penyebab
(E)
yang cacat
diperiksa
(C)
kesalahan
(B)
(D)

Sigma
(F)

1
.......
........
N
Dst
Keterangan:
DPMO : Defect Per Million Opportunities (kegagalan per sejuta kesempatan)
CTQ : Critical to Quality (Karakteristik kualitas kunci)
3.

Analisis

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap analyze adalah sebagai berikut :


a. Melakukan analisis kapabilitas proses
Pada langkah ini dilakukan perhitungan CTQ potensial untuk mengetahui CTQ
potensial tertinggi yang menyebabkan terjadinya kecacatan. Analisis ini
digunakan untuk peneliti. Langkah yang ditempuh untuk menghitung CTQ

33
Perpustakaan Unika

potensial tertinggi adalah :


1. Menghitung frekuensi dari setiap CTQ yang kemudian hasilnya
dituliskan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2. Hasil Analisis Pareto Jenis CTQ
Jenis CTQ

Frekuensi

Frekuensi
Komulatif

Total

Persentase
dari total (%)

Persentase
Komulatif
(%)

100%

2. Menggambarkan hasil perhitungan kedalam diagram pareto


b. Mengidentifikasikan sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas
dalam penelitian ini penyebab kerusakan produk hanya ditinjau dari :
1. Man/Manusia (karyawan) yang terlibat langsung dan tidak lansung
proses produksi.
2. Material/bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam
proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Machine/mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
yang dilakukan oleh perusahaan.
4. Method/metode yang digunakan dalam proses produksi.
5. Environment/lingkungan sekitar yang mempengaruhi proses produksi

34
Perpustakaan Unika

Machines

Methods

Akibat

Akar
penyebab
Manpower
Materials

Environment

Gambar 3.1
Diagram Sebab Akibat
Berdasarkan ketegori sumber penyebab dari masalah kualitas
(Sumber : Gasperz, 2002)

4.

Improve
Pada langkah ini, ditetapkan suatu rancangan atas tindakan untuk
meningkatkan kualitas Six Sigma. Analisis menggunakan metode 5W-IH
What-tujuan utama, Whyalasan kegunaan, Where-lokasi, When-sekuens,
Who-orang, dan How metode.
a. Improve pada faktor Man ditentukan apakah tujuan improve pada faktor
man, alasan kegunaannya, lokasi, sekuens, dan bagaimana caranya (5W1H)
b. Improve pada faktor material ditentukan apakah tujuan improve pada
faktor meterial.
c. Improve pada faktor machine ditentukan apakah tujuan improve pada
faktor mesin.
d. Improve pada faktor method ditentukan apakah tujuan improve pada
faktor metode.

35
Perpustakaan Unika

5.

Control
Dilakukan pengontrolan untum masing-masing rencana tindakan apakah

ada peningkatan kualitas hasil pada produksi Perusda Percetakan Kota Semarang.
Pada tahap ini akan dilakukan program pengontrolan untuk mengontrol rencana
tindakan yang akan dilakukan.
Perencanaan pada tahap control dilakukan dengan merancang hasil-hasil
peningkatan kualitas yang kemudian akan mengintegrasikan hasil Six Sigma ke
dalam cara-cara praktek bisnis perusahaan sehingga pengendalian kualitas produk
oleh perusahaan.

36
Perpustakaan Unika

BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Sejarah Perusahaan


Perusda Percetakan Kota Semarang berdiri pada tanggal 12 April tahun 1983
dengan Perda No. 6 tahun 1983. Bergerak dalam bidang usaha percetakan dan Offset.
Bertujuan

untuk melayani dan memenuhi

kebutuhan pemerintah daerah dan

masyarakat, dalam bidang percetakan.


Perusda

Percetakan

Kota

Semarang

memiliki

visi

Prima

dalam

pelayanan/penyediaan barang cetakan dan kesejahteraan karyawan. Misinya adalah :


1. Memenuhi kebutuhan produk cetakan untuk keperluan dinas/instansi dan
masyarakat umum.
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
3. Mendukung upaya pemerintah dalam peningkatan perekonomian daerah.
Perda tentang penyempurnaan perda no. 6 tahun 2006 tentang Perusda
Percetakan Kota Semarang. Keterangan tentang status ijin usaha lain adalah SK
Walikota no. 821.2/15/2005 tanggal 9 Mei 2006 tentang pengangkatan saudara
Wahgi Namdega SE, Akt sebagai direktur utama Perusda Percetakan Kota
Semarang. Diperkuat dengan perjanjian kontrak kerja antara Direktur Utama Perusda
Percetakan Kota Semarang dengan Walikota Semarang No. 539/A.003, tanggal 6
Februari 2006 dengan Notaris Nisa Rachmasari, SH, MKn. No. 16/W/2006, tanggal
22 Desember 2006. Pembentukan badan pengawas

Perusda Percetakan Kota

Semarang dengan pengangkatan saudara Tony Kristiyanto, SE sebagai anggota.

37
Perpustakaan Unika

Surat-surat ijin yang lain adalah :


1. SIUP No. 024/091/11.01/PM/II/2001 tanggal 21 februari 2001.
2. TDP No. 11.01.6.22.00161 tanggal 23 Mei 2006.
3. PPGI No. 053/XI.01/7583/05/06 tanggal 31 Desember 2006.
4. Ijin Industri percetakan Nomor 05/DPP/3.4/Prins/V/2004 tanggal 4 mei 2004.
5.

Ijin Industri penerbitan Nomor 06/DPP/3.4/Prins/III/2005 tanggal 4 Mei


2005.

6. NPWP

No.

01.477.919.3-504.000

dan

PKP

No.

PEM-

124/WPJ.10/KP.0503/2002.
Perusahaan daerah mempunyai tuga pokok untuk melayani dan memenuhi
kebutuahn pemerintah Daerah dan masyarakat, dalam bidang percetakan. Perusda
Percetakan Kota Semarang seperti badan usaha lainnya juga memiliki tujuan utama
memperoleh keuntungan.

4.1.2 Lokasi Perusahaan


Lokasi suatu perusahan memegang peranan penting untuk merealisasikan
tujuan perusahaan yang telah berdiri yaitu

Peruda Percetakan Kota Semarang

memiliki pertimbangan dalam menentukan lokasi perusahaan yaitu :


1. Tenaga Kerja.
Setiap perusahaan tidak dapat beroperasi tanpa adanya karyawan dan
perusahaan akan mempertimbangkan pula apakah tenaga kerja tersedia
dengan cukup baik. Selain itu mereka harus sudah memiliki pengalaman.
Karena pengalaman dan ketrampilan sangat dibutuhkan dalam industri

38
Perpustakaan Unika

percetakan, karena memiliki ciri dan kekhususan yang membutuhkan


sebuah keahlian khusus. Misalanya : Lay out, maintenance, penjilidan,
perencanaan dan lain-lain.
Perusda Percetakan Kota Semarang masih membutuhkan banyak
tenaga ahli dan tenaga terampil untuk meningkatkan efisiensi, kualitas
dan produktivitasnya.
2. Permintaan Konsumen
Permintan

konsumen

yang

semakin

meningkat

merangsang

perusahaan untuk semakin memperluas usaha. Dengan adanya perluasan


usaha diharapkan mampu mencapai tujuan, yaitu laba maksimal dan
memenuhi kebutuhan konsumen.
3. Lingkungan Masyarakat
Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi
yang bersifat positif maupun negatif terhadap keberadaan suatu
perusahaan merupakan syarat-syarat untuk dapat mendirikan perusahaaan.
Bagi Perusda Percetakan Kota Semarang tidak menjadi masalah karena
perusahaan percetakan tidak begitu mengganggu lingkungan sekitar
terutama dengan pencemaran air dan udara.

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan


Dalam suatu perusahaan untuk dapat mencapai tujuan, perlu adanya suatu
sistem organisasi yang baik. Sistem organisasi untuk tiap-tiap perusahaan tidaklah
sama, karena kebutuhan tiap-tiap perusahaan adalah berlainan berlainan.

39
Perpustakaan Unika

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merangsang struktur formal,


megelompokkan, mengatur, dan membagi tugas tugas diantara karyawan agar
tujuan tercapai.
Struktur Organisasi Perusda Percetakan Kota Semarang merupakan struktur
organisasi garis, yang setiap bagian bertanggung jawab langsung pada direktur
utama. Pembagian tugas dan tanggung jawab diperlukan untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
Adapun struktur organisasi Perusda Percetakan Kota Semarang adalah
sebagai berikut :
Direksi (1 Orang)

Bagian
Tata Usaha
(6 orang)

Bagian
Keuangan
(3 orang)

Bagian
Pengadaan
dan
Pemasaran
(7 orang)

Bagian Produksi
dan Jasa Cetak
(30 Orang)

Penagawasan
Intern
(1 orang)

Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi Perusda Percetakan Kota Semarang

Tugas dan tanggung jawab setiap bagian :


1. Direktur Utama
a. Menentukan kebijakan perusahaan dan melakukan pengawasan pada
tiap-tiap bagian dari bawahan.
b. Bertanggung jawab atas berlangsungnya hidup dan perkembangan
perusahaan.

40
Perpustakaan Unika

c. Bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan baik ke dalam maupun


ke luar perusahaan.
2. Kepala bagian Administrasi Keuangan
a. Bertanggung Jawab atas aliran dana/kas serta langsung mengawasi
bagian pembukuan dan bagian penggajian.
b. Mengatur dan menentukan pembukuan surat menyurat perusahaan.
c. Bagian ini membawahi dan mengawasi bagian-bagian :
1. Bagian pembukuan, tugasnya :
a. Melakukan pembukuan perusahaan, seperti membuat
jurnal, buku besar, neraca lajur, dan laporan rugi laba
perusahaan.
b. Mengadakan perhitungan pajak perusahaan.
c. Membuat laporan terhadap mutasi kas di bank.
2. Bagian Penggajian, tugasnya :
a. Memberikan laporan mengenai uang kas.
b. Melakukan pembayaran gaji.
c. Mengatur aliran kas untuk pembayaran terhadap supplier.
3. Kepala Bagian Pembelian dan Pemasaran
a. Bertanggung jawab atas kualitas bahan baku serta ketepatan pesanan.
b. Menyediakan bahan baku untuk ketepatan produksi.
c. Menyalurkan hasil produksi kepada konsumen, terutama mengatur
pesanan masuk.
d. Menentukan syarat-syarat penjualan.

41
Perpustakaan Unika

e. Bertanggung jawab memberikan nota laporan kepada bagian


keuangan apabila barang tersebut telah di kirim dari gudang untuk
kelancaran administrasi.
Bagian ini membawahi bagian-bagian :
1. Bagian Bahan Baku.
Bagian bahan baku bertugas melakukan pembelian dan
menyediakan bahan yang dibutuhkan, seperti kertas, tinta,
toner, plate, dan lain-lain.
2. Bagian Perlengkapan.
Bagian perlengkapan bertugas mengadakan pembelian
perlengkapan yang diperlukan untuk kelancaran proses
produksi.
3. Bagian Penjualan.
a) Menyalurkan

hasil

produksi

kepada

konsumen,

terutama mengatur pesanan masuk.


b) Menentukan syarat-syarat penjualan.
c) Bertanggung jawab atas hasil yang dipasarkan.
4. Bagian pengiriman.
a) Bertanggung jawab mengatur pengiriman barangbarang.
b) Bertanggung Jawab memberikan nota laporan kepada
bagian keuangan apabila barang tersebut telah dikirim
dari gudang untuk kelancaran administrasi.

42
Perpustakaan Unika

4. Kepala Bagian Produksi


a. Bertanggung jawab atas segala pelaksanaan dan kelancaran produksi.
b. Mengawasi langsung terhadap bagian produksi, lay out, finishing dan
pergudangan.
c. Mengendalikan kualitas produksi.
d. Mengatur dan mengawasi karyawan dalam melakukan kegiatan di
perusahaan.
Bagian ini membawahi bagian-bagian :
1. Bagian Pergudangan.
Bagian pergudangan bertugas mengatur penyimpanan
barang.
2. Bagian Produksi.
Bagian produksi bertugas mengatur keluar masuk bahan
baku baik yang baru maupun yang akan diproses.
3. Bagian lay out.
Merencanakan dan membuat lay out atau desain cetakan
berdasarkan pesanan maupun permintaan pelanggan.
4. Bagian Finishing
Menjilid, menjahit, perforasi atau membuat kemasan dari
hasil cetakan baik kertas maupun stiker.
Pegawai di Peruda Percetakan Kota Semarang memiliki latar belakang
pendidikan.

43
Perpustakaan Unika

No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menurut
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
Non Pendidikan
Jumlah

Tabel 4.1.
Pegawai Menurut Pendidikan
Bagian
Jasa
TU KU Pemsr dan
Cetak
pengdn
12
2
2
3
3
13
3
2
4
1
1
1
1
1
30
6
3
7

SPI

Total
16
4
23
1
3
1
48

4.1.4 Proses Produksi


Proses produksi dilakukan seperti halnya perusahaan Percetakan pada
umumnya. Proses Offset bukan merupakan proses yang kontinue sehingga dapat
dilakukan pekerjaan yang tidak terus menerus. Sehingga mesin dapat dimatikan pada
sore hari dan dinyalakan kembali di pagi hari. Proses produksi mesin cetaka dapat
dilakukan dari mulai persiapan (desain / setting / film / plate), produksi (cetak /
varnish / laminating), Finishing (penjilidan / packing dll).
Proses Lay Out adalah :
1. Melakukan desain cetakan.
2. Bembuat Plate atau klise yang siap untuk dicetak.
3. Menentukan komposisi warna dan merencanakan ukuran kertas.
Proses Percetakan atau Offset :
1. Mencetak sesuai perencanaan yang ditentuakan.
2. Mengawasi jalanya mesin cetak.
3. Membuat stelan jumlah kertas yang dicetak.

44
Perpustakaan Unika

4. Mengatur persediaan kertas yang dibutuhkan baik A1, A2, A3, A4 atau A5
yang dibutuhkan dalam cetakan.
Proses finishing ini terdiri dari :
1.

Folding(melipat)
Proses kertas yang sudah dicetak secara otomatis dilipat sesuai dengan
spesifikasi produk.

2.

Seddle Wide stitching :


Memasang kawat berdasarkan tanda pada bagian punggung yang akan
dijilid, dan merekatkan menjadi sebuah buku.

3.

Glueing:
Proses pelapisan lem untuk merekatkan produk.

4.

Thread Sewing :
Merekatkan bagian-bagian dengan menjahitnya agar lebih kuat dan lebih
mudah untuk dibuka.

5.

Trimming/cutting :
Menghilangkan tepi atau bagian dari kertas-kertas yang sudah menyatu
menjadi buku agar sesuai dengan ukuran cetak yang diinginkan.

6.

Wrapping :
Proses yang didalamnya terdiri dari pemilahan produk secara seksama,
menempelkan label dan mengemasnya sebelum dikirim ke pemesan.
Demikianlah proses yang dilakukan dalam tahap-tahap percetakan yang

dilakukan di dalam Peruda Percetakan Kota Semarang.

45
Perpustakaan Unika

4.2 Analisis Hasil Penelitian


Analisis hasil penelitian pada Perusda Percetakan Kota Semarang terdiri
dari 5 tahapan Six Sigma, yaitu:
1. Define (Pendefinisian)
Define merupakan suatu tahap pendefinisian masalah kualitas dalam
produksi. Dibawah ini merupakan tabel volume produksi, volume produk
cacat dan persentase produk cacat pada periode Minggu I hingga Minggu IV
pada bulan Januari 2009 pada Perusda Percetakan Kota Semarang.
Tabel 4.2.
Tingkat Produk Cacat
Minggu I IV Bulan Januari 2009
pada Perusda Percetakan Kota Semarang
Keterangan
Volume
Volume produk
%
produksi
Minggu I
21502
Minggu II
23950
Minggu III
23379
Minggu IV
25480
Rata-rata:
21502
Sumber : Data Primer yang Diolah

cacat

produk cacat

1245
1470
1338
1436
1245

5,79%
6,14%
5,72%
5,64%
5,79%

Dari tabel 4.2. dapat diketahui besarnya persentase cacat produk selama
periode pengamatan yaitu dari minggu I hingga minggu IV dengan perincian
sebagai berikut: untuk minggu pertama persentase produk cacat adalah 5,79%
untuk minggu kedua meningkat menjadi 6,14% dan mengalami penurunan
menjadi 5,72% untuk minggu ketiga dan pada minggu keempat menjadi
5,64% (mengalami penurunan kembali). Meskipun demikian nilai rata-rata
keseluruhan adalah sebesar 5,79% sehingga diketahui bahwa persentase cacat
ini masih di atas batas toleransi yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 5%.

46
Perpustakaan Unika

Persentase cacat tertinggi adalah pada minggu kedua (6,14%) dan persentase
cacat terkecil adalah pada minggu keempat (5,64%). Karena dari keempat
minggu pada periode pengamatan pada Bulan Januari 2009 persentase produk
cacat masih melebihi batas toleransi yang ditetapkan perusahaan yaitu lebih
besar daripada 5%, maka perlu diketahui masalah yang menyebabkan hal ini
terjadi, sehingga dibutuhkan pendefinisian masalah kualitas pada Perusda
Percetakan Kota Semarang.
Langkah-langkah pada tahap define adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah-masalah yang ada di perusahaan.
Dari tabel diatas rata-rata persentase tingkat kecacatan dalam produksi buku
melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu 5%,
sehingga menyebabkan suatu produk tidak memenuhi harapan pelanggan
seperti adanya kertas miring, warna tidak jelas, balur hitam atau bercak tinta,
kertas terlipat, Plat, klise, atau film yang tidak optimal (setting tidak pas).
2. Menetapkan sasaran dan tujuan dari diadakannya proyeksi Six Sigma.
Menurunkan persentase produk cacat hingga pada level yang telah di
tentukan perusahaan sehingga proses produksi berjalan baik. Disini
perusahaan telah menetapkan standar toleransi produk cacat yaitu 5%.
Pada tahap define Perusda Percetakan Kota Semarang telah melakukan
pencatatan tentang banyaknya proses produksi, volume produk cacat, dan
menghitung persentase produk cacat yang selama ini terjadi dalam perusahaan.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pada tahap define ini Perusda
Percetakan Kota Semarang telah melakukan tahap define hanya saja belum

47
Perpustakaan Unika

menentukan sasaran dan tujuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan


yang terjadi pada perusahaan.

2. Measure (pengukuran)
Measure merupakan suatu tahap pengukuran dan menaksir kemampuan baseline
kinerja dari perusahaan. Terdiri atas dua tahap yaitu:
a. Menetapkan karakteristik kualitas (CTQ) kunci.
Karakteristik-karakteristik kualitas kunci yang menyebabkan suatu produk
tidak memenuhi harapan pelanggan adalah
1. Kertas miring
2.

Warna tidak jelas

3. Balur hitam, atau bercak tinta


4. Kertas terlipat
5. Plat, klise, atau film yang tidak optimal (setting tidak pas).
b. Melakukan pengukuran baseline kinerja
Dilakukan dengan cara menghitung data hasil produksi, serta menghitung
DPMO dan nilai sigma pada Perusda Percetakan Kota Semarang, seperti pada
tabel berikut :

48
Perpustakaan Unika

Tabel 4.3.
Data hasil produksi Januari 2009 dan CTQ Potensial
Pada Perusda Percetakan Kota Semarang
Banyaknya
Banyaknya hasil
Banyaknya CTQ
produksi Kertas
produksi yang
Potensial
Keterangan
yang diperiksa
cacat
Penyebab kecacatan
Minggu I
21502
1245
5
Minggu II
23950
1470
5
Minggu III
23379
1338
4
Minggu IV
25480
1436
5
Rata-rata:
21502
1245
Sumber : Data Primer yang Diolah

Pada tabel 4.3

diketahui

produksi cetakan kertas dalam

setiap

periode produksi memiliki karakterisktik kualitas (CTQ) kunci. Dalam setiap


periode produksi hampir memiliki semua (5) karakteristik kualitas (CTQ)
kunci. Dalam setiap periode produksi banyaknya CTQ potensial penyebab
kesalahan sama yaitu kertas miring, warna tidak jelas, balur hitam, atau bercak
tinta, kertas terlipat dan Plat, klise, atau film yang tidak optimal (seting tidak
pas) untuk minggu pertama, kedua dan keempat. Sedangkan pada minggu
ketiga hanya terjadi CTQ yaitu kertas miring, warna tidak jelas, dan balur
hitam, atau bercak tinta.

49
Perpustakaan Unika

Tabel 4.4.
Kapabilitas Sigma dan DPMO dari Proses Produksi
pada Perusda Percetakan Kota Semarang
Periode (A)
Banyaknya Banyaknya Banyaknya DPMO
produk
produk cacat
CTQ
(E)
diperiksa (B)
(C)
Potensial
penyebab
kesalahan
(D)
Minggu I
21502
1245
Minggu II
23950
1470
Minggu III
23379
1338
Minggu IV
25480
1436
Rata-rata:
Sumber: Data Primer yang telah diolah

5
5
4
5

Sigma (F)

11580
12276
14308
11272
12359

2,53
2,51
2,45
2,53
2,50

Keterangan: Tabel Six Sigma Vincent Gaspersz (2006)

Pada tabel 4.4 diketahui perhitungan kapabilitas sigma dan DPMO dari
proses produksi kertas cetakan, bahwa Perusda Percetakan Kota Semarang memiliki
tingkat Sigma sebesar 2,50 dengan DPMO sebesar 12.359. DPMO terkecil adalah
pada minggu keempat dengan sigma terbesar ini menunjukkan kualitas yang terbaik
karena produk cacat tersedikit, sedangkan untuk minggu ketiga DPMO-nya
terbanyak dengan tingkat sigma terkecil, ini adalah minggu dengan tingkat cacat
terbesar. Semakin besar tingkat sigma menunjukkan cacat produk yang semakin
kecil, sehingga semakin kecil tingkat sigma menunjukkan cacat produk yang makin
banyak. Jadi dari rata-rata keempat minggu pengamatan pada penelitian ini
menunjukkan dari 1 juta produk cacat, yang cacat rata-ratanya sebesar 12.359.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahap measure Perusda
Percetakan Kota Semarang dapat melakukan pengukuran baseline kinerja tentang
jenis kecacatan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui kapabilitas sigma dan
DPMO

perusahaan

saat

ini.

Kemudian

perusahaan

harus

melakukan

50
Perpustakaan Unika

perbaikan-perbaikan untuk mengurangi jumlah kecacatan produksi dengan


menggunakan metode Six Sigma sehingga dapat mengurangi jumlah kecacatan.

3. Analyze
Tahap ini untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan menemukan sumber
penyebab masalah kualitas. Tahap ini terdiri atas dua langkah yaitu:
1. Melakukan analisis kapabilitas proses
Terdapat dua proses dalam melakukan analisis kapabilitas proses
yaitu :
a. Menghitung frekusensi dari setiap CTQ

Jenis CTQ
Kertas miring
Warna tidak jelas
Balur hitam, atau
bercak tinta
Kertas terlipat
Plat, klise, atau film
yang tidak optimal
(setting tidak pas)
Jumlah

Tabel 4.5.
Menghitung frekuensi dari setiap CTQ
Frekuensi
Frekuensi
Persentase
kumulatif
dari total
1378
1378
25,10%
1245
2623
22,68%

Persentase
kumulatif
25,10%
47,79%

1103
1059

3726
4785

20,09%
19,29%

67,88%
87,17%

704
5489

5489

12,83%
100,00%

100,00%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah persentase dari kecacatan yang
terbesar adalah rusaknya kertas berupa kertas miring 25,10%, warna tidak jelas
22,68%. Kemudian bercak tinta ada 20,09% serta kertas terlipat 19,29%. Terakhir
adalah setting tidak pas yaitu 12,83%. CTQ terbesar adalah pada kertas miring
(25,10%) dan terkecil adalah plat, klise, atau film yang tidak optimal (setting tidak
pas) sebesar 12,83%. Maka perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi kelima CTQ
potansial ini.

51
Perpustakaan Unika

Jika digambarkan ke dalam Diagram Pareto adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2
Diagram Pareto
Keterangan:
A = Kertas miring
B = Warna tidak jelas
C = Balur hitam, atau bercak tinta
D = Kertas terlipat
E = Plat, klise, atau film yang tidak optimal (setting tidak pas)

Dari gambar 4.2. diketahui bahwa jenis cacat terbesar adalah sebanyak 1.378
yaitu dengan jenis cacat kertas miring (A) dan terkecil adalah plat, klise, atau
film yang tidak optimal (setting tidak pas) sebanyak 704.

Kerusakan atau cacat disebabkan oleh :


-

Faktor manusia kurang teliti.


Kurang pengawasan kurang adanya pelatihan, ketrampilan yang
kurang memadai, tidak disiplin dalam bekerja, kurang pengawasan,

52
Perpustakaan Unika

kurang teliti.

2.

Faktor Material / bahan baku yang kurang baik

Faktor Methods / metode kerja yang tidak benar

Faktor Machine / mesin yang telah aus

Mengidentifikasi sumber-sumber penyebab produk cacat


Setelah mengetahui

kecacatan dalam

produksi kertas cetakan

Perusda Percetakan Kota Semarang maka didefinisikan sumber-sumber dan


penyebab terjadinya kecacatan sebagai berikut :

No.

Jenis cacat

Tabel 4.6.
Faktor Penyebab Kecacatan
Faktor Penyebab Kecacatan
Man
Machine
Method
Material
Environment
708
596
74
(12,90%)
(10,86%)
(1,35%)
178
345
722
(6,29%)
(13,15%)
(3,24%)

Total

Kertas miring

Warna tidak
jelas

Balur hitam,
atau bercak
tinta

345
(6,29%)

245
(4,46%)

374
(6,81%)

Kertas
terlipat
Plat, klise,
atau film
tidak optimal
Total

245
(4,46%)
198

305
(5,56%)
205

417
(7,60%)
242

92
(1,68%)
59

1059
(19,29%)
704

(4,41%)
(3,61%)
1890
1033
(34,43%)
(18,82%)
Sumber: Data Primer yang Diolah

(3,73%)

(1,07%)

(12,83%)
5489
(100%)

1106
(20,15%)

1096
(19,97%)

225
(4,10%)

1378
(25,10%)
1245
(22,68%)
1103
(20,09%)

53
Perpustakaan Unika

Berdasarkan pada tabel 4.6. dapat diketahui bahwa ternyata faktor


penyebab kecacatan terbesar adalah man (34,43%) dan pada urutan kedua
adalah karena faktor method (20,15%) kemudian berikutnya adalah material
(19,97%) kemudian

faktor machine (18,82%), dan yang terakhir adalah

faktor lingkungan atau environment yaitu 4,10%. Oleh sebab itu perlu
dilakukan perbaikan karena cacat terjadi disebabkan karena keempat faktor
penyebab kecacatan yaitu: man, machine, method, material dan environment.
Setelah melakukan perhitungan pada tabel diatas maka selanjutnya
hasil perhitungan tabel dituliskan pada diagram :

Methods: 10,86%

Environment: 1,35%

Tidak ada pedoman baku


Listrik tdk.stabil
Sirkulasi udara
Kertas
Miring

Krg. disiplin
Krg. pengawasan
Krg. teliti
Skill Rendah

Man: 12,90%
Gambar 4.3. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone)
Berdasarkan Kategori Penyebab Cacat Kertas Miring

54
Perpustakaan Unika

Machines: 6,29%

Mesin kurang terawat


Mesin aus
Warna
Tidak
Jelas

Krg. disiplin
Kualitas tdk sesuai standar

Krg. pengawasan

Krg. teliti
Tdk ada pemeriksaan

Skill Rendah

Man: 3,24%

Material:13,15%

Gambar 4.4. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone)


Berdasarkan Kategori Penyebab Cacat Warna Tidak Jelas

Machines: 4,46%
Mesin kurang terawat

Mesin aus
Balur
Hitam
(Bercak
Hitam)

Krg. disiplin
Kualitas tdk sesuai standar

Krg. pengawasan

Krg. teliti
Tdk ada pemeriksaan

Material:3,81%

Skill Rendah

Man: 6,29%

Gambar 4.5. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone)


Berdasarkan Kategori Penyebab Cacat Balur Hitam (Bercak Hitam)

55
Perpustakaan Unika

Methods: 5,56%

Machines: 4,46%

Environment: 1,68%

Tidak ada pedoman baku


Mesin kurang terawat

Listrik tdk.stabil
Mesin aus

Sirkulasi udara
Kertas
Terlipat

Krg. disiplin
Krg. pengawasan
Krg. teliti
Skill Rendah

Man: 7,60%
Gambar 4.6. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone)
Berdasarkan Kategori Penyebab Cacat Kertas Terlipat

Methods: 3,73%

Machines: 3,61%

Environment: 1,07%

Tidak ada pedoman baku


Mesin kurang terawat

Listrik tdk.stabil
Mesin aus

Sirkulasi udara

Krg. disiplin
Krg. pengawasan
Krg. teliti
Skill Rendah

Man: 4,41%
Gambar 4.7. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone)
Berdasarkan Kategori Penyebab Cacat Plat, Klise / Film Tidak Optimal

Plat,
Klise, atau
fim tidak
optimal

56
Perpustakaan Unika

Methods: 20,15%

Machines: 18,82%

Environment: 4,10%

Tidak ada pedoman baku


Mesin kurang terawat

Listrik tdk.stabil
Mesin aus

Sirkulasi udara
Produk
Cacat

Krg. disiplin
Kualitas tdk sesuai standar

Krg. pengawasan

Krg. teliti
Tdk ada pemeriksaan

Material:19,97%

Skill Rendah

Man: 34,43%

Gambar 4.8. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone)


Berdasarkan Kategori Penyebab Cacat

Dari tabel

4.6. dapat diketahui bahwa faktor penyebab kecacatan

tertinggi ada pada manusia yaitu sebesar 34,43%. Manusia dapat menjadi
penyebab kecacatan hasil produksi dikarenakan oleh beberapa faktor sebagai
berikut :
a. Kurangnya skill atau ketrampilan kerja sehingga karyawan dalam
bekerja asal-asalan.
b. Dalam bekerja kurang teliti dikarenakan karyawan terlalu lelah dan
kurangnya istirahat.
c. Karyawan kurang disiplin disebabkan karena kurang adanya
pengawasan.

Faktor kedua yang menyebabkan kecacatan adalah methods yaitu

57
Perpustakaan Unika

sebesar 20,15%, hal ini menyebabkan metode menjadi faktor kecacatan hasil
produksi sebagai berikut:
a. Tidak adanya pedoman standar baku dari perusahaan untuk proses
produksi yang berlangsung

Faktor ketiga yang menyebabkan kecacatan adalah material yaitu


sebesar 19,97%, Hal ini menyebabkan material atau bahan baku menjadi
faktor kecacatan hasil produksi sebagai berikut:
a. Kurang adanya kualitas kertas yang dapat menyebabkan produk
cacat
b.

Tidak ada pemeriksaan bahan baku yang dapat menyebabkan


produk cacat

Faktor yang keempat adalah Machine yaitu sebesar 18,82%. Faktor


yang menyebabkan mesin menjadi faktor terjadinya kecacatan adalah sebagai
berikut:
a. Mesin macet karena karatan yang disebabkan kurangnya
perawatan sehingga sering macet.
b. Mesin kendor karena sudah aus.

Faktor yang kelima adalah Environment yaitu sebesar 4,10%. Faktor


yang menyebabkan lingkungan menjadi faktor terjadinya kecacatan adalah
sebagai berikut:

58
Perpustakaan Unika

a. Sirkulasi udara yang tidak lancar atau udara yang panas.


b. Listrik yang tidak stabil.

4. Improve
Pada tahap ini ditetapkan rencana-rencana tindakan untuk melakukan
peningkatan kualitas Six Sigma berdasarkan 5W-1H (what, why, where,
when, who, dan how) dengan tujuan untuk memperbaiki faktor penyebab
cacat masing-masing, yaitu man, machine, method, dan material.
Rencana tindakan untuk masing-masing perbaikan rencana tindakan
pada faktor man, machine, method, dan material, masing-masing dan dapat
dilihat pada tabel berikut:

Jenis
Tujuan Utama
Alasan
Kegunaan
Lokasi
Sekuens
(urutan)
Orang
Metode

Tabel 4.7. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Man Kertas Miring
5W-1H
Deskripsi
What (apa)
Meningkatkan ketelitian karyawan.
Why
Supaya para karyawan memiliki ketelitian dalam
memasukkan kertas sehingga produk tidak miring
(mengapa)
hasil cetakannya.
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
When
Bersamaan dengan berlangsungnya proses
(bilamana)
produksi
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi
How
(bagaimana)

1. Adanya pengawasan dari bagian produksi.


2. Memberikan pelatihan yang benar bagi
karyawan
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel 4.7. dapat diketahui bahwa tujuan utama
untuk mengembangkan rencana tindakan pada faktor man untuk kertas miring
adalah untuk meningkatkan keterampilan karyawan. Sedangkan alasannya

59
Perpustakaan Unika

supaya karyawan memiliki ketelitian dalam menjalankan tugasnya.


Lokasinya adalah pada bagian produksi. Sekuens atau urutannya bersamaan
dengan

berlangsungnya

produk

produksi, serta tanggung jawabnya

diserahkan pada bagian produksi, dengan cara (metode) yaitu dilakukan


adanya pengawasan dari bagian produksi, dan diberikan pelatihan (training)
yang benar bagi karyawan.

Jenis
Tujuan Utama

Tabel 4.8. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Man Warna Tidak Jelas
5W-1H
Deskripsi
What (apa)
Meningkatkan ketrampilan karyawan.

Alasan
Kegunaan

Why
(mengapa)

Supaya para karyawan memiliki keahlian dan


ketrampilan lebih baik sehingga produk lebih baik
yaitu warnanya jelas.

Lokasi

Where
(dimana)
When
(bilamana)
Who (siapa)

Pada bagian produksi

Sekuens
(urutan)
Orang
Metode

Bersamaan dengan berlangsungnya proses produksi


Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi

How
(bagaimana)

1. Adanya pengawasan dari bagian produksi


2. Memberikan latihan dengan benar bagi karyawan
dalam mengoperasikan mesin produksi.
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel 4.8. dapat diketahui bahwa tujuan utama
untuk mengembangkan rencana tindakan pada faktor man untuk warna tidak
jelas adalah untuk meningkatkan ketrampilan karyawan. Sedangkan
alasannya supaya karyawan memiliki keahlian dan ketrampilan yang lebih
baik dan supaya karyawan lebih disiplin dalam bekerja. Lokasinya adalah
pada bagian produksi. Sekuens atau urutannya bersamaan dengan
berlangsungnya produk produksi, serta tanggung jawabnya diserahkan pada

60
Perpustakaan Unika

bagian produksi, dengan cara (metode) yaitu dilakukan adanya pengawasan


dari bagian produksi, dan diberikan latihan (training) dengan cara yang benar
bagi karyawan dalam mengoperasikan mesin produksi.
Tabel 4.9. Penggunaan Metode 5W-1H
Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Man Balur Hitam/Bercak Hitam
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Meningkatkan ketelitian karyawan.
Alasan
Why
Supaya para karyawan memiliki ketelitian untuk
Kegunaan
(mengapa)
mengoperasikan mesin produksi saat proses produksi
sehingga setiap cetakan tidak ada balur/bercak hitam.
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Bersamaan dengan berlangsungnya proses produksi
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi
Metode
How
1. Adanya pengawasan dari bagian produksi
(bagaimana) 2. Memberikan motivasi dan pelatihan bagi karyawan
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel 4.9. dapat diketahui bahwa tujuan utama
untuk

mengembangkan

rencana

tindakan

pada

faktor

man

untuk

meminimalkan bercak atau balur hitam adalah dengan meningkatkan


ketelitian karyawan. Sedangkan alasannya supaya karyawan memiliki
ketelitian untuk mengoperasikan mesin produksi saat proses produksi.
Lokasinya adalah pada bagian produksi. Sekuens atau urutannya bersamaan
dengan

berlangsungnya

produk

produksi, serta tanggung jawabnya

diserahkan pada bagian produksi, dengan cara (metode) yaitu dilakukan


adanya pengawasan dari bagian produksi, dan diberikan motivasi dan
pelatihan (training) bagi karyawan.

61
Perpustakaan Unika

Tabel 4.10. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Man Kertas Terlipat
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Meningkatkan ketrampilan karyawan.
Alasan
Why
Supaya para karyawan memiliki ketrampilan yang baik
Kegunaan
(mengapa)
sehingga kertas yang dimasukkan tidak terlipat.
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Bersamaan dengan berlangsungnya proses produksi
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi
Metode
How
1. Adanya pengawasan dari bagian produksi
(bagaimana) 2. Memberikan pengembangan keterampilan bagi
karyawan
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel 4.10. dapat diketahui bahwa tujuan utama
untuk mengembangkan rencana tindakan pada faktor man untuk kertas
terlipat adalah dengan meningkatkan ketrampilan karyawan. Sedangkan
alasannya supaya karyawan memiliki ketrampilan yang baik sehingga kertas
tidak ada yang terlipat. Lokasinya adalah pada bagian produksi. Sekuens atau
urutannya bersamaan dengan berlangsungnya produk produksi, serta
tanggung jawabnya diserahkan pada bagian produksi, dengan cara (metode)
yaitu dilakukan adanya pengawasan dari bagian produksi, dan diberikan
pengembangan keterampilan bagi karyawan.

62
Perpustakaan Unika

Tabel 4.11. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan Pada
Faktor Man Plat, Klise atau Film Tidak Optimal (Setting Tidak Pas)
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
Alasan
Why
Supaya para karyawan memiliki kedisiplinan untuk
Kegunaan
(mengapa)
merawat alat-alat produksi sehingga settingannya pas.
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Bersamaan dengan berlangsungnya proses produksi
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi
Metode
How
1. Adanya pengawasan dari bagian produksi
(bagaimana) 2. Memberikan motivasi dan pelatihan bagi karyawan
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel 4.11. dapat diketahui bahwa tujuan utama
untuk mengembangkan rencana tindakan pada faktor man untuk setting tidak
pas adalah dengan meningkatkan kedisiplinan karyawan. Sedangkan
alasannya supaya para karyawan memiliki kedisiplinan untuk merawat alatalat produksi sehingga settingannya pas. Lokasinya adalah pada bagian
produksi. Sekuens atau urutannya bersamaan dengan berlangsungnya produk
produksi, serta tanggung jawabnya diserahkan pada bagian produksi, dengan
cara (metode) yaitu dilakukan adanya pengawasan dari bagian produksi, dan
diberikan motivasi dan pelatihan bagi karyawan.
Rencana untuk mengembangkan rencana tindakan pada faktor
machine dapat dilihat pada tabel berikut ini:

63
Perpustakaan Unika

Tabel 4.12. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Machine Warna Tidak Jelas
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Menjaga pengisian tinta pada mesin produksi
Alasan
Why
Agar dalam setiap cetakan, warna dan cetakannya
Kegunaan
(mengapa)
terlihat jelas.
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Setelah improve pada faktor man terlaksana
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan bagian mesin
Metode
How
1. Penjelasan tentang pengisian tinta yang benar
(bagaimana)
dan kapan waktu yang tepat untuk
menggantinya.
2. Membuat jadwal pengisian tinta secara berkala
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tujuan utamanya adalah untuk
menjaga pengisian tinta pada mesin produksi sehingga warna hasil cetakan
terlihat jelas, lokasinya pada bagian produksi. Sekuens atau urutannya adalah
setelah improve pada faktor man terlaksana. Yang bertanggung jawab
diserahkan pada kepala produksi dan bagian mesin. Metode atau caranya
adalah dengan melakukan penjelasan tentang pengisian tinta yang benar dan
kapan waktu yang tepat untuk menggantinya, serta membuat jadwal
pengisian tinta secara berkala.

64
Perpustakaan Unika

Tabel 4.13. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Machine Balur Hitam/Bercak Hitam
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Menjaga dan merawat mesin produksi
Alasan
Why
Agar mesin produksi dapat beroperasi dengan baik
Kegunaan
(mengapa)
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Setelah improve pada faktor man terlaksana
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan bagian mesin
Metode
How
1. Penjelasan tentang penggunaan mesin produksi
(bagaimana)
(mesin cetak) dan bagaimana cara merawatnya
dengan baik
2. Membuat jadwal perawatan mesin secara berkala
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tujuan utamanya adalah untuk
menjaga dan merawat mesin produksi sehingga tidak ada bercak hitam atau
bercak hitam. Sedangkan alasannya adalah agar mesin produksi dapat
beroperasi dengan baik, lokasinya pada bagian produksi. Sekuens atau
urutannya adalah setelah improve pada faktor man terlaksana. Yang
bertanggung jawab diserahkan pada kepala produksi dan bagian mesin.
Metode atau caranya adalah dengan melakukan penjelasan tentang
penggunaan mesin produksi (mesin cetak) dan bagaimana cara merawatnya
dengan baik, serta membuat jadwal perawatan mesin secara berkala.

65
Perpustakaan Unika

Tabel 4.14. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Machine Kertas Terlipat
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Memasukkan kertas pada mesin produksi dengan
benar.
Alasan
Why
Agar kertas tidak terlipat
Kegunaan
(mengapa)
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Setelah improve pada faktor man terlaksana
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan bagian mesin
Metode
How
1. Penjelasan tentang bagaimana cara memasukkan
(bagaimana)
kertas pada mesin produksi dengan benar.
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tujuan utamanya adalah cara
memasukkan kertas pada mesin produksi dengan benar sehingga kertasnya
tidak terlipat lagi, lokasinya pada bagian produksi. Sekuens atau urutannya
adalah setelah improve pada faktor man terlaksana. Yang bertanggung jawab
diserahkan pada kepala produksi dan bagian mesin. Metode atau caranya
adalah dengan melakukan penjelasan tentang bagaimana cara memasukkan
kertas pada mesin produksi dengan benar.

66
Perpustakaan Unika

Tabel 4.15. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan Pada
Faktor Machine Plat, Klise atau Film Tidak Optimal (Setting Tidak Pas)
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Menjaga dan merawat plat, klise, atau film
Alasan
Why
Agar settingnya pas
Kegunaan
(mengapa)
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Setelah improve pada faktor man terlaksana
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan bagian mesin
Metode
How
1. Penjelasan tentang bagaimana cara merawat plat,
(bagaimana)
klise, film dengan baik.
2. Membuat jadwal perawatan plat, klise, film
secara berkala
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tujuan utamanya adalah untuk
menjaga dan merawat plat, klise, film sehingga settingnya pas, lokasinya
pada bagian produksi. Sekuens atau urutannya adalah setelah improve pada
faktor man terlaksana. Yang bertanggung jawab diserahkan pada kepala
produksi dan bagian mesin. Metode atau caranya adalah bagaimana cara
merawat plat, klise, film dengan baik, serta membuat jadwal perawatan plat,
klise, film secara berkala.
Rencana tindakan untuk mengembangkan rencana tindakan pada
faktor methods dapat dilihat pada tabel berikut ini:

67
Perpustakaan Unika

Tabel 4.16. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Methods Kertas Miring
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Memberikan metode kerja yang benar.
Alasan
Why
Agar karyawan tidak sering melakukan kesalahan
Kegunaan
(mengapa)
dalam menjalankan tugasnya, sehingga kertas tidak
miring.
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan setelah improve man terlaksana
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi
Metode
How
Memberikan penjelasan yang mudah untuk
(bagaimana) dimengerti.
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari

tabel

tersebut

dapat

diketahui

bahwa

tujuan

utama

mengembangkan rencana tindakan untuk faktor methods adalah untuk


memberikan metode kerja yang benar sehingga kertas tidak lagi miring,
dengan alasan kegunaan adalah agar karyawan dalam bekerja dapat
melakukan metode kerjanya dengan baik. Lokasinya adalah pada bagian
produksi, sekuens atau urutannya dilaksanakan setelah improve man
terlaksana. Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi, metodenya
adalah dengan memberikan penjelasan yang mudah untuk dimengerti.

68
Perpustakaan Unika

Tabel 4.17. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Methods Kertas Terlipat
5W-1H
Deskripsi
What (apa)
Memberikan metode kerja yang benar
Why
Agar karyawan teliti dalam menjalankan tugasnya,
(mengapa)
sehingga kertas tidak terlipat
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
When
Dilaksanakan setelah improve man terlaksana
(bilamana)
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi

Jenis
Tujuan Utama
Alasan
Kegunaan
Lokasi
Sekuens
(urutan)
Orang
Metode

How
Memberikan motivasi dan semangat kerja bagi
(bagaimana) karyawan.
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari

tabel

tersebut

dapat

diketahui

bahwa

tujuan

utama

mengembangkan rencana tindakan untuk faktor methods adalah untuk


memberikan metode kerja yang benar agar kayawan dapat melakukan
tugasnya dengan baik dan benar sehingga kertas tidak terlipat lagi. Lokasinya
adalah pada bagian produksi, sekuens atau urutannya dilaksanakan setelah
improve man terlaksana. Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi,
metodenya adalah dengan memberikan motivasi dan semangat kerja bagi
karyawan.

69
Perpustakaan Unika

Tabel 4.18. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan Pada
Faktor Methods Plat, Klise, atau Film Tidak Optimal (Setting Tidak Pas)
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Memberikan standar kerja dalam proses produksi
sehingga ada pedoman dalam proses produksi
Alasan
Why
Agar karyawan dalam bekerja dapat melakukan
Kegunaan
(mengapa)
metode kerjanya dengan baik
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan setelah improve man terlaksana
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi
Metode

How
Penyuluhan atau pemberian penjelasan untuk
(bagaimana) penyusunan standar kerja pada proses produksi
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari

tabel

tersebut

dapat

diketahui

bahwa

tujuan

utama

mengembangkan rencana tindakan untuk faktor methods adalah untuk


memberikan standar kerja dalam proses produksi sehingga ada pedoman baku
dalam melakukan percetakan dengan baik (settingnya pas), dengan alasan
kegunaan adalah agar karyawan dalam bekerja dapat melakukan metode
kerjanya dengan baik. Lokasinya adalah pada bagian produksi, sekuens atau
urutannya dilaksanakan setelah improve man terlaksana. Tanggung jawab
diserahkan pada bagian produksi, metodenya adalah dengan penyuluhan atau
pemberian penjelasan untuk penyusunan standar kerja pada proses produksi.
Rencana tindakan untuk mengembangkan rencana tindakan pada
faktor material dapat dilihat pada tabel berikut ini:

70
Perpustakaan Unika

Tabel 4.19. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Material Warna Tidak Jelas
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Mendapatkan bahan baku (tinta) yang baik dengan
kualitas yang bagus
Alasan
Why
Agar perusahaan mendapatkan bahan baku (tinta)
Kegunaan
(mengapa)
dengan kualitas bagus sehingga proses produksi
berjalan lancar dan warnanya menjadi jelas
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan gudang
Metode
How
Melakukan evaluasi pemasok bahan baku (tinta)
(bagaimana) agar dapat mengontrol setiap bahan baku (tinta)
yang datang
Sumber: Data Primer yang Diolah
Pada

tabel

tersebut

diketahui

bahwa

tujuan

utama

untuk

mengembangkan rencana tindakan pada faktor material adalah untuk


mendapatkan bahan baku (tinta) yang baik dengan kualitas yang bagus.
Alasannya adalah agar perusahaan mendapatkan bahan baku (tinta) dengan
kualitas bagus sehingga proses produksi berjalan lancar dan warnanya lebih
jelas. Lokasinya pada bagian produksi, dengan sekuens atau urutan
dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim. Tanggung jawabnya diserahkan
pada kepala produksi dan gudang. Metodenya dengan melakukan evaluasi
pemasok atau supplier agar dapat mengontrol setiap bahan baku (tinta) yang
datang.

71
Perpustakaan Unika

Tabel 4.20. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Material Balur Hitam/Bercak Hitam
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Mendapatkan material bahan baku percetakan dengan
kualitas yang bagus.
Alasan
Why
Agar perusahaan memperoleh material bahan baku
Kegunaan
(mengapa)
dengan kualitas bagus sehingga proses produksi
berjalan lancar dan tidak ada balur/bercak hitam
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi dan
gudang
Metode
How
Menjaga kualitas bahan baku dengan menyediakan
(bagaimana) material bahan baku yang berkualitas.
Sumber: Data Primer yang Diolah
Pada

tabel

tersebut

diketahui

bahwa

tujuan

utama

untuk

mengembangkan rencana tindakan pada faktor material adalah untuk


memperoleh material bahan baku dengan kualitas yang bagus. Alasannya
adalah agar perusahaan memperoleh material bahan baku dengan kualitas
bagus sehingga proses produksi berjalan lancar dan tidak ada balur atau
bercak hitam. Lokasinya pada bagian produksi, dengan sekuens atau urutan
dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim. Tanggung jawabnya diserahkan
pada kepala produksi dan gudang. Metodenya dengan Menjaga kualitas
bahan baku dengan menyediakan material bahan baku yang berkualitas.

72
Perpustakaan Unika

Tabel 4.21. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan Pada
Faktor Material Plat, Klise atau Film Tidak Optimal (Setting Tidak Pas)
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan
What (apa)
Mendapatkan material alat-alat produksi dengan kualitas yang
Utama
bagus
Alasan
Why
Agar perusahaan mendapatkan material alat-alat dengan kualitas
Kegunaan
(mengapa)
bagus sehingga proses produksi berjalan lancar dan settingnya
tidak pas
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim
(urutan)
(bilamana)
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi dan gudang
Metode
How
Mengadakan penjelasan tentang kriteria material alat-alat
(bagaimana) produksi yang baik.
Sumber: Data Primer yang Diolah
Pada

tabel

tersebut

diketahui

bahwa

tujuan

utama

untuk

mengembangkan rencana tindakan pada faktor material adalah untuk


mendapatkan material alat-alat produksi yang baik dengan kualitas yang
bagus. Alasannya adalah agar perusahaan mendapatkan alat-alat produksi
dengan kualitas bagus sehingga proses produksi berjalan lancar dan
settingnya pas. Lokasinya pada bagian produksi, dengan sekuens atau urutan
dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim. Tanggung jawabnya diserahkan
pada kepala produksi dan gudang. Metodenya dengan mengadakan
penjelasan tentang kriteria alat-alat produksi yang baik dan berkualitas.
Rencana tindakan untuk mengembangkan rencana tindakan pada
faktor environment dapat dilihat pada tabel berikut ini:

73
Perpustakaan Unika

Tabel 4.22. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Environment Kertas Miring
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Supaya kertas tidak lagi miring
Alasan
Why
Agar perusahaan menghasilkan produk dengan
Kegunaan
(mengapa)
kualitas bagus sehingga proses produksi berjalan
lancar dan kertas tidak miring
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan pada saat proses produksi
(urutan)
(bilamana)
berlangsung
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan gudang
Metode
How
Melakukan perbaikan sirkulasi udara seperti
(bagaimana) menambahkan kipas angin, lubang angin.
Menambah stabilizer untuk listrik supaya listrik
menjadi stabil selama proses produksi berlangsung
Sumber: Data Primer yang Diolah
Pada

tabel

tersebut

diketahui

bahwa

tujuan

utama

untuk

mengembangkan rencana tindakan pada faktor environment adalah untuk


mendapatkan hasil produksi yang baik dengan kualitas yang bagus dan
kertasnya tidak miring. Alasannya adalah agar perusahaan mendapatkan hasil
produksi dengan kualitas bagus sehingga proses produksi berjalan lancar dan
kertas tidak lagi miring. Lokasinya pada bagian produksi, dengan sekuens
atau urutan dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim. Tanggung jawabnya
diserahkan pada kepala produksi dan gudang. Metodenya dengan melakukan
perbaikan sirkulasi udara seperti menambahkan kipas angin, lubang angin,
dan juga menambah stabilizer untuk listrik supaya listrik menjadi stabil
selama proses produksi berlangsung.

74
Perpustakaan Unika

Tabel 4.23. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Environment Kertas Terlipat
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Supaya kertas tidak lagi miring
Alasan
Why
Agar perusahaan menghasilkan produk dengan
Kegunaan
(mengapa)
kualitas bagus sehingga proses produksi berjalan
lancar dan kertas tidak terlipat
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan pada saat proses produksi
(urutan)
(bilamana)
berlangsung
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan gudang
Metode
How
Melakukan perbaikan sirkulasi udara seperti
(bagaimana) menambahkan kipas angin, lubang angin.
Menambah stabilizer untuk listrik supaya listrik
menjadi stabil selama proses produksi berlangsung
Sumber: Data Primer yang Diolah
Pada

tabel

tersebut

diketahui

bahwa

tujuan

utama

untuk

mengembangkan rencana tindakan pada faktor environment adalah untuk


mendapatkan hasil produksi yang baik dengan kualitas yang bagus dan
kertasnya tidak terlipat. Alasannya adalah agar perusahaan mendapatkan hasil
produksi dengan kualitas bagus sehingga proses produksi berjalan lancar dan
kertas tidka lagi terlipat. Lokasinya pada bagian produksi, dengan sekuens
atau urutan dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim. Tanggung jawabnya
diserahkan pada kepala produksi dan gudang. Metodenya dengan melakukan
perbaikan sirkulasi udara seperti menambahkan kipas angin, lubang angin,
dan juga menambah stabilizer untuk listrik supaya listrik menjadi stabil
selama proses produksi berlangsung.

75
Perpustakaan Unika

Tabel 4.24. Penggunaan Metode 5W-1H


Untuk Mengembangkan Rencana Tindakan
Pada Faktor Environment Plat,Klise(Film) Tidak Optimal
Jenis
5W-1H
Deskripsi
Tujuan Utama What (apa)
Supaya setting plat, klise optimal
Alasan
Why
Agar perusahaan menghasilkan produk dengan
Kegunaan
(mengapa)
kualitas bagus sehingga proses produksi berjalan
lancar dan setting terbaik
Lokasi
Where
Pada bagian produksi
(dimana)
Sekuens
When
Dilaksanakan pada saat proses produksi
(urutan)
(bilamana)
berlangsung
Orang
Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada kepala produksi
dan gudang
Metode
How
Melakukan perbaikan sirkulasi udara seperti
(bagaimana) menambahkan kipas angin, lubang angin.
Menambah stabilizer untuk listrik supaya listrik
menjadi stabil selama proses produksi berlangsung
Sumber: Data Primer yang Diolah
Pada

tabel

tersebut

diketahui

bahwa

tujuan

utama

untuk

mengembangkan rencana tindakan pada faktor environment adalah untuk


mendapatkan hasil produksi yang baik dengan kualitas yang bagus dan
setting plat dan klise filmnya optimal. Alasannya adalah agar perusahaan
mendapatkan hasil produksi dengan kualitas bagus sehingga proses produksi
berjalan lancar dan setting optimal. Lokasinya pada bagian produksi, dengan
sekuens atau urutan dilaksanakan pada saat bahan baku dikirim. Tanggung
jawabnya diserahkan pada kepala produksi dan gudang. Metodenya dengan
melakukan perbaikan sirkulasi udara seperti menambahkan kipas angin,
lubang angin, dan juga menambah stabilizer untuk listrik supaya listrik
menjadi stabil selama proses produksi berlangsung.

76
Perpustakaan Unika

5. Control
Untuk

tahap

terakhir

dalam

analisis

pengendalian

kualitas

menggunakan Analisis Six Sigma ini juga seperti pada tahap improve yang
berupa rancangan saja dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Tabel 4.25. Rencana Tindakan dan Alat Control


Untuk Mengatasi Produk Cacat (Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur
hitam, Kertas terlipat, Plat, Klise atau film tidak optimal) pada faktor Man
Jenis
Kecacatan
Kertas
Miring
Warna tidak
jelas
Balur hitam,
atau bercak
tinta
Kertas
terlipat
Plat, Klise,
atau film
tidak
optimal

Faktor
Penyebab
Man

Rencana
Tindakan
1. Melakukan
pelatihan kerja
2. Melakukan
pengawasan
terhadap
karyawan
3. Menjaga
karyawan agar
memiliki
disiplin tinggi
4. Memberikan
motivasi bagi
karyawan dan
melakukan
percobaan pada
karyawan baru

Sumber : Data Primer yang Diolah

Alat Control
1. Setelah adanya pelatihan kerja,
pengawasan terhadap karyawan,
menjaga agar tingkat
kedisiplinannya meningkat,
memberikan motivasi, dan
percobaan maka dilakukan
pengontrolan apakah terdapat
peningkatan kualitas, yaitu
kertas tidak lagi miring
2. Untuk mengetahui adanya
peningkatan maka perlu
dilakukan control hasil produksi
buku .
3. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menghitung persentase
tingkat kecacatan. Pemeriksaan
ini dihitung setiap 1 atau 2 bulan
sekali

77
Perpustakaan Unika

Tabel 4.26. Rencana Tindakan dan Alat Control


Untuk Mengatasi Produk Cacat (Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur
hitam, Kertas terlipat, Plat, Klise atau film tidak optimal) pada faktor Machine
Jenis
Kecacatan
Warna tidak
jelas

Faktor
Penyebab
Machine

Balur hitam,
atau bercak
tinta
Kertas terlipat

Rencana
Tindakan
Penjelasan
tentang
perawatan
mesin

Plat, Klise,
atau film tidak
optimal

Alat Control
1. Setelah dilakukan penjelasan
tentang perawatan mesin maka
perlu dilakukan pengontrolan
apakah terjadi peningkatan
kualitas terhadap jalannya mesin
produksi.
2. Untuk mengetahui adanya
peningkatan, maka dilakukan
control hasil produksi buku
apakah masih terdapat banyak
kecacatan. Pengontrolan ini
dilakukan 1 minggu sekali.
3. Pemeriksaan dilakukan dengan
menghitung persentae tingkat
kecacatan selama beberapa
periode. Pemeriksaan dihitung
setiap 1 atau 2 bulan sekali

Sumber : Data Primer yang Diolah


Tabel 4.27. Rencana Tindakan dan Alat Control
Untuk Mengatasi Produk Cacat (Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur
hitam, Kertas terlipat, Plat, Klise atau film tidak optimal) pada faktor Method
Jenis
Faktor
Kecacatan
Penyebab
Kertas Miring Method

Kertas terlipat

Rencana
Tindakan
Menetapkan
pedoman baku
dalam proses
produksi

Plat, Klise,
atau film
tidak optimal

Sumber : Data Primer yang Diolah

Alat Control
1. Setelah dilakukan penetapan
pedoman yang baku dalam
proses produksi maka perlu
dilakukan pengontrolan apakah
terjadi peningkatan kualitas
terhadap jalannya hasil
produksi.
2. Pengontrolan ini dilakukan
setiap 1 minggu sekali.
3. Pemeriksaan dilakukan dengan
menghitung persentase tingkat
kecacatan selama beberapa
periode . Pemeriksaan ini setiap
1 atau 2 bulan sekali

78
Perpustakaan Unika

Tabel 4.28. Rencana Tindakan dan Alat Control


Untuk Mengatasi Produk Cacat (Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur
hitam, Kertas terlipat, Plat, Klise atau film tidak optimal) pada faktor Material
Jenis
Kecacatan
Warna tidak
jelas
Balur hitam,
atau bercak
tinta

Faktor
Penyebab
Material

Rencana
Tindakan
Pemeriksaan
yang lebih
selektif terhadap
bahan baku

Alat Control
1. Setelah dilakukan pemeriksaan
terhadap bahan baku maka perlu
adanya pengontrolan supaya
dapat dilihat ada tidaknya
pengurangan tingkat cacat hasil
produksi. Pengontrolan ini
dilakukan setiap 1 minggu
sekali.
2. Pemeriksaan dilakukan dengan
menghitung persentase tingkat
kecacatan selama beberapa
periode hingga mencapai tingkat
sigma tertinggi. Pemeriksaan ini
setiap 1 atau 2 bulan sekali

Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 4.29. Rencana Tindakan dan Alat Control


Untuk Mengatasi Produk Cacat (Kertas Miring, Warna tidak jelas, Balur
hitam, Kertas terlipat, Plat, Klise atau film tidak optimal)
pada faktor Environment
Jenis
Faktor
Rencana
Alat Control
Kecacatan
Penyebab
Tindakan
Kertas
Environment Memperbaiki
1. Setelah dilakukan perbaikan
Miring
kondisi ruangan
pada kondisi lubang angin, dan
dan listrik
listrik, maka perlu adanya
pengontrolan supaya dapat
Kertas
dilihat ada tidaknya
Terlipat
pengurangan tingkat cacat hasil
produksi. Pengontrolan ini
dilakukan setiap 1 minggu
sekali.
Plat, Klise,
2. Pemeriksaan dilakukan dengan
atau film
menghitung persentase tingkat
tidak optimal
kecacatan selama beberapa
periode hingga mencapai
tingkat sigma tertinggi.
Pemeriksaan ini setiap 1 atau 2
bulan sekali
Sumber : Data Primer yang Diolah

79
Perpustakaan Unika

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Perusda Percetakan Kota Semarang hingga saat ini
masih belum menerapkan Six Sigma secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat
karena di dalam prakteknya Perusda Percetakan Kota Semarang masih belum
dapat mencapai dan mengatasi tingkat produk cacat yang dihasilkannya di
bawah 5% sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.
Maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pada tahap Define, Perusda Percetakan Kota Semarang telah melakukan
pendefinisian kriteria kualitas, tetapi dalam metode Six Sigma,
pelaksanaan perusahaan dalam tahap define belum mencakup keseluruhan
tahap define yaitu menyangkut rencana tindakan yang harus dilakukan
seperti pelatihan dan pemahaman kepada karyawan.
2. Pada tahap Measure, produk buku memiliki kapabilitas sigma sebesar
2,50 dengan DPMO 12.359 yang artinya masih dalam kategori buruk dan
perlu untuk ditingkatkan, dan terdapat 5 karakteristik kunci yang
menyebabkan produk ini tidak memenuhi harapan pelanggan yaitu :
a. Kertas miring
b. Warna tidak jelas

80
Perpustakaan Unika

c. Balur hitam, atau bercak tinta


d. Kertas terlipat
e. Plat, klise, atau film yang tidak optimal (setting tidak pas)
3. Pada tahap Analyze, diperoleh kesimpulan yaitu jenis CTQ yang tidak
dapat dipenuhi oleh perusahaan adalah kertas miring, warna tidak jelas,
balur hitam atau bercak tinta, kertas terlipat, dan plat, klise, atau film
yang tidak optimal (setting tidak pas). Faktor terbesar penyebab produk
cacat adalah kertas miring, yaitu sebesar 25,10%.
4. Pada tahap Improve (berupa rancangan), dapat disimpulkan perusahaan
perlu melakukan rencana tindakan pengendalian dan peningkatan kualitas
Six Sigma berdasar pada 5W-1H yaitu what, why, where, when, who, dan
how dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
dengan melakukan rencana tindakan perbaikan untuk faktor man,
machine, methods, material dan environment sehingga dapat menurunkan
persentase produk cacat perusahaan.
5. Pada tahap Control (berupa rancangan) yaitu perusahaan melakukan
pengontrolan setiap 1-2 bulan sekali untuk mengurangi hasil produk cacat
pada produk buku, pada faktor man, machine, methods, material dan
environment.

5.2. Saran
Dari hasil penelitian dan analisis ini, maka peneliti sedikit memberi saran
bagi perusahaan, yaitu sebagai berikut:

81
Perpustakaan Unika

1. Pada tahap define maka perusahaan sebaiknya dapat lebih menentukan


apakah yang menyebabkan terjadinya tingkat kecacatan produk sehingga
akan dapat meningkatkan kualitas produknya di masa mendatang.
2. Pada tahap measure maka perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan
sehingga dapat menekan besarnya CTQ yang terjadi.
3. Pada tahap analyze, sebaiknya perusahaan memperhatikan jenis
kerusakan dan penyebab cacat yang terjadi, seperti cacat yang paling
potensial atau paling sering terjadi pada tiap proses produksi tanpa
mengesampingkan penyebab cacat yang lain dengan cara membuat
pedoman dan standar kerja bagi karyawan.
4. Pada tahap improve sebaiknya perusahaan menerapkan pengendalian
kualitas dengan pendekatan sigma berdasarkan 5W-1H, yaitu produk apa
yang paling sering cacat, mengapa sering terjadi cacat, pada bagian proses
mana cacat sering terjadi, kapan terjadi cacat, siapa penyebab cacat, serta
bagaimana terjadinya cacat.
5. Pada tahap control sebaiknya perusahaan terus melakukan pengontrolan
setiap satu minggu sekali agar mengetahui produk cacat yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai