Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT


PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

OLEH

REBECKA OCTARIA NAINGGOLAN


100501129

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI


DI KOTA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat-pusat pertumbuhan


ekonomi dikota Medan melalui analisis klassen tipologi, metode skalogram dan
analisis gravitasi.
Berdasarkan hasil penelitian Klassen Tipologi dan Skalogram diperoleh
bahwa di Kota Medan terdapat dua pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Medan
Deli dan Kecamatan Medan Petisah. Berdasarkan analisis gravitasi menunjukkan
bahwa pada kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan yang memiliki interaksi
paling kuat terhadap Kecamatan Medan Deli adalah Kecamatan Medan Timur dan
interaksi paling kuat terhadap Kecamatan Medan Petisah adalah Kecamatan
Medan Helvetia.

Kata Kunci: Klassen Tipologi, Model Gravitasi, Skalogram

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the centers of economic growth
in the city of Medan through analysis of a typology Klassen, schallogram analysis
and analysis of gravity.
Based on the results obtained Klassen Typology and schallogram in
Medan that there are two centers of growth ithat are District of Medan Deli
District of Medan Petisah. Based on gravity analysis shows that the sub-district at
the center of that growth has the strongest interaction of Medan Deli District is
Medan Timur District and the strongest interaction of Medan Petisah District is
Medan Helvetia District.

Keywords: Tipology Classen, Gravity Model, Scalogram Analysis

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

berkat kasih karuniaNya yang luar biasa penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan

Ekonomi Di Kota Medan” ditujukan sebagai salah satu syarat meraih gelar

Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak, baik berupa dukungan doa, motivasi, semangat maupun sumbangan materi

dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta papa Drs. Mangantar

Pardamean Nainggolan dan mama Marisi Paulina, kepada adik-adik terkasih

Nico Brata Nainggolan, Daniel Junwaldi Nainggolan dan Jesika Dwiasta O.

Nainggolan terimakasih untuk segala dukungan, kasih sayang, doa dan

semangat selama ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac, Ak, CA. Selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan

Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, masukan, bimbingan dan arahan yang diberikan

selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak DR. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Kasyful

Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembanding II yang telah memberi

masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera

Utara.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi

ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2014


Penulis

Rebecka O. Nainggolan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN
ABSTRAK......................................................................................... i
ABSTRACT........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................. 1


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 6


2.1 Teori Pembangunan Ekonomi ...................................... 6
2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ................. 8
2.2 Teori Kutub Pertumbuhan Ekonomi
(Growth Pole Theory) .................................................. 11
2.3 Tipologi Ekonomi Regional .......................................... 18
2.4 Penelitian Terdahulu ..................................................... 20
2.5 Kerangka Konseptual.................................................... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN....................................... 26


3.1 Ruang Lingkup Penelitian............................................. 26
3.2 Jenis dan Sumber Data.................................................. 26
3.3 Model Analisis Data ..................................................... 26
3.4 Definisi Operasional Variabel ....................................... 30

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................... 31


4.1 Gambaran Umum Kota Medan ..................................... 31
4.2 Komposisi Penduduk ................................................... 32
4.3 Kondisi Perekonomian Kota Medan.............................. 39
4.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ........................ 39
4.3.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ......................... 40
4.3.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan............. 41
4.4 Hasil Analisis dan Pembahasan..................................... 42
4.4.1 Keadaan Ekonomi Kecamatan di Kota Medan ..... 42
4.4.2 Analisis Klassen Tipologi .................................... 63
4.4.3 Analisis Skalogram .............................................. 66
4.4.4 Gabungan Hasil Analisis Klassen Tipologi
dan skalogram ..................................................... 71

Universitas Sumatera Utara


4.4.5 Analisis Gravitasi................................................. 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 76


5.1 Kesimpulan ................................................................... 76
5.2 Saran ............................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 78

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1 Tabel Tipologi Klassen ....................................................... 28


4.1 Tabel Luas Penduduk Kota Medan ..................................... 32
4.2 Tabel Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan
jenis kelamin ...................................................................... 33
4.3 Tabel Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasrkan
Agama yang dianut ............................................................. 34
4.4 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan
Mata Pencaharian ............................................................... 36
4.5 Tabel Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut
Kelompok Umur................................................................. 38
4.6 PDRB Kota Medan Menurut Lapangan
Usaha Berdasarkan harga Konstan ...................................... 39
4.7 PDRB Kota Medan Menurut Lapangan
Usaha Berdasarkan harga berlaku ....................................... 40
4.8 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan
dan Nasional....................................................................... 41
4.9 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan
Medan Tuntungan .............................................................. 42
4.10 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Johor ................ 43
4.11 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Amplas............. 44
4.12 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Denai ............... 45
4.13 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Area ................. 46
4.14 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Kota ................. 47
4.15 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Maimun ........... 48
4.16 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Polonia ............. 49
4.17 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Baru ................. 50
4.18 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Selayang .......... 51
4.19 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Sunggal ............ 52
4.20 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Helvetia ........... 53
4.21 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Petisah ............. 54
4.22 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Barat ................ 55
4.23 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Timur ............... 56
4.24 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Perjuangan ....... 51
4.25 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Tembung .......... 58
4.26 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Deli .................. 59
4.27 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Labuhan ........... 60
4.28 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Marelan............ 61
4.29 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Belawan ........... 62
4.30 Perbandingan Klassen Tipologi Kecamatan Kota
Medan tahun 2005 dan 2010 ............................................... 67
4.31 Nilai Indeks Penduduk Indeks Aksesibilitas
dan Indeks Fasilitas ............................................................ 67

Universitas Sumatera Utara


4.32 Indeks Perhitungan Kumulatif ............................................. 69
4.33 Hirarki Skalogram Kecamatan Kota Medan ........................ 70
4.34 Nilai Interaksi antara Kecamatan Pusat Pertumbuhan
Dengan Kecamatan sekitarnya ............................................ 70

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................... 25


3.1 Tipologi Klassen ................................................................. 28
4.1 Gambar Hasil Analisis Klassen Tipologi 2005 .................... 63
4.2 Gambar Hasil Analisis Klassen Tipologi 2010 ..................... 65

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI


DI KOTA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat-pusat pertumbuhan


ekonomi dikota Medan melalui analisis klassen tipologi, metode skalogram dan
analisis gravitasi.
Berdasarkan hasil penelitian Klassen Tipologi dan Skalogram diperoleh
bahwa di Kota Medan terdapat dua pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Medan
Deli dan Kecamatan Medan Petisah. Berdasarkan analisis gravitasi menunjukkan
bahwa pada kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan yang memiliki interaksi
paling kuat terhadap Kecamatan Medan Deli adalah Kecamatan Medan Timur dan
interaksi paling kuat terhadap Kecamatan Medan Petisah adalah Kecamatan
Medan Helvetia.

Kata Kunci: Klassen Tipologi, Model Gravitasi, Skalogram

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the centers of economic growth
in the city of Medan through analysis of a typology Klassen, schallogram analysis
and analysis of gravity.
Based on the results obtained Klassen Typology and schallogram in
Medan that there are two centers of growth ithat are District of Medan Deli
District of Medan Petisah. Based on gravity analysis shows that the sub-district at
the center of that growth has the strongest interaction of Medan Deli District is
Medan Timur District and the strongest interaction of Medan Petisah District is
Medan Helvetia District.

Keywords: Tipology Classen, Gravity Model, Scalogram Analysis

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dalam mengukur

keberhasilan ekonomi suatu wilayah. Untuk membentuk kegiatan ekonomi

(pertumbuhan ekonomi) yang baik dalam membangun suatu daerah diperlukan

suatu sistem kerjasama yang terbentuk antara pemerintah pusat, pemerintah

daerah dan pihak swasta. Tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan ekonomi

dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya, infrastruktur pendukung kegiatan

ekonomi, serta semakin kecilnya ketimpangan pendapatan dimasyarakat. Didalam

suatu kota ada beberapa daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat

namun ada pula yang lambat. Keterlambatan terjadi karena tidak ada kesamaan

sumber-sumber daya yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah, adanya kecenderungan

terpusatnya peranan modal (investor) didaerah yang memiliki kelengkapan

infrastruktur transportasi, telekomunikasi, asuransi, jaringan listrik, serta

perbankan.

Glasson, Jhon (1990) mengatakan bahwa kemakmuran suatu wilayah

berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan

pada struktur ekonominya dan faktor ini merupakan faktor utama. Perubahan

wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha di

daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha

pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai

Universitas Sumatera Utara


peranan penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan ekonomi suatu

daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap

perekonomian regional.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan

pembangunan yang dilaksanakan khususnya dibidang ekonomi. Tanpa adanya

pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan ekonomi kurang bermakna.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto

(PDB)/Produk Nasional Bruto (PNB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih

besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan atau apakah perubahan struktur

ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 2002:7).

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia yang memiliki

perekonomian dan sosial yang berkembang pesat sehingga sangat memungkinkan

munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat menampung kegiatan

ekonomi dan sosial dalam kota ini. Dalam mewujudkan kegiatah perekonomian

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota Medan dibutuhkan kerjasama

antara pemerintah dan masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang dimiliki

daerah. Untuk memberikan nilai tambah bagi pembangunan dapat dilakukan suatu

proses identifikasi sektor-sektor yang berperan penting bagi pertumbuhan.

Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah,kesiapan berbagai pihak

swasta, pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu untuk memanfaatkan

berbagai sumber daya-sumber daya yang dimiliki secara optimal. Otonomi daerah

diharapkan mampu menciptakan motivasi daerah agar memiliki pertumbuhan

ekonomi yang tinggi melalui pemanfaatan potensi-potensi ekonomi lokal dengan

Universitas Sumatera Utara


menggali kekuatan ekonomi yang sesuai dengan potensi daerah sehingga tercipta

pertumbuhan ekonomi yang baik.yhg

Kota Medan sebagai salah satu kota besar yang memiliki banyak kecamatan

harus mampu memberikan kesejahteraan yang baik atau sama rata bagi tiap

daerahnya,khusnya bagi daerah dikecamatan dan sebaiknya diperlukan perhatian

khusus terhadap setiap kecamatan. Bagi daerah yang kurang memiliki potensi

untuk dikembangkan tentu akan sulit untuk mengembangkan daerahnya apabila

tidak ada kelengkapan infrastruktur dan otomatis pertumbuhan ekonominya akan

semakin tertinggal jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki potensi yang

tinggi. Hal ini juga akan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Salah satu

alternatif yang diambil pemerintah untuk mencapai keseimbangan pendapatan dan

pertumbuhan ekonomi antar daerah yaitu pertumbuhan ekonomi diarahkan pada

daerah-daerah yang memiliki potensi dan fasilitas wilayah, akan mempercepat

terjadinya kemajuan ekonomi, karena secara tidak langsung kemajuan daerah

akan membuat masyarakat mencari kehidupan yang lebih layak didaerahnya

(Sugiyanto : 2010).

Untuk itu perlu dilakukan pengelompokan atau pembagian wilayah dalam

suatu kawasan agar pembangunan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan

potensi dan kondisi dari wilayah tersebut selain itu dengan adanya

pengelompokan akan tercipta pemerataan pembangunan. Setelah dilakukan

pengelompokan maka akan diketahui daerah mana yang merupakan pusat

pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut. Walaupun dengan dilakukannya

Universitas Sumatera Utara


pengelompokan dapat melakukan peningkatan pertumbuhan ekonomi,

kesenjangan pendapatan juga diharapkan dapat dipersempit.

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, Kota Medan dapat di

identifikasi sebagai wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai

salah satu pusat perekonomian daerah dan regional yang penting serta utama di

Pulau Sumatera. Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan penting

serta strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan barang

dan keuangan domestik, maupun regional/internasional dikawasan barat Indonesia

dengan dukungan faktor-faktor dominan yang dimilikinya. Pembangunan dan

pengembangan fisik Kota Medan diarahkan untuk kepentingan kerjasama

pembangunan kawasan industri dan perdagangan baru dalam rangka memperbaiki

kualitas hidup masyarakat baik disaerah kota maupun kecamatan yang ada dikota

Medan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

menganalisis kecamatan mana yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan sehingga

penelitian skripsi ini membahas tentang “Analisis Penentuan Pusat-Pusat

Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menimbulkan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi perekonomian pada masing-masing kecamatan di

Kota Medan?

Universitas Sumatera Utara


2. Kecamatan-kecamatan mana saja yang menjadi pusat pertumbuhan

ekonomi di Kota Medan ?

3. Bagaimana interaksi antar kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan

dengan daerah belakangnya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan

dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis kondisi perekonomian Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kecamatan – kecamatan mana saja yang menjadi

pusat pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3. Untuk mengidentifikasi interaksi antar kecamatan yang menjadi pusat

pertumbuhan ekonomi dengan daerah belakangnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Apabila tujuan tersebut di atas tercapai, maka diharapkan penelitian ini

dapat berguna bagi semua pihak yang membaca maupun kepada pihak-pihak

terkait di dalamnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan

kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan pertumbuhan wilayah

kecamatan.

2. Sebagai bahan yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang ekonomi

terutama mengenai pusat pertumbuhan.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi yang didefinisikan oleh beberapa ahli dalam

beberapa pengertian sebagai berikut :

a). Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses

perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi

(Suryana, 2000).

b). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses

yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan

dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh

perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana,

2000). .

c). Sukirno, Sadono (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu

masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut

mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu

perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian

kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya

peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung

dalam jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara


d). Todaro (dalam Tarmidi, 1992) mengartikan pembangunan sebagai suatu

proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar

dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun

percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan

penghapusan dari kemiskinan mutlak.

Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan

pendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk

suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-

barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa

satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa

ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga

perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam penelitian

ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai

suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu

masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut

mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai :

(1) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat

pertumbuhan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada

suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

(2) Perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang

terjadi dalam suatu negara dibarengi oleh perombakan dan

modernisasi struktur ekonominya (transformasi struktural).

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk

Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu

lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah

perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta

untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).

Pembangunan daerah pada hakekatnya bertujuan meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan

terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral, dan kaitannya

dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju

tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok

tanah air. Secara mendasar dalam perencanaan pembangunan pada dasarnya

terdapat tiga aspek perencanaan yaitu: makro, sektoral; dan regional, yang

ketiganya tersusun dalam satu kesatuan (Kartasasmita, 1996).

Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif,

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih

baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita,

2005:19). Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi

Universitas Sumatera Utara


sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal,

prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi

industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan

pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan

daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Sebelum mengetahui makna pembangunan ekonomi daerah terlebih

dahulu harus mengetahui pengertian daerah. Pengertian ditinjau dari aspek

ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu (Arsyad, 2002:107-108) :

a. Daerah homogen adalah suatu daerah dimana kegiatan ekonomi terjadi

diberbagai pelosok ruang dan terdapat sifat-sifat yang sama, baik dari

segi pendapatan perkapitanya, sosial budayanya, geografinya, dan

sebagainya.

b. Daerah nodal adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang

dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.

c. Daerah perencanaan atau daerah administrasi adalah suatu daerah sebagai

suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu

seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya.

Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di

daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang

menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong

perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya

dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Telah diketahui bersama bahwa tujuan pembangunan ekonomi pada

umumnya adalah peningkatan pendapatan riel perkapita serta adanya unsur

keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Dengan

mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih

terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau

siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah tersebut.

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan daerah dari suatu

daerah haruslah mencakup tiga inti nilai (Todaro,2000; Mudrajat, 2000;)

1. Ketahanan (Sustenance): Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok

(pangan,papan, kesehatan dan proteksi) untuk mempertahankan hidup.

2. Harga diri ( Self Esteem ): Pembangunan haruslah memanusiakan orang.

Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan

kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah itu

3. Freedom from servitude: Kebebasan bagi setiap individu suatu negara

untuk berpikir, berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi

dalam pembangunan.

Salah satu aspek pembangunan wilayah (regional) adalah pembangunan

ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan

struktur. Perubahan struktur ekonomi dapat berupa peralihan dari kegiatan

perekonomian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-

unit produksi, serta perubahan status kerja buruh. Karena itu konsep

pembangunan wilayah (regional) sangat tepat bila didukung dengan teori

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi, pusat pertumbuhan dan teori

spesialisasi.

Adisasmita (2005), menyatakan bahwa Pembangunan wilayah (regional)

merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia,

investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah,

kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan,

kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Kebijakan ekonomi dalam era otonomi daerah di satu pihak harus

menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan

dilain pihak, terbukanya peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan

kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi

ekonomi daerah di daerahnya dalam rangka membawa masyarakat ke tingkat

kesejahteraan yang tinggi dari waktu ke waktu (Rasyid, 2002).

2.2 Teori Kutub Pertumbuhan Ekonomi ( Growth Pole Theory)

Teori ini dipelopori oleh Francois Perroux, seorang ahli ekonomi regional

berkebangsaan Prancis. Teori kutub pertumbuhan adalah pemusatan spasial

berhubungan dengan industri yang berisi dorongan pertumbuhan pada pusat kota

melalui pemekaran. Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan

secara geografis.

• Secara Fungsional

Suatu lokasi pemusatan kelompok usaha atau cabang industri yang

hubungannya bersifat memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu

Universitas Sumatera Utara


menstimulai kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah

belakangnya). (Tarigan 128-129).

• Secara Geografis

Suatu lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi sehingga menjadi

pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan banyak usaha

yang tertarik untuk berlokasi didaerah tersebut dan masyarakat dapat

menggunakan fasilitas yang ada.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau

tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran utama keberhasilan dari

pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara

berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan

dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata.

Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal

akan menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses

pertumbuhan itu sendiri. Suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus

bercirikan:

1. Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan hubungan internal

sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu

sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh

akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait.

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling

mendukung terciptanya pertumbuhan.

2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang

saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda.

Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan

produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain.

Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga

total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan

kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda

memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya.

Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat

pertumbuhan akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja

maupun bahan baku dari kota belakangnya.

3. Adanya konsentrasi geografis konsentrasi geografis dari berbagai sektor

atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang

saling membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attraciveness) dari

kota tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan

berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi kebutuhan dapat

diperoleh dengan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat

kota tersebut menarik untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang

makin meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta

efisiensi lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat

hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat pertumbuhan dengan

kota belakangnya maka pertumbuhan kota pusat akan mendorong

pertumbuhan kota belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari

wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan

wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya.

Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu

gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan

khususnya dalam bidang bidang ekonomi.

Supriana (2008) peningkatan taraf hidup masyarakat dalam jangka panjang

melalui pertumbuhan ekonomi adalah tujuan pembangunan ekonomi setiap

negara.Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang. Disini, proses mendapat penekanan

karena mengandung unsur dinamis.

Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional biasanya dengan

menghitung peningkatan presentase dari Produk Domestik Bruto (PDB). PDB

mengukur pengeluaran total dari suatu perekonomian terhadap berbagai barang

dan jasa yang baru diproduksi pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total

yang diterima dari adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut atau secara

Universitas Sumatera Utara


lebih rinci, PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi

disuatu negara dalam kurun waktu tertentu (Mankiw, 2001:126).

Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga

diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan

kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas

(Lincolyn, 1999).

Pola interaksi ini menurut Sihotang (2001:115) mempunyai beberapa

aspek, yaitu:

1. Pola interaksi ini menimbulkan ketidakseimbangan struktural di daerah

bersangkutan, jika suatu titik pertumbuhan digandengkan dengan

pembangunan suatu komplek industri baru, maka industri tersebut

ditempatkan disekitar titik pertumbuhan itu. Walaupun daerah-daerah

penyuplai akan ikut terdorong dan berkembang, tetapi perbedaan yang

besar dalam kemakmuran antara titik pertumbuhan dengan daerah yang

mengitarinya akan tetap terdapat.

2. Teori titik pertumbuhan secara implisit bersumber pada konsep basis

ekspor tetapi dengan memberinya dimensi ruang, karena industri-industri

inti atau key industries berlokasi pada titik pertumbuhan sedangkan

industri penyuplai tenaga kerja, bahan mentah dan pelayanan-pelayanan

dependent dapat terpencar di daerah pengaruhnya.

3. Fungsi pusat wilayah dari titik pertumbuhan dengan asumsi bahwa tempat

tersebut adalah pusat penduduk substansial dapat memperjelas hubungan

Universitas Sumatera Utara


antara titik pertumbuhan dengan daerah pengaruhnya, tersedianya

pelayanan sentral adalah salah satu keuntungan aglomerasi yang penting

dari titik pertumbuhan.

Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik

pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk

mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

2. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya

perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor

industri dan jasa.

4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah

perkotaan (urbanisasi).

5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan

adanya kekuatan hubungan internasional.

6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional.

(Jhingan, 1995).

Menurut Sadono (2000), alat untuk mengukur keberhasilan perekonomian

suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian

wilayah akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun dikarenakan adanya

penambahan pada faktor produksi. Selain faktor produksi, jumlah angkatan kerja

yang bekerja juga akan meningkat dari tahun ke tahun sehingga apabila

dimanfaatkan dengan maksimal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang.

Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis.

Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi

bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan,

dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999).

Menurut Todaro (2003), Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan

kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang yang

diproduksi meningkat yang digunakan untuk kemakmuran masyarakat .

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu :

1. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah angkatan kerja

yang bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pertumbuhan

penduduk ini dipengaruhi seberapa besar perekonomian dapat menyerap

angkatan kerja yang bekerja produktif.

2. Akumulasi Modal

Akumulasi modal merupakan gabungan dari investasi baru yang di

dalamya mencakup lahan, peralatan fiskal dan sumber daya manusia

yang digabung dengan pendapatan sekarang untuk dipergunakan

memperbesar output pada masa datang.

Universitas Sumatera Utara


3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor terpenting

dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena

kemajuan teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan

cara-cara baru dan menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu

pekerjaan.

Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

• Produk Domestik Bruto (PDB) : Produk Domestik Bruto/Produk Domestik

Regional Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa

yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan

dalam harga pasar.

• Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita : Produk domestik bruto per

kapita dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik

dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk

Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB

pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1)

�����−����(�−1)
Laju Pertumbuhan Ekonomi = x 100%
����(�−1)

2.3 Tipologi Ekonomi Regional

Karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah

berdasarkan Klassen tipologi (Sjahrizal, 1997: 29-30) digunakan untuk

mengetahui gambaran tentang pola dan struktur petumbuhan ekonomi masing-

masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua

indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita

Universitas Sumatera Utara


daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu

vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal.

Daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu daerah

cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income), daerah maju tapi

tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but

low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Kriteria

yang digunakan untuk membagi daerah adalah sebagai berikut:

• Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income)

adalah laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih tinggi

dari rata – rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata- rata nasional.

• Daerah maju tapi tertekan. (high income but low growth) yaitu daerah

yang relatif maju, tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan

menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan.

Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi dimasa mendatang

pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun potensi

pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini

mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat pertumbuhan

ekonominya lebih rendah dibandingkan rata- rata nasional.

• Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah

yang dapat berkembang cepat dengan potensi pengembangan yang

dimiliki sangat besar tapi belum diolah sepenuhnya secara baik. Tingkat

pertumbuhan ekonomi daerah sangat tinggi, namun tingkat pendapatan

perkapita yang mencerminkan dari tahap pembangunan yang telah

Universitas Sumatera Utara


dicapai sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat

pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah

dibandingkan dengan rata- rata nasional.

• Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah

yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita

lebih rendah dari pada rata- rata nasional.

2.4 Penelitian Terdahulu

Danastri, S dan Hendarto, R (2011) melakukan penelitian dengan judul

Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru Di Kecamatan Harjamukti,

Cirebon Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang pemandirian

daerah sekitar pusat kota agar tidak bergantung pada kegiatan perekonomian pusat

kota utama serta adanya ketimpangan pembangunan atau pembangunan yang

tidak merata antara kawasan Cirebon Utara dan Cirebon Selatan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis skalogram, dapat dilihat kondisi

saat ini tiap-tiap kelurahan dengan fasilitas terlengkap adalah Kelurahan Kecapi,

Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kalijaga, Kelurahan Larangan, dan Kelurahan

Argasunya sebagai kelurahan yang jumlah fasilitasnya paling sedikit. Berdasarkan

hasil analisis gravitasi,semua daerah di kecamatan Harjamukti memiliki interaksi

yang kuat dengan daerah pusat kecamatan, yaitu Kelurahan Kalijaga.

Ardila, Refika (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banjarnegara.

Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa daerah kecamatan yang ada

pada tiap kota atau kabupaten memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai

Universitas Sumatera Utara


pusat pertumbuhan. Selain itu juga diharapkan adanya pemerataan pembangunan

antar kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis

tipologi klassen dengan menggunakan data PDRB per kapita dan pertumbuhan

ekonomi tahun 2010 di masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara,

diperoleh empat keadaan ekonomi daerah. Kategori pertama adalah daerah maju

dan cepat tumbuh adalah kecamatan Banjarnegara, Madukara dan Batur. Kategori

kedua adalah daerah maju tapi tertekan adalah \Kecamatan Purwareja Klampok,

Sigaluh, dan Pejawaran, Kategori ketiga adalah derah berkembang cepat adalah

Kecamatan Susukan, Mandiraja, Bawang Rakit dan Punggelan. Kategori keempat

adalah daerah relatif teringgal adalah Kecamatan Purwanegara, Pagedongan,

Banjarmangu, Wanadadi, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa, Kalibening dan

Pandanarum. Berdasarkan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas pada 20

kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh 6 kecamatan pusat pertumbuhan

yaitu Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Madukara, Kecamatan Purwanegara,

Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Purwareja Klmpok, Kecamatan Susukan.

Arifin, Zainal (2008) melakukan penelitian dengan judul Penetapan

Kawasan Andalan dan “Leading Sector” Sebagai Pusat Pertumbuhan Pada

Empat Koridor Di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan latar

belakang adanya ketimpangan pertumbuhan daerah sehingga diperlukan pemicu

pusat-pusat pertumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan daerah-daerah

disekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis

Tipologi Klassen di empat koridor di Jawa Timur yang termasuk daerah

berkembang cepat adalah Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kota

Universitas Sumatera Utara


Madiun, Kota Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bojonegoro. Yang

tergolong daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Sidorajo, Kabupaten

Mojokerto, Kota Baru, Kediri, Kabupaten Nganjuk, KabupatenMadiun,

Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lamongan,

KabupatenTuban dan Kabupaten Sumenep. Yang tergolong daerah berkembang

cepat adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kota Pasuruan,

Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten

Ngawi, dan Kabupaten Bangkalan. Yang tergolong daerah relatif tertinggal adalah

Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten

Lumajang, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan hasil

analisis LQ, sektor yang paling banyak menjadi unggulan adalah pertanian disusul

listrik, gas dan air bersih, bangunan, jasa-jasa, keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri

pengolahan, serta pertambangan dan penggalian.

Pujiati, A. (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kawasan

Andalan Di Jawa Tengah. Penelitian ini memiliki latar belakang tidak optimalnya

pertumbuhan perekonomian khususnya PDRB dan PDRB per kapita kawasan

andalan dibandingkan daerah lainnya sehingga perlu dilakukan evaluasi kembali

penetapan kawasan andalan sebagai pusat pertumbuhan dan penggerak ekonomi

wilayah. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil analisis tipologi klassen

dapat disimpulkan terdapat tujuh kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi cepat

maju dan cepat tumbuh, empat kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi daerah

maju tapi tertekan, sembilan kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi

Universitas Sumatera Utara


berkembang cepat dan limabelas kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi relatif

teringgal. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor unggulan dikawasan

andalan cenderung didominasi sektor skunder dan tersier . Hasil analisis indeks

spesialisasi regional menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang termasuk kawasan

andalan relatif cenderung lebih tinggi daripada kawasan bukan andalan.

Razak, AR. (2009) dalam Economis Journal of Emerging Markets

melakukan penelitian dengan judul EconomicGrowth And Regional Development

Disparity in South Sulawesi. Penelitian ini memiliki latar belakang adanya tingkat

disparitas pembangunan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi

Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil klasen tipologi

menunjukkan bahwa daerah yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat

tumbuh adalah kota Makassar, daerah yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi

tertekan yaitu Kota Parepare, kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Utara, daerah

yang termasuk klasifikasi berkembang cepat yaitu Kabupaten Selayar,

Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo,

Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Luwu, daerah yang termasuk klasifikasi daerah

tertinggal yaitu Jeneponto, Gowa, Bone, Tana Toraja, dan Luwu Timur.

Christofakis dan Athanasios (2011) melakukan penelitian dengan judul

The Growth Poles Strategy in Regional Planning : The Recent Experience of

Greece. Penelitian ini dilatar belakangi o;eh upaya untuk merangsang peran

perkembangan pusat-pusat kota di Yunani dalam konteks perencanaan wilayah

dan tata ruang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pada tingkat

pemrograman, pelaksanaan baru-baru ini pemrograman daerah di Yunani

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan relatif kelemahan dalam merancang dan menerapkan kebijakan

pembangunan perkotaan sebagai bagian dari program regional. Adapun masalah

utama adalah tidak adanya spesialisasi aktual dalam Program Operasional Daerah,

serta sebagai pembentukan atau adaptasi dan implementasi selanjutnya kebijakan

tambahan yang diperlukan (seperti kebijakan sektoral, jaringan kebijakan,

mengangkut kebijakan, dll) untuk realisasi kutub pertumbuhan strategi. Secara

khusus, pembentukan kebijakan sektoral khusus untuk menarik kegiatan

pendorong, berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan potensi masing-masing

konsentrasi polar, dianggap dari besar penting, seiring dengan promosi proyek

khusus di bidang infrastruktur yang strategis, tergantung pada potensi

perkembangan dari masing-masing konsentrasi.

2.5 Kerangka Konseptual

Suatu kota yang memiliki pusat pertumbuhan dan potensi ekonomi dapat

terlihat dari besarnya PDRB yang dihasilkan, pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita. Dari PDRB akan dapat diketahui daerah mana yang dapat

memberikan potensi pertumbuhan melalui keunggulan kompetitif dan spesialisasi

dari daerah tersebut. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat

diketahui Tipologi daerah.

Perencanaan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan

potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program

pengembangan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan itu harus

mempertimbangkan sumber daya yang dapat dikembangkan sesuai dengan

kondisi daerah tersebut apakah daerah tersebut termasuk daerah maju atau daerah

Universitas Sumatera Utara


tertekan sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat sesuai dengan kondisi

daerah tersebut dan mampu bersaing dengan daerah lain sekitarnya.

Dari uraian diatas maka dapatlah disusun suatu skema sebagai berikut:

Penentuan Pusat-pusat
pertumbuhan kota
medan

PDRB Kecamatan
Kota Medan

Analisis Klassen Analisis Analisis Gravitasi


Tipologi Skalogram

Daerah Pusat
Pertumbuhan Kota

Daerah Maju Daerah Daerah Maju Daerah Relatif


Berkembang tapi Tertekan Tertinggal

Peningkatan Kualitas Daerah-Daerah


Tertinggal melalui Pembangunan Daerah

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan

dan menguji hipoteis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini adalah untuk mengkaji pusat-pusat

pertumbuhan di kota Medan.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh

melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari bku literatur, jurnal-jurnal,

dan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data

diperoleh dari Instansi pemerintahan, yaitu BPS (Badan Pusat Statistik) kota

Medan.

3.3 Model Analisis Data

3.3.1 Analisis Tipologi Klassen

Klassen Tipology pada dasarnya membagi daerah berdasarkan 2 (dua)

indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita

daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai vertikal dan

rata-rata perdapatan perkapita sebagai sumbu horisontal, daerah yang diamati

dapat menjadi 4 klasifikasi (Soepono, 1993; Sjafrizal, 1997; Kuncoro dan

Aswandi , 2002 ) yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Tipologi I : Daerah Cepat maju dan cepat tumbuh ( high growth and

high income) adalah Kabupaten/kota yang mempunyai laju

pertumbuhan PDRB rata-rata diatas pertumbuhan PDRB Kota Medan

dan pendapatan perkapita diatas rata-rata pendapat perkapita Kota

Medan .

2. Tipologi 2 : Daerah maju tapi tertekan (high income but low growth)

adalah Kabupaten yang mempunyai laju pertumbuhan PDRB rata-rata

lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Medan dan

pendapatan perkapita lebih tinggi rata-rata diatas pendapatan perkapita

Kota Medan. Daerah ini dalam beberapa tahun terakhir laju

pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang

bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi

dimasa mendatang pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun

potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar.

Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat

pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata- rata

nasional.

3. Tipologi 3 : Daerah berkembang cepat ( high growth but low income )

merupakan Kabupaten/kota yang mempunyai laju pertumbuhan PDRB

rata-rata lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Medan dan

pendapatan perkapita lebih rendah rata-rata diatas pendapatan perkapita

Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


4. Tipologi 4 : Daerah relatif tertinggal ( low growth and low income )

merupakan kabupaten/kota yang mempunyai laju rata-rata pertumbuhan

PDRB dan pendapatan perkapita lebih rendah dari rata-rata laju

pertumbuhan dan pendapatan perkapita Kota Medan.

PDRB Perkapita (y)

Laju Y1> y Y1< y


Pertumbuhan
PDRB (r)
Daerah cepat maju Daerah Berkembang
R1> r dan cepat tumbuh Cepat
Daerah Maju Tapi Daerah Relatif
R1< r
Tertekan Tertinggal

Gambar 3.1
Tipologi Klassen

Diharapkan dari analisis ini dapat ditentukan tipologi masing-masing

kabupaten / kota yang dapat digunakan sebagai acuan pendukung untuk

menentukan prioritas dalam pengembangan pembangunan wilayah.

3.3.2 Analisis Skalogram

Analisis Skalogram dipergunakan untuk menganalisis pusat-pusat

permukiman, khususnya hierarki atau orde-orde pusat pertumbuhan. Analisis ini

dapat digunakan dengan mendasarkan kepada jumlah unit dan jenis fasilitas yang

ada.

Analisis scalogram mengelompokkan klasifikasi wilayah berdasarkan pada

tiga komponen fasilitas dasar yang dimilikinya yaitu:

a. differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi.

Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan ekonomi

Universitas Sumatera Utara


lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas komersial akan

menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan kemungkinan akan

menarik sebagai tempat tinggal dan bekerja;

b. solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.Fasilitas ini

menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/kota. Fasilitas tersebut

dimungkinkan tidak seratus persen merupakan kegiatan sosial namun

pengelompokan tersebut masih dimungkinkan jika fungsi sosialnya relatif

lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan usaha yang berorientasi pada

keuntungan (benefit oriented);

c. centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi-

politik/pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan dari

masyarakat dalam sistem kota/komunitas. Sentralitas ini diukur melalui

perkembangan hierarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos, sekolahan,

kantor pemerintahan dan sejenisnya.

3.3.3 Analisis Gravitasi

Model gravitasi adalah suatu teknik untuk menganalisis pola interaksi

ruang. Model Gravitasi ini di dasari oleh Hukum Gravitasi Newton (Sir Isaac

Newton) yang berbunyi “dua massa yang berdekatan akan saling tarik menarik

dan daya tarik masing-masing massa adalah sebanding dengan bobotnya.”

Aplikasi model Gravitasi biasanya bermanfaat dalam bidang analisis

perencanaan wilayah dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk,

pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai

Universitas Sumatera Utara


daya tarik yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara 2(dua) kutub

magnet.

Rumus dasar untuk menghitung model ini adalah:

�.��.��
Tij =
���

Keterangan :
Tij = Banyaknya interaksi dari kelurahan i kecamatan j
K = Bilangan konstan/rata-rata perjalanan per penduduk
Pi = Penduduk Kecamatan i
Pj = Penduduk kecamatan j
Dij = Jarak antara i dan j

Maka, semakin besar indeks Tij yang ditemukan berdasarkan hubungan

antara 2 wilayah kecamatan, maka semakin besar pula kekuatan interaksi antara

kedua wilayah kecamatan yang dianalisis tersebut.

3.4 Definisi Operasional

1. Pendapatan perkapita merupakan sebagai keseluruhan nilai tambah bruto

dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah, hal ini berdasarkan harga

berlaku (Milyar Rupiah).

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi adalah pendapatan regional selama 1 tahun

yang dihitung atas dasar harga konstan (%).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, Kota Medan merupakan salah

satu wilayah yang subur diwilayah dataran rendah timur dari provinsi Sumatera

Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter dibawah permukaan laut. Kota ini

dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di

Selat Malaka. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30̊ - 3,43̊ LU dan 98,35̊ -

98,44̊ BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Disebelah utara

berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan

berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu

domestik maupun interbasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah

hujan rata-rata 2000-2500mm per tahun.

Kota Medan termasuk kedalam kawasan pantai Timur, dimana seluruh

daerahnya merupakan dataran rendah. Kota Medan memiliki 21 kecamatan dan

151 kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1
Luas Daerah Kota Medan
Luas
No Kecamatan
Daerah Persentase (%)
1 Medan Tuntungan 20,68 7,8
2 Medan Johor 12,81 4,83
3 Medan Amplas 14,58 5,5
4 Medan Denai 11,19 4,22
5 Medan Area 9,05 3,41
6 Medan Kota 7,99 3,01
7 Medan Maimun 5,27 1,99
8 Medan Polonia 5,52 2,08
9 Medan Baru 5,84 2,2
10 Medan Selayang 9,01 3,4
11 Medan Sunggal 2,98 1,13
12 Medan Helvetia 15,44 5,83
13 Medan Petisah 13,16 4,97
14 Medan Barat 6,82 2,57
15 Medan Timur 5,33 2,01
16 Medan Perjuangan 7,76 2,93
17 Medan Tembung 4,09 1,54
18 Medan Deli 20,84 7,86
19 Medan Labuhan 36,67 13,83
20 Medan Marelan 23,82 8,99
21 Medan Belawan 26,25 9,9
Jumlah 265,1 100
Sumber : Medan Dalam Angka Tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terluas adalah

Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km² dan yang paling sempit

adalah Kecamatan Medan Sunggal sebesar 2,98 km². Dari tabel diatas juga dapat

dilihat bahwa luas Kota Medan sebesar 265,10 ². Luas Kota Medan ini mencakup

3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.

4.2 Komposisi Penduduk

Penduduk kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis.

Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari

wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-

Universitas Sumatera Utara


suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir

dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi

penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa,

Batak Toba, Cina dan India. Komposisi penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat

berdasarkan suku tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, mata pencaharian, dan

pendidikan. Adapun komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan jenis kelamin,

dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Medan Tuntungan 39.414 41.528 80.942
2 Medan Johor 61.085 62.766 123.851
3 Medan Amplas 56.175 56.968 113.143
4 Medan Denai 71.181 70.214 141.395
5 Medan Area 47.813 48.731 96.544
6 Medan Kota 35.329 37.341 72.580
7 Medan Maimun 19.411 20.170 39.581
8 Medan Polonia 25.989 26.805 52.794
9 Medan Baru 17.576 21.940 39.516
10 Medan Selayang 48.293 50.024 98.317
11 Medan Sunggal 55.403 57.341 112.744
12 Medan Helvetia 70.705 73.552 144.257
13 Medan Petisah 29.367 32.382 61.749
14 Medan Barat 34.733 36.038 70.771
15 Medan Timur 52.635 55.998 108.633
16 Medan Perjuangan 45.144 48.184 93.328
17 Medan Tembung 65.391 68.188 13.3579
18 Medan Deli 84.520 82.273 166.793
19 Medan Labuhan 56.676 54.497 111.173
20 Medan Marelan 71.287 69.127 140.414
21 Medan Belawan 48.889 46.617 95.506
Jumlah 1.036.926 1.060.684 2.097.610
Sumber : BPS Kota Medan 2010

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk terbanyak berada

pada kecamatan Medan Denai dengan jumlah 141.395 orang yang dihuni oleh

71.181 orang laki-laki dan 70.214 orang perempuan. Sementara itu, Kecamatan

Medan Marelan lebih banyak didominasi oleh penduduk berjenis kelamin Laki-

laki daripada penduduk yang berjenis kelamin perempuan yang hanya berjumlah

691.27 orang. Berdasarkan tabel juga dapat disimpulkan bahwa penduduk kota

Medan bila dirinci dari jenis kelaminnya berjumlah 1.036.926 orang penduduk

berjenis kelamin laki-laki dan 1.060.684 penduduk berjenis kelamin perempuan.

Dengan demikian jumlah penduduk kota Medan secara keseluruhan adalah

2.097.610 orang. Komposisi penduduk kota Medan juga dapat dilihat dari agama

yang dianut oleh penduduk kota Medan berdasarkan agama dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Agama yang dianut

Agama
No Kecamatan Kristen Kristen
Islam Hindu Budha Lainnya
Protestan Katolik
1 Medan Tuntungan 41,12 51,34 7,09 0,15 0,29 0,02
2 Medan Johor 67,71 19,96 2,76 0,32 9,22 0,03
3 Medan Amplas 75,92 21,68 1,65 0,02 0,67 0,06
4 Medan Denai 70,74 23,97 `1,27 0,03 3,95 0,03
5 Medan Area 69,01 5,63 0,61 0,03 24,67 0,04
6 Medan Kota 47,61 28,51 1,41 0,1 22,34 0,03
7 Medan Maimun 70,5 6,83 1,22 1,1 20,32 0,04
8 Medan Polonia 68,53 14,33 1,6 2,28 13,16 0,1
9 Medan Baru 44,83 43,8 54,39 1,71 5,22 0,07
10 Medan Selayang 58,14 34,65 4,87 1,24 1,05 0,04
11 Medan Sunggal 70,08 16,69 1,95 1,39 9,85 0,04
12 Medan Helvetia 66,41 27,96 2,6 0,34 2,67 0,02
13 Medan Petisah 45,59 27,37 1,94 2,03 23,02 0,05
14 Medan Barat 62,25 14,64 1,42 0,84 20,81 0,04
15 Medan Timur 64,1 15,32 1,15 0,4 18,97 0,07
16 Medan Perjuangan 60,49 26,13 1,25 0,31 11,8 0,02
17 Medan Tembung 71,21 17,48 1,49 0,04 9,76 0,01
18 Medan Deli 82,47 12,35 0,48 0,12 4,54 0,03
19 Medan Labuhan 73,76 20,19 1,12 0,02 4,87 0,05
20 Medan Marelan 90,85 4,54 0,4 0,13 4,06 0,03
21 Medan Belawan 78,24 18,81 0,7 0,03 2,22 0
Kota Medan 68,4 20,44 1,8 0,44 8,88 0,04

Sumber BPS Kota Medan 2010

Universitas Sumatera Utara


Penduduk kota Medan pada tahun 2010 masih didominasi oleh penduduk

yang beragama Islam dengan persentase sebesar 68,4%, kemudian disusul oleh

agama Kristen Protestan dengan persentase sebesar 20,44%, dan agama Budha

dengan persentase 8,88%. Bila ditelisik lagi menurut kecamatan, komposisi

penduduk menurut agama tidak jauh berbeda dengan kondisi kota Medan secara

umum. Di kecamatan Medan Tuntungan, mayoritas penduduknya didominasi

penduduk yang beragama Kristen Protestan yang persentasenya mencapai

51,34%. Ada empat kecamatan yang persentase penduduk beragama Islam-nya

tidak mencapai 50%, yaitu kecamatan Medan Tuntungan (41,12%), kecamatan

Medan Kota (47,61%), Kecamatan Medan Baru ( 44,83%), dan Kecamatan

Medan Petisah (45,59%). Secara umum persentase penduduk Kota Medan yang

beragama Budha terkonsentrasi didaerah pusat kota.

Ada lima kecamatan yang persentase penduduk beragama Budha-nya

cukup tinggi bahkan mencapai lebih dari 20% dari total jumlah penduduk

dimasing-masing kecamatan, yaitu kecamatan Medan Area( 24,60%), Kecamatan

Medan Kota ( 22,34%), Kecamatan Medan Maimun (20,32%), Kecamatan Medan

Petisah (23,02%), dan Kecamatan Medan Barat (20,81%). Sedangkan persentase

komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Mata Pencaharian

Persentase
No Lapangan Usaha
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pertanian 4,41 0,57 3,07
2 Pertambangan dan Penggalian 0,22 0,00 0,15
3 Industri 13,71 12,13 13,15
4 Listrik , Air dan Gas 0,60 0,17 0,45
5 Bangunan 10,12 0,59 6,80
6 Perdagangan 33,19 46,63 37,87
7 Angkutan dan Komunikasi 14,90 2,03 10,42
8 Keuangan 4,21 2,09 3,47
9 Jasa-Jasa 18,64 35,79 24,62
Sumber : BPS Kota Medan tahun 2010

Berdasarkan data dalam tabel dapat disimpulkan bahwa struktur lapangan

pekerjaan dikota Medan menunjukkan bahwa sektor perdagangan merupakan

lapangan pekerjaan yang paling menonjol,jika dibandingkan dengan sktor lainnya.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 37,87% penduduk di Kota Medan bekerja

disektor perdagangan, dan sisanya disektor lain sebesar 62,13%. Sangat dapat

dimaklumi jika mayoritas penduduk bekerja dikota Medan terjun pada sektor

perdagangan, karena seperti diketahui bersama bahwa kota Medan merupakan

pusat perdagangan dan jasa. Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja cukup

besar adalah jasa, yang mencapai 24,62% dari total penduduk yang bekerja,

diikuti oleh sektor industri yang persentasenya mencapai 13,15%.

Bila dilihat menurut jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih banyak

diserap sektor perdagangan dengan persentase 33,19%, lalu sektor jasa sebesar

18,64%, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 14,90%. Sedangkan

penduduk perempuan komposisinya juga hampir sama dengan sektor

Universitas Sumatera Utara


perdagangan yang menyerap 46,63%, lalu sektor jasa sebesar 35,79% dan sektor

industri sebesar 12,13%.

Untuk memudahkan analisis sektor perekonomian maka lapangan

pekerjaan utama yang terdiri dari sembilan sektor dibagi dalam tiga kelompok

utama, yaitu sektor A ( Pertanian), sektor M (Pertambangan/Penggalian, Industri,

Listrik, Gas, dan Air serta Konstruksi), serta sektor S ( Angkutan, Perdagangan,

Keuangan dan Jasa ) atau ketiganya biasa disebut sebagai sektor primer, sektor

sekunder dan sektor tersier. Komposisi tenaga kerja menurut sektor agrikultur,

manufaktur, dan service ( A M S ), maka komposisi penduduk kota Medan yang

bekerja menjadi 3,07% pada sektor A, sektor M sebesar 20,55%, dan sisanya

sektor S sebesar 76,38%. Untuk penduduk laki-laki komposisinya 4,41%, pada

sektor A, 24,65% pada sektor M, dan 70,94% pada sektor S. Sedangkan untuk

penduduk perempuan, komposisinya adalah 0,57% pada sektor A, 12,89% pada

sektor M, dan 86,54% pada sektor S.

Sedangkan komposisi penduduk Kota Medan menurut kelompok umur

dapat dilihat dalam tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur

No Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 0-4 98.437 92.857 191.294
2 5-9 99.961 93.532 193.494
3 10-14 97.514 91.828 189.342
4 15-19 102.566 107.423 209.989
5 20-24 112.860 123.093 235.952
6 25-29 100.935 103.459 204.394
7 30-34 85.609 87.265 172.874
8 35-39 77.344 80.794 158.139
9 40-44 69.238 71.727 140.965
10 45-49 57.718 59.997 117.715
11 50-54 48.163 49.244 97.407
12 55-59 34.548 34.282 68.830
13 60-64 20.373 22.555 42.928
14 65-69 14.573 17.556 32.129
15 70-74 9.596 12.384 21.980
16 >75 7.491 12.688 20.179
Jumlah 1.036.926 1.060.684 2.097.910
Sumber : BPS Kota Medan tahun 2010

Kondisi kependudukan Kota Medan dilihat dari komposisi penduduk

menurut umur memperlihatkan masih termasuk dalam struktur penduduk muda.

Data tahun 2010 menunjukkan dengan penduduk Kota Medan berumur paling

banyak berada pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 235.952 orang, diikuti

oleh kelompok umur 15-19 tahun dan kelompok umur 25-29 tahun yang masing-

masing sebesar 209.989 orang dan sebesar 204.394 orang. Sedangkan kelompok

umur yang jumlahnya paling sedikit adalah penduduk umur diatas 75 tahun diikuti

oleh kelompok umur 70-74 tahun dan kelompok umur 65-69 tahun masing masing

sebesar 204.394 orang, 21.980 orang dan 32.129 orang.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Kondisi Perekonomian Kota Medan

Pemerintah Kota Medan dalam melaksanakan pembangunan khususnya

pembangunan dibidang ekonomi tidak terlepas dari dampak positif maupun

negatif, untuk mengukur hasil pembangunan tersebut diperlukan alat ukur yaitu

berupa indikator ekonomi yang sering digunakan secara luas adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB).

4.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume atau

kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara

menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan

berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa PDRB kota Medan dalam

periode 2005-2010 atas dasar harga konstan 2000 meningkat cukup pesat.

Terlihat dalam tabel bahwa tahun 2005 PDRB kota Medan sebesar Rp.25.272

Milyar meningkat menjadi Rp. 35.822.22 Milyar. Peningkatan rata-rata PDRB ini

sebesar 7,26% pertahunnya.

Tabel 4.6
PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha berdasarkan harga konstan
(RP. Milyar )

Tahun
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 670,58 673,09 707,71 735,25 765,95 771,33
2 Pertambangan dan Penggalian 0,78 0,73 0,66 0,57 0,57 0,55
3 Industri Pengolahan 3842,15 4095,43 4344,56 4514,29 4591,6 4792,16
4 Listrik Gas dan Air 413,36 435,64 423,39 442,54 464,92 497,66
5 Bangunan 2712,63 3011,37 3205,06 3463,84 3748,68 4005,47
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 6850,44 7271,81 7703,59 8134,82 8824,16 9584,51
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4637,2 5255,76 5813,39 6287,38 6866,78 7346,13
8 Keuangan 3507,54 3685,67 4518,05 4586,68 4720,84 5133,72
9 Jasa-Jasa 2637,75 2804,95 2996,51 3208,58 3446,55 3690,69
PDRB 25,272,42 27,234,45 29,352,92 31,373,95 33,430,05 35,822,22
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku, selama periode 2005-2010 menunjukkan

bahwa nilai tambah yang dihasilkan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di

Kota Medan ditandai oleh peningkatan PDRB harga berlaku yang mengalami

peningkatan. Hal ini terlihat dalam PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku

pada tahun2005 sebesar Rp. 42,79 triliun, meningkat menjadi Rp. 48,89 triliun

pada tahun 2010. Perkembangan PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku

terus mengalami kenaikan dari Rp. 55,45 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp

65,31 triliun pada tahun 2008, sementara pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp.

72,63 triliun. Peningkatan PDRB atas dasar harga belaku ini rata-rata sebesar

14,27% pertahunnya.

Tabel 4.7
PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha berdasarkan harga berlaku
(RP. Milyar )

Tahun
No Lapangan Usaha
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 1306,92 1427,43 1557,84 1876,2 2023,06 2225,32
2 Pertambangan dan Penggalian 2,6 3,28 3,09 2,89 2,98 2,95
3 Industri Pengolahan 7094,92 7960,6 9029,33 10420,82 10860,5 12475,53
4 Listrik Gas dan Air 917,53 1102,66 1040,73 1142,92 1244,8 1415,44
5 Bangunan 3502,8 4795,79 5420,08 6233,09 6927,`19 8149,94
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 11271,82 12692,84 14106,17 16917,47 19502,96 22431,93
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7979,78 9164,62 10548,09 12456,64 14255,72 15786,32
8 Keuangan 6063,88 6550,5 7833,88 9547,46 10062,91 11893,13
9 Jasa-Jasa 4652,21 5152,23 5893,3 6718,76 7750,09 8933,95
PDRB 42792,45 4889,95 55452,5 65316,26 72630,2 83315,02
Sumber : BPS Kota Medan tahun 2010

Universitas Sumatera Utara


4.3.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil

pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Untuk melihat

perkembangan ekonomi kota Medan secara rinci dari tahun ke tahun dapat dilihat

dari PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha. Apabila terjadi

pertumbuhan positif, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian

dibandingkan dengan tahun yang lalu. Sebaliknya apabila terjadi pertumbuhan

yang menurun atau negatif akan menunjukkan penurunan perekonomian

dibandingkan dengan tahun lalu.

Tabel 4.8
Pertumbuhan Ekonomi kota Medan dan Nasional

Tahun Medan Nasional


2006 7,76 5,5
2007 7,78 6,35
2008 6,89 6,01
2009 6,55 4,58
2010 7,16 6,1
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Untuk Kota Medan pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa pertumbuhan

ekonomi Kota Medan tahun 2006 adalah sebesar 7,76%. Angka ini lebih besar

2,26% dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 5,5%. Pada tahun

2007 pertumbuhan ekonomi kota Medan mengalami peningkatan sebesar 0,02%

menjadi 7,78% dan pertumbuhan ekonomi nasional mengalami peningkatan

menjadi 6,35%. Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi kota

Medan mengalami penurunan menjadi 6,89%. Namun walaupun mengalami

Universitas Sumatera Utara


penurunan pertumbuhan ekonomi kota Medan masih lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 6,01%.

Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2009 kembali mengalami

penurunan sebesar 0,34% menjadi 6,55% namun pertumbuhan ekonomi nasional

juga mengalami penurunan sebesar 1,43% menjadi 4,58%. Perekonomian Kota

Medan melambat diakibatkan terjadinya krisis global yang berdampak cukup

besar. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan pada tahun 2010 mengalami

peningkatan menjadi 7,16%, sementara pertumbuhan ekonomi nasional sebesar

6,1%.

4.4 Hasil Analisis dan Pembahasan

4.4.1 Keadaan Ekonomi Kecamatan di Kota Medan

1. Kecamatan Medan Tuntungan

Di Kecamatan Medan Tuntungan PDRB terus mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun,hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat, seperti terlihat

dalam tabel berikut :

Tabel 4.9
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Tuntungan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 475,83 9,62 6,89
2006 529,391 3,88 7,67
2007 585,948 5,22 8,51
2008 694,101 5,91 9,99
2009 785,504 6,99 11,21
2010 895,92 5,64 11,06
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Dari tabel dapat dilihat bahwa di Kecamatan Medan Tuntungan PDRB

menurut Lapangan usaha dan PDRB perkapita terus meningkat dari tahun

Universitas Sumatera Utara


ketahun. Adapun pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Medan Tuntungan pada

tahun 2005 tumbuh sebesar 9,62% , tahun 2006 menurun sebesar 3,88% tahun

2007 meningkat sebesar 5,22%, tahun 2008 6,99% tahun 2009 meningkat menjadi

6,99% dan tahun 2010 menurun menjadi 5,64%.

Terlihat dalam tabel bahwa pada tahun 2005 PDRB Perkapita Kecamatan

Medan Tuntungan sebesar Rp. 6,89 juta. Tahun 2006 PDRB Perkapita meningkat

11,3% menjadi sebesar Rp. 7,67 juta. PDRB Perkapita tahun 2007 meningkat

10,9% menjadi sebesar Rp. 8,51 juta. PDRB Perkapita tahun 2008 meningkat

17,3% menjadi Rp. 9,99 juta. PDRB Perkapita tahun 2009 meningkat 12,2%

menjadi Rp. 11,21 juta. PDRB Perkapita tahun 2010 menurun sebesar 1,3%

menjadi sebesar Rp. 11,06 juta.

2. Kecamatan Medan Johor

Di Kecamatan Medan Johor PDRB terus mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Persentase pertumbuhan ekonomi tidak terus mengalami

peningkatan tetapi tidak mengalami penurunan secara , seperti terlihat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.10
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Johor
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 649,984 9,9 5,81
2006 722,891 6,15 6,36
2007 822,55 6,48 7,21
2008 957,606 6,23 8,31
2009 1080,192 7,79 9,29
2010 1249,61 6,18 10,08
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel dapat diketahui bahwa di Kecamatan Medan Johor PDRB atas

dasar harga berlaku selalu mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi dari

tahun 2005 sebesar 9,9% mengalami penurunan cukup drastis tahun 2006 yaitu

menjadi 6,15%, tahun 2007 sebesar 6,48%, tahun 2008 sebesar 6,23%, tahun

2009 sebesar 7,79%, tahun 2010 sebesar 6,18%. PDRB Perkapita pada tahun 2005

sebesar Rp.5,81 juta.

PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 9,46% menjadi

sebesar Rp.6,36 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar

13,36% menjadi sebesar Rp.7,21 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 15,25% menjadi sebesar Rp.8,31 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2009 meningkat sebesar 11,79% menjadi sebesar Rp.9,29 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 8,5% menjadi sebesar Rp.10,08

juta.

3. Kecamatan Medan Amplas

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.11
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Amplas
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1143,58 8,12 10,55
2006 1324,19 8,19 11,85
2007 1501,5 6,8 13,28
2008 1711,75 6,87 15
2009 1966,14 7,68 17,07
2010 2270,9 7,81 20,07
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Di Kecamatan Medan

Amplas terus meningkat selama periode tahun 2005-2010 yaitu dari 1143,58

milyar rupiah menjadi 2270,9 milyar rupiah. Persentase pertumbuhan ekonomi

tahun 2005 sebesar 8,12%, kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 8,19%,

menurun pada tahun 2008 menjadi 6,8%, meningkat pada tahun 2008 sebesar

6,87%, meningkat pada tahun 2009 sebesar 7,68% dan pada tahun 2010

meningkat menjadi 7,81%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Amplas tahun 2005 sebesar Rp. 10,55

juta. PDRB perkapita tahun 2006 meningkat 12,3% menjadi sebesar Rp. 11,85

juta. Pada tahun 2007 PDRB Perkapita meningkat sebesar 12,06% menjadi Rp.

13,28 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 12,9% menjadi

Rp. 12,9 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,8%

menjadi Rp. 17,07 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar

17,5% menjadi Rp. 20,07 juta.

4. Kecamatan Medan Denai

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.12
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Denai
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 5333,88 7,28 3,92
2006 644,288 9,62 4,68
2007 715,65 8,16 5,21
2008 814,76 6,18 5,87
2009 930,6 7,15 6,65
2010 1082,96 5,04 7,65
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Di Kecamatan Medan

Denai terus meningkat selama periode 2005-2010 yaitu dari 533,88 milyar rupiah

menjadi 1082,96 milyar rupiah. Persentase pertumbuhan ekonomi tahun 2005

menjadi 7,28%, pada tahun 2006 meningkat menjadi 9,62%, tahun 2007 menurun

menjadi 8,16%, tahun 2008 menurun menjadi sebesar 6,18%, tahun 2009

meningkat menjadi 7,15%, dan tahun 2010 menurun menjadi 5,04%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Denai tahun 2005 sebesar Rp. 3,92

juta. PDRB perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 19,3% menjadi Rp 4,68

juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 11,3% menjadi sebesar

Rp. 5,21 juta. Pada tahun 2008 PDRB meningkat sebesar 12,6% menjadi Rp.

5,87 juta. PDRB pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,2% menjadi Rp. 6,65

juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 15,03% menjadi

sebesar Rp.7,65 juta.

5. Kecamatan Medan Area

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.13
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Area
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 874,32 8,65 8,03
2006 993,61 6,29 9,24
2007 1153,78 9,12 10,75
2008 1326,78 8,55 12,25
2009 1478,84 6,65 13,54
2010 1704,18 7,62 17,65
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Di Kecamatan Medan Area

terus meningkat selama periode tahun 2005 – 2010 yaitu dari 874,32 Milyar

rupiah menjadi 1704,18 Milyar rupiah. Persentase pertumbuhan ekonomi tahun

2005 adalah sebesar 8,65%, tahun2006 menurun menjadi 6,29%, tahun 2007

meningkat menjadi 9,12%, tahun2008 meningkat menjadi 8,55%, tahun 2009

menurun menjadi 6,65%, tahun 2010 meingkat menjadi 7,62%.

PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 8,03 juta. PDRB Perkapita

pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,06% menjadi sebesar Rp. 9,24 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 16,3% menjadi sebesar Rp. 10,75

juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 13,9% menjadi sebesar

Rp. 12,25 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 10,5%

menjadi sebesar Rp. 13,24 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat

sebesar 30,3% menjadi sebesar Rp. 17,65 juta.

6. Kecamatan Medan Kota

Di Kecamatan Medan Kota PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.14
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Kota

PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita


Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 2135,92 9,17 25,62
2006 2450,21 6,39 29,53
2007 2758,51 6,08 33,32
2008 3242,92 6,29 38,82
2009 3684,95 7,52 43,72
2010 4231,87 7,26 58,3
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Kota

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2135,92 milyar menjadi Rp.

4231,87 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 9,17%, tahun

2006 menurun menjadi 6,39%, tahun 2007 menurun menjadi 6,08%, tahun 2008

meningkat menjadi 6,29%, tahun 2009 meningkat menjadi 7,52%, tahun 2010

7,26%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Kota pada tahun 2005 sebesar Rp.

25,62 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,2% menjadi

sebesar Rp. 29,3 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 12,8%

menjadi sebesar Rp. 33,32 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat

sebesar 16,5% menjadi sebesar Rp. 38,82 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009

meningkat sebesar 12,6% menjadi sebesar Rp. 43,72 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2010 meningkat sebesar 30,3% menjadi sebesar Rp. 58,3 juta.

7. Kecamatan Medan Maimun

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.15
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Maimun
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 2205,6 6,83 46,63
2006 2578,46 6,68 54,38
2007 3020,882 9,65 53,16
2008 3555,17 9,33 62
2009 3927,53 6,16 67,88
2010 4490,33 7,75 113,44
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Maimun

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2205,6 milyar menjadi Rp.

4490,33 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 6,83%, tahun

2006 menurun menjadi 6,68%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,65%, tahun 2008

menurun menjadi 9,33%, tahun 2009 menurun menjadi 6,16%, tahun 2010

meningkat menjadi 7,75%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Maimun pada tahun 2005 sebesar Rp.

46,63 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,6% menjadi

sebesar Rp. 54,38 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 menurun sebesar 2,2%

menjadi sebesar Rp. 53,16 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat

sebesar 16,6% menjadi sebesar Rp. 62 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009

meningkat sebesar 16,6% menjadi sebesar Rp. 67.88 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2010 meningkat sebesar 67,1% menjadi sebesar Rp. 113,44 juta.

8. Kecamatan Medan Polonia

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.16
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Polonia
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 3612,71 10,51 71,27
2006 4299 15,45 82,62
2007 5010,28 9,68 95,48
2008 5963,75 7,7 112,63
2009 5963,75 7,79 127,94
2010 6835,18 7,29 148,77
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Polonia

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 3612,71 milyar menjadi Rp.

6835,18 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 10,51%, tahun

2006 meningkat menjadi 15,45%, tahun 2007 menurun menjadi 9,68%, tahun

2008 menurun menjadi 7,7%, tahun 2009 meningkat menjadi 7,79%, tahun 2010

menurun menjadi 7,29%.

PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar 71,27 juta. PDRB Perkapita

pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,9% menjadi sebesar Rp. 82,62 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 15,5% menjadi sebesar Rp. 95,48

juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 17,9% menjadi sebesar

Rp. 112,63 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,5%

menjadi sebesar Rp. 127,94 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat

sebesar 16,2% menjadi sebesar Rp. 148,77 juta.

9. Kecamatan Medan Baru

Di Kecamatan Medan Baru PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.17
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Baru
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1859,43 5,53 43,23
2006 2156,77 6,23 49,55
2007 2505,96 6,01 57,72
2008 2783,35 7,57 63,52
2009 3063,47 5,87 69,28
2010 3509,51 7,29 88,81
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Baru

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1859,43 milyar menjadi Rp.

3509,51 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 5,53%, tahun

2006 meningkat menjadi 6,23%, tahun 2007 menurun menjadi 6,01%, tahun

2008 meningkat menjadi 7,57%, tahun 2009 menurun menjadi 5,87%, tahun

2010 meingkat menjadi 7,29%. PDRB perkapita selama periode 2005-2010 terus

mengalami peningkatan dari Rp. 43,23juta menjadi Rp. 88,81 juta.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Baru pada tahun 2005 sebesar Rp.

43,23 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 14,4% menjadi

sebesar Rp. 49,55 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar

16,4% menjadi sebesar Rp. 57,72 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 10% menjadi sebesar Rp. 63,52 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2010 meningkat sebesar 9,06% menjadi sebesar Rp. 69,28 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 28,1% menjadi sebesar Rp. 88,81

juta.

10. Kecamatan Medan Selayang

Di Kecamatan Medan Selayang PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.18
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Selayang
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 565,293 10,23 6,81
2006 639,56 4,57 7,6
2007 731,42 4,45 8,69
2008 842,36 7,23 9,92
2009 925,36 6,66 10,8
2010 1081,91 8,12 11
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan

Selayang selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 565,93 milyar

menjadi Rp. 1081,91 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005

10,23%, tahun 2006 menurun menjadi 4,57%, tahun 2007 menurun menjadi

4,45%, tahun 2008 meningkat menjadi 7,23%, tahun 2009 menurun menjadi

6,66%, tahun 2010 meingkat menjadi 8,12.

PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 6,81 juta. PDRB Perkapita

pada tahun 2006 meningkat sebesar 11,6% menjadi sebesar Rp. 7,6 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 14,3% menjadi sebesar Rp. 8,69

juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 14,1% menjadi sebesar

Rp. 9,92 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 8,8% menjadi

sebesar Rp. 10,8 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 1,8%

menjadi sebesar Rp. 11 juta.

11. Kecamatan Medan Sunggal

Di Kecamatan Medan Sunggal PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.19
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Sunggal
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1338,15 4,66 12,33
2006 1521,56 6,55 14,02
2007 1718,8 6,05 15,81
2008 1979,05 5,69 18,04
2009 2184,97 4,83 19,74
2010 2517,03 7,09 22,32
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan

Sunggal selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1338,15 milyar

menjadi Rp. 2517,03 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005

4,66%, tahun 2006 meningkat menjadi 6,55%, tahun 2007 menurun menjadi

6,05%, tahun 2008 menurun menjadi 5,69%, tahun 2009 menurun menjadi

4,83%, tahun 2010 meingkat menjadi 7,09%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2005 sebesar Rp.

12,33 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 13,7% menjadi

sebesar Rp. 14,02 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar

12,7% menjadi sebesar Rp. 15,81 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 14,1% menjadi sebesar Rp. 18,04 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2009 meningkat sebesar 9,4% menjadi sebesar Rp. 19,74 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 13,06% menjadi sebesar Rp. 22,32

juta.

12. Kecamatan Medan Helvetia

Di Kecamatan Medan Helvetia PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.20
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Helvetia
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1793,8 8,51 `12,90
2006 2136,41 7,7 15,03
2007 2366,88 5,56 16,58
2008 2718,5 6,59 18,87
2009 3133,5 6,72 21,55
2010 3624,39 7,22 25,21
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan

Helvetia selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1.793,8 milyar

menjadi Rp. 3.624,39 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005

8,51%, tahun 2006 menurun menjadi 7,7%, tahun 2007 menurun menjadi 5,56%,

tahun 2008 meningkat menjadi 6,59%, tahun 2009 meningkat menjadi 6,72%,

tahun 2010 meningkat menjadi 7,22%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2005 sebesar Rp.

12,90 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,5% menjadi

sebesar Rp. 15,03 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar

10,3% menjadi sebesar Rp. 16,58 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 13,8% menjadi sebesar Rp. 18,87 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2009 meningkat sebesar 14,2% menjadi sebesar Rp. 21,55 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 16,98% menjadi sebesar Rp. 25,21

juta.

13. Kecamatan Medan Petisah

Di Kecamatan Medan Petisah PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.21
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Petisah
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 2141,67 7,77 31,83
2006 2484,03 6,36 37,04
2007 2863,72 6,99 42,81
2008 3303,94 6,68 48,94
2009 3726,7 8,14 54,71
2010 4322,09 7,23 69,99
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Petisah

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2.141,67 milyar menjadi Rp.

4.322,09 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 7,77%,

tahun 2006 menurun menjadi 6,36%, tahun 2007 meningkat menjadi 6,99%,

tahun 2008 menurun menjadi 6,68%, tahun 2009 meningkat menjadi 8,14%,

tahun 2010 menurun menjadi 7,23%.

PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 31,83 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,36% menjadi sebesar Rp. 37,04

juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 15,57% menjadi

sebesar Rp. 42,81 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar

14,31% menjadi sebesar Rp. 48,94 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009

meningkat sebesar 11,79% menjadi sebesar Rp. 54,71 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2010 meningkat sebesar 27,92% menjadi sebesar Rp. 69,99 juta.

14. Kecamatan Medan Barat

Di Kecamatan Medan Barat PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.22
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Barat

PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita


Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 9381,5 5,13 119,9
2006 10238,72 6,68 131,49
2007 11494,56 9,18 147,97
2008 14262,67 6,83 181,94
2009 15223,98 3,42 192,47
2010 17492,62 6,86 247,17
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Barat

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 9.381,5 milyar menjadi Rp.

17.492,62 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 5,13%,

tahun 2006 meningkat menjadi 6,68%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,18%,

tahun 2008 menurun menjadi 6,83%, tahun 2009 menurun menjadi 3,42%,

tahun 2010 meningkat menjadi 6,86%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Barat pada tahun 2005 sebesar Rp.

119,9 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 9,6% menjadi

sebesar Rp. 131,49 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar

12,53% menjadi sebesar Rp. 147,97 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 22,95 % menjadi sebesar Rp. 181,94 juta. PDRB Perkapita

pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,78% menjadi sebesar Rp. 192,47 juta.

PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 28,42% menjadi sebesar Rp

247,17 juta.

15. Kecamatan Medan Timur

Di Kecamatan Medan Timur PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.23
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Timur
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 3034,51 8,93 27,13
2006 3429,13 8,47 30,59
2007 3907,35 9,64 34,94
2008 4573,79 6,73 40,53
2009 5283,31 8,1 46,4
2010 5921,65 7,17 54,51
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Timur

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 3034,51 milyar menjadi Rp.

5921,65 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 8,93%,

tahun 2006 menurun menjadi 8,47%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,64%,

tahun 2008 menurun menjadi 6,73%, tahun 2009 meningkat menjadi 8,1 %,

tahun 2010 meningkat menjadi 7,17%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Timur pada tahun 2005 sebesar Rp.

27,13 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 12,75% menjadi

sebesar Rp.30,59 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar

14,22% menjadi sebesar Rp. 34,94 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 15,99% menjadi sebesar Rp. 40,53 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2009 meningkat sebesar 2,82% menjadi sebesar Rp. 46,4 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 17,47% menjadi sebesar Rp.54,51

juta.

16. Kecamatan Medan Perjuangan

Di Kecamatan Medan Perjuangan PDRB mengalami peningkatan dari

tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.24
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Perjuangan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 463,97 10 4,54
2006 526,42 5,7 5,07
2007 595,72 6,38 5,74
2008 693,72 6,29 6.62
2009 791,93 8,25 7,49
2010 916,53 6,58 9,82
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan

Perjuangan selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 463,97 milyar

menjadi Rp. 916,53 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005

10%, tahun 2006 menurun menjadi 5,70%, tahun 2007 meningkat menjadi

6,38%, tahun 2008 meningkat menjadi 6,29%, tahun 2009 meningkat menjadi

8,25 %, tahun 2010 menurun menjadi 6,58%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Perjuangan pada tahun 2005 sebesar

Rp. 4,54 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 11,67%

menjadi sebesar Rp. 5,07 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat

sebesar 13,21% menjadi sebesar Rp.5,74 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 15,33% menjadi sebesar Rp. 6,62 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2009 meningkat sebesar 13,14% menjadi sebesar Rp.7,49 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 31,1% menjadi sebesar Rp.9,82

juta.

17. Kecamatan Medan Tembung

Di Kecamatan Medan Tembung PDRB mengalami peningkatan dari

tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.25
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Tembung
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 817,38 8,95 5,93
2006 929,88 6,91 6,69
2007 1050,65 6,96 7,54
2008 1230,32 5,44 8,76
2009 1393,19 8,11 9,83
2010 1594,96 6,62 11,94
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan

Tembung selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 817,38 milyar

menjadi Rp. 1594,96 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005

8,95%, tahun 2006 menurun menjadi 6,91%, tahun 2007 meningkat menjadi

6,96%, tahun 2008 menurun menjadi 5,44%, tahun 2009 meningkat menjadi

8,11 %, tahun 2010 menurun menjadi 6,62%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Tembung pada tahun 2005 sebesar

Rp.5,93 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 12,8% menjadi

sebesar Rp. 6,69 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 12,7%

menjadi sebesar Rp. 7,54 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat

sebesar 16,18% menjadi sebesar Rp.8,76 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009

meningkat sebesar 12,21% menjadi sebesar Rp.9,83 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2010 meningkat sebesar 21,4% menjadi sebesar Rp. 11,94 juta.

18. Kecamatan Medan Deli

Di Kecamatan Medan Deli PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.26
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Deli
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 5659,54 5,92 39,12
2006 6589,39 8,19 45,22
2007 7422,9 6,54 50,36
2008 8715,45 7,22 58,6
2009 9701,84 8,72 64,65
2010 11131,92 7,44 66,74
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan

Labuhan selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 410,05 milyar

menjadi Rp. 711,37 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005

14,46%, tahun 2006 menurun menjadi 2,32%, tahun 2007 menurun menjadi

0,26%, tahun 2008 meningkat menjadi 6,37%, tahun 2009 meningkat menjadi

7,12 %, tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 8,85%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 2005 sebesar Rp.

3,97 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 7,3% menjadi

sebesar Rp. 4,26 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 5,16%

menjadi sebesar Rp. 4,48 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat

sebesar 18,08% menjadi sebesar Rp. 5,29 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009

meningkat sebesar 10,39% menjadi sebesar Rp. 5,84 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2010 meningkat sebesar 9,41% menjadi sebesar Rp. 6,39 juta.

19. Kecamatan Medan Marelan

Di Kecamatan Medan Marelan PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.28
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Marelan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 351,62 2,58 3
2006 396,06 4,98 3,25
2007 456 7,58 3,67
2008 535,8 4,47 4,27
2009 585,23 5,8 4,62
2010 661,42 6,27 4,71
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Marelan

selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 351,62 milyar menjadi Rp.

661,42 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 2,58%, tahun

2006 meningkat menjadi 4,98%, tahun 2007 meningkat menjadi 7,58%,

tahun 2008 menurun menjadi 4,47%, tahun 2009 meningkat menjadi 5,8 %,

tahun 2010 meningkat menjadi 6,27%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Marelan pada tahun 2005 sebesar Rp.

3 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 7,69% menjadi

sebesar Rp. 3,25 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 8,3%

menjadi sebesar Rp. 3,67 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat

sebesar 16,34% menjadi sebesar Rp. 4,27 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009

meningkat sebesar 8,19% menjadi sebesar Rp.4,62 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2010 meningkat sebesar 1,94% menjadi sebesar Rp. 4,71 juta.

20. Kecamatan Medan Belawan

Di Kecamatan Medan Belawan PDRB mengalami peningkatan dari tahun

ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.29
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Belawan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 3343,64 2,74 35,31
2006 3813,73 5,95 40,26
2007 4298,43 7,88 45,26
2008 4850,14 4,98 50,61
2009 5339,07 5,92 55,21
2010 6040,39 6,3 63,34
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan

Belawan selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 3343,64 milyar

menjadi Rp. 6040,39 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005

2,74%, tahun 2006 meningkat menjadi 5,95%, tahun 2007 meningkat menjadi

7,88%, tahun 2008 menurun menjadi 4,98%, tahun 2009 meningkat menjadi

5,92 %, tahun 2010 meningkat menjadi 6,3%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Belawan pada tahun 2005 sebesar Rp.

35,31 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 14,01 % menjadi

sebesar Rp. 40,26 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar

12,41% menjadi sebesar Rp.45,26 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008

meningkat sebesar 11,82% menjadi sebesar Rp. 50,61 juta. PDRB Perkapita pada

tahun 2009 meningkat sebesar 9,08% menjadi sebesar Rp.55,21 juta. PDRB

Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 14,72% menjadi sebesar Rp. 63,34

juta.

4.4.2 Analisis Klassen Tipologi

Analisis Tipologi Klassen dalam hal ini membagi daerah berdasarkan dua

indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita

daerah.

Universitas Sumatera Utara


PDRB Perkapita
(y)
y >Y y<Y
Laju Pertumbuhan
Ekonomi (r)
Kecamatan Medan Kota Kecamatan Medan Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan
Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area, Kecamatan
r>R Polonia, Kecamatan Medan Petisah, dan
Kecamatan Medan Timur MedanSelayang, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Perjuangan,
Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Labuhan
Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan
r<R Baru, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Marelan
Deli dan Kecamatan Medan Belawan

Gambar 4.1
Hasil Analisis Klasen Tipologi Tahun 2005

Berdasarkan hasil tipologi klassen di Kota Medan tahun 2005 dalam

gambar diatas diperoleh bahwa:

a. Yang termasuk kedalam Tipologi I adalah wilayah daerah kecamatan cepat

tumbuh dan cepat berkembang yaitu Kecamatan Medan Kota, Kecamatan

Medan Polonia, Kecamatan Medan Petisah, dan Kecamatan Medan Timur.

b. Adapun wilayah yang termasuk kedalam kategori daerah Tipologi II adalah

wilayah daerah kecamatan cepat maju tetapi tertekan yaitu Kecamatan Medan

Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan

Medan Denai, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Selayang,

Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan

Medan Tembung, dan Kecamatan Medan Labuhan.

Universitas Sumatera Utara


c. Adapun yang termasuk kedalam kategori daerah Tipologi III yaitu wilayah

daerah kecamatan berkembang cepat yaitu Kecamatan Medan Maimun,

Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan

Deli dan Kecamatan Medan Belawan.

d. Adapun yang termasuk kedalam kategori daerah tipologi IV merupakan

daerah tertekan yaitu Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan

Marelan.

Berdasarkan hasil tipologi klassen di Kota Medan tahun 2010 dalam

gambar diatas diperoleh bahwa:

PDRB Perkapita
(y)
y >Y y<Y
Laju Pertumbuhan
Ekonomi (r)
Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan
Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan
r>R Medan Baru, Kecamatan Medan Petisah, Selayang, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan
Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan dan Medan Marelan
Kecamatan Medan Deli
Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan
r<R Belawan Denai, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan
Medan Tembung
Gambar 4.2
Hasil analisis Klasen Tipologi Tahun 2010

Berdasarkan hasil tipologi klassen di Kota Medan tahun 2010 dalam

gambar diatas diperoleh bahwa:

Universitas Sumatera Utara


a. Yang termasuk kedalam Tipologi I wilayah yang termasuk daerah cepat

tumbuh dan cepat berkembang adalah Kecamatan Medan Kota,

Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan

Medan Baru, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Timur, dan

Kecamatan Medan Deli.

b. Adapun wilayah yang termasuk kedalam kategori daerah Tipologi II

yaitu wilayah yang termasuk kedalam cepat maju tetapi tertekan adalah

Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan

Selayang, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Labuhan, dan

Kecamatan Medan Marelan.

c. Adapun yang termasuk kedalam kategori daerah Tipologi III yaitu

daerah berkembang cepat adalah Kecamatan Medan Barat dan

Kecamatan Medan Belawan.

d. Adapun yang termasuk kedalam kategori daerah tipologi IV adalah

wilayah kecamatan daerah tertekan yaitu Kecamatan Medan Tuntungan,

Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan

Sunggal, Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan

Tembung.

Dari hasil analisis kedua klassen tipologi diatas dapat dilihat bahwa terjadi

perubahan daerah tipologi dari tahun 2005 dan 2010.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.30
Perbandingan Klassen Tipologi Kecamatan Kota Medan
tahun 2005 dan 2010

Tipologi Tahun 2005 Tahun 2010

Kecamatan Medan Kota, Kecamatan


Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Medan Maimun, Kecamatan Medan
Tipologi
Polonia, Kecamatan Medan Petisah, dan Polonia, Kecamatan Medan Baru,
I
Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan
Medan Timur, dan Kecamatan Medan Deli
Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan
Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan
Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Medan Area, Kecamatan Medan Selayang,
Tipologi
Selayang, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan
II
Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan
Medan Tembung, Kecamatan Medan Marelan
Labuhan
Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan
Tipologi Medan Baru Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Barat, Kecamatan
III Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Medan Belawan
Belawan
Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan
Tipologi Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Denai,
IV Medan Marelan Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan
Medan Perjuangan, Kecamatan Medan

Dalam gambar diatas terlihat bahwa terjadi perubahan pusat pertumbuhan

dari tahun 2005 dan tahun 2010. Perubahan ini terjadi karena kurangnya

kemampuan kecamatan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang mampu

bersaing dengan pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Sama halnya dengan

pendapatan perkapita, pendapatan perkapita yang diperoleh kecamatan lebih

rendah daripada pendapatan perkapita Kota Medan. Namun perubahan yang

terjadi tidak hanya disebabkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita, ada juga kecamatan yang mengalami peningkatan

pertumbuhan ekonomi atau pendapatan perkapita ataupun peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita.

Universitas Sumatera Utara


4.4.3 Analisis Skalogram

Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi

pusat pertumbuhan wilayah kecamatan berdasarkan fasilitas yang dimilikinya,

dengan demikian dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas

pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan

pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi

daerah kecamatan belakang (hinterland). Metode yang digunakan dalam

perhitungan skalogram ini adalah metode Guttzman.

Tabel 4.31
Nilai Indeks Penduduk dan Indeks Aksesbilitas
Nilai Jarak
Ʃ
Indeks Kecamatan ke Indeks Indeks
NO KECAMATAN Pendu
Pendud Pusat Aksesibi Fasilitas
duk
uk Ibukota(Km) litas
1 Medan Barat 70771 42,43 12 12,5 100
2 Medan Tuntungan 80942 48,53 5 30,0 14,53
3 Medan Kota 72580 43,52 10 15,0 34,88
4 Medan Sunggal 112744 67,60 9 16,7 17,44
5 Medan Petisah 61749 37,02 5 30,0 19,38
6 Medan Timur 108633 65,13 5 30,0 34,88
7 Medan Perjuangan 93328 55,95 2 75,0 34,88
8 Medan Labuhan 111173 66,65 3,5 42,9 87,21
9 Medan Johor 123851 74,25 10 15,0 49,83
10 Medan Denai 141395 84,77 6 25,0 17,44
11 Medan Area 96544 57,88 8,5 17,6 29,07
12 Medan Polonia 52794 31,65 6,4 23,4 20,52
13 Medan Baru 39510 23,69 3 50,0 27,25
14 Medan Tembung 133579 80,09 4 37,5 58,14
15 Medan Deli 166793 100,00 1,5 100,0 43,60
16 Medan Marelan 140414 84,18 6 25,0 116,28
17 Medan Belawan 95506 57,26 5,2 28,8 29,07
18 Medan Amplas 113143 67,83 10 15,0 33,54
19 Medan Maimun 39581 23,73 16 9,4 17,44
20 Medan Selayang 98317 58,95 22 6,8 10,90
21 Medan Helvetia 144257 86,49 23 6,5 7,93

Universitas Sumatera Utara


Indeks aksesibilitas adalah adanya unsur daya tarik yang terdapat disuatu

subwilayah dan kemudahan untuk mencapai wilayah tersebut. Indeks Penduduk

adalah suatu indeks yang menyatakan kualitas lingkungan suatu berdasarkan

kepadatan penduduknya. Indeks Fasilitas digunakan untuk mengetahui bahwa

dalam segi aktivitas penduduk, dalam memperoleh/memanfaatkan fasilitas-

fasilitas pelayanan dilihat dengan sarana pelayanan yang tersedia sehingga indeks

fasilitas dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hirarki pusat-pusat pelayanan

yang ada dalam suatu wilayah dengan kecamatan .

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling besar

terdapat di Kecamatan Medan Deli. Sehingga yang dijadikan acuan dalam

menghitung indeks penduduk yaitu Kecamatan Medan Deli. Dalam perhitungan

indeks aksesibilitas kecamatan dihitung berdasarkan jarak kecamatan yang paling

dekat dengan titik pusat Kota Medan. Jarak paling dekat dengan pusat Kota

Medan yaitu jarak Kecamatan Medan Deli yang hanya berjarak sekitar 1,5 Km.

Oleh karena itu, ini berarti aksesbilitas Kecamatan Medan Deli adalah yang

paling dekat dengan pusat Kota Medan sehingga jarak ini dijadikan acuan dalam

mengukur indeks aksesbilitas kecamatan yang lainnya. Dalam mengitung indeks

fasilitas yang menjadi acuan adalah kecamatan yang memiliki fasilitas terbanyak

yaitu Kecamatan Medan Barat.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.32
Indeks Perhitungan Kumulatif
Nilai
Indeks
Indeks Indeks Indeks
NO KECAMATAN Jumlah Perhitungan
Pendu Aksesibi Fasilitas
Kumulatif
duk litas
1 Medan Barat 42,43 12,5 100 51,64 55,29
2 Medan Tuntungan 48,53 30 94,19 57,57 61,64
3 Medan Kota 43,52 15 94,19 50,90 54,49
4 Medan Sunggal 67,6 16,7 94,19 59,50 63,69
5 Medan Petisah 37,02 30 94,19 53,74 57,53
6 Medan Timur 65,13 30 94,19 63,11 67,56
7 Medan Perjuangan 55,95 70 87,21 71,05 76,07
8 Medan Labuhan 66,65 42,9 87,21 65,59 70,21
9 Medan Johor 74,25 15 80,23 56,49 60,48
10 Medan Denai 84,77 25 80,23 63,33 67,80
11 Medan Area 57,88 17,6 80,23 51,90 55,57
12 Medan Polonia 31,65 23,4 87,21 47,42 50,77
13 Medan Baru 23,69 50 86,05 53,25 57,00
14 Medan Tembung 80,09 37,5 81,4 66,33 71,01
15 Medan Deli 100 100 80,23 93,41 100,00
16 Medan Marelan 84,18 25 81,4 63,53 68,01
17 Medan Belawan 57,26 28,8 80,23 55,43 59,34
18 Medan Amplas 67,83 15 82,56 55,13 59,02
19 Medan Maimun 23,73 9,4 80,23 37,79 40,45
20 Medan Selayang 58,95 6,8 75,58 47,11 50,43
21 Medan Helvetia 86,49 6,5 74,42 55,80 59,74

Dari perhitungan nilai indeks penduduk, indeks aksesibilitas dan indeks

fasilitas diperoleh jumlah rata-rata. Jumlah rata-rata yang paling besar terdapat di

Medan Deli yaitu sebesar 93,41 dan yang paling kecil yaitu Kecamatan Medan

Selayang yaitu 47,11. Jumlah ini selanjutnya dijadikan acuan untuk menghitung

perhitungan kumulatif. Jumlah perhitungan kumulatif paling besar yaitu

Kecamatan Medan Deli sebesar 100 dan yang paling kecil yaitu Kecamatan

Medan Maimun sebesar 40,45.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.33
Hirarki Skalogram Kecamatan Kota Medan
Indeks
No Kecamatan Perhitungan Hirarki
Kumulatif
1 Medan Barat 55,29 IV
2 Medan Tuntungan 61,64 III
3 Medan Kota 54,49 III
4 Medan Sunggal 63,69 III
5 Medan Petisah 57,53 III
6 Medan Timur 63,11 III
7 Medan Perjuangan 76,07 II
8 Medan Labuhan 70,21 III
9 Medan Johor 60,48 III
10 Medan Denai 67,80 III
11 Medan Area 55,57 III
12 Medan Polonia 50,77 IV
13 Medan Baru 57,00 III
14 Medan Tembung 71,01 II
15 Medan Deli 100,00 I
16 Medan Marelan 68,01 III
17 Medan Belawan 59,34 III
18 Medan Amplas 59,02 III
19 Medan Maimun 40,45 IV
20 Medan Selayang 50,43 IV
21 Medan Helvetia 59,74 III

Dari data perhitungan indeks kumulatif diatas dapat ditentukan jumlah

hirarki setiap kecamatan melalui perhitungan statistik 1+ 3,3 Log n untuk rentang

kelas. Sehingga dari hasil perhitungan diperoleh bahwa :

1. Hirarki I adalah kecamatan dengan fasilitas paling lengkap yaitu

Kecamatan Medan Deli.

2. Hirarki II adalah kategori fasilitas lengkap yaitu Kecamatan Medan

Perjuangan.

3. Hirarki III adalah kategori fasilitas kurang lengkap yaitu Kecamatan

Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan

Universitas Sumatera Utara


Sunggal, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Timur,

Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan

Medan Denai, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Marelan,

Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Amplas, dan

Kecamatan Medan Helvetia.

4. Hirarki IV adalah fasilitas tidak lengkap yaitu Kecamatan Medan

Barat, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Maimun, dan

Kecamatan Medan Selayang.

4.4.4 Gabungan Hasil Analisis Klassen Tipologi dan Skalogram

Berdasarkan perhitungan klassen tipologi dan peringkat skalogram serta

dengan melihat potensi-potensi yang ada disetiap kecamatan, maka ada 2

kecamatan yang dapat ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan, yaitu Kecamatan

Medan Deli dan Kecamatan Medan Petisah.

1. Kecamatan Medan Deli

Kecamatan Medan Deli memiliki jumlah penduduk sebanyak 166.793 jiwa

dan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kota Medan.

Kecamatan ini memiliki luas wilayah 2197 km persegi. Luas kecamatan ini

mencakup 4,22% dari keseluruhan wilayah Kota Medan. Kecamatan Medan Deli

ditentukan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi karena memiliki hirarki paling

tinggi diantara 21 Kecamatan di Kota Medan. Dalam analisis skalogram juga

terlihat bahwa indeks aksesibilitas kecamatan ini merupakan yang paling tinggi

diantara kecamatan yang lainnya, artinya Kecamatan Medan Deli secara geografis

merupakan salah satu kecamatan yang memiliki daya tarik (pole of attraction),

Universitas Sumatera Utara


dan menyebabkan banyak perusahaan industri yang tertarik untuk berlokasi

didaerah tersebut. Secara geografis, Kecamatan Medan Deli berbatasan dengan

Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Marelan,

dan Kecamatan Medan Labuhan.

Kecamatan Medan Deli adalah kawasan industri dan pergudangan di Kota

Medan dengan potensi wilayah berupa Kawasan Industri Medan ( KIM ) terletak

di Kelurahan Mabar dengan luas 514 Ha. Jumlah perusahaan industri yang

terdapat dikecamatan ini sekitar 86 perusahaan swasta nasional dan 17 perusahaan

asing. Perusahaan industri ini mampu menyerap tenaga kerja ±10.760 jiwa. Selain

sebagai pusat industri di Kecamatan Medan Deli juga terdapat beberapa industri

kecil/rumah tangga yang menjadi unggulan seperti Produksi Prabot Rumah

Tangga dari kayu. Disamping itu didaerah ini juga ada terdapat Pertanian

Agrobisnis seluas 949 Ha.

Dengan pertimbangan potensi ekonomi ini dan sesuai dengan teori pusat

pertumbuhan dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Medan Deli merupakan salah

satu kecamatan pusat pertumbuhan yang penting di Kota Medan.

2. Kecamatan Medan Petisah

Kecamatan Medan Petisah memiliki jumlah penduduk sebanyak 61.749

jiwa dan terletak di pusat Kota Medan serta berbatasan dengan Kecamatan Medan

Helvetia, Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru. Kecamatan

Medan Petisah termasuk kecamatan yang menduduki tipologi I pada tahun 2005

dan 2010.

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan Medan Petisah juga merupakan pusat pertumbuhan

dikarenakan sebagai kecamatan yang terletak di inti kota, di Kecamatan Medan

Petisah terdapat sarana-sarana pemerintahan, yaitu kantor Walikota Medan,

Kantor DPRD Kota Medan, Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara, Pengadilan

Negeri Medan, Kantor Kejaksaan, Kantor Komando Distrik Militer 02/10 BS,

Perkantoran Pemerintah Kota Medan. Selain itu Kecamatan Medan Petisah

didukung oleh sektor perdagangannya yang berkembang dengan pesat dan cukup

maju. Di Kecamatan ini juga terdapat fasilitas perekonomian yang lengkap.

Terdapat 18 perhotelan, lebih dari 97 unit usaha penjualan mobil (showroom),

pusat kerajinan rotan, pusat industri rumah tangga berupa industri dan pemasaran

Bika Ambon, industri Konveksi pakaian jadi serta pusat-pusat perbelanjaan yang

cukup ramai yaitu Pasar Petisah, Sun Plaza, Plaza Medan Fair, Medan Plaza,

Cambridge dan lain-lain.

Dengan potensi sektor kegiatan ekonomi dalam bidang perdagangan yang

besar ini dan sesuai dengan teori pusat pertumbuhan dapat disimpulkan bahwa

Kecamatan Medan Petisah merupakan salah satu kecamatan pusat pertumbuhan

yang penting di Kota Medan

4.4.5 Analisis Gravitasi

Untuk mengukur daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu

lokasi dapat dilakukan dengan analisis gravitasi. Analisis gravitasi dilandaskan

pada asumsi bahwa interaksi antara dua pusat mempunyai hubungan proporsional

langsung dengan “massa dari pusat-pusat bersangkutan dan mempunyai hubungan

proporsional terbalik dengan”jarak” antara pusat-pusat tersebut. Didalam hal ini

Universitas Sumatera Utara


variabel massa diwakili oleh jumlah penduduk. Jumlah penduduk dianggap sangat

erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi dan sosial sehingga dapat

menggambarkan bagaimana daya tarik dari lokasi tersebut. Semakin tinggi nilai

interaksinya, berarti semakin kuat hubungan antar dua daerah tersebut. Dalam hal

ini berarti semakin potensial daerah tersebut untuk berkembang karena keterkaitan

antar kegiatan ekonominya erat.

Dari 21 kecamatan yang terdapat di Kota Medan, dengan menggunakan

analisis klassen tipologi dan skalogram telah ditetapkan ada 2 kecamatan sebagai

pusat pertumbuhan yakni : Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan

Petisah. Untuk melihat daya tarik ke dua pusat pertumbuhan, berikut ini adalah

nilai interaksi antara kecamatan pusat pertumbuhan dengan wilayah belakangnya.

Tabel 4.34
Nilai Interaksi antara Kecamatan Pusat Pertumbuhan dengan
Kecamatan Sekitarnya (Hinterlandnya) Tahun 2010

Kecamatan Pusat Nilai


Kecamatan Hinterland
Pertumbuhan interaksi
Kecamatan Medan Barat 1782,8
Kecamatan Medan Kecamatan Medan Timur 2785,01
Deli Kecamatan Medan Marelan 1032,08
Kecamatan Medan Labuhan 756,85
Kecamatan Medan Helvetia 4453,86
Kecamatan Medan
Kecamatan Medan Barat 2185,02
Petisah
Kecamatan Medan Baru 1979,49

Kecamatan Medan Deli sebagai pusat pertumbuhan memiliki daerah

hinterland yaitu Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan

Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan. Dari keempat kecamatan

hinterlandnya, Kecamatan Medan Timur merupakan daerah paling kuat

hubungannya dengan Kecamatan Medan Deli. Ini terlihat dari nilai interaksinya

Universitas Sumatera Utara


yang paling tinggi dari tiga kecamatan lainnya. Ini artinya Kecamatan Medan

Timur memiliki potensial untuk berkembang karena keterkaitan antar kegiatan

ekonominya erat. Sementara itu kecamatan yang paling kecil interaksinya adalah

Kecamatan Medan Labuhan. Hal ini disebabkan oleh jarak antara jarak antara

Kecamatan Medan Deli dengan Kecamatan Medan Timur yang dekat sementara

dengan Kecamatan Medan Labuhan membutuhkan jarak yang jauh, sehingga

mempengaruhi aksesibilitasnya.

Kecamatan Medan Petisah sebagai pusat pertumbuhan memiliki daerah

hinterland yaitu Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Barat, dan

Kecamatan Medan Baru. Dari antara kecamatan hinterlandnya, Kecamatan Medan

Helvetia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Kecamatan Medan Deli. Ini

terlihat dari interaksinya yang lebih tinggi dari kecamatan lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa Kecamatan Medan Helvetia memiliki potensial untuk

berkembang karena keterkaitan antar kegiatan ekonominya erat. Sementara yang

paling rendah hubungan interaksinya dengan Kecamatan Medan Petisah adalah

Kecamatan Medan Baru.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah dihimpun, kemudian dianalisis dengan

metode analisis yang telah disebutkan sebelumnya, maka dari penelitian yang

dilakukan dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut ini:

1. Berdasarkan hasil gabungan analisis klassen tipologi dan skalogram

terdapat 2 kecamatan yang ditetapkan sebagai kecamatan pusat

pertumbuhan, yaitu Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan

Petisah. Kedua kecamatan ini meiliki potensi ekonomi yang besar yang

dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

2. Berdasarkan hasil analisis gravitasi menunjukkan bahwa Kecamatan

Medan Deli sebagai pusat pertumbuhan memiliki hubungan interaksi

paling kuat dengan Kecamatan Medan Timur sebagai wilayah

hinterlandnya. Kecamatan Medan Petisah memiliki hubungan interaksi

paling kuat dengan Kecamatan Medan Helvetia. Artinya Kecamatan

Medan Deli memiliki daya tarik yang kuat dalam kegiatan ekonominya

terhadap Kecamatan Medan Timur dan Kecamatan Medan Petisah juga

memiliki daya tarik yang kuat terhadap Kecamatan Medan Helvetia.

5.2 Saran

1. Kota Medan harus memberikan prioritas utama terhadap kecamatan-

kecamatan yang memiliki kemajuan pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita dan untuk dikembangkan sebagai penggerak

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan ekonomi Kota Medan, tanpa harus mengabaikan kecamatan-

kecamatan lain terutama kecamatan yang masih memiliki peluang dan

potensi besar terhadap kemajuan perekonomian Kota Medan.

2. Perlu dikembangkan kerjasama secara intensif dan berkelanjutan antar

kecamatan Kota Medan terutama yang memiliki hubungan interaksi yang

kuat.

3. Kota Medan perlu meningkatkan sarana dan prasarana, kesehatan,

pendidikan, dan jasa perdagangan atau fasilitas-fasilitas jasa lainnya yang

kurang dimiliki oleh daerah kecamatan sekitarnya guna meningkatkan

daya kompetitif dan daya tarik bagi masuknya sumber-sumber ekonomi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita,R, 2005.Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta


Amin Pujiati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kawasan
Andalan Di Jawa Tengah

Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan


EkonomiDaerah. Yogyakarta: BPFE.

Ardila Refika (2012). Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di


Kabupaten Banjarnegara. Economic Development Analysis Journal

Boediono (1985). Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta, BPFE-UGM.

Glasson, John (1990). Pengenalan Perancangan Wilayah Konsep dan Amalan


(alih bahasa Ahris Yaakub). Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian
Pendidikan Malaysia Kualalumpur.

JHINGAN, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Raja


Grafindo Persada,

Kuncoro, Mudrajad (2000). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan


Kebijakan. (1sted.), Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Kuncoro, Mudrajad.(2004),otonomi dan Pembangunan Daerah


Reformasi,Perencanaan,Strategi dan Peluang, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN

Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, dan


Kebijakan. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan (UPP) STIM YKPN
D/H AMP YKPN.

Sukirno, Sadono, 1985. Ekonomi Pembangunan, Teori dan Aplikasi, PT Bumi


Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta.

Soepono, Prasetyo, 1993. Analisis Shift Share Perkembangan dan Penerapan,


JEBI, No.1, Tahun III

Suryana, 2000. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi, Ekonomi Pembangunan:


Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMPYKPN Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Tarmidi, Lepi T, 1992. Ekonomi Pembangunan. Pusat Antar Universitas EK-UI,
Jakarta

Soeparmoko (2002). Ekonomi {Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan


Daerah. Edisi Pertama. Andi. Yogyakarta.

Sjafrizal (1997). Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Regional Wilayah


Indonesia Bagian Barat. Prisma. LP3ES No.# Tahun XXVI. Jakarta.

Sutikno (2007). Analisis Potensi Dan Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat
Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (Swp) Kabupaten Malang.
Jurnal Of Indonesian Applied Economics Vol.1 No.1

Sasya Danastri, R. Mulyo Hendarto (2011). Analisis Penetapan Pusat-Pusat


Pertumbuhan Baru Di Kecamatan Harjamukti, Cirebon Selatan.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Medan: Bumi
Aksara.

Todaro.,M.P. (2000). Economic Development (7th ed.) New York; Addition


Wesley Longman, Inc

Zainal Arifin (2008) Penetapan Kawasan Andalan dan “Leading Sector”


Sebagai Pusat Pertumbuhan Pada Empat Koridor Di Provinsi Jawa Timur.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai