OLEH
The purpose of this study was to determine the centers of economic growth
in the city of Medan through analysis of a typology Klassen, schallogram analysis
and analysis of gravity.
Based on the results obtained Klassen Typology and schallogram in
Medan that there are two centers of growth ithat are District of Medan Deli
District of Medan Petisah. Based on gravity analysis shows that the sub-district at
the center of that growth has the strongest interaction of Medan Deli District is
Medan Timur District and the strongest interaction of Medan Petisah District is
Medan Helvetia District.
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
berkat kasih karuniaNya yang luar biasa penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Di Kota Medan” ditujukan sebagai salah satu syarat meraih gelar
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik berupa dukungan doa, motivasi, semangat maupun sumbangan materi
dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac, Ak, CA. Selaku Dekan
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan
dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
Utara.
Tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata
Rebecka O. Nainggolan
HALAMAN
ABSTRAK......................................................................................... i
ABSTRACT........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix
The purpose of this study was to determine the centers of economic growth
in the city of Medan through analysis of a typology Klassen, schallogram analysis
and analysis of gravity.
Based on the results obtained Klassen Typology and schallogram in
Medan that there are two centers of growth ithat are District of Medan Deli
District of Medan Petisah. Based on gravity analysis shows that the sub-district at
the center of that growth has the strongest interaction of Medan Deli District is
Medan Timur District and the strongest interaction of Medan Petisah District is
Medan Helvetia District.
daerah dan pihak swasta. Tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan ekonomi
suatu kota ada beberapa daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat
namun ada pula yang lambat. Keterlambatan terjadi karena tidak ada kesamaan
perbankan.
pada struktur ekonominya dan faktor ini merupakan faktor utama. Perubahan
pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai
perekonomian regional.
(PDB)/Produk Nasional Bruto (PNB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan atau apakah perubahan struktur
ekonomi dan sosial dalam kota ini. Dalam mewujudkan kegiatah perekonomian
daerah. Untuk memberikan nilai tambah bagi pembangunan dapat dilakukan suatu
berbagai sumber daya-sumber daya yang dimiliki secara optimal. Otonomi daerah
Kota Medan sebagai salah satu kota besar yang memiliki banyak kecamatan
harus mampu memberikan kesejahteraan yang baik atau sama rata bagi tiap
khusus terhadap setiap kecamatan. Bagi daerah yang kurang memiliki potensi
semakin tertinggal jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki potensi yang
tinggi. Hal ini juga akan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Salah satu
(Sugiyanto : 2010).
potensi dan kondisi dari wilayah tersebut selain itu dengan adanya
salah satu pusat perekonomian daerah dan regional yang penting serta utama di
Pulau Sumatera. Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan penting
serta strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan barang
kualitas hidup masyarakat baik disaerah kota maupun kecamatan yang ada dikota
Medan.
sebagai berikut :
Kota Medan?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan
dapat berguna bagi semua pihak yang membaca maupun kepada pihak-pihak
kecamatan.
(Suryana, 2000).
2000). .
kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya
barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa
satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa
ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta
dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan
terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral, dan kaitannya
dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju
terdapat tiga aspek perencanaan yaitu: makro, sektoral; dan regional, yang
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih
diberbagai pelosok ruang dan terdapat sifat-sifat yang sama, baik dari
sebagainya.
b. Daerah nodal adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang
daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang
mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih
terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau
dalam pembangunan.
unit produksi, serta perubahan status kerja buruh. Karena itu konsep
spesialisasi.
merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia,
Teori ini dipelopori oleh Francois Perroux, seorang ahli ekonomi regional
berhubungan dengan industri yang berisi dorongan pertumbuhan pada pusat kota
melalui pemekaran. Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan
secara geografis.
• Secara Fungsional
• Secara Geografis
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal
pertumbuhan itu sendiri. Suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus
bercirikan:
sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh
Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan
diperoleh dengan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat
kota tersebut menarik untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang
dan jasa yang baru diproduksi pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total
yang diterima dari adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut atau secara
ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga
kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas
(Lincolyn, 1999).
aspek, yaitu:
3. Fungsi pusat wilayah dari titik pertumbuhan dengan asumsi bahwa tempat
perkotaan (urbanisasi).
(Jhingan, 1995).
penambahan pada faktor produksi. Selain faktor produksi, jumlah angkatan kerja
yang bekerja juga akan meningkat dari tahun ke tahun sehingga apabila
tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi
dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999).
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang yang
yang bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan
2. Akumulasi Modal
pekerjaan.
Regional Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan
• Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita : Produk domestik bruto per
kapita dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik
pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1)
�����−����(�−1)
Laju Pertumbuhan Ekonomi = x 100%
����(�−1)
masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua
Daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu daerah
cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income), daerah maju tapi
tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but
low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Kriteria
• Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income)
dari rata – rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata- rata nasional.
• Daerah maju tapi tertekan. (high income but low growth) yaitu daerah
yang relatif maju, tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan
Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi dimasa mendatang
• Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah
dimiliki sangat besar tapi belum diolah sepenuhnya secara baik. Tingkat
• Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah
daerah sekitar pusat kota agar tidak bergantung pada kegiatan perekonomian pusat
tidak merata antara kawasan Cirebon Utara dan Cirebon Selatan. Hasil penelitian
saat ini tiap-tiap kelurahan dengan fasilitas terlengkap adalah Kelurahan Kecapi,
Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa daerah kecamatan yang ada
pada tiap kota atau kabupaten memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
tipologi klassen dengan menggunakan data PDRB per kapita dan pertumbuhan
diperoleh empat keadaan ekonomi daerah. Kategori pertama adalah daerah maju
dan cepat tumbuh adalah kecamatan Banjarnegara, Madukara dan Batur. Kategori
kedua adalah daerah maju tapi tertekan adalah \Kecamatan Purwareja Klampok,
Sigaluh, dan Pejawaran, Kategori ketiga adalah derah berkembang cepat adalah
Empat Koridor Di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan latar
berkembang cepat adalah Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kota
cepat adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kota Pasuruan,
Ngawi, dan Kabupaten Bangkalan. Yang tergolong daerah relatif tertinggal adalah
analisis LQ, sektor yang paling banyak menjadi unggulan adalah pertanian disusul
listrik, gas dan air bersih, bangunan, jasa-jasa, keuangan, persewaan dan jasa
Andalan Di Jawa Tengah. Penelitian ini memiliki latar belakang tidak optimalnya
maju dan cepat tumbuh, empat kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi daerah
andalan cenderung didominasi sektor skunder dan tersier . Hasil analisis indeks
Disparity in South Sulawesi. Penelitian ini memiliki latar belakang adanya tingkat
menunjukkan bahwa daerah yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat
tumbuh adalah kota Makassar, daerah yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi
tertekan yaitu Kota Parepare, kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Utara, daerah
Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Luwu, daerah yang termasuk klasifikasi daerah
tertinggal yaitu Jeneponto, Gowa, Bone, Tana Toraja, dan Luwu Timur.
Greece. Penelitian ini dilatar belakangi o;eh upaya untuk merangsang peran
dan tata ruang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pada tingkat
utama adalah tidak adanya spesialisasi aktual dalam Program Operasional Daerah,
konsentrasi polar, dianggap dari besar penting, seiring dengan promosi proyek
Suatu kota yang memiliki pusat pertumbuhan dan potensi ekonomi dapat
pendapatan perkapita. Dari PDRB akan dapat diketahui daerah mana yang dapat
dari daerah tersebut. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat
potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program
kondisi daerah tersebut apakah daerah tersebut termasuk daerah maju atau daerah
Dari uraian diatas maka dapatlah disusun suatu skema sebagai berikut:
Penentuan Pusat-pusat
pertumbuhan kota
medan
PDRB Kecamatan
Kota Medan
Daerah Pusat
Pertumbuhan Kota
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh
melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari bku literatur, jurnal-jurnal,
dan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data
diperoleh dari Instansi pemerintahan, yaitu BPS (Badan Pusat Statistik) kota
Medan.
Medan .
2. Tipologi 2 : Daerah maju tapi tertekan (high income but low growth)
nasional.
rata-rata lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Medan dan
Kota Medan.
Gambar 3.1
Tipologi Klassen
dapat digunakan dengan mendasarkan kepada jumlah unit dan jenis fasilitas yang
ada.
ruang. Model Gravitasi ini di dasari oleh Hukum Gravitasi Newton (Sir Isaac
Newton) yang berbunyi “dua massa yang berdekatan akan saling tarik menarik
pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai
magnet.
�.��.��
Tij =
���
Keterangan :
Tij = Banyaknya interaksi dari kelurahan i kecamatan j
K = Bilangan konstan/rata-rata perjalanan per penduduk
Pi = Penduduk Kecamatan i
Pj = Penduduk kecamatan j
Dij = Jarak antara i dan j
antara 2 wilayah kecamatan, maka semakin besar pula kekuatan interaksi antara
satu wilayah yang subur diwilayah dataran rendah timur dari provinsi Sumatera
Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter dibawah permukaan laut. Kota ini
dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di
Selat Malaka. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30̊ - 3,43̊ LU dan 98,35̊ -
98,44̊ BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur
Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Disebelah utara
berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan
berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu
domestik maupun interbasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terluas adalah
Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km² dan yang paling sempit
adalah Kecamatan Medan Sunggal sebesar 2,98 km². Dari tabel diatas juga dapat
dilihat bahwa luas Kota Medan sebesar 265,10 ². Luas Kota Medan ini mencakup
Penduduk kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis.
Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari
wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-
Batak Toba, Cina dan India. Komposisi penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat
berdasarkan suku tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, mata pencaharian, dan
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Medan Tuntungan 39.414 41.528 80.942
2 Medan Johor 61.085 62.766 123.851
3 Medan Amplas 56.175 56.968 113.143
4 Medan Denai 71.181 70.214 141.395
5 Medan Area 47.813 48.731 96.544
6 Medan Kota 35.329 37.341 72.580
7 Medan Maimun 19.411 20.170 39.581
8 Medan Polonia 25.989 26.805 52.794
9 Medan Baru 17.576 21.940 39.516
10 Medan Selayang 48.293 50.024 98.317
11 Medan Sunggal 55.403 57.341 112.744
12 Medan Helvetia 70.705 73.552 144.257
13 Medan Petisah 29.367 32.382 61.749
14 Medan Barat 34.733 36.038 70.771
15 Medan Timur 52.635 55.998 108.633
16 Medan Perjuangan 45.144 48.184 93.328
17 Medan Tembung 65.391 68.188 13.3579
18 Medan Deli 84.520 82.273 166.793
19 Medan Labuhan 56.676 54.497 111.173
20 Medan Marelan 71.287 69.127 140.414
21 Medan Belawan 48.889 46.617 95.506
Jumlah 1.036.926 1.060.684 2.097.610
Sumber : BPS Kota Medan 2010
pada kecamatan Medan Denai dengan jumlah 141.395 orang yang dihuni oleh
71.181 orang laki-laki dan 70.214 orang perempuan. Sementara itu, Kecamatan
Medan Marelan lebih banyak didominasi oleh penduduk berjenis kelamin Laki-
laki daripada penduduk yang berjenis kelamin perempuan yang hanya berjumlah
691.27 orang. Berdasarkan tabel juga dapat disimpulkan bahwa penduduk kota
Medan bila dirinci dari jenis kelaminnya berjumlah 1.036.926 orang penduduk
2.097.610 orang. Komposisi penduduk kota Medan juga dapat dilihat dari agama
yang dianut oleh penduduk kota Medan berdasarkan agama dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Agama yang dianut
Agama
No Kecamatan Kristen Kristen
Islam Hindu Budha Lainnya
Protestan Katolik
1 Medan Tuntungan 41,12 51,34 7,09 0,15 0,29 0,02
2 Medan Johor 67,71 19,96 2,76 0,32 9,22 0,03
3 Medan Amplas 75,92 21,68 1,65 0,02 0,67 0,06
4 Medan Denai 70,74 23,97 `1,27 0,03 3,95 0,03
5 Medan Area 69,01 5,63 0,61 0,03 24,67 0,04
6 Medan Kota 47,61 28,51 1,41 0,1 22,34 0,03
7 Medan Maimun 70,5 6,83 1,22 1,1 20,32 0,04
8 Medan Polonia 68,53 14,33 1,6 2,28 13,16 0,1
9 Medan Baru 44,83 43,8 54,39 1,71 5,22 0,07
10 Medan Selayang 58,14 34,65 4,87 1,24 1,05 0,04
11 Medan Sunggal 70,08 16,69 1,95 1,39 9,85 0,04
12 Medan Helvetia 66,41 27,96 2,6 0,34 2,67 0,02
13 Medan Petisah 45,59 27,37 1,94 2,03 23,02 0,05
14 Medan Barat 62,25 14,64 1,42 0,84 20,81 0,04
15 Medan Timur 64,1 15,32 1,15 0,4 18,97 0,07
16 Medan Perjuangan 60,49 26,13 1,25 0,31 11,8 0,02
17 Medan Tembung 71,21 17,48 1,49 0,04 9,76 0,01
18 Medan Deli 82,47 12,35 0,48 0,12 4,54 0,03
19 Medan Labuhan 73,76 20,19 1,12 0,02 4,87 0,05
20 Medan Marelan 90,85 4,54 0,4 0,13 4,06 0,03
21 Medan Belawan 78,24 18,81 0,7 0,03 2,22 0
Kota Medan 68,4 20,44 1,8 0,44 8,88 0,04
yang beragama Islam dengan persentase sebesar 68,4%, kemudian disusul oleh
agama Kristen Protestan dengan persentase sebesar 20,44%, dan agama Budha
penduduk menurut agama tidak jauh berbeda dengan kondisi kota Medan secara
Medan Petisah (45,59%). Secara umum persentase penduduk Kota Medan yang
cukup tinggi bahkan mencapai lebih dari 20% dari total jumlah penduduk
Persentase
No Lapangan Usaha
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pertanian 4,41 0,57 3,07
2 Pertambangan dan Penggalian 0,22 0,00 0,15
3 Industri 13,71 12,13 13,15
4 Listrik , Air dan Gas 0,60 0,17 0,45
5 Bangunan 10,12 0,59 6,80
6 Perdagangan 33,19 46,63 37,87
7 Angkutan dan Komunikasi 14,90 2,03 10,42
8 Keuangan 4,21 2,09 3,47
9 Jasa-Jasa 18,64 35,79 24,62
Sumber : BPS Kota Medan tahun 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 37,87% penduduk di Kota Medan bekerja
disektor perdagangan, dan sisanya disektor lain sebesar 62,13%. Sangat dapat
dimaklumi jika mayoritas penduduk bekerja dikota Medan terjun pada sektor
pusat perdagangan dan jasa. Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja cukup
besar adalah jasa, yang mencapai 24,62% dari total penduduk yang bekerja,
diserap sektor perdagangan dengan persentase 33,19%, lalu sektor jasa sebesar
pekerjaan utama yang terdiri dari sembilan sektor dibagi dalam tiga kelompok
Listrik, Gas, dan Air serta Konstruksi), serta sektor S ( Angkutan, Perdagangan,
Keuangan dan Jasa ) atau ketiganya biasa disebut sebagai sektor primer, sektor
sekunder dan sektor tersier. Komposisi tenaga kerja menurut sektor agrikultur,
bekerja menjadi 3,07% pada sektor A, sektor M sebesar 20,55%, dan sisanya
sektor A, 24,65% pada sektor M, dan 70,94% pada sektor S. Sedangkan untuk
Data tahun 2010 menunjukkan dengan penduduk Kota Medan berumur paling
banyak berada pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 235.952 orang, diikuti
oleh kelompok umur 15-19 tahun dan kelompok umur 25-29 tahun yang masing-
masing sebesar 209.989 orang dan sebesar 204.394 orang. Sedangkan kelompok
umur yang jumlahnya paling sedikit adalah penduduk umur diatas 75 tahun diikuti
oleh kelompok umur 70-74 tahun dan kelompok umur 65-69 tahun masing masing
negatif, untuk mengukur hasil pembangunan tersebut diperlukan alat ukur yaitu
berupa indikator ekonomi yang sering digunakan secara luas adalah Produk
kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara
menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan
periode 2005-2010 atas dasar harga konstan 2000 meningkat cukup pesat.
Terlihat dalam tabel bahwa tahun 2005 PDRB kota Medan sebesar Rp.25.272
Milyar meningkat menjadi Rp. 35.822.22 Milyar. Peningkatan rata-rata PDRB ini
Tabel 4.6
PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha berdasarkan harga konstan
(RP. Milyar )
Tahun
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 670,58 673,09 707,71 735,25 765,95 771,33
2 Pertambangan dan Penggalian 0,78 0,73 0,66 0,57 0,57 0,55
3 Industri Pengolahan 3842,15 4095,43 4344,56 4514,29 4591,6 4792,16
4 Listrik Gas dan Air 413,36 435,64 423,39 442,54 464,92 497,66
5 Bangunan 2712,63 3011,37 3205,06 3463,84 3748,68 4005,47
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 6850,44 7271,81 7703,59 8134,82 8824,16 9584,51
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4637,2 5255,76 5813,39 6287,38 6866,78 7346,13
8 Keuangan 3507,54 3685,67 4518,05 4586,68 4720,84 5133,72
9 Jasa-Jasa 2637,75 2804,95 2996,51 3208,58 3446,55 3690,69
PDRB 25,272,42 27,234,45 29,352,92 31,373,95 33,430,05 35,822,22
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Medan ditandai oleh peningkatan PDRB harga berlaku yang mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dalam PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku
pada tahun2005 sebesar Rp. 42,79 triliun, meningkat menjadi Rp. 48,89 triliun
pada tahun 2010. Perkembangan PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku
terus mengalami kenaikan dari Rp. 55,45 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp
65,31 triliun pada tahun 2008, sementara pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp.
72,63 triliun. Peningkatan PDRB atas dasar harga belaku ini rata-rata sebesar
14,27% pertahunnya.
Tabel 4.7
PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha berdasarkan harga berlaku
(RP. Milyar )
Tahun
No Lapangan Usaha
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 1306,92 1427,43 1557,84 1876,2 2023,06 2225,32
2 Pertambangan dan Penggalian 2,6 3,28 3,09 2,89 2,98 2,95
3 Industri Pengolahan 7094,92 7960,6 9029,33 10420,82 10860,5 12475,53
4 Listrik Gas dan Air 917,53 1102,66 1040,73 1142,92 1244,8 1415,44
5 Bangunan 3502,8 4795,79 5420,08 6233,09 6927,`19 8149,94
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 11271,82 12692,84 14106,17 16917,47 19502,96 22431,93
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7979,78 9164,62 10548,09 12456,64 14255,72 15786,32
8 Keuangan 6063,88 6550,5 7833,88 9547,46 10062,91 11893,13
9 Jasa-Jasa 4652,21 5152,23 5893,3 6718,76 7750,09 8933,95
PDRB 42792,45 4889,95 55452,5 65316,26 72630,2 83315,02
Sumber : BPS Kota Medan tahun 2010
perkembangan ekonomi kota Medan secara rinci dari tahun ke tahun dapat dilihat
dari PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha. Apabila terjadi
Tabel 4.8
Pertumbuhan Ekonomi kota Medan dan Nasional
Untuk Kota Medan pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa pertumbuhan
ekonomi Kota Medan tahun 2006 adalah sebesar 7,76%. Angka ini lebih besar
2,26% dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 5,5%. Pada tahun
menjadi 6,35%. Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi kota
6,1%.
tahun ke tahun,hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat, seperti terlihat
Tabel 4.9
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Tuntungan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 475,83 9,62 6,89
2006 529,391 3,88 7,67
2007 585,948 5,22 8,51
2008 694,101 5,91 9,99
2009 785,504 6,99 11,21
2010 895,92 5,64 11,06
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
menurut Lapangan usaha dan PDRB perkapita terus meningkat dari tahun
tahun 2005 tumbuh sebesar 9,62% , tahun 2006 menurun sebesar 3,88% tahun
2007 meningkat sebesar 5,22%, tahun 2008 6,99% tahun 2009 meningkat menjadi
Terlihat dalam tabel bahwa pada tahun 2005 PDRB Perkapita Kecamatan
Medan Tuntungan sebesar Rp. 6,89 juta. Tahun 2006 PDRB Perkapita meningkat
11,3% menjadi sebesar Rp. 7,67 juta. PDRB Perkapita tahun 2007 meningkat
10,9% menjadi sebesar Rp. 8,51 juta. PDRB Perkapita tahun 2008 meningkat
17,3% menjadi Rp. 9,99 juta. PDRB Perkapita tahun 2009 meningkat 12,2%
menjadi Rp. 11,21 juta. PDRB Perkapita tahun 2010 menurun sebesar 1,3%
peningkatan tetapi tidak mengalami penurunan secara , seperti terlihat dalam tabel
berikut:
Tabel 4.10
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Johor
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 649,984 9,9 5,81
2006 722,891 6,15 6,36
2007 822,55 6,48 7,21
2008 957,606 6,23 8,31
2009 1080,192 7,79 9,29
2010 1249,61 6,18 10,08
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2005 sebesar 9,9% mengalami penurunan cukup drastis tahun 2006 yaitu
menjadi 6,15%, tahun 2007 sebesar 6,48%, tahun 2008 sebesar 6,23%, tahun
2009 sebesar 7,79%, tahun 2010 sebesar 6,18%. PDRB Perkapita pada tahun 2005
sebesar Rp.6,36 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar
13,36% menjadi sebesar Rp.7,21 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 15,25% menjadi sebesar Rp.8,31 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2009 meningkat sebesar 11,79% menjadi sebesar Rp.9,29 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 8,5% menjadi sebesar Rp.10,08
juta.
Tabel 4.11
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Amplas
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1143,58 8,12 10,55
2006 1324,19 8,19 11,85
2007 1501,5 6,8 13,28
2008 1711,75 6,87 15
2009 1966,14 7,68 17,07
2010 2270,9 7,81 20,07
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Amplas terus meningkat selama periode tahun 2005-2010 yaitu dari 1143,58
tahun 2005 sebesar 8,12%, kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 8,19%,
menurun pada tahun 2008 menjadi 6,8%, meningkat pada tahun 2008 sebesar
6,87%, meningkat pada tahun 2009 sebesar 7,68% dan pada tahun 2010
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Amplas tahun 2005 sebesar Rp. 10,55
juta. PDRB perkapita tahun 2006 meningkat 12,3% menjadi sebesar Rp. 11,85
juta. Pada tahun 2007 PDRB Perkapita meningkat sebesar 12,06% menjadi Rp.
13,28 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 12,9% menjadi
Rp. 12,9 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,8%
menjadi Rp. 17,07 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar
Tabel 4.12
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Denai
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 5333,88 7,28 3,92
2006 644,288 9,62 4,68
2007 715,65 8,16 5,21
2008 814,76 6,18 5,87
2009 930,6 7,15 6,65
2010 1082,96 5,04 7,65
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Denai terus meningkat selama periode 2005-2010 yaitu dari 533,88 milyar rupiah
menjadi 7,28%, pada tahun 2006 meningkat menjadi 9,62%, tahun 2007 menurun
menjadi 8,16%, tahun 2008 menurun menjadi sebesar 6,18%, tahun 2009
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Denai tahun 2005 sebesar Rp. 3,92
juta. PDRB perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 19,3% menjadi Rp 4,68
juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 11,3% menjadi sebesar
Rp. 5,21 juta. Pada tahun 2008 PDRB meningkat sebesar 12,6% menjadi Rp.
5,87 juta. PDRB pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,2% menjadi Rp. 6,65
juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 15,03% menjadi
Tabel 4.13
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Area
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 874,32 8,65 8,03
2006 993,61 6,29 9,24
2007 1153,78 9,12 10,75
2008 1326,78 8,55 12,25
2009 1478,84 6,65 13,54
2010 1704,18 7,62 17,65
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
terus meningkat selama periode tahun 2005 – 2010 yaitu dari 874,32 Milyar
2005 adalah sebesar 8,65%, tahun2006 menurun menjadi 6,29%, tahun 2007
PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 8,03 juta. PDRB Perkapita
pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,06% menjadi sebesar Rp. 9,24 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 16,3% menjadi sebesar Rp. 10,75
juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 13,9% menjadi sebesar
Rp. 12,25 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 10,5%
menjadi sebesar Rp. 13,24 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat
Tabel 4.14
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Kota
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2135,92 milyar menjadi Rp.
4231,87 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 9,17%, tahun
2006 menurun menjadi 6,39%, tahun 2007 menurun menjadi 6,08%, tahun 2008
meningkat menjadi 6,29%, tahun 2009 meningkat menjadi 7,52%, tahun 2010
7,26%.
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Kota pada tahun 2005 sebesar Rp.
25,62 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,2% menjadi
sebesar Rp. 29,3 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 12,8%
menjadi sebesar Rp. 33,32 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat
sebesar 16,5% menjadi sebesar Rp. 38,82 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009
meningkat sebesar 12,6% menjadi sebesar Rp. 43,72 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2010 meningkat sebesar 30,3% menjadi sebesar Rp. 58,3 juta.
Tabel 4.15
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Maimun
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 2205,6 6,83 46,63
2006 2578,46 6,68 54,38
2007 3020,882 9,65 53,16
2008 3555,17 9,33 62
2009 3927,53 6,16 67,88
2010 4490,33 7,75 113,44
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2205,6 milyar menjadi Rp.
4490,33 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 6,83%, tahun
2006 menurun menjadi 6,68%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,65%, tahun 2008
menurun menjadi 9,33%, tahun 2009 menurun menjadi 6,16%, tahun 2010
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Maimun pada tahun 2005 sebesar Rp.
46,63 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,6% menjadi
sebesar Rp. 54,38 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 menurun sebesar 2,2%
menjadi sebesar Rp. 53,16 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat
sebesar 16,6% menjadi sebesar Rp. 62 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009
meningkat sebesar 16,6% menjadi sebesar Rp. 67.88 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2010 meningkat sebesar 67,1% menjadi sebesar Rp. 113,44 juta.
Tabel 4.16
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Polonia
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 3612,71 10,51 71,27
2006 4299 15,45 82,62
2007 5010,28 9,68 95,48
2008 5963,75 7,7 112,63
2009 5963,75 7,79 127,94
2010 6835,18 7,29 148,77
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 3612,71 milyar menjadi Rp.
6835,18 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 10,51%, tahun
2006 meningkat menjadi 15,45%, tahun 2007 menurun menjadi 9,68%, tahun
2008 menurun menjadi 7,7%, tahun 2009 meningkat menjadi 7,79%, tahun 2010
PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar 71,27 juta. PDRB Perkapita
pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,9% menjadi sebesar Rp. 82,62 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 15,5% menjadi sebesar Rp. 95,48
juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 17,9% menjadi sebesar
Rp. 112,63 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,5%
menjadi sebesar Rp. 127,94 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat
Tabel 4.17
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Baru
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1859,43 5,53 43,23
2006 2156,77 6,23 49,55
2007 2505,96 6,01 57,72
2008 2783,35 7,57 63,52
2009 3063,47 5,87 69,28
2010 3509,51 7,29 88,81
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1859,43 milyar menjadi Rp.
3509,51 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 5,53%, tahun
2006 meningkat menjadi 6,23%, tahun 2007 menurun menjadi 6,01%, tahun
2008 meningkat menjadi 7,57%, tahun 2009 menurun menjadi 5,87%, tahun
2010 meingkat menjadi 7,29%. PDRB perkapita selama periode 2005-2010 terus
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Baru pada tahun 2005 sebesar Rp.
43,23 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 14,4% menjadi
sebesar Rp. 49,55 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar
16,4% menjadi sebesar Rp. 57,72 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 10% menjadi sebesar Rp. 63,52 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2010 meningkat sebesar 9,06% menjadi sebesar Rp. 69,28 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 28,1% menjadi sebesar Rp. 88,81
juta.
Tabel 4.18
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Selayang
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 565,293 10,23 6,81
2006 639,56 4,57 7,6
2007 731,42 4,45 8,69
2008 842,36 7,23 9,92
2009 925,36 6,66 10,8
2010 1081,91 8,12 11
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Selayang selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 565,93 milyar
menjadi Rp. 1081,91 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005
10,23%, tahun 2006 menurun menjadi 4,57%, tahun 2007 menurun menjadi
4,45%, tahun 2008 meningkat menjadi 7,23%, tahun 2009 menurun menjadi
PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 6,81 juta. PDRB Perkapita
pada tahun 2006 meningkat sebesar 11,6% menjadi sebesar Rp. 7,6 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 14,3% menjadi sebesar Rp. 8,69
juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 14,1% menjadi sebesar
Rp. 9,92 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 8,8% menjadi
sebesar Rp. 10,8 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 1,8%
Tabel 4.19
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Sunggal
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1338,15 4,66 12,33
2006 1521,56 6,55 14,02
2007 1718,8 6,05 15,81
2008 1979,05 5,69 18,04
2009 2184,97 4,83 19,74
2010 2517,03 7,09 22,32
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Sunggal selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1338,15 milyar
menjadi Rp. 2517,03 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005
4,66%, tahun 2006 meningkat menjadi 6,55%, tahun 2007 menurun menjadi
6,05%, tahun 2008 menurun menjadi 5,69%, tahun 2009 menurun menjadi
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2005 sebesar Rp.
12,33 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 13,7% menjadi
sebesar Rp. 14,02 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar
12,7% menjadi sebesar Rp. 15,81 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 14,1% menjadi sebesar Rp. 18,04 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2009 meningkat sebesar 9,4% menjadi sebesar Rp. 19,74 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 13,06% menjadi sebesar Rp. 22,32
juta.
Tabel 4.20
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Helvetia
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 1793,8 8,51 `12,90
2006 2136,41 7,7 15,03
2007 2366,88 5,56 16,58
2008 2718,5 6,59 18,87
2009 3133,5 6,72 21,55
2010 3624,39 7,22 25,21
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Helvetia selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1.793,8 milyar
menjadi Rp. 3.624,39 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005
8,51%, tahun 2006 menurun menjadi 7,7%, tahun 2007 menurun menjadi 5,56%,
tahun 2008 meningkat menjadi 6,59%, tahun 2009 meningkat menjadi 6,72%,
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2005 sebesar Rp.
12,90 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,5% menjadi
sebesar Rp. 15,03 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar
10,3% menjadi sebesar Rp. 16,58 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 13,8% menjadi sebesar Rp. 18,87 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2009 meningkat sebesar 14,2% menjadi sebesar Rp. 21,55 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 16,98% menjadi sebesar Rp. 25,21
juta.
Tabel 4.21
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Petisah
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 2141,67 7,77 31,83
2006 2484,03 6,36 37,04
2007 2863,72 6,99 42,81
2008 3303,94 6,68 48,94
2009 3726,7 8,14 54,71
2010 4322,09 7,23 69,99
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2.141,67 milyar menjadi Rp.
tahun 2006 menurun menjadi 6,36%, tahun 2007 meningkat menjadi 6,99%,
tahun 2008 menurun menjadi 6,68%, tahun 2009 meningkat menjadi 8,14%,
PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 31,83 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,36% menjadi sebesar Rp. 37,04
juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 15,57% menjadi
sebesar Rp. 42,81 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar
14,31% menjadi sebesar Rp. 48,94 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009
meningkat sebesar 11,79% menjadi sebesar Rp. 54,71 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2010 meningkat sebesar 27,92% menjadi sebesar Rp. 69,99 juta.
Tabel 4.22
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Barat
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 9.381,5 milyar menjadi Rp.
tahun 2006 meningkat menjadi 6,68%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,18%,
tahun 2008 menurun menjadi 6,83%, tahun 2009 menurun menjadi 3,42%,
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Barat pada tahun 2005 sebesar Rp.
119,9 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 9,6% menjadi
sebesar Rp. 131,49 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar
12,53% menjadi sebesar Rp. 147,97 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 22,95 % menjadi sebesar Rp. 181,94 juta. PDRB Perkapita
pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,78% menjadi sebesar Rp. 192,47 juta.
PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 28,42% menjadi sebesar Rp
247,17 juta.
Tabel 4.23
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Timur
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 3034,51 8,93 27,13
2006 3429,13 8,47 30,59
2007 3907,35 9,64 34,94
2008 4573,79 6,73 40,53
2009 5283,31 8,1 46,4
2010 5921,65 7,17 54,51
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 3034,51 milyar menjadi Rp.
tahun 2006 menurun menjadi 8,47%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,64%,
tahun 2008 menurun menjadi 6,73%, tahun 2009 meningkat menjadi 8,1 %,
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Timur pada tahun 2005 sebesar Rp.
27,13 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 12,75% menjadi
sebesar Rp.30,59 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar
14,22% menjadi sebesar Rp. 34,94 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 15,99% menjadi sebesar Rp. 40,53 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2009 meningkat sebesar 2,82% menjadi sebesar Rp. 46,4 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 17,47% menjadi sebesar Rp.54,51
juta.
Tabel 4.24
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Perjuangan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 463,97 10 4,54
2006 526,42 5,7 5,07
2007 595,72 6,38 5,74
2008 693,72 6,29 6.62
2009 791,93 8,25 7,49
2010 916,53 6,58 9,82
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Perjuangan selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 463,97 milyar
menjadi Rp. 916,53 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005
10%, tahun 2006 menurun menjadi 5,70%, tahun 2007 meningkat menjadi
6,38%, tahun 2008 meningkat menjadi 6,29%, tahun 2009 meningkat menjadi
Rp. 4,54 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 11,67%
menjadi sebesar Rp. 5,07 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat
sebesar 13,21% menjadi sebesar Rp.5,74 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 15,33% menjadi sebesar Rp. 6,62 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2009 meningkat sebesar 13,14% menjadi sebesar Rp.7,49 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 31,1% menjadi sebesar Rp.9,82
juta.
Tabel 4.25
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Tembung
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 817,38 8,95 5,93
2006 929,88 6,91 6,69
2007 1050,65 6,96 7,54
2008 1230,32 5,44 8,76
2009 1393,19 8,11 9,83
2010 1594,96 6,62 11,94
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Tembung selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 817,38 milyar
menjadi Rp. 1594,96 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005
8,95%, tahun 2006 menurun menjadi 6,91%, tahun 2007 meningkat menjadi
6,96%, tahun 2008 menurun menjadi 5,44%, tahun 2009 meningkat menjadi
Rp.5,93 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 12,8% menjadi
sebesar Rp. 6,69 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 12,7%
menjadi sebesar Rp. 7,54 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat
sebesar 16,18% menjadi sebesar Rp.8,76 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009
meningkat sebesar 12,21% menjadi sebesar Rp.9,83 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2010 meningkat sebesar 21,4% menjadi sebesar Rp. 11,94 juta.
Tabel 4.26
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Deli
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 5659,54 5,92 39,12
2006 6589,39 8,19 45,22
2007 7422,9 6,54 50,36
2008 8715,45 7,22 58,6
2009 9701,84 8,72 64,65
2010 11131,92 7,44 66,74
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Labuhan selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 410,05 milyar
menjadi Rp. 711,37 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005
14,46%, tahun 2006 menurun menjadi 2,32%, tahun 2007 menurun menjadi
0,26%, tahun 2008 meningkat menjadi 6,37%, tahun 2009 meningkat menjadi
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 2005 sebesar Rp.
3,97 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 7,3% menjadi
sebesar Rp. 4,26 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 5,16%
menjadi sebesar Rp. 4,48 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat
sebesar 18,08% menjadi sebesar Rp. 5,29 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009
meningkat sebesar 10,39% menjadi sebesar Rp. 5,84 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2010 meningkat sebesar 9,41% menjadi sebesar Rp. 6,39 juta.
Tabel 4.28
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Marelan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 351,62 2,58 3
2006 396,06 4,98 3,25
2007 456 7,58 3,67
2008 535,8 4,47 4,27
2009 585,23 5,8 4,62
2010 661,42 6,27 4,71
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 351,62 milyar menjadi Rp.
661,42 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 2,58%, tahun
tahun 2008 menurun menjadi 4,47%, tahun 2009 meningkat menjadi 5,8 %,
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Marelan pada tahun 2005 sebesar Rp.
3 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 7,69% menjadi
sebesar Rp. 3,25 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 8,3%
menjadi sebesar Rp. 3,67 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat
sebesar 16,34% menjadi sebesar Rp. 4,27 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009
meningkat sebesar 8,19% menjadi sebesar Rp.4,62 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2010 meningkat sebesar 1,94% menjadi sebesar Rp. 4,71 juta.
Tabel 4.29
Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Belawan
PDRB ADHB (Rp. Pertumbuhan PDRB Perkapita
Tahun
Milyar) Ekonomi (%) (Rp. Jutaan)
2005 3343,64 2,74 35,31
2006 3813,73 5,95 40,26
2007 4298,43 7,88 45,26
2008 4850,14 4,98 50,61
2009 5339,07 5,92 55,21
2010 6040,39 6,3 63,34
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Belawan selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 3343,64 milyar
menjadi Rp. 6040,39 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005
2,74%, tahun 2006 meningkat menjadi 5,95%, tahun 2007 meningkat menjadi
7,88%, tahun 2008 menurun menjadi 4,98%, tahun 2009 meningkat menjadi
PDRB Perkapita Kecamatan Medan Belawan pada tahun 2005 sebesar Rp.
35,31 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 14,01 % menjadi
sebesar Rp. 40,26 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar
12,41% menjadi sebesar Rp.45,26 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008
meningkat sebesar 11,82% menjadi sebesar Rp. 50,61 juta. PDRB Perkapita pada
tahun 2009 meningkat sebesar 9,08% menjadi sebesar Rp.55,21 juta. PDRB
Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 14,72% menjadi sebesar Rp. 63,34
juta.
Analisis Tipologi Klassen dalam hal ini membagi daerah berdasarkan dua
indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita
daerah.
Gambar 4.1
Hasil Analisis Klasen Tipologi Tahun 2005
wilayah daerah kecamatan cepat maju tetapi tertekan yaitu Kecamatan Medan
Marelan.
PDRB Perkapita
(y)
y >Y y<Y
Laju Pertumbuhan
Ekonomi (r)
Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan
Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan
r>R Medan Baru, Kecamatan Medan Petisah, Selayang, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan
Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan dan Medan Marelan
Kecamatan Medan Deli
Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan
r<R Belawan Denai, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan
Medan Tembung
Gambar 4.2
Hasil analisis Klasen Tipologi Tahun 2010
yaitu wilayah yang termasuk kedalam cepat maju tetapi tertekan adalah
Tembung.
Dari hasil analisis kedua klassen tipologi diatas dapat dilihat bahwa terjadi
dari tahun 2005 dan tahun 2010. Perubahan ini terjadi karena kurangnya
pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan
pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi
Tabel 4.31
Nilai Indeks Penduduk dan Indeks Aksesbilitas
Nilai Jarak
Ʃ
Indeks Kecamatan ke Indeks Indeks
NO KECAMATAN Pendu
Pendud Pusat Aksesibi Fasilitas
duk
uk Ibukota(Km) litas
1 Medan Barat 70771 42,43 12 12,5 100
2 Medan Tuntungan 80942 48,53 5 30,0 14,53
3 Medan Kota 72580 43,52 10 15,0 34,88
4 Medan Sunggal 112744 67,60 9 16,7 17,44
5 Medan Petisah 61749 37,02 5 30,0 19,38
6 Medan Timur 108633 65,13 5 30,0 34,88
7 Medan Perjuangan 93328 55,95 2 75,0 34,88
8 Medan Labuhan 111173 66,65 3,5 42,9 87,21
9 Medan Johor 123851 74,25 10 15,0 49,83
10 Medan Denai 141395 84,77 6 25,0 17,44
11 Medan Area 96544 57,88 8,5 17,6 29,07
12 Medan Polonia 52794 31,65 6,4 23,4 20,52
13 Medan Baru 39510 23,69 3 50,0 27,25
14 Medan Tembung 133579 80,09 4 37,5 58,14
15 Medan Deli 166793 100,00 1,5 100,0 43,60
16 Medan Marelan 140414 84,18 6 25,0 116,28
17 Medan Belawan 95506 57,26 5,2 28,8 29,07
18 Medan Amplas 113143 67,83 10 15,0 33,54
19 Medan Maimun 39581 23,73 16 9,4 17,44
20 Medan Selayang 98317 58,95 22 6,8 10,90
21 Medan Helvetia 144257 86,49 23 6,5 7,93
fasilitas pelayanan dilihat dengan sarana pelayanan yang tersedia sehingga indeks
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling besar
dekat dengan titik pusat Kota Medan. Jarak paling dekat dengan pusat Kota
Medan yaitu jarak Kecamatan Medan Deli yang hanya berjarak sekitar 1,5 Km.
Oleh karena itu, ini berarti aksesbilitas Kecamatan Medan Deli adalah yang
paling dekat dengan pusat Kota Medan sehingga jarak ini dijadikan acuan dalam
fasilitas yang menjadi acuan adalah kecamatan yang memiliki fasilitas terbanyak
fasilitas diperoleh jumlah rata-rata. Jumlah rata-rata yang paling besar terdapat di
Medan Deli yaitu sebesar 93,41 dan yang paling kecil yaitu Kecamatan Medan
Selayang yaitu 47,11. Jumlah ini selanjutnya dijadikan acuan untuk menghitung
Kecamatan Medan Deli sebesar 100 dan yang paling kecil yaitu Kecamatan
hirarki setiap kecamatan melalui perhitungan statistik 1+ 3,3 Log n untuk rentang
Perjuangan.
Kecamatan ini memiliki luas wilayah 2197 km persegi. Luas kecamatan ini
mencakup 4,22% dari keseluruhan wilayah Kota Medan. Kecamatan Medan Deli
terlihat bahwa indeks aksesibilitas kecamatan ini merupakan yang paling tinggi
diantara kecamatan yang lainnya, artinya Kecamatan Medan Deli secara geografis
merupakan salah satu kecamatan yang memiliki daya tarik (pole of attraction),
Medan dengan potensi wilayah berupa Kawasan Industri Medan ( KIM ) terletak
di Kelurahan Mabar dengan luas 514 Ha. Jumlah perusahaan industri yang
asing. Perusahaan industri ini mampu menyerap tenaga kerja ±10.760 jiwa. Selain
sebagai pusat industri di Kecamatan Medan Deli juga terdapat beberapa industri
Tangga dari kayu. Disamping itu didaerah ini juga ada terdapat Pertanian
Dengan pertimbangan potensi ekonomi ini dan sesuai dengan teori pusat
jiwa dan terletak di pusat Kota Medan serta berbatasan dengan Kecamatan Medan
Medan Petisah termasuk kecamatan yang menduduki tipologi I pada tahun 2005
dan 2010.
Kantor DPRD Kota Medan, Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara, Pengadilan
Negeri Medan, Kantor Kejaksaan, Kantor Komando Distrik Militer 02/10 BS,
didukung oleh sektor perdagangannya yang berkembang dengan pesat dan cukup
pusat kerajinan rotan, pusat industri rumah tangga berupa industri dan pemasaran
Bika Ambon, industri Konveksi pakaian jadi serta pusat-pusat perbelanjaan yang
cukup ramai yaitu Pasar Petisah, Sun Plaza, Plaza Medan Fair, Medan Plaza,
besar ini dan sesuai dengan teori pusat pertumbuhan dapat disimpulkan bahwa
Untuk mengukur daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu
pada asumsi bahwa interaksi antara dua pusat mempunyai hubungan proporsional
menggambarkan bagaimana daya tarik dari lokasi tersebut. Semakin tinggi nilai
interaksinya, berarti semakin kuat hubungan antar dua daerah tersebut. Dalam hal
ini berarti semakin potensial daerah tersebut untuk berkembang karena keterkaitan
analisis klassen tipologi dan skalogram telah ditetapkan ada 2 kecamatan sebagai
Petisah. Untuk melihat daya tarik ke dua pusat pertumbuhan, berikut ini adalah
Tabel 4.34
Nilai Interaksi antara Kecamatan Pusat Pertumbuhan dengan
Kecamatan Sekitarnya (Hinterlandnya) Tahun 2010
hubungannya dengan Kecamatan Medan Deli. Ini terlihat dari nilai interaksinya
ekonominya erat. Sementara itu kecamatan yang paling kecil interaksinya adalah
Kecamatan Medan Labuhan. Hal ini disebabkan oleh jarak antara jarak antara
Kecamatan Medan Deli dengan Kecamatan Medan Timur yang dekat sementara
mempengaruhi aksesibilitasnya.
Helvetia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Kecamatan Medan Deli. Ini
terlihat dari interaksinya yang lebih tinggi dari kecamatan lainnya. Hal ini
5.1 Kesimpulan
metode analisis yang telah disebutkan sebelumnya, maka dari penelitian yang
Petisah. Kedua kecamatan ini meiliki potensi ekonomi yang besar yang
Medan Deli memiliki daya tarik yang kuat dalam kegiatan ekonominya
5.2 Saran
kuat.
Sutikno (2007). Analisis Potensi Dan Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat
Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (Swp) Kabupaten Malang.
Jurnal Of Indonesian Applied Economics Vol.1 No.1
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Medan: Bumi
Aksara.