Anda di halaman 1dari 3

Data ArtikelData tentang perkembangan kota pintar yang berkelanjutan di Indonesia

Restu Mahesa *, Gatot Yudoko, Yudo AnggoroSekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung,
Indonesia

ABSTAK

Pergerakan kota pintar tumbuh di seluruh dunia. Usaha ini diharapkan dapat menyelesaikan sejumlah besar
masalah yang timbul urbanisasi. Indonesia adalah salah satu negara yang berbaris menuju pengembangan
kota pintar yang berkelanjutan. Namun, sebelum pemerintah dapat memulai proyek kota pintar, mereka
perlu menilai kesiapan masing-masing kota sasaran. Data dalam artikel ini menggambarkan kesiapan enam
kota besar di Indonesia, yaitu Semarang, Makassar, Jakarta, Samarinda, Medan, dan Surabaya. Mereka
mewakili empat pulau terbesar di Indonesia. Penilaian kesiapan didasarkan pada tiga elemen utama dan
enam Pilar Kota Cerdas diambil dari Buku Panduan Persiapan Rencana Induk Kota Cerdas disiapkan oleh
Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Republik Indonesia. Elemen-elemen tersebut berfungsi
sebagai daftar periksa untuk menentukan kesiapan kota. Data untuk analisis kualitatif dikumpulkan melalui
wawancara dan triangulasi melalui sumber sekunder, seperti publikasi dari Statistik Indonesia dan laporan
penilaian. Dataset berisi informasi tentang penilaian kesiapan yang disajikan dalam artikel ini.

Indeks penilaian kesiapan enam wilayah disajikan


dalam persentase.
© 2019 Penulis (s). Diterbitkan oleh Elsevier Inc. Ini adalah open
Send feedback
History
Saved
Community

1. Data
DataSeventy-lima kota telah aktif terlibat dalam pengembangan kota pintar di Indonesia. Kelompok ini
terdiri dari dua puluh empat kota yang telah dipilih dalam fase pertama dan lima puluh kota dalam fase kedua.
Mereka adalah bagian dari Gerakan 100 Kota Pintar Indonesia yang diprakarsai oleh Kementerian Komunikasi
dan Teknologi Informasi Republik Indonesia pada tahun 2017 dan 2018, dan Jakarta adalah ibu kota Indonesia.
Fitur perkotaan dari tujuh puluh lima kota pintar disajikan dalam Tabel 1, yang menyediakan data tentang
area, populasi, kepadatan, Indeks Pembangunan Manusia (HDI), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan
kelompok etnis. Gambar. 1 menunjukkan peta Indonesia dan lokasi dari tujuh puluh lima pengembangan kota
pintar. Dataset penilaian kesiapan pada enam kota pintar utama disajikan dalam artikel ini. Pengukuran data
dilakukan berdasarkan tiga elemen utama dan enam pilar kota pintar. Tabel 2 menunjukkan contoh
penugasan kategori pada penilaian kesiapan. Dataset penilaian berdasarkan tiga elemen utama disajikan
dalam Tabel 3 dan penilaian berdasarkan enam pilar kota pintar disajikan pada Tabel 4. Ringkasan kesiapan
dataset dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Dataset penilaian akhir dari indeks kota pintar ditunjukkan
pada Tabel 7. Tabel 8 menunjukkan korelasi antara kotaSpesifikasi mejaSubjek daerahManajemenLebih
banyak bidang studi spesifikManajemen InovasiJenis dataTabel dan gambarData diperoleh dari wawancara
mendalam dengan beberapa kementerian pemerintah Indonesia dan pengamatan dari bimbingan teknis dari
Kementrian Komunikasi Indonesia & Informasi untuk kota-kota pintar. Format dataRaw dan dianalisisFaktor
penilaian untuk kota cerdas implementasi konsep di Indonesia. Elemen-elemen yang dinilai adalah struktur
regional, infrastruktur, superstruktur, dan Enam Pilar SmartCity. Fitur Eksperimental Indikator pengukuran
diadaptasi dari Pedoman Kota Pintar untuk Master PlanPreparasi oleh Kementerian Komunikasi dan Teknologi
Informasi Republik Indonesia (2017) [1] Lokasi sumber data1. Medan sebagai perwakilan Pulau Sumatera2.
Jakarta sebagai perwakilan Pulau Jawa (wilayah barat )3. Semarang sebagai perwakilan Pulau Jawa (wilayah
tengah )4. Surabaya sebagai perwakilan Pulau Jawa (wilayah timur )5. Samarinda sebagai perwakilan Pulau
Kalimantan (Kalimantan )6. Makassar sebagai perwakilan Pulau Sulawesi (Celebes) Aksesibilitas data Artikel
1
ini berisi semua datasetR artikel penelitian terkaitR. Mahesa, G. Yudoko, dan Y. Anggoro, "Platform
Ecosystems untuk Indonesia Smart Cities," dalam Konferensi Internasional tentang Komputer, Kontrol,
Informatika, dan Penerapannya (IC3INA), pada 2018. 2018.DOI: 10.1109 / IC3INA.2018.8629537 [2] Nilai dari
data Dataset kami menyediakan fitur tujuh puluh lima pengembangan kota pintar di Indonesia dan penilaian
kesiapan enam kota besar berdasarkan pada tiga elemen utama dan enam pilar kota pintar. Kumpulan data
dalam artikel ini dapat digunakan oleh komunitas ilmiah sebagai perbandingan bahan dengan data lain yang
diperoleh dari kota, wilayah, atau negara lain. Dataset akan memungkinkan para pemangku kepentingan
untuk lebih memahami tentang perkembangan pengembangan kota pintar di Indonesia dan membantu
mengidentifikasi kesenjangan peningkatan. Akademisi dan praktisi dari semua disiplin ilmu dapat
menggunakan rincian indikator sebagai daftar periksa penilaian untuk kota-kota lain. Ketersediaan data akan
membantu pembuat kebijakan di pemerintah untuk merancang kebijakan responsif dalam hal keberlanjutan
pengembangan kecerdasan yang dapat diraih. Data dalam artikel ini juga dapat digunakan oleh para peneliti
untuk mempelajari hubungan antara fitur perkotaan kota pintar (kepadatan, HDI, dan PDRB) dan tingkat
kesiapan.R. Mahesa et al. / Data secara singkat 25 (2019) 1040982
Enities dan HDI, sementara Tabel 9 menunjukkan korelasi antara kepadatan kota dan PDRB. Plot sebar
yang sesuai dapat dilihat di Gambar. 2 dan 3.1.1. Langkah-langkah kesiapan regional Inti dari konsep Kota
Cerdas adalah kota dan semua komponennya dapat mengelola sumber daya yang ada untuk mendukung dan
menjaga kelangsungan ekosistem. Dua langkah digunakan untuk menilai kesiapan daerah. Langkah pertama,
daerah dinilai pada tiga elemen utama berdasarkan Buku Panduan Persiapan Rencana Induk SmartCity [1].
Elemen-elemen yang digunakan adalah: 1. Struktur termasuk modal manusia, modal keuangan, dan modal
tata kelola.2. Infrastruktur termasuk fisik, digital, dan sosial.3. Superstruktur termasuk peraturan daerah
(undang-undang), kelembagaan, dan pengembangan pembangunan berdasarkan aspek kota pintar. Langkah
kedua, kota-kota selanjutnya dinilai berdasarkan dimensi enam Pilar Kota Pintar. Themeasures yang
digunakan adalah: 1. Tata Kelola yang Cerdas termasuk Layanan Publik, Birokrasi, dan Kebijakan Publik2.
Branding Cerdas termasuk Branding Pariwisata, Branding Bisnis, dan Branding Penampilan Kota3. Ekonomi
Cerdas termasuk Industri Kompetitif, Kesejahteraan, dan Tabel Transaksi 1 pada tujuh puluh lima
pengembangan kota pintar berkelanjutan di Indonesia.R. Mahesa et al. / Data secara singkat 25 (2019).

2. Desain, bahan, dan metode eksperimental


2.1. Sampel
Dataset dalam artikel ini berkaitan dengan konsep Ecosystem Platform Platform Indonesia Smart yang
membahas upaya pemerintah Indonesia untuk menerapkan konsep Kota Cerdas di Jakarta semua aspek
pembangunan nasional [2]. Makalah ini memiliki misi untuk menyajikan dataset penilaian kesiapan kota
pintar yang dipilih oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Teknologi Republik Indonesia untuk program
100 Kota Cerdas. Kementerian, sampai artikel ini ditulis, telah mengadakan dua tahap seleksi sejak 2017.
Mereka telah memilih tujuh puluh empat kota (lihat Tabel 1). Proses seleksi diharapkan sepenuhnya selesai
pada akhir 2019 atau awal 2020. Panelis Kementerian yang terdiri dari akademisi, sektor swasta, dan anggota
pemerintah daerah / pusat diminta untuk mematuhi Persiapan Rencana Induk Kota CerdasBuku Panduan.
Dataset ini memiliki enam kota besar (yaitu sampel) yang mewakili pulau-pulau utama Indonesia, yaitu
Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Samarinda, dan Makassar. Kementerian tidak memasukkan Jakarta
dalam program 100 Kota Cerdas mereka karena kota ini adalah Daerah Istimewa yang bukan milik Jawa Barat,
Jawa Tengah, atau provinsi Jawa Timur. Namun, Jakarta dipilih sebagai sampel karena kota ini, bersama
dengan Bandung dan Surabaya, adalah pelopor dalam pengembangan kota-kota pintar di Indonesia dan
upayanya terhadap kota-kota pintar yang berkelanjutan belum berhenti. Enam kota besar juga dipilih karena
ketersediaan daerah fasilitas dan infrastruktur pendukung logistik, seperti bandara, pelabuhan, terminal peti
kemas, pergudangan, dan akses ke jalan utama. Ketersediaan pelabuhan menjadi salah satu pertimbangan
terpenting karena pelabuhan memiliki peran yang tidak dapat digantikan oleh moda lain, seperti bandara,
jalan raya, dan kereta api [2]. Temport memiliki fungsi penting karena Indonesia adalah negara kepulauan.
Tidak tersedianya pelabuhan menjadi alasan mengapa studi ini mengecualikan beberapa kota seperti
Bandung dan Bogor.2.2. Pengumpulan dan analisis data. Data kualitatif dikumpulkan melalui serangkaian
2
wawancara. Untuk memastikan validitas data, pewawancara menanyai anggota pemerintah pusat dan
akademisi. Setiap wawancara ditranskripsikan. Analisis konten dilakukan untuk menafsirkan dan mengkode
bahan teks (mis., Teks mentah dari wawancara transkrip). Data dalam bentuk kutipan wawancara kemudian
dikategorikan berdasarkan tema yang ditentukan sebelumnya dan konstruksi teoretis (yaitu, tiga elemen
utama dan enam citypillars cerdas). Data selanjutnya dikuatkan dengan menggunakan data sekunder, seperti
publikasi dari StatisticsTable 1 (lanjutan) R. Mahesa et al. / Data secara singkat 25 (2019) 1040985

Anda mungkin juga menyukai