Anda di halaman 1dari 51

Bab 10 Atenuasi Gelombang SEISMIK

DEFINISI DAN SATUAN




Amplitudo gelombang seismik direduksi sebagai


gelombang yang merambat melalui medium
anelastis dan hasil reduksi ini umumnya
tergantung pada frekuensi.
Perambatan gelombang seismik melalui bumi
diatenuasi oleh konversi beberapa fraksi energi
elastis yang menyebabkan timbulnya panas.

Perambatan gelombang pada medium yang homogen yaitu:


n

x0
A(x ) = A( x0 ). . exp[ ( x x0 )]........(1)
x
Dimana:
A(x) = amplitudo pada jarak x
A(xo) = amplitudo pada jarak xo
x0

x

= amplitudo

exp[ ( x x0 )]

yang berkurang akibat perbedaan geometri

= amplitudo divergen yang tergantung pada


geometri perambatan gelombang

Dengan berbagai penurunan dari persamaan awal


amplitudo gelombang diatas, diperoleh persamaan
koefisien atenuasi () sbb:
 dlm satuan Nepers/meter
A( x1 )
1
=
. ln
........(2)
x2 x1 A( x2 )


dlm satuan dB/meter


1 20 A( x1 )
=
. log
.........(3)
x2 x1
A(x2 )

Pada dua posisi yang berbeda x1 dan x2; yang


mempunyai amplitudo A(x1) untuk x1 dan A(x2)
untuk x2.
Dengan konversi:
(dB/m) = 8.686 (Nepers/meter) dan
(Nepers/meter) = 0.115 (dB/meter)

Dari persamaan (2) akan menghasilkan definisi


pengurangan logaritmik sebagai berikut:

v
A( x )
= . = . .........(4)
= ln
A( x + )
f
dengan
adalah panjang gelombang
A(x) dan A(x + ) = amplitudo pada dua siklus
yang berurutan
v = kecepatan perambatan gelombang
f = frekuensi

Pada berbagai kasus, pengukuran sifat-sifat atenuasi


yang merupakan factor kualitas Q (Knopoff, 1964,
1965) dan inversenya Q-1 (factor disipasi):

v
Q = .
........(5)
. f
1

Sebagai sifat intrinsik batuan, Q adalah


perbandingan antara energi yang tersimpan dan
energi yang terdisipasi

Untuk material yang low-loss (dan hal ini hampir


terjadi pada semua jenis batuan) persamaan sifatsifat atenuasi yang berhubungan dengan
pengukuran yang berbeda dari , dan Q-1
adalah:

v
Q = = . ........(6)

f
1

SIFAT-SIFAT ANELASTIS DARI UNSUR POKOK


FLUIDA DAN GAS - GAS BATUAN


Gas dan fluida menunjukkan sifat-sifat atenuasi


yang dipengaruhi oleh komposisi dan kondisi
termodinamika (T & P).
Viscous effect memberikan hasil berupa frekuensi
yang termasuk pada frekuensi kuadratik yang
diberikan oleh koefisien-koefisien atenuasi
(frekuensi yang tergantung pada faktor Q).

Bergmann (1954) memberikan persamaan ratarata air pada suhu 200, yaitu:

= 8,5.10

15

dengan dlm Nepers/meter dan frekuensi f dlm


Hz.

Tabel berikut adalah sifat-sifat atenuasi dari udara dan fluida

Ref.: J-Jhonston (1981) dan T-Tagiev and Mustaev (1975)

Podio dan Gregory (1990) menyimpulkan bahwa:




Atenuasi lumpur bertambah sebanding


pertambahan densitas dan frekuensi.

dengan

Adanya kenampakan hubungan yang linier antara


atenuasi dan volume persentase solid dalam Lumpur
untuk range antara 200-400 kHz.

Pertambahan tekanan dari 690 kPa - 41 MPa


menyebabkan hanya sedikit pengurangan koefisien
atenuasi (Nepers/meter) sebagai fungsi frekuensi
dalam MHz.

ATENUASI GELOMBANG SEISMIK PADA BATUAN


DARI HASIL EKSPERIMEN

Secara umum, sifat-sifat atenuasi batuan-batuan


yang alami secara signifikan lebih tinggi daripada
sifat-sifat yang dimiliki oleh mineral.
Ini menunjukkan bahwa atenuasi secara linier
dikontrol oleh kerusakan, ketidakhomogenan,
struktur dan ikatan sifat-sifat batuan

Karakteristik atenuasi:


Koefisien atenuasi adalah parameter frekuensi


yang dipengaruhi oleh hal-hal yang telah
disebutkan
di
atas.
Ini
menunjukkan
pertambahan frekuensi (efek low-pass filter).

Atenuasi
berbanding
terbalik
dengan
pertambahan sementasi dan kedalaman.

Grafik koefisien atenuasi beberapa tipe batuan sebagai fungsi frekuensi


(Attewell and Ramana, 1966 dan Militzer et al, 1978)

Range nilai rata-rata koefisien atenuasi untuk


beberapa tipe batuan pada frekuensi sekitar 50-100
Hz

Grafik fungsi Q (faktor kualitas) vs porositas. Data untuk batuan beku dan
batuan metamorf (segitiga), limestone (bujursangkar), dan sandstone
(lingkaran) yang diambil dari Bradley dan Fort dan melingkupi range
frekuensi yang lebar dan range saturasi (setelah Johnston et al, 1979)

Frequency Dependence


Data
eksperimen,
khususnya
eksperimen
laboratorium menunjukkan Q-1 hampir tidak
tergantung terhadap frekuensi.
Berzon (1977) menemukan bahwa peningkatan
atenuasi hampir linear terhadap peningkatan
frekuensi, dengan range frekuensi antara 10-1 dan
107 Hz .

Gambar berikut menunjukkan koefisien atenuasi untuk shale Pierre yang


diukur dari eksperimen lapangan yang dipublikasikan oleh McDonal, et al
(1957) dengan frequency dependence yang hampir linear pada frekuensi antara
80-550 Hz

Kedua kurva di atas menunjukkan pendekatan yang berbeda, yaitu:


= 0.120 f dan = 0.065 f

Frequency dependence dari koefisien atenuasi yang linear berhubungan dengan


frekuensi yang tidak tergantung pada Q-1
Contoh data yang
dipublikasikan oleh Merkulova
(1968) beberapa batuan
pada range f = 20 ... 160 kHz
1. Gabbro-diabase;
2. Gabbro-porphyrite;
3a, 3b. Kuarsa;
4. Gneiss;
5. Granit;
6. Sandstone, tersaturasi
dengan air;
7. Schist (metamorf);
8. Schist (dengan clay dan coal)

Frequency dependence yang hampir linear dari adalah ciri


khas sedimen marine.

Hamilton (1912) menggunakan persamaan empiris:

f
= 1
f1

Dengan:
1 = koefisien atenuasi yang diekstrapolasi yang digunakan
sebagai frekuensi referensi untuk f = 1 kHz
f = frekuensi dalam kHz
n = eksponen frekuensi

Tabel sifat-sifat atenuasi ini dari beberapa data petrografi untuk fraksifraksi dan tipe-tipe sedimen marine yang berbeda-beda:

D adalah diameter butir


= porositas
n = eksponen frekuensi




Karakteristik viscoelastisitas memberikan hasil bahwa Q-1 sebanding


dengan frekuensi.

Pada frekuensi tinggi , jika panjang gelombang sama dengan pori butir atau
dimensi retakan Rayleigh scattery maka akan menampakkan
ketidakhomogenan.

Rayleigh ~ D f

Hasil mekanisme atenuasi:

dengan D adalah rata-rata dimensi ketidakhomogenan

Grafik untuk
granit Westerly pada
range
frekuensi
antara 100 -800 kHz.
(Knopoff and Porter,
1963)

Grafik untuk
sandstone
pada
range
frekuensi
antara 10 kHz 10
MHz. (Merkulova,
1966, 1968)
A adalah kurva pada
slide 20

Pada range frekuensi 100-500 kHz, terlihat ketergantungan linear:

= 1,34.10 . f
5

Sedangkan pada range frekueni yang lebih tinggi; 500-800 kHz; terlihat
hubungan yang tidak linear:

= 1,34.10 4. f + 1,36.10 23. f 4




Untuk kecepatan rata-rata 5 km/s dan frekuensi 500 kHz maka panjang
gelombangnya adalah 1 cm (pada 800 kHz, panjang gelombangnya adalah
0.6 cm).

Di bawah frekuensi 0.7 - 1 MHz terdapat peningkatan Q-1 yang kecil


terhadap f. Hal ini mungkin menghasilkan mekanisme atenuasi viscous dari
material berpori.

Di atas 0.7 -1 MHz terdapat peningkatan frekuensi yang lebih besar yang
mungkin menghasilkan efek tambahan yang menyebar.

Kecepatan gelombang kompresi sandstone adalah 3600 m/s. Untuk 1 MHz,


panjang gelombangnya adalah 3.6 mm. Hal ini sama dengan rata-rata
diameter butir (1 mm).

Mekanisme Atenuasi (Peredaman)


Metode pertama adalah untuk menerangkan
sifat fisis alami dari atenuasi dalam istilah
rumusan umum elastisitas liniar (hukum
Hook) atau dengan memodifikasikan
rumusan untuk memperbolehkan
ketidaklinieratisan secara umum.

Teori dan model kedua adalah dengan


menggunakan deskripsi secara fisika dan
matematika terhadap mekanisme atenuasi
yang mungkin.

Tipe utama dan grup yang


berhubungan dengan lokasi
sumber dalam batuan





Ketidakelastisan matriks
Mekanisme fluid
Efek Antarmuka
Efek Geometri

PERSAMAAN UMUM DARI


ELASTIK LINEAR DAN MODEL
RHEOLOGIC

Model Maxwell, model Kelvin-Voight, dan model Standar atau Zener

Model Kevin-Voight didiskusikan untuk kasus


isotropik dan homogen. Susunan pegas (elastis)
yang paralel dan elemen-elemen yang viscous akan
menghasilkan strain yang homogen. Stressstrain terdiri dari 2 bagian yang elastis,

spring

viscous

= E .
d
= .
dt

Kedua bagian tersebut akan menghasilkan sebagai


berikut :

d
= spring+viscous= E. +.
dt

Untuk sifat solid dengan sifat viscous dan elastis,


hubungan antara stress-strain dapat
dimodifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut :

dlm
/ dik
ik = iklmlm + 2ik + iklm
+ 2
dt
dt
./

Untuk gelombang longitudinal, kita


akan memperoleh persamaan
2

+
1
1/ 2

M
0

V p = 2.

2
d


+ 1
1 +

p =

1/ 2

0 ( / 0 )2
M
2. d

2
2

1 + ( / 0 ) 1 + ( / 0 ) + 1

1/ 2

dimana :

M = + 2

= 2f


o adalah frekuensi karakteristik model

+ 2
0 = /
/
+ 2

Untuk range frekuensi rendah, 2 lebih


kecil daripada o2 dan rata-rata untuk
frekuensi yang tidak dipengaruhi oleh
kecepatan adalah

M
Vp =
d

1/ 2

Dan koefisien attenuasi yang akan


mengakibatkan frekuensi kuadrat
bertambah besar adalah
2

1 1 2
0
=
p =

1 / 2
2.(M / d ) 0 V p 20


dengan ~ f2

MATRIKS INELASTISITASDISIPASI
Pergeseran atenuasi matriks bias
disebabkan oleh anelastisitas instrinsik
dari material atau mineral matriks yang
solid dan disipasi pergeseran yang secara
relatif dipengaruhi oleh gerakan pada
batas butir dan permukaan yang mendatar.

Perhitungan orientasi random dari hasil


retakan di dalam persamaan untuk Qp-1
dan Qs-1 adalah
1
p

Q =

1
s

Eeff

Q =

Es

Eeff

(1 )
eff

(1 2 )
2

eff

Es 1 + eff

I N

F(K, eff )
V
3

I N

F (K )
V

dimana :
Es = modulus Young (batuan) matriks solid
Eeff = modulus Young (batuan) matriks effektif
eff = Poisson ratio effektif
K = koefisien pergeseran pada permukaan retakan
N = jumlah retakan dengan setengah panjang l pada
volume V, dan
Fungsi F (K, eff) secara implisit berpengaruh
terhadap sudut antara bidang retakan normal dan
arah perambatan gelombang.

Perbandingan Qp/Qs sebagai


fungsi koefisien pergeseran K

Dengan menggunakan asumsi speroid dengan


perbandingan aspek yang kecil dan tekanan yang
tidak dipengaruhi terhadap koefisien pergeseran,
akan didefinisikan oleh :

1
p

=Q

1
p ,0

E eff
E eff , 0

exp ( A, p )

MEKANISME FLUIDA PADA


PORI DAN RETAKAN
Aliran fluida di dalam media berpori yang
dipengaruhi oleh stress dan gelombang
elastis merupakan satu penyebab
terjadinya atenuasi.

Mekanisme aliran terbagi menjadi


dua kategori



intertial flow (Biot, 1956)


squirting flow (Mavko dan Nur, 1975 ;
OConnell dan Budiansky, 1977 ; Murphy et
al, 1986)

Untuk range frekuensi rendah, persamaan


koefisien atenuasi adalah :
2
f

d K
1
2
p = 2
Vp
d f

d Ks
2
1 k / ks
1
f
d f M 1 + ks / k f k / ks

dan
s

1
=
2
Vs

d
d

2
f

Dimana :
d = densitas batuan
df = densitas fluida

= porositas
f = kekentalan fluida
K = permeabilitas
M, k, ks, kf, berturut-turut, adalah modulus
bidang gelombang dan modulus kompresi skeleton
batuan, material matriks solid, dan fluida.




Model Mavko dan Nur mendiskripsikan


sensitifitas tinggi dari atenuasi untuk :
aspek ratio
fluid drop shape
Model ini terdiri dari distribusi bagian inti
atau retakan yang tersaturas

Model Mavko dan Nur dideskripsikan oleh


model berikut :






a setengah lebar pori


D panjang drop
N nomor pori dalam volume V
D dimensi pori dalam tiga dimensi
aspek ratio dari pori

Nilai Q-1 adalah :

Eeff 1
32 d D N
Q =
f 2
F(eff ) 2f
2
15 a V
Es 1+eff
1
p

32 d D N
Q =
f 2
2
15 a V
Es
1
s

Eeff

2 2
eff

( 1 ) 2f
2
eff

1 + eff


eff
eff
1 eff
3 + 4
+ 8
F( eff ) =
1
2 (1 2 eff )
1 eff
eff

dengan

dan untuk ratio kita dapatkan


Q
Q

{F (

)}

eff

Ini merepresentasikan sebuah relasi antara


ratio dari property attenuasi Qp/Qs dan
Poisson ratio effektif atau ratio kecepatan
vp/vs

Ratio Qp/Qs Vs Poisson ratio effektif


untuk frekuensi rendah (setelah Mavko dan
Nur, 1978)

Anda mungkin juga menyukai