Cekungan Sumatra Tengah
Cekungan Sumatra Tengah
cekungan synrift yang menjadi sumber terbentuknya hidrokarbon, dengan subcekungan terbesar antara lain sub-Cekungan Aman, Kiri, Balam, Bengkalis, dan
Rangau.
Tektonik konvergen (subduksi) antara Lempeng samudra Hindia dan
Lempeng benua Eurasia mengontrol pembentukan dan perkembangan Cekungan
Sumatra Tengah. Adanya perubahan dominasi regim tektonik menyebabkan
Cekungan Sumatra Tengah merupakan suatu cekungan multi-histori atau
mengalami perubahan kerangka tektonik sepanjang perkembangannya. Evolusi
tektonostratigrafi Tersier di Cekungan Sumatra Tengah yang disusun oleh
Heidrick dan Aulia (1993), membagi menjadi 4 fase tektonik, yaitu : Deformasi
yang terjadi pada zaman pra-Tersier yaitu ditandai dengan pembentukan batuan
dasar cekungan dan menyusun terjadinya suture antar lempeng mikro, dan
menurut Pulunggono dan Cameron (1984) merupakan suatu struktur tua berarah
U-S dan N300oE di kawasan Sumatra (bagian barat Sundaland); fase deformasi
berikutnya terjadi pada 50-26 juta yang lalu ditandai dengan regim transtensional
rifting membentuk fase rift basin, dengan pengendapan Grup Pematang sebagai
synrift sedimentation yang berperan besar sebagai batuan sumber hidrokarbon;
fase deformasi berikutnya adalah yang terjadi pada 26-13 juta tahun yang lalu
ditandai dengan terjadi thermal subsidence yang membentuk fase sag basin,
dengan pengendapan agradasional Grup Sihapas, serta reaktivasi struktur berarah
U-S dengan pergerakan dextral wrenching yang kemudian dilanjutkan fase
deformasi yang terjadi pada 13 juta tahun yang lalu hingg sekarang ditandai
dengan pengendapan Formasi Petani dan diikuti oleh efek dari tektonik subduksi
(struktur inversi), hingga terjadi migrasi dan penjebakan hidrokarbon terutama
pada struktur-struktur antiklin besar, hingga terakhir terjadi pengendapan Formasi
11
secara
tajam
mineral
glaukonit,
foraminifera,
fosil
jejak
12
Berdasakan kajian dari petroleum system, lapangan minyak Duri yang merupakan
bagian dari cekungan sumatra tengah dirangkum seperti terlampir dalam Tabel
II.1.
SEQUENCES
PALEO - ENVIRONMENTS
PALAGIC SILTSTONES
L
A
RY
E H
P T
P A
UB
SB 15.5 ma
SB 16.5 ma
R
E
T
IN
R
E
N
IN
IC
IT
R
E
N
O
T
L
A
ID
T
R
E
N
IN
HARDGROUND
/
EE
IN N
R IR
AA
MU
NT
OS
NE
TST
HST
PELAGIC SHALE
Res. Rindu
C
I
T
I
R
E
N
TST
HST
SB 17.5 ma
E IC
L T
DI
R
ID E
MN
TST
HST
PELAGIC SHALE,
SILTSTONES
PELAGIC SHALE,
SILTSTONES AND SANDS
O
T
R
E
N
N
I
E
IN
R
A
M
N
O
N
N
IO
T
A
M
R
O
F
A
S
I
L
E
T
BEKASAP
SANDS
Res. Pertama
SB 21 ma
Res.
Kedua
INTERTIDAL SHALES
SUBMARINE EROSION
HST
HARDGROUND
Res.
Baji-Jaga
TST
ESTUARINE SANDSTONES
LST
(IVF)
BRAIDED FLUVIAL
SANDSTONES
BANGKO SHALE
LOCALLY
SINTONG
SANDS
P
U
O
R
G
S
A
P
A
H
I
S
OR
MENGGALA
FORMATION
SUBAERIAL EROSION
UNNAMED SHALE
ESTUARNE /
INTERTIDAL SHALES
TST
SB 25.5 ma
LST
(I V F)
MENGGALA
FORMATION
SUBAERIAL EROSION
STACKED FLUVIAL
CHANNELS AND
ALLUVIAL CONGLOMERATES
PEMATANG GROUP
(UPPER RED BEDS)
Figure 17
N
E
AKM
E IC IF
R R
AH
TU
NSD
RDE
E NM
HAO
TS
REC
OSE
NEB
HO
N
I TT
TST
SB 22 ma
INTERTIDAL
FORMATION
NAMES
SYSTEMS
TRACTS
SUBAERIAL UNCONFORMITY
REGIONAL, ANGULAR
++
B AS E ME N T
+++
: Typical well log for the southern portion of the Central Sumatra Basin: shows
generalised paleobathymetri, deposional environments, sequence boundaries
and local formation terminology
Gambar II.1. Kolom tektonostratigrafi (Heidrick dan Aulia, 1993) kiri, dan
stratigrafi regional (Yarmanto, dkk, 1996) kanan, Cekungan
Sumatra Tengah, serta kesepadanan dari reservoir-reservoir
produktif di Lapangan Minyak Duri
13
Table II.1.
P e tr o le u m S y s te m o f th e
C e Petroleum
n tr a l System
S u mdaria Lapangan
tr a Bminyak
a s inCekungan
Tinjauan
C e n tr a lS u m a t r a B a s in 0 2 .p p t
Sejarah proses migrasi dari lapisan batuan induk dari Formasi Pematang
14
0
0
0
0
0
7
B a l am
T ro ug h
B
a
l
a
m
N
o
rt
h
B
F
.
Ba
l
a
m
SI
NT
0
K ilo m e te r s
F
.
B
a
t
a
n
g
G e n t in g
E
a
s
t
B e n ar
R a n t a u b a is
HI
S e ru n i
B ala m S E
GH
N o r t h A m a n N or th
(N A N ) T r o u g h
1
0
S in t o n g
S o u t h B a la m
T ro u g h
B
or
d
er
F.
F
.
K e ra n g
U
bi T u n a s
-
3
M an gg a
Ub i
S i n to n g
SE
T e l in g a
Pa le m
P e m b u ru
F
a
u
lt
P ag er
N o rth A m an S outh C e n t ra l ( N A S C )
Ta nggu l
P un ca k
G u lam o
L in c a k
R
O
K
A
N
Ra
nt
F.
0
K op ar
2
P e ta n i
4
3
.F
Ro nd a
Aka r
K e lo k
S ik la d i
Si
kl
ad
i
M
a
n
g
g
a
B a ta n g
S i d in g i n
C an di
?
M e n g g a la N .
M e n g g a la S .
RI
KI
1 7500 0
1
M u ti a r a
M
R
O
F
T
A
L
P
R a ng au
T ro u g h
1 0
S in g a
B alam So .
S
ou
t
h
2 0000 0
F
R
ON
T
ON
G
N e lla
H
I
G
H
U j u n g t a n ju n g
B
a
n
g
ko
N
ell
a
P
er
ke
b
u
na
n
F
.
Bang ko
F i e ld
K
U
B
U
0
0
0
0
5
7
I
NV
ER
SI
ON
Antara
0
0
0
5
2
7
RO
KA
N
au
K u l in
St bai
e s
po S
v e eb
r a
ng
1
a
D u ri
F ie ld
1 5000 0
Ra
ng
au
Joran g
C
e
b
ka
a
n
Jam bo n
1
3
P e m a ta n g
R an ga u
2
2
C ucut
4
R o k i ri
Am p u h
P e li t a
B ek asa p
O b or
Fa
ult
H iu
Ung g u n
P u d u
F
.
P e m a ta n g
Bo w
L IB O
PLATFO RM S
Zo
ne
HI
Se
G
H
ba
ng
a
P in g gir
F.
Ja m b o n S E
Ce b akan
B e ks pSo .
Pu kat
A m a n
T i t ia n
0
1
S a kti
2
3
Te gar
TL H / 98
E X P L A N A T IO N
ST R A T IG R A PH Y
T hr us t o r r e ve rse
fau lt un d iff. B arb s
on h an g in g w a ll b lo ck
G E O C H E M IST R Y
G r ou p 1
0 - 10 0
10 0 - 400
G r ou p 2
2
F 3 in ve r te d b o r d e r
fau lt. B a rb s a nd
ha ch ur es on h an g in g w a ll
S u b sid a ry lis tr ic o r
p la na r no rm a l f au lt,
b lo ck on h an g in g w a ll
0
1
40 0 - 800
3
> 80 0 ft
4
O il p ro n e s ou r c e
r o c k iso ch or e
th ic kn e ss
G r ou p 3
G r ou p 4
G r ou p 5
M ig r a tion r ou te
tr a jec to ry
Gambar II.2. Peta jalur migrasi dari beberapa lapangan minyak yang ditemukan pada
Cekungan Sumatera Tengah (Yarmanto, Aulia, K., Mertani, B., Heidrick,
T.L., 1996).
15
relatif merata di seluruh Lapangan Duri. Kedua formasi ini berperan sebagai
reservoir utama (Jaga, Baji, Kedua, Pertama, dan Rindu) di Lapangan Duri. Di
bagian atas Formasi Duri terdapat 2 lapisan batupasir tipis yang disebut sebagai
240ft dan 140ft sand, dan tidak berperan sebagai reservoir yang potensial.
Formasi Telisa dan Petani tidak ditemukan di Lapangan Duri, dan diperkirakan
telah tererosi pada saat terjadi fase inversi regional di Cekungan Sumatra Tengah.
Berdasarkan data inti bor sumur 4K50C mengidentifikasi suksesi fasies
reservoir Rindu-Pertama-Kedua-Baji-Jaga-Dalam di lapangan Duri sebagai outer
delta front hingga estuarine distributary facies. Studi lanjutan pada inti bor sumur
4K-50C menyimpulkan suatu fasies pengendapan yang dibentuk oleh lingkungan
kompleks distal dari sistem delta dengan pengaruh arus pantai (tidal). Kolom
stratigrafi yang menggambarkan litologi secara umum pada daerah penelitian
dapat dilihat pada gambar II.3 dan II.6.
Seluruh formasi yang ada di Cekungan Sumatera Tengah dapat dijumpai
di lapangan minyak Duri. Formasi Pematang yang merupakan endapan rift-basin
valley terbentuk pada Paleogen, merupakan unit sedimen yang paling tua di
Cekungan Sumatra Tengah dan di lapangan Duri dijumpai berupa tight sand
dengan porositas yang hanya mencapai 5 %. Secara stratigrafi sikuen, Formasi
Pematang di lapangan Duri berada pada sikuen 1 yang dimulai dari batuan dasar
hingga top formasinya.
Duri 4K-50C
16
17
dinamakan sebagai Rindu-1 hingga Rindu-5. Ke-5 tubuh reservoir ini secara
vertikal umumnya dipisahkan oleh lapisan serpih (shale) atau batulanau
(siltstone). Dari ke-5 reservoir ini hanya Rindu-1 yang merupakan reservoir yang
berkembang sangat baik dengan pelamparannya yang cukup luas serta lapisannya
yang cukup tebal. Reservoir Rindu-1 merupakan unit Reservoir yang terletak di
antara flooding surface Rindu-1 (FS_RN1) dan Sequence Boundary Intra Rindu
(SB_INTRN). Berdasarkan litotratigrafi, Reservoir Rindu-1 merupakan lapisan
batupasir yang dibatasi oleh lapisan tipis serpih di bagian bawah dan lapisan
sarpih yang sangat tebal di bagian atasnya. Pada top reservoir Rindu-1, di
beberapa tempat umumnya dicirikan oleh hadirnya batupasir karbonatan
(calcareous sandstone) yang sangat keras (tight sand).
Reservoir 140 Sand dan 240 Sand yang terletak di bagian paling atas Formasi
Duri dicirikan oleh batupasir halus dan mempunyai pemilahan yang tidak terlalu
baik, serta kandungan material lempungnya yang relatif banyak. Kedua reservoir
ini berkembang sebagai reservoir hidrokarbon hanya pada daerah sekitar tinggian
struktur di bagian utara, sedangkan pada bagian selatan, kedua Reservoir kurang
berkembang sehingga bukan merupakan target pengembangan produksi. Secara
stratigrafi, Reservoir 240 Sand dan 140 Sand berada dalam sikuen 4 yang
dibatasi oleh SB21 dan SB13.
II.3.2. Struktur Geologi Daerah Lapangan Minyak Duri dan Area Penelitian
Johannsen, D.C., & Lyle, J.H., (1990), dalam laporan internalnya
menyimpulkan bahwa lapangan minyak Duri terbentuk oleh struktur antiklin
asimetri yang berarah baratlaut-tenggara dan menempati bagian selatan dan
bagian utara lapangan Duri. Kedua antiklin yang mempunyai panjang sekitar 18
km dan lebar 8 km ditafsirkan mempunyai kaitan genesa dengan Patahan Sebanga
yang merupakan Patahan geser naik (transpressional fault) dengan arah relatif
baratlaut-tenggara.
Selain itu juga dijumpai Patahan-Patahan ikutan yang terbentuk karena
pengaruh Patahan Sebanga (Gambar II.2. dan II.4.) yang sebagian melewati Area
Z (obyek penelitian). Patahan-Patahan ikutan ini umumnya menempati bagian
18
Patahan
Sebanga
F3
terdahulu yang dilakukan pada daerah Lapangan Minyak Kulin (Gambar II.4.)
yang mengindikasikan bahawa beberapa zona patahan besar berfungsiu sebagai
penyekat
19
Beberapa zona patahan memiliki strike-slip throw yang besar dimana resolusi
data seismik sangat mempenagruhi hasil interpretasi patahan tersebut.
Major Sebanga North South
Strike Slip Fault System
U
Daerah penelitian
(Area 10)
Synthetic and
Antithetic Fault
Gambar II.5. Peta struktur Puncak Lapisan Pertama di Lapangan Duri dengan
Patahan Sebanga berarah relatif utara-selatan sebagai Patahan utama
(tanpa skala)
20
Gambar II.6. Penampang vertikal dari Lapangan Minyak Duri dan sekitarnya yang memperlihatkan sebaran stratigrafi
dan kerangka struktur patahan serta konfigurasi batuan dasar (Yarmanto, Aulia, K., Mertani, B., Heidrick, T.L., 1996)
21
Gambar II.7. Peta Strukur Regional Duri dan Lokasi daerah penelitian memperlihatkan pola struktur patahan dengan arah tegasan utama
utara timur lalu selatan barat daya.
22