Anda di halaman 1dari 22

Ekskresi Ginjal dan Pembentukan

Edema
Adidya Rizky P.

Biasa dari 125 ml plasma yg difiltrasi per


menit, 124 ml/ menit di reabsorbsi, sehingga
jumlah akhir urin yg terbentuk adalah 1 ml/
menit.
Berarti perhari urin yg dieksreksikan 1,5 liter
dari 180 liter yg di filtrasi.

Plasma clearance didefinisikan sebagai volume


plasma yg dibersihkan seluruhnya dari bahan
yang bersangkutan per menit.
Plasma clearance =
konsentrasi urin x kec. Aliran urin
Konsentrasi bahan dalam urin

Laju PC : ginjal
Apabila suatu bahan difiltrasi tetapi tidak
direabsorbsi atau disekresi laju PC sama
dengan GFR
Jika suatu bahan difiltrasi dan direabsorbsi tp
tidak disekresi, PC < GFR
Apabila suatu bahan difiltrasi dan disekresi tp
tdk direabsorbsi PC > GFR

Penanganan H20 oleh ginjal


Pada
konsentrasi
zat
terlarut
dan
keseimbangan cairan normal, isotonik = 300
miliosmol/liter.
Apabila terdapat banyak H2O relatif terhadap
zat terlarut, hipotonik = < 300 miliosmol/liter.
Apabila terjadi defisit H2O relatif dengan zat
terlarut, hipertonik => 30 miliosmol/liter.

Gaya yang mendorong terjadinya reabsorbsi


H2O adalah gradien osmotik antara lumen
tubulus dan cairan intersitium di sekitarnya.
Pada ginjal terdapat gradien osmotik vertikal
yang besar di kedua medula.
Sehingga produksi urin tidak bergantung
kepada keseimbangan cairan tubuh, tetapi
menyesuaikan.

Medullary Countercurrent
Countercurrent ialah aliran di lengkung henle
panjang
dan
vasa
rekta
nefron
jukstaglomerulus yang terletak berdekatan
memiliki arah yang berlawanan.
Susunan ini berperan penting dalam
kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin
dgn konsentrasi bervariasi bergantung pada
kebutuhan
tubuh
menyimpan
atau
mengeluarkan air.

Lengkung henle panjang menciptakan gradien


osmotik vertikal, vasa rektanya mencegah
gradien ini lenyap, tubulus pengumpul dr
semua nefron menggunakan gradien tersebut
untuk menghasilkan urin dengan berbagai
konsentrasi, keseluruhan fungsional ini
dinamakan medullary countercurrent.

Visualisasi Countercurrent
Sebelum gradien osmotik tercipta, konsentrasi
cairan tubuh isotonik.
Pompa garam aktif di pars asendens
memindahkan NaCl membuat medula jadi
hipertonik, difusi H2O di pars desendens tetap
terjadi. Sehingga keseimbangan di par
asendens menjadi 200 mosm/l dan di pars
desendens menjadi 400 mosm/l.

Mekanisme tersebut menciptakan gradien


osmotik vertikal di cairan intersitium medula,
gradien ini digunakan oleh tubulus untuk
mengeksresikan urin yg lebih pekat drpd
cairan tubuh normal.
Ketika
hipotonik
di
bagian
distal
memungkinkan ginjal mengekskresikan urin yg
lebih encer daripada cairan tubuh.

Di dalam vasa rekta terdapat sistem


countercurrent exchange yang memungkinkan
medula medapat pasokan darah sambil
mempertahankan gradien osmotik medula.
Karena kapiler dapat dengan mudah ditembus
oleh NaCl dan H2O berbeda dgn ansa henle.

Mekanisme Kerja Vasopresin


Agar terdapat reabsorbsi H2O yg menembus
suatu segmen tubulus ada dua kriteria yang
harus dipenuhi :
Harus terdapat gradien osmotik melintasi
tubulus.
Segmen tubulus harus permeabel terhadap
H20, nah tubulus distal dan pengumpul
bersifat impermeabel terhadap H2O.

Kecuali
terdapat
vasopresin
yang
meningkatkan
permebilitas
keduanya
terhadap H2O.
Hipotalamus
mengontrol
pengeluaran
vasopresin dari hipofisis posterior ke dalam
darah, melalu mekanisme negative feedback
sekresi vasopresin dirangsang oleh defisit H2O
sewaktu H2O harus dihemat oleh tubuh.

Vasopresin berikatan dgn reseptor di


membran basolateral sel tubulus distal atau
pengumpul, vasopresin mengaktifkan sistem
perantara kedua AMP siklik di dalam sel, AMP
siklik kemudan meningkatkan permeabilitas
membran luminal di seberangnya terhadap
H2O dengan meningkatkan jumlah saluran
H2O di membran tersebut.

Reabsorbsi vs Ekskresi
Di Segmen tubulus yg permeabel terhadap
H2O reabsorbsi zat terlarut selalu disertai oleh
reabsorbsi H2O yang setara karena faktor
osmotik.
Ekskresi zat terlarut selalu disertai oleh
ekskresi H2O yang setara karena pengaruh
faktor osmotik.

Jika terdapat kelebihan zat terlarut yg tidak


direabsorbsi di tubulus, zat terlarut tersebut
akan meninggalkan efek osmotik untuk
menahan kelebihan H2O di lumen. Fenomena
ini disebut diuresis.

Diuresis
Diuresis air Peningkatan pengeluaran H2O
dalam urin dengan sedikit atau tanpa
peningkatan ekskresi zat terlarut.
Diuresis osmotik peningkatan ekskresi H2O
dan zat terlarut karena kelebihan zat terlarut
yg tidak direabsorbsi oleh cairan tubulus.

Pembentukan Edema
Terkadang terjadi penimbunan berlebihan
cairan intersitium apabila salah satu gaya fisik
yang bekerja pada dinding kapier menjadi
abnormal karena suatu sebab.
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan
cairan intersitium dikenal sebagai edema.

Penurunan Konsentrasi Protein Plasma


Penurunan tekanan ke arah dalam ini
menyebabkan filtrasi cairan berlebihan keluar
dari pembuluh darah sementara jumlah cairan
yg direabsorbsi kurang dari normal, sehingga
terdapat cairan tambahan yg tertinggal di
ruang intersitium.
Penyakit ginjal, Penyakit hati, luka bakar yang
luas.

Peningkatan Permeabilitas dinding


kapiler
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
memungkinkan protein plasma keluar lebih
banyak dari kapiler ke cairan intersitium di
sekitarnya. Contoh pelebaran pori pori
kapiler oleh histamin pada jejas.
Cedera lokal, respon alergi

Peningkatan Tekanan Vena


Peningkatan di vena akan disertai peningkatan
di darah kapiler, peningkatan tekanan ke arah
luar dinding kapiler inilah yg berperan
terjadinya edema. Edema regional juga dapat
terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena.
Pada masa kehamilan, CHF

Penyumbatan Pembuluh Limfe


Menimbulkan edema karena kelebihan cairan
yg di filtrasi keluar tertahan di cairan
intersitium dan tidak dapat dikembalikan ke
darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein
cairan intersitium memperberat masalah
melalui efek tekanan osmotiknya.
Filariasis, elefantiasis

Anda mungkin juga menyukai